Analisis Biaya Pengelolaan Pascapanen Sayuran Kubis Ekspor (Kasus : Gapoktan Dolok Mariah di Desa Seribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Produk hortikultura yang sering dijadikan sumber pendapatan petani adalah
tanaman sayuran. Karena sayuran ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan
tanaman

pangan

lainnya,

yaitu

mempunyai

produktivitas

yang

tinggi,


pemasarannya yang cenderung murah, dan mempunyai harga yang relatif stabil,
sehingga sangat menguntungkan kalau dilihat dari segi ekonomi. Namun, jika
dilihat dari segi pengelolaan pasca panennya, pengetahuan dan kemampuan petani
dalam pengelolaan sayuran yang ramah lingkungan dan lebih efisien sangat rendah
sehingga dampak yang ditimbulkan adalah kualitas sayuran yang rendah/kurang
baik, biaya pengelolaan pasca panen tinggi, dan resiko gagal panen yang cukup
tinggi.
Produk sayuran terbesar di Sumatera Utara adalah tanaman kubis. Perkembangan
produksi kubis ini selama empat tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan
dengan rata-rata pertumbuhan 8,42 persen per tahun. Pada tahun 2010, produksi
kubis terbesar 196.718 ton (BPS, 2011).
Sampai sekarang kubis termasuk salah satu di antara 18 jenis sayuran komersial
yang dihasilkan Indonesia dan mendapat prioritas pengembangan. Tanaman kubis
mempunyai nilai ekonomi dan sosial cukup tinggi, karena dijadikan salah satu
andalan sumber nafkah para petani dalam rangka meningkatkan pendapatan dan
taraf hidup mereka, juga sebagai komoditas ekspor (Rukmana, 1994).

Universitas Sumatera Utara


Salah satu sentra produksi tanaman kubis di Sumatera Utara adalah Kabupaten
Simalungun. Kabupaten Simalungun sangat cocok untuk pengembangan tanaman
kubis, karena didukung oleh letak geografisnya yang berbukit dan berada di atas
ketinggian lebih kurang 1000 meter di atas permukaan laut.

Di daerah Simalungun, produksi sayuran kubis yang dihasilkan sebagian ada
yang dipasarkan ke luar negeri, yaitu ke Singapura dan sebagian lagi dipasarkan
ke pasar lokal. Produk sayuran kubis yang diekspor tidak langsung dikirim ke
luar negeri, akan tetapi dijual melalui eksportir.
Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar
dan
mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan
mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan,
seperti pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput,
polong alot, ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat
berupa: pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi, grading, pengemasan,
penyimpanan dingin, pelilinan, dll (Mutiarawati, 2007)

Dalam pengelolaan pasca panen sayuran kubis ekspor ini dibutuhkan biaya yang
tidak sedikit, maka dari itu petani haruslah bersikap secara bijak dalam

pengalokasian dana yang dikeluarkan sebagai biaya produksi khususnya untuk
pasca panen ini, agar biaya yang dikeluarkan tidak berlebih melainkan efisien.
Selain itu peran lembaga pemasaran juga sangat penting di sini. Bila mekanisme
pasar berjalan dengan baik, maka semua pihak juga akan mendapatkan keuntungan.

Universitas Sumatera Utara

Lembaga pemasaran terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul,
eksportir, dan importir.
Lembaga pemasaran kubis ekspor di Kecamatan Silimakuta, yaitu Petani, Pedagang
Pengumpul (Gapoktan), dan Eksportir. Pedagang pengumpul sayuran kubis di
Kecamatan tersebut adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) itu sendiri yang
bernama Gapoktan Dolok Mariah. Setelah kubis dari kelompok tani terkumpul,
maka kubis akan dibawa ke tempat pengepakan (packing house) untuk disortir
terlebih dahulu dan dikemas. Lalu setelah dikemas, eksportirlah yang akan
menjemput kubis langsung ke tempat pengepakan tersebut.

Packing House yang berada di Desa Seribudolok ini merupakan bantuan yang
diberikan oleh Pemerintah Pusat (dalam hal ini Ditjen Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian Kementerian Pertanian) kepada Gapoktan Dolok Mariah untuk

meningkatkan mutu sayuran kubis dalam pasar ekspor. Peningkatan mutu ini
dilakukan dengan cara pembinaan manajemen dan pengolahan hasil hortikultura.
Diharapkan dengan bantuan packing house ini dapat menekan biaya dan
meningkatkan pendapatan petani yang tergabung dalam anggota Gapoktan Dolok
Mariah tersebut.

Proses pengelolaan pasca panen di desa Seribudolok ada yang melalui packing
house dan ada juga yang tidak melalui packing house. Pengelolaan pascapanen
kubis ekspor yang menggunakan packing house ini adalah petani yang berstatus
aktif tergabung di dalam kelompok tani anggota dari Gapoktan Dolok Mariah yang
telah ikut menandatangani kontrak kemitraan. Kontrak kemitraan ini adalah salah
satu upaya untuk menekan biaya pascapanen dan meningkatkan pendapatan petani

Universitas Sumatera Utara

kubis yang ada di desa Seribudolok serta menjaga pasokan kubis agar setiap
minggu ada untuk diekspor. Pengelolaan pascapanen kubis ekspor yang tidak
menggunakan packing house juga dilakukan oleh petani yang berstatus aktif di
dalam kelompok tani anggota dari Gapoktan Dolok Mariah. Mereka lebih memilih
tidak menggunakan packing house dikarenakan mereka tidak mempunyai modal

untuk menanam kubis, sehingga mereka meminjam modal untuk menanam kubis
kepada tengkulak (rentenir). Di dalam peminjaman antara petani dan rentenir telah
disepakati bahwa hasil panen dari petani nanti harus dijual kepada pemodal
(tengkulak/rentenir) dengan harga yang murah (di bawah harga rata-rata di pasar),
sehingga pendapatan petani yang tidak menggunakan packing house selalu rendah.

