Hubungan Frekuensi Menyirih dengan Kejadian Kanker Rongga Mulut di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2015

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan
penyebaran tidak terkontrol dari sel-sel abnormal. Kanker dapat disebabkan oleh
faktor internal dan eksternal. Contoh dari faktor internal adalah pengaruh mutasi
genetik, hormon, dan sistem imun, sedangkan faktor eksternal adalah konsumsi
tembakau, infeksi organisme, dan pola makan yang tidak sehat (American Cancer
Society, 2015). Kanker rongga mulut adalah keganasan yang melibatkan daerah
bibir, ginggiva, anterior lidah, dasar mulut, palatum durum, dan mukosa bukal.
Kanker rongga mulut memiliki insidensi tertinggi dibandingkan dengan kanker
leher dan kepala lainnya (Lyman et al., 2009).
Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on
Cancer (IARC) tahun 2012, terhitung kasus baru kanker rongga mulut sebanyak
300 juta jiwa di seluruh dunia atau 2,1% dari jumlah total kanker lainnya.

Insidensi pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan yaitu sekitar 2,7 %.
Sementara itu, insidensi kanker rongga mulut di Asia Tenggara menunjukkan
8,1% dari jumlah total kanker lainnya dipopulasi tersebut, lebih tinggi dari angka
insidensi kanker rongga mulut di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Asia
Tenggara termasuk salah satu populasi yang menyumbang angka kejadian kanker
rongga mulut terbesar. Menurut data Riskesdas 2007, tercatat kasus kanker rongga
mulut sekitar 4% dari total kasus kanker yang terjadi di Indonesia. Dalam satu
studi yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dilaporkan bahwa terdapat
40 kasus kanker rongga mulut pada Januari 2013 – November 2014 dan 21 orang
(52,5%) dilaporkan memiliki riwayat menyirih, dengan rincian 17 orang (81 %)
menyirih >3 kali/hari dan 4 orang (9%) menyirih