Toleransi Sosial Dalam Lingkungan Sekolah Multikultural (Studi Pada Siswa Siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arif. 1992. Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Sunarto, Kamanto.2003. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Indonesia University press. Moleong, Lexy. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Karya. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Hendropuspito D. 2006. Sosiologi Agama. Jogjakarta : Kanisius

Sanderson, K. Stephen. 2012. Makrososiologi : Sebuah Pendekatan terhadap

Realitas Sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta : CV. Rajawali Pers

Soekanto, Soerjono. 1982. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali Pers Sadulloh, U. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alpabeta.

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Halimi Muh. Dadang Sundawa. 2014. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan.

Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Soekanto, Soerjono.2002. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo. ... . 1982. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Benni Setiawan. 2008. Agenda pendidikan nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia Ritzer, George, and J.Goodman, Douglas, 2010, Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.


(2)

Sumber Online :

https://nofalliata.wordpress.com/agama-islam-dan-selte-sekte-nya/agama-dalam-perspektif-sosiologis-3/

( http://konflikposo.blogspot.com/2009/03/konflik-poso.html)

(http://m.news.viva.co.id/news/read/567627-sumatera -utara-potret-kerukunan-beragama-di-indonesia)


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena yang sedang dibahas. (Prasetyo : 2005)

Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah penelitian yang berusaha memahami kondisi masyarakat dan lingkungan sekitarnya dengan berinteraksi kepada mereka. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka akan didapatkan data atau informasi yang lebih mendalam mengenai toleransi multikultural YP. Sultan Iskandar Muda Medan.

Maka dalam konteks penelitian ini, jenis penelitian deskriptif dengan metode penelitian kualitatif adalah cara yang sesuai untuk menggambarkan secara mendetail mengenai toleransi multikultural di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan. Setelah gambaran detail mengenai toleransi multikultural di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda didapat, maka akan dilihat apa saja kesulitan-kesulitan dalam penerapannya pada siswa-siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Jalan Sunggal Gg. Bakul kecamatan Medan-Sunggal. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah dikarenakan sekolah tersebut merupakan sekolah multikultural. Sekolah


(4)

tersebut memiliki siswa-siswi yang berasal dari etnis berbeda, suku berbeda dan agama yang berbeda. Sekolah ini juga menjadikan keberagaman dan kesetaraan sebagai visi sekolah ini. Sekolah ini memiliki semua tingkatan dari playgroup hinggga SMA/SMK. Tetapi dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah tingkat SMA serta staf pengajar juga kepala sekolahnya.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit Analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian atau unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007: 76). Adapun unit analisis dalam penelitian toleransi antar pemeluk agama di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan yaitu para siswa SMA, Kepala Sekolah SMA dan guru-guru SMA di YP. Sultan Iskandar Muda Medan.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang masuk dalam karakteristik unit analisis dan diperoleh menjadi sumber data yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Arikunto,2006). Adapun informan dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMA, siswa-siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda serta staf pengajar.


(5)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Dalam pengumpulan data pada beberapa siswa/i di sekolah YP.Sultan Iskandar Muda. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer adalah dengan cara:

a. Wawancara mendalam, yaitu proses dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan mengadakan tanya jawab dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara secara tatap muka kepada siswa siwi SMA YP. Sultan Iskandar Muda yang menjadi responden.

b. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin 2007: 115). Pengamatan secara langsung kepada objek yang diteliti guna melihat bentuk penerapan toleransi di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda

2. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari berbagai buku-buku referensi, dokumen dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.


(6)

3.5 Interpretasi Data

Dalam Penelitian Kualitatif peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik dari hasil wawancara, observasi maupun dari dokumentasi. Data tersebut semua umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu di evaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelola, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses ini adalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan.


(7)

3.6 Jadwal Penelitian

K e g i a t a n B u l a n k e -

Pra Proposal ACC Penelitian Penyusunan Proposal penelitian Seminar Proposal Penelitian Revisi Proposal Penelitian Penelitian Lapangan Pengumpulan dan Analisa Data Bimbingan Skripsi Penulisan Laporan Akhir


(8)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1.1. Sejarah Singkat YP. Sultan Iskandar Muda

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda didirikan pada tanggal 25 Agustus 1987 oleh dr Sofyan Tan, seorang pemuda Tionghoa yang berasal dari desa Sunggal. Lokasi sekolah ini terletak di atas pertapakan yang terselip di ujung sebuah gang. Namanya Gang Bakul, Desa Sunggal, Medan. Gedung Sekolah Sultan Iskandar Muda berdiri di atas tanah sawah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi, dengan luas kurang lebih 1.500 m2. Tanah tersebut dibeli dari hasil penjualan perhiasan isterinya yang didapat dari hadiah pernikahan.

Sekolah yang terletak di pinggiran kota Medan ini dibangun sebagai bentuk realisasi dari mimpi seorang Sofyan Tan. Jika Martin Luther King di Amerika Serikat bermimpi suatu saat warga kulit hitam bisa punya hak-hak yang setara dengan warga kulit putih lainnya, mimpi pendiri Yayasan Sultan Iskandar Muda kala itu adalah agar suatu saat anak-anak miskin bisa bersekolah di sekolah yang bermutu.

"Tapi, mana mungkin itu Sofyan? Kamu sendiri orang miskin, sekolahmu pun dibangun pakai duit dari utang bank. Harus orang kaya yang bisa wujudkan mimpimu itu."Begitulah tanggapan yang kerap mendenging ditelinganya. Almarhum Raja Inal Siregar, Sarwono Kusumaatmaja, dan Letjen (Purn) TB


(9)

Namun, pesimisme dari berbagai pihak tidak membuat Sofyan Tan putus asa. Gelar dokter yang didapatkan dengan susah payah tidak lagi digunakan untuk praktek sebagai seorang dokter medis. Demi mewujudkan mimpinya, Sofyan Tan banting setir untuk menjadi seorang ‘dokter sosial’. Secara bertahap, dimulailah pembangunan “proyek mimpi” itu. Yang pertama dilakukan Sofyan Tan adalah mendatangi sebuah kantor notaris di Medan untuk membuat akte pendirian Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda. Setelah akte notaris selesai, Sofyan Tan lalu mengontak beberapa teman dekatnya untuk meminta bantuan dan pinjaman.Sejumlah toko bangunan dinegosiasi.termasuk tukang bangunan.

Setelah hampir setahun ia pontang-panting membangun gedung sekolah yang diimpikannya itu, pada April 1988, sebanyak 11 lokal (kelas) untuk kegiatan belajar dan administratif sekolah selesai dibangun.Waktu dioperasikan 1988/1989, jumlah siswanya hanya 171 orang yang berasal dari sekitar desa Sunggal.Umumnya mereka adalah siswa dari keluarga kurang mampu.Jumlah gurunya juga hanya 15 orang. Fasilitas sekolah masih sangat terbatas. Perpustakaan tidak ada, apalagi Laboratorium.

Hampir selama kurang lebih 10 tahun setelah bangunan awal selesai dibangun, sekolah sempat terbelit utang di sebuah bank swasta.Pada beberapa tahun pertama, Sofyan Tan bahkan tidak sanggup mencicil bunga, apalagi membayar angsuran kreditnya. Maklum, biaya pendidikan yang berasal dari siswa, sering tak mencukupi untuk membayar gaji guru dan menutup biaya operasional sekolah. Gaji guru bahkan sering molor sampai dua minggu.Hal ini dikarenakan banyak siswa yang macet pembayaran uang sekolahnya.Kondisi objektifnya beragam.Ada yang di tengah jalan orangtuanya mendadak sakit


(10)

permanen, gagal dalam usaha, putus kerja dsb. Namun, Sofyan tak mau mengeluarkan siswa yang orangtuanya mendadak miskin itu.

Untuk menaklukkan badai tersebut, Sofyan mendatangi sejumlah pengusaha dan pejabat negara yang dikenalnya, mencari dukungan agar sekolahnya yang menyekolahkan anak-anak miskin bisa bertahan.Ia juga membuat gerakan orangtua asuh untuk mengetuk dermawan agar memberi santunan biaya sekolah untuk siswa miskin di sekolahnya. Beberapa NGO Internasional yang sejalan dengan visi dan misi sekolahnya diajak kerjasama seperti Caritas Switzerland, Pan Eco Foundation dsb. Mereka memberikan bantuan untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur dan fasilitas di YPSIM

Dua puluh lima tahun setelah sekolah ini pertama didirikan, mimpi Sofyan Tan sudah berhasil dilunasinya. Perguruan Sultan Iskandar Muda kini memilikidua buah laboratorium komputer dengan perangkat komputer modern dan serba canggih. Ruang komputer dilengkapi fasilitas internet dan media audiovisual. Laboratorium Bahasanya memiliki 68 unit tape recorder dan headset untuk praktek bahasa Inggris, Jepang dan Mandarin . Laboratorium IPA (fisika, biologi dan kimia) juga dilengkapi alat-alat praktek canggih. Peresmiannya dilakukanYohanes Surya, pakar Fisika Indonesia, sekaligus Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).

Fasilitas lain adalah ruang musik lengkap dengan peralatan bandnya, kantin yang sejuk asri dilengkapi dengan fasilitas WIFI untuk mengakses internet bagi siswa, perpustakaan dengan jumlah koleksi buku lebih dari 10.000 buku dan


(11)

majalah, radio komunitas dan bus antar jemput siswa. Gedung sekolahnya juga sudah berlantai 4. Maret 2013 ini, Yayasan Sultan Iskandar Muda juga akan meresmikan gedung TK yang berbentuk castle. Deretan ruangan yang sudah berumur 25 tahun juga mulai dibangun kembali. YPSIM juga saat ini diperkuat 126 tenaga pengajar lulusan D3, S1 dan S2 dan pegawai, sedangkan jumlah siswanya berkisar 2.200 orang dimana 600 orang diantaranya adalah anak asuh yang bebas uang sekolah, anak yang diberikan subsidi silang, beserta penerima beasiswa.

Visi dan Misi SMA YP. Sultan Iskandar Muda

VISI

Menjadi Sekolah yang Unggul dalam IPTEK dan mendukung Keberagaman dalam suasana kebersamaan.

MISI

1. Menciptakan suasana belajar yang aman, harmonis, dan kondusif 2. Meningkatkan kinerja para guru, staf dan pegawai berdasarkan kompetensi yang dimilikinya

3. Mewujudkan nilai-nilai pendidikan dalam bentuk siswa/i yang beriman, bertaqwa dan produktif

4. Membekali peserta didik dengan keterampilan bidang seni dan olah raga

5. Menumbuhkan jiwa persatuan dan kesatuan dengan tidak membeda-bedakan suku, agama dan ras, status ekonomi dan jenis kelamin.


