Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

97

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

98

PEDOMAN WAWANCARA

Nama lengkap

:

Tempat/ tgl lahir

:

Alamat


:

Pendidikan Terakhir :
Usia

:

Agama

:

Status

:

Jumlah Anak

:

Fraksi


:

Komisi

:

1. Sudah berapa lama Ibu menjabat jadi anggota DPRD?
2. Saat pertama kali bekerja sebagai anggota DPRD, apakah terdapat
kesulitan dalam berkomunikasi?
3. Bagaimana hubungan antar staff di kantor DPRD? Khususnya dalam
komunikasi?
4. Bahasa apa yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari di kantor?
Indonesia formal, non formal, atau adakah yang masih menggunakan
bahasa daerah?
5. Sebenarnya keahlian atau background ibu di bagian apa, dan sekarang
apakah ibu ditempatkan sesuai dengan pendidikan terakhir ibu serta
apakah ibu merasa nyaman dengan posisi ibu saat ini?
6. Saat


terjun

ke

masyarakat,

apakah

terdapat

kesulitan

dalam

berkomunikasi? Bagaimana perbedaan saat berkomunikasi di kantor dan di
masyarakat?
7. Apakah ada perbedaan respon yang ditimbulkan oleh masyarakat saat
anggota DPRD perempuan dan laki-laki menyampaikan pesan?
8. Apakah ada perbedaan saat mendatangi konstituen yang pro dan tidak pro
terhadap ibu? Konstituen mana yang sering ibu datangi?

9. Apakah kebiasaan berkomunikasi

di kantor dan di masyarakat

mempengaruhi komunikasi dalam keluarga?

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

99

10. Bagaimana gaya berpakaian ibu saat di kantor, masyarakat, dan keluarga?
Adakah perbedaannya sebelum dan sesudah menjadi anggota DPRD?
11. Saat berkomunikasi, dimanakah Ibu lebih sering menggunakan bahasa
tubuh (komunikasi non verbal)? Di kantor, masyarakat atau di keluarga?
12. Jika Ibu memiliki masalah entah dalam keluarga maupun masalah
pekerjaan, apakah akan berpengaruh pada ekspresi wajah Ibu, dan jika
berpengaruh bagaimana cara Ibu mengatasinya?
13. Dalam melampiaskan emosi atau pun kekesalan, apa yang sering ibu
lakukan dan biasanya suka curhat sama siapa untuk meredakan emosi ibu?

14. Menurut pendapat Ibu, berpengaruhkah penampilan terhadap respon lawan
bicara?
15. Apakah ada perbedaan nada, intonasi, dan volume suara Ibu saat
berkomunikasi di kantor, di masyarakat, dan di keluarga?

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

100

Hasil Wawancara

Informan I
Nama lengkap

: Hj. Meilizar Latief, MM

Tempat dan tanggal lahir

: Medan, 1 Mei 1959


Alamat

: Jln. STM Sukadarma No. 4, Komplek Darma
Indah, Meda

Pendidikan Terakhir

: Magister Manajemen

Usia

: 57 tahun

Agama

: Islam

Status


: Menikah

Jumlah Anak

: Dua

Fraksi

: Partai Demokrat

Komisi

:E

1. Sudah berapa lama Ibu menjabat jadi anggota DPRD?
Saya sudah dua periode. Periode 2009-2014 dan sampai saat ini periode
2014-2019.
2. Saat pertama kali bekerja sebagai anggota DPRD, apakah terdapat
kesulitan dalam berkomunikasi?
Sebetulnya dalam berkomunikasi ataupun interaksi karena background

kita pada saat masuk ke DPRD ini artinya masing-masing dari dunia yang
berbeda-beda, dari background pendidikan, pengalaman berbeda-beda.
Jadi namanya kita terbiasa kadang-kadang bekerja sebelumnya dengan
suatu yang setiap hari terukur, misalnya kita kerja di kantor, di bank atau
di PT itu satu harinya itukan ada terukur. Kalau di dewan ini, pekerjaan
kita adalah rata-rata yang menyangkut aspirasi masyarakat. Jadi artinya
tidak ada setiap hari dihitung angka, seperti kami bekerja itu dengan mitra
provinsi Sumatera Utara. Jadi komunikasi disitu, bagi saya pribadi
awalnya memang ada masalah, karena saya datangnya dari pekerjaan yang
profesional yang kalau empat ditambah empat itu enambelas, itu siap hari
itu. Tapi dalam dunia politik ada tenggang waktu, ada aspirasi ada
kepentingan politik jaditerhambatnya disitu awal-awalnya, sambil kita

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

101

mempelajari apa sesungguhnya pekerjaan di dewan ini. Kita harus
adaptasi,


kita

harus

memahami,

kita

harus

menghayati

bahwa

sesungguhnya pekerjaan politik ini indah.
3. Bagaimana hubungan antar staff di kantor DPRD? Khususnya dalam
komunikasi?
Ya mudah-mudahan sampai sekarang antar fraksi, saya secara pribadi
sekarang ini masih open communication ya, artinya masih terbuka engga

ada segala sesuatu hal yang mesti menjadi masalah. Kalaupun ada mesti
diselesaiakan, boleh secara partai ataupun fraksi ataupun individu.
4. Bahasa apa yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari di kantor?
Indonesia formal, non formal, atau adakah yang masih menggunakan
bahasa daerah?
Bahasa yang sering digunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, jadi
kita disinikan berbagai etnis suku yang mayoritas disini Tapanuli Selatan
banyak juga, batak banyak juga. Di dalam komunikasi formal kami
menggunakan bahasa Indonesia, tapi seperti saya Padang ada juga kadangkadang beberapa disini menggunakan bahasa tradisional. Jadi kadangkadang sering juga muncul bahasa tradisional. Jadi kita di Sumatera Utara
ini memang tidak seperti di Barat sana selalu menggunakan bahasa yang
sifatnya internasional. Jadi kalau kita disini lebih ke bahasa Indonesia
formal.
5. Sebenarnya keahlian atau background ibu di bagian apa, dan sekarang
apakah ibu ditempatkan sesuai dengan pendidikan terakhir ibu serta
apakah ibu merasa nyaman dengan posisi ibu saat ini?
Ketimpangan kerap sekali terjadi antara laki-laki dan perempuan, itu salah
satu faktornya adalah kami yang ada sekarang ini dengan background yang
berbeda-beda jadi susah untuk menyatukan dan menyamakan persepsinya
susah. Dan kita selalu ditempatkan di komisi yang sebetulnya itu tidak
sesuai dengan backgrund kita, dulu pada periode 2009 sampai 2014, saya

memang ditempatkan di komisi yang sesuai dengan background
pendidikan ekonomi saya yakni Komisi B. Tetapi yang namanya politik
ini kan sarat kepentingan. Jadi seperti saya, katakanlah saya ini fraksi di

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

102

partai Demokrat, background saya kan ekonomi, sebetulnya komisi
Ekonomi itu kalau gak komisi B atau komisi C. Tapi saya ditempatkan di
komisi E bagian kemasyarakatan. Kenapa begini? Ada 2 faktor. Faktor
pertama memang kondisi anggota fraksinya tidak mengijinkan yang tidak
membenarkan kita untuk memilih. Faktor yang kedua like-dislike, itu tetap
ada namanya politik sarat kepentingan, sehingga background selalu tidak
sama dengan apa yang kita kerjakan. Tapi, dimana pun kita ditempatkan
kita harus tetap professional, tetap belajar hal-hal baru yang mungkin
belum kita ketahui. Sebab kita sudah diberi tugas dan tanggung jawab,
yang harus bagaimanapun kita harus melakukan yang terbaik, tetap
professional dengan tanggungjawab dan tugas itu.
6. Saat

terjun

ke

masyarakat,

apakah

terdapat

kesulitan

dalam

berkomunikasi? Bagaimana perbedaan saat berkomunikasi di kantor dan di
masyarakat?
Kalau dalam masyarakat sulitnya begini, mereka betul-betul menganggap
bahwa kita itu wakil mereka, jadi mereka maunya segala hal yang terkait
dengan pemerintah kita mengatasinya, sementara fungsi kami disini bukan
eksekutor. Eksekutor itu di pemerintah Provinsi Sumatera Utara, kami ini
hanya penjembatan antara masyarakat ke provinsi, supaya hal-hal biaya
yang dianggarkan provinsi itu betul-betul adalah pro rakyat. Jadi disini
antara persepsi masyarakat terhadap anggota DPR yang dalam tanda kutip
mereka menganggap bahwa kami ini betul-betullah wakil mereka,
sementara pemutus apa yang diingankan mereka itu adalah pemitra
provinsi, jadi biasalah dek kalau kita sebagai penjembatan inikan kadangkadang kita menjelaskan itu tidak terterima oleh masyarakat.
7. Apakah ada perbedaan respon yang ditimbulkan oleh masyarakat saat
anggota DPRD perempuan dan laki-laki menyampaikan pesan?
Kalau responsif itu tidak sama, karena kita lihat dalam pembuktian
pemilihan anggota dewan perempuan dan laki-laki, ternyata lebih banyak
terpilih anggota dewan laki-laki daripada perempuan. Ini buktinya respon
masyarakat terhadap anggota dewan calon laki-laki dengan perempuan.
Kalau kita lihat keberadaan sekarang responsifnya itu lebih kepada bapak-

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

103

bapak. Ini bukti bukan asal ngomong, karena kami disini cuma 14 orang
dari 100. Jadi kenapa begitu, mungkin kalau kami di Islam ada pandangan
bahwa kami perempuan itu memang harus second line tidak boleh unggul
di baris pertama. Mungkin masyarakat masih mengganggap begitu. Inilah
tugas kalian sebetulnya menjelaskan kepada masyarakat bahwa perempuan
itu juga bisa memimpin, tidak lagi di rumah hanya mendengar penjelasan,
tapi perempuan sekarang itu boleh sejajarlah dengan kesetaraan gender.
Kesetaraan gender itu sekarang sifatnya internasional.
8. Apakah ada perbedaan saat mendatangi konstituen yang pro dan tidak pro
terhadap ibu? Konstituen mana yang sering ibu datangi?
Tidak, tidak ada yang berbeda. Kita ini kan sudah terpilih menjadi wakil
rakyat semua rakyat itu sama di mata hukum, sekalipun saya tahu bahwa si
X tidak pro terhadap saya, bukan berarti saya tidak memperdulikannya dan
jarang menemui mereka. Siapapun konstituen yang berada di daerah
pemilihan saya, saya akan selalu berlaku adil dan tidak ada pilih-pilih
kasih. Bukan wakil rakyat lah namanya kalau tidak melakukan pemerataan
terhadap konstituennya. Jadi untuk siapa yang sering didatangi, keduanya
sama-sama balance, baik yang pro maupun yang tidak pro terhadap saya.
Tidak ada itu namanya konstituen yang jarang di datangi dan sering
didatangi.
9. Apakah kebiasaan berkomunikasi

di kantor dan di masyarakat

mempengaruhi komunikasi dalam keluarga?
Rata-rata sih enggak, kita bisa membedakan bagaimana kita di kantor
berhadapan dengan orang politik dengan keluarga, itu jangan sampai
terbawa karena disini kalau kita berhadapan dan berbicara dengan temanteman politik ini kita juga harus memahami dulu baru kita bisa berkata,
kalau di keluarga kan kita lebih ke bahasa kekeluargaan. Jadi tidak
berpengaruh ke keluarga.
10. Bagaimana gaya berpakaian ibu saat di kantor, masyarakat, dan keluarga?
Adakah perbedaannya sebelum dan sesudah menjadi anggota DPRD?
Tipekal saya memang yang tidak terlalu berubah mode jadi kalau di kantor
begini, nanti kalau di pesta tinggal celananya diganti dengan rok, kalau

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

104

saya pribadi ya, hanya kadang-kadang mau juga saya pakai rok ke kantor.
Tapi kalau model baju sama, karena saya lebih familiar dengan gaya baju
seperti ini. Saya orangnya tidak modis, tidak mengikuti trend sekarang kan
baju muslim itu kan banyak tapi saya orangnya gak bisa. Inilah standart
baju saya ahahha. Saya kalau keluar tidak pernah pakai baju kaos, gak
pernah pakai jeans. Saya sudah beginilah style nya formal. Tapi mungkin
adek-adek bisa lihat bahwa kami juga disini disediakan uniform, tapi
kesehariannya kami menggunakan baju bebas. Tapi kalau tentunya
memang etika berbusana kantor dengan busana pesta itu mesti dibedain.
Kalau di rumah sih bebas aja mau pake apa aja. Sebelum menjadi anggota
DPR memang begini gaya berbusana saya, kecuali dulu masih bekerja di
bank ada peraturan berbusananya disesuaikan dengan uniform kantor itu.
Kalau untuk di rumah, ya saya layaknya ibu-ibu yang lain pakai daster,
paling lepas jilbab ya begitu bagaimana baju rumahan yang biasanya.
11. Ketika Ibu terjun ke masyarakat, bagaimana gaya berpakaian Ibu?
Saya justru lebih minim lagi misalnya kesini (kantor) pakai gelang uda
terbiasa pakai gelang, jadi ke masyarakat itu kita enaknya berpakain
seperti mereka biar membaur, seperti pakai sendal, karena kita itu ke
pedalaman. Saya kan dapil Medan, 11 kecamatan 2014, pada saat 2009 21
kecamatan wilayah saya. Yah bayangilah kalau kita pakai sepatu ke
belawan turun ke pelabuhan ke tembung sana. Jadi sebenarnya lebih
enaknya ke masyarakat ini kita pun berbahasa pada saat kita menerima
aspirasi, kita harus berkomunikasi dengan bahasa yang sangat sederhana.
Kalau bisa pun bahasa mereka itulah yang kita curi. Kita gak bisa
berbahasa yang aneh-aneh gitu, kita menyampaikan program pemerintah
tidak gak bisa bila budgeting, kita cuma bisa bilang anggaran biaya
misalnya. Kita enggak bisa bergaya bahasa yang tidak biasa mereka
sebutkan, jadi komunikasi kita mengikuti komunikasi mereka.
12. Saat berkomunikasi, dimanakah Ibu lebih sering menggunakan bahasa
tubuh (komunikasi non verbal)? Di kantor, masyarakat atau di keluarga?
Di kantor, kita berbicara di kantor apalagi saat rapat lebih cenderung
menggunakan gerakan tangan untuk gaya nonverbalnya, karena bagi saya

