125245Pengaruh Non Performing Loan NPL d

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian
Salah satu tolak ukur pembangunan nasional adalah pembangunan

ekonomi dimana sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kini
setelah masa krisis terlewati, perbaikan sektor ekonomi tetap menjadi prioritas
utama. Pembangunan ekonomi tidak dapat terlepas dari perkembangan berbagai
macam lembaga keuangan. Salah satu di antara lembaga-lembaga keuangan
tersebut yang nampaknya paling besar peranannya dalam pembangunan ekonomi
adalah lembaga keuangan bank, yang lazimnya disebut bank. Bank merupakan
lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
kekurangan dana.
Bagi masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan uangnya dalam
bentuk simpanan giro, tabungan, deposito, atau bentuk simpanan lainnya. Begitu
pula masyarakat yang kekurangan dana dapat meminjam uang di lembagalembaga keuangan dalam bentuk kredit. Hal ini tentu akan mendatangkan laba
kepada bank tersebut melalui selisih bunga simpanan dan bunga pinjaman

tersebut. pada umumnya, tujuan dari bisnis bank adalah untuk memperoleh laba
demi

menjamin kelangsungan usahanya disamping

berperan membantu

kelancaran dan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Bila sistem perbankan sehat, maka perekonomian
negara akan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Untuk dapat menjaga
kesehatan bank tersebut, maka bank harus mampu menjaga kinerja keuangannya.
Kinerja keuangan bank dapat dinilai dari beberapa indikator, salah satu
indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank
yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah

1

2

rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank.

Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank
yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan
tersebut, yang pada umumnya dinyatakan secara numerik baik dalam bentuk
persentase ataupun kali.
Rasio rentabilitas atau sering disebut profitabilitas usaha merupakan salah
satu rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga mengukur tingkat
efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan Wardiah
(2013:295). Rentabilitas atau probabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return On Assets (selanjutnya akan disebut dengan ROA). Dalam hal ini
Return On Assets (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap

total asset. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
asset yang dimilikinya. Menurut ketentuan Bank Indonesia, standar yang paling
baik untuk Return On Assets dalam ukuran bank di Indonesia minimal 1,5%.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan asset.
Berdasarkan pada tabel 1.1, sampel data Return On Assets (ROA) dari

bank BUMN di Indonesia menunjukkan nilai yang fluktuatif dari setiap bank.
Bank BRI pada tahun 2008 hingga tahun 2012 mempunyai nilai rata-rata ROA
yang meningkat setiap tahunnya, hanya saja mengalami penurunan pada tahun
2009. Jika dibandingkan dengan bank yang lainnya Bank BRI memiliki tingkat
ROA terbesar. Bank Mandiri mempunyai nilai rata-rata ROA yang melebihi
standar 1,5% pada tahun 2008 dan mengalami peningkatan di tahun berikutnya.
Terdapat pula bank yang memiliki ROA di bawah standar yakni Bank BNI
dengan nilai ROA sebesar 1,12% pada tahun 2008 dan Bank BTN dengan nilai
ROA sebesar 1,47% pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat ROA suatu bank.

3

Tabel 1.1 Return On Assets (ROA) Bank BUMN Periode 2008-2012
(dalam persen)

No

Nama Bank


2008 2009
1
PT. Bank Mandiri Tbk
2,69
3.13
2
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
4.18
3.73
3
PT. Bank Negara Indonesia Tbk
1,12
1,72
4
PT. Bank Tabungan Negara Tbk
1,80
1,47
Sumber : Laporan Keuangan Publikasi Bank (Annual Report)

ROA

2010
3.63
4.64
2,49
2,05

2011
3.37
4.93
2,94
2,03

2012
3.55
5.15
2,92
1,94

Nilai ROA yang fluktuatif pada bank BUMN di Indonesia dipengaruhi
oleh beberapa faktor lainnya. Dimana faktor-faktor ini juga dapat digunakan

dalam penilaian kinerja maupun laba yang diperoleh bank seperti, Non
Performing Loan (mewakili risiko kredit), serta Loan to Deposit Ratio (mewakili

risiko likuiditas). Dalam dunia perbankan terdapat tiga risiko yang sering muncul,
antara lain: risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko profitabilitas. Ketiga risiko
tersebut sangat berkaitan dengan kinerja keuangan bank dimana risiko kredit
merupakan suatu ketidakpastian apakah akan terjadi kredit bermasalah melalui
kredit yang disalurkan oleh bank atau tidak, risiko likuiditas adalah suatu
ketidakpastian apakah bank mampu membayar baik kewajiban jangka pendek
maupun kewajiban jangka panjangnya atau tidak, dan risiko profitabilitas adalah
suatu ketidakpastian apakah bank dapat menghasilkan laba dari kegiatan-kegiatan
jasa yang dilakukannya atau tidak. Risiko kredit merupakan risiko yang paling
signifikan dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial.
Menurut Siamat (2005:280) yang dengan jelas mengatakan bahwa:
“Risiko kredit atau sering juga disebut dengan default risk merupakan
suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah
mengembalikan jumlah pinjaman yang diperoleh dari bank beserta
bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau
dijadwalkan. Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang
disepakati kedua pihak, secara teknis keadaan tersebut merupakan

default.”

4

Terjadinya krisis moneter sebelas tahun yang lalu telah menghancurkan
sendi-sendi ekonomi termasuk perbankan. Krisis moneter yang terus-menerus
mengakibatkan krisis kepercayaan, akibatnya banyak bank lumpuh dihantam
dengan kredit macet. Hal tersebut mengakibatkan sekitar 16 bank mengalami
likuidasi serta pembekuan operasi 7 bank swasta menimbulkan suatu krisis sosial
yaitu tingkat pengangguran meningkat, penduduk dibawah “garis kemiskinan”
meningkat serta kriminalitas yang meningkat. Dampak yang muncul akibat
kegagalan usaha bank menimbulkan perlunya dilakukan serangkaian analisis yang
sedemikian rupa sehingga risiko kegagalan bank dapat dideteksi sedini mungkin.
Kondisi perekonomian yang sulit, terjadinya perubahan peraturan yang cepat,
persaingan yang semakin tajam dan semakin ketat sehingga kinerja bank yang
menjadi rendah karena sebenarnya tidak mampu bersaing di pasar. Hal tersebut
mengakibatkan banyak bank yang sebenarnya kurang sehat. Sehat tidaknya
kinerja keuangan perbankan dapat dilihat melalui kinerja profitabilitasnya suatu
bank tersebut.
Pada dasarnya bank sebagai lembaga keuangan dengan usaha utamanya

memberikan jasa dibidang perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat
(Funding) diperlukan suatu kondisi yang sehat serta tersedianya produk jasa
perbankan yang menarik minat bagi masyarakat. Bank mempunyai kepentingan
untuk menjaga dana tersebut guna mempertahankan kepercayaan masyarakat
terhadap bank. Banyaknya bank yang didirikan saat ini dan ketatnya bank
memunculkan pertanyaan yang mendasar bahwa apakah semua kondisi bank
dalam keadaan sehat. Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dan dengan cara-cara yang sesuai menurut
peraturan perbankan yang berlaku.
Keputusan pemberian kredit memiliki risiko tinggi atas ketidakmampuan
debitur dalam membayar kewajiban kreditnya pada saat jatuh tempo seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, untuk menjaga keamanan dan meminimalisir risiko
seperti yang disebut diatas bank harus mampu melakukan penilaian dan

5

pertimbangan yang sangat teliti agar dapat mendeteksi kemungkinan terjadinya
risiko kredit lebih awal. Faktor utama memburuknya kondisi tingkat kesehatan
bank yang hampir dihadapi seluruh perbankan adalah membengkaknya jumlah

kredit yang bermasalah atau disebut juga non performing loan. Semakin kecil
NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank.
Menurut ketentuan Bank Indonesia, salah satu risiko yang menjadi sumber
penilaian kesehatan suatu bank adalah dari sumber pembiayaan/kredit yang
dimana suatu bank harus mempunyai nilai NPL ( non performing loan) atau kredit
macet dibawah 5%. Sedangkan Loan to Deposit Ratio (untuk selanjutnya disebut
LDR) merupakan salah satu indikator penilaian kinerja keuangan untuk mengukur
tingkat likuiditas yang disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga
atau biasa digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam
bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank oleh karena itu,
kegiatan penyaluran kredit menjadi sumber pendapatan utama bank. Semakin
besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau
simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya
risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi ROA namun terjadi ketidakkonsistenan dalam penelitian tersebut,
seperti: LDR yang diteliti Hardianti (2012) menunjukkan bahwa LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Marnov P.P.Nainggolan (2009) menunjukkan bahwa LDR memiliki
hubungan negatif terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi

(2005) menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rani Mega Sari
menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara NPL terhadap ROA. Hal
ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggita Puji Santosa
(2012) yang menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap ROA. Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan seberapa besar dana
bank dilepaskan ke perkreditan. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR)

6

maka laba bank akan semakin meningkat, dengan meningkatnya laba bank maka
kinerja bank juga meningkat. Beberapa perbedaan hasil yang terdapat dalam
penelitian-penelitian tersebut diatas menunjukkan adanya research gap, sehingga
perlu dilakukan kajian penelitian mengenai hubungan antara faktor-faktor tersebut
dengan ROA.
Berdasarkan segala uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
tertarik untuk menganalisa lebih lanjut, mempelajari serta mengetahui hal-hal
yang berkaitan terhadapnya melalui penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh
Non Performing Loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) Terhadap
Return On Assets (ROA) Pada Bank BUMN yang Go Public di Bursa Efek


Indonesia Periode 2008-2012.”

1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bahwa ketika pendapatan
ROA dapat dijaga maka aset bertambah dan laba pun bertambah. Hal itu berarti
rentabilitas pada suatu bank dapat dikatakan baik. Akan tetapi tidak selamanya
ROA itu dapat dijaga dalam posisi yang sama setiap periodenya. Adakalanya
ROA tersebut mengalami fluktuasi setiap periodenya seperti yang terjadi di atas,
yang

nantinya

operasionalnya.

dapat

mempengaruhi

Berdasarkan

hal

kinerja

tersebut

bank

maka,

dalam
masalah

menjalankan
yang

akan

diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan Non Performing Loan (NPL), Loan to
Deposit Ratio (LDR) dan Return on Asset (ROA) pada Bank

BUMN yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 20082012 ?
2. Bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank

7

BUMN yang Go Public di Bursa Efek Indonesia baik secara
simultan maupun parsial periode 2008-2012 ?

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi

tentang Pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Loan To Deposito Ratio
(LDR) terhadap Return on Asset (ROA) Pada Bank BUMN di Indonesia periode
2008-2012. Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui perkembangan Non Performing Loan (NPL),
Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return on Asset (ROA) pada

Bank BUMN yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode
2008-2012
2. Untuk mempelajari dan menjelaskan pengaruh Non Performing
Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on
Asset (ROA) pada Bank BUMN yang Go Public di Bursa Efek

Indonesia secara simultan maupun parsial periode 2008-2012
1.4

Kegunaan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian

yang dilakukan dapat berguna bagi pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Penulis berharap dengan adanya pembahasan mengenai kredit ini, perusahaan
memiliki alat yang dapat membantu manajemen untuk secara sistematik
mengidentifikasi kejadian apa saja yang dapat menimbulkan risiko terhadap
perusahaan, dan mengevaluasi bagaimana dampak serta kemungkinan dari
setiap kejadian tersebut, sehingga manajemen mampu mengembangkan
langkah-langkah mengurangi risiko, baik dampak maupun kemungkinan dari
setiap kejadian tersebut.

8

2. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai kredit dalam perbankan
dengan menerapkan teori-teori yang telah dipelajari selama masa perkuliahan.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan
serta pemahaman mengenai kredit dan penerapannya, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut.
1.5

Kerangka Pemikiran
Kasmir (2012:12), dalam bukunya Manajemen Perbankan mendefinisikan

bank sebagai:
”Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana
tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya”.
Kemudian pengertian bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun
1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yang dikutip dalam buku
Kasmir yaitu:
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak”.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa usaha
perbankan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu :
1. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dalam
hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi
masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah

9

untuk keamanan uangnya. Kemudian untuk melakukan investasi dengan
harapan memperoleh bunga-bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya
adalah untuk memudahkan melakukan investasi, bank menyediakan sarana
yang disebut dengan simpanan. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank
adalah terdiri dari simpanan giro ( demand deposit), simpanan tabungan
(saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit).
2. Menyalurkan dana (lending) ke masyarakat, dalam hal ini bank memberikan
pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Dengan kata lain bank menyediakan
dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang
diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah.
Sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu menilai apakah kredit bank
tersebut layak diberikan atau tidak. Penelitian ini dilakukan agar bank
terhindar dari kerugian akibat tidak dapat dikebalikannya pinjaman yang
disalurkan bank dengan berbagai sebab. Jenis kredit yang biasa diberikan oleh
hampir semua bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, atau
kredit perdagangan.
3. Memberikan jasa bank lainnya (services) seperti pengiriman uang (transfer ),
penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri
(inkaso), letter of credit (L/C), save deposit box, bank garansi, bank notes,
travelers caque, dan jasa lainnya. Jasa-jasa bank lainnya ini merupakan jasa

pendukung dari kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dan
menyalurkan dana.
Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bagi semua bank. Besarnya
jumlah dana yang disalurkan akan menentukan besarnya keuntungan yang akan
diperoleh bank. Bank merupakan institusi yang paling rentan terhadap kegagalan,
tetapi justru tidak boleh gagal. Salah satu kegagalan sebuah bank adalah risiko
kredit yang dapat menimbulkan kerugian pada sistem perbankan. Untuk itu, bank
harus mengerti dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam

10

melaksanankan kegiatan usahanya, serta mengetahui kapan dan bagaimana risiko
tersebut muncul untuk dapat mengambil tindakan yang tepat.
Risiko kredit umumnya timbul dari berbagai kredit yang masuk dalam
kategori bermasalah atau Non Performing Loan. Keberadaan Non Performing
Loan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan kesulitan sekaligus

menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan karenanya, bank dituntut
untuk selalu menjaga kredit yang dikeluarkannya tidak terlalu besar atau berada
pada tingkat yang wajar. Bank yang berhasil dalam pengelolaan kredit adalah
bank yang mampu mengelola Non Performing Loan pada tingkat yang wajar dan
tidak menimbulkan kerugian bagi bank tersebut.
PSAK No. 31 Tahun 2009 Tentang Akuntansi Perbankan menyatakan bahwa
kredit bermasalah/kredit non-performing pada umumnya merupakan kredit yang
pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat 90 (sembilan puluh)
hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat
waktu sangat diragukan. Kredit non-performing terdiri atas kredit yang
digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit
bermasalah dapat dihitung dengan menggunakan rumus Non Performing Loan
sebagai berikut :

Pada umumnya aktivitas suatu bank juga diarahkan pada usaha untuk
meningkatkan pendapatan dengan meminimalkan risiko. Secara konvensional
banyak bank mengutamakan aktivitas perkreditan sebagai sarana mencapai tujuan
tersebut, namun ternyata banyak bank yang mengalami kepailitan karenanya.
Aktivitas perkreditan dapat mendominasi penggunaan dana suatu bank karena
perkreditan mempengaruhi aktivitas bank, penilaian atas tingkat kesehatan bank,
tingkat kepercayaan nasabah serta tingkat pencapaian laba. Pengelolaan likuiditas
merupakan salah satu masalah yang kompleks dalam kegiatan operasional bank,
hal tersebut dikarenakan dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana dari

11

masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu.
Likuiditas suatu bank berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang
cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban (Siamat, 2005:337).
Risiko likuiditas terjadi apabila lembaga keuangan tidak memiliki dana
untuk memenuhi semua penarikan oleh deposan, pemegang polis, atau pemegang
unit penyertaan reksa dana terbuka. Sehingga bank tersebut dikatakan tidak likuid,
karena bank tersebut tidak bisa membayar kewajiban utang jangka pendeknya
(Dahlan Siamat, 2005: 14). Dalam terminologi keuangan dan perbankan,
likuiditas

dapat

diartikan

sebagai

kemampuan

bank

untuk

memenuhi

kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh deposan/penitip. Dengan kata
lain, suatu bank dikatakan likuid apabila memiliki sejumlah likuiditas sama
dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya, memiliki likuiditas kurang dari
kebutuhan tetapi bank mempunyai surat-surat berharga yang segera dapat
dialihkan menjadi kas, serta memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas
dengan cara menciptakan uang (Dahlan Siamat, 2005: 340).
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio keuangan yang

berhubungan dengan aspek likuiditas.
Menurut Dendawijaya (2005:116) menjelaskan bahwa :
“Loan to Deposit Ratio tersebut menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban
bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin
menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan
indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang
diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar”.
Indikator yang digunakan untuk menilai kinerja bank adalah rasio-rasio
keuangan yang salah satunya adalah tingkat pengembalian harta ( Return On
Assets/ROA), yaitu indikator kemampun perbankan untuk memperoleh laba atas

12

sejumlah asset yang dimiliki oleh bank. Analisis Return On Assets (ROA) dalam
analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik
analisis keuangan yang bersifat menyeluruh. Rasio Return On Assets (ROA) ini
memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan
usahanya, karena rasio ini mengindikasikan berapa besar keuntungan dapat
diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya.

Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran

BANK

LAPORAN KEUANGAN BANK

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK

CAPITAL

ASSETS

MANAGEMENT

EARNING

NPL

LDR

ROA

Keterangan :
Variabel yang diteliti
Komponen Variabel

LIQUIDITY

13

Berdasarkan konsep kerangka pemikiran diatas maka peneliti mencoba
menguraikan dalam bentuk paradigma penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 1.2
Paradigma Penelitian
Non Performing Loan
(NPL)

Return on Assets
(ROA)

Loan to Deposit Rasio
(LDR)

1.6

Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan sementara mengenai sesuatu hal yang

dibuat untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. Dalam penelitian ini, hipotesis
yang akan diuji adalah ada atau tidaknya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel
independent (variabel X) terhadap variabel dependent (variabel Y) baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian ini yaitu:
H1 :

Terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) secara simultan terhadap Return On Assets (ROA)

H2 :

Terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) secara parsial terhadap Return On Assets (ROA)

14

1.7

Metodologi Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut

Rasyad (2003:12) bahwa data sekunder yaitu data yang dikumpulkan pada suatu
waktu tertentu yang bias menggambarkan keadaan atau kegiatan pada waktu
tersebut. Data ini diperoleh dari bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian
dan informasi-informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian seperti
jurnal penelitian.
Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah dengan
metode deskriptif dan verifikatif. Definisi metode deskriptif menurut Nazir
(2005:89) adalah :
“Metode deskriptif adalah metode untuk menentukan fakta dengan
interpretasi yang tepat, dimana termasuk di dalamnya studi untuk
melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena
kelompok dan individu, serta studi untuk menentukan frekuensi
terjadinya suatu keadaan untuk bisa meminimalisasikan dan
memaksimumkan realibilitas.”
Metode ini digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai seluruh
variabel penelitian secara independent. Selanjutnya metode verifikatif adalah
metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara
variabel suatu pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga
didapat hasil yang menunjukkan hipotesis tersebut ditolak atau diterima. Definisi
metode verifikatif menurut Rasyad (2003:6) adalah :
“Metode verifikatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan kausalitas antar variabel melalui suatu
pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga
didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis ditolak atau
diterima”.
1.8

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara tidak langsung, akan tetapi melalui media

internet di situs www.idx.co.id untuk mendapatkan laporan keuangan tahunan
selama lima (5) periode yaitu dari bank yang diteliti dengan periode tahun 2008-

15

2012. Adapun waktu penelitian tersebut akan dituangkan dalam sebuah Gantt
Chart dibawah ini :
Tabel 1.2
Gantt Chart
Jenis Kegiatan
1
1. Persiapan
penelitian
a. Mengurus
persyaratan
b. Penyusunan
proposal
c. Pengajuan
proposal
d. Penerimaan
kartu bimbingan
2. Penyusunan
laporan/skripsi
a. Penyusunan
draf Bab I
b. Pengumpulan
data
c. Penyusunan
draf Bab II
d. Pengumpulan
data
e. Penyusunan
draf Bab III
f. Pengumpulan
data
g. Penyusunan
draf Bab IV
h. Pengolahan
data
i. Penyusunan draf
Bab V
3. Pelaksanaan ujian
skripsi dan revisi

Juli
2 3

4

Bulan/Minggu
Agustus
September
1 2 3 4 1 2 3 4

Oktober
1 2 3 4

16

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Kinerja Keuangan dan Sosial Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non Devisa di Indonesia; Shela Ayu Istighfarah; 080810201124

1 33 19

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

I M P L E M E N T A S I P R O G R A M P E N Y A L U R A N B E R A S U N T U K K E L U A R G A M I S K I N ( R A S K I N ) D A L A M U P A Y A M E N I N G K A T K A N K E S E J A H T E R A A N M A S Y A R A K A T M I S K I N ( S t u d i D e s k r i p t i f

0 15 18

JAR AK AT AP P UL P A T E RHAD AP T E P I I N S I S AL GI GI I NSI S I VU S S E NT RA L P E RM AN E N RA HAN G AT AS P AD A S UB RA S DE UT ROM E L AY U ( T in j au an L ab or at o r is d an Radi ol ogis )

0 35 16

Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan Return On Asset dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar tehadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Persero (Bank Persero periode 2007-2012)

1 30 151

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

3 30 59

1 Silabus Prakarya Kerajinan SMP Kls 8 d

2 70 15

Pengaruh Net Interest Margin dan Non Performing Loan Terhadap Laba (Studi Pada Bank Yang Terdaftar di BEI 2009-2013)

0 7 58