Adapun harga yang disepakati oleh petani yang menggunakan packing house dan
pihak gapoktan adalah sebesar Rp 1.800,00/ kg. Harga ini sudah tercantum di
dalam isi kontrak kemitraan. Harga yang disepakati antara petani yang tidak
menggunakan packing house dan tengkulak bervariasi, sesuai dengan negosiasi di
antara kedua belah pihak.

Eksportir yang telah terjalin kerja sama dengan Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) di daerah Simalungun adalah PT. Alamanda Sejati Utama yang
berpusat di Kota Bandung, sedangkan cabangnya terletak di Kabupaten Karo. Kerja
sama antara Gapoktan dengan eksportir memiliki ketentuan atau kontrak kerja,
seperti berat kubis yang layak untuk diekspor 1.5 kg-2 kg, harga jualnya sebesar Rp
1,800.00/kg, dan volume penjualan ke eksportir sebanyak 15 ton per minggu.
Namun, antara petani dengan eksportir sering terjadi kesenjangan. Kesepakatan
harga yang telah ditentukan antara Gapoktan dan ekportir tidak berpengaruh pada


Universitas Sumatera Utara

fluktuasi harga kubis. Apabila harga kubis di pasaran lokal meningkat, misalnya Rp
2,800.00/kg, maka harga ke ekportir akan tetap dengan harga kontrak yang telah
ditentukan sebelumnya, yaitu Rp 1,800.00/kg. Inilah yang menyebabkan petani
merugi. Sementara kubis harus dipasok setiap minggunya.

Peluang ekspor sayur dan buah Indonesia ke Singapura terbuka lebar. Pemerintah
Indonesia dan Singapura sepakat, pada 2014 ada peningkatan pangsa pasar ekspor
buah dan sayur Indonesia ke Singapura sebesar 30 persen. Untuk memenuhi target
peningkatan itu, diperlukan produksi yang berkesinambungan dalam kualitas,
kuantitas, penerapan praktik pertanian yang baik, keamanan pangan, dan rantai
pasok yang memadai (Kompas, 2011).

Menteri Pertanian Suswono menyampaikan itu disela peluncuran ekspor buah dan
sayur ke Singapura oleh PT. Alamanda Sejati Utama selaku perusahaan eksportir
yang bermitra dengan petani sayur dan buah di Sumatera Utara. Selain itu, juga
dilakukan penandatanganan kontrak dagang pemasaran sayuran untuk ekspor ke
Singapura antara Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Dolok Mariah.


Suswono menyatakan peningkatan ekspor melalui kerja sama pemasaran antara
petani dan eksportir merupakan bentuk terobosan pemerintah dalam meningkatkan
pendapatan petani. Hal itu juga merupakan upaya menjaga harga di tingkat petani
agar tidak terlalu fluktuatif. Suswono berharap kepada petani dan perusahaan
eksportir untuk menjaga kerjasama yang telah dirintis.

Universitas Sumatera Utara

Dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dalam menganalisis biaya pengelolaan pasca panen sayuran kubis ekspor di
daerah penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses pengelolaan pasca panen sayuran kubis ekspor yang
menggunakan packing house maupun yang tidak menggunakan packing
house di daerah penelitian ?
2. Bagaimana biaya pengelolaan pasca panen sayuran kubis ekspor
menggunakan


packing

house

dibandingkan

dengan

yang

yang
tidak

menggunakan packing house di daerah penelitian ?
3. Bagaimana pendapatan pengelolaan pasca panen sayuran kubis ekspor yang
menggunakan packing house dan tanpa menggunakan packing house di
daerah penelitian ?
4. Bagaimana pengaruh biaya pengemasan terhadap pendapatan pengelolaan
pasca panen sayuran kubis ekspor yang menggunakan packing house
maupun yang tidak menggunakan packing house di daerah penelitian ?

5. Bagaimana perbedaan pendapatan pengelolaan pasca panen sayuran kubis
ekspor antara yang menggunakan packing house dan tanpa menggunakan
packing house di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mengetahui proses pengelolaan pasca panen sayuran kubis ekspor
yang menggunakan packing house maupun yang tidak menggunakan
packing house di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis biaya pengelolaan pasca panen sayuran kubis ekspor
yang menggunakan packing house maupun yang tidak menggunakan
packing house di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis pendapatan pengelolaan pasca panen sayuran kubis
ekspor antara yang menggunakan packing house maupun yang tidak
menggunakan packing house di daerah penelitian.
4. Untuk menganalisis pengaruh biaya pengemasan dengan pendapatan
pengelolaan pasca panen sayuran kubis ekspor yang menggunakan packing

house maupun yang tidak menggunakan packing house di daerah penelitian.
5. Untuk menganalisis perbedaaan pendapatan pengelolaan pasca panen
sayuran kubis ekspor antara yang menggunakan packing house maupun
yang tidak menggunakan packing house di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi para petani dalam meningkatkan efisiensi
biaya pada pengelolaan pascapanen kubis.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam melakukan pembinaan
penanganan pasca panen sayuran kubis.
3. Sebagai informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara