PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI TERHADAP P

PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI TERHADAP PERUBAHAN TATANAN
RUANG DAN BAHAN RUMAH ADAT LIMAS DI PALEMBANG
Pendahuluan
Indonesia terdiri dari banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan yang
berbeda sehingga menghasilkan hasil karya yang berbeda-beda, salah satunya adalah rumah
tradisional atau rumah adat. Rumah tradisional umumnya menggunakan material sederhana
yang didapat dari alam sekitar. Seiring berjalannya waktu, kehidupan manusia semakin
berkembang, kegiatan dan aktivitas manusia semakin bertambah. Selain itu perkembangan
zaman membawa perkembangan teknologi dalam hal ini material dan teknik membangun
semakin berkembang, banyak material –material baru yang modern dan tahan lama
bermunculan. Material alami yang sering dipergunakan pada rumah tradisional, seperti kayu
saat ini sudah susah didapat dan berharga tinggi. Hal-hal tersebut menyebabkan terjadinya
perkembangan pada rumah tradisional, dimana rumah tradisional mulai dibuat agar dapat
beradaptasi mewadahi aktivitas manusia yang semakin berkembang dan material modern
bangunan yang ada saat ini. Hasil dari pengadaptasian rumah tradisional tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan pada gaya arsitektur rumah tradisional baik dari segi
bentuk, fungsi ruang, tampilan hingga material yang digunakan.Rumah adat Limas di
Palembang merupakan salah satu rumah tradisional di Indonesia yang mengalami perubahan
seiring dengan perkembangan zaman khususnya disebabkan oleh faktor ekonomi. Untuk itu,
akan dibahas mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada rumah adat Limas khususnya
pada bahan dan tatanan ruangnya.

Tujuan
Penulisan poster ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai arsitektur
rumah adat Limas serta perubahan-perubahan yang terjadi seiring dengan perkembangan
ekonomi di masyarakat.
Pembahasan
Rumah Limas merupakan rumah adat provinsi Sumatera Seatan. Rumah Limas
berasal dari dua suku kata yaitu Lima dan Emas. Bentuk Rumah Limas sama seperti namanya
yaitu berbentuk menyerupai piramida terpenggal (limasan). Ada dua jenis rumah limas di
Sumatera Selatan, yaitu Rumah Limas dengan lantai sejajar yang biasanya disebut rumah ulu.
Rumah Limas yang kedua berupa rumah limas yang dibangun dengan ketinggian lantai yang
berbeda / bertingkat-tingkat (bengkilas), dengan filosofi lima tingkatan atau jenjang
kehidupan bermasyarakat. Bentuk Rumah Limas berupa rumah panggung dengan tiangtiangnya yang dipancang hingga ke dalam tanah. Bangunan rumah limas biasanya berbentuk
persegi panjang yang memanjang kearah belakang. Arah orientasi Rumah Limas ke timur dan
barat atau dalam falsafah disebut menghadap ke arah Matoari Eedoop dan Mato Ari Mati.
Arti dari kata Matoari Eedoop adalah matahari terbit yang memiliki makna filosofi “awal
mula kehidupan manusia” dan Mato Ari Mati matahari tenggelam yang memiliki makna
filosofi “akhir kehidupan manusia atau kematian”.
Rumah Limas Bentuk Rumah Limas berupa rumah panggung yang memiliki luasan
ruang yang sangat besar berkisar antara 400 – 1000 m2. Seiring bertambahnya jumlah


penduduk, lahan yang tersedia di Palembang semakin terbatas dan harga lahan semakin
mahal, sedangkan luasan rumah Limas sangat besar. Hal tersebut menyebabkan saat ini
pembangunan Rumah Limas Sumatera Selatan jarang dilakukan karena membutuhkan biaya
yang besar. Rumah Limas menggunakan bahan kayu, mulai dari kolom, dinding, hingga
bukaannya. Saat ini kayu memiliki harga yang cukup tinggi karena jumlahnya yang terbatas.
Harga lahan dan bahan untu pembangunan rumah Limas yang mahal membuat masyarakat
melakuikan beberapa penyesuaian yang sesuai dengan konsisi ekonomi saat ini. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang meyebabkan adanya
perubahan-perubahan pada rumah Limas. Adapun beberapa perubahan yang terjadi pada
rumah Limas dapat dilihat dari perubahan tatanan ruang serta bahan yang digunakan
1. Perubahan Tatanan Ruang pada Rumah Limas
Rumah adat Limas mengalami perubahan dari segi tatanan ruang, dimana rumah
Limas awalnya memiliki kekijing atau perbedaan tingkatan pada rumah, namun saat
ini sudah jarang ditemui adanya kekijing pada rumah Limas. Saat ini, kebanyakan
rumah Limas memiliki lantai yang datar tanpa tingkatan-tingkatan. Selain itu tatanan
ruang pada rumah limas masa kini lebih mengakomodasi aktivitas dari pemilik rumah.
Kekjing yang dipergunakan untuk menerima banyak tamu saat mengadakan ritual
adat sudah tidak lagi ada pada rumah Limas masa kini. Hal tersebut disebabkan
karena masyarakat Palembang sudah jarang melakuka ritual adat seperti dulu. Selain
itu kekijing yang memiliki dimensi yang besar sudah tidak mampu lagi dibangun oleh

seluruh masyarakat Palembang karena luas lahan yang terbatas dan harga lahan yang
semakin mahal.
2. Perubahan Bahan pada Rumah Limas
Rumah Limas menggunakan material berbahan kayu, mulai dari kolom yang
menggunakan balok kayu, dinding dan lantai yang menggunaan papan kayu, hingga
bukaannya menggunakan bahan kayu. Pada bagian atap, menggunakan belah buluh
(bambu yang dibelah dua) atau genteng. Jenis kayu yang digunakan yaitu kayu
tembesi, merbau dan bengkirai yang merupakan tipe kayu besi yang tahan terhadap
cuaca dan air. Lambat laun jumlah kayu yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku
membuat rumah Limas jumlahnya semakin sedikit. Sehingga harga kayu melonjak
mahal dan hal tersebut menjadi kendala dalam pembuatan rumah limas. Mahalnya
biaya yang diperlukan untuk membeli bahan dalam pembangunan rumah Limas
membuat masyarakat beralih menggunakan bahan-bahan yang lebih ekonomis serta
tahan lama. Rumah Limas saat ini mulai menggunakan beton sebagai pengganti
kolom kayu, karena lebih kuat dan tahan lama. Batu bata menggantikan peran papan
kayu sebagai dinding, biasanya penggunaan batu bata terdapat pada rumah limas yang
bagian kolongnya sudah dimanfaatkan sebagai ruangan. Atap belah buluh digantikan
dengan penggunaan seng.
Rumah Limas sebagai rumah tradisional kini sudah jarang digunakan oleh masyarakat
Palembang. Selain keterbatasan lahan, karena membangun rumah Limas harus memiliki

lahan yang sangat luas, membangun rumah Limas juga membutuhkan biaya yang lebih besar
jika dibandingkan dengan membangun rumah pada umumnya. Kondisi ekonomi masyarakat

saat ini membuat rumah Limas mengalami penyesuaian-penyesuaian seperti uraian di atas.
Meski demikian, rumah Limas yang masih berdiri hingga saat ini adalah rumah Limas
peninggalan Pangeran Syarif Abdurrahman Al Habsi, yang kini menjadi koleksi terbesar
Museum Balaputera Dewa di Palembang.
Kesimpulan
Rumah Limas yang merupakan rumah adat Palembang mengalami perubahanperubahan seiring dengan perkembangan zaman, khususnya disebabkan oleh faktor ekonomi.
Perubahan dapat dilihat dari segi tatanan ruang, fungsi ruang, maupun perubahan material
yang menyesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat saat ini. Perubahan tatanan ruang
dan material pada rumah Limas juga merupakan bentuk upaya penghuni untuk
mempertahankan eksistensi rumah Limas namun terdapat keterbatasan dalam penggantian
elemen seperti aslinya.

Saran
Rumah tradisional atau rumah adat merupakan bagian dari budaya yang tak ternilai
harganya. Namun seiring perkembangan zaman keberadaan rumah tradisional mulai
ditinggalkan. Untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan serta perhatian terhadap keberadaan
rumah tradisional dengan mempelajari dari literartur-literatur agar dapat memahami fungsi

serta nilai budaya tradisional tersebut.

1. Rivai Abu. 1985. Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Selatan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Syaiful, Musiana, dkk. 2009. Rumah Limas Palembang. Palembang: Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Palembang
3. Arifai,A. 2009. Rumas Limas Palembang: Analisa dan Pembahasan dalam Aspek
Arsitektur.

Rivai Abu. 1985. Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Selatan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Syaiful, Musiana, dkk. 2009. Rumah Limas Palembang. Palembang: Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Palembang