(12)

6. Menjadikan lulusannya mempunyai life skill untuk dapat diterima di dunia kerja.

7. Menumbuhkan kerjasama dengan instansi lain dalam pengembangan kualitas dan kuantitas siswa.

8. Menumbuhkan sikap kepedulian sosial siswa secara optimal terhadap lingkungan sekolah dan sekitarnya

9. Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran secara efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi 10. Menjadikan siswa yang memiliki dedikasi, disiplin, jujur, inovatif, tekun dan ulet sebagai wujud pengembangan SDM yang unggul

4.1.2. Kondisi Geografis YP.Sultan Iskandar Muda

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda terletak di atas pertapakan yang terselip di ujung sebuah gang. Namanya Gang Bakul, Desa Sunggal, Medan. Gedung Sekolah Sultan Iskandar Muda berdiri di atas tanah sawah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi, dengan luas kurang lebih 1.500 m2. Sekolah ini memang berada di dalam gang, sehingga tidak terlihat bila dari pinggir jalan sunggal. Tidak terlalu jauh masuk ke dalam gang, sekitar 10-15 meter dari depan gang. Di sunggal ada beberapa sekolah yang berdekatan dengan YP. Sultan Iskandar Muda seperti YP. Brigjend Katamso, SMP N.9, dan SMA Budi Bersubsidi Sunggal.

Dengan lahan dan bangunan yang cukup luas saat ini, YP.Sultan Iskandar Muda menampung gedung-gedung seperti kurang lebih 4 gedung sekolah untuk


(13)

ruang kelas siswa mulai dari SD-SMA/SMK, 1 bangunan terpisah untuk siswa tk dan SD kelas 1 dan 2 , dengan bangunan utama lantai 4, aula, 3 rumah ibadah, lapangan basket sekaligus dijadikan lapangan futsal, klinik, kantin, ruang ketua yayasan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang lab komputer, ruang lab bahasa, ruang lab sains, perpustakaan, ruang tata usaha, dan ruang radio SIM FM.

4.1.3 Denah Lokasi Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda

Denah lokasi YP Sultan Iskandar Muda Medan


(14)

4.1.4. Fasilititas Pendidikan yang ada di SMA YP.Sultan Iskandar Muda Medan

SMA Sultan Iskandar Muda Medan memiliki beberapa fasilitas, antara lain:

1. Beberapa ruang kelas yang nyaman yang dilengkapi TV dan DVD yang berguna dalam proses belajar mengajar.

2. Laboratorium yang memadai meliputi laboratorium komputer, Laboratorium fisika , kimia, biologi dan Laboratorium bahasa inggris dan bahasa jepang.

3. Perpustakaan yang nyaman yang menyediakan buku-buku yang berguna bagi kegiatan belajar mengajar siswa-siswi.

4. 3 tempat ibadah yaitu musholah, vihara dan gereja untuk kegiatan agama siswa.

5. Klinik dengan fasilitas yang lengkap dan dokter serta perawat siap siaga jika ada siswa yang jatuh sakit atau cedera saat olahraga.

6. Lapangan basket yang di fungsikan juga untuk olahraga futsal yang dipakai saat pelajaran olahraga maupun kegiatan ekskul.

7. Ruang radio sim fm, tempat siswa-siswi untuk menyalurkan hobi sebagai penyiar.

8. Gedung serba guna atau pendodpo, tempat kegiatan-kegiatan ekskul atau rapat osis, program anak asuh dan lain sebagainya.

9. Ruang music untuk anggota paduan suara dan band YP. SIM

10. Kantin yang asri dan nyaman dilengkapi wifi agar siswa dapat mengakses interenet untuk kepentingan belajar mengajar.


(15)

11. Koperasi sekolah yang lengkap menyediakaan alat-alat tulis, seragam sekolah dan seragam olahraga.

Tabel daftar Kepala Sekolah, Staf Pengajar dan lainnya untuk SMA

4.1.5 Siswa Siswi SMA Sultan Iskandar Muda Medan

Berdasarkan hasil lapangan di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan untuk tingkat SMA ada 14 ruang kelas disediakan di lantai 2,3, dan 4 gedung utama. Ada 5 ruangan untuk kelas X, 5 ruangan untuk kelas XI dan 4 ruangan untuk kelas XII. Untuk kelas X rata-rata siswa nya berjumlah sekitar 48 siswa dalam satu kelas, 45 orang untuk kelas XI dan 47 siswa untuk kelas XII dalam setiap ruangan kelas. Tidak terlalu padat dengan luas ruangan yang cukup luas. Ini bertujuan agar siswa merasa nyaman di dalam ruangan kelas selama proses belajar mengajar berlangsung.


(16)

Untuk pembagian jurusan kelas sejak tahun 2013 sudah di lakukan dari kelas X, tidak lagi seperti dulu yang di bedakan sejak kelas XI. Untuk kelas X ada 3 kelas IA atau IPA dan 2 kelas IPS, untuk kelas XI juga terdapat 3 kelas IPA dan 2 kelas IPS. Sedangkan untuk kelas XII terdapat 2 kelas IPA dan 2 kelas IPS. Tentu saja dalam setiap kelas terdapat siswa yang berbeda-beda, baik etnis maupun agamanya. Dan dalam menciptakan ruang kelas yang harmonis biasanya wali kelas akan menggabungkan antar agama dan etnis dalam penyusunan tempat duduk di kelas. Ini dimaksudkan agar siswa terbiasa berdampingan dengan yang berlainan satu sama lain.

Untuk lebih jelas, berikut saya lampirkan tabel jumlah siswa, baik keseluruhan maupun jumlah siswa berdasarkan etnis dan agama :

Jumlah siswa secara keseluruhan TABEL 4.1

No K E L A S J u m l a h

1 X 2 3 8

2 XI 2 2 3 3 XII 1 8 5 J U M L A H 6 4 6


(17)

Persentase Jumlah Siswa Berdasarkan Agama.

Tabel 4.2

Komposisi Siswa Berdasarkan Agama

Sumber: Data Siswa SMA di YP. Sulatn Iskandar Muda 2015

Berdasarkan data siswa-siswi SMA YP.Sultan Iskandar Muda periode 2015-2016 didapatkan bahwa dari 646 siswa, terdapat 277 siswa menganut Agama Islam, 174 siswa menganut Agama Buddha, 162 menganut Agama Kristen dan 33 siswa menganut Agama Hindu.

A g a m a J u m l a h 1 0 0 %

I s l a m 2 7 7 4 3 %

K r i s t e n 1 6 2 2 5 %

B u d d h a 1 7 4 2 7 %

H i n d u 3 3 5 %


(18)

Komposisi Siswa SMA Sultan Iskandar Muda Berdasarkan Etnis.

Tabel 4.3

Komposisi Siswa Berdasarkan Etnis

E t n i s J u m l a h Persentase

B a t a k 9 7 1 5 %

J a w a 1 1 5 1 8 %

T i o n g h o a 1 6 2 2 5 %

I n d i a 5 2 8 %

Minang dan aceh 7 8 1 2 %

M e l a y u 1 4 2 2 2 %

T o t a l 6 4 6 1 0 0 %

Sumber: Administrasi Data Siswa-siswi YP. Sultan Iskandar Muda

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa suku/etnis yang paling dominan adalah etnis tionghoa 162 orang siswa, sedangkan suku lainnya seperti suku melayu berjumlah 142 orang siswa, sedangkan suku jawa 115 siswa, suku batak 97 siswa, dan suku aceh dan minang di gabung berjumlah 78 orang, dan india ada 52 siswa.


(19)

4.2 Profil Informan

I . INFORMAN GURU

1. Nama : Edy Tjitro Sihombing, M.pd Jabatan : Kepala Sekolah SMA Agama : Khatolik

Suku : Batak Toba Lama Menjabat : 2008-sekarang

Bapak Edy Tjitro adalah kepala sekolah SMA Sultan Iskandar Muda Medan. Beliau menjabat sebagai kepala sekolah SMA sejak tahun 2008 menggantikan Pak Sinaga. Sebelum menjadi kepala sekolah pak edy adalah seorang guru matematika untuk tingkat SMA. Pak edy memiliki kepribadian yang menyenangkan namun sangan disegani siswa karena sifat tegas dan disiplin nya. Pak edy menikah dengan seorang guru di YP. Sultan Iskandar Muda yaitu Ibu Ellyana dan memiliki seorang putri dan seorang putra.

Menurut beliau sendiri toleransi itu keadaan dimana adanya rasa saling tenggang rasa untuk saling menghargai dan menghormati hak orang lain meski berbeda dengan kita. Beliau juga menuturkan bahwa toleransi sangat penting didalam lingkungan sekolah terutama sekolah seperti sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan ini dimana ada berbagai siswa yang berasal dari keluarga dengan status sosial, etnis, budaya dan agama yang berbeda-beda yang kapanpun di dalam lingkungan sekolah bukan tidak mungkin akan muncul masalah diantara siswa.


(20)

Jadi sikap toleransi ditanamkan pada siswa agar mengurangi bahkan menghilangkan masalah perbedaan tersebut.

Pak edy sendiri bersuku batak dan beragama khatolik. Tetapi beliau bersikap adil kepada semua siswa tanpa memandang agama maupun status sosial siswa. Jika siswa melakukan kesalahan atau ketidakdisiplinan beliau akan memberi sanksi yang sesuai kepada sisapapun siswa tersebut tanpa memandang siapa siswa itu, agama nya maupun suku nya. Berikut hasil wawancara dengan beliau :

“Sekolah ini memang sudah dikenal sebagai sekolah yang di jadikan contoh untuk hal toleransi dalam keberagaman di sekolah. Karena pendiri sekolah ini Pak dr.Sofyan Tan menginginkan sekolah yang berlandaskan bhinneka tunggal ika. Jadi baik saya selaku kepala sekolah maupun guru-guru di tingkat SMA disini selalu berusaha yang terbaik mewujudkan keinginan beliau. Saya tidak akan mentolerir siapapun siswa yang melanggar peraturan apalagi siswa yang menimbulkan masalah dengan embel-embel perbedaan status sosial, agama atau apapun yang mereka anggap berbeda”

(Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA YP. Sultan Iskandar Muda tanggal 20 November 2015)

2. Nama : Dharma Berlim, Spd

Agama : Buddha

Jenis kelamin : Laki-laki Suku : Etnis tionghoa


(21)

Jabatan : Guru

Lama menjabat : 2011-sekarang

Pak Berlim biasa siswa menyapa beliau dengan nama tersebut, beliau merupakan seorang guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda. Beliau mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha tingkat SMA, beliau berasal dari etnis tionghoa dan tentu beragama Buddha. Beliau merupakan salah satu alumni Universitas Negri Medan. Beliau juga salah satu guru yang dekat dengan siswa, tidak hanya siswa yang beragama Buddha maupun beretnis tionghoa tetapi siswa yang beragama lain maupun beretnis lainpun menyenangi guru yang ramah satu ini. Beliau mengajar sudah kurang lebih 5 tahun sampai saat ini. Beliau mengaku sangat senang bisa mengajar di sekolah ini, karena banyak hal yang menyenangkan dapat dilakukan sehingga mengajar bukan lah hal yang membosankan bagi beliau. Dan toleransi merupakan upaya agar perbedaan perbedaan dapat menyatu sebagai ikatan persaudaraan. Senasib sepenanggungan sehingga semua siswa merasa memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dan tak ada pengistimewaan.