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

105

dalam mengemukakan pendapat apabila kita menggunakan gerakan
tangan, hal itu lebih memperlihatkan sikap tegas. Dan kalau di rumah sih
tidak begitu banyak ya, karena kan di rumah lebih keluarga jadi berbicara
pun lebih santai.
13. Jika Ibu memiliki masalah entah dalam keluarga maupun masalah
pekerjaan, apakah akan berpengaruh pada ekspresi wajah Ibu, dan jika
berpengaruh bagaimana cara Ibu mengatasinya?
Sedikit, kita memang bisa membedakan apalagi namanya manusia ini
kadang mau sampai terbawa. Jadi kadang memang mau terbawa dalam
keluarga, karena mood itu cukup berpengaruh ya dan gak bisa dibohongi
oleh ekspresi wajah kita. Cara mengatasinya kalau saya ada masalah di
kantor, terkadang saya kasih jeda waktu sebelum pulang ke rumah
misalnya pergi belanja, jalan-jalan untuk meredakan. Setelah saya rasa
sudah mendingan, baru saya pulang ke rumah. Jadi kan tidak terbawa
sampai ke rumah, masalah yang di kantor cukuplah untuk di kantor,
jangan dicampur baurkan dengan keluarga.
14. Dalam melampiaskan emosi atau pun kekesalan, apa yang sering ibu
lakukan dan biasanya suka curhat sama siapa untuk meredakan emosi ibu?
Seperti yang saya bilang tadi, kalaupun ada masalah untuk melepaskan
emosi saya lebih memilih memberikan waktu sejenak untuk saya sendiri
atau biasa orang-orang bilang „me time‟, jadi kalaupun saya ingin cerita
masalah atau kekesalan saya, suami saya tempat curhat saya. Kalau untuk
teman-teman sesama anggota dewan baik itu teman satu komisi ataupun
teman satu fraksi, kami lebih terbuka dalam masalah pekerjaan, masalah
masyarakat lah, tapi kalau untuk urusan pribadi sih tidak begitu ya.
15. Menurut pendapat Ibu, berpengaruhkah penampilan terhadap respon lawan
bicara?
Tetap itu berpengaruh, kita menarik perhatian audiens. Jadi cara kita
menarik perhatian mereka dengan berpenampilan yang sesuai dengan
kondisi. Janganlah pula kita menghadapi masyarakat dengan bergrendelgrendel segala perhiasan, bergaya dengan sesukanya. Kita harus

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

106

menyentuh masyarakat agar mereka mau mendengarkan kita dan respect
terhadap kita.
16. Apakah ada perbedaan nada, intonasi, dan volume suara Ibu saat
berkomunikasi di kantor, di masyarakat, dan di keluarga?
17. Pasti ada, kalau dengan anak-anak dan suami itu lebih ke intonasi
bagaimana seorang ibu dengan anak bagaimana istri dengan suami, lebih
ke bahasa sayang atau bahasa keluarga. Kalau dalam ruang lingkup
pekerjaan khususnya saat di kantor, pasti ada saat-saat dimana intonasi
kita itu berubah-ubah, naik-turunnya intonasi suara pasti ada. Terlebih saat
kita melakukan agenda rapat, untuk mengeluarkan pendapat maupun
menegaskan suatu hal intonasi suara kita bisa naik-turun. Tetapi untuk
masyarakat sedikit berbeda ya, karena kan untuk menghadapi mereka itu
harus bertahap, kita juga harus memperhatikan dari mulai kata, intonasi,
nada dan volume suara kita agar mereka tetap nyaman berada dengan kita,
dan mereka tidak salah persepsi dengan kita. Karena terakadang kan dari
intonasi suara yang berbeda bisa membuat persepsi yang berbeda-beda
juga dari lawan bicara kita.

Informan II
Nama lengkap

: Siti Aminah Parangin-angin, SE, M.SP

Tempat dan tanggal lahir

: Hutabulu, 12 Agustus 1961

Alamat

: Jln. Palas 5, No. 51, Medan

Pendidikan Terakhir

: Magister Politik

Usia

: 54 tahun

Agama

: Kristen Protestan

Status

: Menikah

Jumlah Anak

: Dua

Fraksi

: PDI Perjuangan

Komisi

:B

1. Sudah berapa lama Ibu menjabat jadi anggota DPRD?
Sudah 15 tahun atau tiga periode ya saya menjadi anggota dewan di tanah
Karo, pernah juga menjabat sebagai ketua DPR di Karo. Setelah itu, dulu

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

107

anggota dewan Pak Sudarto Sitepu mengundurkan diri karena beliau ikut
dalam Pilkada Kabupaten Karo, nah untuk menggantikan posisi beliau
saya kemudian dilantik menjadi anggota DPR SUMUT menggantikan
posisi beliau dari tahun 2014 sampai 2019.
2. Saat pertama kali bekerja sebagai anggota DPRD, apakah terdapat
kesulitan dalam berkomunikasi?
Ada, sulit pertama sekali dengan sesama anggota DPR, karena pada masa
itu hanya saya sendiri perempuan anggota DPR di Karo. Jadi ya ilmunya
saya curi pada saat saya pergi-pergi ke lapangan dengan anggota DPR
yang lain. Hanya saja kadang mereka marah jika saya ikut dengan mereka,
karena hanya saya sendiri yang perempuan mereka merasa tidak nyaman
dan menganggap saya seperti mata-mata. Tapi seiring berjalannya waktu
ketidaknyamanan itu sudah mulai hilang, anggota dewan laki-laki juga
sudah terbiasa akan kehadiran saya saat ikut ke

lapangan

terlebih

sudah tiga periode menjabat kan, jadi yah sudah nyaman saja, saya pun
tidak canggung lagi meskipun hanya saya perempuan.

3. Bagaimana hubungan antar staff di kantor DPRD? Khususnya dalam
komunikasi?
Sangat-sangat bagus, tidak ada masalah. Semua komunikasi lancar baik
dengan staff maupun dengan anggota dewan yang lain.
4. Bahasa apa yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari di kantor?
Indonesia formal, non formal, atau adakah yang masih menggunakan
bahasa daerah?
Semuanya dipakai, bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah melihat
orangnya, siapa teman berbicara. Kalau di rumah lebih sering pakai bahasa
Karo sama anak-anak juga, sama seperti di masyarakat bahasa Indonesia
juga sesekali di selingi bahasa daerah lah.
5. Sebenarnya keahlian atau background ibu di bagian apa, dan sekarang
apakah ibu ditempatkan sesuai dengan pendidikan terakhir ibu serta
apakah ibu merasa nyaman dengan posisi ibu saat ini?

