Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Sabut Pinang (Areca catechu L.) Terhadap Tikus

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah
kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini
merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan
keterampilan yang secara turun temurun diwariskan kepada generasi berikutnya,
termasuk generasi saat ini (Wijayakusuma, 2000). Penggunaan obat tradisional
secara umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern. Hal ini
disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih
sedikit daripada obat modern (Sari, 2006).
Pinang (Areca catechu L.) merupakan salah satu tanaman Palmae yang
terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama Pulau Sumatera (Sulastri,
2009). Daun dan biji pinang telah banyak dilakukan pengujian secara ilmiah
sebagai obat. Daun pinang sebagai obat antidiabetes (Mondal, dkk., 2012),
sedangkan bijinya sebagai obat antifertilitas (Aulanni’am, dkk., 2007), antelmintik
(Tiwow, dkk., 2013), antibakteri, antivirus (Joshi, dkk., 2012), antioksidan
(Zhang, dkk., 2009) dan lain-lain. Sabut pinang belum banyak dilakukan
pengujian secara ilmiah sebagai obat, padahal sabut pinang mengandung pektin

25%, pektin oksalat 2%, hemiselulosa 2%, selulosa 40%, lignin 18% (Chanakya
dan Malayil, 2011) dan flavonoid 52,57 mg/g (Zhang, dkk., 2009). Pektin dan
flavonoid yang terkandung dalam sabut pinang dapat digunakan sebagai antidiare.

1

Diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang, tetapi juga di negara maju (Tanjung, dkk., 2011). Riset
Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007 menyatakan diare merupakan penyebab
kematian ke-13 dari 22 penyebab kematian berdasarkan pola penyebab kematian
di semua usia di Indonesia. Persentase kematian yang disebabkan oleh diare
sekitar 3,5% (Defrin, dkk., 2010). Diare secara umum didefinisikan sebagai
bagian dari abnormal feses terkait dengan peningkatan frekuensi buang air besar
dan berat feses. Peningkatan frekuensi didefinisikan oleh tiga atau lebih buang air
besar per hari. Berat feses normal pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi
lemak dan gula, bervariasi dari 100 sampai 200 g/hari, sehingga berat feses >200
g/hari dianggap diare, namun beberapa orang yang mengkonsumsi serat memiliki
berat feses 300 g/hari atau lebih dengan konsistensi feses normal, tidak berarti
diare. Kombinasi frekuensi, konsistensi feses dan berat feses harus diperhitungkan
untuk menentukan diare (Navaneethan dan Giannella, 2011), sehingga tanaman

berkhasiat obat yang terdapat di alam dapat diidentifikasi dan dievaluasi sebagai
alternatif untuk obat antidiare (Gutiérrez, dkk., 2013).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian mengenai
uji aktivitas antidiare ekstrak etanol sabut pinang (Areca catechu L.) terhadap
tikus yang telah diinduksi oleum ricini dengan menggunakan metode defekasi.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:

2

a.

Apakah karakterisasi serbuk simplisia dan ekstrak etanol sabut pinang dapat
dilakukan?

b.

Apakah serbuk simplisia dan ekstrak etanol sabut pinang dapat ditentukan

golongan senyawa kimianya?

c.

Bagaimana aktivitas antidiare ekstrak etanol sabut pinang bila dibandingkan
dengan loperamid HCl?

1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian
ini adalah:
a.

Karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol sabut pinang dapat dilakukan.

b.

Serbuk simplisia dan ekstrak etanol sabut pinang dapat ditentukan golongan
senyawa kimianya dengan melakukan skrining fitokimia.

c.


Ekstrak etanol sabut pinang memiliki aktivitas antidiare bila dibandingkan
dengan loperamid HCl.

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a.

Karakteristik serbuk simplisia dan ekstrak etanol sabut pinang.

b.

Senyawa kimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol sabut pinang.

c.

Aktivitas antidiare ekstrak etanol sabut pinang yang dibandingkan dengan
loperamid HCl.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk menambah

3

informasi tentang khasiat tanaman obat, khususnya mengenai kegunaan sabut
pinang terhadap antidiare, sehingga menambah khasanah obat-obat herbal sebagai
antidiare yang efektif.

1.6 Kerangka Penelitian
Variabel Bebas

Variabel Terikat

Suspensi ekstrak etanol
sabut pinang:
- dosis 25 mg/kg bb
konsentrasi 0,75%
- dosis 50 mg/kg bb
konsentrasi 1,5%
- dosis 75 mg/kg bb

konsentrasi 2,25%
- dosis 100 mg/kg bb
konsentrasi 3%

Tikus diare
(diinduksi
oleum
ricini)

Parameter

1. Saat mulai
terjadinya diare
2. Konsistensi feses
(diameter serapan
air dan berat feses)
3. Frekuensi diare
4. Lama terjadinya
diare


Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

4