Toleransi Sosial Dalam Lingkungan Sekolah Multikultural (Studi Pada Siswa Siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Toleransi
Pada dasarnya konsep toleransi erat hubungannya dengan sikap jiwa
terhadap segala sesuatu yang berbeda. Sikap jiwa yang dimaksudkan adalah sikap
untuk menghormati, menghargai, bertenggang rasa, dan memberi kesempatan
terhadap keberadaan segala sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada di dalam
diri kita. Konsep toleransi juga mengandung arti sebagai suatu sikap untuk tidak
menghina, tidak mencela, tidak menghujat, tidak merasa benar sendiri, dan tidak
ingin menang sendiri dalam hidup bersama dengan komponen lain yang berbeda
dengan keberadaan kita. Saling hormat menghormati dalam kehidupan beragama.
(Sumber: Encarta Encyclopedia, 2002)
Sikap toleransi dapat dilihat pada fenomena menikmati musik dari tape
recorder. Setiap orang memiliki hak untuk menikmati seni, termasuk seni musik
yang didengarkan melalui tape recorder. Tidak ada larangan untuk mendengarkan
musik. Akan tetapi dalam menik- mati musik seseorang perlu memperhatikan
situasi dan kondisi yang ada di sekelilingnya. Jika ada tetangga yang sedang
berduka, atau jika ada tetangga yang sedang menyelengga- rakan acara yang
membutuhkan ketenangan, maka tidak selayaknya kita menikmati musik dengan
volume yang keras. Hingar bingar musik yang menimbulkan kebisingan tentu

akan sangat mengganggu kenyamanan tetangga. Sebaliknya, jika kita menikmati
musik dengan volume yang terbatas, kita dapat menikmati musik dengan tanpa

24
Universitas Sumatera Utara

mengganggu kenyamanan orang lain. Sikap seperti ini merupakan salah satu
contoh dari toleransi.
Sikap toleransi seperti di atas perlu dikembangkan di segala bidang
kehidupan. Terlebih dalam membina kehidupan masyarakat yang sangat beragam,
baik dalam hal suku bangsa, bahasa, agama, adat istiadat, profesi, golongan,
organisasi politik, dan lain sebagainya. Pengembangan sikap toleransi akan
memungkinkan satu sama lain akan saling menghormati, saling menghargai, dan
saling menjaga sehingga akan tercipta sebuah inte- grasi sosial. Kebalikan dari
sikap toleransi adalah sikap intoleransi. Sikap intoleransi hanya akan
menimbulkan rasa saling curiga, saling benci, saling hina, saling menyalahkan,
yang pada gilirannya akan menimbulkan konflik sosial yang sia -sia. (Riva Rizal :
2011)
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang
berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas

adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan,
dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain
lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh
mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana
penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agamaagama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi
“kelompok” yang lebih luas , misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lainlain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip

25
Universitas Sumatera Utara

toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat
beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan
mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang
beragama lain.( Al Qatiry : 2013 : 09)
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat
keanekaragaman yang sangat kompleks . masyarakat dengan berbagai
keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Bila
kita mengenal masyarakatsebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama

hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (
Linton : 23 ). Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk merupakan akibat
dari kondisi kondisi sosio-kultural maupun geografis. Dengan berimbas pada
keberdaan kebudayaan yang sangat banyak dan berneka ragam. Setiap orang
ditekankan untuk saling menghormati dan menghargai setia perbedaan yang ada.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan
masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika.
(http://tatanghusen.blogspot.com/2013/02/toleransi-dan-empati-sosial.html

diakses 29 Juni 2015, pukul 11.00 WIB )

26
Universitas Sumatera Utara

2.2 Multikulturalisme
Keberadaan masyarakat multikultural tidak dapat dipisahkan dari
berkembangnya konsep ‘multikulturalisme’ yang mencakup sedikitnya tiga unsur,
yaitu:
1. Terkait dengan kebudayaan

2. Merujuk kepada pluralitas (keragaman) kebudayaan, dan
3. Cara tertentu untuk menanggapi pluralitas tersebut.
Sedangkan multikulturalisme Lawrence A. Blum, seorang guru besar
filsafat di Universitas of Massachusetts di Amherst, menawarkan definisi
multikulturalisme

sebagai

berikut.



Multikulturalisme

meliputi

sebuah

pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta sebuah
penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia meliputi

sebuah penilaian terhadap budaya-budaya orang lain, bukan dalam arti menyetujui
seluruh aspek dari budaya-budaya tersebut, melainkan mencoba melihat
bagaimana sebuah budaya yang asli dapat mengekspresikan nilai bagi anggotaanggotanya. Keragaman struktur budaya dalam masyarakat menjadikan
multikulturalisme terbagi menjadi beberapa bentuk sebagai berikut.
a.

Multikulturalisme Isolasi

Masyarakat jenis ini biasanya menjalankan hidup secara otonom dan
terlibat dalam interaksi yang saling mengenal satu sama lain. Kelompok tersebut
menerima keragaman, namun pada saat yang sama berusaha mempertahankan
budaya mereka secara terpisah dari masyarakat lain umumnya.

27
Universitas Sumatera Utara

b.

Multikulturalisme Akomodatif


Masyarakat ini memiliki kultur dominan, yang membuat penyesuaianpenyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultural kaum
minoritas. Masyarakat multikultural akomodatif kultural, serta memberikan
kebebasan kepada kaum minoritas untuk mengembangkan/mempertahankan
kebudayaan mereka. Sebaliknya, kaum minoritas tidak menentang kultur
dominan.
c.

Multikulturalisme Otonomi

Dalam

model

ini

kelompok-kelompok

kultural

utama


berusaha

mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan
kehidupan otonom dalam rangka politik yang secara kolektif dapat diterima.
Prinsip-prinsip pokok kehidupan kelompok-kelompok dalam multikultural jenis
ini adalah mempertahankan cara hidup mereka masing-masing yang memiliki
hak-hak sama dengan kelompok dominan. Mereka juga menentang kelompok
dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat yang semua kelompok bisa
eksis sebagai mitra sejajar.
d.

Multikulturalisme Kritikal/Interaktif

Jenis multikulturalisme ini terjadi pada masyarakat plural yang kelompokkelompoknya sebenarnya tidak terlalu menuntut kehidupan otonom, tetapi lebih
menuntut penciptaan kultur kolektif yang menegaskan perspektif-perspektif
distingtif mereka. Kelompok dominan dalam hal ini tentunya menolak, bahkan
berusaha

secara


paksa

menerapkan

budaya

dominan

mereka

dengan

mengorbankan budaya kelompok-kelompok minoritas.
28
Universitas Sumatera Utara

e.

Multikulturalisme Kosmopolitan


Kehidupan dalam multikulturalisme jenis ini berusaha menghapus segala
macam batas-batas kultural untuk menciptakan masyarakat yang setiap individu
tidak lagi terikat pada budaya tertentu.
Secara umum, masyarakat multikultural dapat dimaknai sebagai suatu
tatanan masyarakat yang memiliki karakteristik heterogen, yang pola hubungan
antarindividu daam masyarakat bersifat toleran dan bersedia menerima kenyataan
untuk hidup berdampingan secara damai satu sama lain dengan segala perbedaan
yang ada. Perbedaan tersebut, antara lain, mencakup sebagai berikut.
1. Secara horizontal, ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan
sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan
kedaerahan.
2. Secara vertikal , ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal
antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Untuk mewujudkan dan mengembangkan masyarakat multikultural,
menurut pandangan Cogan (1998), ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki
oleh warga masyarakat, di antaranya sebagai berikut.
1. The ability to look at and approach problems as a member of a global
society (kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat
global).

2. The ability to work with others in a cooperative way and to take
responsibility for one’s roles/duties within society (kemampuan bekerja sama

29
Universitas Sumatera Utara

dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya
dalam masyarakat).
3. The ability to understand, accept, appreciate and tolerate cultural
differences (kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati
perbedaan-perbedaan budaya).
4. The capacity to think in critical and systemic way (kemampuan berpikir
kritis dan sistematis).
5. The willingness to resolve conflict and in a non-violent manner
(kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan).
6. The willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to
protect the envirinment (kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan
pokok yang sudah biasa guna melindungi lingkungan).
7. The ability to be sensitive toward and to defend human right e.g, rights
of women, ethnic minorities, etc. (memiliki kepekaan untuk mempertahankan hak

asasi manusia, seperti hak kaum wanita, dan minoritas etnis).
8. The willingness and ability to participate in politics at local, national
and international levels (kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam
kehidupan politik pada tingkatan pemerintah lokal, nasional, dan internasional).
Dalam konteks masyarakat Indonesia, keanekaragaman budaya yang ada
haruslah dipandang sebagai sebuah kekayaan, bukan potensi masalah. Indonesia
tidak memiliki identitas budaya yang tunggal bukan berarti tak memiliki jati diri.
Sebaliknya, dengan keanekaragaman budaya yang ada membuktikan bahwa

30
Universitas Sumatera Utara

masyarakat kita memiliki kualitas menghasilkan budaya yang luar biasa, jika
mengacu pada pengertian bahwa kebudayaan adalah hasil cipta manusia.
Untuk mewujudkan multikulturalisme di Indonesia, sebaiknya terlebih
dahulu dikembangkan persamaan di antara segenap masyarakat mengenai adanya
keragaman tersebut, kemudian dimunculkan semangat untuk membina kehidupan
bersama secara harmonis. Pada dasarnya multikulturalisme menghendaki adanya
persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik
yang sama dalam masyarakat modern.
2.

Karekteristik Masyarakat Multikultural

Pada masyarakat multikultural, individu maupun kelompok dari berbagai
budaya dan suku bangsa hidup dalam kesatuan sosial tanpa kehilangan jati diri
budaya dan suku bangsanya meskipun tetap ada jarak. Masyarakat multikultural
merupakan masyarakat yang kelompok suku bangsa dan budayanya berada dalam
kesetaraan derajat dan toleransi sejati. Adapun karakteristik dari suatu masyarakat
multikultural dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Dalam masyarakat multikultural, tiap-tiap budaya bersifat otonom.
2. Masyarakat multikultural dalam perkembangannya akan bersinggungan
dengan konsep hidup bersama untuk mencari kehidupan bersama.
3. Adanya semangat untuk hidup berdampingan secara damai (peaceful
coexistence ) dalam perbedaan kultur yang ada, baik secara individual maupun
secara kelompok dan masyarakat.

31
Universitas Sumatera Utara

4. Dikembangkannya toleransi, saling memahami, dan menghargai
perbedaan yang ada.
5. Terkait dengan upaya pencapaian
civility (keadaban), yang amad esensial bagi terwujudnya demokrasi yang
berkeadaban dan keadaban yang demokratis.
3.

Penyebab Terciptanya Masyarakat Multikultural

Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat mutikutural. Adanya
masyarakat multikultural memberikan nilai tambah bagi bangsa tersebut.
Keragaman ras, etnis, suku, ataupun agama menjadi karakteristik tersendiri
sebagaiman bangsa Indonesia. Masyarakat multikultural Indonesia adalah sebuah
masyarakat yang berdasarkan pada ideologi multikulturalisme atau Bhinneka
Tunggal Ika yang multikultural, yang melandasi corak struktur masyarakat
Indonesia pada tingkat nasional dan lokal. Namun, keanekaragaman budaya dan
masyarakat sering dianggap pendorong utama munculnya masalah baru. Contoh
keanekaragaman yang berpotensi menimbulkan permasalahan baru sebagai
berikut.
Keanekaragaman Suku Bangsa
Indonesia adalah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan budaya
yang luar biasa banyaknya. Tiap-tiap suku bangsa mempuyai karakter, adat
istiadat, bahasa, kebiasaan, dan lain-lain.
Keanekaragaman Agama

32
Universitas Sumatera Utara

Dengan dukungan oleh potensi alam yang melimpah, Indonesia menjadi
sasaran pelayaran dan perdagangan dunia. Dampaknya interaksi dengan bangsabangsa lain itu adalah masuknya beragam bentuk pengaruh agama dan
kebudayaan. Selain berdagang, para saudagar Islam, Hindu, Buddha, juga
membawa dan menyebarkan ajaran agamanya. Selanjutnya, bangsa barat juga
masuk dan terlibat didalamnya.
Keanekaragaman Ras
Salah satu dampak terbukanya letak geografis Indonesia, banyak bangsa
luar yang bisa masuk dan berinteraksi dengan bangsa Indonesia. Misalnya,
keturunan Arab, India, Persia, Cina dan Hadramaut. Dengan sejarah, kita bisa
meranut asal usulnya. Bangsa-bangsa asing tersebut juga mampu berkembang
secara turun temurun membentuk golongan sosial dalam masyarakat kita. Ada
yang mampu mendominasi perekonomian. Misalnya, keturunan cina.
Indonesia yang memiliki berbagai etnis, agama, budaya akan berpotensi
menimbulkan konflik sosial. Berkaitan dengan perbedaan identitas dan konflik
sosial muncul tiga pandangan;
Pandangan Primordialisme
Kelompok ini menganggap perbedaan-perbedaan yang berasal dari
genetika seperti suku, ras, agama merupakan sumber utama lahirnya benturanbentuan kepentingan etnis maupun budaya.
Pandangan Kaum Instrumentalisme

33
Universitas Sumatera Utara

Menurut mereka, suku, agama, dan identitas yang lain dianggap sebagai
alat yang digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih
besar, baik dalam bentuk materiil maupun nonmateriil.
Pandangan Kaum Konstruktivisme
Kelompok ini beranggapan bahwa identitas kelompok bersifat kaku.
Sehingga, etnisitas merupakan sumber kekayaan hakiki yang dimiliki manusia
untuk saling mengenal dan memperkaya budaya. Bagi mereka persamaan adalah
anugrah dan perbedaan adalah berkah.
Upaya membangun Indonesia yang multikultural dapat dilakukan dengan
cara dan langkah yang tepat. Pertama, menyebarkan konsep multikulturalisme
secara luas dan memahamkan akan pentingnya multikulturalisme bagi bangsa
Indonesia, serta mendorong keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional
maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya. Kedua,
membentuk kesamaan pemahaman diantara para ahli mengenai makna
multikulturalisme dan bangunan konsep-konsep yang mendukungnya. Ketiga,
berbagai upaya dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.
4. Pendidikan Multikultural untuk Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Pendidikan multikultural yaitu pendidikan untuk atau tentang keragaman
kebudayaan dalam menanggapi perubahan demografis dan kultur lingkungan
masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan. Menurut James A.
Bank, pendidikan multikultural adalah konsep atau ide sebagai suatu rangkaian
kepercayaan dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman
budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas
34
Universitas Sumatera Utara

pribadi dan kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu maupun negara.
Pelaksanaan pendidikan multikultural di Indonesia dilandasi oleh teori cultural
pluralisme and mosaic analogy. Asumsinya bahwa masyarakat yang terdiri atas
individu-individu yang beragam latar belakang agama, etnik, bahasa, dan budaya,
memiliki hak untuk mengekspresikan identitas budayanya secara demokratis. Tipe
pendidikan ini sama sekali tidak meminggirkan identitas budaya tertentu,
termasuk identitas budaya kelompok minoritas sekalipun. Bila dalam suatu
masyarakat terdapat individu pemeluk agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu,
Buddha, dan Konghucu, semua pemeluk agama diberi peluang untuk
mengekspresikan identitas keagamaannya masing-masing. Bila individu dalam
masyarakat berlatar-belakang budaya Jawa, Madura, dll, misanya, tiap-tiap
individu berhak menunjukkan identitas budayanya, bahkan diizinkan untuk
mengembangkannya. Dengan demikian, tiap-tiap identitas individu dan kelompok
dapat bertahan dan membentuk mosaik yang indah.
2.3 Interaksi Sosial
Interaksi dari berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam
kehidupan sehari-hari akan membentuk satu pola hubungan yang saling
mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya
dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
a.

Kontak Sosial

Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum
yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak
berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak
35
Universitas Sumatera Utara

selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan
kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui
telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi
syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.Kontak
sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada
suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu
pertentangan atau konflik.
Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer
terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya,
kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar
tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak
sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya,
percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW
mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua
RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang
ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.

b.

Komunikasi

Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting
dalam

komunikasi

yaitu

adanya

kegiatan

saling

menafsirkan

perilaku

(pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang
disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.

36
Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor dalam interaksi sosial meliputi faktor sugesti, motivasi,
imitasi, identifikasi simpati dan empati. Faktor sugesti berlangsung apabila
seseorang memberi pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian diterima
pihak lain, sedangkan identifikasi merupakan kecenderungan seseorang untuk
menjadi sama dengan yang lain dan bisa berlangsung secara sadar ataupun tidak
sadar. Berbeda dengan identifikasi proses simpati merupakan proses dimana
seseorang merasa tertarik dengan orang lain dan dalam hal ini perasaan
memegang peranan yang sangat penting walau dorongan utamanya adalah untuk
memahami orang lain dan bekerjasama dengannya. Proses interaksi sosial
biasanya didasari berbagai faktor (waridah, 2001 : 18-20).
Sedangkan Homans (dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi
sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu
tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang
dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah
suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu
stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
Sedangkan menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran
antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain
dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama
lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial
sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih
hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi

37
Universitas Sumatera Utara

satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk
mempengaruhi individu lain.
Menurut Soerjono Soekanto bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa
kerja sama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan juga berbentuk
pertentanga atau pertikaian (conflict).
Gilin dan Gilin pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi.
Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya
interaksi sosial, yaitu:
1. Proses asosiatif (processes of association) yang terbagi kedalam tiga
bentuk khusus lagi, yakni:
a) Akomodasi
b) Asimilasi dan alkulturasi
2. Proses disosiatif (processes of dissociation) yang mencangkup:
a) Persaingan.
b) Persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian
(conflict).

Sistematika yang lain pernah pula dikemukakan oleh Kimball Young,
menurutnya bentuk-bentuk proses sosial adalah:
1. Oposisi (opposition) yang mencangkup persaingan (competition) dan
pertentangan atau pertikaian (conflict).
2.

Kerja

sama

(cooperation)

yang

menghasilkan

akomodasi

(accomodation), dan

38
Universitas Sumatera Utara

3.

Differensiasi (differentiation) yang merupakan suatu [proses dimana

orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajibankewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar
perbedaan usia, seks dan pekerjaan. Differensisasi tersebut menghasilkan lapisanlapisan masyarakat.
Menurut Woodworth, cara-cara individu mengembangkan diri dan
berinteraksi dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
individu

bertentangan

dengan

lingkungannya,

individu

menggunakan

lingkungannya, individu berpartisipasi dengan lingkungannya dan individu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat
dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya
merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.
Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal utama dalam dunia
pendidikan, sekolah juga dapat dikatakan sebagai kelompok sosial karena adanya
interaksi sosial yang berlangsung didalamnya seperti interaksi antara guru dan
murid dimana mereka dapat berinteraksi lebih dekat. Contohnya saat murid
kurang paham tentang pelajaran yang diberikan oleh gurunya, maka guru dapat
memberikan penjelasan yang lebih detail. Robert K Merton menyatakan
sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan,
disebut kelompok sosial,

hal ini menegaskan bahwa sekolah merupakan

kelompok sosial. Merton membagi tiga kriteria suatu kelompok :
1.

Memiliki pola interaksi

39
Universitas Sumatera Utara

2.

Pihak yang berinteraksi mendefenisikan dirinya sebagai anggota

kelompok
3.

Pihak yang berinteraksi didefenisikan oleh orang lain sebagai

anggota kelompok.
Menurut Robert bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan
berdasarkan ada tidanya sebuah organisasi, hubungan natara kelompok dan
kesadaran jenis. Interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok sosal yang majemuk
biasanya akan memiliki peluang konflik yang besar. Untuk itu dalam interaksi
sosial dalam kelompok sosial yang memiliki keberagaman dibutuhkan adanya
sikap toleran terhadap perbedaan yang ada. Termasuk didalam lingkungan
sekolah, dimana interaksi yang terjadi antar siswa atau siswa dengan guru, jika
dalam lingkungan sekolah yang memiliki keberagaman tidak diterapkan toleransi
atau sikap saling menghargai dalam perbedaan-perbedaan yang ada.
Contohnya saat bulan puasa di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda, kantin
akan di tutupi kain dan siswa/i non islam dianjurkan makan dikantin saja dan
tidak di kelas agara menghargai teman-teman mereka yang berpuasa. Atau pada
saat pelajaran agama, bagi umat kristiani biasanya menyanyikan lagu-lagu rohani,
dan umat beragama yang lain menghormnati dengan menjaga susana di sekitar
tetap tenang. Contoh contoh ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu
lembaga tidak terlepas dari adanya interalksi yang terjadi antar elemen sekolah
tersebut.

Elemen-elemen

sekolah

dengan

indidvidu-individu

yang

ada

didalamnya, serta kelompok-kelompok yang kesemuanya berfungsi sebagai satu
kesatuan membentuk suatu interaksi. Hal ini sesuai dengan pandangan simmel
yang merujuk pada Fechner tentang doktrin-doktrin atomisme logis yang
40
Universitas Sumatera Utara

menyebutkan bahwa masyarakat lebih merupakan sebuah interaksi individuindividu dan bukan merupakan sebuah interaksi substansial (soekanto, 2003 :118)

2.4 Toleransi Multikultural
Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dari pulau sabang sampai
merauke, berbagai macam suku bangsa, ras, dan kebudayaan yang ada di
Indonesia. Bagaimana tidak? Indonesia yang posisinya sangat geografis dan
berada di tengah-tengah garis khatulistiwa. Indonesia juga mempunyai pulau
terbanyak mencapai ribuan, unik bukan?
Dari itu semua kita juga tahu bahwa Indonesia kaya akan alam yang indah
yang tidak ada di negara lain. Multikulral adalah budaya yang banyak dan
berbeda-beda, mulai dari masyarakat sosialnya, sukunya, budayanya, dan adatnya
pun berbeda. Dari hal ini lah kita perlu menamkan sikap toleransi dari berbagai
aspek baik agama maupun sosial budaya. Tak jarang kita temui banyak terjadi
konflik antar agama maupun budaya dan apa penyebabnya? Penyebabnya yaitu
tidak ada rasa kasing sayang dan empati. Bila sudah timbul rasa kasih sayang
maka akan tumbul sikap menghargai dan sikap toleransi di antara berbedanya
suku, budaya dan agama yang ada di Indonesia.
Masyarakat Indonesia sangat unik dengan keberagamannya, karakter
warga masyarakatnya juga berbeda dan unik sesuai dengan perkembangan
wilayahnya dan budayanya masing-masing. Dalam beberapa kasus yang duludulu pernah terjadi, kita sudah bahwa sudah banyak terjadi perang maupun
konflik antar budaya maupun suku yang sudah terjadi di Indonesia. Ini juga

41
Universitas Sumatera Utara

menjadi keresahan masyarakat Indonesia, jangan-jangan nanti akan terjadi di
wilayah tempat kita tinggal? Ya semua orang pasti juga akan merasakan hal yang
sama. Dimana perang yang terjadi ini sebenarnya terjadi karena tidak adanya rasa
saling mengerti dan percaya, dan juga tidak ada rasa menghargai satu sama lain.
Masing-masing menganggap bahwa budaya sendirilah yang paling bagus atau
yang paling benar atau paling bermartabat dari budaya yang lain. Tidak adanya
jalinan atau hubungan silaturahmi juga merupakan faktor terjadinya konflik yang
tidak bisa di prediksi. Artinya konflik-konflik yang terjadi bisa saja terjadi begitu
saja, lantaran ada salah satu pihak yang merasa terpancing amarahnya aau merasa
dilecehkan dan direndahkan bahwa budayanya itu rendah atau tidak berguna sama
sekali, kepahaman akan multikulturalisme juga salah satunya. Apabila kita
mengetahui

apa

itu

multikultural,

maka

kita

juga

akan

memahami

multilkulturalisme. Multikulturalisme yaitu suatu paham yang meyakini dan
menerima bahwa kebudayaan itu beraneka ragam dan tidak hanya ada budaya
sendiri.
Apabila sudah memahami konsep ini maka masyarakat kita akan mudah
untuk saling menerima, menghargai, toleransi. Budaya juga merupakan hasil cipta
rasa dan karya manusia. Sekarang berapa jumlah manusia di Indonesia? Ini yang
sering tidak kita pahami, bahwa perbedaan itu sebenarnya indah dan unik. Kalau
tidak ada perbedaan maka kita tidak akan saling kenal karena kita tahu bahwa
mereka juga sama dengan kita. Dengan adanya perbedaan kita akan selalu
penasaran seperti apa kebudayaan yang lain dari kebudayaan kita? Seperti apa
bahasa lokal daerah ini daerah itu. Apabila kita sudah memahami konsep

42
Universitas Sumatera Utara

kebudayaan ini dan bahwa budaya itu berbeda maka akan timbul rasa toleransi
sedikit demi sedikit.
Toleransi ini juga merupakan dasar bagi kita untuk bisa menciptakan
kehidupan yang damai dan harmonis. Itu sudah menjadi keinginan semua manusia
untuk hidup damai dan sejahtera tanpa adanya konflik. Konflik ini menyebabkan
banyak sekali kerugian bahkan merenggut nyawa hanya karena konflik ini. Untuk
itulah mari kita sama-sama untuk memahami betapa pentingnya multikultural,
karena Indonesia masyarakatnya multikultural dan mempunyai keunikan
tersendiri. Tak dapat dipungkiri bahwa kita juga harus menerima Indonesia
merupakan masyarakat yang multikultural.

43
Universitas Sumatera Utara