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

108

Utamanya saya pilih komisi B ini sebenarnya karena ini menyangkut
perekonomian, pertanian karena wilayah saya, dapil yang saya wakili
adalah daerah pertanian bagaimana meningkatkan pertanian, peternakan,
perkebunan, kehutanan, BUMN itulah yang mewakili ini. Apa yang saya
timba ilmu saya di MSP ini, ada kaitannya. Jadi untuk sejauh ini saya
masih nyaman di komisi ini.
6. Apakah ada perbedaan respon yang ditimbulkan oleh masyarakat saat
anggota DPRD perempuan dan laki-laki menyampaikan pesan?
Jauh perbedaannya, mereka lebih senang kalau kita yang permpuan yang
datang berkunjung beda saat laki-laki yang datang. Karena kita lebih
mudah mengumpulkan massa itu, karena saya juga sudah 3x menjadi
wakil rakyat di Karo saya tidak pernah sekalipun membayar atau
mengeluarkan uang dalam pemilihan atau money politik dan mereka juga
rata-rata sudah mengenal saya, mereka juga senang dengan saya sehingga
respon yang mereka berikan juga baik.
7. Apakah ada perbedaan saat mendatangi konstituen yang pro dan tidak pro
terhadap ibu? Konstituen mana yang sering ibu datangi?
Ya utamanya apapun ceritanya konstituen yang memilih kita itu, itu yang
kita utamakan, tapi yang tidak juga kita berusaha bagaimana caranya
supaya dia juga mengerti apa yang menjadi tugas-tugas kita dan apa yang
dia bisa peroleh dengan kedudukan kita, gitu. Karena rakyat ini banyak
yang memilih karena uang, kita ingin merinso otak-otaknya yang tidak
bagus itu, gitu kalau saya. Semua saya sayang sama rakyat ini, tapi ada
yang tersayang karena dia yang mendudukkan kita, begitu. Ya semua,
semua didatangi, kita kan ke satu desa, satu desa itu ya kalau kita reses kan
kita undang semuanya, ya kalau tidak mau dengarkan ya itu terserah dia,
tapi tugas kita sebagai wakil rakyat harus kita jalankan, gitu.
8. Apakah kebiasaan berkomunikasi

di kantor dan di masyarakat

mempengaruhi komunikasi dalam keluarga?
Saya biasa-biasa saja berkomunikasi dengan siapa saja, begini saya di
kantor yah begitu juga berkomunikasi di masyarakat dan di keluarga.
Hanya saja kalau saya di masyarakat mereka menganggap saya memiliki

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

109

nilai lebih, jadi kalau ada acara apa atau makan-makan saya selalu di
undang.
9. Bagaimana gaya berpakaian ibu saat di kantor, masyarakat, dan keluarga?
Adakah perbedaannya sebelum dan sesudah menjadi anggota DPRD?
Jauh beda lah, dulu kan saya latar belakang pengusaha kedai kopi
bergabung dengan bapak-bapak dan siapa saja, jadi tidak begitu
memperhatikan penampilan. Setelah menjadi anggota DPR kan harus lebih
rapi, tidak perlu terlalu mewah cukup rapi saja menurut saya. Saya juga
hanya sesekali memakai aksesoris, itupun menyesuaikan tempat dan
situasi ya. Kalau misalnya ke pesta, ya kadang saya pakai, ke kantor kalau
saya lagi pengen ya saya pakai, tapi kalau lagi enggak pengen, ya tidak
saya pakai.
10. Saat berkomunikasi, dimanakah Ibu lebih sering menggunakan bahasa
tubuh (komunikasi non verbal)? Di kantor, masyarakat atau di keluarga?
Di kantor dan di masyarakat, karena saat kita berbicara atau menjelaskan
sesuatu, gerakan-gerakan tangan kita cukup menunjang dalam artian
gerakan tangan membantu kita untuk lebih bisa memaparkan apa yang ada
dalam isi pikiran kita untuk disampaikan pada lawan bicara.
11. Jika Ibu memiliki masalah entah dalam keluarga maupun masalah
pekerjaan, apakah akan berpengaruh pada ekspresi wajah Ibu, dan jika
berpengaruh bagaimana cara Ibu mengatasinya?
Pasti ada, tapikan kalau kita ke masyarakat kita harus tahu menempatkan
diri,

pintar-pintar

bagaimana

supaya

dapat

menutupinya.

Harus

professional saat kita bekerja, membedakan mana yang menjadi prioritas
saat bekerja. Begitu juga saat kita di keluarga, jangan terlalu
memperlihatkan masalah yang ada, semaksimal mungkin raut wajah itu
dijaga agar tidak terlalu kelihatan. Setiap masalah kan, pasti ada jalan
keluarnya, ya saya selalu berusaha untuk santai saja, bukan berarti
melupakan masalah itu santai tapi tetap memikirkan bagaimana cara
memecahkannya, bila perlu minta solusi dengan orang yang kira-kira bisa
membantu, jadi tidak perlu semua orang harus tahu kalau kita sedang
memiliki masalah, pintar-pintar lah menutupinya.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

110

12. Dalam melampiaskan emosi atau pun kekesalan, apa yang sering ibu
lakukan dan biasanya suka curhat sama siapa untuk meredakan emosi ibu?
Ya kalau saya terbuka aja kalau sama semua teman yang ada disini, begitu.
Apa yang terjadi ya kita selalu cerita, suka duka hidup ini namanya kawan,
kawan satu perjuangan. Walaupun kita gak satu partai rasanya kita ini
sudah bersaudara karena kita harus sama-sama memperjuangkan aspirasi
rakyat disini, gak ada pilih partai, disini sama aja. Kalau kita sudah
menjadi wakil rakyat semua sama bagi kita dan kitalah semitra kawan
kerja kitalah, bagaimana kita berbuat supaya rakyat mengambil aspirasi
yang kita sampaikan ya kita bantu, begitu. Berbagai-bagai partai di komisi
ini, enggak sama. Ada PDI, Golkar ada Demokrat semuanya ada tapi kalau
untuk tugas kami ya sama, sama berjuang, apa yang kami lakukan sama
begitu, gak pilah-pilah disini.
13. Menurut pendapat Ibu, berpengaruhkah penampilan terhadap respon lawan
bicara?
Ya berpengaruh karena kan kita berhadapan dengan masyarakat ya
harusnya lebih berpenampilan menarik.
14. Apakah ada perbedaan nada, intonasi, dan volume suara Ibu saat
berkomunikasi di kantor, di masyarakat, dan di keluarga?
Kalau saya sama saja, mengalir begitu saja baik di keluarga, di kantor
maupun di masyarakat saya berbicara sama saja tidak ada bedanya, hanya
sekali-sekali disaat saya menyatakan pendapat terkadang ada penekananpenekanan dalam intonasi yang saya keluarkan, ya mengalir begitu saja
tanpa harus kita atur-atur.

Informan III
Nama lengkap

: Novitasari, SH

Tempat dan tanggal lahir

: Medan, 9 Mei 1982

Alamat

: Komplek Tasbih No. 8, Medan

Pendidikan Terakhir

: Sarjana Hukum

Usia

: 34 tahun

Agama

: Islam

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

111

Status

: Belum Menikah

Fraksi

: Partai Golkar

Komisi

:C

1. Sudah berapa lama Ibu menjabat jadi anggota DPRD?
Masih pendatang barulah, terpilih baru periode ini tahun 2014 sampai
2019.
2. Saat pertama kali bekerja sebagai anggota DPRD, apakah terdapat
kesulitan dalam berkomunikasi?
Kalau pertama kali masuk itu tentu beda ya karena diluar dari ruang
lingkup saya yang dulunya sebagai pengusaha. Disini kan kita harus
menyesuaikan dengan cara dan gaya masing-masing dari individu. Hanya
menyesuaikan saja tidak terlalu bermasalah kalau menurut saya.
3. Bagaimana hubungan antar staff di kantor DPRD? Khususnya dalam
komunikasi?
Berjalan lancar dengan staff-staff yang lain juga karena mereka juga kan
tetap ada membantu tugas dari dewan.
4. Bahasa apa yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari di kantor?
Indonesia formal, non formal, atau adakah yang masih menggunakan
bahasa daerah?
Kalau di kantor sih lebih ke bahasa Indonesia ya apalagi kalau sedang
rapat, bahasa Indonesia yang formal ya. Tapi kalau sedang kumpulkumpul begini di luar jam rapat bersama anggota dewan yang lain, ya
kadang ada juga muncul bahasa tradisional.
5. Sebenarnya keahlian atau background ibu di bagian apa, dan sekarang
apakah ibu ditempatkan sesuai dengan pendidikan terakhir ibu serta
apakah ibu merasa nyaman dengan posisi ibu saat ini?
Sebenarnya dengan basically hukum, cocok. Karena dia mengetahui
aturan-aturan, bisa di implementasikan juga. Sejauh ini saya nyaman,
karean saya juga mengerti aturan-aturannya , Peraturan Pemerintah, dan
semua itu dasarnya juga dari hukum.
6. Apakah ada perbedaan respon yang ditimbulkan oleh masyarakat saat
anggota DPRD perempuan dan laki-laki menyampaikan pesan?

