Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
Bawang

merahtelahdikenaldandigunakanorang

sejak

beberapaributahunyang

lalu.Dalampeninggalansejarahbanyakditemukanbukti-buktiyang
tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini. Tanaman bawang

mengisahkan
merah diduga

berasaldaridaerah AsiaTengahyaitu dideretan daerah sekitarIndia, Pakistan,
sampai Palestina (Rahayu dan Nur, 1999).
Tanamanbawangmerahberakarserabutdengansistemperakarandangkaldan

bercabangterpencar,padakedalamanantara15-20cmdidalamtanah.
perakarantanamanbawang

merah

dapatmencapai20-200akar.

Jumlah
Diameter

bervariasiantara0,5-2mm.Akarcabang tumbuhdanterbentukantara3-5akar (AAK,
2004).
Batang

tanamanbawang

merahmemilikibatangsejatiataudisebutdiscusyang

bentuknyaseperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan
matatunas(titiktumbuh).Dibagianatasdiscusterbentukbatang


semuyang

tersusundaripelepah-pelepahdaun.Batangsemuyangberadadidalamtanah

akan

berubah bentuk danfungsinyamenjadi umbi lapis.
Daunbawang merahmempunyaisatupermukaan,berbentukbulatkecil memanjang
danberlubang sepertipipa.Bagianujungdaunnyameruncing dan bagianbawahnya
melebar

sepertikelopakdanmembengkak.Ada

daunnyamembentuksetengahlingkaranpadapenampang
Warnanya

hijaumuda.Kelopak-kelopakdaunsebelahluar

jugayang

melintang

daunnya.

selalumelingkar

dan

menutup daunyangadadidalamnya.

6

Universitas Sumatera Utara

7

Bunga bawangmerahmerupakanbunga sempurna,yangtiapbungaterdapat benang
saridankepalaputik.Tiapkuntumbungaterdiriatasenamdaunbunga
yangberwarnaputih,enambenang sariyangberwarnahijaukekuning-kuningan, dan
sebuah putik. Kadang-kadang,diantarakuntum bungabawang merah ditemukan

bungayang

memilikiputik

sangatkecildanpendekatau

Meskipunkuntumbungabanyak,namunbungayang

rudimenter.

berhasilmengadakan

persarianrelatifsedikit.
Buahberbentukbulatdenganujungnya tumpulmembungkusbijiberjumlah2-3
butir.Bentukbijipipih,sewaktumasihmudaberwarnabeningatauputih,tetap
Daerahyang paling baikuntukbudidayabawangmerahadalahdaerahberiklim
keringyang cerah dengan suhu udara25ºC-32ºC.Tempatnyayang terbuka, tidak
berkabut dan anginyang sepoi-sepoi. Daerahyang cukup mendapat sinarmatahari
jugasangandiutamakandanlebihbaikjikalamapenyinaranmataharilebihdari12 jam
(Rukmana, 1994).

Umur panen bawang merah adalah sekitar 2 sampai 3 bulan dari waktu bertanam.
Cara memanen bawang dilakukan dengan mencabut tanaman tersebut. Tiap umbi
bibit (tiap rumpun) dapat menghasilkan antara 4-6 umbi anakan. Bawang merah
yang berkualitas baik dapat menghasilkan 100-200 kwintal tiap Ha dan juga
tergantung dengan musim, apabila penanaman dilakukan pada musim penghujan
biasanya umbi yang dihasilkan kecil dan tanaman mudah terserang penyakit.
Prospek agribisnis bawang merah cukup baik. Tidaklah heran jika permintaan
pasar terhadap bawang merah sangat tinggi. Permintaan bawang merah
yangtinggi, dikarenakan penggunaanya yang begitu banyak dalam kehidupan
sehari-hari. Penggunaan bawang merah banyak kita temui baik sebagai bawang

Universitas Sumatera Utara

8

goreng, bumbu penyedap masakan seperti soto, sop, ayam gulai, dan sampai
penggunaan bawang merah di industri pengolahan makanan seperti mie instan,
bumbu olah siap saji, dan sebagainya (Singgih, 2009).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Tataniaga

Tataniaga pertanian adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan
perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan
usaha pertanian dari produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya
kegiatan-kegiatan tertentu yang manghasilkan perubahan bentuk dari barang yang
dimaksud untuk lebih memudahkan penyalurannya dan memberikan kepuasan
lainnya kepada konsumennya. Dikaji dari segi ekonomi, tataniaga merupakan
kegiatan yang produktif karena memberikan kegunaan benda, waktu, tempat, dan
hak milik. Tataniaga memiliki banyak saluran yang dapat dimanfaatkan oleh
produsen dalam mendistribusikan produknya (Limbong, 2005).
Menurut Kottler (2009) mendefinisikan tataniaga sebagai suatu aktivitas bisnis
yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik produksi sampai ke
titik konsumen. Produksi adalah penciptaan kepuasan, proses membuat
kegunaan barang dan jasa. Kepuasan dibentuk dari proses produktif yang
diklasifikasikan menjadi kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan.
2.2.2 Saluran dan Lembaga Tataniaga
Lembaga tataniaga merupakan segala usaha yang berkait dalam dalam jaringan
lalu lintas barang di masyarakat seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan oleh
agen-agen atau perusahaan dagnang, perbankan dan sebagainya itu memiliki

Universitas Sumatera Utara


9

peranan dalam menyampaikan produk-produk itu ke pasar (konsumen) dengan
menjamin produk tersebut sampai ke konsumen tanpa ada kerusakan.
Menurut Kohl dan Uhl (1985) saluran tataniaga adalah sekumpulan pelaku-pelaku
usaha (lembaga-lembaga tataniaga) yang saling melakukan aktivitas bisnis dalam
membantu menyampaikan produk dari petani sampai konsumen akhir. Dalam
saluran tataniaga, lembaga-lembaga tataniaga saling melakukan fungsi tataniaga
sehingga kemudian akan terbentuk beberapa alternatif saluran tataniaga. Setiap
alternatif saluran tataniaga memungkinkan terjadinya aliran produk yang berbedabeda. Hal ini bergantung pada kepada siapa saja produk tersebut berhenti, apa saja
perlakuan yang diberikan kepada produk selama melewati lembaga-lembaga
tataniaga,

dan

seberapa

panjang


rantai

tataniaga

yang

terbentuk

(Sihombing, 2010).
Dalam saluran tataniaga ada lembaga-lembaga tataniaga yang saling melakukan
fungsi-fungsi tataniaga dalam menyampaikan produk sampai kekonsumen akhir.
Lembaga-lembaga tataniaga tersebut dapat berupa individu atau organisasi bisnis
yang terlibat dalam aktivitas ekonomi dan peningkatan nilai tambah(value added)
produk. Dengan mempelajari lembaga-lembaga tatanaga akan dapat dimengerti
bahwa mengapa petani dan konsumen tidak dapat berhubungan secara langsung
dalam melakukan proses pertukaran produk. Berikut adalah lembaga-lembaga
tataniaga yang umum terlibat dalam proses tataniaga(Kohl dan Uhl 1985).
1. Pedagang Perantara (Merchant Middlemen), lembaga tataniaga yang
menghimpun barang untuk kemudian barang tersebut dimiliki untuk ditangani
dalam upaya memperoleh marjin tataniaga.


Universitas Sumatera Utara

10

a) Pedagang Pengumpul (Assembler), mengumpulkan dan membeli produk
langsung dari produsen (petani) dalam jumlah besar untuk memperoleh
marjin tataniaga dengan menjual kembali kepada pedagang grosir atau
lembaga tataniaga lain.
b) Pedagang Grosir (Wholeseller), menjual produk kepada pedagang
pengecer dan pedagang grosir lain dan juga industri terkait, tetapi tidak
untuk menjual produk dalam jumlah tertentu kepada konsumen akhir.
c) Pedagang Pengecer (Retailers), membeli produk untuk langsung dijual
kembali kepada konsumen akhir.
2. Agen Perantara (Agent Middlemen),memperoleh pendapatan dari komisidan
bayaran dari proses jual-beli. Agen perantara berbeda dengan pedagang yang
memiliki hak atas produk untuk ditangani lebih lanjut. Agen perantaraannya
mewakili pelanggan dalam transaksi jual-beli dan tidak memiliki hak atas
produk yang mereka tangani.
a) Broker (Brokers), menyalurkan produk untuk memperoleh komisi

tanpamemiliki hak untuk mengontrol produk secara langsung.
b) Komisioner (Commission Men), menyalurkan produk untuk memperoleh
komisi. Komisioner diberi hak dan keleluasaan dalam mengontrol barang
yang diperjual-belikan.
3. Spekulator
dengantujuan

(Speculative
utama

Middlemen),

memperoleh

melakukan

keuntungan

jual-beli


dengan

produk

memanfaatkan

pergerakan harga di pasar.

Universitas Sumatera Utara

11

4. Pengolah dan Pabrik (Processor and Manufacturers), melakukan beberapa
tindakan pada produk yang ditangani untuk memperoleh marjin tataniaga
berupa nilai tambah (valueadded) dengan mengubah bentuk fisiknya.
5. Organisasi Pendukung (Facilitative Organizations), membantu berbagai
perantara tataniaga dalam melakukan aktivitas bisnisnya.Secara umum, pola
saluran tataniaga di Indonesia.

Tengkulak

Pedagang Besar
Perantara

Pabrik/Eksportir

Petani

Koperasi2005)
Pengecer
Konsumen Akhir
(Limbong dan Panggabean,
Gambar 1 Pola Saluran Tataniaga Secara Umum
Lembaga tataniaga yang membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke
pembeli akhir merupakan satu tingkat saluran. Saluran nol tingkat diartikan
sebagai saluran dimana pihak produsen menjual langsung ke pihak produsen.
Saluran satu tingkat mencakup satu lembaga tataniaga seperti pengecer. Saluran
dua tingkat terdiri dari dua lembaga seperti pedagagang besar dan pengecer.
Saluran tiga tingkat mencakup tiga lembaga seperti pedagang besar, pemborong
dan pengecer.
Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang-barang dan
jasa dari sektor produsen ke konsumen ini akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga
yang berbeda-beda pada tiap lembaga tataniaga dimana dalam penyampaian
tersebut

penyampaian

tersebut

terdapat

biaya

tataniaga.

Kemampuan

menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke konsumen dengan biaya yang
semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari

Universitas Sumatera Utara

12

keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut
serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi apabila ingin dianggap efisien dalam suatu sistem
tataniaga (Mubyarto,2002).
Lembaga-lembaga tataniaga melakukan aktivitas bisnis selama proses tataniaga
berlangsung. Aktivitas-aktivitas tersebut dinamakan fungsi tataniaga.Fungsifungsi tataniaga tersebut harus dilakukan oleh pelaku-pelaku bisnis yang terlibat
selama proses tataniaga berlangsung. Hal ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi tataniaga, karena fungsi tataniaga yang dilakukan dapat
meningkatkan nilai tambah dari produk agribisnis. Kohl dan Uhl (1985)
mengklasifikasikan fungsi tataniaga menjadi3kelompok utama, yaitu:
1. Fungsi Pertukaran (Exchange Functions)
Fungsi pertukaran merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan pertukaran
kepemilikan dari barang-barang yang diperjual-belikan antara penjual dan
pembeli. Fungsi pertukaran terdiri atas:
a) Pembelian (Buying/Assembling)
Pembelian adalah kegiatan mencari barang atau jasa yang digunakan sebagai
bahan baku ataudengan mengalihkan kepemilikan.
b) Penjualan (Selling)
Penjualan adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan tataniaga
yang berusaha menciptakan permintaan dengan melakukan strategi promosi
dan periklanan serta strategi tataniaga lainnya untuk dapat menarik minat
pembeli.

Universitas Sumatera Utara

13

2. Fungsi Fisik (Physical Functions)
Fungsi fisik adalah aktivitas- aktivitas yang melibatkan penanganan,
pergerakan, dan perubahan fisik atas produk. Fungsi fisik membantu
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan kapan, apa dan dimana
tataniaga tersebut terjadi. Fungsi fisik terdiri atas:
a) Penyimpanan (Storage)
Penyimpanan membantu

menyelesaikan permasalahan produk

yang

berhubungan dengan waktu. Penyimpanan membuat produk tersedia pada
waktu yang diinginkan.
b) Pengangkutan (Transportation)
Pengangkutan membantu menyelesaikan permasalahan produk yang
berhubungan dengan tempat. Pengangkutan membuat produk tersedia pada
tempat yang tepat.
c) Pengolahan (Processing)
Pengolahan

merupakan

kegiatan

merubah

bentuk

produk

untuk

meningkatkan nilai tambah produk tersebut. Pengolahan kadang tidak
termasuk dalam kegiatan tataniaga karena pada dasarnya kegiatan
pengolahan adalah kegiatan merubah bentuk produk, bukan kegiatan
memasarkan produk.
3. Fungsi Fasilitas (Facilitating Functions)
Fungsi fasilitas merupakan aktivitas-aktivitas yang secara tidak langsung
terlibat dalam proses tataniaga produk karena membutuhkan teknologi dan
pengetahuan khusus dalam penanganannya. Dengan adanya fungsi fasilitas

Universitas Sumatera Utara

14

akan memperlancar fungsi pertukaran dan fisik sehingga kinerjanya akan
menjadi lebih baik. Fungsi fasilitas terdiri atas:
a) Standarisasi (Standarization)
Standarisasi merupakan ukuran yang menjadi standar bagi semua produk
agar menjadi seragam dalam hal kualitas dan kuantitas.
b) Pembiayaan (Financing)
Pembiayaan adalah kegiatan mengelola keuangan yang melibatkan banyak
aspek penting dari tataniaga.
c) Penanggungan Risiko (Risk Bearing)
Fungsi penanggungan risiko

digunakan untuk

menghitung

tingkat

kemungkinan kehilangan atau kerugian dari proses tataniaga produk
agribisnis yang dilakukan.
d) Informasi Pasar (Market intelligence)
Fungsi

informasi

pasar

merupakan

aktivitas

mengumpulkan,

menginterpreasi, dan menyebarluarkan berbagai macam informasi yang
diperlukan untuk kelancaran proses tataniaga.
2.2.3 Konsep Price Spread, Share Marjin dan Efisiensi Tataniaga
Biaya tataniaga suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan margin dan
spread. Margin menyatakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen
dan harga yang diterima petani sedangkan spread menyatakan perbedaan kedua
tingkat harga antar dua tingkat pasar. Marketing margin disebut juga price spread
dan jika angka-angka price spread di persenkan terhadap harga beli konsumen
maka diperoleh share margin (Sudiyono, 2004).

Universitas Sumatera Utara

15

Marjin tataniaga mengacu pada perbedaan harga pada berbagai tingkatan sistem
tataniaga. Marjin tataniaga adalah perbedaan harga antara harga yang diterima
oleh petani (Pf) dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Pr). Dengan
kata lain, marjin tataniaga dapat dikatakan sebagai selisih dari harga yang diterima
oleh petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Pr-Pf). Marjin
tataniaga hanya mengacu pada perbedaan harga, tidak berhubungan dengan
jumlah produk yang ada dipasar (Dahl dan Hammond,1977).
Pengertian marjin tataniaga yang lebih luas menurut Asmarantaka (2009) adalah
marjin merupakan cerminan dari aktivitas-aktivitas bisnis atau fungsi-fungsi
tataniaga yang dilakukan dalam dalam sistem tataniaga. Selain cerminan dari
fungsi tataniaga, marjin tataniaga juga terdiri atas kumpulan balas jasa karena
kegiatan produktif dari fungsi tataniaga yang telah dilakukan oleh lembaga
tataniaga dalam menyampaikan produk dari petani sampai kepada konsumen
akhir. Marjin tataniaga merupakan salah satu indikator efisiensi tataniaga yang
dalam penggunaannya harus teliti. Marjin tataniaga harus mempertimbangkan dan
mengevaluasi fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan dalam meningkatkan nilai
tambah (value added). Selain itu, dalam mempergunakan marjin tataniaga sebagai
salah satu indikator efisiensi harus setara (equivalent) pada sistem tataniaga
produk agribisnis.
Efisiensi tataniaga adalah maksimisasi penggunaan rasio input-output, yaitu
mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen terhadap barang
atau jasa. Kemampuan menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke
konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu mengadakan
pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir

Universitas Sumatera Utara

16

kepada semua pihak yang terlibat merupakan syarat dalam ukuran efisiensi
tataniaga.
Efisiensi dilihat dari rasio nilai output dan input.Efisiensi pada suatu tataniaga
diukur berdasarkan kepuasan dari konsumen, produsen maupun lembaga yang
terlibat dalam mengalirkan produk mulai dari petani sampai konsumen
akhir.Ukuran untuk menentukan tingkat kepuasan baik pada petani (produsen),
lembaga tatanaiga, maupun konsumen merupakan hal yang sulit dan sangat relatif.
Menurut Soekartawi (2002) efisiensi tataniaga dapat terjadi jika :
1. Biaya tataniaga dapat ditekan sehingga keuntungn tataniaga yang lebih.
2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak
terlalu tinggi.
3. Tersedianya fasilitas fisik tataniaga.
2.3 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Fajar Alfian Kristanti Siringo-ringo (2014) yang berjudul
Analisis Tataniaga Bawang Merah di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten
Dairi. Hasil penelitian menunjukan terdapat 2 pola saluran tataniaga bawang
merah, yaitu : 1. Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Pengecer - Konsumen
akhir (63,6%), 2. Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagan Besar - Pedagang
Pengecer - Konsumen akhir (36,4%). Volume hasil produksi bawang merah yang
melalui pola tataniaga I sebesar 7,7 ton bawang merah selama satu minggu atau
63,6% dari total hasil produksi bawang merah yang dipasarkan selama satu
minggu. Harga jual yang diterima petani adalah sebesar Rp 11.129/kg (55,65%
dari harga yang di terima konsumen akhir). Biaya produksi yang dikeluarkan
petani sebesar Rp 7.859/kg dan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3.270/kg.

Universitas Sumatera Utara

17

Harga jual yang diterima pedagang pengumumpul adalah Rp 16.000/kg. margin
pemasaran antara petani dan pedagang pengumpul Rp 4.871/kg. Biaya yang
dikeluarkan Pedagang pengumpul sebesar 389,16/kg. Keuntungan yang diperoleh
sebesar 4.481,84/kg.
Harga jual yang diterima pedagan pengecer sebesar Rp 20.000/kg. Margin
pemasaran yang diperoleh sebesar Rp 4.000/kg. Biaya yang dikeluarkan pedagang
pengecer sebesar Rp 1.434,78/kg. Keuntungan yang diperoleh pedagang
pengumpul sebesar Rp 2.565,22/kg.
Volume hasil produksi bawang merah yang melalui pola tataniaga II
adalahsebesar 4,4 ton selama satu minggu 36,4% dari total hasil produksi bawang
merahyangdipasarkan selama satu minggu. Harga jualyang diterima petani
sebesar Rp 11.129/kg. Biaya produksi bawang merah yang dikeluarkan petani
adalah sebesarRp 7.859/kg dan keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp
3.270/kg.
Harga

pembelian

bawang

merah

yang

dikeluarkan

oleh

pedagang

pengumpulsebesar Rp 11.129/kg dan harga penjualan sebesar Rp 17.333/kg.
Biaya yangdikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk menjual bawang merah
adalahsebesar Rp 674,42/kg. Keuntunganyang didapat oleh pedagang pengumpul
sebesar Rp 5.529,58/kg.
Harga pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang besar sebesarRp
17.333/kg dan harga penjualan sebesar Rp 24.000/kg. Biaya yang dikeluarkanoleh
pedagang besar untuk menjual bawang merah adalah sebesar Rp 563,64/.
Keuntungan yang didapat olehpedagang besar sebesar Rp 6.103,36/kgHarga
pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang pengecersebesar Rp

Universitas Sumatera Utara

18

24.000/kg dan harga penjualan sebesar Rp 28.000/kg. Biaya yangdikeluarkan oleh
pedagang pengecer untuk menjual bawang merah adalah sebesarRp 3.076,19/kg.
Keuntungan yangdidapat oleh pedagang pengecer sebesar Rp 923,81/kg (3,30%
dari harga yangditerima konsumen).
Berdasarkan penelitian Deasy Sitanggang (2011) yang berjudul Analisis
Tataniaga Bawang Merah di Kabupaten Samosir. Hasil penelitian menunjukan
terdapat 3 pola saluran tataniaga bawang merah yang terbentuk di daerah
penelitian, yaitu :
1. Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar Provinsi
2. Petani – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer – konsumen
3. Petani – Konsumen.
Saluran tataniaga 1 merupakan saluran yang paling banyak di minati oleh para
petani yaitu sebesar 64,90% produksi bawang merah melalui saluran tataniaga 1.
Nilai tunai yang diperoleh petani adalah sebesar Rp 9.200 (75,41%). Biaya
produksi rata-rata petani adalah Rp 5.257 dengan demikian share petani adalah
sebesar Rp 3942/kg. margin yang terjadi antara petani dengan pedagang
pengumppul adalah sebesar Rp 3.000 yang mana sebesar Rp 320 teralokasikan
untuk biaya tataniaga pedagang pengumpul.
Pada saluran tataniaga 2, nilai tunai rata-rata yang di terima oleh petani adalah Rp
10.800/kg, lebih besar dibandingkan dengan nilai tunai yang diterima oleh petani
pada saluran tataniaga 1 yang hanya sebesar Rp 9.200/kg. namun pada saluran
tataniaga 2, petani menjumapi pedagang besar yang berada di pasar kabupaten, hal
ini mengakibatkan petani harus mengeluarkan biaya tambahan di luar biaya
produksi.Pada saluran tata niaga 2, margin tata niaga yang terbentuk adalah

Universitas Sumatera Utara

19

sebesar Rp 5.700,00/kg dimana harga bawang merah di tingkat petani adalah
sebesar Rp 10.800,00/kg sedangkan harga jual di tingkat pengecer sebesar Rp
16.500,00/kg.
Pada saluran tataniaga 3, bahwa nilai tunai yang diterima petani adalah sebesar Rp
15.700/kg dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp
7.775,67/kg ( 49,53% ) sedangkan share yang diterima oleh petani adalah sebesar
Rp 7.924,33/kg atau sebesar 50,47% dari harga konsumen akhir.
Saluran tata niaga 2 dapat dikatakan lebih efisien jika dibandingkan dengan
saluran tata niaga 3.
2.4 Kerangka Pikiran
Bawang merah termasuk dalam kategori rempah-rempah. Bawang merah
berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan. Komoditas ini termasuk ke dalam
kelompok rempah yang tidak bersubtitusi, artinya fungsi bawang merah tidak
dapat digantikan oleh bahan lain. Rasa dan aroma makanan tidak akan lengkap
jika tidak disertai dengan bawang merah.
Bawang merah yang dihasilkan oleh petani tidak langsung dimanfaat oleh
konsumen secara langsung. Untuk dapat sampai ketangan konsumen, bawang
merah akan melalui serangkaian proses distribusi yang disebut tataniaga.
Tataniaga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang membentuk mata
rantai distribusi produk yang menghubungkan petani dengan konsumen akhir
dengan melibatkan beberapa lembaga tataniaga. Pola tataniaga yang terbentuk
akan berpengaruh terhadap efektivitas pendistribusian bawang merah dari petani
ke tangan konsumen akhir.

Universitas Sumatera Utara

20

Pelaku tataniaga bawang merah yaitu Petani, Pedagang pengumpul, Agen,
Pedagang pengecer desa atau kota, Pedagang luar daerah. Petani menjual
langsung bawang merah tersebut ke pedagang pengumpul dengan cara pedagang
pengumpul yang langsung mengambil bawang merah dari lokasi petani, dan
membawa ke tempat pengepakan. Setelah dilakukan pengemasan, pedagang
pengumpul menjualnya ke pedagang luar daerah. Ada juga petani langsung
menjualnya barangnya kepada agen, agen adalah orang yang membeli barang
langsung kepada petani tanpa ada perantara yang datang setiap hari, agen tersebut
akan menjual ke pengecer kota, pengecer kota tersebut akan menjual lagi ke
konsumen. Petani juga menjual kepada pengecer desa dengan jumlah yang cukup
kecil. Pengecer desa menjual kepada konsumen tidak setiap hari, karena
dilakukan setiap pekan saja dalam satu minggu dua kali.
Setiap lembaga dalam tataniaga bawang merah akan melakukan fungsi-fungsi
tataniaga, fungsi-fungsi itu antara lain adalah fungsi penujualan, pembelian,
pengangkutan , penyimpanan, standarisasi, pengambilan resiko, pembiayaan , dan
informasi pasar. Fungsi-fungsi tataniaga yang terjadi pada setiap lembaga tidaklah
selalu sama. Semakin panjang rantai tataniaga, maka semakin banyak fungsi
tataniaga yang terjadi didalamnya dan akan mengakibatkan harga bawang merah
merah semakin tinggi karena biaya yang dikeluarkan untuk melakukan fungsifungsi itu semakin besar demikian sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

21

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan skema analisis efisiensi
tataniaga bawang merah.
Petani Bawang
Merah
Agen

Pedagang
Pengumpul

Pedagang
Pengecer
Pasar Daerah

Pasar Luar Daerah

Konsumen Akhir

Biaya Tataniaga

Share Margin

Efisiensi Tataniaga
: Menyatakan Pengaruh
: Menyatakan Hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian
Tataniaga bawang merah sudah tergolong efisien di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara