PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUS

PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPERILAKUAN YANG
MEMPENGARUHINYA DAN HUBUNGANNYA DENGAN
KINERJA KEUANGAN

DISERTASI

Oleh:
NUROFIK
01/1037/PS
Ilmu Akuntansi

PROGRAM DOKTOR ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPERILAKUAN YANG
MEMPENGARUHINYA DAN HUBUNGANNYA DENGAN

KINERJA KEUANGAN

Disertasi untuk memperoleh
derajad Doktor dalam Ilmu Akuntansi
pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada

Dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Program Doktor Ilmu Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Gadjah Mada, pada tanggal: _____________

Oleh:
NUROFIK
Lahir di:
Pemalang, Jawa Tengah

146

RINGKASAN


1. Pendahuluan
Salah satu isu kontemporer dalam dunia bisnis adalah isu tentang tanggung jawab
sosial perusahaan (TSP) atau corporate social responsibility (CSR). Salah satu cara
untuk mengetahui TSP adalah melalui pelaporan atau pengungkapan (disclosure)
TSP (Abbott dan Monsen, 1979; Weldman, 2002).
Keragaman pengungkapan TSP telah memunculkan berbagai pertanyaan,
misalnya „Apakah pengungkapan TSP merupakan aktivitas reaktif atau proaktif dari
perusahaan?‟ Dari sudut pandang reaktif pengungkapan TSP diekspektasi terjadi
ketika perusahaan mendapat ancaman legitimasi (Deegan dan Rankin, 1996; 1997;
Deegan et al., 2002). Sebaliknya, dari sudut pandang proaktif pengungkapan TSP
diekspektasi terjadi ketika manajer berupaya meminimumkan laba dilaporkan untuk
mengurangi tindakan politik yang tidak menguntungkan perusahaan (Belkaoui dan
Karpik, 1989).
Meskipun penelitian tentang determinan pengungkapan TSP telah banyak
dilakukan, namun penelitian-penelitian tersebut pada umumnya fokus pada tekanan
publik secara luas (teori legitimasi), tekanan kekuatan kelompok stakeholder tertentu
(teori stakeholder ), dan tekanan politik (teori kos politik dalam teori akuntansi
positif) sebagai determinan pengungkapan TSP. Masih sangat sedikit penelitian yang
melihat pengungkapan TSP dari aspek psikologi/perilaku manajer (Weldman, 2002).

Praktik pengungkapan TSP di Indonesia masih berbeda-beda
antarperusahaan. Hal ini tidak terlepas dari sifat pengungkapan TSP yang sukarela.
Pengungkapan TSP yang bersifat sukarela tersebut memungkinkan manajer
mempunyai motivasi berbeda-beda dalam mengungkapkan TSP sehingga

147

menyebabkan perbedaan praktik pengungkapan TSP. Oleh karena itu, faktor
keperilakuan manajer sangat mungkin menjadi penentu pengungkapan TSP. Selain
itu, dalam perspektif sosio-ekonomi (Mangos dan Lewis, 1995), perilaku dan tujuan
manajer tidak hanya dipengaruhi oleh institusi tertentu, investor, kreditor atau pihak
lain yang melakukan kontrak formal dengan perusahaan, melainkan dipengaruhi juga
oleh faktor-faktor nonekonomi seperti hubungan personal manajer.
Teori pengungkapan Verrecchia (1983) menjelaskan perusahaan (manajer)
hanya mengungkap informasi ke publik (pasar) secara sukarela apabila manfaat dari
pengungkapan tersebut melebihi proprietary cost atas pengungkapan.1 Dapat juga
dikatakan, dalam pengungkapan sukarela, perusahaan (manajer) hanya mengungkap
informasi kepada publik apabila tindakan mengungkapkan tersebut mendatangkan
manfaat di masa yang akan datang. Salah satunya adalah manfaat ekonomi bagi
perusahaan.

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai dua tujuan. Pertama , untuk menguji
pengaruh faktor-faktor keperilakuan manajer terhadap pengungkapan TSP. Kedua ,
untuk menguji hubungan pengungkapan TSP dengan kinerja keuangan perusahaan.

2. Teori dan Pengembangan Hipotesis
Teori Perilaku Rencanaan
Teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior ) dikembangkan oleh Ajzen
(1985; 1991) dan merupakan perluasan dari teori tindakan beralasan (theory of
reasoned action) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Teori

tindakan beralasan berasumsi orang memilih serangkaian tindakannya (perilaku)

1

Proprietary cost adalah kos yang berhubungan dengan ketidakunggulan bersaing yang
disebabkan oleh pengungkapan informasi atau penurunan daya saing akibat pemanfaatan informasi
oleh pesaing.

148


secara rasional/sadar dengan menggunakan informasi yang tersedia dan secara
implisit atau eksplisit mempertimbangkan implikasi dari tindakannya.
Postulate teori tindakan beralasan adalah niat (intention) seseorang untuk

melakukan atau tidak melakukan perilaku merupakan determinan terdekat dari
tindakannya (Ajzen, 1985). Perilaku diyakini sebagai hasil dari niat perilaku
(behavioral intention). Niat perilaku didefinisikan sebagai probabilitas subjektif
individu dalam menentukan pilihan atas berbagai alternatif perilaku. Kaidah umum
dari teori tindakan beralasan adalah semakin kuat niat individu untuk melakukan
perilaku, maka semakin besar kemungkinan terjadinya perilaku tersebut. Niat
perilaku merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu faktor pribadi (personal)
yang disebut sikap terhadap perilaku (attitude towards the behavior ) dan pengaruh
tekanan sosial yang disebut norma subyektif (subjective norm). Sikap terhadap
perilaku merupakan konstruk yang menggabungkan keyakinan individu tentang
kemungkinan outcome tertentu dari hasil perilaku dan evaluasi secara menyeluruh
atas outcome tersebut. Norma subyektif (subjective norm) menunjukkan keyakinan
individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku.
Norma subyektif merupakan konstruk yang menggabungkan keyakinan individu
terhadap dorongan perilaku referents tertentu dan tingkat kepatuhan kepada referents
tersebut (Hanno dan Violette, 1996).2

Teori perilaku rencanaan merupakan perluasan dari teori tindakan
beralasan. Perluasan dibutuhkan mengingat adanya keterbatasan teori tindakan
beralasan dalam menghadapi perilaku-perilaku dalam situasi orang-orang memiliki
kontrol kemauan yang tidak lengkap (incomplete volitional control) (Ajzen, (1991).
2

Referent merupakan individu atau kelompok orang yang dipandang penting dan opininya
mempengaruhi proses keputusan subyek.

149

Satu konstruk yang ditambahkan di dalam teori perilaku rencanaan adalah kontrol
perilaku persepsian (perceived behavioral control). Kontrol perilaku persepsian
didefinisikan sebagai keyakinan seseorang tentang tingkat kesulitan atau kemudahan
dalam melakukan perilaku (Ajzen, 1991). Dengan demikian, konstruk ini berkaitan
dengan sumber daya-sumber daya dan kesempatan-kesempatan yang diyakini
dimiliki oleh individu (Ajzen, 1991). Artinya semakin banyak sumber daya yang
diyakini dimiliki oleh individu, dan semakin sedikit rintangan atau hambatan yang
dapat diantisipasi, maka akan semakin besar kontrol persepsian atas perilaku
tersebut.

Faktor sentral teori perilaku rencanaan adalah niat individu untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku. Meskipun niat dimaksudkan untuk menangkap
faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku, namun niat perilaku dapat
menemukan ekspresinya dalam perilaku hanya jika perilaku tersebut berada di bawah
kontrol kehendak lengkap (complete volitional control), yaitu jika seseorang dapat
memutuskan secara bebas untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku.
Sebaliknya, jika perilaku berada di bawah kontrol kehendak tidak lengkap
(incomplete volitional control), maka niat tidak cukup untuk menjelaskan perilaku.
Secara singkat dapat dikatakan, niat perilaku bersama-sama dengan kontrol perilaku
persepsian dapat digunakan secara langsung untuk memprediksi perilaku.

Teori Pemangku Kepentingan
Menurut teori ini eksistensi perusahaan memerlukan dukungan dari para pemangku
kepentingan dan semua pemangku kepentingan adalah sentral bagi keberhasilan
perusahaan (Freeman dan McVea, 2001). Oleh karena itu, menggunakan istilah
Jensen dan Meckling (1976), perusahaan dapat dipandang sebagai suatu “nexus of

150
contracts” antara perusahaan (manajer) dan pemangku kepentingan perusahaan


tersebut (Jones, 1995).
Menurut teori pemangku kepentingan, pengungkapan TSP dipandang sebagai
dialog antara perusahaan dan para pemangku kepentingan perusahaan (Gray et al.,
1995b). Tesis sentral teori ini adalah pengungkapan merupakan sarana bagi
manajemen untuk mengelola kebutuhan informasi oleh berbagai kelompok
pemangku kepentingan yang powerfull. Manajer menggunakan informasi untuk
mengelola atau memanipulasi para pemangku kepentingan yang paling powerfull
dalam rangka memperoleh dukungan mereka yang diperlukan untuk kelangsungan
perusahaan (Gray et al., 1996 dalam Van der-Laan, 2006).
Dimensi instrumental pada teori pemangku kepentingan menjelaskan
perusahaan dapat memperoleh manfaat finansial dari praktik TSP kepada pemangku
kepentingan perusahaan. Sebagaimana dikutip dalam McGuire et al. (1988), terdapat
beberapa argumentasi untuk mendukung hal tersebut. Pertama , kos eksplisit dari
TSP adalah minimal dan perusahaan akan memperoleh manfaat secara nyata dari
tindakan TSP dalam bentuk peningkatan moral karyawan yang pada akhirnya
bermuara pada produktivitasnya (Moskowitz, 1972). Kedua , kos atas tindakan TSP
adalah signifikan, tetapi akan tertutup oleh penurunan kos lainnya di dalam
perusahaan (Cornell dan Shapiro, 1987). Ketiga , aktivitas TSP akan memperbaiki
hubungan perusahaan dengan konstituen penting seperti kreditor, investor, dan
pemerintah sehingga akan memperbaiki akses perusahaan ke sumber-sumber modal

(Moussavi dan Evans, 1986). Lebih lanjut menurut Teori Pemangku Kepentingan,
perusahaan harus memberi kepuasan bukan hanya kepada pemegang saham, tetapi
juga kepada pihak-pihak yang mempunyai klaim kurang eksplisit (implisit).

151

Pengabaian terhadap kepentingan pihak-pihak yang mempunyai klaim implisit akan
mengakibatkan perubahan kos implisit menjadi kos eksplisit yang lebih mahal
(costly) bagi perusahaan. Sebagai contoh, jika perusahaan tidak memperhatikan
dampak negatif perusahaan terhadap lingkungan, maka pemerintah akan
mengeluarkan regulasi yang ketat untuk memaksa perusahaan melakukan tindakantindakan yang bertanggungjawab di bidang lingkungan sehingga dapat menimbulkan
kos eksplisit yang lebih mahal bagi perusahaan.

Pengembangan Hipotesis
a. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, dan Kontrol Perilaku Persepsian
Manajer atas Pengungkapan TSP terhadap Niat Mengungkapkan TSP
Kaidah umum teori perilaku rencanaan adalah semakin baik atau semakin
positif sikap seseorang terhadap perilaku, semakin kuat tekanan sosial untuk
melakukan perilaku, dan semakin kuat kontrol perilaku persepsian, maka semakin
kuat niat seseorang untuk melakukan perilaku. Dalam konteks pengungkapan TSP,

kaidah pertama teori perilaku rencanaan adalah semakin baik atau semakin positif
sikap manajer terhadap pengungkapan TSP, maka semakin kuat niat manajer untuk
melakukan pengungkapan TSP. Oleh karena itu, pada penelitian ini dihipotesiskan
sebagai berikut.
H1: Sikap manajer atas pengungkapan TSP berpengaruh positif terhadap
niatnya untuk mengungkapkan TSP.
Kaidah kedua teori perilaku rencanaan menyatakan semakin kuat keyakinan
seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan perilaku, maka semakin kuat
niatnya untuk melakukan perilaku tersebut. Dalam konteks pengungkapan TSP,
semakin kuat tekanan sosial terhadap manajer untuk melakukan pengungkapan TSP,

152

maka semakin kuat niat manajer untuk melakukan pengungkapan TSP. Oleh karena
itu, pada penelitian ini dihipotesiskan sebagai berikut.
H2: Norma-norma subyektif manajer atas pengungkapan TSP berpengaruh
positif terhadap niatnya untuk mengungkapkan TSP.
Kaidah ketiga teori perilaku rencanaan menyatakan semakin kuat kontrol
perilaku persepsian seseorang, maka semakin kuat niat orang tersebut untuk
melakukan perilaku. Dalam konteks pengungkapan TSP, semakin kuat kontrol

perilaku persepsian manajer atas pengungkapan TSP, maka semakin kuat niat
manajer untuk melakukan pengungkapan TSP. Oleh karena itu, penelitian ini
menghipotesiskan sebagai berikut.
H3: Kontrol perilaku persepsian manajer atas pengungkapan TSP
berpengaruh positif terhadap niatnya untuk mengungkapkan TSP.

b. Pengaruh Niat dan Kontrol Perilaku Persepsian Manajer atas
Pengungkapan TSP terhadap Pengungkapan TSP
Menurut teori perilaku rencanaan, niat perilaku bersama-sama dengan kontrol
perilaku persepsian dapat digunakan secara langsung untuk memprediksi kinerja
perilaku. Kaidah umum teori perilaku rencanaan adalah semakin kuat niat untuk
terlibat dalam suatu perilaku dan semakin kuat kontrol perilaku persepsian, maka
semakin besar kemungkinan terjadinya kinerja perilaku. Oleh karena itu, penelitian
ini menghipotesiskan sebagai berikut.
H4: Niat manajer untuk mengungkapkan TSP berpengaruh positif terhadap
pengungkapan TSP.
H5: Kontrol perilaku persepsian manajer atas pengungkapan TSP
berpengaruh positif terhadap pengungkapan TSP.

153

c. Hubungan Pengungkapan TSP dengan Kinerja Keuangan Perusahaan
Dimensi instrumental pada teori pemangku kepentingan menjelaskan
perusahaan dapat memperoleh manfaat finansial dari praktik TSP kepada pemangku
kepentingan perusahaan. Menurut teori pemangku kepentingan, perusahaan yang
dicitrakan memiliki TSP yang tinggi akan mempunyai klaim implisit yang lebih
rendah dibandingkan dengan perusahaan lain sehingga akan mempunyai kinerja
keuangan yang lebih tinggi (Cornell dan Shapiro, 1987). Selain itu, perilaku tidak
beretika di dalam perusahaan akan menurunkan kepercayaan terhadap perusahaan
tersebut dan pada gilirannya akan menurunkan kinerja perusahaan (Fritzsche, 2005).
Oleh karena pengungkapan TSP merupakan bentuk perilaku beretika dalam bisnis,
maka penelitian ini menghipotesiskan sebagai berikut.
H6: Pengungkapan TSP berhubungan positif dengan kinerja keuangan
perusahaan.

3. Metodologi
Sampel dan Unit Analisis
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2007 dan tahun 2008 dan bergerak di sektor industri (1)
Pertanian; (2) Pertambangan; (3) Industri Dasar dan Kimia; (4) Aneka Industri; dan
(5) Industri Barang Konsumsi. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive
sampling dengan kriteria (1) perusahaan tercatat di BEI pada tahun 2007 dan 2008,

(2) perusahaan yang dimaksud pada poin (1) mempunyai laporan tahunan untuk
tahun 2007 dan tahun 2008, dan (3) laporan tahunan yang dimaksud pada poin (2)
dapat diakses atau diperoleh dari berbagai sumber, misalnya melalui website BEI,

154

website masing-masing perusahaan, atau perpustakaan (Pusat Referensi Pasar Modal)

di BEI.
Penelitian ini menggunakan dua unit analisis. Pertama , tingkat (level)
individual. Unit analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh faktor-faktor
keperilakuan manajer terhadap pengungkapan TSP. Kedua , tingkat perusahaan. Unit
analisis ini digunakan untuk menguji hubungan pengungkapan TSP dengan kinerja
keuangan perusahaan.

Data dan Teknik Pengumpulannya
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data sekunder dan primer. Data
sekunder meliputi (1) kinerja akuntansi, yaitu return on assets (ROA) dan laba per
lembar saham (LPS), (2) kinerja pasar (harga saham tahun 2008 dan tahun 2007 serta
dividen), dan (3) pengungkapan TSP. Data sekunder diperoleh melalui laporan
tahunan perusahaan. Data primer berupa respon tentang keyakinan manajer terhadap
pengungkapan TSP. Data primer diperoleh melalui survei kuesioner dengan
menggunakan tiga teknik, yaitu (1) survei pos (mail survey), (2) pengiriman
kuesioner melalui internet dengan mengakses langsung ke www.csrnurofik.adkardus.com, dan (3) penyerahan kuesioner secara langsung ke setiap
perusahaan target (door to door ).

Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Selain variabel penelitian, penelitian ini menyertakan beberapa variabel kontrol yang
pada penelitian-penelitian sebelumnya mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan
TSP dan kinerja keuangan. Tabel 1 menyajikan seluruh variabel penelitian dan
pengukurannya.

155

Tabel 1
Variabel dan Pengukurannya
Variabel Perilaku
Niat Mengungkapkan TSP (NIAT
MTSP)
Sikap terhadap Pengungkapan TSP
(SIKAP PTSP)

Norma Subyektif atas Pengungkapan
TSP (NORMASuby-PTSP)

Kontrol Perilaku Persepsian atas
Pengungkapan TSP (KPP-PTSP)
Pengungkapan TSP (PTSP)

Pengukuran
Bobot nilai respon untuk 19 (sembilan belas) item kuesioner
niat mengungkapkan TSP (NM1 – NM19)
SIKAP PTSP  ∑ kihi
k = bobot nilai respon kekuatan keyakinan atas
pengungkapan TSP
h = bobot nilai respon keyakinan atas hasil pengungkapan
TSP bagi perusahaan, reputasi manajer, dan pasar
NORMASuby-PTSP  ∑ ni pi
n = bobot nilai respon kekuatan dorongan/keinginan referent
manajer (pemegang saham, kreditor, pemerintah, LSM,
konsultan perusahaan) untuk mengungkapkan TSP
p = bobot nilai respon tingkat kepatuhan kepada referent
manajer
Bobot nilai respon untuk 4 (empat) item kontrol perilaku
persepsian atas pengungkapan TSP
Indeks PTSP = (Jumlah pengungkapan TSP ÷ Jumlah
aktivitas TSP yang dilakukan) × 100%.
Jumlah pengungkapan TSP = Jumlah kalimat
pengungkapan TSP untuk enam dimensi TSP
Jumlah aktivitas TSP = 6, yaitu jumlah dimensi aktivitas TSP.

Variabel Keuangan
KINERJA KEUANGAN

Variabel Kontrol PTSP
Postur Strategik
Jenis

1. ROI (return on investment) = laba bersih setelah pajak ÷
jumlah aset) × 100%
2. LPS (laba per saham) = laba bersih setelah pajak ÷
jumlah lembar saham beredar pada akhir tahun
3. Return total = [(hargat + divident) – hargat-1)] ÷ hargat-1; t
= tahun 2008 dan harga saham didasarkan pada harga
rata-rata tahun 2007 (t-1) dan harga rata-rata tahun 2008
(t).
1 jika pernyataan misi perusahaan mengakui TSP; 0 jika
sebaliknya
1 jika perusahaan pertambangan atau kimia; 0 jika
nonpertambangan atau nonkimia
Log penjualan bersih dan log aset total
1 jika perusahaan BUMN; 0 jika non-BUMN

Ukuran
Kepemilikan
Variabel Kontrol KINERJA KEUANGAN
Konsentrasi Kepemilikan
% total saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang
saham terbesar (> 5%)
Leverage
Total utang dibagi total modal, yaitu jumlah modal pemegang
saham biasa ditambah utang jangka panjang
Ukuran
Log penjualan bersih dan log aset total

156

Pembangunan Kuesioner
Kuesioner penelitian ini dibangun melalui dua tahap. Pertama , mengidentifikasi
dimensi TSP dan cakupan pengungkapannya. Tabel 2 meyajikan dimensi
pengungkapan TSP dan cakupannya. Kedua , mengonstruksi kuesioner untuk
mengetahui eksistensi praktik TSP, NIAT MTSP, SIKAP PTSP, NORMASubyPTSP, dan KPP-PTSP.

EKSISTENSI PRAKTIK TSP. Untuk mengetahui eksistensi praktik TSP
kepada responden disediakan sembilan belas aktivitas TSP. Pada Tabel 2 disajikan
sembilan belas aktivitas TSP tersebut. Selanjutnya responden diminta menjawab
pertanyaan „Apakah perusahaan ini melakukan aktivitas TSP berikut ini?‟ Format
jawaban adalah „ya‟ dan „tidak.‟ Selain itu, untuk mengurangi bias respon, kepada
responden diminta untuk memilih kisaran pengeluaran rata-rata per tahun untuk
mendanai aktivitas TSP yang dilakukannya.

NIAT MTSP. Untuk mengetahui niat responden dalam mengungkapkan TSP
kepada responden disediakan sembilan belas item pengungkapan TSP sesuai Tabel 2.
Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan NIAT MTSP, kuesioner dikonstruksi dengan
menyediakan pernyataan „Saya berniat mengungkapkan pada laporan tahunan
tentang aktivitas TSP berikut ini.‟ Format jawaban berkisar dari sangat tidak
mungkin ke sangat mungkin dengan menggunakan skala Likert 5-poin.

SIKAP PTSP. Konstruk SIKAP PTSP memiliki dua dimensi, yaitu kekuatan
keyakinan terhadap pengungkapan TSP dan evaluasi hasil (outcome) atas
pengungkapan TSP. Craighead dan Hartwick (1998) mengemukakan tiga set manfaat
pengungkapan sukarela, yaitu bagi perusahaan, reputasi eksekutif/manajer, dan

157

pasar. Penelitian ini menggunakan ketiga set manfaat pengungkapan tersebut untuk
mengukur SIKAP PTSP.

Tabel 2
Dimensi dan Cakupan Pengungkapan TSP
Dimensi Pengungkapan TSP
Kontribusi terhadap lingkungan

Kontribusi terhadap energi

Kontribusi terhadap SDM

Kontribusi terhadap masyarakat
setempat (local community)

Kontribusi terhadap produk

Lain-lain aktivitas TSP

Cakupan Pengungkapan TSP
1. Pengendalian polusi (air, udara, tanah) dalam melakukan
operasi bisnis.
2. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat
pemrosesan atau ekploitasi sumber daya alam.
3. Pelestarian sumber daya alam.
4. Studi dampak lingkungan.
1. Efisiensi energi dalam melakukan operasi bisnis atau proses
pemanufakturan (manufacturing process).
2. Efisiensi energi melalui daur ulang produk.
3. Efisiensi energi yang terkandung di dalam produk.
1. Kesamaan kesempatan dan kesamaan perlakuan dalam
hubungan kerja dan pekerjaan.
2. Keselamatan atau keamanan kerja dan kesehatan fisik atau
mental pekerja.
3. Pelatihan pekerja melalui in-house program/training.
4. Pemberian dukungan finansial kepada karyawan untuk
menyelesaikan pendidikannya atau untuk menempuh
pendidikan lanjutan.
5. Perbaikan lingkungan kerja (misalnya memperbaiki fasilitas
pekerja dan aktivitas lainnya yang dapat meningkatkan
kepuasan dan motivasi pekerja).
Kontribusi (dalam bentuk kas/produk/jasa) kepada masyarakat di
sekitar perusahaan dalam melakukan aktivitas ekonomi,
kesehatan, pendidikan, seni, keagamaan, dan aktivitas kultural
lainnya.
1. Standar keamanan/kesehatan produk.
2. Upaya mengurangi dampak polusi dari penggunaan produk.
3. Berbagai upaya untuk meningkatkan kepuasan konsumen atas
produk
1. Kesesuaian operasi perusahaan dengan Undang-Undang
tentang lingkungan atau regulasi lain tentang lingkungan.
2. Penerimaan penghargaan oleh perusahaan terkait dengan
program atau kebijakan lingkungan dan/atau energi oleh
perusahaan.
3. Usaha untuk memperoleh penghargaan/sertifikasi berkaitan
dengan program atau kebijakan kualitas produk.

Sumber: Ernst dan Whinney, 1978 (dalam Adebayo, 2000), Hackston dan Milne (1996), Kent dan Chan (2003)
dengan beberapa penyesuaian sesuai relevansi penerapannya di Indonesia.

158

Untuk mengetahui kekuatan keyakinan pengungkapan TSP kepada responden
disediakan sembilan belas item pengungkapan TSP sesuai Tabel 2. Selanjutnya,
untuk mengukur kekuatan keyakinan, kuesioner dikonstruksi dengan menyediakan
tiga pernyataan sebagai berikut.
Pernyataan #1

Pernyataan #2

Pernyataan #3

Menurut saya mengungkapkan pada laporan tahunan tentang
aktivitas TSP berikut ini* adalah …………………….. untuk
perusahaan.
Menurut saya mengungkapkan pada laporan tahunan tentang
aktivitas TSP berikut ini* adalah …………………….. untuk
reputasi manajer.
Menurut saya mengungkapkan pada laporan tahunan tentang
aktivitas TSP berikut ini* adalah …………………….. untuk
pasar.”

*sembilan belas item pengungkapan TSP

Format jawaban untuk setiap pernyataan berkisar dari sangat buruk ke sangat baik
dengan skala Likert 5-poin.
Untuk dimensi evaluasi atas hasil pengungkapan TSP penelitian ini
memodifikasi item-item kuesioner yang dikembangkan oleh Craighead dan Hartwick
(1998). Modifikasi dilakukan karena perbedaan obyek pengungkapan. Obyek
pengungkapan dalam penelitian ini adalah pengungkapan TSP, sedangkan Craighead
dan Hartwick (1998) adalah pengungkapan tentang earnings dan strategy
perusahaan. Hasil modifikasi menemukan delapan manfaat pengungkapan TSP
sebagai berikut.
Untuk perusahaan
1. Manfaat (benefits) potensial atas pengungkapan TSP pada laporan tahunan
melampaui kos (costs) potensialnya bagi perusahaan.
2. Pengungkapan TSP pada laporan tahunan umumnya berdampak positif bagi
perusahaan, yaitu publik akan menilai bahwa perusahaan telah
bertanggungjawab dalam mengelola isu-isu sosial dan lingkungan.
Untuk reputasi eksekutif/manajer
1. Reputasi eksekutif perusahaan akan meningkat apabila perusahaan
mengomunikasikan aktivitas TSPnya kepada publik melalui laporan tahunan.
2. Reputasi eksekutif perusahaan akan menjadi lebih baik apabila

159

mengungkapkan aktivitas TSPnya pada laporan tahunan dibandingkan
dengan apabila tidak mengungkapkannya.
3. Reputasi eksekutif perusahaan akan meningkat apabila mengungkapkan
kepada publik tentang semua hal yang baik yang dilakukan oleh perusahaan.
Untuk pasar
1. Dampak pasar dari berita buruk (bad news) akan berkurang apabila
perusahaan secara terus-menerus mengumumkan berita baik (good news)
kepada publik melalui laporan tahunan.
2. Pengungkapan informasi tentang TSP kepada publik melalui laporan tahunan
akan mengurangi cost pemerolehan informasi oleh investor dan merangsang
minat investor terhadap saham-saham perusahaan.
3. Kos pemerolehan modal (cost of raising capital) akan berkurang apabila
perusahaan mengungkapkan secara terus-menerus tentang TSP kepada publik
melalui laporan tahunan karena informasi tersebut akan meningkatkan
keyakinan dan pemahaman yang lebih baik oleh investor/kreditor tentang
perusahaan.
Selanjutnya, untuk mengukur manfaat pengungkapan TSP, responden
diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap delapan manfaat
pengungkapan TSP tersebut. Jawaban responden dikonstruksi menggunakan skala
Likert 5-poin, dari sangat tidak setuju ke sangat setuju. Semakin tinggi skor

merefleksikan semakin tinggi manfaat pengungkapan TSP.

NORMASuby-PTSP. Konstruk norma subyektif mempunyai dua dimensi
(Ajzen, 1991), yaitu pihak-pihak (referents) yang mempengaruhi subyek untuk
melakukan perilaku tertentu (keyakinan normatif) dan tingkat kepatuhan subyek
kepada referents tersebut. Pada penelitian ini digunakan 5 (lima) referent manajer,
yaitu (1) pemegang saham, (2) kreditor, (3) pemerintah/politisi, (4) konsultan
perusahaan, dan (5) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang
pengawasan aktivitas sosial dan lingkungan oleh perusahaan.
Berdasarkan kelima referent tersebut, untuk mengukur kekuatan keyakinan
normatif, kuesioner dikonstruksi dengan memberi pertanyaan „Seberapa besar/kecil
dorongan (keinginan) dari pihak-pihak berikut ini terhadap pengungkapan TSP pada

160
laporan tahunan?‟ Jawaban dikonstruksi menggunakan skala Likert 5-poin dari
sangat kecil ke sangat besar. Semakin tinggi skor merefleksi keyakinan normatif
yang semakin kuat.
Untuk mengukur tingkat kepatuhan kuesioner dikonstruksi dengan memberi
pertanyaan „Seberapa besar/kecil kemungkinannya bahwa bapak/ibu akan mematuhi
keinginan pihak-pihak berikut ini dalam mengungkapkan TSP pada laporan
tahunan?‟ Jawaban dikonstruksi menggunakan skala Likert 5-poin dari sangat kecil
sampai sangat besar. Semakin tinggi skor merefleksi tingkat kepatuhan yang semakin
tinggi.

KPP-PTSP. Penelitian ini mengadopsi kuesioner yang dikembangkan oleh
Weldman (2002) dengan mengganti istilah lingkungan menjadi TSP untuk
mengetahui kontrol perilaku persepsian atas pengungkapan TSP. Kuesioner terdiri
atas empat pernyataan, yaitu (1) saya mempunyai kontrol atas keputusan untuk
mengungkapkan TSP pada laporan tahunan, (2) akan sangat mudah bagi saya untuk
mengungkapkan TSP pada laporan tahunan, (3) kewenangan yang diberikan kepada
posisi saya adalah cukup untuk memutuskan pengungkapan TSP pada laporan
tahunan, dan (4) saya merasa yakin bahwa keahlian, kemampuan, dan kualitas
pengetahuan yang saya miliki akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan
pengungkapan TSP pada laporan tahunan. Selanjutnya, untuk mengukur KPP-PTSP,
kuesioner dikonstruksi menggunakan skala Likert 5-poin dari sangat tidak setuju ke
sangat setuju. Semakin tinggi skor menunjukkan KPP-PTSP yang semakin tinggi.

161

Upaya Mengeliminasi (Mengurangi) Bias
Bias tidak merespon (nonresponse bias). Upaya-upaya untuk
mengeliminasi (mengurangi) bias tidak merespon meliputi (1) kuesioner diantar
secara langsung jika pengiriman melalui pos tidak membuahkan hasil sesuai harapan,
(2) menyediakan kuesioner melalui www.csr-nurofik.adkardus.com, (3) memberi
insentif kepada responden berupa kerajinan perak asli dari Kota Gede Yogyakarta
sebagai tanda terima kasih kepada responden, dan (4) menyertakan surat pengantar di
dalam kuesioner yang berisi tujuan penelitian dan permohonan kepada manajer agar
berkenan mengisi kuesioner. Surat pengantar juga menjelaskan tentang arti penting
partisipasi manajer bagi perkembangan ilmu, khususnya ilmu akuntansi di Indonesia.

Bias keinginan sosial, bias kemurahan hati, bias ekstrim, dan bias kenal.
Upaya-upaya untuk mengurangi bias keinginan sosial (social desirability bias), bias
kemurahan hati (leniency bias), bias ekstrim (extremity bias), dan bias kenal
(acquiescence bias) meliputi (1) meminta responden menjawab semua pertanyaan
sebagaimana adanya, (2) jaminan atas kerahasiaan jawaban responden, termasuk
kerahasiaan identitas responden, dan (3) meyakinkan responden bahwa tidak ada
jawaban yang benar atau salah supaya mereka bersedia menjawab pertanyaan dengan
jujur. Upaya-upaya tersebut dituangkan di dalam surat pengantar kuesioner dan pada
bagian awal kuesioner.

Bias ambiguitas item. Untuk mengeliminasi (mengurangi) bias ambiguitas
item, upaya yang dilakukan adalah (1) melengkapi kuesioner dengan definisi tentang

TSP untuk memperjelas makna pengungkapan TSP dan batasan (cakupan) dari
masing-masing area TSP sehingga sebelum menjawab kuesioner diharapkan

162

responden telah memahami elemen-elemen (item-item) TSP dan (2) melakukan
pengujian pendahuluan terhadap kuesioner untuk mengetahui sedini mungkin
pernyataan-pernyataan di dalam kuesioner yang bersifat membingungkan atau
mengandung multitafsir bagi responden.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas Konvergen. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip
bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi
(Hartono dan Abdillah, 2009). Parameter untuk menentukan validitas konvergen
adalah (1) skor loadings (rule of thumb > 0,7), (2) skor AVE (rule of thumb > 0,5),
dan (3) skor communality (rule of thumb > 0,5). Item-item kuesioner yang tidak
memenuhi kriteria tersebut harus dihapus dan pengujian hanya dilakukan terhadap
item-item yang memenuhi kriteria validitas konvergen.

Validitas Diskriminan. Validitas diskriminan yaitu indikator-indikator dari
satu konstruk bukan hanya menyatu, tetapi juga berbeda atau berhubungan secara
negatif dengan konstruk yang lain (Neuman, 2000: 170). Terdapat dua cara untuk
menentukan validitas diskriminan, yaitu (1) membandingkan antara skor akar AVE
suatu konstruk dengan skor korelasi antarvariabel laten (suatu indikator dikatakan
memenuhi kriteria validitas diskriminan jika akar AVE > dari skor korelasi
antarvariabel laten) dan (2) melihat skor cross loadings dari suatu konstruk (suatu
indikator dikatakan memenuhi validitas diskriminan apabila skor cross loadings dari
suatu konstruk mengumpul pada konstruknya dan mempunyai skor lebih besar dari
skor cross loadings pada konstruk yang lain).

163

Reliabilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui akurasi,
konsistensi, dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran (Hartono,
2008). Parameter untuk menentukan realiabilitas instrumen adalah skor Cronbachs
alpha dan composite reliability. Suatu instrumen penelitian dikatakan memenuhi

kriteria sebagai instrumen yang reliable apabila instrumen tersebut memiliki
Cronbachs alpha > 0,6 dan composite reliability > 0,7.

Pengujian Hipotesis
Persamaan ekonometri untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
NIAT MTSP =

PTSP =

α0 + α1SIKAP PTSP + α2NORMASuby-PTSP + α3KPP-PTSP
+ ε. ................................................................................................ (1)

α0 + α1NIAT MTSP + α2KPP-PTSP + α3POSTUR + α4JENIS +
α5UKURAN + α6 KEPEMILIKAN + ε. …………………………...…... (2)

KINERJA KEUANGANt = α0 + α1 PTSPt-1 + α2KONSENTRASI KEPEMILIKANt
+ α3LEVERAGEt + α4UKURANt + ε. ..................... (3)
t = tahun 2008

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik Partial Least Square (PLS) untuk mengolah dan
menganalisis data. Software yang digunakan adalah SmartPLS versi 2.0.M3.
Pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (1) membuat
gambar model penelitian yang terdiri atas model struktural (inner model) dan model
pengukuran (outer model), (2) melakukan pengujian model pengukuran untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen, dan (3) melakukan pengujian model
struktural untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis.

164

4. Hasil Empiris dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan terhadap 32 responden dari 32 sampel perusahaan yang
tercatat di BEI pada tahun 2007 dan tahun 2008 serta bergerak di sektor industri (1)
Aneka Industri, (2) Industri Barang Konsumsi, (3) Industri Dasar dan Kimia, (4)
Pertambangan, dan (5) Pertanian.

Hasil Pengujian Bias Tidak Merespon
Pengujian bias tidak merespon dilakukan menggunakan uji beda t-test. Hasil uji beda
t-test menunjukkan nilai probabilitas (p-value) untuk setiap konstruk > 0,05. Artinya

tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata respon kuesioner tidak terlambat
dan terlambat. Dengan demikian data penelitian ini bebas dari bias tidak merespon.

Hasil Pengujian Model Pengukuran
Hasil pengujian pertama model pengukuran menunjukkan beberapa indikator NIAT
MTSP, yaitu NM3, NM4, NM5, NM6, NM7, NM 11, NM12, dan NM 15 memiliki
skor loadings < 0,6, sedangkan skor loadings yang dipersyaratkan adalah > 0,7.
Selain itu, NIAT MTSP hanya mempunyai skor AVE dan communality sebesar 0,4,
masih jauh dari yang dipersyaratkan, yaitu > 0,5. Hasil ini menunjukkan indikatorindikator tersebut tidak valid, harus dihapus dari model pengukuran, dan pengujian
model pengukuran harus diulang tanpa menyertakan indikator-indikator yang tidak
valid tersebut.

Validitas Konvergen. Hasil pengulangan pengujian model pengukuran
(pengujian lanjutan) menunjukkan skor loadings untuk indikator pada masingmasing konstruk berkisar antara 0,74 – 0,94 (untuk KPP-PTSP); 0,64 – 0,82 (untuk
NIAT MTSP); 0,67 – 0,98 (untuk NORMASuby-PTSP); dan 0,60 – 0,95 (untuk

165

SIKAP PTSP). Skor AVE dan communality pada setiap konstruk > 0,5 (lihat Tabel
3). Dengan demikian seluruh indikator dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria
validitas konvergen.

Tabel 3
Kriteria Kualitas: Hasil Pengujian Lanjutan Model Pengukuran
AVE
KINERJA
KEUANGAN
KPP-PTSP
NIAT MTSP
NORMASubyPTSP
PTSP
SIKAP PTSP

Composite
Reliability

R Square

Cronbachs
Alpha

Communality

Redundancy

1,000000

0,009028

0,897236
0,917230

0,702560
0,528924

0,105708

0,893254

0,659363

0,793909

1,000000
0,623616

0,313257
0,702561
0,528924

0,921419
0,930142

0,659363

0,919742

0,397333

0,609999
0,623616

0,865723

0,019730

Validitas Diskriminan. Akar AVE untuk setiap konstruk adalah 0,838189
(untuk KPP-PTSP, AVE = 0,702561); 0,727271 (untuk NIAT MTSP, AVE =
0,528924); 0,812011 (untuk NORMASuby-PTSP, AVE = 0,659363); dan 0,789693
(untuk SIKAP PTSP, AVE = 0,623616). Jika skor akar AVE tersebut dibandingkan
dengan skor korelasi antarvariabel laten (lihat Tabel 4), maka akar AVE > dari skor
korelasi antarvariabel laten. Dengan demikian indikator dalam penelitian ini telah
memenuhi kriteria validitas diskriminan.

Tabel 4
Korelasi Variabel Laten: Hasil Pengujian Model Pengukuran
KPP-PTSP
NIAT MTSP
NORMASuby-PTSP
PTSP
SIKAP PTSP

KPP-PTSP
1,000000
0,482954
0,388479
0,336789
0,330344

NIAT MTSP

NORMASuby-PTSP

SIKAP PTSP

1,000000
0,478675
0,375557
0,506592

1,000000
0,033232
0,515448

1,000000

166

Validitas diskriminan juga dapat diketahui dengan melihat skor cross
loadings dari suatu konstruk. Pada Tabel 5 disajikan skor cross loadings dari hasil

pengujian model pengukuran. Dari tabel tersebut dapat dilihat seluruh skor cross
loadings indikator KPP, KPP1, KPP2, KPP3, dan KPP4 mengumpul pada

konstruknya (yaitu KPP-PTSP) dan mempunyai skor yang lebih tinggi dari skor
indikator tersebut ke konstruk-konstruk yang lain (NIAT MTSP, NORMASubyPTSP, PTSP, dan SIKAP PTSP). Hal yang sama terjadi pada indikator-indikator
lainnya. Hal ini menunjukkan indikator dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria
validitas diskriminan.

Tabel 5
Skor Cross Loadings: Hasil Pengujian Model Pengukuran
Indikator
Indeks PTSP
KPP
KPP1
KPP2
KPP3
KPP4
NM
NM1
NM10
NM13
NM14
NM16
NM17
NM18
NM19
NM2
NM8
NM9
NORMASuby
NORMASuby-Konsultan
NORMASuby-Kreditor
NORMASuby-LSM
NORMASuby-Pemegang
Saham
NORMASuby-Pemerintah

0,336789
0,945411
0,778355
0,741541
0,846304
0,864321
0,451776
0,301182
0,401809
0,349437
0,390869
0,373796
0,354648
0,288998
0,235505
0,478983
0,340049
0,217881
0,389854
0,273843
0,360247
0,179502

NIAT
MTSP
0,375557
0,385456
0,273364
0,365370
0,298694
0,562053
0,824730
0,637642
0,822190
0,701553
0,640507
0,797832
0,771758
0,675657
0,639951
0,646547
0,843978
0,673336
0,513741
0,277945
0,466533
0,354791

NORMASubyPTSP
0,033232
0,368103
0,319722
0,333565
0,355282
0,293603
0,368840
0,408344
0,317762
0,322287
0,264546
0,166041
0,374580
0,387675
0,245787
0,605089
0,365555
0,345897
0,980208
0,794318
0,824749
0,818956

1,000000
0,367441
0,235031
0,084053
0,065795
0,436704
0,197386
0,350325
0,377964
0,207122
0,187550
0,542907
-0,011076
0,321110
0,390489
0,027875
0,224733
0,306622
0,076308
-0,058995
-0,044652
0,088991

SIKAP
PTSP
0,257434
0,290410
0,296446
0,313857
0,188657
0,284344
0,312583
0,211732
0,414258
0,282182
0,312056
0,345451
0,350158
0,390791
0,441924
0,477117
0,380822
0,437041
0,529532
0,369272
0,363181
0,354185

0,335696

0,309085

0,669526

0,075465

0,339390

0,329645

0,325488

0,751842

0,014293

0,551756

KPP-PTSP

PTSP

167

Lanjutan Tabel 5
SIKAP
SIKAP-Perusahaan
SIKAP-Pasar
SIKAP-Reputasi manajer

0,377161
0,209767
0,184491
0,273842

0,502361
0,310655
0,461504
0,267329

0,439729
0,578702
0,356551
0,296138

0,242620
0,167968
0,224733
0,164804

0,951957
0,732054
0,833430
0,598109

NM = Niat mengungkapkan

Hasil Pengujian Reliabilitas. Berdasarkan Tabel 3, Cronbach alpha masingmasing konstruk mempunyai skor > 0,6. Composite reliability masing-masing
konstruk mempunyai skor > 0,7. Artinya instrumen penelitian ini telah memenuhi
syarat sebagai instrumen yang reliable.

Hasil Pengujian Model Struktural
Berdasarkan Tabel 3, nilai R-square untuk variabel dependen NIAT MTSP sebesar
0,397 (moderat).3 Artinya variabilitas konstruk NIAT MTSP dapat dijelaskan oleh
konstruk SIKAP PTSP, NORMASuby-PTSP, dan KPP-PTSP sebesar 0,397 (40%),
sisanya sebesar 60% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti (variabel di luar
model penelitian). Nilai R-square untuk variabel dependen PTSP sebesar 0,609
(baik). Artinya variabilitas konstruk PTSP dapat dijelaskan oleh konstruk NIAT
MTSP, KPP-PTSP, dan variabel kontrol sebesar 0,609 (61%), sisanya sebesar 39%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R-square untuk variabel dependen
KINERJA KEUANGAN sebesar 0,313 (moderat). Artinya variabilitas KINERJA
KEUANGAN dapat dijelaskan oleh seluruh variabel independen di dalam model
sebesar 31%, sisanya sebesar 69% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Hipotesis penelitian akan didukung apabila koefisien β SIKAP PTSP ke
NIAT MTSP, NORMASuby-PTSP ke NIAT MTSP, KPP-PTSP ke NIAT MTSP,
NIAT MTSP ke PTSP, KPP-PTSP ke PTSP, dan PTSP ke KINERJA KEUANGAN

3

Menurut Chin (1998) sebagaimana dikutip dalam Ghozali (2008, hal. 27), nilai R 2 sebesar
0,67; 0,33; dan 0,19 mengindikasikan bahwa model “baik”, “moderat”, dan “lemah”.

168

bernilai positif dan nilai t-statistik lebih besar dari nilai t-tabel (nilai t-tabel
signifikansi 5% = 1,64). Pada Tabel 6 disajikan hasil pengujian model struktural dan
ROA ditempatkan sebagai indikator KINERJA KEUANGAN .4

Tabel 6
Koefisien Jalur: Hasil Pengujian Model Stuktural –
ROA sebagai Indikator KINERJA KEUANGAN

JENIS -> PTSP
KEPEMILIKAN -> PTSP
KONS.KEPMLK -> KINERJA
KEUANGAN
KPP-PTSP -> NIAT MTSP
KPP-PTSP -> PTSP
LEVERAGE -> KINERJA
KEUANGAN
NIAT MTSP -> PTSP
NORMASuby-PTSP -> NIAT
MTSP
POSTUR -> PTSP
PTSP -> KINERJA
KEUANGAN
SIKAP PTSP -> NIAT MTSP
UKURAN-1 -> KINERJA
KEUANGAN
UKURAN-1 -> PTSP
UKURAN-2 -> KINERJA
KEUANGAN
UKURAN-2 -> PTSP

0,057744
0,081882

Standard
Deviation
(STDEV)
0,044334
0,060813

Standard
Error
(STERR)
0,044334
0,060813

-0,033899

-0,078929

0,059396

0,059396

0,570729

0,303811
0,109988

0,300521
0,123878

0,074450
0,072843

0,074450
0,072843

4,080748
1,509935

-0,379814

-0,383544

0,071497

0,071497

5,312294

0,090960

0,103612

0,055252

0,055252

1,646256

0,205989

0,216453

0,086457

0,086457

2,382554

0,167737

0,172119

0,066073

0,066073

2,538655

-0,149062

-0,159673

0,122535

0,122535

1,216484

0,300053

0,303910

0,094140

0,094140

3,187314

0,334072

0,366874

0,148833

0,148833

2,244610

-0,039733

-0,115804

0,093500

0,093500

0,424952

0,112204

0,168189

0,110845

0,110845

1,012259

0,629794

0,636788

0,126231

0,126231

4,989234

Original
Sample (O)

Sample
Mean (M)

0,038986
0,078773

T Statistics
(|O/STERR|)
0,879385
1,295326

Berdasarkan Tabel 6, hasil-hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai
berikut.
Hipotesis 1
Nilai koefisien β untuk SIKAP PTSP ke NIAT MTSP sebesar 0,300053 dan nilai tstatistik sebesar 3,187314. Dengan demikian penelitian ini mendukung hipotesis

4

Penggantian ROA dengan LPS dan RetSaham sebagai indikator KINERJA KEUANGAN
pada proses bootstrapping tidak mengubah nilai koefisien jalur secara signifikan.

169
yang menyatakan „Sikap manajer atas pengungkapan TSP berpengaruh positif
terhadap niatnya untuk mengungkapkan TSP.‟

Hipotesis 2
Nilai koefisien β untuk NORMASuby-PTSP ke NIAT MTSP sebesar 0,205989 dan
nilai t-statistik sebesar 2,382554. Dengan demikian penelitian ini mendukung
hipotesis yang menyatakan „Norma-norma subyektif manajer atas pengungkapan
TSP berpengaruh positif terhadap niatnya untuk mengungkapkan TSP.‟

Hipotesis 3
Nilai koefisien β untuk KPP-PTSP ke NIAT MTSP sebesar 0,303811 dan nilai tstatistik sebesar 4,080748. Dengan demikian penelitian ini mendukung hipotesis
yang menyatakan „Kontrol perilaku persepsian manajer atas pengungkapan TSP
berpengaruh positif terhadap niatnya untuk mengungkapkan TSP.‟

Hipotesis 4
Nilai koefisien β untuk NIAT MTSP ke PTSP sebesar 0,090960 dan nilai t-statistik
sebesar 1,646256. Dengan demikian penelitian ini mendukung hipotesis yang
menyatakan „Niat manajer untuk mengungkapkan TSP berpengaruh positif terhadap
pengungkapan TSP.‟

Hipotesis 5
Nilai koefisien β untuk KPP-PTSP ke PTSP sebesar 0,109988 dan nilai t-statistik
sebesar 1,509935. Dengan demikian penelitian ini tidak dapat mendukung hipotesis
yang menyatakan „Kontrol perilaku persepsian manajer untuk mengungkapkan TSP
berpengaruh positif terhadap pengungkapan TSP.‟

170

Pada penelitian ini variabel kontrol POSTUR (postur strategik) berpengaruh
positif dan signifikan secara statistik terhadap PTSP. Artinya pendapat Ullmann
(1985) bahwa postur strategik merupakan respon perusahaan terhadap permintaan
sosial didukung dalam penelitian ini, yaitu perusahaan yang mempunyai postur aktif
akan membuat banyak pengungkapan sosial sebagai sarana komunikasi dengan
pemangku kepentingan perusahaan.
UKURAN-2 (diproksi menggunakan log aset total) berpengaruh positif dan
signifikan secara statistik terhadap PTSP. Temuan ini mengonfirmasi eksistensi
hipotesis kos politik (Watts dan Zimmerman, 1986) dan penelitian empiris
sebelumnya (Belkaoui, 1989; Kent dan Chan, 2003) yang menyimpulkan perusahaan
melakukan pengungkapan TSP dalam rangka mengurangi visibilitas politiknya.

Hipotesis 6
Nilai koefisien β untuk PTSP ke KINERJA KEUANGAN sebesar -0,149062 dan
nilai t-statistik sebesar 1,216484. Dengan demikian penelitian ini tidak dapat
mendukung hipotesis yang menyatakan „Pengungkapan TSP berhubungan positif
dengan kinerja keuangan perusahaan.‟5

5. Simpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

Pengungkapan TSP di Indonesia dipengaruhi oleh niat manajer untuk
mengungkapkan TSP. Niat manajer untuk mengungkapkan TSP dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu sikap manajer terhadap pengungkapan TSP, norma
5

Simpulan yang sama diperoleh ketika KINERJA KEUANGAN diukur menggunakan LPS
dan RetSaham.

171

subyektif manajer atas pengungkapan TSP, dan kontrol perilaku persepsian
manajer atas pengungkapan TSP.
2.

Kontrol perilaku persepsian atas pengungkapan TSP tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan TSP. Kontrol perilaku persepsian atas pengungkapan TSP hanya
dapat mempengaruhi pengungkapan TSP setelah melalui niat untuk
mengungkapkan TSP.

3.

Pada sektor industri Aneka Industri, Industri Barang Konsumsi, Industri Dasar
dan Kimia, Pertambangan, dan Pertanian, pengungkapan TSP tidak berhubungan
dengan kinerja keuangan perusahaan dalam jangka waktu satu tahun setelah
pengungkapan TSP. Artinya pengungkapan TSP pada kelima sektor industri
tersebut tidak mengandung nilai bagi pasar dan bagi perusahaan dalam waktu
satu tahun setelah pengungkapan TSP.

Implikasi
Bidang Teori. Penelitian ini telah membuktikan praktik penyediaan
informasi oleh perusahaan kepada publik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
observable yang berkaitan dengan karakteritik perusahaan, tetapi juga faktor
unobservable yang melekat pada diri manajer. Hal ini menunjukkan bahwa

perspektif sosio-economic dapat digunakan untuk menjelaskan praktik pengungkapan
TSP.
Temuan bahwa pengungkapan TSP tidak berhubungan dengan kinerja
keuangan memiliki implikasi penting dalam pengajaran akuntansi dan praktik
pelaporan keuangan oleh perusahaan. Dalam pengajaran akuntansi, hasil penelitian
ini akan menambah wawasan dosen dan mahasiswa tentang tidak adanya manfaat
ekonomi dari pengungkapan TSP. Bagi perusahaan, temuan penelitian ini dapat

172

menjadi bahan kajian dalam memutuskan luas informasi TSP yang akan diberikan
kepada publik.
Bidang Kebijakan Publik. Penelitian ini telah membuktikan perusahaan
pada sektor industri Aneka Industri, Industri Barang Konsumsi, Industri Dasar dan
Kimia, Pertambangan, dan Pertanian, tidak memperoleh manfaat ekonomi dari
keputusannya untuk melakukan aktivitas TSP. Artinya keputusan pemerintah yang
mewajibkan secara hukum kepada perusahaan untuk melakukan TSP dan
mengungkapkannya (sebagaimana dinyatakan pada Pasal 74 dan Pasal 66 UU PT
No. 40/2007) ternyata tidak mendatangkan manfaat ekonomi untuk perusahaanperusahaan pada kelima sektor industri tersebut.
Penelitian ini menemukan variasi pengungkapan TSP antarperusahaan.
Adanya variasi pengungkapan TSP akan mempersulit publik dalam menilai TSP dan
membandingkan kinerja TSP antarperusahaan. Oleh karena itu, BAPEPAM-LK
selaku pembuat regulasi pelaporan keuangan perusahaan terbuka semestinya
mengatur tentang standar pengungkapan TSP, termasuk lingkup pengungkapannya.
Standardisasi pengungkapan TSP diperlukan untuk mengurangi variasi
pengungkapan TSP, sehingga akan mempermudah publik dalam menilai TSP dan
membandingkan kinerja TSP antarperusahaan.
Penelitian ini membuktikan pemegang saham, kreditor, pemerintah, LSM,
dan konsultan perusahaan mempengaruhi manajer dalam mengungkapkan TSP.
Artinya pemerintah bukanlah satu-satunya “aktor” yang dapat menjamin
keberhasilan kebijakan TSP dan pengungkapannya. Pemerintah harus secara intensif
menyosialisasikan kebijakan tentang TSP dan pengungkapannya bukan hanya
kepada manajer, tetapi juga kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan

173

perusahaan, termasuk mengeluarkan kebijakan lanjutan yang mewajibkan kepada
kreditor perusahaan untuk menyertakan TSP sebagai pertimbangan penting dalam
setiap pengambilan kebijakan kredit.
Bidang Metodologi. Penelitian ini berhasil membangun kuesioner untuk
mengukur konstruk niat, sikap, dan norma subyektif dengan validitas dan reliabilitas
yang teruji. Oleh karena itu, kuesioner ini dapat digunakan sebagai benchmark oleh
para peneliti yang akan melakukan penelitian dengan konstruk-konstruk tersebut.

Keterbatasan
1.

Penelitian ini hanya melibatkan variabel-variabel keperilakuan yang terdapat
pada teori perilaku rencanaan, tidak melibatkan variabel lain yang diduga
mempengaruhi perilaku, misalnya self-efficacy. Meskipun menurut Ajzen (1991:
184) KPP merupakan konstruk yang compatible dengan konstruk self-efficacy,
namun beberapa penulis menyatakan bahwa KPP dan self-efficacy tidak
seluruhnya sama (Dzewaltowski et al., 1990). Bahkan Bandura (1986, 1992)
sebagaimana dikutip dalam Armitage dan Conner (2001) menyatakan kontrol
dan self-efficacy merupakan dua konsep yang sangat berbeda. Self-efficacy lebih
menitikberatkan persepsi kognitif atas kontrol yang didasarkan pada faktorfaktor kontrol internal, sedangkan KPP bersifat lebih umum, mencakup faktorfaktor eksternal.

2.

Pada penelitian ini penulis menggabungkan dua data, yaitu data primer (data
survei) dan data sekunder (data arsip) yang sebenarnya tidak mudah untuk
digabungkan karena memiliki karakteristik yang berbeda.

174

Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Berkaitan dengan keterbatasan penelitian, maka saran untuk penelitian selanjutnya
adalah sebagai berikut.
1.

Penelitian ini dapat diperluas sehingga mencakup variabel-variabel lain di luar
variabel-variabel pada teori perilaku rencanaan. Adanya perbedaan karakteristik
antara KPP dan self-efficacy merupakan peluang untuk memperkaya model
keperilakuan dalam memprediksi pengungkapan TSP. Self-efficacy dapat
ditambahkan ke dalam model Teori Perilaku Rencanaan. Self-efficacy dapat
diposisikan sebagai variabel bebas yang menyertai KPP dan secara langsung
dihubungkan ke pengungkapan TSP. Alternatif lain adalah menempatkan selfefficacy sebagai variabel moderat yang memoderasi hubungan KPP dan

pengungkapan TSP.
2.

Penelitian selanjutnya diharapkan untuk membuat inovasi dengan memodifikasi
model yang ada sehingga dapat memisahkan data primer dengan data sekunder.