PERSEPSI GURU IPA SMP TERHADAP KOMPETENS
PERSEPSI GURU IPA SMP TERHADAP KOMPETENSI
PROFESIONALNYA DI KABUPATEN ACEH BESAR
Oleh:
Nurulwati dan Elisa Kasli
e-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kompetensi profesional yang sudah
dan belum dikuasai oleh guru dalam menguasai kompetensi dasar pada kelas VII, VII dan IX
yang mengacu pada kurikulum KTSP dan kurikulum 2013; (2) mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi guru, baik yang bersumber dari faktor internal
(bersumber dari guru itu sendiri) maupun faktor luar (eksternal) termasuk daya dukung
lingkungan. Subjek dalam penelitian adalah guru IPA SMP sebanyak 14 orang guru yang
bertugas dalam wilayah kerja Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Instrumen penelitian
yang digunakan angket dan daftar wawancara. Kajian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari guru IPA yang ditetapkan secara purposif yang
menjadi subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Guru IPA SMP tidak
mampu menguasai seluruhnya kompetensi dasar karena background pendidikannya bukan
dari IPA melainkan dari Fisika, Biologi dan Kimia, untuk mengajar materi IPA terpadu
biasanya guru bertukar jam dengan teman yang bidangnya sesuai dengan topik yang
diajarkan (2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi profesional
guru mata pelajaran IPA di SMP: (1) kurangnya dukungan maksimal dari kepala sekolah
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah; (2) mempersiapkan administrasi
guru yang begitu banyak, terutama untuk penilaian keterampilan dan penilaian sikap peserta
didik; (3) siswa sangat kurang memiliki minat dan motivasinya untuk belajar dan sangat
susah memotivasinya; (4) dukungan dari orang tua murid terhadap peningkatan motivasi
belajar anak juga relatif rendah; (5) Alat peraga pendukung belajar tidak difasilitasi oleh
sekolah; (6) pelaksanaan praktikum IPA relatif tidak berjalan, kegiatan praktikum dan
persiapan kegiatan praktikum tidak dipertimbangkan untuk beban kerja tambahan untuk
pengajaran, sehingga guru malas untuk melaksanakan praktikum.
Kata Kunci: Persepsi guru dan Kompetensi Profesional.
PENDAHULUAN
Tugas pokok dan fungsi guru di sekolah antara lain sebagai pendidik profesional,
pengajar, dan pengelola pembelajaran. Sebagai pendidik profesional, guru seharusnya selalu
berupaya untuk mengembangkan potensi dan kepribadian peserta didik lewat keterampilan
kerja yang dimilikinya. Ucapan, tingkah laku, dan teladan guru selalu diimbaskan kepada
siswa-siswanya (Sulastri dkk, 2015:4). Peran dan tugas sebagai pengajar adalah
merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran. Sebagai pelatih dan pembimbing,
guru berperan dalam hal memotivasi, mendorong, dan melibatkan peserta didik dalam
aktivitas belajarnya sehingga dapat menghasilkan perilaku positif dengan beragam
keterampilan pada peserta didik.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan yang
sangat pesat, guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membawa anak
didiknya menjadi lulusan yang berkualitas tinggi. Peningkatan kemampuan profesionalitas
guru perlu dilakukan secara kontinu (Salamiah T.I 2004:1).
Dari sejumlah mata pelajaran yang ada pada jenjang pendidikan pada satuan
pendidikan di Indonesia. Pencapaian kompetensi IPA SMP adalah hal yang menarik untuk
dicermati. Penguasaan materi IPA SMP menentukan untuk kesuksesan pembelajaran mata
pelajaran kimia, fisika dan biologi siswa pada jenjang yang lebih tinggi di Sekolah
Menengah Atas bahkan di perguruan tinggi. Kemajuan suatu negara dapat di tandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Siswa sedini mungkin perlu diperkenalkan
dengan sain, agar siswa-siswa melek sains. Guru-guru perlu mengajarkan dan
membelajarkan siswa dengan pengetahuan sains yang dapat memacu kemampuan berpikir
kritis pada anak. Untuk itu tentu saja diperlukan guru-guru yang menguasai bidang ilmu
sains yang memadai, terampil mengajarkan sains dengan ilmu didaktif metodik yang handal.
Kunci sukses siswa dalam menguasai sains terletak pada kemampuan guru sains.
Kondisi perolehan hasil TIMMS IPA SMP, menunjukkan kemampuan sains siswasiswa Indonesia dibandingkan dengan penguasan sains siswa-siswa di beberapa negara
lainnya dapat dilihat pada gambar 1. Lebih dari 95% siswa sekolah menengah pertama
Indonesia hanya mampu menguasai materi IPA pada level menengah, sementara hampir
40% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance. Data ini menggambarkan
bahwa yang dipelajari dalam materi IPA oleh siswa-siswa SMP di Indonesia berada pada
level yang rendah. Maknanya adalah ada masalah dalam pembelajaran IPA di SMP (Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014: Modul Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) .
Berdasarkan pengalaman peneliti pada kegiatan sertifikasi guru IPA SMP melalui
jalur pendidikan yang dilakukan oleh LPTK FKIP Universitas Syiah Kuala pada tahun 2009
dan tahun 2010. Guru-guru yang mengajarkan IPA di SMP umumnya berasal dari sarjana
pendidikan biologi atau fisika, hampir tidak ada guru IPA SMP yang berasal dari sarjana
pendidikan kimia. Guru yang latar belakang pendidikan fisika, ketika mengajarkan IPA SMP
menghadapi kesulitan alam membelajarkan konsep biologi kepada siswa, guru yang latar
belakang pendidikan biologi mengalami kesulitan dalam membelajarkan konsep fisika
kepada siswa, dan guru-guru yang latar belakang pendidikan fisika dan biologi mengalami
kesulitan dalam membelajarkan konsep kimia kepada siswa. Ini dijumpai pada dua angkatan
pelaksanaan sertifikasi melalui jalur pendidikan. Masalah yang sama juga selalu dijumpai
peneliti pada kegiatan sertifikasi guru melalui jalur PPG dan pada semua kegiatan pelatihan
bagi guru-guru IPA SMP. Bahkan menurut pengakuan guru mereka sering melalui begitu
saja konsep kimia pada materi IPA SMP dengan penugasan tugas baca pada siswa. Kondisi
ini tentu mempunyai andil dalam perolehan hasil TIMMS di atas.
Berdasarkan publikasi hasil laporan program kegiatan SEDIA di wilayah Provinsi
Aceh pada tahun 2013, sebagai mana dipublikasikan oleh Pemerintah Aceh. Aceh saat ini
memiliki jumlah guru IPA SMP yang mencukupi dari segi kuantitas, bahkan pada beberapa
daerah, guru IPA SMP sudah berada di atas rasio rata-rata guru IPA secara nasional
(tkppa.acehprov.go.id/.../SEDIA_PTD_Piloting_and_D...). Tetapi dari segi kualitas belum
memperoleh hasil yang menggembirakan. Ini bisa dilihat dari perolehan hasil nilai UN
siswa. Posisi Aceh secara nasional masih berada pada peringkat yang tidak
menggembirakan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas menunjukkan
perlu adanya kajian untuk mengetahui persepsi guru IPA SMP kompetensi profesional di
Kabupaten Aceh Besar. Untuk penelitian ini dilakukan secara reperesentatif pada guru IPA
SMP di Kabupaten Aceh Besar.
Beranjak dari uraian di atas maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah:
”Bagaimanakah persepsi guru IPA SMP terhadap kompetensi profesionalnya di Kabupaten
Aceh Besar serta faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kompetensi mereka?”
Hasil yang ditargetkan dihasilkan dari kajian ini adalah untuk : (1) mengetahui
kompetensi profesional yang sudah dan belum dikuasai oleh guru. Kompetensi profesional
yang akan diungkapkan adalah bagaimana kemampuan profesional guru IPA SMP dalam
menguasai kompetensi dasar pada kelas VII, VII dan IX yang mengacu pada kurikulum KTSP
dan kurikulum 2013; (2) display data kualitatif tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pencapaian kompetensi guru, baik yang bersumber dari faktor internal (bersumber
dari guru itu sendiri) maupun faktor luar (eksternal) termasuk daya dukung lingkungan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Menyumbangkan dokumen terkini tentang kondisi kemampuan guru IPA SMP Kabupaten
Aceh Besar dalam menguasai kompetensi profesional pada mata pelajaran IPA.
2. Memberi bahan masukan dalam pembuatan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan
upaya peningkatan kualitas guru IPA SMP di Kabupaten Aceh Besar agar lebih tepat
sasaran.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Secara konseptual, penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara
cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang dikaji. Penelitian deskriptif bisa
digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (tidak berhipotesis) dan
menguji hipotesis (berhipotesis) (Silalahi, 2010).
Dalam penelitian ini akan
mendeskripsikan persepsi guru IPA SMP terhadap kompetensi profesionalnya dan secara
kualitatif akan akan dipelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian
kompetensi guru saat ini. Diharapkan kajian ini dapat mengungkapkan faktor yang
berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi guru dan mengungkapkan masalah yang
menjadi kendala guru untuk menjadi guru yang profesional.
Objek penelitian adalah semua guru IPA SMP yang berada pada wilayah kerja
Kabupaten Aceh Besar. Subjek penelitian adalah Guru IPA SMP Kabupaten Aceh Besar
sebanyak 14 orang, Data utama adalah kompetensi profesional yang sudah dan belum
dikuasai guru dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi guru.
Untuk triangulasi data yang diperoleh, peneliti akan melakukan interview kepada beberapa
perwakilan guru yang mengawili berdasarkan temuan yang diperoleh. Kajian interview
mendalam akan dilakukan pada perwakilan guru yang mewakili permasalahan yang
diidentifikasi. Instrumen penelitian yang dipergunakan lembar interview dan angket. Hasil
penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif secara persentase.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui materi sulit yang dihadapi guru IPA SMP di Kabupaten Aceh
Besar. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan Instrument Self Assessment
dengan 5 kategori skala Likert. Instrument ini dipersiapkan khusus untuk mendapatkan
informasi dari guru. Instrument berbentuk penilaian diri guru. Setelah dikembangkan
instrument ini, dilakukan uji keterbacaan yang melibatkan empat pakar dalam bidang IPA
(dari bidang kimia, fisika dan biologi). Setelah melalui beberapa kali revisi, akhirnya
instrument self assessment diedarkan kepada guru. Sebanyak 14 orang guru IPA SMP di
kabupaten Aceh Besar dipilih untuk menjadi responden. Pemilihan sampel ini ditetapkan
bertujuan untuk memperoleh data dari guru IPa SMP Se-Kabupaten Aceh Besar yang
memiliki kriteria keterwakilan guru-guru IPA. Guru-guru yang dipilih mewakili guru IPA
dari unsur guru: (1) mewakili gender laki-laki dan perempuan; (2) mewakili golongan III dan
IV; (3) mewakili dari segi usia (rentang usia guru berusia lebih dari 25 tahun dan di bawah
50 tahun, berdasarkan range usia guru yang terdapat dalam data hasil UKG tahun 2015); (4)
mewakili kategori kelulusan sertifikasi; (5) mewakili kualifiaksi akademik guru yang berasal
dari pendidikan S1 dari prodi: biologi, fisika, kimia, non-pendidikan dan selain alumni
pendidikan/non pendidikan kimia, fisika dan biologi; dan (6) mewakili masa kerja dari nol
tahun sampai di atas 20 tahun.
Tabel 1. Skala Likert dari Kategori Jawaban Angket Penilaian Diri untuk Penguasaan
materi ajar
Skala
Tingkat Penguasaan
Tanggapan
1
Tidak mengerti
2
Mengerti tetapi tidak dapat
menjelaskan dengan rinci
3
Memahami dan mampu
menjelaskan dengan rinci
pada Siswa
4
Memahami, mampu
menjelaskan dan
menghubungkan dengan
materi lainnya
5
Sangat menguasai dan
mampu menjelaskan
kepada guru lainnya
Keseluruhan dari Kompetensi Dasar yang ada di IPA SMP yang menurut pengakuan
guru masih belum dimengerti kalua diurutkan dari kelas VII sampai dengan kelas IX
berdasarkan jumlah persentase terbesar ke yang terkecil dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2: Urutan materi tersulit (yang belum dimengerti) oleh guru dari kelas VII sampai
dengan kelas IX.
No
Standar
Kompetensi
1 1 Mengidentifi-kasi
struktur dan
fungsi jaringan
tumbuhan
2 2 Mendeskrip-sikan
proses perolehan
nutrisi dan
transformasi
energi pada
Kelas
Bidang
%
jumla
h guru
VIII
Bio
29
VIII
Bio
29
tumbuhan hijau
Mengidentifikasi
macam-macam
gerak pada
tumbuhan
4 4 Mengidentifikasi
hama dan
penyakit pada
organ tumbuhan
yang dijumpai
dalam kehidupan
sehari-hari
5 1 Mendeskripsikan
sistem ekskresi
pada manusia
dan
hubungannya
dengan
kesehatan
6 2 Mendeskripsikan
sistem
reproduksi dan
penyakit yang
berhubungan
dengan sistem
reproduksi pada
manusia
7 3 Mendeskripsikan
prinsip kerja
elemen dan arus
listrik yang
ditimbulkannya
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
8 1 Menyelidiki gejala
kemagnetan dan
cara membuat
magnet
9 3 Menerapkan
konsep induksi
elektromagnetik
untuk
menjelaskan
prinsip kerja
beberapa alat
yang
memanfaatkan
prinsip induksi
elektromagnetik
10 3: Melakukan
percobaan yang
berkaitan dengan
pemuaian dalam
kehidupan
3
VIII
Bio
29
VIII
Bio
29
IX
Bio
29
IX
Bio
29
IX
Fis
29
IX
Fis
29
IX
Fis
29
VII
Fis
21
sehari-hari.
Menyimpulkan
perubahan fisika
dan
kimia
berdasarkan
hasil percobaan
sederhana
12 4: Mengidentifikasi
terjadinya reaksi
kimia melalui
percobaan
sederhana
13 1: Melaksanakan
pengamatan
objek secara
terencana dan
sistematis untuk
memperoleh
informasi gejala
alam biotik dan
abiotik.
14 3:
Menggunakan
mikroskop dan
peralatan
pendukung
lainnya
untuk
mengamati
gejala-gejala
kehidupan.
15 3: Mendeskripsikan
keragaman pada
sistem organisasi
kehidupan mulai
dari tingkat sel
sampai
organisme
16 1: Menentukan
ekosistem dan
saling hubungan
antara komponen
ekosistem
17 1 Menganalisis
pentingnya
pertumbuhan
dan perkembangan pada
makhluk hidup
18 4 Mendeskripsikan sistem
pencernaan pada
manusia dan dan
hubungan-nya
dengan
kesehatan
19 5 Mendeskripsikan
sistem
11 3:
VII
Kim
21
VII
Kim
21
VII
Bio
21
VII
Bio
21
VII
Bio
21
VII
Bio
21
VIII
Bio
21
VIII
Bio
21
VIII
Bio
21
20 6
21 3
22 3
23 1
24 2
25 3
26 4
26 2
pernapasan pada
manusia dan
hubungannya
dengan
kesehatan.
Mendeskripsikan
sistem peredaran
darah pada
manusia dan
hubungannya
dengan
kesehatan
Menyelidiki sifatsifat cahaya dan
hubungannya
dengan berbagai
bentuk cermin
dan lensa
Mendeskripsikan
sistem
koordinasi dan
alat indera pada
manusia dan
hubungannya
dengan
kesehatan
Mengidentifikasi
kelangsungan
hidup makhluk
hidup melalui
adaptasi, seleski
alam, dan
perkembangbiak
an
Mendeskripsikan
konsep
pewarisan sifat
pada makhluk
hidup
Mendeskripsikan
proses pewarisan
dan hasil
pewarisan sifat
dan
penerapannya.
Mendeskripsikan
penerapan
bioteknologi
dalam
mendukung
kelangsungan
hidup manusia
melalui produksi
pangan
Menganalisis
percobaan listrik
VIII
Bio
21
VIII
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Fis
21
dinamis dalam
suatu rangkaian
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
28 2 Mendeskripsikan
pemanfaatan
kemagnetan
dalam produk
teknologi
29 1 Mendeskripsikan
karakteristik
sistem tata surya
30 3 Mendeskripsikan
gerak edar bumi,
bulan, dan satelit
buatan serta
pengaruh
interaksinya
31 4 Mendeskripsikan
proses-proses
khusus yang
terjadi di lapisan
lithosfer dan
atmosfer yang
terkait dengan
perubahan zat
dan kalor
32 5 Menjelaskan
hubungan
antarar proses
yang terjadi di
lapisan lithosfer
dan atmosfer
dengan
kesehatan dan
permasalahan
lingkungan
33 1.
Mengelompokkan sifat larutan
asam,
larutan
basa, dan larutan
garam
melalui
alat dan indikator yang tepat
34 1. Membandingkan
sifat fisika dan
sifat kimia zat
35 2.Mengklasifikasikan makhluk
hidup berdasarkan ciri- ciri
yang dimiliki
36 2. Mengidentifikasi
pentingnya
IX
Fis
21
IX
Fis
21
IX
Fis
21
IX
Fis
21
IX
Bio
21
VII
Kim
14
VII
Kim
14
VII
Bio
14
VII
Bio
14
keanekaragaman mahluk
hidup
dalam
pelestarian
ekosistem
37 3. Mengidentifikasi
pentingnya
keanekaragaman mahluk
hidup
dalam
pelestarian
ekosistem
38 2 Mendeskripsikan
tahapan
perkembangan
manusia
39 3 Mendeskripsikan
sistem gerak
pada manusia
dan
hubungannya
dengan
kesehatan
40 1 Menjelaskan
konsep atom,
ion, dan molekul
41 4 Mendeskripsikan
alat-alat optik
dan
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
42 4 Mendeskripsikan
hubungan energi
dan daya listrik
serta
pemanfaatannya
dalam kehidupan
sehari-hari
43 .1 Membandingkan
sifat fisika dan
sifat kimia zat
44 2 Menganalisis data
percobaan gerak
lurus beraturan
dan gerak lurus
berubah
beraturan serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
45 4 Menerapkan
keselamatan
kerja dalam
melakukan
pengamatan
VII
Bio
14
VIII
Bio
14
VIII
Bio
14
VIII
Kim
14
VIII
Fis
14
IX
Fis
14
VII
Kim
7
VII
Fis
7
VII
IPA
umum
7
46
47
48
49
50
51
52
53
54
gejala-gejala
alam
4 Melakukan
percobaan
tentang pesawat
sederhana dan
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
5 Menyelidiki
tekanan pada
benda padat,
cair, dan gas
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
1 Mendeskripsikan
konsep getaran
dan gelombang
serta parameterparameternya
2 Mendeskripsikan
konsep bunyi
dalam kehidupan
sehari-hari
5 Menghindarkan
diri dari
pengaruh zat
adiktif dan
psikotropika
2 Menerapkan
hukum Newton
untuk
menjelaskan
berbagai
peristiwa dalam
kehidupan
sehari-hari
3 Menjelaskan
hubungan bentuk
energi dan
perubahannya,
prinsip “usaha
dan energi” serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
4 Melakukan
percobaan
tentang pesawat
sederhana dan
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
5 Menyelidiki
VII
Fis
7
VII
Fis
7
VII
Fis
7
VII
Fis
7
VIII
Kim
7
VIII
Fis
7
VIII
Fis
7
VIII
Fis
7
VIII
Fis
7
55 1
56 2
57 1
58 2
tekanan pada
benda padat,
cair, dan gas
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
Mendeskripsikan
konsep getaran
dan gelombang
serta parameterparameter nya
Mendeskripsikan
konsep bunyi
dalam kehidupan
sehari-hari
Mendeskripsikan
muatan listrik
untuk
memahami
gejala-gejala
listrik statis serta
kaitannya dalam
kehidupan
sehari-hari
Mendeskripsikan
matahari sebagai
bintang dan
bumi sebagai
salah satu planet.
VIII
Fis
7
VIII
Fis
7
IX
Fis
7
IX
Fis
7
Hasil wawancara dengan responden juga menunjukkan bahwa guru-guru IPA di
Aceh Besar tidak memahami materi IPA secara keseluruhan. Contohnya guru yang
berijazah sarjana pendidikan biologi tidak menguasai materi fisika dan kimia, sedangkan
guru yang berijazah Fisika tidak menguasai biologi dan kimia. Dengan kata lain ilmu yang
mereka kuasai masih sepotong-potong dan belum lengkap sebagai guru IPA. Namun
demikian mereka sedang berusaha untuk belajar lebih giat lagi untuk mempelajari IPA
secara keseluruhan. Dampak dari penguasan materi IPA ini juga terlihat dari hasil tes UKG
yang diikutinya yang hasilnya kurang memuaskan.
Para guru mengakui malu dengan hasil UKG yang mereka dapatkan. Sebelum
mereka mengetahui hasil UKG mereka sudah memperkirakan hasil UKG nya tidak
memuaskan. Mereka berharap kalau akan dilakukan kembali UKG pada tahun yang akan
datang, harap mempertimbangkan waktu, jangan berdekatan dengan waktu ujian siswa.
Karena para guru harus mengkoreksi hasil ujian siswa pada waktu yang bersamaan juga
mereka harus mempersiapkan diri untuk mengikuti UKG.
Dalam Fokus Group Diskusi (FGD), ketika ditanyakan bentuk pembinaan
kemampuan guru seperti apa yang mereka inginkan ke depan. Sebagian besar guru
menyatakan, yang mereka inginkan adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka,
bukan pelatihan rutin yang materinya selalu sama bahkan sering juga guru yang dikirim dari
sekolah untuk mengikuti pelatihan adalah orang-orang yang sama juga. Mereka
menginginkan pembinaan bagi mereka melalui kegiatan pendampingan, dimana fasilitator
secara terjadwal datang ke sekolah untuk membantu mengatasi, membimbing, mencarikan
ajalan keluar terhadap masalah yang terjadi di sekolah bersama pendamping mereka. jadi
polanya adalah pola pendampingan. Meskipun sekarang ada pengawas yang selalu rutin
datang ke seokalh, tapi peran pengawas belum maksimal, menurut guru, pengawas ya
mengawasi bukan mendampingi mereka untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi guru
di lapangan. Kesannya pengawas hanya “mengawasi” sudah benar atau tidak guru itu
bekerja, sehingga posisi pengawas lebih superior dan posisi guru “inferior” adanya gap ini
membuat mereka menjadi terbatas untuk terbuka mengungkapkan masalah mereka kepada
pengawas. Harapan sebagian besar guru adalah mereka memiliki dosen pendamping yang
bisa bersama mereka terlibat menyelesaikan masalah-masalah/kendala-kendala yang
dihadapi mereka di lapangan. Jadi ke depan menurut guru mereka lebih menginginkan
adanya pendampingan ke sekolah secara rutin. pendampingan dapat membantu banyak guru
di lapangan, jadi bentuk-bentuk pelatihan yang hanya bisa menampung peserta dalam jumlah
yang terbatas lebih baik dikurangi.
Pengakuan bahwa guru malu dengan hasil yang mereka peroleh, tentu akan berusaha
untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Ini juga sesuai
dengan apa yang diperoleh pada FGD, mereka sekarang berjanji pada diri sendiri untuk
masa-masa yang akan datang akan berusaha untuk lebih serius meningkatkan kompetensi
diri secara individu. Masih menurut pengakuan guru, mereke jarang membeli buku-buku
yang berkaitan dengan pengembangan diri baik pengembangan profesional maupun
pengembangan paedagogik. Ketika ditanyakan berapa bulan sekali membeli buku, hampir
semuanya menyatatakan jarang sekali membeli buku dan jarang juga mengakses informasi
baru yang up to date melalui internet. Hanya seperempat dari guru yang bisa menggunakan
komputer dan memanfaatkan layanan internet, itupun guru-guru muda yang berusia di bawah
35 tahun.
Harapan dan saran mereka: adanya pelatihan untuk materi IPA secara keseluruhan
secara kontinu bukan hanya sekali pelatihan atau sebulan saja. Ada 14,3% dari 14 orang
responden yang merasa puas dengan hasil UKG yang mereka peroleh. Sedangkan 85,7%
tidak puas dengan apa yang mereka peroleh dari hasil tes UKG.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data melalui angket dan FGD diikuti wawancara dengan
guru-guru, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan seperti berikut:
(1) Guru IPA SMP tidak mampu menguasai seluruhnya kompetensi dasar karena background
pendidikannya bukan dari IPA melainkan dari Fisika, Biologi dan Kimia, untuk mengajar
materi IPA terpadu biasanya guru bertukar jam dengan teman yang bidangnya sesuai dengan
topik yang diajarkan.
(2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi profesional guru mata
pelajaran IPA di SMP: (1) kurangnya dukungan maksimal dari kepala sekolah dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah; (2) mempersiapkan administrasi guru yang
begitu banyak, terutama untuk penilaian keterampilan dan penilaian sikap peserta didik; (3)
siswa sangat kurang memiliki minat dan motivasinya untuk belajar dan sangat susah
memotivasinya; (4) dukungan dari orang tua murid terhadap peningkatan motivasi belajar
anak juga relatif rendah; (5) Alat peraga pendukung belajar tidak difasilitasi oleh sekolah; (6)
pelaksanaan praktikum IPA relatif tidak berjalan, kegiatan praktikum dan persiapan kegiatan
praktikum tidak dipertimbangkan untuk beban kerja tambahan untuk pengajaran, sehingga
guru malas untuk melaksanakan praktikum.
-
SARAN-SARAN
Pelatihan/penataran perlu diadakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing guru. Sebelum
pelatihan dilakukan perlu adanya self assessment dari guru untuk mengetahui materi sulit
apa saja yang diperlukan oleh guru, sehingga pelatihan tidak dilakukan pendalaman materi
yang sama untuk semua guru. Setelah pelatihan dilakukan perlu dilakukan pendampingan ke
-
-
sekolah. Nara sumber pelatihan harus dapat menguasai materi dengan baik (profesional)
sesuai dengan kebutuhan peserta.
Para guru, mengharapkan untuk pembinaan dalam bentuk mentoring (pendampingan
langsung) oleh LPTK atau widyaiswara langsung di sekolah atau melalui KKG. Agar
permasalahan guru dapat dicarikan solusinya sesuai dengan kondisi lapangan.
Semua guru harus mahir menggunakan/ memanfaatkan ICT/Komputer, perlu dipikrikan ada
regulasi dari kemetrian menyangkut kompetensi memanfaatkan ICT untuk “tool” bagi guru
untuk mempermudah pelaksanaan tugas, pengembangan diri mengakses informasi,
mempersiapkan perangkat pembelajaran. Kemeterian perlu membuat target misalnya
pemberantasan buta komputer untuk guru, mungkin dengan pengecualian untuk guru-guru
yang dalam dua tahun lagi akan pensiun.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21.
Jakarta:BSNP
Friedman, T.L., (2005). The Worl is Flat-Sejarah Ringkas Abad 21. Bandung: Dian Rakyat.
Salamiah T.I (2004). Kemampuan Penerapan Hasil Pelatihan Oleh Guru-guru Fisika Pada SLTP
Negeri Kota Banda Aceh, (Tesis). Banda Aceh: Program PascaSarjana Manajemen
Pendidikan Unsyiah).
Silalahi, U., (2010). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama.
Sulastri dkk, 2015:4) Pemetaan Kompetensi Guru IPA dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Berdasarkan Hasil UKG tahun 2015 (studi kasus di Kabupaten Aceh Besar). Banda Aceh:
FKIP Unsyiah.
Suparwoto, Zuhdan K. P., Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso, (2011). Evaluasi Kinerja
Guru IPA Pascasertifikasi, Jurnal Kependidikan, Volume 41, Nomor 1, Halaman 54 - 68
Susilawati,
E.,
Sistem
Pembinaan
Profesional
Guru
IPA,
Diakses
pada:
www.p4tkipa.org/banner/artikel/eneng.pdf, 6 desember 2015.
Laporan Kerja SEDIA-AusAID (2013). PTD Piloting and District Strategi, Pemerintah Daerah
Aceh.
http://www.menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/permenpan-rb/file/277-permenpan-2009-no-016
PROFESIONALNYA DI KABUPATEN ACEH BESAR
Oleh:
Nurulwati dan Elisa Kasli
e-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kompetensi profesional yang sudah
dan belum dikuasai oleh guru dalam menguasai kompetensi dasar pada kelas VII, VII dan IX
yang mengacu pada kurikulum KTSP dan kurikulum 2013; (2) mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi guru, baik yang bersumber dari faktor internal
(bersumber dari guru itu sendiri) maupun faktor luar (eksternal) termasuk daya dukung
lingkungan. Subjek dalam penelitian adalah guru IPA SMP sebanyak 14 orang guru yang
bertugas dalam wilayah kerja Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Instrumen penelitian
yang digunakan angket dan daftar wawancara. Kajian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari guru IPA yang ditetapkan secara purposif yang
menjadi subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Guru IPA SMP tidak
mampu menguasai seluruhnya kompetensi dasar karena background pendidikannya bukan
dari IPA melainkan dari Fisika, Biologi dan Kimia, untuk mengajar materi IPA terpadu
biasanya guru bertukar jam dengan teman yang bidangnya sesuai dengan topik yang
diajarkan (2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi profesional
guru mata pelajaran IPA di SMP: (1) kurangnya dukungan maksimal dari kepala sekolah
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah; (2) mempersiapkan administrasi
guru yang begitu banyak, terutama untuk penilaian keterampilan dan penilaian sikap peserta
didik; (3) siswa sangat kurang memiliki minat dan motivasinya untuk belajar dan sangat
susah memotivasinya; (4) dukungan dari orang tua murid terhadap peningkatan motivasi
belajar anak juga relatif rendah; (5) Alat peraga pendukung belajar tidak difasilitasi oleh
sekolah; (6) pelaksanaan praktikum IPA relatif tidak berjalan, kegiatan praktikum dan
persiapan kegiatan praktikum tidak dipertimbangkan untuk beban kerja tambahan untuk
pengajaran, sehingga guru malas untuk melaksanakan praktikum.
Kata Kunci: Persepsi guru dan Kompetensi Profesional.
PENDAHULUAN
Tugas pokok dan fungsi guru di sekolah antara lain sebagai pendidik profesional,
pengajar, dan pengelola pembelajaran. Sebagai pendidik profesional, guru seharusnya selalu
berupaya untuk mengembangkan potensi dan kepribadian peserta didik lewat keterampilan
kerja yang dimilikinya. Ucapan, tingkah laku, dan teladan guru selalu diimbaskan kepada
siswa-siswanya (Sulastri dkk, 2015:4). Peran dan tugas sebagai pengajar adalah
merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran. Sebagai pelatih dan pembimbing,
guru berperan dalam hal memotivasi, mendorong, dan melibatkan peserta didik dalam
aktivitas belajarnya sehingga dapat menghasilkan perilaku positif dengan beragam
keterampilan pada peserta didik.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan yang
sangat pesat, guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membawa anak
didiknya menjadi lulusan yang berkualitas tinggi. Peningkatan kemampuan profesionalitas
guru perlu dilakukan secara kontinu (Salamiah T.I 2004:1).
Dari sejumlah mata pelajaran yang ada pada jenjang pendidikan pada satuan
pendidikan di Indonesia. Pencapaian kompetensi IPA SMP adalah hal yang menarik untuk
dicermati. Penguasaan materi IPA SMP menentukan untuk kesuksesan pembelajaran mata
pelajaran kimia, fisika dan biologi siswa pada jenjang yang lebih tinggi di Sekolah
Menengah Atas bahkan di perguruan tinggi. Kemajuan suatu negara dapat di tandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Siswa sedini mungkin perlu diperkenalkan
dengan sain, agar siswa-siswa melek sains. Guru-guru perlu mengajarkan dan
membelajarkan siswa dengan pengetahuan sains yang dapat memacu kemampuan berpikir
kritis pada anak. Untuk itu tentu saja diperlukan guru-guru yang menguasai bidang ilmu
sains yang memadai, terampil mengajarkan sains dengan ilmu didaktif metodik yang handal.
Kunci sukses siswa dalam menguasai sains terletak pada kemampuan guru sains.
Kondisi perolehan hasil TIMMS IPA SMP, menunjukkan kemampuan sains siswasiswa Indonesia dibandingkan dengan penguasan sains siswa-siswa di beberapa negara
lainnya dapat dilihat pada gambar 1. Lebih dari 95% siswa sekolah menengah pertama
Indonesia hanya mampu menguasai materi IPA pada level menengah, sementara hampir
40% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance. Data ini menggambarkan
bahwa yang dipelajari dalam materi IPA oleh siswa-siswa SMP di Indonesia berada pada
level yang rendah. Maknanya adalah ada masalah dalam pembelajaran IPA di SMP (Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014: Modul Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) .
Berdasarkan pengalaman peneliti pada kegiatan sertifikasi guru IPA SMP melalui
jalur pendidikan yang dilakukan oleh LPTK FKIP Universitas Syiah Kuala pada tahun 2009
dan tahun 2010. Guru-guru yang mengajarkan IPA di SMP umumnya berasal dari sarjana
pendidikan biologi atau fisika, hampir tidak ada guru IPA SMP yang berasal dari sarjana
pendidikan kimia. Guru yang latar belakang pendidikan fisika, ketika mengajarkan IPA SMP
menghadapi kesulitan alam membelajarkan konsep biologi kepada siswa, guru yang latar
belakang pendidikan biologi mengalami kesulitan dalam membelajarkan konsep fisika
kepada siswa, dan guru-guru yang latar belakang pendidikan fisika dan biologi mengalami
kesulitan dalam membelajarkan konsep kimia kepada siswa. Ini dijumpai pada dua angkatan
pelaksanaan sertifikasi melalui jalur pendidikan. Masalah yang sama juga selalu dijumpai
peneliti pada kegiatan sertifikasi guru melalui jalur PPG dan pada semua kegiatan pelatihan
bagi guru-guru IPA SMP. Bahkan menurut pengakuan guru mereka sering melalui begitu
saja konsep kimia pada materi IPA SMP dengan penugasan tugas baca pada siswa. Kondisi
ini tentu mempunyai andil dalam perolehan hasil TIMMS di atas.
Berdasarkan publikasi hasil laporan program kegiatan SEDIA di wilayah Provinsi
Aceh pada tahun 2013, sebagai mana dipublikasikan oleh Pemerintah Aceh. Aceh saat ini
memiliki jumlah guru IPA SMP yang mencukupi dari segi kuantitas, bahkan pada beberapa
daerah, guru IPA SMP sudah berada di atas rasio rata-rata guru IPA secara nasional
(tkppa.acehprov.go.id/.../SEDIA_PTD_Piloting_and_D...). Tetapi dari segi kualitas belum
memperoleh hasil yang menggembirakan. Ini bisa dilihat dari perolehan hasil nilai UN
siswa. Posisi Aceh secara nasional masih berada pada peringkat yang tidak
menggembirakan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas menunjukkan
perlu adanya kajian untuk mengetahui persepsi guru IPA SMP kompetensi profesional di
Kabupaten Aceh Besar. Untuk penelitian ini dilakukan secara reperesentatif pada guru IPA
SMP di Kabupaten Aceh Besar.
Beranjak dari uraian di atas maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah:
”Bagaimanakah persepsi guru IPA SMP terhadap kompetensi profesionalnya di Kabupaten
Aceh Besar serta faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kompetensi mereka?”
Hasil yang ditargetkan dihasilkan dari kajian ini adalah untuk : (1) mengetahui
kompetensi profesional yang sudah dan belum dikuasai oleh guru. Kompetensi profesional
yang akan diungkapkan adalah bagaimana kemampuan profesional guru IPA SMP dalam
menguasai kompetensi dasar pada kelas VII, VII dan IX yang mengacu pada kurikulum KTSP
dan kurikulum 2013; (2) display data kualitatif tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pencapaian kompetensi guru, baik yang bersumber dari faktor internal (bersumber
dari guru itu sendiri) maupun faktor luar (eksternal) termasuk daya dukung lingkungan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Menyumbangkan dokumen terkini tentang kondisi kemampuan guru IPA SMP Kabupaten
Aceh Besar dalam menguasai kompetensi profesional pada mata pelajaran IPA.
2. Memberi bahan masukan dalam pembuatan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan
upaya peningkatan kualitas guru IPA SMP di Kabupaten Aceh Besar agar lebih tepat
sasaran.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Secara konseptual, penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara
cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang dikaji. Penelitian deskriptif bisa
digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (tidak berhipotesis) dan
menguji hipotesis (berhipotesis) (Silalahi, 2010).
Dalam penelitian ini akan
mendeskripsikan persepsi guru IPA SMP terhadap kompetensi profesionalnya dan secara
kualitatif akan akan dipelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian
kompetensi guru saat ini. Diharapkan kajian ini dapat mengungkapkan faktor yang
berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi guru dan mengungkapkan masalah yang
menjadi kendala guru untuk menjadi guru yang profesional.
Objek penelitian adalah semua guru IPA SMP yang berada pada wilayah kerja
Kabupaten Aceh Besar. Subjek penelitian adalah Guru IPA SMP Kabupaten Aceh Besar
sebanyak 14 orang, Data utama adalah kompetensi profesional yang sudah dan belum
dikuasai guru dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi guru.
Untuk triangulasi data yang diperoleh, peneliti akan melakukan interview kepada beberapa
perwakilan guru yang mengawili berdasarkan temuan yang diperoleh. Kajian interview
mendalam akan dilakukan pada perwakilan guru yang mewakili permasalahan yang
diidentifikasi. Instrumen penelitian yang dipergunakan lembar interview dan angket. Hasil
penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif secara persentase.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui materi sulit yang dihadapi guru IPA SMP di Kabupaten Aceh
Besar. Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan Instrument Self Assessment
dengan 5 kategori skala Likert. Instrument ini dipersiapkan khusus untuk mendapatkan
informasi dari guru. Instrument berbentuk penilaian diri guru. Setelah dikembangkan
instrument ini, dilakukan uji keterbacaan yang melibatkan empat pakar dalam bidang IPA
(dari bidang kimia, fisika dan biologi). Setelah melalui beberapa kali revisi, akhirnya
instrument self assessment diedarkan kepada guru. Sebanyak 14 orang guru IPA SMP di
kabupaten Aceh Besar dipilih untuk menjadi responden. Pemilihan sampel ini ditetapkan
bertujuan untuk memperoleh data dari guru IPa SMP Se-Kabupaten Aceh Besar yang
memiliki kriteria keterwakilan guru-guru IPA. Guru-guru yang dipilih mewakili guru IPA
dari unsur guru: (1) mewakili gender laki-laki dan perempuan; (2) mewakili golongan III dan
IV; (3) mewakili dari segi usia (rentang usia guru berusia lebih dari 25 tahun dan di bawah
50 tahun, berdasarkan range usia guru yang terdapat dalam data hasil UKG tahun 2015); (4)
mewakili kategori kelulusan sertifikasi; (5) mewakili kualifiaksi akademik guru yang berasal
dari pendidikan S1 dari prodi: biologi, fisika, kimia, non-pendidikan dan selain alumni
pendidikan/non pendidikan kimia, fisika dan biologi; dan (6) mewakili masa kerja dari nol
tahun sampai di atas 20 tahun.
Tabel 1. Skala Likert dari Kategori Jawaban Angket Penilaian Diri untuk Penguasaan
materi ajar
Skala
Tingkat Penguasaan
Tanggapan
1
Tidak mengerti
2
Mengerti tetapi tidak dapat
menjelaskan dengan rinci
3
Memahami dan mampu
menjelaskan dengan rinci
pada Siswa
4
Memahami, mampu
menjelaskan dan
menghubungkan dengan
materi lainnya
5
Sangat menguasai dan
mampu menjelaskan
kepada guru lainnya
Keseluruhan dari Kompetensi Dasar yang ada di IPA SMP yang menurut pengakuan
guru masih belum dimengerti kalua diurutkan dari kelas VII sampai dengan kelas IX
berdasarkan jumlah persentase terbesar ke yang terkecil dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2: Urutan materi tersulit (yang belum dimengerti) oleh guru dari kelas VII sampai
dengan kelas IX.
No
Standar
Kompetensi
1 1 Mengidentifi-kasi
struktur dan
fungsi jaringan
tumbuhan
2 2 Mendeskrip-sikan
proses perolehan
nutrisi dan
transformasi
energi pada
Kelas
Bidang
%
jumla
h guru
VIII
Bio
29
VIII
Bio
29
tumbuhan hijau
Mengidentifikasi
macam-macam
gerak pada
tumbuhan
4 4 Mengidentifikasi
hama dan
penyakit pada
organ tumbuhan
yang dijumpai
dalam kehidupan
sehari-hari
5 1 Mendeskripsikan
sistem ekskresi
pada manusia
dan
hubungannya
dengan
kesehatan
6 2 Mendeskripsikan
sistem
reproduksi dan
penyakit yang
berhubungan
dengan sistem
reproduksi pada
manusia
7 3 Mendeskripsikan
prinsip kerja
elemen dan arus
listrik yang
ditimbulkannya
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
8 1 Menyelidiki gejala
kemagnetan dan
cara membuat
magnet
9 3 Menerapkan
konsep induksi
elektromagnetik
untuk
menjelaskan
prinsip kerja
beberapa alat
yang
memanfaatkan
prinsip induksi
elektromagnetik
10 3: Melakukan
percobaan yang
berkaitan dengan
pemuaian dalam
kehidupan
3
VIII
Bio
29
VIII
Bio
29
IX
Bio
29
IX
Bio
29
IX
Fis
29
IX
Fis
29
IX
Fis
29
VII
Fis
21
sehari-hari.
Menyimpulkan
perubahan fisika
dan
kimia
berdasarkan
hasil percobaan
sederhana
12 4: Mengidentifikasi
terjadinya reaksi
kimia melalui
percobaan
sederhana
13 1: Melaksanakan
pengamatan
objek secara
terencana dan
sistematis untuk
memperoleh
informasi gejala
alam biotik dan
abiotik.
14 3:
Menggunakan
mikroskop dan
peralatan
pendukung
lainnya
untuk
mengamati
gejala-gejala
kehidupan.
15 3: Mendeskripsikan
keragaman pada
sistem organisasi
kehidupan mulai
dari tingkat sel
sampai
organisme
16 1: Menentukan
ekosistem dan
saling hubungan
antara komponen
ekosistem
17 1 Menganalisis
pentingnya
pertumbuhan
dan perkembangan pada
makhluk hidup
18 4 Mendeskripsikan sistem
pencernaan pada
manusia dan dan
hubungan-nya
dengan
kesehatan
19 5 Mendeskripsikan
sistem
11 3:
VII
Kim
21
VII
Kim
21
VII
Bio
21
VII
Bio
21
VII
Bio
21
VII
Bio
21
VIII
Bio
21
VIII
Bio
21
VIII
Bio
21
20 6
21 3
22 3
23 1
24 2
25 3
26 4
26 2
pernapasan pada
manusia dan
hubungannya
dengan
kesehatan.
Mendeskripsikan
sistem peredaran
darah pada
manusia dan
hubungannya
dengan
kesehatan
Menyelidiki sifatsifat cahaya dan
hubungannya
dengan berbagai
bentuk cermin
dan lensa
Mendeskripsikan
sistem
koordinasi dan
alat indera pada
manusia dan
hubungannya
dengan
kesehatan
Mengidentifikasi
kelangsungan
hidup makhluk
hidup melalui
adaptasi, seleski
alam, dan
perkembangbiak
an
Mendeskripsikan
konsep
pewarisan sifat
pada makhluk
hidup
Mendeskripsikan
proses pewarisan
dan hasil
pewarisan sifat
dan
penerapannya.
Mendeskripsikan
penerapan
bioteknologi
dalam
mendukung
kelangsungan
hidup manusia
melalui produksi
pangan
Menganalisis
percobaan listrik
VIII
Bio
21
VIII
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Bio
21
IX
Fis
21
dinamis dalam
suatu rangkaian
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
28 2 Mendeskripsikan
pemanfaatan
kemagnetan
dalam produk
teknologi
29 1 Mendeskripsikan
karakteristik
sistem tata surya
30 3 Mendeskripsikan
gerak edar bumi,
bulan, dan satelit
buatan serta
pengaruh
interaksinya
31 4 Mendeskripsikan
proses-proses
khusus yang
terjadi di lapisan
lithosfer dan
atmosfer yang
terkait dengan
perubahan zat
dan kalor
32 5 Menjelaskan
hubungan
antarar proses
yang terjadi di
lapisan lithosfer
dan atmosfer
dengan
kesehatan dan
permasalahan
lingkungan
33 1.
Mengelompokkan sifat larutan
asam,
larutan
basa, dan larutan
garam
melalui
alat dan indikator yang tepat
34 1. Membandingkan
sifat fisika dan
sifat kimia zat
35 2.Mengklasifikasikan makhluk
hidup berdasarkan ciri- ciri
yang dimiliki
36 2. Mengidentifikasi
pentingnya
IX
Fis
21
IX
Fis
21
IX
Fis
21
IX
Fis
21
IX
Bio
21
VII
Kim
14
VII
Kim
14
VII
Bio
14
VII
Bio
14
keanekaragaman mahluk
hidup
dalam
pelestarian
ekosistem
37 3. Mengidentifikasi
pentingnya
keanekaragaman mahluk
hidup
dalam
pelestarian
ekosistem
38 2 Mendeskripsikan
tahapan
perkembangan
manusia
39 3 Mendeskripsikan
sistem gerak
pada manusia
dan
hubungannya
dengan
kesehatan
40 1 Menjelaskan
konsep atom,
ion, dan molekul
41 4 Mendeskripsikan
alat-alat optik
dan
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
42 4 Mendeskripsikan
hubungan energi
dan daya listrik
serta
pemanfaatannya
dalam kehidupan
sehari-hari
43 .1 Membandingkan
sifat fisika dan
sifat kimia zat
44 2 Menganalisis data
percobaan gerak
lurus beraturan
dan gerak lurus
berubah
beraturan serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
45 4 Menerapkan
keselamatan
kerja dalam
melakukan
pengamatan
VII
Bio
14
VIII
Bio
14
VIII
Bio
14
VIII
Kim
14
VIII
Fis
14
IX
Fis
14
VII
Kim
7
VII
Fis
7
VII
IPA
umum
7
46
47
48
49
50
51
52
53
54
gejala-gejala
alam
4 Melakukan
percobaan
tentang pesawat
sederhana dan
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
5 Menyelidiki
tekanan pada
benda padat,
cair, dan gas
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
1 Mendeskripsikan
konsep getaran
dan gelombang
serta parameterparameternya
2 Mendeskripsikan
konsep bunyi
dalam kehidupan
sehari-hari
5 Menghindarkan
diri dari
pengaruh zat
adiktif dan
psikotropika
2 Menerapkan
hukum Newton
untuk
menjelaskan
berbagai
peristiwa dalam
kehidupan
sehari-hari
3 Menjelaskan
hubungan bentuk
energi dan
perubahannya,
prinsip “usaha
dan energi” serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
4 Melakukan
percobaan
tentang pesawat
sederhana dan
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
5 Menyelidiki
VII
Fis
7
VII
Fis
7
VII
Fis
7
VII
Fis
7
VIII
Kim
7
VIII
Fis
7
VIII
Fis
7
VIII
Fis
7
VIII
Fis
7
55 1
56 2
57 1
58 2
tekanan pada
benda padat,
cair, dan gas
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
Mendeskripsikan
konsep getaran
dan gelombang
serta parameterparameter nya
Mendeskripsikan
konsep bunyi
dalam kehidupan
sehari-hari
Mendeskripsikan
muatan listrik
untuk
memahami
gejala-gejala
listrik statis serta
kaitannya dalam
kehidupan
sehari-hari
Mendeskripsikan
matahari sebagai
bintang dan
bumi sebagai
salah satu planet.
VIII
Fis
7
VIII
Fis
7
IX
Fis
7
IX
Fis
7
Hasil wawancara dengan responden juga menunjukkan bahwa guru-guru IPA di
Aceh Besar tidak memahami materi IPA secara keseluruhan. Contohnya guru yang
berijazah sarjana pendidikan biologi tidak menguasai materi fisika dan kimia, sedangkan
guru yang berijazah Fisika tidak menguasai biologi dan kimia. Dengan kata lain ilmu yang
mereka kuasai masih sepotong-potong dan belum lengkap sebagai guru IPA. Namun
demikian mereka sedang berusaha untuk belajar lebih giat lagi untuk mempelajari IPA
secara keseluruhan. Dampak dari penguasan materi IPA ini juga terlihat dari hasil tes UKG
yang diikutinya yang hasilnya kurang memuaskan.
Para guru mengakui malu dengan hasil UKG yang mereka dapatkan. Sebelum
mereka mengetahui hasil UKG mereka sudah memperkirakan hasil UKG nya tidak
memuaskan. Mereka berharap kalau akan dilakukan kembali UKG pada tahun yang akan
datang, harap mempertimbangkan waktu, jangan berdekatan dengan waktu ujian siswa.
Karena para guru harus mengkoreksi hasil ujian siswa pada waktu yang bersamaan juga
mereka harus mempersiapkan diri untuk mengikuti UKG.
Dalam Fokus Group Diskusi (FGD), ketika ditanyakan bentuk pembinaan
kemampuan guru seperti apa yang mereka inginkan ke depan. Sebagian besar guru
menyatakan, yang mereka inginkan adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka,
bukan pelatihan rutin yang materinya selalu sama bahkan sering juga guru yang dikirim dari
sekolah untuk mengikuti pelatihan adalah orang-orang yang sama juga. Mereka
menginginkan pembinaan bagi mereka melalui kegiatan pendampingan, dimana fasilitator
secara terjadwal datang ke sekolah untuk membantu mengatasi, membimbing, mencarikan
ajalan keluar terhadap masalah yang terjadi di sekolah bersama pendamping mereka. jadi
polanya adalah pola pendampingan. Meskipun sekarang ada pengawas yang selalu rutin
datang ke seokalh, tapi peran pengawas belum maksimal, menurut guru, pengawas ya
mengawasi bukan mendampingi mereka untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi guru
di lapangan. Kesannya pengawas hanya “mengawasi” sudah benar atau tidak guru itu
bekerja, sehingga posisi pengawas lebih superior dan posisi guru “inferior” adanya gap ini
membuat mereka menjadi terbatas untuk terbuka mengungkapkan masalah mereka kepada
pengawas. Harapan sebagian besar guru adalah mereka memiliki dosen pendamping yang
bisa bersama mereka terlibat menyelesaikan masalah-masalah/kendala-kendala yang
dihadapi mereka di lapangan. Jadi ke depan menurut guru mereka lebih menginginkan
adanya pendampingan ke sekolah secara rutin. pendampingan dapat membantu banyak guru
di lapangan, jadi bentuk-bentuk pelatihan yang hanya bisa menampung peserta dalam jumlah
yang terbatas lebih baik dikurangi.
Pengakuan bahwa guru malu dengan hasil yang mereka peroleh, tentu akan berusaha
untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Ini juga sesuai
dengan apa yang diperoleh pada FGD, mereka sekarang berjanji pada diri sendiri untuk
masa-masa yang akan datang akan berusaha untuk lebih serius meningkatkan kompetensi
diri secara individu. Masih menurut pengakuan guru, mereke jarang membeli buku-buku
yang berkaitan dengan pengembangan diri baik pengembangan profesional maupun
pengembangan paedagogik. Ketika ditanyakan berapa bulan sekali membeli buku, hampir
semuanya menyatatakan jarang sekali membeli buku dan jarang juga mengakses informasi
baru yang up to date melalui internet. Hanya seperempat dari guru yang bisa menggunakan
komputer dan memanfaatkan layanan internet, itupun guru-guru muda yang berusia di bawah
35 tahun.
Harapan dan saran mereka: adanya pelatihan untuk materi IPA secara keseluruhan
secara kontinu bukan hanya sekali pelatihan atau sebulan saja. Ada 14,3% dari 14 orang
responden yang merasa puas dengan hasil UKG yang mereka peroleh. Sedangkan 85,7%
tidak puas dengan apa yang mereka peroleh dari hasil tes UKG.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data melalui angket dan FGD diikuti wawancara dengan
guru-guru, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan seperti berikut:
(1) Guru IPA SMP tidak mampu menguasai seluruhnya kompetensi dasar karena background
pendidikannya bukan dari IPA melainkan dari Fisika, Biologi dan Kimia, untuk mengajar
materi IPA terpadu biasanya guru bertukar jam dengan teman yang bidangnya sesuai dengan
topik yang diajarkan.
(2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi profesional guru mata
pelajaran IPA di SMP: (1) kurangnya dukungan maksimal dari kepala sekolah dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah; (2) mempersiapkan administrasi guru yang
begitu banyak, terutama untuk penilaian keterampilan dan penilaian sikap peserta didik; (3)
siswa sangat kurang memiliki minat dan motivasinya untuk belajar dan sangat susah
memotivasinya; (4) dukungan dari orang tua murid terhadap peningkatan motivasi belajar
anak juga relatif rendah; (5) Alat peraga pendukung belajar tidak difasilitasi oleh sekolah; (6)
pelaksanaan praktikum IPA relatif tidak berjalan, kegiatan praktikum dan persiapan kegiatan
praktikum tidak dipertimbangkan untuk beban kerja tambahan untuk pengajaran, sehingga
guru malas untuk melaksanakan praktikum.
-
SARAN-SARAN
Pelatihan/penataran perlu diadakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing guru. Sebelum
pelatihan dilakukan perlu adanya self assessment dari guru untuk mengetahui materi sulit
apa saja yang diperlukan oleh guru, sehingga pelatihan tidak dilakukan pendalaman materi
yang sama untuk semua guru. Setelah pelatihan dilakukan perlu dilakukan pendampingan ke
-
-
sekolah. Nara sumber pelatihan harus dapat menguasai materi dengan baik (profesional)
sesuai dengan kebutuhan peserta.
Para guru, mengharapkan untuk pembinaan dalam bentuk mentoring (pendampingan
langsung) oleh LPTK atau widyaiswara langsung di sekolah atau melalui KKG. Agar
permasalahan guru dapat dicarikan solusinya sesuai dengan kondisi lapangan.
Semua guru harus mahir menggunakan/ memanfaatkan ICT/Komputer, perlu dipikrikan ada
regulasi dari kemetrian menyangkut kompetensi memanfaatkan ICT untuk “tool” bagi guru
untuk mempermudah pelaksanaan tugas, pengembangan diri mengakses informasi,
mempersiapkan perangkat pembelajaran. Kemeterian perlu membuat target misalnya
pemberantasan buta komputer untuk guru, mungkin dengan pengecualian untuk guru-guru
yang dalam dua tahun lagi akan pensiun.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21.
Jakarta:BSNP
Friedman, T.L., (2005). The Worl is Flat-Sejarah Ringkas Abad 21. Bandung: Dian Rakyat.
Salamiah T.I (2004). Kemampuan Penerapan Hasil Pelatihan Oleh Guru-guru Fisika Pada SLTP
Negeri Kota Banda Aceh, (Tesis). Banda Aceh: Program PascaSarjana Manajemen
Pendidikan Unsyiah).
Silalahi, U., (2010). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama.
Sulastri dkk, 2015:4) Pemetaan Kompetensi Guru IPA dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Berdasarkan Hasil UKG tahun 2015 (studi kasus di Kabupaten Aceh Besar). Banda Aceh:
FKIP Unsyiah.
Suparwoto, Zuhdan K. P., Mundilarto, Sukardjo, dan A K Projosantoso, (2011). Evaluasi Kinerja
Guru IPA Pascasertifikasi, Jurnal Kependidikan, Volume 41, Nomor 1, Halaman 54 - 68
Susilawati,
E.,
Sistem
Pembinaan
Profesional
Guru
IPA,
Diakses
pada:
www.p4tkipa.org/banner/artikel/eneng.pdf, 6 desember 2015.
Laporan Kerja SEDIA-AusAID (2013). PTD Piloting and District Strategi, Pemerintah Daerah
Aceh.
http://www.menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/permenpan-rb/file/277-permenpan-2009-no-016