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

112

Kalau saya sih merasa ada ya, karena kan kalau kita perempuan ini yang
datang dan berkomunikasi dengan masyarakat kita lebih banyak
menggunakan hati, sehingga mereka lebih nyaman terkadang kalau kita
yang berbicara dengan mereka, namun tidak menutup kemungkinan
mereka tidak merespon anggota laki-laki ya.
7. Apakah ada perbedaan saat mendatangi konstituen yang pro dan tidak pro
terhadap ibu? Konstituen mana yang sering ibu datangi?
Oh kalau saya enggak ada masalah, mau mereka pro ataupun tidak pro
sama saya. Sepanjang saya menjalankan tugas saya, saya akan
memberikan yang terbaik walaupun sekalipun dia tidak memilih saya,
namanya saya sudah tugas, itu sudah menjadi kewajiban saya untuk
menjelaskan ke mereka, tentunya kan akan ada juga suka dan tidak suka.
Saya tidak ada perbedaan untuk mendatangi mereka, namanya saya sudah
menjadi wakil rakyat, misalnya gini adek milih saya yang satunya lagi
tidak milih saya, ya tetap ada pendekatan, tidak masalah kan? Manatau ke
depannya yang tadinya dia tidak memilih saya ke depannya bisa milih
saya, kita kan tidak tau. Yang jelas kita mesti melakukan pendekatanpendekatan secara emosional dan tetap seimbang terhadap mereka.
8. Apakah kebiasaan berkomunikasi

di kantor dan di masyarakat

mempengaruhi komunikasi dalam keluarga?
Tidak ada pengaruh, karena kan kita memang harus menempatkan diri
kita. Yah kalau di keluarga tetap menggunakan bahasa sehari-hari di
rumah, tidak terlalu formal seperti di kantor.

9. Bagaimana gaya berpakaian ibu saat di kantor, masyarakat, dan keluarga?
Adakah perbedaannya sebelum dan sesudah menjadi anggota DPRD?
Kalau kakak sebelum menjadi anggota DPR maupun sesudah menjadi
anggota DPR yah beginilah gaya berpakaian kakak, tapi setidaknya
menyesuaikan diri lah. Ketika kita menghadiri acara yang formal yah kita
memakai pakaian yang formal, pakai blazer pakai rok atau celana panjang
tergantung di situasi. Kalau acaranya agak santai, ya pakai pakaian yang
santai juga, kata kuncinya harus rapi dan sopan sih.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

113

10. Saat berkomunikasi, dimanakah Ibu lebih sering menggunakan bahasa
tubuh (komunikasi non verbal)? Di kantor, masyarakat atau di keluarga?
Menurut saya, dalam penggunaan komunikasi nonverbal seperti gerakan
tangan, menggelengkan kepala, ekspresi wajah itu tidak bisa kita atur ya
karena itu refleks dimana saja dan kapan saja bisa kita gunakan baik itu
saat ke masyarakat, saat di kantor maupun di keluarga.
11. Jika Ibu memiliki masalah entah dalam keluarga maupun masalah
pekerjaan, apakah akan berpengaruh pada ekspresi wajah Ibu, dan jika
berpengaruh bagaimana cara Ibu mengatasinya?
Sedikit pastilah ada pengaruh, namun saya tidak menjadikannya berlarutlarut. Karena kan kita juga harus cari bagaimana solusinya. Kalau
mengatasinya ya, saya lebih senang menceritakannya kepada kedua
orangtua saya, jika membutuhkan solusi ya saya minta jika tidak ya hanya
saya curahkan saja.
12. Dalam melampiaskan emosi atau pun kekesalan, apa yang sering ibu
lakukan dan biasanya suka curhat sama siapa untuk meredakan emosi ibu?
Kalau di DPRD Sumatera Utara ini sifatnya politik-sosial, misalnya kan
disini ada beberapa daerah atau kabupaten juga yang mana anggota dewan
yang lain juga ada kepentingan

dengan dapil masing-masing, begitu

juga saya ada kepentingan di daerah pemilihan saya, dan bersama-sama
lah dengan kawan-kawan lainnya bagaimana memecahkan masalah yang
dibawa dari dapil masing-masing, sharinglah, berkomunikasi, bertanya
„bagaimanalah bang bagusnya‟, macamlah. Kalau disini konternya saya
tetap di urusan kantor menjalankan tugas saya sebagai wakil rakyat,
namun kalau untuk masalah curhat mengenai hal pribadi, saya lebih dekat
ke mama saya sama papa saya. Kepada mereka saya lebih terbuka
mengenai masalah-masalah yang saya hadapi termasuk juga urusan
pribadi.
13. Menurut pendapat Ibu, berpengaruhkah penampilan terhadap respon lawan
bicara?
Berpengaruh, kita juga harus menjaga penampilan kita. Karena jika
penampilan yang kita pakai membuat kita nyaman, maka kita juga akan

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

114

lebih nyaman jika berbicara dengan lawan bicara. Namun sebaliknya, jika
penampilan kita tidak mendukung atau membuat kita merasa tidak nyaman
maka lawan bicara kita juga akan merasakan ketidaknyamanan kita.
14. Apakah ada perbedaan nada, intonasi, dan volume suara Ibu saat
berkomunikasi di kantor, di masyarakat, dan di keluarga?
Ada, misalnya saat kita di masyarakat kita harus menggunakan
komunikasi dengan nada, intonasi yang baik, kita harus lebih hati-hati lagi
dalam memilih dan menggunakan nada maupun intonasi, karena tingkat
kecerdasan masyarakat itu juga kan berbeda-beda, jadi tidak sembarangan
dalam menaikkan volume suara, intonasi. Tapi kalau di dalam keluarga
dan di kantor ya nada, dan intonasi dalam berbicara selayaknya saja seperti
biasanya saja.
Informan IV
Nama lengkap

: Rinawaty Sianturi, SH

Tempat dan tanggl lahir

: Siborongborong/ 28, Oktober 1980

Alamat

: Jln. Sriwijaya, Medan

Pendidikan Terakhir

: Sarjana Hukum

Usia

: 35 tahun

Agama

: Kristen Protestan

Status

: Menikah

Jumlah Anak

:1

Fraksi

: Partai Hanura

Komisi

:E

1. Sudah berapa lama Ibu menjabat jadi anggota DPRD?
Sudah delapan tahun menjabat sebagai anggota dewan sejak 2009 sampai
sekarang
2. Saat pertama kali bekerja sebagai anggota DPRD, apakah terdapat
kesulitan dalam berkomunikasi?
Kalau kesulitan sih engga, itukan semua tergantung kita. Kita di lembaga
ini mau ngapai dulu, karena posisi kita kan jadi perpanjangan partai, yah
kita komunikasi sah-sah aja tidak ada kesulitan. Kesulitan itu hanya

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

115

sebatas perempuan dan laki-laki harus dijaga etikanya. Misalnya dalam
bercanda, bercanda kita itu jangan sampai melecehkan.
3. Bagaimana hubungan antar staff di kantor DPRD? Khususnya dalam
komunikasi?
Biasa saja, sejauh ini masih lancar. Tidak ada membeda-bedakan, semua
sama saja. Berkomunikasi dengan baik antar anggota juga dengan staf dan
pegawai lainnya.
4. Bahasa apa yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari di kantor?
Indonesia formal, non formal, atau adakah yang masih menggunakan
bahasa daerah?
Bahasa Indonesia, tapi kalau dengan

teman orang batak saya

menggunakan bahasa batak, kadang juga menggunakan bahasa jawa
dengan teman yang suku jawa walaupun hanya bisa sedikit-sedikit. Itu kan
bentuk komunikasi kita yang tidak kaku. Beberapa bahasa yang saya
kuasai, bahasa Indonesia, bahasa batak, bahasa jawa sedikit dan bahasa
inggris. Bahasa formal yang kerap sekali digunakan, hanyakan bahasa
formal di pemerintahan itu banyak yang kita pakai misalnya, anggaran
fungsinya apa, pokok kegiatannya apa karena fungsi kita kan pengamatan
jadi ya itu bahasa yang digunakan ya bahasa formal yang sesuai dengan
instruksi mereka. Di rumah saya sama suami pakai bahasa batak dan
bahasa Indonesia ya, kalau di masyarakat bahasa Indonesia yang dipakai
namun terkadang kalau ada bahasa daerah konstituen yang saya tahu dan
saya bisa dalam penyampaiannya, ya saya mau pakai bahasa daerah itu
walaupun sikit-sikit seperti bahasa jawa.
5. Sebenarnya keahlian atau background ibu di bagian apa, dan sekarang
apakah ibu ditempatkan sesuai dengan pendidikan terakhir ibu serta
apakah ibu merasa nyaman dengan posisi ibu saat ini?
Sesuai sesuai aja sih. Jadi semua lingkungan itu tempat belajar, belajar
membaca, belajar mencerna jadi disini kita ditempatkan disinilah kita
belajar. Sejauh ini sih nyaman-nyaman aja ya, kalau enggak nyaman
dengan pekerjaan itu yah mending di rumah saja jadi ibu rumah tangga.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

116

6. Saat

terjun

ke

masyarakat,

apakah

terdapat

kesulitan

dalam

berkomunikasi? Bagaimana perbedaan saat berkomunikasi di kantor dan di
masyarakat?
Kesulitannya engga ada lah. Ini kan kita dipilih langsung oleh masyarakat,
iyakan? Berarti kita memang harus bisa berkomunikasi baik dengan
masyarakat, iyakan. Kayak kamulah, kita baru pertama kali ketemu, ada
tidak kesulitan yang kamu rasakan saat kita berkomunikasi? Yah asal kita
berkomunikasi tidak kaku, yang penting dia tidak mengarah kearah
pribadi. Yah bebas berkomunikasi asal dengan cara yang sopan, ramah
kalau kita tidak sibuk ya kita jawab itulah komunikasi verbal komunikasi
yang tidak terlalu kaku.
7. Apakah ada perbedaan respon yang ditimbulkan oleh masyarakat saat
anggota DPRD perempuan dan laki-laki menyampaikan pesan?
Yah pasti ada, perbedaan itu mungkin dari status ya. Kalau kita datang dari
suatu pemerintah misalnya nih reses nih sosialisasi, kita dari perempuan
karena kita mungkin belum memperkenalkan diri belum menyampaikan
apa maksud dan tujuan kita, mungkin mereka akan underestimate atau
menganggap ibu ini atau saya itu ibarat kata mungkin dianggap ya
perempuan biasa, maksudnya tidak memahami pemerintahan. Tapi ketika
kita memperkenalkan diri, memberitahukan visi misi kita ya pengertian
mereka beda. Yah itulah gunanya pendekatan itu, memperkenalkan diri,
mengucapkan salam, memberitahu darimana, tujuannya apa jadi tidak
terjadi miss communication. Misalnya nih, kita kumpul 20 orang jumpa di
masyarakat, terus saya memperkenalkan diri sebagai istri dari ini, mereka
akan anggap kita sebagai ibu rumah tangga. Sama seperti kamu dek, kalau
misalnya kamu bilang saya anak dari pak tampubolon, mereka pasti bilang
“oh ini masih anak-anak”, beda saat ketika kamu memperkenalkan diri
“saya mahasiswa dari Ilmu Komunikasi”, mereka akan beranggapan “oh
berarti sudah paham”, jadi orang kan langsung terfokus. Jadi begitu kita
memperkenalkan diri atau say hi, jadi orang kan langsung terfokus,
pemikirannya begini cara dia menerima begini. Itulah bedanya.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

117

8. Apakah ada perbedaan saat mendatangi konstituen yang pro dan tidak pro
terhadap ibu? Konstituen mana yang sering ibu datangi?
Ya pasti sah-sah saja jika memang ada konstituen yang tidak pro terhadap
kita, itu uda bagiannya itu. Itulah demokrasi ada yang suka ada yang tidak,
jadi resiko. Hak dia mengatakan ini-itu asal sebatas dia sopan, “kamu
begini-begini, anggota dewan begini-begini” itu hak dia yang penting kita
kasih penjelasan kita. Hal itu tidak membatasi saya untuk tetap
mendatangi mereka, engga ada yang membatasi, tetap saya datangi baik
yang pro maupun tidak pro. Kalau mau membatasi ya jangan jadi wakil
rakyat, jadi ibu rumah tangga aja atau buka usaha saja.
9. Apakah kebiasaan berkomunikasi

di kantor dan di masyarakat

mempengaruhi komunikasi dalam keluarga?
Engga sih, tapi karena kebetulan saya dan suami sama-sama anggota
DPRD jadi lebih santai sih sebenarnya, karena pembicaraan juga lebih
sering soal konstituen, konstituen yang disana begini begini dapil disana
begini-begini. Jadi ya itu-itu aja yang kita bahas, tetapi tetap sambil lah
ngurus anak-anak.
10. Bagaimana gaya berpakaian ibu saat di kantor, masyarakat, dan keluarga?
Adakah perbedaannya sebelum dan sesudah menjadi anggota DPRD?
Pasti ada, pasti lebih rapilah. Namanya kita di lingkungan masyarakat pasti
akan dilihat cara kita berpakaian harus lebih sopan lebih rapi, dan tidak
sembarangan. Kalau untuk di lingkungan kantor, harus rapi dan sopan, gak
mungkin lah kita pakai kaos disini, atau pakai kaos ketat yah namanya kita
disini kan. Beda kalau di rumah, bisa berpakaian yang lebih santai lagi,
mau pakai kaos pun bisa pakai daster terserah.
11. Saat berkomunikasi, dimanakah Ibu lebih sering menggunakan bahasa
tubuh (komunikasi non verbal)? Di kantor, masyarakat atau di keluarga?
Dimana-mana aja sih dek, refleks. Kita engga bisa buat-buat komunikasi
nonverbal, semua itu tergantung situasi dan emosi. Saat kapan nonverbal
kita itu keluar, kita engga bisa rencanakan, misalnya saja saat menjelaskan
di masyarakat kadang spontan saja begitu, ada gerakan-gerakan tangan,

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

118

tatapan kita. Kita engga bisa memilih saat dimana kita lebih banyak
menggunakan komunikasi nonverbal kita, begitu.
12. Jika Ibu memiliki masalah entah dalam keluarga maupun masalah
pekerjaan, apakah akan berpengaruh pada ekspresi wajah Ibu, dan jika
berpengaruh bagaimana cara Ibu mengatasinya?
Enggak boleh, kita itu kalau lagi marah engga boleh kita menunjukkannya.
Itulah tugas kita sebagai anggota DPR, harus bisa menjaga ekpresinya.
Kayak tadi waktu rapat ada orang yang kurang respon terhadap kita ya kita
biasa aja, oh mungkin itulah yang dia tahu. Itulah seorang politikus itu
seperti itu, ga boleh langsung marah gak boleh langsung down, ga boleh
langsung terpancing kecuali kalau dia didebatkan dalam situasi seperti
tadi, kalau itukan wadah kita untuk menyatakan pendapat yah boleh kita
mengeluatkan tapi ya sebatas itu saja, tapi kita gak boleh marah tapi
menerangkan boleh.
13. Dalam melampiaskan emosi atau pun kekesalan, apa yang sering ibu
lakukan dan biasanya suka curhat sama siapa untuk meredakan emosi ibu?
Sama suami. Apalagi kalau ada masalah mengenai pekerjaan ya ceritanya
ke suami, karena suami saya juga sama kayak saya anggota dewan juga
disini „konstituen yang ini begini, yang itu begitu, kira-kira bagaimana ya
solusinya‟. Kalau untuk melampiaskannya saya lebih ke anak saya ya, kan
masih umur tiga tahun ya saya bermain sama dia, ngajarin dia ini-itu,
begitulah dek
14. Apakah ada perbedaan nada, intonasi, dan volume suara Ibu saat
berkomunikasi di kantor, di masyarakat, dan di keluarga?
Ada, kalau di masyarakat kan banyak masyarakat yang tidak mengerti
mereka hanya beranggapan kalau kita sudah dipilih yah siap gak siap kita
akan membantu mereka. Jadi kalau ke masyarakat itu harus lebih halus,
lebih ramah, engga boleh pakai intonasi yang kesannya tinggi. Kalau di
keluarga yah biasa saja lebih ramah lagilah, namanya keluarga masaan
awak marah-marahi. Kalau di kantor, ya seperti yang saya katakana tadi
tidak boleh marah hanya boleh menerangkan saja, bedakan mana intonasi
yang tegas mana yang marah.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

119

Informan V
Nama lengkap

: Jenny Riany Lucia Brutu, SH

Tempat dan tanggal lahir

: Laras, 3 Februari 1958

Alamat

: Jln. Mongonsidi No. 45Q, Medan

Pendidikan Terakhir

: Sarjana Hukum

Usia

: 58 tahun

Agama

: Katolik

Status

: Menikah

Jumlah Anak

:3

Fraksi

: Partai Demokrat

Komisi

:B

1. Sudah berapa lama Ibu menjabat jadi anggota DPRD?
Saya dulunya notaris, kerja di Kabupaten Deli Serdang dari tahun 98
sampai 2014, dan menjadi anggota dewan periode 2014 sampai 2019.
2. Saat pertama kali bekerja sebagai anggota DPRD, apakah terdapat
kesulitan dalam berkomunikasi?
Awal-awal memang masih merasa canggung, tetapi beberapa bulan
berjalan biasa saja, engga kaku-kaku lagi, jadi ya uda biasa aja.
3. Bagaimana hubungan antar staff di kantor DPRD? Khususnya dalam
komunikasi?
Semuanya berjalan baik, sama staff juga karena kita kan buth mereka juga.
4. Bahasa apa yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari di kantor?
Indonesia formal, non formal, atau adakah yang masih menggunakan
bahasa daerah?
Lebih ke bahasa Indonesia yang formal yaa, kalau bahasa daerah udah
engga lagi. Apalagi kita kan sering bertemu di ruang rapat jadi lebih ke
bahasa Indonesia sih.
5. Sebenarnya keahlian atau background ibu di bagian apa, dan sekarang
apakah ibu ditempatkan sesuai dengan pendidikan terakhir ibu serta
apakah ibu merasa nyaman dengan posisi ibu saat ini?

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

120

Nyaman. Karena kalau dulu saya itu bertemu dengan orang-orang tertentu,
hanya orang-orang yang membutuhkan saya, membutuhkan jasa saya itu
kalau dulu. Sekarang saya sudah lebih banyak bertemu dengan segala
lapisan masyarakat, mungkin keahlian saya memang disitu tempatnya dan
saya merasa cukup nyaman, karena banyak yang bilang kamu kelihatan
cerah, kamu kelihatan yah bahasanya cantik katanya, terus saya bilang
saya makin tua

kok makin cantik tapi saya berpikir juga mungkin

pekerjaan ini sesuai dengan jiwa saya berhadapan dengan masyarakat,
saya bisa membantu masyarakat mungkin secara materi tidak bisa, tapi
secara moril mereka itu bisa menceritakan segala keluh kesah walaupun
sampai hari ini belum banyak yang bisa dilakukan karena kondisi provinsi
kita. Jadi saya merasa nyaman, bertemu dengan masyarakat apalagi kalau
kita reses saya bertemu dengan masyarakat itu ya mungkin dunia saya
sebenarnya disitu.
6. Saat

terjun

ke

masyarakat,

apakah

terdapat

kesulitan

dalam

berkomunikasi? Bagaimana perbedaan saat berkomunikasi di kantor dan di
masyarakat?
Kalau saat berinteraksi dengan masyarakat engga ada kesulitan, kalau
kesulitan berinteraksi dengan masyarakat engga mungkin dipilih orang
kan. Kelebihan sanggota dewan sedikit adalah mereka cuma bicara, harus
pintar bicara.
7. Apakah ada perbedaan respon yang ditimbulkan oleh masyarakat saat
anggota DPRD perempuan dan laki-laki menyampaikan pesan?
Wah kami kalau reses jalan sendiri-sendiri.
8. Apakah ada perbedaan saat mendatangi konstituen yang pro dan tidak pro
terhadap ibu? Konstituen mana yang sering ibu datangi?
Kalau di DPR untuk menjadi anggota dewan biasanya engga ada ya, saya
engga pernah kesulitan terhadap konstituen baik yang waktu itu yang milih
saya maupun engga. Seperti kemaren terakhir saya pergi ke suatu desa di
Dairi, saat itu saya buat pertemuan, pemilih disitu ada 300, yang memilih
saya sekitar 80 orang, yang hadir di pertemuan itu 200 lebih berarti banyak
juga yang engga memilih saya hadir, ya kita gak tahu apa motivasi dia

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

121

entah dia cuma pengen melihat, apa pengen makan iyakan, tapi saya juga
baru ingat gitu waktu itu suara saya 83 pemilih ada 300an dan saya biasa
aja dalam artian tetap berlaku adil, engga ada yang langsung gimana.
Tetap seimbanglah.
9. Bagaimana gaya berpakaian ibu saat di kantor, masyarakat, dan keluarga?
Adakah perbedaannya sebelum dan sesudah menjadi anggota DPRD?
Mungkin ada. Saya dulu berpakaian notaris, nah notaris kan kantor-kantor
sendiri kan, saya kalau berhubungan dengan orang pun saya di meja saya,
rok saya agak pendek tapi gak termasuk mini di atas lutut. Sekarang saya
selalu memakai rok di bawah lutut, kenapa... karena kami kadang juga
harus menerima demo jadi rasanya saya agak risih kalau pakai rok mini itu
kalau saya. Tapi ada juga sih temen saya yang pakai rok mini yang masih
gadis ada beberapa, ya mereka pakai yah engga apa-apa. Cuma ya kalau
saya sudah tua, begitu banyak berhubungan dengan orang engga nyaman
juga saya kalau terlalu pendek gitu.
10. Saat berkomunikasi, dimanakah Ibu lebih sering menggunakan bahasa
tubuh (komunikasi non verbal)? Di kantor, masyarakat atau di keluarga?
Setiap saat, setiap saya berbicara saya selalu memakai nonverbal saya, jadi
setiap saya ngomong ya saya kontak mata dengan keluarga dengan
siapapun. Baik juga dengan masyarakat maupun dengan pimpinan saya
begitu, saya memang kalau berbicara saya selalu kontak mata, saya enggak
pernah mau tunduk, jadi tetap fokus.
11. Jika Ibu memiliki masalah entah dalam keluarga maupun masalah
pekerjaan, apakah akan berpengaruh pada ekspresi wajah Ibu, dan jika
berpengaruh bagaimana cara Ibu mengatasinya?
Harusnya tidak boleh ada, tetapi saya pernah mengalami dimana saya
pernah menerima demo mahasiswa dan saya melihat mahasiswanya tidak
sopan, itu saya marah memang ya mungkin harusnya tidak boleh marah
memang tapi saya marah memang karena saya merasa mereka harusnya
sebagai mahasiswa datang dan itu dan yang menghadapi itu seorang ibuibu dan bukan anak-anak dan melihat caranya bertanya kurang sopan
disitu saya marah memang, karena saya bilang saya dulunya juga aktivis,

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

122

saya juga dulu sering demo. Kalau begitu saya marah, tapi kalau yang
untuk biasa-biasa saya engga.
12. Dalam melampiaskan emosi atau pun kekesalan, apa yang sering ibu
lakukan dan biasanya suka curhat sama siapa untuk meredakan emosi ibu?
Oh kalau ada masalah engga ada curhat sama teman yang lain, karena di
dewan ini ternyata lebih ke individu, jadi kalau curhat lebih kepada
keluarga.
13. Apakah ada perbedaan nada, intonasi, dan volume suara Ibu saat
berkomunikasi di kantor, di masyarakat, dan di keluarga?
Ada. Karena saya marah memang. Tapi kalaupun kita marah yah engga la
maki-maki kayak ibu Risma yang marah-marah. Yah kalau saya engga lah
sampai begitu, engga juga lah. Kalau saya marah ya saya harus bilang
pada mereka kalau saya marah, menurut saya kalian tidak sopan. Terus
untuk penggunaan nada dan volume itu selalu ada, kalau kita berbicara
harus ada perbedaan, harus ada intonasi tidak bisa datar jadi harus ada
dimana penekanan kita harus berbicara dengan volume lebih kuat atau
volume yang datar. Kita harus lihat audiens bagaimana tanggapan mereka,
ketika mereka apatis kita bisa naikkan intonasi dan volume suara jadi
harus menguasai memang. Saya ini dalam konteks audiens.
14. Menurut ibu mengapa saat rapat anggota dewan perempuan lebih banyak
diam?
Sebenarnya begini, perempuan ini masih lebih malu-malu. Kita itu masih
lebih malu-malu memang jadi sebelum rapat sesudah rapat biasanya kami
bertemu dengan mereka dengan konterpart itu, ya disitu kami sudah
kasitahu ini begini-begini, jadi di formal itu yaudalah tadi uda di omongin
gitu karena biasanya sebelum ini kita uda ngomong. Kalau laki-laki
walaupun mereka bisa gitu. Kayak saya lah ya ini ngapai saya harus kasih
lihat di depan orang gitu, tetapi misiku udah sampai. Seringannya seperti
itu, kecuali ada kala-kala tertentu yang memang belum dibicarakan nah
disitu kita baru. Tapi kalau saya itu yang paling ini di saya itu adalah
masalah pertanian yang saya lebih ini. Tapi kalau kayak gas gitu di kita di
pakpak barat tidak terlalu maksudnya kuotanya kecil. Saya pikir apa yang

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

123

disampaikan biro perekonomian tadi itu tidak tepat harusnya kurang
karena menurut data tadipun pertamina kurang cuman saya pikir lebih baik
saya ngomong sendiri. Jadi lebih nyaman ngomong tatap muka, masih
malu-malu lah jadi tepatnya itu tadi tetap bekerja tapi kita lebih kepada
pendekatannya yang berbeda tidak harus didepan khalayak.

Informan Tambahan I (ibu Meilizar Latief)
Nama

: Ade Indiyani

Tempat/tgl lahir

: Medan/ 18 November 1988

Alamat

: Jln. Abdul Hakim Pasar 1, Medan

Jabatan

: Asisten pribadi ibu Meilizar

1. Sudah berapa lama kenal ibu Meilizar Latief?
Uda lama dari 2012. Pertama dulu ikut dia kampanye-kampanye dia dulu,
mau jadi dewan periode kedua. Dulunya kakak di Sekwan terus ada
permohonan dari ibu itu untuk jadi staff pribadi atau asistennya.
2. Bagaimana pendapat kakak mengenai ibu Meilizar?
Ya ibu itu pintar, baik, tegas. Ibu itu konsistenlah orangnya, cuma dia
orangnya intelek kita itu harus cepat. Urusan sama dia itu harus cepat
kerjaan harus cepat enggak boleh lama, enggak bisa nunggu harus sigap
gitu loh, disiplin dia.
3. Pernah ikut ke masyarakat?
Pernah, lumayan sering lah. Kalau sama masyarakat ramah, santun, kalau
ditanya sama masyarakat mengenai apa aja dia bisa menjawab karena kan
dia DPR bukan satu periode, udah dua. Jadi pengalaman dia ke masyarakat
udah bagus dari cara berkomunikasinya ke masyarakat juga makanya dia
bisa terpilih lagi, pendekatan dia sama masyarakat bagus.
4. Bagaimana penggunaan intonasi ibu itu saat ke masyarakat?
Low profile. Enggak ada dibatasi karena dia anggota dewan itu engga ada.
Ya kalau uda sama masyrakat ya udah, uda kayak sesama teman aja
enggak ada membatasi kalau dia itu dewan ya biasa aja. Kalau turun ke
lapangan lebih membaur sama masyarakat.

Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

124

5. Pendapat kakak mengenai gaya berpakaian ibu itu? Apakah ada
perubahan?
Ya seperti yang kalian lihat lah. Style nya begitu seperti yang kalian lihat
sendirilah, gitu juga saat ke masyarakat. Lagian dia bukan yang hebringhebring gimana kali, selo aja ya kan. Kadang pakai rok, kadang pakai
celana tapi bajunya tetap yang panjang-panjang gitu, enggak berubah lah
dia mau penampilannya reses atau ke kantor, dia gak berubah-ubah model,
modelnya monoton gitu aja terus. Yah style dia emang gitulah, engga
gimana kali biasa aja.
6. Apakah terdapat peru

Dokumen yang terkait

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

2 29 155

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

6 66 112

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 16

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 2 2

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 8

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 17

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 3

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 1 11

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 0 8