PENGARUH PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN BAKAR

PENGARUH PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN
BAKAR MINYAK (BBM), KENAIKAN HARGA
MINYAK (ICP) DAN INFLASI TERHADAP PDB RIIL

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :
Ali Masrum
105020113111017

JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

(BBM), KENAIKAN HARGA MINYAK (ICP) DAN INFLASI TERHADAP
PDB RIIL
Yang disusun oleh :
Nama

:

Ali Masrum

NIM

:

105020113111017

Fakultas

:

Ekonomi dan Bisnis


Jurusan

:

S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 18 Juli 2014

Malang, 18 Juli 2014
Dosen Pembimbing,

Farah Wulandari P, SE.,ME.
NIP. 19820423 200502 2 001

PENGARUH PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM), KENAIKAN
HARGA MINYAK (ICP) DAN INFLASI TERHADAP PDB RIIL
Ali Masrum
Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Email: alie_mz62@yahoo.co.id
ABSTRACT
This study aimed to analyze the relationship of effect of reducing fuel, crude oil price (icp) and
inflation on real PDB. This study uses quantitative methods with regression linear berganda.
analysis approach . Indonesian research object is in a period of 15 years. The result, we find that
reducing fuel and crude oil price (icp)has positive and significant effect to real PDB and inflation
has negative significant to the riil GDP.

Key word: Reducing fuel, crude oil price (icp),inflationand real PDB
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengurangan subsidi bahan bakar minyak
(BBM), kenaikan harga minyak (ICP) dan inflasi terhadap PDB Riil.penelitian ini menggunakan
analisis regresi linier berganda. Objek penelitian adalah Indonesia dalam jangka waktu 15
tahun.Hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa variabelpengurangan subsidi BBM, kenaikan
harga minyak (ICP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDB Riil. Sedangkan inflasi
berpengaruh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel PDB Riil.

Kata kunci :Pengurangan subsidi BBM, harga minyak (ICP), inflasi dan PDB Riil


A. LATAR BELAKANG
Proses pembangunan ekonomi di segala bidang pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Proses perubahan struktural perekonomian seperti
perluasan kesempatan kerja, dan pengurangan tingkat kemiskinan merupakan sasaran pokok
pembangunan yang hendak dicapai guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka pemerintah mengadakan kebijakan memberikan
subsidi bahan bakar minyak (BBM).Subsidi BBM dapat diartikan sebagai bayaran yang harus
dilakukan oleh pemerintah pada Pertamina dalam simulasi di mana pendapatan yang diperoleh
Pertamina dari tugas menyediakan BBM di tanah air adalah lebih rendah dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa subsidi dilakukan untuk membantu warga negara
yang kurang mampu, namun kenyataannya disalahgunakan oleh kalangan kelas menengah ke
atas.Hal ini menyebabkan subsidi BBM salah sasaran dalam penyaluran, karena subsidi yang
tujuannya diberikan untuk kelompok yang kurang mampu tapi ternyata lebih banyak dinikmati
oleh golongan masyarakat kelas atas.Maka untuk itu ada beberapa cara yang dapat diterapkan
menurut OECD (2012) untuk mendukung kebijakan pendanaan program-program pokok
pembangunan antara lain menghapuskan subsidi energi dan listrik secara signifikan, dan
menerapkan program bantuan langsung tunai secara lebih baik guna mencegah naiknya angka
kemiskinan diIndonesia.
Fluktuasi harga minyak dunia berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara, baik pada

negara pengimpor maupun negara pengekspor minyak. Penelitian yang dilakukan Ghalayini
(2011) dalam penelitian Styo et al (2014) menyebutkan, ketika harga minyak mengalami kenaikan
maka konsumen akan mengurangi konsumsinya terhadap pemakaian minyak. Hal ini berdampak
pada kenaikan harga barang dan jasa sehingga membuat konsumen mengurangi konsumsinya dan
dapat terjadinya inflasi baik dari sisi cost push inflation dan demand pull inflation. Kenaikan harga
minyak akan mendongkrak kenaikan biaya produksi barang-barang yang dihasilkan dengan bahan
bakar minyak, kemudian kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga barang-barang tersebut,
bahkan berakibat menaikkan harga-harga barang pada umumnya (inflasi). Kenaikan harga BBM
dapat menaikkan biaya (cost), maka setiap negara akan melakukan penyesuaian agar bisa
kompetitif dalam menjual barang barang yang dihasilkan di pasar dunia. Sehingga Inflasi yang
diakibatkan cost push inflation biasanya kenaikan harga –harga dibarengi dengan penurunan omzet
penjualan barang (Sihono, 2008).
Sedangkan ketika terjadinya demand pull inflation atau tingginya permintaan barang
dan jasa relatif terhadap ketersediaannya Seperti halnya kebijakan pengurangan subsidi BBM
dapat memberi dampak positif terhadap GDP riil, Dari segi output biasanya ada kecenderungan
outputnya (GDP Riil) menaik bersama-sama dangan naiknya harga umum. besar kecilnya
kenaikan output ini tergantung pada elastisitas kurva agregat supply, semakin mendekati output
maksimum semakin tidak elastis kurva tersebut. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini di
gambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregat
demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian (Sutedi, 2012:280-282).Keadaan seperti ini

berpotensi untuk melemahkan pertumbuhan GDP.Rasio nilai dari impor minyak terhadap GDP
dapat dijadikan indikator untuk meneliti sejauh mana dampak fluktuasi harga minyak.Selain itu
minyak merupakan sumber energi yang tidak dapat dipisahkan dari aktifitas produksi ekonomi
nasional.Penggunaan minyak sebagai energi utama dalam kegiatan produksi nasional membuat
Indonesia menjadi negara pengimpor minyak dunia.
Berdasarkan uraian diatas tujuan penelitian ini adalah meneliti dampak pengurangan
subsidi bahan bakar minyak (BBM), harga minyak Indonesia (ICP) dan inflasi terhadap PDB Riil
B. KAJIAN PUSTAKA
Subsidi BBM
Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada konsumen atauprodusen
agar barang dan jasa yang dihasilkan harganya lebih rendah dan jumlah yangdibeli masyarakat
lebih banyak.Subsidi (government transfer payment) merupakan alatkebijakan pemerintah untuk
redistribusi dan stabilisasi.
Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary (1990) dalam penelitian (Chinyere &
Ani Casimir, 2013) subsidi adalah:

“the money that is paid by a government or organization to reduce the cost of ser-vices or of
producing goods so that their prices can be kept low”.
Subsidi BBM, sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan Nota Keuangan adalah
“pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada PERTAMINA (pemegang

monopoli pendistribusian BBM di Indonesia) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh
PERTAMINA dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya
yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut”. Dalam hal ia bernilai positif, seperti
dulu sering dialami, angka itu disebut Laba Bersih Minyak (Nugroho, 2005).
Kenaikan harga minyak (ICP)
kenaikan harga minyak dunia akan meningkatkan pendapatan pemerintah yang
berkaitan dengan minyak dan gas. Namun, kenaikan ini juga akan berdampak pada semakin
meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM dan pengeluaran-pengeluaran yang
berkaitan dengan harga minyak, seperti subsidi listrik dan dana bagi hasil minyak dan gas kepada
daerah. Lebih lanjut, kewajiban 20% anggaran di bidang pendidikan juga akan menambah
peningkatan beban pengeluaran pemerintah. Faktanya, ketika kenaikan harga minyak dunia
meningkatkan penerimaan anggaran belanja daerah, kenaikan harga minyak dunia ini merugikan
anggaran belanja pemerintah pusat akibat membengkaknya pengeluaran subsidi BBM dan
pengeluaran lain yang terkait. Pembengkakan subsidi ini pada akhirnya dapat memaksa
pemerintah untuk memotong pos anggaran lainnya (CSIS, 2011).
Minyak merupakan salah satu komponen penting dalam biaya produksi yang harus
ditanggung perusahaan. Meningkatnya harga minyak akan berpengaruh pada kenaikan biaya
produksi. Kenaikan produksi akan mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi dengan
mengurangi jumlah tenaga kerja. Akibatnya terjadi penurunan penawaran. Penurunan penawaran
akan berdampak pada kenaikan harga.

Inflasi
Inflasidiartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi, dianggap inflasi jika
terjadi proses kenaikan harga yang terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para
pemikir ekonom. Pengertian inflasi merupakan kecenderungan harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus akibat tidak seimbangnya arus barang dan uang yang di akibatkan dari
kenaikan harga BBM yang di terapkan oleh pemerintah . Dan Suatu negara yang mengalami inflasi
memiliki ciri-ciri berikut:
1. Harga-harga barang pada umumnya dalam keadaan naik terus menerus;
2. Jalan uang beredar melibihi kebutuhan;
3. Jalan barang relatif sedikit;
4. Nilai uang (daya beli uang) turun pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan
utama dari kebijaksanaan ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral di negara mana
pun.
Untuk memahami pengertian diatas ada berbagai kajian dan teori pun telah banyak
dihasilkan oleh para ekonom sebagai solusi dari persoalan inflasi. Menurut Sutedi (2012:284287) Dalam hal ini, terdapat tiga teori utama yang menjelaskan mengenai inflasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Teori kuantitas

Menurut teori kuantitas “kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang 1 persen menyebabkan
kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi “ (Mankiw,2007:90)
2. Teori Keynes
Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi di sebabkan masyarakat hidup di luar batas
kemampuan ekononominya. Dengan kata lain, inflasi terjadi karena pengeluaran agregat
telalu besar. Oleh karena itu, solusi yang harus di ambil adalah dengan jalan mengurangi
jumlah pengeluaran agregat itu sendiri ( mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan
meningkatkan pajak dan kebijakan uang yang ketat).
3. Teori strukturalis atau teori inflasi jangka panjang model inflasi di negara berkembang
Teori ini menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kelakuan struktur ekonomi,
khususnya kekuatan supply bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab

sruktural pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat di banding dengan
pertumbuhan ekonominya, sehingga menaikan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa.
Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehinggab terjadi inflasi yang
relatif berkepanjangan bila pembangunan sektor pengahasilan bahan pangan dan industri
barang-barang ekspor tidak di benahi atau di tambah.
Produk domestik Bruto (PDB)
Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah
perekonomian berlangsung dengan baik atau buruk. Indikator dalam menilai perekonomian

tersebut harus dapat digunakan untuk mengetahui total pendapatan yang diperoleh semua orang
dalam perekonomian. Indikator yang pas dan sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah
Gross Domestic Product (GDP).menurut Sukirno (2005:35) pengertian PDB adalah
“Produk Domestik Bruto atau GDP merupakan nilai barang dan jasa yang di produksi dalam
negara dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang di miliki oleh penduduk negara tersebut
dan penduduk/perusahaan negara lain”
Penghitungan GDP dengan cara pengeluaran membedakan perbelanjaan- perbelanjaan
yang di lakukan dalam perekonomian 5 komponen, yaitu (i) pengeluaran konsumsi – yang
meliputi pebelanjaan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, (ii) pengeluaran investasi
dan di namakan pembentukan modal tetap dimestik bruto, (iii) perubahan dalam stok, (iv) ekspor
barang dan jasa (v) impor barang dan jasa.
Namun dalam Mankiw (2006:11-13) GDP (yang ditunjukkan sebagai Y) dibagi atas
empat komponen : konsumsi (c), investasi (I), belanja negara (G), dan ekspor neto (NX):
Y = C + I + G + NX
Berikutnya, ketika kita mempelajari perubahan perekonomian seiring berlalunya waktu, ekonom
ingin memisahkan dua pengaruh (perekonomian menghasilkan output barang dan jasa dengan
lebih banyak dan barang dan jasa dijual pada harga yang lebih tinggi).Khususnya, mereka ingin
suatu ukuran jumlah barang dan jasa keseluruhan yang diproduksi perekonomian yang tidak
terpengaruh perubahan harga barang dan jasa tersebut.Untuk mendapatkan ukuran dari jumlah
produksi yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, kita menggunakan GDP riil ( real GDP )

yang menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap. GDP riil mengukur perubahan-perubahan
output fisik di dalam perekonomian antara periode tertentu yang berbeda dengan menilai semua
barang yang di produksi dla dua periode pada harga yang sama, atau dolar/Rupiah yang konstan
(Dornbush dan Fisher, 1997: 31). Sedangkan GDP nominal adalah mengukur produksi barang dan
jasa yang dinilai dengan harga – harga di masa sekarang. GDP nominal dalam perhitungannya
dipengaruhi kenaikan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan juga kenaikan harga barang
atau jasa tersebut(Mankiw,2006:17).
Kebijakan Pengurangan Subsidi BBM
Subsidi yang besar untuk minyak impor membuat posisi fiskal Indonesia amat rapuh
terhadap perubahan harga energi dunia.Ketika harga minyak internasional naik secara drastis,
sebagaimana terjadi pada 2008, pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM – yang dapat
mempersulit keadaan politik dalam negeri dan mengakibatkan inflasi mendadak – atau menaikkan
anggaran subsidi, yang dapat mengakibatkan lumpuhnya perekonomian. Jika pemerintah memilih
untuk mempertahankan subsidi pada saat harga minyak sedang tinggi, pemerintah harus mencari
tambahan hutang, atau memotong pengeluaran untuk program lain (IISD, 2012).
C. METODE PENELITIAN
Objek dan Metode Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah perekonomian Indonesia. Data yang digunakan adalah data
sekunder time series dengan jangka waktu tahun 1999 sampai dengan 2013 yang diperoleh dari
World Bank, departemen keuangan APBN, dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Metode dan Prosedur Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh pengurangan subsidi BBM, kenaikan harga minyak (ICP) dan inflasi
terhadap PDB Riil. dalam penelitian menggunakan metode regresi linear berganda. Dalam
penelitian ini mennggunakan asumsi klasik (autokorelasi, heteroskedastisitas, normalitas dan
multikolinearitas) dan uji kesesuaian (uji t, uji F dan R-squared)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan PDB Indonesia
Perkembangan
PDB atas dasar harga konstan, maka dapat dikatakan bahwa
perkembangan ekonomi Indonesia dari tahun ketahun semakin membaik. Hal ini ditunjukkan
dengan angka-angka PDB atas dasar konstan yang selalu mengalami peningkatan.Pada tahun 2013
misalanya nilai PDB mencapai Rp 277.034.510 miliar bila dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Berdasarkan data dari Statistik Indonesia (BPS) Produk Domestik Bruto (PDB)
berdasarkan harga konstan dalam kurun waktu 1999-2013
Perkembangan Subsidi BBM Indonesia
Perkembangan kenaikan dan penurunan subsidi BBM dari tahun ke tahun mengalami
fluktuasi akan tetapi cenderung mengalami kenaikan. pada tahun 1999 perkembangan subsidi
BBM yaitu sebesar Rp22,5 triliun rupiahDan sampai dengan tahun 2012 subsidi BBM kembali
mengalami kenaikan sebesar 46,7 dan sedangkan pada tahun 2013 subsidi turun sebesar 18,1
triliun rupiah.
Dalam kurun waktu 2005-2013, pemerintah telah melakukan penyesuaian harga BBM
sebanyak 6 (lima) kali, yaitu 1 oktober 2005, bulan Mei 2008, awal Desember 2008, pertengahan
Desember 2008, pertengahan Januari 2009 dan bulan Juni 2013.

Perkembangan harga minyak Indonesia (ICP)
Pergerakan harga minyak internasional yang saat ini sedang dalam tren menurun antara
lain merupakan refleksi dari lemahnya kondisi ekonomi global. Badan Energi Amerika Serikat
(EIA) memproyeksikan harga minyak mentah dalam beberapa bulan ke depan masih stabil namun
relatif akan lebih rendah dari harga minyak mentah dunia pada awal tahun 2013. Beberapa hal
yang mendorong penurunan harga minyak dunia yaitu masih lemahnya permintaan minyak mentah
dunia sejalan dengan masih terbatasnya pemulihan ekonomi dunia.Sementara itu, di sisi lain,
pasokan minyak terutama dari negara-negara OPEC masih cukup memadai.
Pada tahun 1999 harga minyak indonesia sebesar US$ 18,93 barrel sedangkan pada
perkembangan terakhir, dengan adanya masalah politik di Mesir dan beberapa negara Timur
Tengah, harga minyak mentah dunia pada semester II tahun 2013 diperkirakan cenderung naik
yaitu sebesar sebesar US$ 100,0 barrel (depkew, 2013)
Perkembangan Inflasi Indonesia
Pada tahun 1999 banyak terjadi perubahan-perubahan structural dalam menentukan
sebuah kebijakan dimana perubahan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan hubungan antara
variabel-variabel makroekonomi dan variabel moneter. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
hubungan antara jumlah uang beredar dengan inflasi dan tingkat output yang semakin melemah.
Jumlah uang beredar tidak dapat mendorong tingkat output, tetapi jumlah uang beredar justru
mendorong tingkat inflasi. Untuk itulah kebijakan moneter ketat ditempuh dalam kondisi ini untuk
mengurangi jumlah uang beredar.Salah satu kebijakan ini bisa dilakukan dengan menaikkan
tingkat suku bunga sehingga masyarakat mau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan.
Tercatat tingkat inflasi tahun 1999 memang turun drastis dimana inflasi year on year (yoy) tahun
1998 sebesar 77,63 % turun menjadi 2,01 % pada tahun 1999. Dan sampai tahun 2013 inflasi
sebesar 7,2 % (Bps, 2013)
Pengujian Hipotesis
Uji f
Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi ini kita dapat melihat pada nilai sig atau dengan uji
F pada tabel ANOVA.
Tabel 1:Hasil Uji Hipotesis Simultan
Variabel bebas

Variabel terikat

F hitung

Sig. F

Keterangan

Psubsidi BBM (X1),
ICP (X2),
Inflasi (X3)

PDB Riil (Y)

21.704

0.000063

Signifikan

R-square = 0,855
F tabel = F(3,36,5%) = 2,866
Sumber : Output Pengolahan Data (lampiran)

Pada tabel 1 nilai F hitung pada model pertama sebesar 21.704 dan nilai signifikansi
sebesar 0.000063.Karena nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (21.704 >2,866) atau nilai
signifikansi lebih kecil dari alpha 5% (0.0000632,028) ataunilai signifikansi lebih kecil dari
alpha 5% (0.04432,028) ataunilai signifikansi lebih kecil dari
alpha 5% (0.0005