Beliau juga menyatakan tentu saja ada saja siswa yang berulah dan membuat masalah namun sampai saat ini beliau masih mampu menangani nya. YP. Sultan Iskandar Muda sudah seperti rumah kedua dan keluarga bagi beliau. Seperti yang diungkapkan beliau dalam wawancara tatap muka dengan beliau :

“saya sudah mengajar sekitar 5 tahun disini dan saya menikmati mengajar disini. Siswa sangat kreatif dan enerjik. Mereka senang berbaur dengan guru-guru, meskipun tetap ada saja siswa yang bermasalah, tetapi saya selalu


(22)

mencoba merangkul semua nya. Saya melakukan ini bukan semata mata ingin diberi reward sebagai guru favorite, tapi karena saya senang mengabdi di sekolah ini. Saya juga tidak membeda bedakan siswa dalam memperlakukan mereka, semua siswa adalah sama hak dan kewajiban nya di sekolah ini. ”

( hasil wawancara dengan bapak Dharma Berlim, tanggal 12 November 2015)

3. Nama : Khairani Hedra, S.S

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Melayu

Jabatan : Guru Bahasa Jepang Lama menjabat : 2007-sekarang

Beliau adalah seorang guru bahasa jepang tingkat SMA, beliau sudah mengajar cukup lama disekolah ini. Beliau adalah lulusan sastra jepang Universitas Sumatera Utara. Ibu 2 orang anak yang selalu disapa sensei ini merupakan guru yang lembut namun sangat tegas. Beliau akan memberikan sanksi pada siswa yang melanggar aturan. Beliau juga aktif mengajak siswa untuk berkarya dalam bidang sastra jepang seperti mengajak siswa pada acara festival budaya jepang atau mengikutsertakan siswa dalam perlombaan di bidang sastra jepang.

Hal ini salah satu cara agar siswa memahami meski memiliki perbedaan budaya dan bahasa bukan berarti tidak perlu mempelajarinya. Hal tersebut


(23)

dilakukan beliau untuk mengajarkan pada siswa tentang toleransi. Bagi beliau toleransi adalah jembatan pemersatu bagi masyarakat Indonesia yang beragam, dengan adanya toleransi hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin serta dapat mengontrol konflik yang sering terjadi di masyarakat saat ini. Namun tidak hanya masyarakat yang memerlukan sikap toleransi ini, dalam lingkungan sekolah juga penting adanya sikap toleransi. Sama halnya dalam lingkungan sehari hari bahwa siswa harus menghormati dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada.

“Saya tidak akan pilih kasih, jika siswa salah maka harus diberi sanksi agar ada kesadaran untuk tidak mengulanginya lagi. Saya sering mengajak siswa jika ada kegiatan di luar sekolah yang berhubungan dengan sastra jepang agar mereka memperoleh ilmu dengan belajar diluar sekolah. Saya akan membimbing siswa yang berbakat dan ingin lebih mendalami sastra jepang, untuk memberi contoh pada siswa yang lain bahwa bahasa atau budaya yang berbeda tidak menghalangi mereka untuk berkarya.”

( hasil wawancara dengan Ibu Khairani Hedra tanggal 22 Oktober 2015)

4. Nama : Ebenezer Parulian Dabukke S.Pd Agama : Kristen

Jenis kelamin : Laki-Laki

Suku : Batak Simalungun

Jabatan : Guru Pendidikan Agama Kristen Lama menjabat : 2013-sekarang


(24)

Guru Pendidikan Agama Kristen di SMA YP. Sultan Iskandar Muda ini termasuk guru baru di sekoloah ini. Namun beliau mengatakan sangat mencintai profesi nya sebagai guru di sekolah ini. Guru yang biasa di sapa Pak Ben ini guru yang humoris dan cukup disenangi siswa. Beliau adalah lulusan Universitas Negri Medan jurusan Pendidikan Agama Kristen dan saat ini sedang meneruskan pendidikan nya untuk gelar master di salah satu universitas swasta di medan. Beliau mengungkapkan bahwa adalah suatu tantangan mengajar di antara siswa yang memiliki beraga latar belakang seperti di sekolah ini. Ada banyak hal yang menarik didalam mengajar siswa-siswi disini. Masalah yang muncul menurut beliau adalah cara untuk belajar sebagai seorang guru yang baik. Toleransi sendiri menurut beliau adalah sikap yang akan menyelamatkan siswa pada saat hidup di masyarakat nantinya, sebab mereka akan menyadari bahwa menghargai orang lain adalah wajib jika mereka ingin dihargai. Beliau tidak pernah membeda-bedakan siswa yang pintar atau bodoh, kaya atau miskin, suku apa maupun agama apa, ji8ka ada siswa yang berbuat masalah tetap akan dihukum dan meski hanya mengajar mata pelajaran agama Kristen beliau juga berusaha untuk dekat dengan semua siswa.

“Saya memang hanya mengajar pelajaran agama krsiten tapi bukan berarti saya tidak berhak merangkul siswa lainnya. Saya tetap berkomunikasi dan mendidik siswa lain yang bukan beragama Kristen. Seperti dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler atau kegiatan-kegiatan belajar mengajar diluar kelas jika saya tidak berbaur dengan siswa lainnya saya akan kesulitan mengontrol mereka diluar jam pelajaran. Saya berhak pula menghukum mereka jika mereka melakukan kesalahan diluar kelas. Toleransi dilakukan bukan untuk


(25)

menyelamatkan diri sendiri atau menyelamatkan kelompok sendiri, bertoleransi berarti kita harus bisa menjauhkan ego kita, sehingga kita mampu menghormati perbedaan diantara kita dan orang lain”

5. Nama : Linda Dorothea S.pd Agama : Khatolik

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Batak

Jabatan : Guru BP SMA dan Guru Bahasa Indonesia Lama menjabat : 2005-sekarang

Ibu Linda adalah guru BP SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan sekaligus guru bidang studi Bahasa Indonesia. Beliau seorang guru yang ramah namun dikenal sebagai guru “killer” sebab beliau sangat tegas dan siswa disamping menghormati namun memiliki rasa takut terhadap beliau. Terutama bagi siswa yang sering tidak disiplin seperti terlambat atau tidak melengkapi atribut seragam. Siswa takut jika tertangkap Bu Linda bila melakukan kesalahan, sebab siswa SMA yang sudah mulai beranjak dewasa merasa malu dihukum di depan siswa-siswi lainnya. Dan ibu linda adalah salah satu guru yang tidak perduli siapa dan dimana siswa itu berada jika tidak disiplin maka akan dihukum dan diberi bobot sanksi di dalam buku dosa sesuai bobot kesalahan nya. Menurut bu linda hal ini beliau lakukan agar siswa tidak manja. Selain itu Bu Linda yang bersuku batak dan beragama Kristen Khatolik ini tidak membeda-bedakan siswa


(26)

nya. Menurut beliau toleran berarti bersikap adil terhadap hak orang lain dalam perbedaan masing-masing. Tidak melukai hak masing masing individu untuk melakukan hal berdasarkan budaya yang dianut maupun keyakinan yang dimiliki, sekalipun itu berbeda.

“Dalam undang undang sudah tertera kebebasan hak memeluk agama maupun kebebasan dalam keberagaman budaya, jadi bukan hal besar jika sebuah institusi pendidikan menerapkan toleransi dalam keberagaman. Kami sebagai guru menjalankan tugas kami sebagai pengajar serta sebagai warga Negara yang baik. Jika siswa sulit menerima keadaan yang berbeda dari yang dia anut dan miliki disitulah tugas guru untuk mengarahkan dan mendidik mereka. Tidak menyakiti perasaan teman karena ucapan yang menyindir perbedaannya juga merupakan satu bentuk toleransi.”


(27)

II. Informan Siswa

1. Nama : Anggiat Maruba Sihombing

Usia :15 Tahun

Agama : Kristen

Jenis kelamin : Laki-Laki

Suku : Batak

Kelas : X MIA

Anggi adalah salah satu siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan kelas X IPA 2. Anggi biasa dirinya di sapa oleh teman temannya adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Anggi memiliki satu orang kakak perempuan yang sudah kuliah, adik laki-laki yang masih duduk di bangku SMP dan seorang adik perempuan yang masih duduk di bangku SD. Orang tua Anggi berpropesi sebagai, ayah seorang TNI AD dan ibu sebagai Guru Sekolah Dasar di Medan. Anggi anak yang rajin dan cukup berprestasi. Anggi mengatakan sangat senang berkompetisi dengan teman-teman di kelasnya. Anggi sangat senang bersekolah di YP.Sultan Iskandar Muda, dia sudah bersekolah disini sejak SMP. Teman-teman dan guru-guru nya sangat ramah menurutnya. Anggi juga tidak suka memilih-milih teman, semua teman di kelas adalah temannya bahkan dia juga berteman dengan beberapa siswa dari kelas lainnya.

“saya sudah sekolah disini sejak SMP kak, waktu naik ke SMA sempat tes ke negri tapi gak lulus, jadi saya minta balik sekolah disini lagi soalnya saya suka sekolahnya bersih dan teman-temannya baik lagian udah


(28)

banyak kawan yang dari SMP yang kukenal jadi gak susah lagi cari kawan, aku pun gak suka pilih-pilih kawan, tapi aku punya kelompok kor sih untuk gereja jadi kalau untuk grup ini kami memang hanya yang Kristen.”

Seperti yang di utarakan anggi diatas dia memang tidak memilih teman tapi dia juga membentuk satu kelompok dari gereja yang mereka sebut anak tuhan. Dalam pergaulannya terkadang anggi juga pernah memiliki masalah dengan teman lainnya baik selisih paham soal pelajaran, olahraga maupun agama atau tidak sependapat dengan teman yang memiliki etnis atau budaya lainnya. Misalnya anggi mengatakan pernah bertengkar dengan teman sekelasnya karena temannya menamai dia anak batak jorok, dia sangat marah dan memaki teman nya “china loleng”. Tapi akhirnya tentu saja mereka dihukum guru dan akhirnya berbaikan. Hal-hal seperti ini memang sering muncul diantara siswa. Sebab toleransi bukan hal yang sepele dan semudah diucapkan untuk dapat benar-benar diterapkan pada siswa-siswi yang memiliki beragam kepribadian.

2. Nama : Muhammad Iqbal Fauzi

Usia :17 Tahun

Agama : Islam

Jenis kelamin : Laki-Laki Suku : Tionghoa-Jawa Kelas : XII MIA


(29)

Muhammad Iqbal Fauzi adalah siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda yang duduk di kelas 3. Iqbal sebagaimana teman-teman memanggilnya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Iqbal memiliki satu orang adik laki-laki yang duduk di bangku SMP. Ayah Iqbal merupakan keturunan tionghoa, beliau sudah meninggal dunia sejak Iqbal masih duduk di bangku SD kelas 5. Ayah nya dulunya seorang wiraswasta dan ibunya seorang ibu rumah tangga namun saat ini ibunya harus bekerja sendiri. Iqbal juga salah satu siswa yang bergabung dalam pogram anak asuh berantai di YP. Sultan Iskandar Muda sejak kelas satu SMP. Iqbal anak yang ramah dan aktif, dia juga pernah dipercaya sebagai ketua osis saat masih kelas dua SMA. Iqbal berteman dengan semua siswa yang dia kenal. Meski Iqbal anak asuh dia tidak pernah merasa malu dengan status nya sebagai siswa yang kurang mampu dan menerima bantuan biaya dari sekolah, memang iqbal bukan siswa yang terlalu cerdas namun prestasi nya juga tidak buruk, dia selalu berada di rangking 10 besar. Meski kadang ada saja teman yang mengejek dia namun dia tetap bersabar dan tidak pernah terpancing emosi, iqbal memang anak yang cukup pendiam.

“Ya kak dari smp iqbal kan dah sekolah disini dan jadi anak asuh, karena mama kan gak sanggup biayain sekolah iqbal sendirian, iqbal sangat berterima kasih sama sekolah ini soalnya iqbal bisa sekolah di sekolah bagus gini walaupun iqbal ini gak mampu bayar uang sekolah. Iqbal ga pernah pilih-pilih teman semua iqbal temanin kok, iqbal juga ga pernah malu, buat apa malu justru iqbal bangga bisa dipercaya jadi anak asuh dan iqbal ga mau buat mama sedih kalau berantem. Jadi kalau ada teman yang ejek iqbal anak miskin atau anak gak ada


(30)

bapak iqbal sabarin aja ga mau berantem, nanti yang udah biayain sekolah iqbal disini dan mama iqbal kecewa.”

Bagi iqbal sekolah YP. Sultan Iskandar Muda sudah seperti keluarga nya sendiri, guru-guru dan teman-teman yang dia cintai. Bagi iqbal tidak marah saat di ejek teman dan tidak mengejek teman lainnya itu juga bentuk toleransi iqbal di sekolah. Jika tidak ingin disakiti jangan menyakiti hati orang lain begitulah iqbal mengutarakan pendapatnya.

.

3. Nama : Hendra Sentoso

Usia :17 Tahun

Agama : Buddha

Jenis kelamin : Laki-Laki

Suku : Tionghoa

Kelas : XII MIA

Hendra Sentoso adalah siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan kelas 3. Hendra adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara, hendra memiliki 2 kakak perempuan dan satu kakak laki-laki serta satu adik perempuan. Semua saudara nya juga bersekolah di YP. Sultan Iskandar Muda. Hendra berasal dari keluarga tionghoa beragama Buddha, Ayah nya seorang pengusaha dan ibu nya seorang ibu rumah tangga. Hendra berasal dari keluarga yang cukup berada. Tetapi hendra tidak memilih-milih teman dari status sosial etnis maupun agama mereka, buktinya hendra memiliki banyak teman yang tidak hanya beretnis tionghoa atau


(31)

hanya berada di kelas saja. Meski sebagian temannya yang beretnis tionghoa hanya bergabung dengan sesame tionghoa. Terkadang dalam pergaulan nya di sekolah ada masalah seperti saat kelompok siswa tionghoa berkumpul mereka masih saja menggunakan bahasa mereka dan membuat siswa non tionghoa terkadang merasa tidak nyaman atau bahkan ada siswa yang mengejek temannya dengan bahasa nya sehingga menimbulkan pertengkaran.

“Teman-teman lain yang chiness suka pakai bahasa hokien kan jadi kadang teman-teman lain yang gak ngerti jadi malas gabung atau ada kawan yang ngejek pakai bahasa hokkien yang kawan non tionghoa ga ngerti akhirnya mereka berantam. Kalau aku sih gak pernah kak, malas aku punya masalah kan kita ke sekolah untuk belajar dan main sma teman-teman. Aku sih cukup gak nyinggung agama atau suku kawan yang lain kek gitu kan toleransi juga. Soalnya aku juga dah lama sekolah disini jadi udah terbiasa di lingkungan sekolah yang beragam siswa nya”

4. Nama : Kharisma Nichta

Usia :15 Tahun

Agama : Hindu

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : India

Kelas : XI IS

Kharisma Nichta adalah siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan kelas dua. Nic biasa siswi ini di panggil teman-temannya adalah anak ke pertama


(32)

dari 3 bersaudara, Nichta memiliki 2 laki-laki yang satu masih SMP dan satunya lagi SD. Kedua adink nya juga bersekolah di YP. Sultan Iskandar Muda. Nichta berasal dari keluarga india beragama Hindu, Ayah nya seorang pengusaha dan ibu nya seorang ibu rumah Bidan. Nichta berasal dari keluarga yang berada, ayah nichta termasuk pengusaha yang sukses. Namun nichta tidak pernah sombong dan menjauhi temannya yang dibawah status sosial dengannya. Dia berteman dengan siapa saja, tidak hanya dalam pergaulan di sekolah, diluar sekolah juga nichta begitu. Nichta sekolah di YP. Sultan Iskandar Muda sejak SD dan hal ini membuat nichta lebih nyaman dan mudah bergaul di sekolah karena nichta sudah sangat terbiasa dengan keadaan sekolah yang berisikan siswa-siswa yang berasal dari berbagai macam status sosial, agama, maupun etnis dan budaya. Nichta mengatakan bahwa pada awal nya dia sulit bersosialisasi di sekolah ini, apalagi dulu di sekolah ini belum ada mata pelajaran agama hindu sehingga nichta harus mengikuti pelajaran agama Buddha. Teman-teman juga sangat sedikit yang orang inida dan beragama hindu. Namun guru-guru yang sangat mengarahkan semua siswa untuk menghargai teman-teman lainnya. Memang nichta memahami toleransi selama bersekolah disekolah ini. Meski terkadang ada saja siswa nakal yang suka mengejek siswa india yang memiliki warna kulit yang gelap, tapi kebetulan nichta orang india bersuku sikh Punjabi yang kulitnya putih. Walau begitu terkadang nichta merasa tidak senang jika temannya di hina.

“ ada sih temen yang usil suka ngejek kawan india yang hitam, mereka suka manggil mereka ane keleng. Ya meski ga pernah ke aku ngejek gitu aku juga ga senang donk mereka kan temanku. Trus di SMA ada siswi-siswi yang bikin kelompok geng cantik, mereka nganggap diri mereka paling cantik dan kaya jadi


(33)

nganggap siswi lain jelek dang a pantes dikawani. Mereka pernah ajak aku sih gabung, aku gak mau kak, alay mereka.”

5. Nama : Abella Selviany

Usia :16 Tahun

Agama : Khatolik Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Batak

Kelas : XI MIA

Abella adalah siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan kelas dua. Abel biasa disapa adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara, abel memiliki 2 kakak perempuan dan satu kakak laki-laki. Kakak tertua nya sudah menikah dan dua lainnya masih duduk di bangku kuliah. Abel berasal dari keluarga bersuku batak toba, Ayah nya seorang PNS dan ibu nya seorang guru SD. Ayah dan ibu abel sangat perduli dengan pendidikan maka dari itu saat abel tidak lulus tes masuk SMA negeri ayahnya memutuskan memasukkan abel ke SMA YP. Sultan Iskandar Muda sebab menurut ayahnya sekolah ini memiliki mutu yang bagus. Memang abel bersekolah di sini baru sejak SMA namun abel merasa senang berada di sekolah ini. Teman-teman yang baik dan guru-guru yang ramah dan menyenangkan serta lokasi sekolah yang bersih dan tenang. Abel sering berkumpul dengan temannya di kantin sekolah dan terkadang mengerjakan tugas kelompok disana. Abel juga sangat menghargai teman yang berbeda agama misalnya saat teman yang muslim harus melaksanakan shalat abel akan menunggu


(34)

mereka samapai selesai atau pada saat bulan ramadhan abel sebisa mungkin tidak makan dan minum di hadapan teman-teman yang muslim, sebab guru-guru selalu mengingatkan untuk saling menghormati antar siswa.

“ biasanya yang paling diuji kesabaran kak waktu bulan puasa abel gak bebas makan minum soalnya teman-teman abel yang muslim kan puasa, biasanya abel pergi ke kantin dan makan dan minum disana. Tapi walaupun begitu abel tetap senang karena temen abel juga menghargai saat abel harus berdoa sebelum makan yang cukup lama, mereka akan diam dan menunggu. Kami tidak pernah bertengkar karena masalh agama ataupun suku. Terkadang siswa npn muslim lainnya sih masih suka bawa makanan dan minuman ke dalam kelas meski tahu waktunya bulan puasa. Yah kan hak mereka tapi menurut abel mereka kurang menghargai teman yang sedang berpuasa”

4.3Interpretasi Data Penelitian

4.3.1. Gambaran sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan sebagai kelompok sosial yang memiliki toleransi

Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,


(35)

masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.

Salah satu pokok pembahasan sosiologi pendidikan menurut Nasution (1994) adalah hubungan antar manusia dalam sekolah. Mencakup di dalamnya pola interaksi sosial dan struktur masyarakat di sekolah serta bagaimana anggota dari kelompok tersebut berinteraksi dengan baik agar tidak muncul konflik. Adalah salah satunya bertoleransi dan hal ini juga merupakan hal penting didalam lingkungan sekolah sebagai salah satu kelompok sosial yang formal.

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan sekolah multicultural dengan siswa yang berasal dari berbagai agama, status sosial maupun etnis. Sekolah ini dikenal sebagai sekolah pembauran yang berada di jalan sunggal gang bakul ini memiliki sejarah yang panjang sejak di bangun hingga saat ini menjadi salah satu sekolah swasta elite yang ada di medan. Sekolah ini didirikan oleh Bapak Dr. Sofyan Tan dibantu oleh beberapa rekan. Sekolah ini didbangun atas dasar keinginan beliau agar anak anak yang ingin bersekolah tanpa pandang status social ras maupun agamanya memiliki kesempatan untuk bersekolah dengan baik. Sampai saat ini pun sekolah ini tidak melupakan hal itu. Sekolah dengan siswa yang berasal dari berbagai status social, agama smaupun etnis ini, sangat menjunjung tinggi rasa nasionalisme serta kedisiplinan. Sekolah mendidik siswa siswi nya tentang pentingnya bertoleransi. Dalam kegiatan sekolah sehari hari juga siswa-siswi diarahkan untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.


