PENGARUH PROFESIONALISME AKUNTAN PENDIDI. docx

PENGARUH PROFESIONALISME AKUNTAN PENDIDIK,
METODE PEMBELAJARAN, DAN VARIASI MENGAJAR
TERHADAP TINGKAT PRESTASI MAHASISWA
(Studi Pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu)

A.

Latar Belakang
Dunia pendidikan merupakan hal sangat pokok untuk saat ini. Seiring dengan

perkembangan zaman dan semakin majunya teknologi informatika, membuat
masyarakat Indonesia harus mengenyam pendidikan agar tidak ketinggalan zaman.
Kebutuhan pendidikan yang semakin meningkat dan menjadi kebutuhan pokok
menjadikan masyarakat Indonesia dituntut untuk mengenyam pendidikan. Perguruan
tinggi tak sekadar menjadi sebuah lembaga pendidikan sebagaimana sekolah-sekolah
menengah atau pun sekolah atas. Akan tetapi, perguruan tinggi berfungsi sebagai
penyaluran minat mahasiswa terhadap bidang studi tertentu, sesuai dengan bakat,
minat dan keinginan mereka masing-masing.
Tak hanya untuk mengasah individu saja, perguruan tinggi juga berperan aktif
dalam berlangsungnya stabilitas nasional, baik dalam bidang pendidikan, bidang
ekonomi, maupun pengabdian masyarakat. Dalam bidang pendidikan misalnya,

lulusan

perguruan

tinggi

diharapkan

mampu

melakukan

perubahan

dan

pengembangan demi kemajuan pendidikan di Indonesia, salah satunya dengan
menjadi tenaga pengajar di sekolah-sekolah. Dalam bidang ekonomi, mahasiswa yang
notabene adalah agen sosial diharapkan mampu berperan aktif untuk mengentaskan
kemiskinan di negeri ini, yaitu dengan cara menularkan ilmu dan kemampuan yang

dimilikinya kepada masyarakat yang belum mengerti.
Perguruan tinggi sebagai lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan
bagi mahasiswa. Sebagai penyelenggara pendidikan formal, perguruan tinggi

2
mengadakan kegiatan secara berjenjang dan berkesinambungan. Kualitas suatu
perguruan tinggi sangat ditentukan oleh tenaga pendidiknya. Posisi seorang tenaga
pendidik merupakan hal yang sangat mendasar, hal tersebut dikarenakan tenaga
pendidik harus mempunyai wawasan yang luas dan penguasaan bidang ilmu tertentu
yang benar-benar baik. Tidak hanya sampai disitu tenaga pendidik harus mampu
mentransformasi ilmu yang dimilikinya untuk peserta didik hal tersebut belaku baik
di perguruan tinggi negeri maupun perguruan negeri swasta.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Panca Bhakti merupakan salah satu
perguruan negeri swasta khusus sekolah ekonomi yang ada di Kota Palu. Sebagai
salah satu sekolah tinggi Ekonomi terbaik yang ada di Kota Palu. Standart tinggi
untuk tenaga pengajar di STIE Panca Bhakti Palu merupakan usaha untuk
meningkatkan kualitas peserta didik agar menjadi masyarakat yang berkualitas
terbaik dan siap kerja.
STIE Panca Bhakti Palu yang khusus sekolah tinggi ekonomi dengan salah
satu jurusan studi akuntansi, merupakan salah satu program studi favorit dari para

mahasiswa yang menuntut tenaga didik yang kompeten dibidangnya. Kemampuan
tenaga didik/akuntan pendidik menjadi satu hal yang penting dan mendasar untuk
dapat mewujudkan tujuan pendidikan, karena pada aspek ini akuntan pendidik
dituntut untuk dapat melakukan perubahan-perubahan yang mendasar agar
mahasiswa lebih kreatif dan berprestasi.
Di sisi lain, akuntan pendidik merupakan kunci pembuka akal pikiran dan
bahkan sebagai pelita saat terjadinya deviasi kedewasaan mahasiswa. Demikian tugas
dan tanggung jawab akuntan pendidik tidaklah mudah dan bahkan membutuhkan
kemampuan kinerja yang maksimal. Kinerja akuntan pendidik yang dimaksudkan
harus sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu melaksanakan pengajaran,
melakukan penelitian, dan pengabdian terhadap masyarakat.

3
Hal inilah yang menjadi tugas utama dari setiap akuntan pendidik. Oleh
karena itu, kinerja akuntan pendidik yang berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan
Tinggi dapat dilakukan melalui usaha perencanaan, pengarahan, dan melaksanakan
apa yang telah direncanakan dan diprakarsai oleh pimpinan universitas yang
berkaitan dengan usaha tersebut di atas. Inilah idealnya kinerja akuntan pendidik
sebagai tenaga pengajar yang harus memiliki ide-ide, gagasan-gagasan serta
kreativitas yang tinggi dan disiplin kerja yang baik. Semua ini dilakukan dengan

perencanaan yang matang dengan analisis kebutuhan.
Keberhasilan pendidikan dan kualitas produktivitas dari perguruan tinggi, juga
ditentukan peran dan fungsi akuntan pendidik dalam mengelola kemampuan
intelektual, emosional, dan spiritual. Hal ini menjadi alasan mengapa profesionalisme
akuntan pendidik dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan
jaman.
Selain faktor profesionalisme akuntan pendidik, faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi mahasiswa yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran
adalah salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran.
Setiap akuntan pendidik memiliki ciri dan kharakteristik yang berbeda-beda dalam
mengajar. Beberapa mahasiswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa metode pembelajaran terasa monoton.
Metode pembelajaran yang diberikan kurang bervariasi sehingga timbul
kebosanan pada mahasiswa. Suasana kelas terlihat kurang hidup karena mahasiswa
menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diberikan akuntan
pendidik. Sehingga dibutuhkan strategi metode pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi mahasiswa.

4
Pada tingkat perguruan tinggi, mahasiswa merupakan orang-orang yang

sedang mengikuti pendidikan, yang tentunya mempunyai harapan akan keberhasilan
studi demi masa depannya. Salah satu indikator keberhasilan suatu pendidikan dapat
dilihat dari prestasi belajar siswa. Menurut Sumadi (2002:297), “prestasi belajar
sebagai nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru
terkait dengan kemajuan atau prestasi belajar siswa selama waktu tertentu”. Bukti
keberhasilan dari seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau
mempelajari sesuatu merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam waktu
tertentu.
Salah satu tolak ukur keberhasilan mahasiswa adalah memperoleh nilai yang
tinggi yang dihitung berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Menurut Nana
(2009: 102) : Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan
motorik.
Sebagian besar paradigma ini menggambarkan defenisi proses pengajaran dan
peran-peran yang dimainkan oleh akuntan pendidik dalam proses perkuliahan.
Meskipun

kebutuhan


untuk

membimbing,

mengasuh,

menyayangi,

dan

mengembangkan mahasiswa secara maksimal itu akan tetap berada dalam genggaman
pengajaran, tuntutan-tuntutan baru yang menghasilkan sederetan prinsip perkuliahan
baru dan perilaku yang harus dipraktekkan.
Pengembangan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Masalah yang timbul

5
bagi mahasiswa adalah cara belajar yang efektif yaitu sesuai dengan teknik belajar
yang standar dengan berlatih melatih otaknya untuk terus dengan keteraturan,

bagaimana melakukan penyesuaian dengan akuntan pendidik dan bagaimana
menimbulkan kebiasaan teratur sehingga mencapai prestasi belajar yang optimal.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Profesionalisme Akuntan Pendidik, Metode Pembelajaran, dan Variasi
Mengajar Terhadap Tingkat Prestasi Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Jurusan
Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu).

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah profesionalisme akuntan pendidik, metode pembelajaran, dan variasi
mengajar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat prestasi
mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu ?
2. Apakah profesionalisme akuntan pendidik berpengaruh terhadap tingkat prestasi
mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu ?
3. Apakah metode pembelajaran berpengaruh terhadap tingkat prestasi mahasiswa
Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu ?

4. Apakah variasi mengajar berpengaruh terhadap tingkat prestasi mahasiswa
Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu ?
C.

Tujaun dan Kegunaan Penelitian

1)

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian antara lain sebagai berikut :

6
a.

Untuk mengetahui pengaruh simultan profesionalisme akuntan pendidik,
metode pembelajaran, dan variasi mengajar terhadap tingkat prestasi mahasiswa

b.


Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu.
Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme akuntan pendidik terhadap tingkat

c.

prestasi mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu.
Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap tingkat prestasi

d.

mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu.
Untuk mengetahui pengaruh variasi mengajar terhadap tingkat prestasi
mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu.

2)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dilakukan, yaitu:

a.

Sebagai upaya menambah wawasan dan kemampuan mengaplikasikan ilmu

b.

yang telah diperoleh selama perkuliahan.
Sebagai bahan masukan bagi pihak kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Panca Bhakti Palu khususnya pada Jurusan Akuntansi untuk

c.

meningkatkan mutu akuntan pendidik.
Sebagai acuan dasar bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik dengan

d.

penelitian ini.
Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Sekolah


D.

Tinggi Ilmu Ekonomi Panca Bhakti Palu.
Tinjauan Pustaka

1.

Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan yang

mempunyai hubungan dengan penelitian ini yaitu persamaan baik variabel – variabel
yang digunakan dalam penelitian, objek dan subjek penelitian yang dapat digunakan
sebagai referensi untuk memudahkan dalam melakukan penelitian selanjutnya, yang
dapat dilihat sebagai berikut.

7
Nurdin (2013) mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Mahasiswa
Terhadap Profesional Akuntan Pendidik pada Perguruan Tinggi Swasta di Makassar
(Studi Empiris pda Mahasiswa Akuntansi Universitas Fajar, STIEM Bongaya, dan
Universitas 45 Makassar).” Penelitian ini bertujuan untuk :
a)

Mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesionalisme
akuntan pendidik pada Perguruan Tinggi Swasta di Makassar.

b)

Mengetahui apakah indeks Prestasi Kumulatif (IPK), pendidikan orang tua,
penghasilan orang tua, target masa studi, dan pengalaman organissi
mempengaruhi persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesionalisme akuntan
pendidik pada Perguruan Tinggi Swasta di Makassar.
Penelitian ini melibatkan 81 orang sampel yang merupakan mahasiswa

jurusan akuntansi perguruan tinggi swasta di Makassar, dengan metode analisis
menggunakan regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa,
persepsi mahasiswa akuntansi pada akuntan pendidik di Perguruan Tinggi Swasta
(PTS) di Makassar memilih tingkat profesionalisme yang baik. Indeks prestasi
kumulatif, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, target masa studi, dan
pengalaman organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
persepsi profesionalisme akuntan pendidik secara parsial.
Indriaty (2013) mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi
Mahasiswa Tentang Metode Mengajar, Kemandirian dan Lingkungan Belajar
Terhadap Prestasi Mahasiswa Jurusan Akuntansi Angakatan 2010 Universitas
Maritim Raja Ali Haji.” Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris
mengenai pengaruh persepsi mahasisa tentang metode mengajar, kemandirian dan
lingkungan belajar terhadap prestasi mahasiswa. Populasi dalam penelitian ini ialah

8
mahasiswa S1 akuntansi Universitas Maritim Raja Ali Haji angkatan 2010 yang aktif
kuliah.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel dengan pendapat Slovin, diperoleh
sampel sebanyak 74 orang. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan
mengumpulkan data melalui observasi, kuesioner dan dan studi pustaka. Keseluruhan
data yang diperoleh dari pengisian kuesioner diolah dengan analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel kemandirian
belajar yang berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Sementara variabel persepsi
mahasiswa tentang metode mengajar dan lingkungan belajar tidak berpengaruh
terhadap prestasi mahasiswa.
Ibadi, Murdani, dan Janan (2009) “Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang
Variasi Mengajar Dosen Terhadap Hasil Belajar Dalam Mata Kuliah Teknik
Permesinan.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi
mahasiswa mengenai variasi mengajar dosen terhadap hasil belajar mahasiswa PTM
Universitas Negeri Semarang angkatan 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua mahasiswa PTM Universitas Negeri Semarang angkatan 2007 yang
keseluruhan berjumlah 58 mahasiswa, dari jumlah tersebut yang dijadikan sampel
ialah sebanyak 58 mahasiswa dengan prosedur pengambilan total sampling. Metode
analisis menggunakan path analisys (analisis jalur) diagram jalur dan persamaan
struktural.
Ada pengaruh persepsi mahasiswa mengenai variasi mengajar dosen terhadap
hasil belajar mahasiswa PTM, dengan Fhitung (1,016) < Ftabel (1,86 ) pada α= 0,05
dengan dk pembilang 25 (k-2) dan penyebut 31 (n-k). Dan koefisien korelasi r= 0.453
>

rtabel

=0,224.

Besarnya

koefisien

detrminasi(r2)

dari

persaman

regresi

9
Y=81,6+0,059X adalah 0,205, berarti besarnya pengaruh variabel pengaruh persepsi
mahasiswa mengenai variasi mengajar dosen terhadap variabel hasil belajar mata
kuliah teknik permesinan yang dapat dijelaskan oleh garis regresi adalah 20,5% dan
sisanya 79,5% pengaruh tidak dapat dijelaskan oleh garis regresi tersebut.
2.

Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas,

institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat
disebut sebagai mahasiswa.
Menurut Daldiyono (2009:139) Mahasiswa adalah seorang yang sudah lulus
dari sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan sedang menempuh pendidikan tinggi.
Berdasarkan hal itu, mahasiswa biasanya berumur 18 tahun, umur yang sudah
dikategorikan sebagai orang dewasa.
Menurut Budiman (2006:251) Mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah
tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat
sarjana.
Maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah status seseorang yang secara
legal dan diakui secara administrasi sebagai peserta yang berhak mengikuti segala
bentuk pengajaran disebuah perguruan tinggi.
3.

Profesional Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah profesi akuntan yang memberikan jasa berupa

pelayanan pendidikan akuntansi kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga
pendidik yang ada, guna melahirkan akuntan-akuntan yang terampil dan professional.
Profesi akuntan pendidik sangat dibutuhkan untuk kemajuan profesi akuntansi itu
sendiri karena di tangan merekalah calon-calon akuntan itu lahir Ludigdo (Amaliah
2011:16).

10
Menurut UU No. 14 tahun 2008 pasal 7 ayat (1) profesi dosen merupaka
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan pringsip-pringsip sebagai
berikut.
a)

Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism

b)

Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak yang mulia.

c)

Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas.

d)

Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

e)

Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

f)

Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

g)

Memiliki kesempatan untuk meningkatkan keprofesionalannya dan belajar
sepanjang hayat.

h)

Memiliki

jaminan

perlindungan

hukum

dalam

melaksanakan

tugas

keprofesionalannya.
i)

Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan untuk mengatur halhal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan dosen.
Machfoedz dalam Amaliah (2011:24-37), indikator-indikator pengukuran

tingkat profesionalisme akuntan pendidik ialah knowledge, skill, dan ethics yang
diuraikan sebagai berikut.
a)

Knowledge
1. General Knowledge
Seorang akuntan pendidik yang profesional harus memiliki pengetahuan
umum yang luas sehingga memiliki wawasan yang tidak hanya disiplin

11
ilmunya saja tetapi pengetahuan umum lain yang menunjang disiplin
ilmunya. Pengetahuan umum yang harus dimiliki oleh dosen akuntansi
seperti pengetahuan mengenai kondisi keuangan negara, berita politik,
berita internasional dan globalisasi serta pengetahuan umum lain yang
menunjang pengembangan disiplin ilmu akuntansi.
2. Business Education Knowledge
Pengetahuan bisnis yang diperlukan bagi akuntan pendidik dapat berupa
pengetahuan tentang corporate governance, perilaku organisasi, selukbeluk pasar, indeks harga saham, isu-isu terbaru dalam pasar uang dan
modal, lingkungan dan etika bisnis, serta pengetahuan tentang dunia bisnis
lainnya.
3. Accounting Education Knowledge
Pengetahuan akuntansi bagi seorang akuntan pendidik yang profesional
seperti dapat menjelaskan perkembangan standar akuntansi, perkembangan
teori akuntansi, menguraikan akuntansi kontemporer, menyisipkan kasuskasus dalam dunia bisnis yang melibatkan peran akuntan, etika profesi
akuntan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam setiap mengajar
sebaiknya akuntan pendidik juga harus memberikan pengetahuan tentang
bidang akuntansi secara luas seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
b)

Skill
1. Thinking Skill
Thinking skill yang diperlukan bagi akuntan pendidik seperti pemahaman
tentang tuntutan profesional akuntan dalam persaingan global dalam dunia

12
bisnis. Dalam proses pengajaran, dosen tidak hanya sekedar menerangkan
saja, tetapi juga harus diikuti dengan diskusi kelas agar mahasiswa menjadi
lebih aktif. Thinking skill seperti ini sangat diperlukan bagi dosen untuk
mengetahui sejauh mana mahasiswanya dapat mencerna suatu pokok
pembahasan sehingga antara dosen dengan mahasiswa dapat saling bertukar
pikiran dan pendapat.
2. Problem Solving Skill
Problem-solving skill

dalam meningkatkan profesionalisme

pendidik misalnya

memberikan

berkaitan

materi kuliah, memberikan pekerjaan rumah kepada

dengan

contoh

maupun

studi

akuntan

kasus

yang

mahasiswanya, memberikan kuis secara rutin untuk melatih mahasiswa,
meminta mahasiswa untuk maju ke depan dalam memecahkan masalah
dalam diskusi, dan lain sebagainya. Problem-solving skill ditujukan agar
seorang akuntan pendidik dapat mendidik dan melatih mahasiswanya untuk
berpikir dalam memecahkan suatu masalah dan mahasiswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran.
3.

Listening Skill dan Speaking Skill
Adapun speaking skill akuntan

pendidik pada waktu

proses

belajar

misalnya seberapa jauh dosen dapat mempresentasikan

materi

kuliah

dengan bahasa maupun kalimat yang mudah dipahami oleh mahasiswa
baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing, memberikan tugas
kepada mahasiswa untuk mempresentasikan makalahnya, memberikan
waktu khusus

untuk berdiskusi di kelas, dan mampu menjawab setiap

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa (Amaliah, 2011:25).

13
4. Writing Skill dan Research Skill
Writing skill bagi akuntan pendidik yang profesional misalnya dengan
memberikan tugas makalah sesuai materi kuliah, karena pemberian tugas
dalam bentuk makalah akan dapat melatih mahasiswa dalam keahlian
menulis serta mengkoreksi penulisan makalah tersebut. Sedangkan dalam
bidang research skill, dosen harus aktif dalam penelitian di mana mahasiswa
dilibatkan di dalamnya dan dosen melakukan

penelitian secara

berkelanjutan serta dapat dipublikasikan.
5. Micro-Computer Skill dan Quantitative Skill
Micro-computer skill yang dibutuhkan bagi akuntan pendidik yang
profesional seperti mampu menjelaskan tentang program-program komputer
yang terbaru, dan juga dalam setiap memberikan tugas dosen mewajibkan
mahasiswanya untuk menggunakan komputer. Untuk itu, akuntan pendidik
harus

menguasai

program

aplikasi

komputer

setidaknya

mampu

mengoperasikan aplikasi dasar komputer. Sedangkan quantitative skill bagi
akuntan pendidik seperti mampu memberikan contoh-contoh perhitungan
dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
kuantitatif secara lancar serta mampu melakukan footing dan cross-footing
secara cepat tanpa alat bantu.
c)

Character
a. Interpersonal dan Personal Appearance
Keprofesionalan akuntan pendidik tersebut dapat diketahui dengan cara
melihat apakah dosen menjaga

keserasian

penampilannya

setiap

dia

berada di lingkungan kampus, apakah dia bisa memisahkan antara masalah

14
pribadi dengan masalah pekerjaan, dapat mengolah waktu dengan baik,
apakah dosen tersebut aktif dalam berbagai organisasi, dan sebagainya yang
berhubungan dengan kepribadiaanya.
b. Ethics
Keprofesionalan akuntan pendidik tersebut seperti mengajar sesuai
waktunya, tidak menyinggung masalah pribadi dosen lainnya pada waktu
proses berlajar, mengganti mata kuliah yang pernah ditinggalkan, dan
sebagainya.
4.

Metode Pembelajaran
Metode

pembelajaran

adalah

seperangkat

komponen

yang

telah

dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran. Metode pembelajaran
biasanya

disusun

berdasarkan

prinsip

atau

teori

sebagai

pijakan

dalam

pengembangannya. Keberhasilan peserta didik dalam belajar, tidak lepas dari
kepintaran guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Menurut Mulyana (2010:13) tenaga pendidik yang cerdas dan hebat
mempunyai banyak metode pembelajaran. Sebaliknya, tenaga pendidik yang biasabiasa saja adalah pendidik yang hanya mampu mengajar dengan metode biasa-biasa
juga. Metode pembelajaran tidak hanya wawancara, demonstrasi, diskusi, Tanya
jawab eksperimen, tutorial, atau observasi, tetapi juga metode yang dapat diciptakan
sendiri. prisnsipnya, metode tersebut memudahkan peserta didik untuk memahami
materi pelajaran.
Lebih lanjut menurut Mulyana (2010:13) metode pembelajaran harus
disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Kolaborasi beberapa
metode pembelajaran harus direncanakan dengan baik. Misalnya, pada awal

15
pembejaran

pendidik

menggunakan

metode

ceramah,

selajutnya

pendidik

menggunakan metode penugasan dan metode diskusi.
Ada beragam metode pembelajaran yang ditemukan oleh para ahli. Namun
dalam penelitian ini hanya digunakan beberapa metode pembelajaran yang
sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada lokasi penelitian yaitu
Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti :
a)

Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok
Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang

berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau
sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar informasi, mempertahankan
pendapat, atau pemecahan masalah. Menurut

Killen

(1998)

dalam

Sanjaya

(2006:154) mendefinisikan metode diskusi sebagai berikut : metode diskusi adalah
metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.
Tujuan

utama

metode

ini

adalah

untuk memecahkan suatu permasalahan,

menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk
membuat keputusan. Metode diskusi dapat digunakan mahasiswa untuk mencari
alternatif pemecahan masalah dengan anggota kelompoknya.
b)

Metode Pembelajaran Ceramah.
Menurut Sanjaya (2006:147) mengartikan “metode ceramah sebagai cara

menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada
sekelompok siswa”. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering
digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Ada beberapa alasan mengapa ceramah
sering digunakan, yaitu :
a. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan;

16
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas;
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan;
d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya
kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah;
e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih
sederhana.
c)

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Salah satu metode yang dapat lebih memberdayakan siswa adalah

pendekatan konstektual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Menurut Sanjaya
(2006:255) mendefinisikan CTL sebagai berikut. CTL adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri,
bukan mengetahuinya.
Dengan metode CTL diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang
beragam dari seluruh peserta didik, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai
konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata. Metode CTL sebagai
pilihan

untuk

sesungguhnya

menghidupkan
belajar

(learning

kelas,
how

agar
to

peserta
learn).

didik

Sehingga

belajar

dengan

pada

akhirnya

diharapkan peserta didik tidak bosan mengikuti pembelajaran dan terjadi
interaksi multi arah.
Melihat karakteristik metode pembelajaran CTL ini, kegiatan pembelajaran
tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium,

17
perusahaan, atau tempat-tempat lainnya. Akuntan pendidik harus pintar memilih serta
mendesain lingkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan
nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya,
sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel
untuk mengkonstruksi secara aktif pemahamannya.
d)

Metode Pembelajaran Tugas Terstruktur
Tugas tersturktur merupakan tugas yang wajib dikerjakan oleh peserta

didik guna mendalami dan memperluas penguasaan materi yang ada kaitannya
dengan materi pembelajaran yang sudah dikaji. Tugas terstruktur bisa berupa:
1. Makalah individu, yaitu tugas kepada mahasiswa untuk membuat
karangan bebas yang ada hubungannya dengan mata kuliah. Makalah
individu ini isinya paling tidak meliputi: (1) pendahuluan yang berisi
latar belakang; (2) perumusan masalah; (3) pembahasan masalah; dan (4)
simpulan.
2. Makalah kelompok, pembuatan makalah kelompok hampir sama dengan
makalah individu. Makalah kelompok ini dipresentasikan dalam diskusi
kelas. Pada saat presentasi, bisa saja kelompok penyaji dalam sekali
prsentasi lebih dari satu kelompok, tergantung banyak kelompok. Tema
disesuaikan dengan pokok bahasan yang ada dalam buku pelajaran atau
mahasiswa secara berkelompok diskusi untuk menentukan tema, kemudian
diajukan kepada dosen. Makalah kelompok ini, setelah dipresentasikan
dalam diskusi kelas lengkap dengan power point atau bentuk lain, diedit
kembali

dan

dikumpulkan

bersama

Semester)/UAS (Ujian Akhir Semester).

dengan

UTS

(Ujian

Tengah

18
Metode tugas terstruktur memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan berbagai literatur, yang nantinya
hasil kerja peserta didik akan di periksa oleh akuntan pendidik untuk mengetahui
tingkat kebenaran jawaban peserta didik.
5.

Variasi Mengajar
Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat proses belajar mengajar.

Gaya mengajar seorang guru berbeda antara yang satu dan yang lain pada saat proses
belajar mengajar walaupun mempunyai tujuan yang sama yaitu menyampaikan ilmu
pengetahuan, membentuk sikap siswa, dan menjadika siswa rerampil dalam berkarya.
Sedangkan menurut Mulyasa (2011:78) variasi dalam pembelajaran adalah
perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik, serta mengurangi kebosanan dan kejenuhan.
Penggunaan variasi mengajar ditujukan terhadap perhatian peserta didik,
motivasi, dan proses mengajar. Tujuan menurut Zain (2006:161-165) adalah :
1.
Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevensi terhadap
2.

proses belajar mengajar.
Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi dalam belajar,
motivasi memegang peranan yang sangat penting, karena tanpa motivasi

3.
4.
5.

seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar.
Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual.
Mendorong anak didik untuk belajar.
Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya.

Dengan vriasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap
penampilan mengajar

tenaga pendidik. Variasi

mengajar

meliputi

komponen keterampilan yang mencakup hak-hal sebagai berikut:
a.

Variasi Suara

beberapa

19
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi
menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih,
atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu (Suwarna
Dkk, 2006:85).
b.

Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting
atau aspek kunci, guru dapat menggunakan “penekanan secara verbal”,
misalnya : “perhatikan baik-baik!”, ini adalah bagian yang sukar, dengarkan
baik-baik.” Penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan
anggota badan. Menurut (Marno & M.Idris, 2010:144) ada beberapa teknik
yang dapat dilakukan guru untuk memusatkan perhatian anak. Teknik-teknik
terebut adalah sebagai berikut:
1)

Meminta anak untuk memperhatikan, “Coba perhatikan...”

2)

Mengatur tekanan suara, yang bermakna perlu mendapat perhatian

3)

Dengan menunjukkan pengetahuan/konsep yang penting

4)

Dengan menggaris bawahi konsep yang penting

5)

Dengan pengulangan pengungkapan
Dengan

teknik-teknik

tertentu,

perhatian

anak

terpusat

pada

pengetahuan yang diharapkan guru untuk dikuasai.
c.

Kesenyapan atau kebisuan guru
(Teaching silence) kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba
dari pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan
tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan
keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian

20
siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah
guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi
waktu

untuk

berfikir dengan

memberi kesenyapan

supaya siswa

bisa

mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga
bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.
d.

Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya
mengarahkan pandangannya keseluruh kelas menatap mata setiap anak
didik untuk membentuk hubugan yang positif dan menghindari hilangnya
kepribadian. Guru dapat membantu anak didik dengan menggunakan
matanya

menyampaikan

informasi

dan

dengan

pandangnnya

dapat

menarik perhatian anak didik. Hal-hal yang harus dihindari guru selama
presentasinya didepan kelas :
1) Melihat keluar ruang
2) Melihat kearah langit-langit
3) Melihat kearah lantai
4) Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja
5) Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil
menunjukkan sesuatu. (Sardiman, 2009:205)
Hal-hal diatas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas
dengan baik.
e.

Gerakan anggota badan (gesturing)
Kesan antusiasme guru dapat dimunculkan dengan variasi mimik dan gerak
anggota badan. Perubahan-perubahan mimik dapat membantu siswa untuk

21
menangkap makna yang disampaikan guru. Begitu pula dengan gerak gestural
yang bermakna dan benar dapat memudahkan anak memahami konsep. (Marno,
& Idris 2010 : 143).
6)

Tingkat Prestasi Mahasiswa
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Slameto (2010: 2) “belajar ialah

suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Menurut Sumadi (2002:297), “Prestasi Belajar sebagai nilai yang merupakan
bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan atau
Prestasi belajar siswa selama waktu tertentu”. Bukti keberhasilan dari seseorang
setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu merupakan
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam waktu tertentu.
Menurut Nana (2009: 102) : Hasil belajar atau achievement merupakan
realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki oleh seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berpikir maupun keterampilan motorik. Menurut Ngalim (2006:102) faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu :
a)

Faktor Sosial meliputi : faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alatalat yang dipergunakan dalam belajarmengajar, lingkungan dan kesempatan
yang tersedia dan motivasi sosial.

22
b)

Faktor individual antara lain : kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi
dan faktor pribadi.

7)

Kerangka Pemikiran
Perguruan tinggi sebagai lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan

bagi mahasiswa. Sebagai penyelenggara pendidikan formal, perguruan tinggi
mengadakan kegiatan secara berjenjang dan berkesinambungan. Salah satu indikator
keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Banyak faktor
yang mempengaruhi kontribusi terhadap pencapaian indeks prestasi kumulatif
mahasiswa, yaitu dengan profesionalisme akuntan pendidik, metode pengajaran, dan
variasi mengajar.
Mahasiswa sebagai calon akuntan yang potensial sangat membutuhkan
akuntan pendidik yang mampu memberikan pengetahuan-pengetahuan yang
dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Peran akuntan pendidik sangat
penting karena posisinya dalam perguruan tinggi sebagai kunci terdepan dan sentral
proses pendidikan guna menciptakan akuntan-akuntan yang berkualitas.Dari
pemaparan tersebut, maka dapat dilihat kerangka pemikiran pada gambar di bawah
ini :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Profesionalisme Akuntan Pendidik
X1
Metode Pengajaran
X2
Variasi Mengajar
X3

Tingkat Prestasi Mahasiswa
Y

23

Keterangan :
: Mengambarkan pengaruh secara simultan
: Mengambarkan pengaruh secara parsial
E.

Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran

yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Diduga profesionalisme akuntan pendidik, metode pembelajaran, dan variasi
mengajar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat prestasi
mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu.
2. Diduga profesionalisme akuntan pendidik berpengaruh terhadap tingkat prestasi
mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu.
3. Diduga metode pembelajaran berpengaruh terhadap tingkat prestasi mahasiswa
Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu.
4. Diduga variasi mengajar berpengaruh terhadap tingkat prestasi mahasiswa
Jurusan Akuntansi STIE Panca Bhakti Palu.
F.
4.

Metodologi Penelitian
Tipe Penelitian
Penelitian ini bertipe penelitian kuantitatif, menurut Sugiyono (2003:14)

penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk
angka atau data kualitatif. Data yang diperoleh berupa angka-angka berdasarkan
bobot dari tanggpan responden mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti yang berbentuk angket/kuesioner untuk menguji hubungan antara variabel x
terhadap variabel y yang telah dihipotesiskan. Hipotesis itu sendiri menggambarkan

24
hubungan antara dua atau lebih variabel untuk mengetahui apakah suatu variabel
berasosiasi atau tidak dengan variabel lainnya.
5.

Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian dilaksanakan pada STIE Panca yakni Jurusan Akuntansi.

Dengan ruang lingkup penelitian penelitian adalah mahasiswa jurusan akuntansi
angkatan (tahun masuk perguruan tinggi) 2011, 2012, dan 2013.
6.
a)

Jenis Dan Sumber Data
Data Primer, data primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti
langsung dari sumbernya. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah hasil

pengisian

kuesioner

oleh

responden. Adapun data yang

dikumpulkan, yaitu:
1) Tanggapan mahasiswa STIE Panca Bhakti Palu jurusan akuntansi mengenai
profesionalisme akuntan pendidik dosen STIE Panca Bhakti Palu jurusan
akuntansi.
2) Tanggapan mahasiswa STIE Panca Bhakti Palu jurusan akuntansi mengenai
metode pembelajaran dosen STIE Panca Bhakti Palu jurusan akuntansi.
3) Tanggapan mahasiswa STIE Panca Bhakti Palu jurusan akuntansi mengenai
b)

variasi mengajar dosen STIE Panca Bhakti Palu jurusan akuntansi.
Data Sekunder, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung, baik berupa keterangan maupun literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian ini seperti :
1) Literatur kepustakaan, penelitian terdahulu, teori professional akuntan
pendidik, metode pembelajaran, dan variasi mengajar.
2) STIE Panca Bhakti Palu, yang berupa sejarah singkat STIE Panca Bhakti

7.

Palu, struktur organisasi STIE Panca Bhakti Palu, visi dan misi.
Teknik Pengumpulan Data

25
Penelitian dilaksanakan dengan datang langsung ke lokasi atau tempat yang
menjadi objek penelitian dimana proses layanan konsumen berlangsung. Maka
metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a)
Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya berdasarkan persepsi dan apa yang dirasakan. Dalam
penelitian ini kuesioner terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Bagian I : yaitu pertanyaan mengenai identitas responden yang dijadikan
sampel, yang terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat IPK mahasiswa dan
angkatan.
2. Bagian II : yaitu bentuk pertanyaan mengenai penelitian ini, pertanyaan
tersebut
b)

berupa

berupa

profesionalisme

akuntan

pendidik,

metode

pembelajaran, dan variasi mengajar.
Pengamatan, merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan
langsung pada objek penelitian. Mengamati secara langsung proses belajar

c)

mengajar pada jurusan akuntansi STIE Panca Bhakti Palu.
Wawancara, teknik wawancara untuk mendukung akurasi dan kelengkapan
kuesioner tersebut. Wawancara juga digunakan untuk memperluas pandangan

5.
a)

peneliti tentang data-data lain yang tidak terformulasi dalam kuesioner.
Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, peristiwa atau sesuatu yang menarik bagi

peneliti untuk diinvestigasi (Sekaran dan Bougie, 2010:262). Dalam penelitian
ini, yang menjadi populasi adalah mahasiswa strata satu Jurusan Akuntansi STIE
Panca Bhakti Palu.
b)

Sampel
Sekaran dan Bougie (2010:263), “sampel adalah sub dari populasi. Sampel

merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

26
tersebut. Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi”. Sampel terdiri atas
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Maka jumlah sampel dalam penelitian
ini, ditentukan sebanyak 60 orang mahasiswa yang terdiri dari :
a) Angkatan tahun 2011 sebanyak 20 orang.
b) Angkatan tahun 2012 sebanyak 20 orang.
c) Angkatan tahun 2013 sebanyak 20 orang.
c.
Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode
penarikan non probability sampling dengan teknik penarikan sampel menggunakan
menggunakan purposive sampling. Metode purposive sampling, menurut Sugiyono
(2008:122) adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria
sampel antara lain :
a)

Mahasiswa jurusan Akuntasi STIE Panca Bhakti Palu.

b)

Tahun angkatan mahasiswa antara 2011, 2012, dan 2013.

6.

Definisi Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta

skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian
hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.
a)

Profesional Akuntan Pendidik (X1)
Sikap konsisten akuntan publik untuk memberikan jasa berupa pelayanan
pendidikan akuntansi kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidik
yang ada, guna melahirkan akuntan-akuntan yang terampil dan professional.
Adapun indikator pengukuran antara lain :
1. Memiliki pengetahuan umum yang luas.
2. Pengetahuan bisnis yang luas.
3. Pengetahuan perkembangan standar akuntansi.

27
4. Proses pengajaran diisi dengan diskusi kelas.
5. Memberikan contoh maupun studi kasus yang berkaitan dengan materi
kuliah.
6. Mempresentasikan materi kuliah dengan bahasa maupun kalimat yang
mudah dipahami.
7. Memberikan tugas makalah sesuai materi kuliah.
8. Mampu menjelaskan tentang program-program komputer yang

terbaru

yang berkaitan dengan akuntansi.
9. Menjaga keserasian penampilannya setiap dia berada di lingkungan
kampus.
10. Dapat mengolah waktu dengan baik.
11. Memisahkan antara masalah pribadi dengan masalah pekerjaan.
12. Aktif dalam berbagai organisasi.
13. Tidak menyinggung masalah pribadi dosen lainnya.
14. Mengganti mata kuliah yang pernah ditinggalkan.
b)

Metode Pembelajaran (X2)
Metode pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah dikombinasikan
secara optimal untuk kualitas pembelajaran. Metode pembelajaran biasanya
disusun

berdasarkan

prinsip

atau

teori

sebagai

pijakan

dalam

pengembangannya. Keberhasilan peserta didik dalam belajar, tidak lepas dari
kepintaran guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Adapun indikator
pengukuran antara lain :
1. Proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran diskusi kelompok
2. Proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran ceramah.
3. Proses belajar mengajar dengan melibatkan mahasiswa secara penuh.

28
4. Proses belajar mengajar dengan tugas makala individu..
5. Proses belajar mengajar dengan tugas makala kelompok.
c)

Variasi Mengajar (X3)
Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi

belajar

peserta

didik,

serta

mengurangi kebosanan dan kejenuhan. Adapun indikator pengukuran antara
lain :
1. Mampu meningkatkan perhatian mahasiswa terhadap relevensi terhadap proses
belajar mengajar.
2. Mampu memelihara perhatian mahasiswa terhadap relevensi terhadap proses
belajar mengajar.
3. Mampu memelihara motivasi mahasiswa terhadap relevensi terhadap proses
belajar mengajar.
4. Mampu memelihara motivasi siswa terhadap relevensi terhadap proses belajar
mengajar.
5. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual.
6.

Mampu mendorong mahasiswa didik untuk giat belajar.

d)

Tingkat Prestasi Mahasiswa (Y)
Tingkat prestasi mahasiswa adalah keberhasilan dari seseorang setelah
memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu yang dicapai dalam
waktu tertentu. Adapun indikator pengukuran antara lain :
1. Faktor keluarga
2. Dosen dan cara mengajarnya.
3. Alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar
4. Lingkungan.
5. Kesempatan yang tersedia.

29
6. Motivasi sosial.
7. Kematangan.
8. Kecerdasan.
9. Latihan
7.

Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian

a)

Skala pengukuran
Skala pengukuran merujuk pada skala pengukuran model Likert. Dalam skala

Likert responden akan diberikan pertanyaan/pernyataan dengan beberapa alternatif
jawaban yang dianggap responden paling tepat. Adapun skala Likert yang digunakan
adalah hasil yang selanjutnya dikonversikan dalam 5 pilihan skala, yakni:
a. Sangat Setuju (SS)

:

dinilai dengan bobot 5

b. setuju (S)

:

dinilai dengan bobot 4

c. Ragu-ragu (RR)

:

dinilai dengan bobot 3

d. Tidak Setuju (TS)

:

dinilai dengan bobot 2

e. Sangat Tidak Setuju

:

dinilai dengan bobot 1

Penggunaan skala Likert dalam penelitian ini terkait dengan penelitian
mengenai sikap. Sugiyono (2002 : 15) berpendapat bahwa penelitian mengenai sikap
dapat diukur dengan skala Likert, data-data yang diperoleh dari pengukuran
instrumen sikap dengan skala Likert adalah data yang interval.
b)

Uji Validitas
Instrumen penelitian yang dianggap valid adalah suatu instrumen yang benar

– benar mampu mengukur variabelnya. Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut
valid, maka dilakukan uji validitas dengan menggunakan analisis kesahihan butir,
dengan teknik korelasi product moment (moment tangkar).

30
Menurut Umar (2000:179), validitas adalah indeks yang menunjukan sejauh
mana instrumen atau alat pengukuran itu betul-betul dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Uji validitas merupakan pengujian terhadap tingkat kesalahan item
pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Uji ini dilakukan untuk menjaga
konsistensi terhadap pertanyaan yang diajukan. Menurut Solimun (2002:81) bahwa
bilamana koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh
indikator (Corrected item – Total Correlation) lebih besar dari 0,3 (r -≥ 0,3) maka
instrumen tersebut dianggap valid.
c)

Uji Reliabilitas
Instrumen yang dikembangkan dalam daftar pertanyaan, dianggap reliabel

apabila mempunyai tingkat konsistensi hasil yang dicapai. Dalam arti mempunyai
ketepatan, keakuratan, dalam mengungkap variabel yang diteliti walaupun dilakukan
pada waktu yang berbeda. Untuk menguju tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh
sebuah alat ukur, maka dilakukan uji reabilitas dengan cara mengkorelasikan jawaban
ganjil dengan genap yang terlebih dahulu diskor.
Pengujian relibilitas instrumen dapat menggunakan Rank Spearman Malhotra
dalam Solimun (2002 : 71).“Suatu instrumen dikatakan reliabel manakala memenuhi
standar koefisienalpha Cronbach lebih besar dari 0,6 (α ≥ 0.6). sebaliknya jika angka
koefisien realibilitas yang diperoleh di bawah 0,6 (α  0.6) maka dapat dikatakan
kuesioner tersebut dianggap tidak reliabel atau dianggap tidak cukup handal dalam
mengukur persepsi responden terhadap variabel yang diteliti”.
8.

Uji Asumsi Klasik

31
Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mengetahui apakah model Regresi
Linier Berganda terjadi gangguan atau tidak, maka untuk mengetahui hal tersebut
dilakukan uji sebagai berikut:
a)

Uji Normalitas Residual Data
Yamin et al. (2011:10-11) menyatakan bahwa pemerikasaan normalitas error

dalam bentuk visual dipresentasikan dalam bentuk Normal PP plot of Regresion
Standardized Residual. Pemeriksaan bentuk visual ini dimaksudkan untuk melihat
gambar awal distribusi data. Suatu data mengikuti distribusi normal jika pencaran
data dalam Normal PP plot of Regresion Standardized Residual berpencar di sekitar
garis lurus miring yang melintang. Grafik berikutnya menunjukan bahwa plot data
menyebar di sekitar garis lurus melintang.
b)

Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2005 : 105) “uji heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel dependen. Menurut Ghozali (2005 : 105) dasar analisis untuk
menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu:
1.
2.

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas,
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

9. Analisis Regresi

32
Penelitian ini menggunakan metode analisis analisis Regresi Linier Berganda.
Menurut Yamin et al. (2011:2) analisi regresi adalah sebuah metode statistik yang
berguna untuk memodelkan fungsi hubungan di antara variabel, dalam hal ini
variabel variabel independen dan variabel dependen.
Lebih

lanjut

Yamin

et

al.

(2011:29)

menyatakan

regresi

linier

berganda/majemuk digunakan untuk memodelkan hubungan antara variabel
independen dan varaibel dependen, dengan jumlah variabel independen lebih dari
satu. Model matematis dalam regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + .............+ βpXp + e
Dimana :
Y

= Variabel dependen

X1

= Variabel independen

β0, β1... βp
e

= Koefisien regresi
= Error

Berdasarkan pernyataan Yamin et al. (2011:29) mengenai rumus regresi linier
berganda. Maka apabila diaplikasikan dalam penelitian ini, maka akan diperoleh
bentuk persamaan regresi linier berganda, sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Dimana :
Y

= Profesional akuntan pendidik

X1

= Metode pembelajaran

X2

= Variasi mengajar

Β1- β5 = Koefisien regresi yang diukur
e

= 5% (0.05)

33
Formulasi rumusan regresi linier berganda yang telah dipaparkan diatas
berdasarkan varibel-varibel yang akan diteliti untuk mengetahui pengaruh pengaruh
profesionalisme akuntan pendidik, metode pembelajaran, dan variasi mengajar
terhadap tingkat prestasi mahasiswa. Adapun kaidah-kaidah pengambilan keputusan,
antara lain:
1)

Uji – F (uji serempak) untuk uji hipotesis pertama
a. Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :
1. H0 yaitu Hipotesis mula-mula, menyatakan bahwa apabila nilai F hitung
< F tabel pada tingkat kepercayaan 95% (alpha = 0.05 atau 5%), maka
variabel independen tidak berpengaruh signifikan (nyata) terhadap
variabel dependen.
2. Ha yaitu Hipotesis alternatif, menyatakan bahwa apabila nilai F hitung >
F tabel pada tingkat kepercayaan 95% (alpha = 0.05 atau 5%), maka
variabel independen berpengaruh signifikan (nyata) terhadap variabel
dependen.
b. Adapun kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Untuk bisa mengetahui pengaruh serempak variabel independen
terhadap variabel dependen maka digunakan pengujian statistik uji F. Adapun
Hipotesis statistik dengan ketentuan pengambilan keputusan sebagai berikut :
a) Jika F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka H 0
ditolak dan Ha diterima terbukti bahwa semua variabel bebas yang diamati
secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

34
b) Jika F hitung < F tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka H 0
diterima dan Ha ditolak terbukti bahwa semua variabel bebas yang diamati
secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
2)

Uji – T (uji parsial) untuk uji hipotesis ke 2,3