Karakteristik Penderita TB MDR (Tuberculosis Multidrug Resistance) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) masih menjadi permasalahan kesehatan dunia dan

menjadi penyebab atas buruknya masalah kesehatan jutaan orang setiap tahunnya.
TB menduduki peringkat kedua penyebab kematian di dunia setelah Human
Immunodeficiency Virus (HIV) (WHO, 2014). Berdasarkan laporan pusat data dan
informasi kemenkes RI (Infodatin) tahun 2015, menunjukkan CNR (Case
Notification Rate) semua kasus TB di tingkat nasional sejak 1999 cenderung
meningkat, namun CNR mengalami stagnansi dalam 4 tahun terakhir (2011-2014)
(Infodatin, 2015).
Pada tahun 2013, secara global penderita TB MDR meningkat menjadi
480.000 orang. Lebih dari setengahnya berada di India, China dan Federasi Rusia
(WHO, 2015). Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TB-MDR
tinggi di dunia, dengan perkiraan sebanyak 6.800 kasus terjadi setiap tahunnya
(WHO, 2015). Dimana jumlah kasus yang di konfirmasi pada tahun 2014 adalah
sebanyak 1.716 kasus, meningkat dari tahun 2011 yakni sebanyak 464 kasus

(Infodatin, 2015).
Menurut laporan WHO tahun 2013, lebih dari 95% kematian akibat TB
terjadi di negara berkembang, dan merupakan salah satu dari lima penyebab
kematian wanita yang berumur antara 15-44 tahun. Tuberkulosis adalah sebuah
ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dunia yang menyebabkan 1,5 juta
orang meninggal dan 9 juta orang menderita TB pada tahun 2013 (WHO, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Resistensi terhadap Obat Anti TB (OAT), khususnya resistensi ganda
OAT atau Multidrug Resistant Tuberculosis (TB MDR) merupakan tantangan
penting dalam program pengendalian TB dan merupakan masalah kesehatan
utama di beberapa negara (WHO, 2013). Pengembangan pengobatan TB paru
yang efektif merupakan hal yang penting untuk menyembuhkan pasien dan
menghindari TB MDR. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short
Course) merupakan prioritas utama World Health Organization (WHO) untuk
mengontrol epidemi TB (Tabrani, 2010).
WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi yang telah
terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif
(cost-effective). Pengembangan strategi DOTS telah dilaksanakan di seluruh

provinsi (33 provinsi) pada 497 kabupaten/kota yang ada. Pada fasilitas pelayanan
kesehatan, strategi DOTS telah dilaksanakan di Puskesmas (96%) dan di Rumah
Sakit (40%) baik Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, BUMN, TNI-POLRI,
B/BPKPM, dan RSTP (Kemenkes RI, 2012). Pengobatan TB membutuhkan
waktu minimal 6-8 bulan (Kemenkes RI, 2011). Bila Pasien tidak mematuhi
pengobatan yang adekuat, maka secara teoritis dianggap berperan menyebabkan
wabah TB-MDR (PPTI, 2012). Besarnya angka ketidakpatuhan berobat pasien TB
akan mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan dan menyebabkan
semakin banyak ditemukan penderita TB paru dengan BTA yang resisten dengan
pengobatan standar (Erawatyningsih, et al., 2009).
Kasus resistensi merupakan kasus yang sedang menjadi tantangan dalam
perogram penanggulangan TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang

Universitas Sumatera Utara

resistensi obat menjadi prioritas penting (Utarini, 2011). Prevalensi resistensi
OAT diantara pasien yang baru terdiagnosa merupakan indikator yang sangat
penting dalam program pengendalian TB. Prevalensi resisten diantara orang yang
belum pernah diobati merefleksikan gambaran program selama periode yang
panjang dan mengindikasikan tingkat penularan di dalam masyarakat. Pasien yang

menjalani pengobatan kembali merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari
pasien kronik yang merupakan kasus gagal pengobatan, kasus relaps, dan pasien
yang kembali setelah putus berobat. Kasus kronik dan pengobatan yang gagal
memiliki risiko yang lebih besar mendapatkan resistensi dan MDR-TB (Palomino,
2007).
Menurut laporan dinas kesehatan provinsi Sumatera Utara tahun 2015,
jumlah penderita TB MDR pada tahun 2014 sebanyak 143 orang, yang sedang
menjalani pengobatan sebanyak 125 orang. Di kota Medan sendiri pada tahun
2014 berjumlah 72 orang (Dinkes Provsu, 2015).
Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dilakukan penelitian tentang
Karakteristik penderita TB MDR (Tuberculosis Multi Drug Resistance) di RSUP
H. Adam Malik Medan tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahuinya Karakteristik Penderita TB MDR (Tuberculosis Multi
Drug Resistance) di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

1.3


Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik

penderita TB MDR di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014.
1.3.2

Tujuan Khusus

a. Mengetahui

distribusi

proporsi

pasien


TB

MDR

berdasarkan

sosiodemografi, yaitu umur, jenis kelamin, status perkawinan dan
pekerjaan.
b. Mengetahui distribusi proporsi status pasien TB MDR.
c. Mengetahui distribusi proporsi asal rujukan pasien TB MDR.
d. Mengetahui distribusi proporsi penyakit penyerta TB MDR.
e. Mengetahui dsitribusi proporsi lama pengobatan pasien TB MDR.
f. Mengetahui distribusi proporsi tipe kunjungan pasien TB MDR.
g. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan lama pengobatan.
h. Mengetahui distribusi proporsi pekerjaan berdasarkan asal rujukan.
i. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan status pasien.
1.4

Manfaat Penelitian
a. Sebagai masukan dan informasi karakteristik penderita TB MDR bagi

RSUP H. Adam Malik Medan dalam upaya penurunan angka MDR pada
pengobatan TB Paru.
b. Sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya dalam rangka pengembangan
ilmu pengetahuan dan penelitian lain khususnya yang berhubungan dengan
MDR pada pengobatan TB Paru.

Universitas Sumatera Utara

c. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penyakit TB
MDR dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara