Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Ekuitas Merek Universitas Kristen Satya Wacana: Analisis Deskriptif Kuantitatif T2 912007016 BAB IV

BAB IV

HASIL DAN BAHASAN
4.1 DESKRIPSI RESPONDEN
4.1.1 Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMU
di Salatiga dan sekitarnya, yang duduk di kelas XII. Pemilihan
lokasi Salatiga dan sekitarnya berdasarkan kemudahan akses
peneliti serta dengan asumsi bahwa mereka adalah calon
konsumen/pengguna jasa yang potensial bagi perguruan
tinggi

swasta.

Pemilihan

responden

siswa

kelas


XII

berdasarkan pertimbangan bahwa mereka hampir lulus SMU
dan pasti mulai memikirkan dengan lebih serius mengenai
jenjang pendidikan selanjutnya. Responden berasal dari SMU
Negeri maupun Swasta di Salatiga dan sekitarnya, dengan
latar belakang ekonomi yang beragam.
Jumlah responden total adalah 150 siswa dengan
perincian sebagai berikut :

46 
 

47 
 
Tabel IV.1

Jumlah Responden dan Asal Sekolah


Asal Sekolah

Negeri/Swasta

Salatiga

Seputar Salatiga

Nama SMU

Jumlah
Responden
25 siswa

Swasta

Kristen 1

Negeri


Negeri 2 Salatiga

25 siswa

Swasta

Virgo Fidelis

25 siswa

Negeri

Negeri 1 Tengaran

25 siswa

Negeri 1 Ungaran

25 siswa


Negeri 1 Ambarawa

25 siswa

TOTAL

150 siswa

Sumber : Data Primer

Jumlah awal sebanyak 150 kuesioner tersebut diseleksi
melalui

lembar

pertanyaan

yang

menguji


awareness

responden terhadap UKSW. Kuesioner yang menunjukkan
tidak adanya brand awareness tidak disertakan dalam proses
selanjutnya. Setelah melalui proses ini, kuesioner yang dapat
diproses lebih lanjut berjumlah 116.
Selanjutnya
penghasilan

adalah

orangtua

gambaran

siswa

per


mengenai
bulan.

besarnya

Untuk

pertanyaan ini diberikan opsi jawaban sebagai berikut :

Tabel IV.2 Kode Opsi Jawaban Penghasilan Orangtua Siswa
Besarnya penghasilan
orangtua siswa per bulan
Di bawah 1,5 juta
1,5 – 2,5 juta
2,5 – 3,5 juta
Di atas 3,5 juta

Kode
1
2

3
4

 
 

butir

48 
 

Dari olahdata kuesioner, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel IV.3 Penghasilan Orangtua Siswa
PENGHASILAN_ORTU
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent


Cumulative
Percent

1

28

24.1

24.1

24.1

2

43

37.1


37.1

61.2

3

34

29.3

29.3

90.5

4

11

9.5


9.5

100.0

116

100.0

100.0

Total
Sumber : Olah Data Primer

Sebanyak 37,1% siswa menyatakan bahwa penghasilan
orangtua mereka per bulan berkisar antara 1,5 – 2,5 juta.
Disusul dengan 29,3% berpenghasilan antara 2,5 – 3,5 juta
dan 24,1% berpenghasilan di bawah 1,5 juta. Orangtua siswa
yang berpenghasilan diatas 3,5 juta hanya sejumlah 9,5%.
Secara


bagan,

prosentase

masing-masing

disajikan sebagai berikut :
Bagan IV.1 Penghasilan Orangtua Siswa

PENGHASILAN ORANGTUA 





 
 

bagian

dapat

49 
 

Menurut Badan Pusat Statistik, tingkat pendapatan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Golongan
Golongan
Golongan
Golongan

rendah
: kurang dari Rp 1.500.000 per bulan
sedang
: Rp 1.500.000 hingga Rp 2.500.000 per bulan
tinggi
: Rp 2.500.000 hingga Rp 3.500.000 per bulan
sangat tinggi: diatas Rp 3.500.000 per bulan

Pendapatan atau penghasilan itu sendiri didefinisikan
sebagai seluruh penerimaan yang berasal dari sektor formal
(melalui pekerjaan pokok dan bersifat reguler) maupun
informal (diterima sebagai balas jasa dari sektor informal
maupun keuntungan lain-lain).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 37,1%
siswa berasal dari keluarga golongan sedang, 29,3% berasal
dari golongan tinggi, 24,1% dari golongan rendah, dan hanya
9,5% berasal dari golongan sangat tinggi.

4.2 UJI KUALITAS DATA

Uji kualitas data dilaksanakan dengan melakukan uji
validitas dan reliabilitas data penelitian khususnya data yang
tergolong ordinal. Secara umum uji kualitas data tersebut
dimaksudkan untuk memastikan akurasi dan konsistensi
data penelitian. Hal ini dilakukan dengan bantuan program
SPSS versi 15.0

4.2.1 Uji Validitas Data
Uji validitas atau uji kesahihan digunakan untuk
mengetahui

seberapa

tepat

suatu
 

 

alat

ukur

mampu

50 
 

melakukan fungsinya (Santoso, 2010 & Wijaya, 2009). Jenis
korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson (Pearson
Product Moment). Dari uji validitas untuk variabel brand
association peroleh hasil sebagai berikut:
Tabel IV.4 Hasil Uji Validitas Brand Association
Correlations
BR_AS
BR_AS BR_AS BR_AS_G BR_AS_B BR_AS_ _FASLT
_MHL _MUTU ENGS
_FAK
MEGAH
S
BR_AS_MHL

Pearson
Correlation

.565**

.475**

.161

.147

.215*

.000

.000

.085

.114

.021

116

116

116

116

116

116

.565**

1

.583**

.252**

.333**

.282**

.000

.006

.000

.002

1

Sig. (2tailed)
N
BR_AS_MUTU Pearson
Correlation
Sig. (2tailed)

.000

N

116

116

116

116

116

116

.475**

.583**

1

.226*

.371**

.486**

Sig. (2tailed)

.000

.000

.015

.000

.000

N

116

116

116

116

116

116

.161

.252**

.226*

1

.250**

.393**

Sig. (2tailed)

.085

.006

.015

.007

.000

N

116

116

116

116

116

116

.147

.333**

.371**

.250**

1

.371**

Sig. (2tailed)

.114

.000

.000

.007

N

116

116

116

116

116

116

.215*

.282**

.486**

.393**

.371**

1

Sig. (2tailed)

.021

.002

.000

.000

.000

N

116

116

116

116

116

BR_AS_GENG Pearson
S
Correlation

BR_AS_B_FA Pearson
K
Correlation

BR_AS_MEGA Pearson
H
Correlation

BR_AS_FASL Pearson
TS
Correlation

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).

 
 

.000

116

51 
 
Correlations
BR_AS
BR_AS BR_AS BR_AS_G BR_AS_B BR_AS_ _FASLT
_MHL _MUTU ENGS
_FAK
MEGAH
S
BR_AS_MHL

Pearson
Correlation

.565**

.475**

.161

.147

.215*

.000

.000

.085

.114

.021

116

116

116

116

116

116

.565**

1

.583**

.252**

.333**

.282**

.000

.006

.000

.002

116

116

116

116

1

*

**

.486**

.015

.000

.000

116

116

116

1

**

.393**

.007

.000

1

Sig. (2tailed)
N
BR_AS_MUTU Pearson
Correlation
Sig. (2tailed)

.000

N

116

116

**

**

BR_AS_GENG Pearson
S
Correlation

.475

.583

Sig. (2tailed)

.000

.000

N

116

116

116

.161

**

*

BR_AS_B_FA Pearson
K
Correlation

.252

.226

.226

.371

.250

Sig. (2tailed)

.085

.006

.015

N

116

116

116

116

116

116

.147

.333**

.371**

.250**

1

.371**

Sig. (2tailed)

.114

.000

.000

.007

N

116

116

116

116

116

116

.215*

.282**

.486**

.393**

.371**

1

Sig. (2tailed)

.021

.002

.000

.000

.000

N

116

116

116

116

116

BR_AS_MEGA Pearson
H
Correlation

BR_AS_FASL Pearson
TS
Correlation

.000

116

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).

Hasil

uji

validitas

untuk

variabel

brand

association

menunjukkan bahwa masing-masing item di dalam brand
association (mahal, bermutu, bergengsi, banyak fakultas,
megah serta fasilitas lengkap) valid dan

berkorelasi positif,

dengan nilai r berkisar antara 0.147 hingga 0.583.
 
 

52 
 

Uji
validitas
untuk
variabel
menunjukkan hasil sebagai berikut :

perceived

quality

Tabel IV.5 Hasil Uji Validitas Perceived Quality
Correlations
PQUAL_
PQUAL_ L_MUT PQUAL_L PQUAL_L_ PQUAL_L
L_MHL
PQUAL_L_MHL

Pearson
Correlation

U

1

Sig. (2tailed)

PQUAL_L_MUT
U

PQUAL_L_GSG

_MGH

FAS

.044

.243**

.079

.231*

.365**

.637

.009

.401

.012

.000

116

116

116

116

116

116

Pearson
Correlation

.044

1

.195*

.008

.147

.048

Sig. (2tailed)

.637

.036

.935

.115

.611

N

116

116

116

116

116

116

**

*

1

**

.130

.198*

.002

.164

.033

Pearson
Correlation

.243

.195

.287

Sig. (2tailed)

.009

.036

N

116

116

116

116

116

116

.079

.008

.287**

1

.167

.207*

Sig. (2tailed)

.401

.935

.002

.073

.026

N

116

116

116

116

116

116

*

.147

.130

.167

1

.219*

Sig. (2tailed)

.012

.115

.164

.073

N

116

116

116

116

116

116

.365**

.048

.198*

.207*

.219*

1

Sig. (2tailed)

.000

.611

.033

.026

.018

N

116

116

116

116

116

PQUAL_L_MGH Pearson
Correlation

Pearson
Correlation

.231

**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05
level (2-tailed).

 
 

BFAK

N

PQUAL_L_BFAK Pearson
Correlation

PQUAL-FAS

_GSG

PQUAL-

.018

116

53 
 

Hasil

uji

validitas

untuk

variabel

perceived

quality

menunjukkan bahwa masing-masing item di dalam brand
association (lebih mahal, lebih bermutu, lebih bergengsi, lebih
banyak fakultas,lebih megah dan fasilitas lebih lengkap) valid
dan berkorelasi positif, dengan nilai r berkisar antara 0.008
hingga 0.365
4.2.2

Uji Reliabilitas Data
Tahap selanjutnya, dilakukan uji reliabilitas pada data

penelitian yang bersifat ordinal. Uji reliabilitas bertujuan
untuk mengetahui konsistensi/keteraturan hasil pengukuran
suatu instrumen apabila dipergunakan lagi sebagai alat ukur
suatu obyek/responden (Santoso, 2010 & Wijaya, 2009). Uji
reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha
dengan bantuan software SPSS versi 15.0 Dari uji reliabilitas
data untuk variabel brand association dan variabel perceived
quality masing-masing diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel IV.6 Hasil Uji Reliabilitas Brand Association
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha
Items
.754

N of Items

.756

6

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance
Item Deleted if Item Deleted

Corrected ItemTotal
Correlation

 
 

Squared
Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

54 
 
BR_AS_MHL
BR_AS_MUTU

20.2672
20.1983

4.198
3.813

.460
.612

.359
.475

.730
.683

BR_AS_GENGS
BR_AS_B_FAK

20.3621
20.2500

4.129
4.711

.655
.354

.488
.185

.679
.753

BR_AS_MEGAH

20.3276

4.500

.412

.221

.740

BR_AS_FASLTS

20.3621

4.442

.496

.349

.719

Tabel IV.7 Hasil Uji Reliabilitas Perceived Quality
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha
Items
.624

N of Items

.623

6

Item-Total Statistics
Scale Mean
Corrected Itemif Item
Scale Variance
Total
Deleted
if Item Deleted
Correlation

Squared
Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

PQUAL_L_MHL

20.4483

3.519

.444

.252

.542

PQUAL_L_MUTU
PQUAL_L_GSG

20.4741
20.5862

3.817
4.088

.401
.349

.195
.151

.562
.584

PQUAL_L_BFAK

20.5603

4.335

.220

.096

.629

PQUAL_L_MGH
PQUAL-FAS

20.4224
20.5259

3.985
3.851

.302
.423

.097
.200

.603
.555

Nilai alpha yang dapat diterima pada umumnya berkisar
antara 0.70 hingga 0.95 (Nunnally & Bernstein, 1994), namun
untuk penelitian di bidang ilmu sosial nilai alpha sebesar 0.60
sudah dapat diterima. Dengan demikian, variabel brand
association dan perceived quality dengan nilai alpha masingmasing 0.754 dan 0.624 dapat dinyatakan reliabel.

 
 

55 
 

4.3 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3.1

Hasil
Gambaran mengenai ekuitas merek UKSW diperoleh

melalui

Brand

Awareness

(kesadaran

Association (asosiasi merek),

merek),

Brand

Perceived Quality (persepsi

kualitas), Perceived Price (persepsi harga) dan Brand Loyalty
(loyalitas

merek). Berikut ini adalah penjabaran

hasil

kuesioner dari masing-masing aspek ekuitas merek tersebut:
4.3.1.1

Aspek Awareness Universitas Kristen Satya

Wacana
Lembar kuesioner bagian pertama berisi instruksi agar
responden menyebutkan 5 universitas swasta di Jawa Tengah,
berurutan mulai dari yang pertama kali muncul dalam
pemikiran responden. Diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel IV.8 Aspek Brand Awareness/Kesadaran Merek
BR_AWARE
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1

98

84.5

84.5

84.5

2

11

9.5

9.5

94.0

3

4

3.4

3.4

97.4

4

3

2.6

2.6

100.0

116

100.0

100.0

Total
Sumber: Olah Data Primer

Dari total 116 responden yang memiliki awareness terhadap
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), sebanyak 98
 
 

56 
 

responden

(84,5%)

menempatkan

UKSW

pada

urutan

pertama. Selanjutnya, 9,5% menempatkan UKSW pada urutan
kedua, 3,4% pada urutan ketiga dan 2,6% pada urutan yang
terendah yaitu urutan ke 4.

Bagan IV.2 Brand Awareness/Kesadaran Merek

BRAND AWARENESS





Sumber: Olah Data Primer

Brand awareness terdiri dari brand recognition dan
brand recall (Keller, 1993). Brand recognition terjadi apabila
konsumen mampu menggali kembali ingatan konsumen
sesuai pengetahuan atau pengalaman yang telah dialami
berkaitan dengan brand tersebut serta membedakannya
dengan brand lain yang sejenis. Sedangkan brand recall
menggambarkan

kemampuan

calon

konsumen

untuk

mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu brand
merupakan

bagian dari suatu kategori produk tertentu.

Dalam penelitian ini penulis mencoba menggali aspek brand
recall. UKSW merupakan brand sedangkan universitas swasta

 
 

57 
 

di

Jawa

Tengah

adalah

kategori

produk

yang

sengaja

disebutkan sebagai petunjuk/clue.
Dari

penelitian

ini

diketahui

bahwa

84,5%

calon

konsumen mengenali UKSW sebagai salah satu dari sekian
banyak universitas swasta di Jawa Tengah pada urutan yang
pertama.
4.3.1.2 Aspek Asosiasi Merek/Band Association
Universitas Kristen Satya Wacana
Brand association menggambarkan segala sesuatu yang
mungkin terkait dengan suatu brand tertentu di dalam benak
konsumen. Brand association sangat penting dipahami oleh
pemilik brand
konsumen

karena

terhadap

dapat

brand

menstimulasi
serta

menjadi

sikap

positif

menyediakan

landasan yang penting bagi pemilik brand untuk menyusun
hal-hal stratejik seperti pengembangan brand.
Untuk brand UKSW

dalam penelitian ini,

brand

association dilihat dari aspek asosiasi mahal, bermutu,
bergengsi, banyak fakultas, megah dan fasilitas lengkap. Hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel IV.9 Aspek Brand Association/Asosiasi Merek
BR_AS_MHL
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

3

21

18.1

18.1

4

64

55.2

55.2

73.3

5

31

26.7

26.7

100.0

116

100.0

100.0

Total

BR_AS_MUTU

 
 

Cumulative
Percent
18.1

58 
 

Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

3

19

16.4

16.4

16.4

4

60

51.7

51.7

68.1

5

37

31.9

31.9

100.0

116

100.0

100.0

Total

BR_AS_GENGS
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

3

18

15.5

15.5

15.5

4

81

69.8

69.8

85.3

5

17

14.7

14.7

100.0

116

100.0

100.0

Total

BR_AS_B_FAK
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

3

13

11.2

11.2

4

78

67.2

67.2

78.4

5

25

21.6

21.6

100.0

116

100.0

100.0

Total

11.2

BR_AS_MEGAH
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

3

19

16.4

16.4

16.4

4

75

64.7

64.7

81.0

5

22

19.0

19.0

100.0

116

100.0

100.0

Total

BR_AS_FASLTS
Frequency

Percent

Valid Percent

 
 

Cumulative
Percent

59 
 
Valid

3

18

15.5

15.5

15.5

4

81

69.8

69.8

85.3

5

17

14.7

14.7

100.0

116

100.0

100.0

Total
Sumber: Olah Data Primer

Keenam aspek asosiasi merek tersebut dirangkum ke dalam
satu tabel sebagai berikut :
Tabel IV.10 Rangkuman: Brand Association/Asosiasi Merek
MAHAL
SANGAT
SETUJU
SETUJU
KURANG
SETUJU
TIDAK
SETUJU
SANGAT
TIDAK
SETUJU

BERGENGSI
14,7%

BANYAK
FAKULTAS
21,6%

MEGAH

26,7%

BERMUTU
31,9%

19%

FASILITAS
LENGKAP
14,7%

55,2%
18,1%

51,7%
16,4%

69,8%
15,5%

67,2%
11,2%

64,7%
16,4%

69,8%
15,5%

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Sumber: Olah Data Primer

Dari rangkuman mengenai asosiasi

merek tersebut

terlihat gambaran bahwa mayoritas calon konsumen/calon
mahasiswa UKSW setuju mengasosiasikan UKSW sebagai
universitas yang mahal namun bermutu, serta bergengsi,
gedung yang megah disertai dengan banyaknya pilihan
fakultas serta kelengkapan fasilitas belajar-mengajar.

4.3.1.3 Aspek Persepsi Kualitas/Perceived Quality
Universitas Kristen SatyaWacana
 
 

60 
 

Perceived quality atau persepsi kualitas merupakan
persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas ataupun
superioritas suatu brand, jika dibandingkan dengan alternatif
lain yang sejenis/dalam kategori produk yang sama (Zeithaml,
1988).

Persepsi kualitas ini dapat meliputi keseluruhan

komponen

dari

produk

tersebut,

baik

karakter

yang

tangibel/berwujud maupun intangible/tak berwujud. Persepsi
kualitas tersebut dapat juga meliputi kinerja atau fitur
tertentu seperti keandalan, kesesuaian, dan sebagainya.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa persepsi kualitas
tidak sama dengan pemahaman yang obyektif mengenai
kualitas tersebut.
Dalam penelitian ini persepsi kualitas calon konsumen
terhadap UKSW diwakili dengan persepsi: lebih mahal, lebih
bermutu, lebih bergengsi, lebih banyak fakultas, lebih megah,
dan fasilitas lebih lengkap. Diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel IV.11 Aspek Perceived Quality/Persepsi Kualitas
PQUAL_L_MHL
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

3

23

19.8

19.8

19.8

4

52

44.8

44.8

64.7

5

41

35.3

35.3

100.0

116

100.0

100.0

Total

PQUAL_L_MUTU
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

3

18

15.5

15.5

15.5

4

65

56.0

56.0

71.6

 
 

Cumulative
Percent

61 
 
5
Total

33

28.4

28.4

116

100.0

100.0

100.0

PQUAL_L_GSG
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

3

19

16.4

16.4

16.4

4

76

65.5

65.5

81.9

5

21

18.1

18.1

100.0

116

100.0

100.0

Total

PQUAL_L_BFAK
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

3

19

16.4

16.4

16.4

4

73

62.9

62.9

79.3

5

24

20.7

20.7

100.0

116

100.0

100.0

Total

PQUAL_L_MGH
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

3

18

15.5

15.5

15.5

4

59

50.9

50.9

66.4

5

39

33.6

33.6

100.0

116

100.0

100.0

Total

PQUAL-FAS
Frequency

Percent

Valid Percent

 
 

Cumulative
Percent

62 
 
Valid

3

18

15.5

15.5

15.5

4

71

61.2

61.2

76.7

5

27

23.3

23.3

100.0

116

100.0

100.0

Total
Sumber: Olah Data Primer

Keenam aspek persepsi kualitas tersebut dirangkum ke dalam
satu tabel sebagai berikut :
Tabel IV.12 Rangkuman: Perceived Quality/Persepsi Kualitas
LEBIH
MAHAL
SANGAT
SETUJU
SETUJU
KURANG
SETUJU
TIDAK
SETUJU
SANGAT
TIDAK
SETUJU

LEBIH
BERMUTU

LEBIH
BERGENGSI

35,3%

28,4%

18,1%

44,8%
19,8%

56%
15,5%

65,5%
16,4%

-

-

-

-

LEBIH
BANYAK
FAKULTAS
20,7%

LEBIH
MEGAH
33,6%

FASILITAS
LEBIH
LENGKAP
23,3%

62,9%
16,4%

50,9%
15,5%

61,2%
15,5%

-

-

-

-

-

-

-

-

Pembahasan persepsi kualitas ini dalam konteks jika
UKSW dibandingkan dengan universitas lain yang sejenis.
Dari tabel rangkuman persepsi kualitas tersebut diketahui
bahwa mayoritas responden setuju bahwa UKSW memang
lebih mahal, namun lebih bermutu, lebih bergengsi, lebih
megah,

jumlah

fakultas

lebih

banyak,

serta

fasilitas

pendukung lebih lengkap. Dengan kata lain, diperoleh hasil
yang sangat positif untuk aspek persepsi kualitas.
4.3.1.4 Aspek Persepsi Harga/Perceived Price Universitas
Kristen Satya Wacana
Harga atau price dalam konteks ini menunjukkan biaya,
yaitu besarnya biaya kuliah. Harga atau biaya memiliki aspek
 
 

63 
 

yang menarik, yaitu bahwa konsumen belum tentu benarbenar

mengerti

mengenai

besarnya

biaya

yang

harus

dikeluarkan dalam mencapai atau memperoleh sesuatu dan
cenderung memperkirakan saja (Zeithaml 1988; Dickson dan
Sawyer, 1985). Dari kuesioner mengenai persepsi harga
diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel IV.13 Aspek Perceived Price/Persepsi Harga

PPRICE_TAU

Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1

67

57.8

57.8

57.8

2

49

42.2

42.2

100.0

116

100.0

100.0

Total
Sumber: Olah Data Primer

Lebih dari separuh (57,8%) responden merasa mampu
memperkirakan besarnya biaya jika mereka kuliah di UKSW.
PPRICE_INFO

Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1

6

5.2

5.2

5.2

2

110

94.8

94.8

100.0

Total

116

100.0

100.0

Sumber: Olah Data Primer

Selanjutnya, diperoleh fakta menarik yaitu hanya 5,2%
yang

menyatakan

pernah

mencari

informasi

sesungguhnya mengenai besarnya biaya kuliah di UKSW.
 
 

yang

64 
 

Dengan

kata

lain,

meskipun

lebih

dari

separuh

responden merasa mampu memperhitungkan besarnya dana
yang harus dialokasikan jika mereka kuliah di UKSW, namun
ternyata masih dalam batas persepsi saja. Fakta ini sejalan
dengan

penelitian-penelitian

mengenai

persepsi

harga

(Zeithaml 1988; Dickson dan Sawyer, 1985). Dalam hal ini,
calon mahasiswa membangun persepsi tertentu mengenai
biaya

kuliah

namun

belum

pernah

mencari

info

yang

sebenarnya. Hal ini berpotensi menimbulkan kesenjangan
antara persepsi dengan kenyataan.

4.3.1.5 Aspek Loyalitas Merek/Brand Loyalty Universitas
Kristen Satya Wacana
Dari

kuesioner

mengenai

loyalitas

merek

berupa

keinginan kuliah dan keinginan merekomendasikan, diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel IV.14 Aspek Brand Loyalty/Loyalitas Merek
BR_LOYL_KUL

Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

1

102

87.9

87.9

87.9

2

14

12.1

12.1

100.0

116

100.0

100.0

Total
Sumber: Olah Data Primer

Loyalitas

merek

dalam

hal

keinginan

kuliah

menunjukkan hasil yang sangat positif. 87,9% responden
menyatakan loyalitasnya dalam wujud keinginan untuk kuliah
di UKSW.
 
 

65 
 
LOYALITAS MEREK: INGIN MEREKOMENDASIKAN
BR_LOYL_REK

Frequency
Valid

Percent

Cumulative
Percent

Valid Percent

1

105

90.5

90.5

90.5

2

10

8.6

8.6

99.1

4

1

.9

.9

100.0

116

100.0

100.0

Total

Sejalan dengan keinginan kuliah, loyalitas merek dalam
hal keinginan merekomendasikan juga menunjukkan hasil
sangat

positif. 90,5% menyatakan keinginannya untuk

merekomendasikan UKSW kepada pihak lain.
Loyalitas merek dapat bersifat fungsional, yaitu calon
konsumen memiliki alasan rasional tertentu yang membawa
kepada

loyalitas

merek.

Loyalitas

juga

dapat

bersifat

emosional, yaitu ikatan loyalitas yang tidak mudah dijelaskan
alasannya namun konsumen senantiasa merasa yakin akan
pilihannya sehingga tidak hanya memilih untuk dirinya
namun dengan sukarela akan merekomendasikan kepada
pihak lain (Kuusik, 2007). Disini terdapat hasil yang relatif
seiring

antara

keinginan

kuliah

dengan

keinginan

merekomendasikan dan keduanya sama pentingnya untuk
ditingkatkan dan dikuatkan dengan cara mempertegas aspekaspek

yang

merupakan

alasan

calon

konsumen

untuk

Dalam

Brand

bersikap loyal.

4.3.2 PEMBAHASAN
4.3.2.1

Hubungan

Antar

Dimensi
 

 

66 
 

Equity/Ekuitas Merek
Brand awareness atau kesadaran merek merupakan
fondasi bagi brand loyalty. Kesadaran merek tidak berhenti
pada sekedar menyadari keberadaan suatu merek. Kesadaran
akan suatu merek akan menimbulkan perasaan familiar
terhadap suatu merek dan kecenderungan manusia adalah
lebih memilih sesuatu yang familiar dibandingkan dengan
yang samasekali tidak dikenal. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa brand awareness dalam jangka panjang
mampu membawa kepada brand loyalty/loyalitas merek yang
mencakup kecenderungan pengkonsumsian ulang ataupun
bertahan

pada

brand

yang

sama,

serta

kesediaan

merekomendasikan kepada pihak lain.
Brand
emosional

association/asosiasi
tentang

suatu

brand

merek,
yang

yaitu
tertanam

kesan
dalam

pemikiran konsumen; maupun perceived quality/persepsi
kualitas yang merupakan perpaduan antara aspek stimuli
yang diterima konsumen maupun aspek sikap konsumen
dalam menanggapi stimuli tersebut, keduanya juga dapat
mengarah kepada brand loyalty, jika asosiasi merek maupun
persepsi kualitas tersebut bersifat positif.
Konsumen tidak selalu memahami harga/price yang
sesungguhnya, namun perceived price yang bersifat subyektif
inipun dapat mengarah kepada purchase intention/niat atau
keinginan untuk melakukan pembelian/ pengkonsumsian,
apabila

persepsi

harga

tersebut
 

 

bersifat

positif,

yaitu

67 
 

dipersepsikan sebagai harga yang sesuai dengan value/nilai
yang akan diperoleh.
4.3.2.2

Upaya-Upaya yang Telah

Dilakukan Universitas

Kristen Satya Wacana
Pihak UKSW selaku pemilik brand sejauh ini telah
secara rutin melaksanakan hal-hal berikut, untuk menjaga
serta meningkatkan ekuitas merek UKSW di mata para
stakeholders:
Tabel IV.15 Kegiatan UKSW Menjaga & Meningkatkan Ekuitas Merek
No

NAMA KEGIATAN

1

Mengikuti

2

KETERANGAN
Expo

Mengikuti Expo Pendidikan yang diadakan

Pendidikan

oleh sekolah/SMU di seluruh Indonesia.

Kunjungan ke SMU

Kunjungan ke berbagai SMU dan SMK
untuk mempresentasikan UKSW, terutama
jika sekolah tersebut tidak mengadakan
Expo Pendidikan.

3

Pemasangan Baliho

Pemasangan Baliho di berbagai titik yang
dinilai strategis di berbagai kota.

4

Beriklan

di

radio

daerah
5

Beriklan

Beriklan

lewat

radio

di

berbagai

kota/daerah.
di

koran

Beriklan di berbagai koran daerah.

daerah
6

Membagikan Satyalink

Sejenis buletin komunikasi yang memuat
prestasi mahasiswa & dosen UKSW serta
informasi pendaftaran camaru, dibagikan
ke SMU/SMK sewaktu kegiatan presentasi
ke sekolah-sekolah tersebut.

7

Program fasilitator

Guru BK di SMU/SMK dan para alumni
yang menjadi ‘fasilitator’ dapat menerima
pendaftaran

 
 

calon

mahasiswa

secara

68 
 
kolektif dengan insentif potongan biaya
pendaftaran sebesar 50%.
8

Seminar

untuk

para

guru BK

Seminar/workshop gratis untuk para guru
BK seputar Salatiga, maupun daerah lain
di Jawa & luar Jawa, dengan beragam
topik yang sesuai dengan lingkup kerja
guru BK, disertai bazzar fakultas serta
campus tour.

Sumber: Biro Promosi danHubungan Luar (BPHL) - UKSW

Secara rutin UKSW mengikuti kegiatan Expo Pendidikan
yang diadakan oleh berbagai SMU baik di pulau Jawa maupun
di luar Jawa (terutama Manado, Papua). Di dalam expo yang
diikuti

oleh

bermaksud

berbagai

perguruan

menunjukkan

tinggi

tersebut,

eksistensinya

UKSW

serta

terus

menguatkan awareness calon konsumen. Apabila SMU yang
dituju

tidak

mengadakan/tidak

memiliki

kegiatan

Expo

Pendidikan, maka UKSW menempuh jalan berupa kunjungan
ke SMU dan menyampaikan presentasi mengenai UKSW.
Presentasi

mengenai

UKSW

meliputi

aspek-aspek

berikut ini :


Fakultas dan Program Studi yang ada di UKSW.



Fasilitas pendukung proses belajar-mengajar di
tiap fakultas maupun pada aras universitas.



Penjelasan tentang lingkungan kota Salatiga dan
perkiraan biaya hidup di Salatiga.



Penjelasan lisan dan simulasi perhitungan biaya
kuliah di UKSW.



Penjelasan

tentang
 

 

ragam

beasiswa

maupun

69 
 

program-program

lain

di

UKSW

yang

dapat

membantu meringankan biaya kuliah.


Kerjasama

UKSW

dengan

universitas/lembaga

yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
Pemasangan baliho serta beriklan di radio dan koran
daerah juga dilakukan dengan tujuan yang sama yaitu
memanfaatkan

berbagai

cara

mengkomunikasikan

brand

untuk membangun awareness calon konsumen.
Pada saat kunjungan ke sekolah ataupun mengikuti
Expo

Pendidikan,

dibagikan

Satya

link

yaitu

buletin

komunikasi yang berisi prestasi mahasiswa maupun dosen
UKSW dalam satu tahun terakhir. Tampilan/layout

buletin

maupun bahasa yang dipergunakan disesuaikan dengan gaya
yang disukai target pembaca yaitu siswa SMU. Buletin ini
dimaksudkan sebagai media komunikasi antara UKSW dengan
para stakeholders, dalam hal ini siswa SMU/SMK. Buletin
Satyalink menyampaikan informasi tentang prestasi-prestasi
yang dicapai oleh mahasiswa maupun dosen UKSW serta
informasi

tentang

fasilitator-fasilitator

dan

pendaftaran

mahasiswa baru untuk tahun akademik yang akan datang.
Program fasilitator serta seminar untuk guru BK
merupakan upaya membangun dan meningkatkan loyalitas,
khususnya dari pihak alumni dan guru BK.
Dalam program fasilitator, alumni maupun guru BK
berperan menjelaskan, merekomendasikan maupun menerima
pendaftaran camaru UKSW. Insentif yang akan diberikan
kepada para fasilitator tersebut adalah
 
 

pemotongan 50%

70 
 

untuk uang pendaftaran camaru.
Seminar/workshop untuk guru BK dari berbagai kota
dan daerah diadakan secara berkala dengan topik yang
beragam dan berkaitan erat dengan seluk-beluk pendidikan
dan pembinaan siswa SMU. Seminar ini tidak dipungut biaya,
bahkan

untuk

disediakan

guru-guru

akomodasi

dari

yang

luar

memadai.

kota/luar
Seusai

daerah
seminar,

dilanjutkan dengan kunjungan ke stand- stand dari berbagai
fakultas yang ada di UKSW untuk mendapatkan informasi
fakultas maupun fasilitas yang dimiliki masing masing
fakultas. Selain itu diadakan pula campus tour, dimana para
guru BK tersebut diajak menyaksikan secara langsung
fasilitas-fasilitas yang ada, baik pada aras fakultas maupun
universitas.

4.3.2.3

Pembahasan Upaya-Upaya yang Telah Dilakukan

Universitas Kristen Satya Wacana
Secara

keseluruhan,

upaya-upaya

yang

dilakukan

UKSW melalui Biro Promosi dan Hubungan Luar (BPHL) telah
meliputi aspek-aspek ekuitas merek yaitu :
Tabel IV. 16 Kegiatan & Aspek Ekuitas Merek
No

Nama Kegiatan

Aspek Ekuitas Merek yang Terwakili

1

Expo Pendidikan

Brand awareness & Perceived Price

2

Kunjungan ke SMU

Brand awareness & Perceived Price

3

Pemasangan Baliho

Brand awareness

4

Beriklan di radio daerah

Brand awareness

5

Beriklan di koran daerah

Brand awareness

6

Membagikan Satyalink

Perceived Quality & Brand Association

 
 

71 
 
7

Program fasilitator

Brand Loyalty

8

Seminar/workshop untuk

Brand Loyalty, Perceived Quality & Brand

para guru BK

Association

4.3.2.3.1 Aspek Brand Awareness
Aspek brand awareness menempati porsi yang besar
dari keseluruhan program yang dilaksanakan oleh UKSW.
Sebagaimana dinyatakan oleh Keller (1993) dan Heding, et al
(2009), brand awareness merupakan proses awal yang paling
esensial. Kesadaran konsumen akan adanya suatu brand
tertentu

akan

mengawali

serangkaian

attitude/sikap

konsumen terhadap brand tersebut. Tanpa adanya brand
awareness, pembahasan lebih mendalam mengenai brand
equity menjadi tidak berarti dan tidak dapat dilanjutkan ke
tahap selanjutnya. Brand awareness, dalam hal ini berwujud
brand recall, memiliki arti penting untuk memperbesar
kemungkinan masuknya brand tersebut dalam pertimbangan
konsumen sewaktu akan memutuskan/memilih suatu brand
tertentu. Apabila suatu brand tidak disadari kehadiran
ataupun keberadaannya, maka sangat kecil kemungkinan
brand tersebut dipilih oleh calon konsumen. Selanjutnya,
apabila suatu brand yang telah dikenal tersebut dianggap
memenuhi kriteria tertentu yang dikehendaki, maka calon
konsumen tersebut cenderung untuk mengikutkan brand
tersebut dalam pertinbangan.
Dalam pendekatan yang bersifat consumer-based yang
dilakukan oleh Keller (1998), brand digolongkan sebagai
konstrual

kognitif

yang

mengendap
 

 

dalam

pemikiran

72 
 

konsumen (Keller dalam Heding, at al 2009). Dalam psikologi
kognitif, hal-hal yang disimpan dalam memori atau ingatan
diasumsikan

bertahan

relatif

pengulangan

(repetition)

atau

Dengan

demikian

semestinya
berulang

pemilik

memberikan

agar

dapat

lama

apabila

penguatan

brand

atau

(enhancement).
pemasar

paparan/exposure

mengendap

lebih

terdapat

pesan

kuat

dan

sudah
yang
lebih

permanen dalam ingatan konsumen.
Dengan demikian sudah tepat apabila UKSW secara
rutin dan terus-menerus mengupayakan beragam cara (Expo
Pendidikan, kunjungan ke SMU/SMK, pemasangan baliho,
iklan di koran & radio daerah) untuk mengkomunikasikan
serta menguatkan keberadaan brand UKSW kepada calon
konsumen.
Selain

aspek

pengkomunikasian

repetisi
yang

yang

dilakukan

kontinyu,
UKSW

juga

upaya
telah

mencakup skopa umum maupun spesifik. Skopa umum disini
berupa komunikasi kepada masyarakat luas (lewat radio,
koran dan baliho) dan skopa spesifik yaitu calon konsumen
/siswa SMU (lewat Expo Pendidikan dan kunjungan ke SMU).

4.3.2.3.2 Aspek Brand Association & Perceived Quality
Brand association adalah semua aspek yang terkait
dengan suatu brand dan segala kesan emosional yang
tertanam dalam benak konsumen (Miller & Muir, 2004; Fiske
& Taylor, 1995). Pemasar/pemilik brand mengharapkan dan

 
 

73 
 

mengupayakan timbulnya asosiasi yang kuat, unik, serta
memiliki makna positif bagi (calon) konsumen (Keller, 2003).
Perceived quality merupakan dugaan atau perkiraan
konsumen atas kehebatan suatu brand secara keseluruhan,
jika

dibandingkan

dengan

brand

alternatif

(Zeithaml,

Parasuraman dan Berry, 1988; Keller, 1993; Aaker 1996).
Asosiasi yang positif maupun dugaan calon konsumen
atas superioritas brand UKSW dibandingkan pesaingnya telah
diupayakan

melalui

buletin

komunikasi

Satyalink

serta

seminar/workshop bagi para guru BK yang disertai kunjungan
langsung ke fakultas-fakultas. Buletin Satyalink menyajikan
informasi nyata mengenai prestasi mahasiswa maupun dosen.
Kunjungan para guru BK ke fakultas memungkinkan untuk
menyaksikan maupun memperoleh informasi secara langsung
dari sumbernya. Kedua hal tersebut akan mempersempit
kesenjangan/gap antara persepsi dan asosiasi dengan fakta.
Asosiasi dan persepsi seringkali bersifat subyektif dan UKSW
selaku pemilik brand telah berupaya memberikan fakta agar
timbul sikap/attitude positif dari para stakeholders. Hal ini
sejalan

dengan

pemasar/pemilik

pernyataan
brand

Keller

mampu

(1993)

‘memprogram’

bahwa
atau

menentukan sikap dan perilaku calon konsumen melalui
penanaman

persepsi

yang

kuat,

unik

dan

bersifat

disukai/favorable. Aaker (1991) menekankan bahwa persepsi
dan asosiasi positif konsumen terhadap suatu produk tidak
hanya mendorong kepada keputusan beli/purchase decision
tetapi juga berimbas pada loyalitas/brand loyalty. Sikap
 
 

74 
 

proaktif UKSW selaku pemilik brand merupakan tindakan
yang tepat karena calon konsumen belum tentu memiliki
motivasi untuk memperoleh informasi yang sebenarnya atau
kurang memiliki akses untuk pencarian informasi tersebut.

4.3.2.3.3 Aspek Perceived Price
Harga atau biaya merupakan ‘pengorbanan’ konsumen
untuk memperoleh suatu produk, baik barang maupun jasa
(Chapman 1986; Mazumdar 1986; Monroe and Krishnan
1985). Namun sayangnya konsumen maupun calon konsumen
belum tentu memiliki pengetahuan atau informasi harga yang
sesungguhnya melainkan hanya sebatas persepsi saja (Jacoby
& Olson 1977 dalam Zeithaml 1988). Pada umumnya,
meskipun konsumen atau calon konsumen tidak dapat
menyebutkan dengan pasti berapa nominal yang diperlukan
untuk memperoleh suatu produk, namun mudah menyatakan
secara verbal ‘mahal’, ‘murah’ dan sebagainya sesuai dengan
kesan yang tertangkap oleh masing-masing individu.
Nampaknya hal inilah yang terjadi pada mayoritas calon
konsumen UKSW yang diwakili oleh para responden dalam
penelitian ini. Lebih dari separuh (57,8%) responden merasa
mampu memperkirakan besarnya biaya jika mereka kuliah di
UKSW namun hanya 5,2% yang memiliki informasi yang
sesungguhnya mengenai besarnya biaya kuliah di UKSW.
Disini terdapat gap/kesenjangan yang besar antara harga
obyektif dengan harga subyektif.

 
 

75 
 

Pemahaman mengenai harga/biaya yang hanya sebatas
persepsi tersebut memiliki dua kemungkinan penyebab.
Pertama, calon konsumen lebih mempertimbangkan indikatorindikator lain dari suatu brand dan aspek harga/biaya
menjadi prioritas terbawah. Dengan kata lain, indikatorindikator lain tersebut sedemikian penting sehingga aspek
biaya relatif tidak menjadi masalah. Namun kondisi ini hanya
dapat terjadi apabila calon konsumen memiliki pengetahuan
produk/product knowledge yang sangat baik & menyeluruh,
serta

berasal

dari

golongan

sosial

ekonomi

yang

memungkinkan untuk menempatkan aspek biaya pada urutan
terbawah.
Kedua, calon konsumen masih memiliki keterbatasan
mengakses

informasi

Kemungkinan

ini

harga/biaya

berpotensi

yang

sesungguhnya.

menimbulkan

keengganan

ataupun penolakan. Dalam kunjungan ke SMU maupun Expo
Pendidikan,
mengenai

pihak

UKSW,

UKSW

menjelaskan

termasuk

beragam

didalamnya

informasi

aspek
serta

simulasi besarnya biaya pendidikan. Hal ini sudah merupakan
upaya yang positif, namun sayangnya informasi dan simulasi
tersebut hanya disampaikan secara lisan dan tidak tercantum
sebagai bagian dari brosur yang mereka terima dan bawa
pulang. Metode ini memiliki kelemahan. Pertama, adanya
keterbatasan

daya

pemahaman

serta

perekaman

suatu

informasi lisan, terutama jika tidak terdapat acuan tertulis.
Selanjutnya, orangtua siswa ataupun pihak-pihak pemberi
dana lainnya tidak memiliki acuan tertulis yang dapat
 
 

76 
 

dijadikan sumber atau bahan pertimbangan dalam memilih
universitas. Perlu diingat bahwa siswa SMU pada umumnya
masih

digolongkan

sepenuhnya
keputusan

anak

dibiayai
yang

di

bawah

orangtua

berkaitan

atau

umur
wali.

dengan

dan

masih

Pengambilan

pembiayaan

pada

umumnya masih sangat dipengaruhi atau bahkan ditentukan
oleh pihak orangtua atau wali.

Apabila orangtua atau wali

merasa tidak memperoleh informasi tertulis yang jelas dan
memadai terkait dengan biaya kuliah, maka hal ini akan
mempersulit/menghambat proses pengambilan keputusan.
Dengan kata lain, purchase intention/niatan untuk membeli
atau mengkonsumsi dapat terhambat atau bahkan tidak
terjadi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya UKSW
(dalam hal ini diwakili oleh BPHL) dalam membangun
perceived price yang efektif dan kuat masih belum sepenuhnya
tercapai.

4.3.2.3.4 Aspek Brand Loyalty
Pada awalnya, loyalitas konsumen hanya dinilai dengan
pendekatan perilaku/behavioral, yaitu hanya ditinjau dari
total pembelian dan pembelian berulang. Hingga awal tahun
70an mulai diaplikasikan dua macam pendekatan, tidak
hanya

pendekatan

perilaku/behavioral

namun

juga

sikap/attitudinal (Jacoby et al, 1973). Dalam pendekatan
attitudinal,

faktor

sikap

dan

keterikatan

emosi

calon

konsumen terhadap produk sangat berpengaruh bahkan
 
 

77 
 

dapat menimbulkan komitment. Loyalitas yang bermuatan
keterikatan emosional tersebut dipandang lebih kuat dan lebih
bertahan lama, tidak hanya sekedar membawa kepada
keputusan beli namun juga minat merekomendasikan kepada
pihak lain, serta meyakini bahwa pilihan mereka paling baik
dan paling benar (Hofmeyr & Rice, 2000).
Hal ini sejalan dengan pendapat para peneliti lain
bahwa brand loyalty erat kaitannya dengan ikatan emosional
antara konsumen atau calon konsumen dengan suatu brand
tertentu (Atilgan, 2005; Miller & Muir, 2004; Pappu, et al,
2005)

Ikatan tersebut sedemikian kuat sehingga konsumen

atau calon konsumen bersikap menolak brand lain serta
memiliki kerelaan untuk berbagi word of mouth yang positif.
Konsumen yang loyal sangatlah berharga karena merekrut
konsumen baru lebih sulit daripada merawat dan menjaga
konsumen lama yang telah memiliki sikap loyal.
Selain membangun loyalitas calon konsumen langsung
yaitu siswa SMU/SMK, UKSW menilai bahwa guru BK serta
para alumni perlu terus dibangun dan dijaga loyalitasnya.
Guru BK dan alumni dinilai sangat berpengaruh sebagai
referensi bagi para siswa maupun orangtua siswa dalam
menentukan pilihan
dianggap

sebagai

universitas. Guru BK pada umumnya

pihak

yang

memiliki

pengetahuan

&

pemahaman tentang UKSW. Demikian pula halnya dengan
para alumni yang telah memiliki pengalaman kuliah di UKSW,
cenderung dipandang sebagai sumber informasi dan referensi
yang valid.
 
 

78 
 

UKSW

membangun

sikap

positif

serta

keterikatan

emosional para guru BK SMU/SMK melalui program seminar
& workshop. Program ini bukan hanya sekedar bebas biaya,
namun pada saat yang sama dibangun relasi yang positif
dengan

memperhatikan

ketersediaan

transportasi

dan

akomodasi para guru tersebut. Demikian pula halnya dengan
program fasilitator yang melibatkan guru BK dan para alumni
dinilai dapat mengembangkan word-of-mouth yang positif.

 
 

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB IV

0 1 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Culture Shock dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Timor Leste di Universitas Kristen Satya Wacana T2 912013013 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Ekuitas Merek Universitas Kristen Satya Wacana: Analisis Deskriptif Kuantitatif T2 912007016 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Ekuitas Merek Universitas Kristen Satya Wacana: Analisis Deskriptif Kuantitatif T2 912007016 BAB II

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Ekuitas Merek Universitas Kristen Satya Wacana: Analisis Deskriptif Kuantitatif T2 912007016 BAB V

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Ekuitas Merek Universitas Kristen Satya Wacana: Analisis Deskriptif Kuantitatif

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Ekuitas Merek Universitas Kristen Satya Wacana: Analisis Deskriptif Kuantitatif

0 0 10

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Spedagi: Studi Sosiologis Peran Aktor dalam Memfasilitasi Pembangunan Pasar Papringan Melalui Modal Sosial pada Masyarakat Desa Carubanabupaten Temanggung T1 Full text

0 1 28

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Spedagi: Studi Sosiologis Peran Aktor dalam Memfasilitasi Pembangunan Pasar Papringan Melalui Modal Sosial pada Masyarakat Desa Carubanabupaten Temanggung

0 0 1

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual Bidang Studi Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB IV

0 1 46