(36)

Dalam materi pelajaran juga guru-guru senantiasa mengingatkan pentingnya toleransi sebab sekolah ini merupakan sekolah dengan keberagaman dan guru-guru tidak menginginkan adanya masalah antara siswa yang muncul akibat dari sikap tidak menghormati perbedaan yang ada. Sekolah juga selalu mengadakan kegiatan di hari hari besar untuk masing-masing agama yang ada di sekolah ini. Atau melakukan beberapa kegiatan bakti sosial ke tempat-tempat bencana alam seperti saat erupsi sinabung berastagi atau mengunjungi panti asuhan di medan. Seperti yang diungkapkan salah seorang guru pada wawancara :

Setiap tahun sekolah kami membuat acara isra’ miraj, natal, waisak dan kegiatan kegiatan sosial lainnya agar siswa siswi mampu belajar bahwa perbedaan bukan alas an untuk tidak bias berdampingan atau berteman. Justru dengan adanya perbedaan ikatan yang terjalin akan lebih kuat, sebab mereka akan memahami apa yang mereka punya dan mereka tidak punya akan saling melengkapi mereka dalam ikatan yang mereka sebut teman. Guru juga akan menghukum siswa yang membuat masalah dengan teman nya yang lain dengan alasan tidak suka karena dia tidak seagama misalnya” (wawancara dengan Ibu

Khairani Hedra, tanggal 21 Oktober 2015)

Menurut Webster, 1991 (dalam Hasbullah, 1999) sekolah merupakan tempat atau institusi/lembaga yang secara khusus didirikan untuk menyelanggarakan proses belajar mengajar atau pendidikan. Sebagai institusi, sekolah merupakan tempat untuk mengajar murid-murid, tempat untuk melatih dan memberi intruksi- intruksi tentang suatu lapangan keilmuan dan keterampilan tertentu kepada sisiwa. Tempat yang dinamakan sekolah merupakan satu


(37)

kegiatan belajar dan mengajar. Sekolah sebagai penyedia sarana dan prasana bagi siswa untuk mampu berinteraksi sosial dengan anak-anak lainnya.

Sama halnya dengan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan sebagai lembaga sekolah yang berkompeten tentunya sekolah ini menyediakan berbagai fasilitas agar siswa bisa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar dan berinteraksi di sekolah. Seperti disediakan nya rumah ibadah yakni mushola bagi siswa muslim yang ingin beribadah di sekitar lingkungan sekolah agar tidak kesulitan dan juga dijadikan tempat praktik ibadah saat mata pelajaran pendidikan agama islam, begitu juga gereja dan vihara yang dibangun berdampingan, lalu ada pendopo yang dibangun sebagai tempat pertemuan-pertemuan organisasi siswa atau tempat latihan tari dan banyak fungsi lainnya. Berikut penjelasan dari hasil wawancara dengan kepala Sekolah tentang sarana dan prasarana yang ada di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan :

“Sekolah sudah cukup memfasilitasi siswa-siswi dengan berbagai fasilitas mulai dari ruang kelas yang nyaman dengan disediakan nya tv dan dvd jika guru ingin menyampaikan materi pelajaran melalui bahan ajar audio visual, perpustakaan yang nyaman, laboratorium kita juga lengkap mulai dari laboratorium computer hingga laboratorium bahasa dimana sekolah ini mengajarkan 4 bahasa asing yakni bahasa Inggris, Jepang, Mandarin dan Jerman. Ada 3 tempat ibadah, ruang radio sim fm dan ruang music, kantin yang asri serta lapangan basket yang cukup luas.”

Sekolah juga menyediakan kelas yang nyaman bagi siswa sebagai tempat belajar. Lalu ada berbagai lab sebagai tempat praktik sains, laboratorium


(38)

computer dan bahasa, lapangan basket, kantin serta ruang radio sim fm sebagai penyalur hobi siswa sebagai penyiar. Semua fasilitas tersebut diharapkan dapat mendidik siswa sebagai manusia yang creative dan innovative namun tetap sebagai manusia yang kembali kepada kodratnya sebagai makhluk tuhan dan mampu menghargai dan mengjhormati perbedaan perbedaan di antara siswa satu sama lain.

Dalam perkembangan fisik dan psikologis anak, anak memperoleh pengalaman –pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak-anak lain yang berbeda status sosial, kesukaan, agama , jenis kelamin dan kepribadiannya. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas. Sebagian besar proses sosialisasi terjadi secara informal. Namun tiap-tiap masyarakat mengenal institusi sosial khusus tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal disebut sekolah. Di satu pihak pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi anak secara optimal. Di pihak lain pendidikan di sekolah berfungsi mendidik agar anak mengabdikan diri nya kepada masyarakat. Pendidikan formil di sekolah membentuk kepribadian anak dan mengajarkan anak akan peran nya masing-masing diluar rumah, mengajarkan hak dan tanggung jawab agar mereka memahami mereka bukan seorang anak ayah atau ibu di luar rumah, maka mereka harus mampu mengontrol diri mereka sebagai individu yang mandiri.


(39)

4.3.2 Bentuk-bentuk Toleransi Sosial di Lingkungan Sekolah YP.Sultan Iskandar Muda Medan yang Multikultural

Indonesia adalah Negara multikultural yang memiliki adat istiadat, etnis dan budaya yang beraneka ragam. Indonesia juga bisa disebut sebagai Negara pluralis, salah satu bagian penting dari tata kehidupan yang pularis yakni ditandai kemajemukan agama, budaya, dan etnis tersebut. Menyadari bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa pemeluk agama dan banyak suku, yang sangat beraneka ragam. Maka, pencarian bentuk pendidikan alternatif mutlak diperlukan. Yaitu suatu bentuk pendidikan yang berusaha menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkanya kepada generasi berikutnya, menumbuhkan akan tata nilai, memupuk persahabatan antara siswa yang beraneka ragam suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling memahami, serta mengerjakan keterbukaan dan dialog.

Bentuk pendidikan seperti inilah yang banyak ditawarkan oleh “banyak ahli” dalam rangka mengantisipasi konflik keagamaan dan menuju perdamaian abadi, yang kemudian terkenal dengan sebutan “pendidikan toleransi” tujuannya, pendidikan dianggap sebagai instrumen penting dalam penanaman nilai toleran. Penerapan toleransi yang ingin dilihat penulis dalam hal ini adalah bagaimana sekolah menngarahkan siswa-siswi nya ke arah sikap toleransi yang akan mengontrol siswa-siswi dalam hidup berdampingan disekolah dengan damai. Sebelum itu akan kita bahas tentang masyarakat multikultural, Nasikun mengungkapkan bahwa masyrakat multikultural adalah suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktur memiliki sub-sub


(40)

kebudayaan yang bersifat diverse yang ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-konflik sosial.

Bentuk toleransi yang ingin dilihat adalah bentuk bentuk toleransi sosial yang tampak jelas baik didalam kelas maupun diluar kelas antar siswa maupun antara siswa dan guru serta staf di YP. Sultan iskandar Muda Medan.

4.3.2.1 Bentuk Toleransi Sosial Siswa di Dalam Kelas

Dari pengertian masyarakat multikultural kita dapat menggambarkan seberapa penting menerapkan sikap toleransi bagi siswa-siswi dalam lingkungan sekolah yang multikultural seperti YP. Sultan Iskandar Muda Medan. Dalam menerapkan toleransi di lingkungan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan yang memang memiliki lingkungan yang sangat beragam baik agama, etnis maupun bahasa dan status sosial ini membuat berbagai gambaran-gambaran kepada siswa-siswi betapa pentingnya toleransi di dalam lingkungan sekolah mereka.

Kegitan belajar mengajar di dalam kelas memiliki waktu yang lebih lama dibandingkan kegiatan di luar kelas dengan sekitar 40 siswa dalam setiap kelas dan di ajar oleh seorang guru bidang studi. Ada 40 lebih siswa di dalam kelas tentu saja dengan berbagai latar belakang berbeda, sifat dan tingkat pemahaman yang berbeda akan pentingnya toleransi sosial. Ada beberapa siswa yang mampu menghargai dan menghormati perbedaan teman lainnya dan mampu berinteraksi


(41)

dan bersosialisasi dengan siswa lainnya. Namun tentu ada pula siswa yang tidak begitu suka berbaur dengan siswa lainnya.

Oleh karena itu, biasanya setiap kelas memiliki guru wali kelas yang akan membagi tempat duduk bagi siswa di setiap kelas, ada pula wali kelas yang membebaskan dengan syarat laki-laki dengan perempuan dan tidak boleh mencari teman sebangku yang memang sudah dikenal atau sudah akrab. Hal ini dilakukan bertujuan agar seluruh siswa mampu berbaur, tidak berkelompok berdasarkan kesamaan status sosial, agama maupun suku. Toleransi merupakan istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. (Zagorin, Perez :2003). Dengan melihat ini guru-guru diminta untuk memberi pendidikan toleransi ini di sela-sela pelajaran. Sekolah mengharapkan guru mampu membimbing siswa-siswi untuk mampu saling menghargai perbedaan diantara mereka agar permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan keragaman antar siswa tidak terjadi. Seperti yang diungkapkan salah seorang siswa di SMA Sultan Iskandar Muda pada saat wawancara berikut ini :

“kalau di kelas guru wali kelas yang mengatur susunan bangku kak, wali kelas yang menentukan teman sebangku kami. Wali kelas juga melarang pindah-pindah bangku kecuali disuruh diskusi kelompok jadi boleh pindah-pindah ke kelompok masing-masing. Guru juga selalu mengingatkan gak boleh pilih pilih berteman dan kalau didalam kelas tidak boleh menggunakan bahasa ibu, harus menggunakan bahasa Indonesia.”


(42)

(Hasil wawancara dengan Hendra Sentoso, 12 November 2015)

Banyak bentuk-bentuk toleransi yang dapat dilihat di dalam kelas baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru. Seperti contohnya pada saat bulan Ramadhan yang kebetulah kegiatan belajar mengajar di sekolah ini tetap berjalan. Siswa non muslim dilarang makan dan minum di dalam kelas selama bulan Ramadhan untuk menghormati teman-teman yang melaksanakan ibadah puasa. Atau guru melarang siswa menggunakan bahasa ibu : bahasa tiong hoa, bahasa batak, karo dan sebagainya, semua siswa hanya dibenarkan menggunakan bahasa Indonesia.

4.3.2.2 Bentuk Toleransi Sosial Siswa di Luar Kelas

Toleransi yang di terapkan oleh sekolah YP. Sultan Iskandar Muda kepada siswa-siswi SMA tidak hanya dengan teori namun juga dari tindakan-tindakan nyata agar siswa-siswi lebih memahami bahwa toleransi sangat penting. Contohnya saja pembangunan tiga rumah ibadah yakni musolah bagi yang muslim, gereja untuk yang nasrani dan khatolik serta vihara bagi yang buddha. Untuk agama hindu memang belum ada rumah ibadah sebab di adakan nya agama hindu masih termasuk baru, hingga sekitar tahun 2011 siswa-siswi yang beragama hindu dapat memilih mengambil mata pelajaran agama lain seperti buddha atau kristen.

Namun pada akhirnya siswa-siswi yang beragama hindu bisa memeluk agama nya sendiri di sekolah dengan di beradakan nya pendidikan agama hindu. Tidak hanya dari segi agama tentunya toleransi itu di terapkan. Sebagai contoh lain dari segi status sosial, sekolah tidak mengistimewakan siswa dengan latar


(43)

belakang keluarga terhormat sekalipun, baik itu siswa kaya maupun miskin memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan maupun penggunaan fasilitas yang sama. Tidak ada yang membedakan siswa siswi di dalam lingkungan sekolah, semua siswa mutlak sama dalam hak dan kewajibannya.

Selain itu bentuk toleransi yang dapan dilihat di luar kelas adalah pada saat upacara bendera, semua siswa dari berbagai etnis diwajibkan memberi hormat pada bendera merah-putih sebagai tanda kecintaan terhadap tanah air Indonesia. Tidak ada siswa yang mempermainkan kegiatan upacara bendera sebab mereka menerima pengarahan dari guru-guru bahwa tidak hanya sekedar kewajiban namun upacara bendera adalah bukti bahwa semua yang berada di sekolah adalah sama, warga Negara Indonesia.

Bentuk toleransi lain adalah acara yang di buat pada hari-hari besar seperti isra’ mi’raj, waisak, ataupun natal, dalam kegiatan ini dapat dilihat bahwa tidak hanya siswa atau guru yang merayakan hari besar tersebut saja yang hadir, misalnya siswa yang muslim juga hadir dalam perayaan Natal sebab teman-teman yang merayakan Natal juga hadir pada saat isra’ m’raj. Ini adalah bentuk-bentuk dari toleransi sosial yang ada di luar kelas. Siswa juga berbaur di luar kelas dengan teman-teman lainnya yanmg tidak hanya dari kelas yang sama, tidak hanya dengan agama yang sama, tidak pula hanya dengan suku yang sama. Setiap beberapa minggu sekali sekolah juga mengadakan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah. Semua siswa akan turut serta membersihkan rumah ibadah, tidak hanya siswa Islam yang harus membersihkan mushola atau


(44)

siswa Kristen saja yang harus membersihkan gereja tetapi mereka semua bekerja sama melakukannya.

Dengan beberapa contoh tersebut kita dapat melihat bentuk-bentuk toleransi yang ada di lingkungan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Siswa memiliki kesadaran akan pentingnya toleransi sosial di dalam perbedaan yang ada di lingkungan sekolah mereka. Dengan berbagai pengarahan dari guru dan berbagai aturan yang dibuat diharapkan siswa menumbuhkan sikap toleransi dalam diri merek yang tidak hanya sementara namun melekat selamanya di dalam diri siswa. Sekolah mengharapkan mampu menciptakan manusia-manusia yang cerdas dan berakhlak baik yang menjunjung tinggi norma norma yang ada serta mampu menjadi manusia yang menghargai dan menghormati perbedaan orang lain.

4.3.3 Aplikasi Penerapan Toleransi Di Sekolah

Pendidikan adalah sebuah instrumen kesadaran, substansi pendidikan ialah transformasi pengetahuan dari ketidaktahuan menjadi paham atau bahkan profesional, sehingga dengan demikian pembelajaran dalam sebuah elemen pendidikan merupakan suatu aktifitas membangun kesadaran dan sebuah gerakan untuk menggali potensi atas nilai-nilai kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu upaya-upaya normatif untuk melepas banyak hal negatif dari dalam diri seseorang kepada seseorang lainnya.

Secara lugas pendidikan adalah mencetak sosok bermartabat, memiliki harga diri, serta kemuliaan. Hal itulah yang dimaksudkan oleh Paulo Fraire yang


(45)

mengembalikan fungsi manusia menjadi manusia agar terhindar dari berbagai bentuk penindasan, kebodohan sampai kepada ketertinggalan. Bagi Fraire pula, oleh karena manusia yang menjadi pusat pendidikan, maka manusia harus menjadikan pendidikan sebagai alat pembebasan untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk yang bermartabat. (Yunus: 2004).

Di Indonesia, pendidikan dalam sekolah menjadi sebuah kebutuhan, sebuah penentu keberhasilan, dan secara umum pendidikan mampu mencitrakan sejauhmana karakteristik kepribadian individu. Bahkan pendidikan menjadi salah satu indikator berfikir seseorang. Pendidikan membutuhkan upaya timbal balik dan respon berbalas. Sebab pendidikan tidak hanya bersandar pada sebuah paradigma keilmuan, akan tetapi juga harus memiliki praksis pengamalan dan implementasi secara berkelanjutan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi elemen-elemen pendidikan yang sadar akan adanya sebuah perbedaan. Elemen pendidikan yang paling asasi adalah kehadiran seorang pengajar. Dalam realitanya, seorang pengajar dituntut untuk mampu menjadi sebuah pusat pengembangan potensi setiap anak didiknya. Pendidikan masa kini ialah pendidikan yang menuntut seorang pengajar memberi porsi besar sebagai fasilitator, bahkan sebagai inspirator dan motivator, bukan hanya sebagai diktator otoritarian dalam sistem pembelajaran yang menyebabkan peserta didik tertekan dan tidak bisa memiliki kekuatan untuk unjuk kecerdasan yang dimiliki.

Maka dari itu pengajar yakni guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda adalah salah satu aplikasi yang berperan penting dalam penerapan toleransi. Seorang


(46)

guru diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi siswa untuk menerima dan memahami nilai nilai toleransi sosial di dalam masyarakat, sebagai lingkup kecil adalah di dalam lingkungan sekolah. Misalnya saja guru menciptakan aturan-aturan bagi siswa yang mengatur tentang hal berkenaan toleransi contoh nya adalah aturan bagi siswa untuk tidak saling mengejek agama atau suku teman lainnya atau guru akan memberi sanksi pada siswa yang melanggar. Seperti yang dijelaskan salah seorang guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan :

“Memang benar semua guru dimintauntuk membmbing siswauntuk dapat

saling menghargai dalam perbedaan, contoh nya aja memberikan gambaran bagi siswa tentang bhineka tunggal ika atau menekankan siswa untuk tidak saling mengejek tetntang agama atau pun soal perbedaan lainnya, atau guru akan memberi saksi-sanksi kepada mereka karena itu termasuk ketidakdisiplinan dan sekolah tidak akan mentolerir hal ini.”

(Wawancara dengan Ibu Linda Dorothea, Spd. Guru Bahasa Indonesia SMA)

Aplikasi lainnya adalah sekolah membuat beberapa program untuk meringankan siswa-siswi yang tidak mampu dan melarang adanya siswa kaya yang membedakan atau mempetak petakkan diri mereka dari siswa-siswi yang kurang mampu, seperti adanya program Anak Asuh Berantai, berantai disini maksudnya program ini berjalan dengan adanya kerja sama dari beberapa perusahaan atau disebut orang tua asuh yang diajukan profil siswa-siswi anak asuh yang tentunya di beri syarat harus memiliki prestatsi yang cukup baik, lalu siswa-siswi yang diajukan profile nya akan memiliki perbedaan baik agama ataupun etnis dari calon orang tua asuh nya, misalnya anak asuh beretnis tiong hoa


(47)

akan di usulkan kepada calon orang tua asuh yang beretnis batak misalnya. Seperti yang di jelaskan ibu Amel selaku koordinator Program Anak Asuh :

“Jadi memang setiap tahunnya kita menerima anak asuh dengan

beberapa test kemmapuan dasar dan survei rumah untuk melihat seberapa pantas anak tersebut untuk masuk di program ini, sebab kami tidak hanya menerima sekedar anak yang tidak mampu dari segi ekonomi, namun harus memiliki semangat belajar yang baik. Dan setelah mereka diterima, mereka akan di ajukan kepada beberapa calon orang tua asuh, dan kami mengajukan anak-anak asuh kami secara berantai atau menyilang maksudnya adalan anak-asuh beragama islam diajukan ke calon orang tua asuh yang beragama buddha.dan begitu sebaliknya.”

( Hasil wawancara dengan Koordinatur Program Anak Asuh YP. Sultan Iskandar Muda Medan, 20 November 2015)

Seperti yang dijelaskan koordinator program ini, hal ini juga di benarkan oleh salah satu siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda ini yang juga merupakan salah satu anak asuh di sekolah ini M. Iqbal Fauzi kelas XII MIA :

“saya masuk ke sekolah ini sejak smp kak, dan menerima beasiswa penuh

dari program anak asuh. Saya suka sekali bersekolah disiini teman-teman saya baik kali sama saya walaupun saya anak asuh, bebearapa teman saya adalah anak orang kaya tapi mereka tak pernah beda-bedain. Orang tua asuh saya beretnis tiong hoa dan beragama khatolik, saya sendiri muslim dengan keturunan tiong hoa, mendiang ayah saya berdarah china.


(48)

Bukan hanya program Anak Asuh berantai, YP. Perguruan Sultan Iskandar Muda juga memberikan bantuan-bantuan kepada siswa yang orangtua nya dianggap kurang mampu dalam segi ekonomi seperti pemberian pengurangan uang sekolah kepada siswa-siswi kurang mampu dengan syarat tidak boleh lalai dalam tanggung jawab sebagai siswa, atau pemberian bantuan berupa uang atau beras pada acara-acara hari besar keagamaan misalnya isra’ mi’raj dan waisak. Kegiatan ini ditujukan semata-mata untuk membantu siswa-siswi yang kurang mampu tanpa ada tujuan untuk merendahkan mereka sekaligus sebagai salah satu aplikasi penerapan toleransi yang mendidik siswa untuk saling tolong menolong tanpa membeda-bedakan siapa yang ditolong. Dan siswa-siswi lainnya diajarkan untuk bertoleransi dan memahami bahwa tolong menolong tidak boileh memandang status sosial, agama atau etnis seseorang. Sebab biaya pengurangan, uang sumbangan atau beras tersebut asal nya dari siswa, seperti motto YP. SIM itu sendiri, dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Hal ini dijelaskan oleh bapak kepala sekolah SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan sebagai berikut :

“ di sekolah ini, semua siswa dengan status sosial apapun boleh

bersekolah disini, kami juga membuat beasiswa bagi siswa berprestasi, pengurangan uang sekolah bagi siswa yang kurang mampu, serta bantuan-bantuan yang diberikan di perayaan hari besar di sekolah ini, semua itu kami subsidikan dari uang sekolah siswa serta uang sumbangan siswa, jadi ya semua berasal dari siswa dan kami distribusikan ke siswa”

(Hasil wawancara dengan Bapak Edy, Kepala Sekolah SMA Sultan Iskandar Muda)


(49)

Konsep toleransi mengandung arti sebagai suatu sikap untuk tidak menghina, tidak mencela, tidak menghujat, tidak merasa benar sendiri, dan tidak ingin menang sendiri dalam hidup bersama dengan komponen lain yang berbeda dengan keberadaan kita. Saling hormat menghormati dalam kehidupan beragama. (Sumber: Encarta Encyclopedia, 2002). Sehingga dari konsep ini lah sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan menerapkan sikap toleransi yang menegaskan bahwa semua murid yang bersekolah di sekolah ini memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa ada pengkotak-kotakan. Sekolah mendidik agar siswa-siswi yang bersekolah disini untuk dapat saling menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada dan tidak membeanrkan adanya perkelahian antar siswa karena kedisiplinan adalah salah satu yang wajib dimiliki siswa.

Kebalikan dari sikap toleransi adalah sikap intoleransi. Sikap intoleransi hanya akan menimbulkan rasa saling curiga, saling benci, saling hina, saling menyalahkan, yang pada gilirannya akan menimbulkan konflik sosial yang sia-sia. (Riva Rizal : 2011) dan hal inilah yang tidak diinginkan pihak sekolah sehingga sejak awal sekolah ini memang dibangun dengan konsep toleransi agar tercipta sebuah lembaga pendidikan yang tidak hanya berkualitas dari segi prestasi tetapi juga dalam pendidikan moral nya. Sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan ini ingin membentuk manusia yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan tetapi juga berakhlak dan berbudi luhur. Pihak sekolah juga sangat menekankan pada siswa untuk saling menghargai dan menghormati sesama murid dengan tidak membedakan teman dari status socialnya dari etnisnya maupun agamanya.

Sekolah juga ingin siswa memahami pentingnya bertoleransi dalam kehidupan, tidak hanya dalam kehidupan di sekolah namun juga di lingkungan


(50)

masyarakat luas. Saat nanti siswa akan menghadapi kehidupan social mereka sesudah menyelesaikan pendidikan. Hal hal tersebut di tanamkan pada siswa oleh guru-guru yang mengajar di sekolah ini. Bukan hanya dari teori nya saja namun dengan memberi contoh contoh kecil yang mudah dipahami siswa agar mereka tidak merasa kesulitan untuk berbaur di sekolah dengan banyak keragaman seperti sekolah YP. Sultan Iskandar Muda ini.

4.3.4 Interaksi siswa siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda di dalam lingkungan sekolah yang multikultural

Interaksi dari berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk satu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak social dan komunikasi ini pasti terjadi dimana saja, di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Yang akhirnya membangun sebuah hubungan baik itu hubungan kerjasama, hubungan pertemanan maupun hubungan kekeluargaan.

Di sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan terdapat play group, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA dan SMK, tetapi dalam penelitian saya melihat hubungan social yang terbangun antar siswa dengan siswa maupun dengan gur-guru serta staff lainnya pada tingkat SMA. Siswa SMA pastinya memiliki nalar yang lebih tinggi dari siswa SD atau SMP, lebih mudah menyampaikan sesuatau pada siswa SMA namun lebih sulit dalam pengendalian social nya sebab mereka dalam masa memberontak dan memiliki keegoisan masing-masing. Ada banyak


(51)

jenis siswa di SMA YP. Sultan Iskandar Muda, dari siswa berprestasi yang rajin hingga siswa yang sangat sulit diataur dan tidak disiplin.

Interaksi yang mereka lakukan tentu lebih banyak dibanding siswa smp, mereka mulai aktif di dalam organisasi atau klub yang ada di sekolah misalnya klub anggar atau klub sains. Jadi komunikasi dan kontak social yang terjalin tidak hanya terjadi didalam kelas saja. Tentu tidak semua siswa mudah berbaur dan tidak semua siswa yang memiliki sikap bertoleransi. Ada beberapa siswa yang berkelompok juga. Ada pula siswa yang tak pandai bergaul dan selalu menyendiri. Seperti yang dijelaskan dari hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia yang juga seorang guru BP, bu Linda :

“Ya namanya juga remaja, terkadang ada saja tingkah lakunya

mulai dari ketidakdisiplinan atau ingin dianggap hebat. Terkadang ada siswa yang tidak punya teman dan selalu sendiri, tetapi ada juga beberapa siswa yang senang berkelompok dengan memilih teman kelompok yang sepadan misal kelompok anak-anak orang kaya atau kelompok anak-anak pintar, tetapi guru akan mencoba memberi pengertian dengan mencoba membuat mereka membaur dengan yang lain.”

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal utama dalam dunia pendidikan, sekolah juga dapat dikatakan sebagai kelompok sosial karena adanya interaksi sosial yang berlangsung didalamnya seperti interaksi antara guru dan murid dimana mereka dapat berinteraksi lebih dekat. Contohnya saat murid kurang paham tentang pelajaran yang diberikan oleh gurunya, maka guru dapat memberikan penjelasan yang lebih detail. Robert K Merton menyatakan


(52)

sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, disebut kelompok sosial, hal ini menegaskan bahwa sekolah merupakan kelompok sosial. Merton membagi tiga kriteria suatu kelompok :

4. Memiliki pola interaksi

5. Pihak yang berinteraksi mendefenisikan dirinya sebagai anggota kelompok

6. Pihak yang berinteraksi didefenisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok.

Sehingga terbangunlah sebuah hubungan didalam lingkungan sekolah, antara siswa dan guru ataupun pegawai di sekolah serta antara siswa dengan siswa. Sebab tidak hanya siswa yang berbeda-beda bahkan guru-guru serta pegawai sekolah seperti satpam atau penjaga kantin berasal dari beragam suku atau etnis maupun agama. Namun diharapkan siswa dapat memiliki hubungan yang baik sehingga menghindari hal-hal yang tidka diinginkan. Hubungan ini akan semakin kuat jika diantara mereka ada kepentingan atau pun adanya kepercayaan. Namun tidak jarang terjadi hubungan yang tidak baik misalnya perkelahian atau pun hubungan siswa laki-laki dan perempuan yang tidak semestinya dibentuk di sekolah.sekolah melarang adanya hubungan pacaran disekolah karena pihak sekolah merasa siswa tidak seharusnya membangun hubungan seperti ini, siswa memiliki tanggung jawab sebagai seorang siswa, yakni belajar dan menaati peraturan.

Oleh karena itu sekolah membentuk beberapa organisasi dan klub klub di sekolah yang bersifat mendidik siswa dalam berkerjasama dalam kelompok serta


(53)

mendidik siswa untuk berbaur. Seperti organisasi OSIS SMA yang akan di pilih ketua dan wakil serta anggota kepengurusan nya setahun sekali. Ketua osis bertanggung jawab untuk aktivitas osis di sekolah dibantu oleh wakil, sekretaris dan bendahara, anggota osis adalah seluruh siswa SMA Sultan Iskandar Muda. Jadi osis akan melakukan aktivitas berdasarkan musyawarah dengan seluruh siswa yang merupakan anggota osis. Dengan begini osis tidak hanya milik ketua atau wakil saja, semua siswa berhak untuk memberi pendapat, ini bertujuan agar menjadi jalan bagi siswa yang mungkin sifatnya pemalu untuk dapat berbaur dengan teman-teman lainnya, misalnya saja pelaksaan Pentas Seni atau karya wisata sekolah, semua siswa akan diberi kesempatan yang sama untuk berpendapat dan untuk ikut serta dalam acara tersebut.

Seperti yang diungkapkan salah satu siswa XI MIPA yang juga salah seorang anggota osis, Abella:

“anggota osis ada ketua wakil sekretaris bendahara dan beberapa seksi

bagian yang dibentuk berdasarkan pendapat bersama kak, kami semua ada tugas masing masing, tapi ya kalo ada acara kami juga datang ke setiap kelas buat jelaskan sama kawan-kawan rencana acara itu. Tentang tempat waktu dan biaya pelaksanaan nya kak, mana tau ada kawan kawan yang keberatan, karena kan kas osis ga selalu ada untuk acara-acara kami, jadi ya kami baisanya bakal kutip biaya per orang dan tentu harus sepakat berapa banyak”

(Sumber: hasil wawancara tanggal 27 Oktober 2015)

Dengan organisasi-organisasi tersebut siswa akan terbiasa berinteraksi dengan teman-teman dan juga guru-guru. Sehingga mereka mampu menjadi


(54)

pribadi yang tidak tertutup dan dengan seringnya interaksi yang terjadi mereka akan memiliki hubungan satu sama lain yang menuntut mereka untuk saling menghormati satu sama lain.

Seperti menurut Woodworth, cara individu mengembangkan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu individu bertentangan dengan lingkungannya, individu menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi dengan lingkungannya dan individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jadi dengan adanya kegiatan-kegiatan dalam organisasi organisasi di sekolah membuka kesempatan bagi siswa siswi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah serta membiasakan mereka secara individu untuk bersosialisasi dengan anggota kelompok dalam organisasi yang ada. Tidak hanya osis di sekolah ini ada kegiatan Pramuka, PMI, Radio SIM, kegiatan extrakurikuler seperti di bidang music, klub klub ilmiah, serta olahraga.

4.3.5 Kendala Yang Muncul Dalam Penerapan Toleransi Sosial di lingkungan SMA YP. Sultan Iskandar Muda yang Multikultural

Toleransi adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia. Pelaksanaan sikap toleransi ini harus didasari sikap kelapangan dada terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut. Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri.


(55)

Tentu hal itu harus berdasarkan kesadaran yang tumbuh bukan berdasarkan keharusan apalagi dipaksakan. Bertoleransi berarti menghargai kebebasan dari perbedaan orang lain tanpa mengorbankan kebebasan diri sendiri bukan hal mudah untuk di biasakan pada siswa-siswi SMA yang dalam usia belia yang memiliki ego yang tinggi. Itu lah sebabnya pasti ada saja kendala-kendala yang di hadapi kepala sekolah dan guru-guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan dalam menerapkan toleransi di lingkungan sekolah yang multikultural ini. Misalnya saja pada saat di lingkungan sekolah masih ada saja siswa yang tidak mau bergabung dengan teman yang tidak seagama, hanya berkumpul dengan teman-teman yang seagama dengan nya. Dengan alasan tidak nyaman jika berbicara kegiatan-kegiatan agama dengan teman yang bukan seagama dengannya. Seperti yang dijelaskan anggi salah satu siswa beragama Kristen :

“iya kak kadang kami bukan gak menghormati tapi kami gak nyaman kan kalau mau bicara kegiatan agama kami, makanya kami punya kelompok yang isinya agama Kristen semua kami sebut kelompok kami anak tuhan, hehehe, kami sering membahas kegiatan di gereja, anggota kor gereja sim ini juga. Tapi kalau dikelas kami berteman kok sama yang lain.”

( Hasil wawancara dengan Anggiat, 25 November 2015)

Atau masalah lain misalnya siswa yang minder dan menarik diri karena berasal dari keluarga sederhana dan masuk program anak asuh. Ada beberapa siswa anak asuh yang menjauhkan diri dan senang menyendiri, dan benar ada beberapa siswa yang dengan orang tua kaya yang suka berbuat remeh terhadap


(56)

siswa kurang mampu dari status sosial. Seperti yang diungkapkan salah satu siswi :

“ ada kak geng cantik di kelas XI, tapi aku gak usah sebutin namanya deh, yang jelas ini group cewek-cewek anak orang kaya, mereka merasa berkuasa di sekolah, dan gak mau gabung sama siswi yang ga seleb]vel dengan mereka, sebenarnya dah sering di tegur guru, mereka juga sering gak disiplin berpakain missal rok nya tidak sama panjang dengan yang seharusnya atau lebih pendek dan ketat, alasan mereka kalau pakai seragam longgar jadi kelihatan jelek. Ada juga siswa cowok yang suka ngejek ngejek kawan yang baju nya lusuh misalnya atau nunggak uang sekolah, ejek-ejekan akhirnya berantem. Gitu sih setau aku kak.

( Hasil wawancara dengan Nichta tanggal 23 November 2015)

Sikap toleran di terapkan dengan tujuan agar menghindari perpecahan diantara siswa serta agar siswa dapat menjadi manusia yang tidak hanya cerdas dalam ilmu namun juga menjadi manusia yang mampu terjun di masyarakat dengan menghargai dan menghormati perbedaan di lingkungan nya nantinya. Tapi tentu tidak lah semudah membalikkan tangan, sebab tidak semua siswa memiliki watak yang sama dan pemikiran yang sama. Berikut beberapa permasalahan yang pernah muncul yang berhubungan dengan penerapan toleransi di lingkungan siswa SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan yang saya peroleh dari hasil percakapan dengan para siswa dan guru:

1. Pertengkaran siswa karena permasalahan saling mengejek agama atau mengejek status orang tua salah satu teman.


(57)

2. Membentuk kelompok berdasarkan gaya hidup, agama atau etnis yang sama.

3. Beberapa siswa yang menyendiri karena merasa minder dan merasa tidak diterima teman-temannya karena merasa tidak kaya atau tidak gaul.

4. Kurangnya kesadaran siswa dalam menghormati aktifitas agama teman yang lain contohnya kurangnya kepekaan siswa non muslim pada saat bulan ramadhan dengan makan atau minum seenaknya di depan temannya yang berpuasa, siswa yang bermain main dan mengotori lantai gereja, atau siswa yang mebuat keributan pada saat ada kegiatan belajar agama di masjid.

5. Masih adanya siswa yang malu karena merupakan anggota anak asuh berantai, karena teman-temannya berasal dari keluarga menengah ke atas.

Contoh diatas merupakan beberapa contoh masalah yang dihadapi dalam menerapkan toleransi pada siswa siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan. Ada banyak kasus kasus yang serupa setiap bulannya dan sering masuk kedalam buku ketidakdisiplinan siswa. Guru-guru juga membenarkan hal tersebut seperti yang diungkapkan salah satu guru SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan berikut :

“Sekolah ini memiliki ribuan siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda baik dari status sosial, agama maupun etnis dan budaya. Sehingga tidak mustahil jika muncul permasalahan diantara siswa karena berkaitan dengan hal ini. Misalnya bertengkar karena saling mengejek agama atau contohnya salah satu siswa mengejek temannya beretnis india yang kulitnya hitam, akhirnya bertengkar. Atau misalnya saja siswa yang tidak punya teman


(58)

karena merasa di jauhi, hal seperti masih ada ditemukan diantara siswa. Namun tidak sampai pada pelanggaran disiplin yang terlalu berat.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ebenezer, guru Agama Kristen SMA YP. Sultan Iskandar Muda)

Hal ini menunjukkan toleransi bukan lah hal yang dapat kita sepelekan. Karena konflik di masyarakat sekarang sekarang ini besar berasal dari SARA. Sehingga mendidikkan sikap toleransi yang benar memang harus sejak dini, baik dirumah maupun di sekolah agar anak tidak tumbuh sebagai manusia yang sombong dan tidak mampu menjadi makhluk sosial yang baik. Karena toleransi adalah pengendali konflik yang berasal dari perbedaan SARA, tidak sedikit kasus konflik SARA di Indonesia seperti contoh konflik di POSO yang berkepanjangan. Disini lah toleransi dibutuhkan agar konflik dapat dihindari. Tidak hanya di lingkungan masyarakat luas namun dalam lingkungan sekolah toleransi perlu di terapkan agar tercipta suasana belajar mengajar yang nyaman dan tenang sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.

4.3.6 Peran guru dan tindakan yang dilakukan sebagai pengendali masalah yang muncul dalam proses penerapan toleransi multicultural pada siswa

Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan diatur oleh nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu norma-norma, agama, peraturan dan


(59)

perundang-undangan, dan pengetahuan. Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak di sekolah. Wuradji mengatakan:

a. Sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan

b. Sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru.

Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Sama halnya dengan guru guru SMA di YP. Sultan Iskandar Muda Medan yang memiliki peran untuk mengontrol masalah yang muncul di antara siswa yang muncul akibat kurang nya kesadaran siswa tentang toleransi. Guru berperan sebagai pendidik, tauladan sekaligus teman bagi siswa maksudnya adalah guru tidak hanya bertuga mengajar bidang studi untuk siswa dalam kelas tetapi sekaligus sebagai tauladan atau contoh bagi siswa dalam sikap dan tingkah laku lalu mampu menjadi teman bagi siswa sehingga siswa tidak takut pada guru namun hormat dan taat.

Dalam mengontrol dan menangani masalah masalah yang muncul diantara siswa yang berkenaan dengan sikap toleransi tersebut guru akan memberikan sanksi pada siswa dan tidak ada pembedaan pada siapapun siswa yang melakukan kesalahan. Misalnya saja dua siswa bertengkar karena permasalahan merasa


(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbillalamin penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis telah mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Toleransi Sosial Dalam Lingkungan Sekolah Multikultural (Studi Pada Siswa Siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda Medan) guna memperoleh gelar sarjana sosial di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis tentu menemukan berbagai hambatan dan tantangan diantaranya dalam hal pembagian waktu untuk menyelesaikan proses penulisan skripsi Namun, berkat rahmat dari Allah SWT akhirnya penulis telah mampu menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.

Terimakasih dan limpahan do’a penulis persembahkan kepada ibunda Syahlina Sinaga tercinta yang selama ini telah memberikan limpahan kasih sayang yang sangat berharga kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Drs. Rosmiani, M.A selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar telah memberikan bimbingan yang sangat berarti dan memberikan masukan yang sangat berarti demi selesainya skripsi ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum. selaku Pelaksana Tugas

Rektor Universiatas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi beserta seluruh staf Departemen Sosiologi.

4. Ibu Drs. Rosmiani, M.A selaku Dosen Wali sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis.


(2)

5

5. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, Msi selaku sekertaris jurusan Sosiologi Fisip USU.

6. Bapak/Ibu Dosen Pengajar di Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat.

7. Terimakasih buat kakak tercinta Febri Sartika Saragih yang selama penulisan skripsi selalu memberi dukungan baik moril dan materil.

8. Teman-teman PKL Grup RU Medan : Adoel, Joni, Almert, Berry, Winda, Kiki, Dewi, Monica, Vero, Johan, Nova, Hanna . Pelajaran yang sangat berharga penulis dapatkan bersama kalian ketika kita belajar di Universitas Kehidupan

9. Teman-teman seperjuangan Sosiologi angkatan 2009: Dede, Joni, Abdurrahman, Bima, Almert, Risman, Sauma, Ridho, Lilis, Putri, Nasrul, Edi, Rani, Sopia Winda, Winda Purwani, Siska, Serdita, , Riya, Mai Yuliarti, May Hermawani, Nova, Fitria, Siti, Palti, Elisabeth Ambarita, Lely, Wely, Wisnu, Lucas, Immanuel, Corry, Willer, Dina, Heni, Sri, Lydia, Onkaruna, Nonni, Bertha, Berry, Christyan, Melita, Dian, Syahid, Ledy, Arfy, Elisabeth Sitohang, Widya, Angeline, Riski, Bernita, Veronica, Monica, James, Bima, Kiki, Dewi, Megasari, Ricardo, Hanna, Yohan, Michael, , Irvin . Perjuangan dan kenangan kita bersama akan selalu menjadi memori indah dan pelajaran yang tak terlupakan.

10.Buat Winda Purwani, Siti, Sophia Winda spesial terima kasih sekali lagi yang selalu menasehati mendukung menguatkan dan mengajak saya untuk segera menyelesaikan skripsi saya.

11.Rekan-rekan mahasiswa Departemen Sosiologi serta seluruh rekan-rekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 12.Terima kasih buat Tya, Bang Ari, Aldi, Kak Tiwi, Kak Rosma, sepupu

sepupu tersayang serta adik tercinta Affandi, yang selalu mendukung agar skripsi saya segera selesai.

13.Terima kasih buat Kak Betty, Bang Abel, yang selama ini membantu saya dalam urusan perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi.

14.Terima kasih buat pakde satpam yang tak lelah menjaga kampus dari keonaran dan tingkah liar mahasiswa - mahasiswa FISIP.


(3)

Mudah-mudahan jasa-jasa semuanya yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi pahala yang berharga dan menuai hasil dari apa yang telah diberikan. Semoga kebaikan akan selalu bersama dengan kita semua, amin.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan bagi pembaca sekalian. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 16 Februari 2016

Penulis


(4)

7 DAFTAR ISI

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR……….iii

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR DIAGRAM……….ix

DAFTAR LAMPIRAN………..………xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………...1

1.2. Perumusan Masalah………...12

1.3. Tujuan Penelitian………...12

1.4. Manfaat Penelitian………...…...12

1.4.1. Manfaat Teoritis………..…...12

1.4.2 Manfaat Praktis………13

1.5. Defenisi Konsep………..13

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Toleransi Sosial………...15

2.2. Multikulturalisme………18

2.3.Interaksi Sosial……….…....26

2.4.Toleransi Multikultural…………...………32


(5)

BAB III. METODE PENELITAIAN

3.1.Jenis Penelitian………....…...35

3.2.Lokasi Penelitian……….……35

3.3.Unit Analisis dan Informan………36

3.4.Teknik Pengumpulan Data………...37

3.5.Interpretasi Data………..38

3.6 Jadwal Penelitian………39

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat YP. Sultan Iskandar Muda………40

4.1.2. Kondisi Geografis YP. Sultan Iskandar Muda………..…44

4.1.3. Denah Lokasi YP. Sultan Iskandar Muda……….45

4.1.4 Fasilititas Pendidikan yang ada di SMA YP.Sultan Iskandar Muda Medan ………46

4.1.5 Siswa Siswi SMA Sultan Iskandar Muda Medan…………47

4.2. Profil Informan………51

4.3. Interpretasi Data……….. 4.3.1. Gambaran sekolah YP. Sultan Iskandar Muda Medan sebagai kelompok sosial yang memiliki toleran………66


(6)

9

4.3.2 Bentuk-bentuk toleransi sosial di lingkungan sekolah YP. Sultan Iskandar Muda yang Multikultural………71

4.3.2.1 Bentuk toleransi sosial siswa di dalam kelas……...72

4.3.2.2 Bentuk toleransi sosial siswa di luar kelas…………74

4.3.3. Aplikasi Penerapan toleransi……….………76 4.3.4. Interaksi siswa siswi SMA YP. Sultan Iskandar Muda di dalam lingkungan sekolah yang multicultural……….………..82 4.3.5. Kendala Yang Muncul Dalam Penerapan Toleransi Sosial di lingkungan SMA YP. Sultan Iskandar Muda

yang Multikultural………..…………86

4.3.6. Peran guru dan tindakan yang dilakukan sebagai pengendali masalah yang muncul dalam proses penerapan

toleransi multikultural pada siswa ………90

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan………97

5.2. Saran………..99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN