makalah teori belajar behavioristik .

“Meningkatkan Kreativitas dengan Model Bimbingan Belajar dari
Teori Belajar Behavioristik”.
Makalah Psikologi Pendidikan
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Aas Saomah, M.Si

Oleh :
Edwin Sutiana
1406726

Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya-upaya dalam
mengorganisasi lingkungan supaya terjadi kegiatan belajar pada diri siswa.
Belajar merupakan pokok dari perkembangan hidup manusia secara

keseluruhan. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja yang dapat merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal lain yang
ditangkap oleh alat indra. Sedangkan respon yaitu interaksi yang
dimunculkan ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau
tindakan (Agus, 2010).
Kreativitas adalah kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang
tersedia) menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman
jawaban (Munandar, 2002 : 48). Secara operasional, kreativitas dapat
dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memerinci) suatu gagasan.
Dalam kegiatan belajar, kreativitas sangat diperlukan. Orang yang
krativitasnya tinggi akan mempunyai keterampilan berpikir yang lancar dan
memiliki imajinasi yang tinggi (berpikir divergen). Sebaliknya, orang yang
kreativitasnya rendah cenderung tidak terampil dalam berpikir dan
mempunyai imajinasi yang rendah (berpikir konvergen).
Hasil penelitian terhadap 50 siswa kelas XI SMA Negeri 2 Semarang
menunjukkan bahwa secara keseluruhan, siswa yang memiliki kreativitas

sangat tinggi ada 0%, siswa yang memiliki kreativitas tinggi ada 56%, siswa
yang memiliki kreativitas sedang ada 44%, dan siswa yang memiliki
kreativitas rendah dan sangat rendah 0%. Berdasarkan data 10 aspek
kreativitas, terdapat beberapa kelemahan yatitu pada: (1) keterampilan

berpikir lancar yang rendah mencapai 4%, (2) fleksibilitas yang rendah 6%,
(3) kemampuan berpikir rasional yang rendah 22% dan sangat rendah 2%, (4)
kemampuan elaboratif yang rendah 4%, (5) kemampuan evaluasi yang rendah
2%, (6) rasa ingin tahu yang rendah 2%, (7) sikap imajinatif yang rendah 2%,
(8) rasa tertantang kemajuan yang rendah mencapai 16%. Adapun keberanian
mengabil risiko dan sikap menghargai pada umumnya siswa termasuk
kategori cukup, tinggi, dan sangat tinggi.
Setelah diteliti lebih jauh, ditemukan bahwa dari segi belajar
behavioristik, guru belum sepenuhnya memberikan: reinforcement and
punishment (penguatan dan hukuman), primary and secondary reinforcement
(penguatan primer dan sekunder), schedules of reinforcement (jadwal
penguatan), contingency management ( manajemen kontingensi), stimulus
control in operant learning (kontrol stimulus dalam operant learning), dan the
eliminationof responses ( eliminasi respon-respon). Guru sangat jarang
memberikan penguatan menakal siswa berhasil meraih sukses belajar, namun

lebih sering memberikan hukuman ketika siswa melakukan pelanggaran
disiplin belajar.
Berdasarkan belajar diatas, maka penyelesaian masalah dibatasi pada
upaya

meningkatkan

kreativitas

melalui

model

bimbingan

belajar

behavioristik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori belajar behaviorisme?

2. Apa saja ciri-ciri teori belajar behaviorisme?
3. Bagaimana aplikasi dari teori behavioristik dalam mengembangkan
kreativitas?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari teori belajar behaviorisme
2. Mengetahui ciri-ciri teori belajar behaviorisme

3. Mengetahui bagaimana mengaplikasikan teori behavioristik dalam
mengembangkan kreativitas.
4.

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui
pengertian dari teori behaviorisme, ciri-ciri teori behaviorisme, dan kita dapat
mengatahui bagaimana mengembangkan kreativitas dengan menggunakan
model bimbingan belajar dari teori belajar behavioristik

5.


Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 BAB, yaitu BAB I berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistematika penulisan. BAB II berisi pengertian teori behaviorisme, ciri-ciri
teori behaviorisme, dan bagaimana aplikasi dari teori behavioristik untuk
mengembangkan kreativitas. BAB III berisi kesimpulan dan daftar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Dalam konsep
Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah
dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar (Surya, 2003:
168).
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Dasar pikiran dari teori behavioristik adalah bahwa perasaan

atau emosi adalah hasil dari proses berpikir (Miller, 2011). Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret,
dimana reinforcement (penguat) dan punishment (hukuman) menjadi stimulus
(rangsangan) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Menurut Skinner, hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang
kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku.
Faktor yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan

(reinforcement).

Bila

penguatan

ditambahkan


(positive

reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu pula bila respon
dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement)maka respon juga semaki
kurang. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1)
Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;
(3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus

Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage dan
Berliner, dalam Wikipedia, 2011).
B. Ciri-ciri Teori Behavioristik
Ciri-ciri teori behaviorisme adalah sebagai berikut:
1.

Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)

2.

Mementingkan bagian-bagian (elentaristis)


3.

Mementingkan peranan reaksi (respon)

4.

Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar

5.

Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu

6.

Mementingkan pembentukan kebiasaan.

7.

Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal’ atau
trial and error (latihan).


C. Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Mengembangkan Kreativitas
Bimbingan belajar merupakan bidang bimbingan dan konseling yang
ditujukan untuk mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap
dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan
keterampilan serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada
tingkat yang lebih tinggi (Prayitno, 2007 : 67).
Bimbingan belajar behavioristik adalah suatu proses bantuan yang
diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa dengan mendasarkan pada
konsep-konsep atau prinsip-prinsip teori belajar behavioristik, agar siswa
mampu mengembangkan diri, memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang
baik. Prinsip-prinsip behavioristik diimplementasikan dalam bimbingan
belajar: a) Bimbingan belajar menggunakan prinsip Reinforcement and
Punishment (penguatan dan hukuman) untuk meningkatkan kreativitas; b)
Bimbingan

belajar

menggunakan


prinsip

Primary

and

secondary

Reinforcement (penguatan primer dan sekunder) untuk meningkatkan
kreativitas; c) Bimbingan belajar menggunakan prinsip Schedules of
Reinforcement (jadwal penguatan) untuk meningkatkan kreativitas; d)
Bimbingan

belajar

menggunakan

prinsip

Contingency


Management

(manajemen kontingensi) untuk meningkatkan kreativitas; e) Bimbingan
belajar menggunakan prinsip Stimulus Control in Operan Learning (kontrol

stimulus dalam operant learning) untuk meningkatkan kreativitas; f)
Bimbingan belajar menggunakan prinsip The Elimination of Responses
(eliminasi respon-respon) untuk meningkatkan kreativitas.
Dalam konseling behavior, konselor berperan sebagai :
1. Fasilitator bagi perkembangan kreativitas siswa
2. Memberikan informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program
dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa
3. Menempatkan siswa dengan kelompok belajar yang sesuai
4. Memberikan

program

belajar

dengan

program

yang

dirancang

meningkatkan kreativitas belajar siswa
5. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar,
selanjutnya memberikan stimulus yang sesuai
6. Membuat rekomendasi tentang kemungkinan usaha selanjutnya dan
remedial teaching.
Sedangkan fungsi konselor adalah :
1. Menciptakan hubungan yang kondusif
2. Mendorong tumbuhnya motivasi belajar dan kreativitas
3. Mendorong

kemampuan

memecahkan

kesulitan

belajar

dengan

memanfaatkan potensi internal dan eksternal yang ada
Tujuan

model

bimbingan

belajar

behavioristik

adalah

untuk

meningkatkan kreativitas siswa, mencakup: (1) kemampuan berpikir kreatif
(aptitude) yaitu kemampuan berpikir lancar, luwes (fleksibel), rasional,
keterampilan menilai (mengevaluasi), dan (2) kemampuan berpikir efektif
(non-aptitude) yaitu rasa ingin tahu, bersikap imajinatif, merasa tertantang
oleh kemajuan, berani mengambil risiko, dan bersifat menghargai.
Efektifitas model bimbingan belajar behavioristik dalam meningkatkan
kreativitas belajar siswa SMA hasil penelitian adalah dari sebelumnya
70,17% menjadi 76,46%. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan sebesar
6,29%. Peningkatan tersebut terjadi pada semua aspek kreativitas.
Peningkatan yang menonjol yaitu pada siswa dengan kreativitas tinggi

sebesar 38% dan munculnya kelompok siswa dengan krativitas sangat tinggi
sebesar 6%.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam konsep Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,
sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
belajar. Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang
dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena
memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekulmolekul.
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat

mekanistis,

menekankan

peranan

lingkungan,

mementingkan

pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,mementingkan
mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Kreativitas adalah kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang
tersedia) menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman
jawaban. Kreativitas dapat ditingkatkan melalui model bimbingan belajar
behavioristik.
Bimbingan belajar behavioristik adalah suatu proses bantuan yang
diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa dengan mendasarkan pada konsepkonsep atau prinsip-prinsip teori belajar behavioristik, agar siswa mampu
mengembangkan diri, memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Tujuan model bimbingan belajar behavioristik adalah untuk meningkatkan
kreativitas siswa, mencakup: (1) kemampuan berpikir kreatif (aptitude) yaitu
kemampuan berpikir lancar, luwes (fleksibel), rasional, keterampilan menilai
(mengevaluasi), dan (2) kemampuan berpikir efektif (non-aptitude) yaitu rasa

ingin tahu, bersikap imajinatif, merasa tertantang oleh kemajuan, berani
mengambil risiko, dan bersifat menghargai.
DAFTAR PUSTAKA

Investigation in University Teaching and Learning. Motivation Theories an
Implications for Teaching and Learning in the Biosciences. (2009).
Miller,

A.

M.

et

all.

Theoretical

Integration

of

Humnistic

and

Cognitive/Behavioral Approaches in Counseling. (2011).
Prawianto, Petrus Ony. Jurnal Bimbingan Belajar Behavioristik untuk
Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa. (2012).
Surya, M. (2003). Teori-teori konseling. Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy.
Sukmadinata, N. S. (2005). Landasan psikologi dalam proses pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.