ANALISA REGULASI DAMPAK SOSIAL ANAK TERH
ANALISA REGULASI DAMPAK SOSIAL ANAK TERHADAP
TINDAKKAN PENYALAHGUNAAN INFORMASI
BERMUATAN PORNOGRAFI
Nanda Iryani
Program Pascasarjana, Program Magister Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana
Jakarta, Indonesia
E-mail : nenzyaurum@gmail.com / 55416120032@student.mercubuana.ac.id
Dosen : DR.Iwan Krisnadi, MBA
Abstark - Penyebarluasan pornografi di internet dan media sosial sudah berkembang tanpa
batas yang sangat mengkhawatirkan apabila dikomsumsi oleh seorang anak, mudahnya anak
remaja untuk mengakses situs-situs pornografi di internet dan spam pornografi yang ada
dalam beranda media sosial, terutama facebook dan twitter yang akan sangat berpengaruh
buruk terhadap perilaku sehari-hari.
Upaya untuk mencegah dan atau menanggulangi berbagai perilaku kekerasan yang dialami
anak sudah mesti mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Oleh sebab itu,
pendekatan dalam penanganan masalah ini mesti bersifat terpadu (integrated),di mana selain
pendekatan hukum juga harus mempertimbangkan pendekatan non hukum yang justru
merupakan penyebab terjadinya kekerasan Disamping itu bantuan media massa dan
elektronik untuk lebih memperhatikan masalah tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak dalam pemberitaannya, termasuk memberi pendidikan publik tentang hak-hak asasi
perempuan dan anak- anak.
Keyword : Intergrated , Pendidikan
Abstark - The spread of pornography on the internet and social media has grown indefinitely
which is very worrying if dikomsumsi by a child, easy teenagers to access pornographic sites
on the internet and spam pornography on the social media homepage, especially facebook
and twitter that will be very bad influence against everyday behavior.
Efforts to prevent and / or overcome various violent behaviors experienced by children
should receive serious attention and handling. Therefore, the approach in dealing with this
issue must be integrated, in addition to legal approaches must also take into account non-legal
approach that is the cause of violence In addition, the mass media and electronic assistance to
pay more attention to the problem of violence against women and children in its publications,
including providing public education on the rights of women and children.
Keyword : Intergrated, Education
I.
PENDAHULUAN
A.
pertunjukan di muka umum, yang
Latar Belakang
Dengan terus berkembang pesat
memuat
eksploitasi
seksual
yang
teknologi informasi di era digital saat
melanggar norma kesusilaan dalam
ini media informasi komunikasi dan
masyarakat.[1]
data semakin agresif menginvasi sektor
Proses
penyebaran
pornografi
kehidupan seiring dengan kemajuan
menjadi sangat mudah dengan adanya
teknologi
sudah
internet dan media sosial. Dalam hal
menjawab
ini tersebar melalui situs, blog, jejaring
informasi.
menjadi
sarana
Media
untuk
sebagian besar kebutuhan komunikasi,
sosial dan mailing-list.
pendidikan, pekerjaan, dan hiburan
disayangkanan
masyarakat.. Ada banyak masalah kecil
penggemar
dan
terutama generasi muda dalam hal
besar
yang
terpengaruh
oleh
transformasi media sosial, mulai dari
Dan sangat
semua itu memiliki
yang
cukup
banyak
remaja dan anak-anak.
hal pribadi, identitas individu, dan gaya
Anak sebagai tunas, potensi,dan
hidup mereka sampai dengan masalah-
generasi muda penerus cita – cita
masalah
Pemanfaatan
perjuangan bangsa, memiliki peran
Internet sebagai penyebaran informasi
strategis dan mempunyai ciri dan sifat
dengan
besar
begitu
sosial.
tak
hanya
khusus yang menjamin kelangsungan
akan
tetapi
eksistensi bangsa dan Negara pada
berdampak negatif. Salah satu dampak
masa depan untuk itu anak harus selalu
negatif dari pemanfaatan internet adalah
dilindungi
dan
dijaga
dari
penyebaran
informasi
bermuatan
ancaman
yang
dapat
menghambat
pornografi
yang menjadi
perhatian
berdampak
cepat
positif
serius dari Pemerintah.
segala
pertumbuhan dan perkembangannya,
salah satu penghambat yang signifikan
Pengertian pornografi menurut Pasal
pertumbuhan dan perkembannya adalah
1 angka 1 Undang- Undang Nomor 44
pengaruh negatif yang masuk melalui
Tahun 2008 tentang Pornografi adalah :
internet dan media sosial yang mudah
Gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan,
di
suara, bunyi, gambar bergerak,animasi,
pornografi.
kartun,percakapan, gerak tubuh, atau
akses
oleh
anak-anak
seperti
Perlindungan terhadap anak dari
bentuk pesan lainnya melalui berbagai
pengaruh pornografi tertuang
dalam
bentuk media komunikasi dan/atau
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2008 tentang Pornografi adalah :
terjadi
“Setiap orang berkewajiban melindungi
masyarakat baik dalam ekonomi, sosial
anak dari pengaruh pornografi dan
dan budaya. Perubahan- perubahan
mencegah
tersebut
akses
anak
terhadap
perubahan-perubahan
disebabkan
dalam
oleh
proses
informasi pornografi.” Kewajiban dan
globalisasi sebagai efek perkembangan
tanggung
teknologi
jawab
penyelenggara
perlindungan anak tertuang
informasi
yang
tidak
dalam
terelakkan, sehingga dapat merusak
Pasal 67A Undang-Undang Nomor 35
moral seseorang apalagi anak yang
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
belum bisa menyaring informasi yang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
benar. Meningkatnya jumlah kasus
tentag Perlindungan Anak adalah :
kekerasan
”Setiap orang wajib melindungi anak
menjadi
dari pengaruh pornografi dan mencegah
menyedot perhatian banyak kalangan.
akses anak terhadap informasi yang
mengandung unsur pornografi.”
seksual
fenomena
Kasus
kekerasan
terhadap
anak
tersendiri
seksual
dan
pun
Dan
semakin kompleks mulai dari faktor
tertuang Undang-Undang No. 11 Tahun
penyebab dari pelaku hingga akibat
2008 tentang Informasi dan Transaksi
yang
Elektronik tertuang UU ITE. Pasal 27
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk
ayat (1) UU ITE mengatur larangan
mengkaji kekerasan seksual terhadap
mendistribusikan,
mentransmisikan,
anak, terutama yang dilakukan oleh
dan/atau membuat dapat diaksesnya
orang dewasa sebagai suatu kelainan
Informasi atau Dokumen Elektronik
seksual atau yang kemudian lebih
yang memiliki muatan yang melanggar
dikenal dengan istilah pedofilia. Kajian
kesusilaan.
ini merupakan kajian literatur yang
ditimbulkan
bagi
korban.
mencoba menginformasikan mengenai
B.
fenomena
Permasalahan
Perlindungan
hukum
bagi
anak
akibat penyebarluasan pornografi di
internet dan media sosial merupakan
masalah
yang
perlu
diperhatikan.
Berkaitan dengan moral, pada saat ini
kita telah memasuki era baru yaitu era
digital
dan
modernisasi,
dengan
berjalannya era baru ini sebenarnya
pedofilia
dan
kekerasan
seksual yang dapat menjadi ancaman
terhadap anak. [2]
Figure.1 Data ECPAT Indonesia korban Eksploitasi
Indonesia sudah memiliki Undang-
Seksual Komersial Anak (ESKA) di Indonesia 2016-2017
Undang Nomor 44
tentang Pornografi, Undang- Undang
Berdasarkan latar belakang masalah
di
atas,
maka
dapat
Nomor
dirumuskan
Apa
faktor
Nomor
yang
menyebabkan
anak
korban
penyebarluasan
2016
Atas
11
tentang
Undang-Undang
Tahun
2008
dan
tentang
Transaksi
Elektronik.Kemudian Undang-Undang
Nomor
17
Penetapan
sosial ?
Bagaimana
Tahun
Informasi
menjadi
pornografi di internet dan media
b)
19
Perubahan
permasalahannya sebagai berikut :
a)
Tahun 2008
Tahun
2016
Peraturan
tentang
Pemerintan
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
perlindungan
Tahun
hukum terhadap anak akibat
2016
Tentang
Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor
penyebarluasan pornografi di
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
internet dan media sosial ?
Anak Menjadi Undang-Undang dan
C.
Kitab
Peran Pemerintah
Undang-Undang
Hukum
Pidana.
Pemerintah Indonesia dilakukan
pencegahan yang tercantum di dalam
Protokol
Opsional
tentang
Perdagangan Anak, Prostitusi Anak
dan Pornografi Anak yang telah
diratifikasi melalui Undang-Undang
Indonesia
dasarnya,
telah
Pemerintah
menandatangani
Optional Protocol to the Convention
on the Rights of the Child on the Sale
of Children, Child Prostitution and
Child Pornography (Protokol Opsional
Konvensi Hak-hak Anak mengenai
Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan
Pornografi Anak) .[3]
KAJIAN PUSTAKA
A.
Undang-undang terkait
a)
UU NO. 44 Tahun 2008
Tentang PORNOGRAFI
Globalisasi dan perkembangan ilmu
Nomor 10 Tahun 2012.
Pada
II.
pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi,
telah
memberikan
andil
meningkatnya
terhadap
pembuatan,
penyebarluasan,
dan
penggunaan
pornografi yang memberikan pengaruh
buruk terhadap moral dan kepribadian
luhur
bangsa
Indonesia
sehingga
mengancam kehidupan dan tatanan
sosial
masyarakat
Berkembangluasnya
Indonesia.
pornografi
di
tengah masyarakat juga mengakibatkan
menjelaskan
meningkatnya
adalah
tindak
asusila
dan
pencabulan[4]
definisi.
ilmu
Kriminologi
pengetahuan
yang
mempelajari kejahatan dari berbagai
Pengaturan pornografi yang terdapat
aspek (Crime dan Logos). Ini pertama
dalam peraturan perundang-undangan
Kali dikemukan oleh P. Topinard pada
yang ada, seperti Kitab Undang-Undang
tahun 1830-1911.
Hukum
Pidana
(KUHP),
Undang-
Sebagai
penyebaran
muatan
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
pornografi
Pers, Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Penyebarluasan
2002 tentang Penyiaran, dan Undang-
melalui
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
khusus dalam KUHP. Dalam KUHP
Perlindungan Anak kurang memadai
juga tidak dikenal istilah/kejahatan
dan belum memenuhi kebutuhan hukum
pornografi. Namun, ada pasal KUHP
serta
masyarakat
yang bisa dikenakan untuk perbuatan
sehingga perlu dibuat undang-undang
ini, yaitu pasal 282 KUHP mengenai
baru yang secara khusus mengatur
kejahatan terhadap kesusilaan.
perkembangan
melalui
internet.
muatan
internet tidak
diatur secara
“Barangsiapa
pornografi.
pornografi
menyiarkan,
11
mempertunjukkan atau menempelkan di
Tahun 2008 tentang Informasi dan
muka umum tulisan, gambaran atau
Transaksi Elektronik
benda yang telah diketahui isinya
b)
Undang-Undang
No.
Pasal 27 ayat (1) UU ITE mengatur:
“Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan
dan/atau
membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki
muatan
yang
melanggar
melanggar kesusilaan, atau barangsiapa
dengan
untuk
disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan di
muka
umum,
gambaran
membikin
tulisan,
benda
tersebut,
atau
memasukkannya
ke
dalam
negeri,
meneruskannya, mengeluarkannya dari
negeri,
kesusilaan.”
maksud
atau
memiliki
persediaan,
ataupun barangsiapa secara terangterangan atau dengan mengedarkan
B. Cyber Pornografi
Untuk efektivitas pembelajaran, hal
pertama yang harus dilakukan adalah
menyamakan
atau
paling
tidak
surat tanpa diminta, menawarkannya
atau menunjukkannya
diperoleh,
diancam
sebagai bisa
dengan
pidana
penjara paling lama satu tahun enam
bulan atau pidana denda paling tinggi
jelas salah, pornografi sebetulnya hanya
empat ribu lima ratus rupiah”
salah satu sebagian kecil dari dunia
Ancaman
pidana
terhadap
konten Internet keseluruhan membuka
pelanggar diatur dalam Pasal 45 ayat
situs pornografi yang tidak dibatasi
(1) UU ITE, yaitu ancaman pidana
dapat menimbulkan generasi muda
penjara paling lama 6 (enam) tahun
terutama anak terkontaminasi
dan/atau denda paling banyak 1 (satu)
konten pornografi yang tersebar dan
milliar rupiah. [5]
merajalela.
oleh
Masalah pornografi selain merusak
III. PEMBAHASAN
sikap sosial dan akhlak seseorang juga
A. Faktor faktor yang menyebabkan
merupakan salah satu sumber timbulnya
anak
menjadi
penyebarluasan
korban
pornografi
di
merupakan
Perbuatan
pornografi
sangat
merupakan
perbuatan
jelas
haram dan dilarang oleh agama karena
internet dan media sosial
Internet
kemaksiatan.
satu
perbuatan
faktor pemicu terjadinya globalisasi
perbuatan
karena telah menghilangkan batas-batas
kehormatan
dunia. Internet telah membuat orang
maupun masyarakat dan merupakan
dari belahan bumi yang berbeda dapat
perbuatan
berkomunikasi
menodai, menjerumuskan diri sendiri
tanpa
salah
dibatasi
oleh
batas-batas negara, waktu, jarak, dan
hukum atau biokrasi suatu negara.
pornografi
yang
diri
tidak
merupakan
memelihara
pelaku,
yang
keluarga
mencemarkan,
maupun orang lain.
Dari hasil penelitian faktor-faktor
yang
menyebabkan
anak
menjadi
korban penyebarluasan pornografi di
internet dan media sosial diantaranya :
a) Kebebasan yang diberikan orang
tua kepada anak terhadap game
online, sosmed dan smartphone
Figure.2 Data APJII 2016 penetrasi penggunaan internet
berdasarkan usia [6]
Karenakan
tanpa didampingi dan dikontrol
penggunaanya
adanya
kesenjangan
Pendidikan selain tindakan menutup
secara paksa medianya sendiri yang
m
e
n
secara
terus
erus.
Kewajiban
Figure.3 Data APJII 2016
tempat yang sering
diakses
saja
internet
dimana
ini
Pemerintah, lembaga sosial, lembaga
pendidikan,
agama
memberikan
sopan
tugas
menggunakan
smartphone
b) Kurangnya
menjadi
santun
ilmu
keluarga,
yang
memberikan
lembaga
keagamaan,
dan/atau
masyarakat
pembinaan,
diberikan kepada anak sehingga
pendampingan, serta pemulihan sosial,
anak merasa tidak bersalah dan
kesehatan fisik dan mental bagi setiap
keinginan
anak yang menjadi korban atau pelaku
kembali
untuk
mengulangi
mengakses
informasi
Pornografi
adalah
suatu
sangat
komplek
dan
karena
itu
problem
terkait pornografi.
c) Orang tua terlalu sibuk dengan
pekerjaan
pornografi.
diluar
tanpa
yang
yang
memprihatikan,
oleh
perkembangan
diperlukan upaya dan dukungan dari
dan tumbuh kembang anak. Saat
pemerintah dan lembaga-lembaga lain
ini
untuk
yang
siapa
pornografi dan melawan pornogarfi
fokus
secara efisien
memperhatikan
anak
bingung
menyampaikan
dikarenakan
kepada
orang
tua
terkait
untuk
menanggulangi
dengan pekerjaan.akhirnya anak
berkonsultasi dengan teman yang
memiliki efek buruk terhadapnya.
d) Kurangnya
pengawasan
anak
dilingkungan luar
B. Perlindungan hukum terhadap anak
Figure.4
Data APJII 2016
perilaku pengguna
Pemblokiran situs tertentu .
akibat penyebarluasan pornografi
Peraturan Perundang-undangan di
antaranya
Nomor
dalam
44
Tahun
Undang-Undang
2008
tentang
Pornografi, Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Internet
dan
Transaksi
Elektronik.
C. Upaya
yang
harus
dilakukan
untuk memberikan perlindungan
hukum
terhadap
anak
akibat
penyebarluasan pornografi
pemerintah
wewenangnya
penyebarluasan
untuk
dalam
menjalankan
mencegah
pornografi
di
internet dan media sosial seperti
yang diamanatkan dalam peraturan
II. KESIMPULAN & SARAN
perundang-undangan
A. Kesimpulan
semaksimal
mungkin sehingga penyebarluasan
pornografi bisa diminimalisir karena
untuk memblog situs pornografi
tidak mudah. Disarankan kepada
aparat
hukum
khususnya
hakim
pemberian sanksi terhadap pelaku
tindak pidana pornografi dilihat apa
yang
telah
ditetapkan
dalam
peraturan perundang-undangan yaitu
dengan menerapkan sanksi pidana
terhadap
pelaku
pornografi
tindak
semaksimal
pidana
mungkin,
untuk menimbulkan efek jera dengan
ancaman
hukuman
Disarankan
terutama
kepada
orang
tua
yang
berat.
masyarakat
melakukan
pengawasan terhadap anak dalam
Upaya
untuk
menanggulangi
mencegah
dan
berbagai
atau
perilaku
kekerasan yang dialami anak sudah mesti
mendapat perhatian dan penanganan yang
serius. Oleh sebab itu, pendekatan dalam
penanganan masalah ini mesti bersifat
terpadu
(integrated),di
pendekatan
hukum
mempertimbangkan
mana
selain
juga
harus
pendekatan
non
hukum yang justru merupakan penyebab
terjadinya
kekerasan
Disamping
itu
bantuan media massa dan elektronik untuk
lebih
memperhatikan
masalah
tindak
kekerasan terhadap perempuan dan anak
dalam pemberitaannya, termasuk memberi
pendidikan publik tentang hak-hak asasi
perempuan dan anak- anak.
penggunaan teknologi. Dan setiap
orang
berkewajiban
melindungi
anak-anak dari pengaruh pornografi
.
B. Saran
dan mencegah akses anak terhadap
informasi teknologi dan masyarakat
untuk berperan dalam mewujudkan
upaya pencegahan terhadap aksesakses situs pornografi agar tidak
berkembang
datang
yang
kehidupan.[7]
dimasa
akan
yang
akan
menghambat
Di
era
digitalisasi
seperti
saat
sekarang ini, pemanfaatan teknologi dan
informasi
sebaiknya
digunakan
untuk
berbagai kegiatan hal yang positif dan
bermanfaat. Pengawasan dan batasan perlu
diberikan kepada anak-anak atau remaja
yang akan memasuki dunia maya oleh
siapapun khususnya orang tua dan guru
dan tetap memberikan pendidikan agama
yang
terpenting
supaya
perbuatan terpuji dan tidak.
mengetahui
Daftar Pustaka
[1]
S. Di, K. Langsa, and P. Aceh,
“Jurnal Ilmiah ‘DUNIA ILMU’
Vol.2 No.3 Oktober 2016,” vol. 2,
no. 3, pp. 130–146, 2016.
[2]
T. Anak, “Pedofilia dan kekerasan
seksual: masalah dan perlindungan
terhadap anak,” pp. 29–40, 2015.
[3]
K. Sekolah and D. Islam, “Persepsi
pornografi pada anak (studi
pendahuluan pada siswa kelas 5
sekolah dasar islam ‘x’).”
[4]
A. Lembaran, N. Republik, I.
Tahun, U. R. Indonesia, and I.
Umum, “Tambahan lembaran
negara ri,” no. 4928, 2008.
[5]
“No Title,” 2015.
[6]
“No Title,” 2016.
[7]
http://m.tribunnews.com/nasional
/2017
/10/12/pemerintah-diminta-
serius-tangani-kasus-prostitusianak-dan-pornografi?page=all
TINDAKKAN PENYALAHGUNAAN INFORMASI
BERMUATAN PORNOGRAFI
Nanda Iryani
Program Pascasarjana, Program Magister Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana
Jakarta, Indonesia
E-mail : nenzyaurum@gmail.com / 55416120032@student.mercubuana.ac.id
Dosen : DR.Iwan Krisnadi, MBA
Abstark - Penyebarluasan pornografi di internet dan media sosial sudah berkembang tanpa
batas yang sangat mengkhawatirkan apabila dikomsumsi oleh seorang anak, mudahnya anak
remaja untuk mengakses situs-situs pornografi di internet dan spam pornografi yang ada
dalam beranda media sosial, terutama facebook dan twitter yang akan sangat berpengaruh
buruk terhadap perilaku sehari-hari.
Upaya untuk mencegah dan atau menanggulangi berbagai perilaku kekerasan yang dialami
anak sudah mesti mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Oleh sebab itu,
pendekatan dalam penanganan masalah ini mesti bersifat terpadu (integrated),di mana selain
pendekatan hukum juga harus mempertimbangkan pendekatan non hukum yang justru
merupakan penyebab terjadinya kekerasan Disamping itu bantuan media massa dan
elektronik untuk lebih memperhatikan masalah tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak dalam pemberitaannya, termasuk memberi pendidikan publik tentang hak-hak asasi
perempuan dan anak- anak.
Keyword : Intergrated , Pendidikan
Abstark - The spread of pornography on the internet and social media has grown indefinitely
which is very worrying if dikomsumsi by a child, easy teenagers to access pornographic sites
on the internet and spam pornography on the social media homepage, especially facebook
and twitter that will be very bad influence against everyday behavior.
Efforts to prevent and / or overcome various violent behaviors experienced by children
should receive serious attention and handling. Therefore, the approach in dealing with this
issue must be integrated, in addition to legal approaches must also take into account non-legal
approach that is the cause of violence In addition, the mass media and electronic assistance to
pay more attention to the problem of violence against women and children in its publications,
including providing public education on the rights of women and children.
Keyword : Intergrated, Education
I.
PENDAHULUAN
A.
pertunjukan di muka umum, yang
Latar Belakang
Dengan terus berkembang pesat
memuat
eksploitasi
seksual
yang
teknologi informasi di era digital saat
melanggar norma kesusilaan dalam
ini media informasi komunikasi dan
masyarakat.[1]
data semakin agresif menginvasi sektor
Proses
penyebaran
pornografi
kehidupan seiring dengan kemajuan
menjadi sangat mudah dengan adanya
teknologi
sudah
internet dan media sosial. Dalam hal
menjawab
ini tersebar melalui situs, blog, jejaring
informasi.
menjadi
sarana
Media
untuk
sebagian besar kebutuhan komunikasi,
sosial dan mailing-list.
pendidikan, pekerjaan, dan hiburan
disayangkanan
masyarakat.. Ada banyak masalah kecil
penggemar
dan
terutama generasi muda dalam hal
besar
yang
terpengaruh
oleh
transformasi media sosial, mulai dari
Dan sangat
semua itu memiliki
yang
cukup
banyak
remaja dan anak-anak.
hal pribadi, identitas individu, dan gaya
Anak sebagai tunas, potensi,dan
hidup mereka sampai dengan masalah-
generasi muda penerus cita – cita
masalah
Pemanfaatan
perjuangan bangsa, memiliki peran
Internet sebagai penyebaran informasi
strategis dan mempunyai ciri dan sifat
dengan
besar
begitu
sosial.
tak
hanya
khusus yang menjamin kelangsungan
akan
tetapi
eksistensi bangsa dan Negara pada
berdampak negatif. Salah satu dampak
masa depan untuk itu anak harus selalu
negatif dari pemanfaatan internet adalah
dilindungi
dan
dijaga
dari
penyebaran
informasi
bermuatan
ancaman
yang
dapat
menghambat
pornografi
yang menjadi
perhatian
berdampak
cepat
positif
serius dari Pemerintah.
segala
pertumbuhan dan perkembangannya,
salah satu penghambat yang signifikan
Pengertian pornografi menurut Pasal
pertumbuhan dan perkembannya adalah
1 angka 1 Undang- Undang Nomor 44
pengaruh negatif yang masuk melalui
Tahun 2008 tentang Pornografi adalah :
internet dan media sosial yang mudah
Gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan,
di
suara, bunyi, gambar bergerak,animasi,
pornografi.
kartun,percakapan, gerak tubuh, atau
akses
oleh
anak-anak
seperti
Perlindungan terhadap anak dari
bentuk pesan lainnya melalui berbagai
pengaruh pornografi tertuang
dalam
bentuk media komunikasi dan/atau
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2008 tentang Pornografi adalah :
terjadi
“Setiap orang berkewajiban melindungi
masyarakat baik dalam ekonomi, sosial
anak dari pengaruh pornografi dan
dan budaya. Perubahan- perubahan
mencegah
tersebut
akses
anak
terhadap
perubahan-perubahan
disebabkan
dalam
oleh
proses
informasi pornografi.” Kewajiban dan
globalisasi sebagai efek perkembangan
tanggung
teknologi
jawab
penyelenggara
perlindungan anak tertuang
informasi
yang
tidak
dalam
terelakkan, sehingga dapat merusak
Pasal 67A Undang-Undang Nomor 35
moral seseorang apalagi anak yang
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
belum bisa menyaring informasi yang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
benar. Meningkatnya jumlah kasus
tentag Perlindungan Anak adalah :
kekerasan
”Setiap orang wajib melindungi anak
menjadi
dari pengaruh pornografi dan mencegah
menyedot perhatian banyak kalangan.
akses anak terhadap informasi yang
mengandung unsur pornografi.”
seksual
fenomena
Kasus
kekerasan
terhadap
anak
tersendiri
seksual
dan
pun
Dan
semakin kompleks mulai dari faktor
tertuang Undang-Undang No. 11 Tahun
penyebab dari pelaku hingga akibat
2008 tentang Informasi dan Transaksi
yang
Elektronik tertuang UU ITE. Pasal 27
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk
ayat (1) UU ITE mengatur larangan
mengkaji kekerasan seksual terhadap
mendistribusikan,
mentransmisikan,
anak, terutama yang dilakukan oleh
dan/atau membuat dapat diaksesnya
orang dewasa sebagai suatu kelainan
Informasi atau Dokumen Elektronik
seksual atau yang kemudian lebih
yang memiliki muatan yang melanggar
dikenal dengan istilah pedofilia. Kajian
kesusilaan.
ini merupakan kajian literatur yang
ditimbulkan
bagi
korban.
mencoba menginformasikan mengenai
B.
fenomena
Permasalahan
Perlindungan
hukum
bagi
anak
akibat penyebarluasan pornografi di
internet dan media sosial merupakan
masalah
yang
perlu
diperhatikan.
Berkaitan dengan moral, pada saat ini
kita telah memasuki era baru yaitu era
digital
dan
modernisasi,
dengan
berjalannya era baru ini sebenarnya
pedofilia
dan
kekerasan
seksual yang dapat menjadi ancaman
terhadap anak. [2]
Figure.1 Data ECPAT Indonesia korban Eksploitasi
Indonesia sudah memiliki Undang-
Seksual Komersial Anak (ESKA) di Indonesia 2016-2017
Undang Nomor 44
tentang Pornografi, Undang- Undang
Berdasarkan latar belakang masalah
di
atas,
maka
dapat
Nomor
dirumuskan
Apa
faktor
Nomor
yang
menyebabkan
anak
korban
penyebarluasan
2016
Atas
11
tentang
Undang-Undang
Tahun
2008
dan
tentang
Transaksi
Elektronik.Kemudian Undang-Undang
Nomor
17
Penetapan
sosial ?
Bagaimana
Tahun
Informasi
menjadi
pornografi di internet dan media
b)
19
Perubahan
permasalahannya sebagai berikut :
a)
Tahun 2008
Tahun
2016
Peraturan
tentang
Pemerintan
Pengganti Undang-Undang Nomor 1
perlindungan
Tahun
hukum terhadap anak akibat
2016
Tentang
Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor
penyebarluasan pornografi di
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
internet dan media sosial ?
Anak Menjadi Undang-Undang dan
C.
Kitab
Peran Pemerintah
Undang-Undang
Hukum
Pidana.
Pemerintah Indonesia dilakukan
pencegahan yang tercantum di dalam
Protokol
Opsional
tentang
Perdagangan Anak, Prostitusi Anak
dan Pornografi Anak yang telah
diratifikasi melalui Undang-Undang
Indonesia
dasarnya,
telah
Pemerintah
menandatangani
Optional Protocol to the Convention
on the Rights of the Child on the Sale
of Children, Child Prostitution and
Child Pornography (Protokol Opsional
Konvensi Hak-hak Anak mengenai
Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan
Pornografi Anak) .[3]
KAJIAN PUSTAKA
A.
Undang-undang terkait
a)
UU NO. 44 Tahun 2008
Tentang PORNOGRAFI
Globalisasi dan perkembangan ilmu
Nomor 10 Tahun 2012.
Pada
II.
pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi,
telah
memberikan
andil
meningkatnya
terhadap
pembuatan,
penyebarluasan,
dan
penggunaan
pornografi yang memberikan pengaruh
buruk terhadap moral dan kepribadian
luhur
bangsa
Indonesia
sehingga
mengancam kehidupan dan tatanan
sosial
masyarakat
Berkembangluasnya
Indonesia.
pornografi
di
tengah masyarakat juga mengakibatkan
menjelaskan
meningkatnya
adalah
tindak
asusila
dan
pencabulan[4]
definisi.
ilmu
Kriminologi
pengetahuan
yang
mempelajari kejahatan dari berbagai
Pengaturan pornografi yang terdapat
aspek (Crime dan Logos). Ini pertama
dalam peraturan perundang-undangan
Kali dikemukan oleh P. Topinard pada
yang ada, seperti Kitab Undang-Undang
tahun 1830-1911.
Hukum
Pidana
(KUHP),
Undang-
Sebagai
penyebaran
muatan
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
pornografi
Pers, Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Penyebarluasan
2002 tentang Penyiaran, dan Undang-
melalui
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
khusus dalam KUHP. Dalam KUHP
Perlindungan Anak kurang memadai
juga tidak dikenal istilah/kejahatan
dan belum memenuhi kebutuhan hukum
pornografi. Namun, ada pasal KUHP
serta
masyarakat
yang bisa dikenakan untuk perbuatan
sehingga perlu dibuat undang-undang
ini, yaitu pasal 282 KUHP mengenai
baru yang secara khusus mengatur
kejahatan terhadap kesusilaan.
perkembangan
melalui
internet.
muatan
internet tidak
diatur secara
“Barangsiapa
pornografi.
pornografi
menyiarkan,
11
mempertunjukkan atau menempelkan di
Tahun 2008 tentang Informasi dan
muka umum tulisan, gambaran atau
Transaksi Elektronik
benda yang telah diketahui isinya
b)
Undang-Undang
No.
Pasal 27 ayat (1) UU ITE mengatur:
“Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan
dan/atau
membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki
muatan
yang
melanggar
melanggar kesusilaan, atau barangsiapa
dengan
untuk
disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan di
muka
umum,
gambaran
membikin
tulisan,
benda
tersebut,
atau
memasukkannya
ke
dalam
negeri,
meneruskannya, mengeluarkannya dari
negeri,
kesusilaan.”
maksud
atau
memiliki
persediaan,
ataupun barangsiapa secara terangterangan atau dengan mengedarkan
B. Cyber Pornografi
Untuk efektivitas pembelajaran, hal
pertama yang harus dilakukan adalah
menyamakan
atau
paling
tidak
surat tanpa diminta, menawarkannya
atau menunjukkannya
diperoleh,
diancam
sebagai bisa
dengan
pidana
penjara paling lama satu tahun enam
bulan atau pidana denda paling tinggi
jelas salah, pornografi sebetulnya hanya
empat ribu lima ratus rupiah”
salah satu sebagian kecil dari dunia
Ancaman
pidana
terhadap
konten Internet keseluruhan membuka
pelanggar diatur dalam Pasal 45 ayat
situs pornografi yang tidak dibatasi
(1) UU ITE, yaitu ancaman pidana
dapat menimbulkan generasi muda
penjara paling lama 6 (enam) tahun
terutama anak terkontaminasi
dan/atau denda paling banyak 1 (satu)
konten pornografi yang tersebar dan
milliar rupiah. [5]
merajalela.
oleh
Masalah pornografi selain merusak
III. PEMBAHASAN
sikap sosial dan akhlak seseorang juga
A. Faktor faktor yang menyebabkan
merupakan salah satu sumber timbulnya
anak
menjadi
penyebarluasan
korban
pornografi
di
merupakan
Perbuatan
pornografi
sangat
merupakan
perbuatan
jelas
haram dan dilarang oleh agama karena
internet dan media sosial
Internet
kemaksiatan.
satu
perbuatan
faktor pemicu terjadinya globalisasi
perbuatan
karena telah menghilangkan batas-batas
kehormatan
dunia. Internet telah membuat orang
maupun masyarakat dan merupakan
dari belahan bumi yang berbeda dapat
perbuatan
berkomunikasi
menodai, menjerumuskan diri sendiri
tanpa
salah
dibatasi
oleh
batas-batas negara, waktu, jarak, dan
hukum atau biokrasi suatu negara.
pornografi
yang
diri
tidak
merupakan
memelihara
pelaku,
yang
keluarga
mencemarkan,
maupun orang lain.
Dari hasil penelitian faktor-faktor
yang
menyebabkan
anak
menjadi
korban penyebarluasan pornografi di
internet dan media sosial diantaranya :
a) Kebebasan yang diberikan orang
tua kepada anak terhadap game
online, sosmed dan smartphone
Figure.2 Data APJII 2016 penetrasi penggunaan internet
berdasarkan usia [6]
Karenakan
tanpa didampingi dan dikontrol
penggunaanya
adanya
kesenjangan
Pendidikan selain tindakan menutup
secara paksa medianya sendiri yang
m
e
n
secara
terus
erus.
Kewajiban
Figure.3 Data APJII 2016
tempat yang sering
diakses
saja
internet
dimana
ini
Pemerintah, lembaga sosial, lembaga
pendidikan,
agama
memberikan
sopan
tugas
menggunakan
smartphone
b) Kurangnya
menjadi
santun
ilmu
keluarga,
yang
memberikan
lembaga
keagamaan,
dan/atau
masyarakat
pembinaan,
diberikan kepada anak sehingga
pendampingan, serta pemulihan sosial,
anak merasa tidak bersalah dan
kesehatan fisik dan mental bagi setiap
keinginan
anak yang menjadi korban atau pelaku
kembali
untuk
mengulangi
mengakses
informasi
Pornografi
adalah
suatu
sangat
komplek
dan
karena
itu
problem
terkait pornografi.
c) Orang tua terlalu sibuk dengan
pekerjaan
pornografi.
diluar
tanpa
yang
yang
memprihatikan,
oleh
perkembangan
diperlukan upaya dan dukungan dari
dan tumbuh kembang anak. Saat
pemerintah dan lembaga-lembaga lain
ini
untuk
yang
siapa
pornografi dan melawan pornogarfi
fokus
secara efisien
memperhatikan
anak
bingung
menyampaikan
dikarenakan
kepada
orang
tua
terkait
untuk
menanggulangi
dengan pekerjaan.akhirnya anak
berkonsultasi dengan teman yang
memiliki efek buruk terhadapnya.
d) Kurangnya
pengawasan
anak
dilingkungan luar
B. Perlindungan hukum terhadap anak
Figure.4
Data APJII 2016
perilaku pengguna
Pemblokiran situs tertentu .
akibat penyebarluasan pornografi
Peraturan Perundang-undangan di
antaranya
Nomor
dalam
44
Tahun
Undang-Undang
2008
tentang
Pornografi, Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Internet
dan
Transaksi
Elektronik.
C. Upaya
yang
harus
dilakukan
untuk memberikan perlindungan
hukum
terhadap
anak
akibat
penyebarluasan pornografi
pemerintah
wewenangnya
penyebarluasan
untuk
dalam
menjalankan
mencegah
pornografi
di
internet dan media sosial seperti
yang diamanatkan dalam peraturan
II. KESIMPULAN & SARAN
perundang-undangan
A. Kesimpulan
semaksimal
mungkin sehingga penyebarluasan
pornografi bisa diminimalisir karena
untuk memblog situs pornografi
tidak mudah. Disarankan kepada
aparat
hukum
khususnya
hakim
pemberian sanksi terhadap pelaku
tindak pidana pornografi dilihat apa
yang
telah
ditetapkan
dalam
peraturan perundang-undangan yaitu
dengan menerapkan sanksi pidana
terhadap
pelaku
pornografi
tindak
semaksimal
pidana
mungkin,
untuk menimbulkan efek jera dengan
ancaman
hukuman
Disarankan
terutama
kepada
orang
tua
yang
berat.
masyarakat
melakukan
pengawasan terhadap anak dalam
Upaya
untuk
menanggulangi
mencegah
dan
berbagai
atau
perilaku
kekerasan yang dialami anak sudah mesti
mendapat perhatian dan penanganan yang
serius. Oleh sebab itu, pendekatan dalam
penanganan masalah ini mesti bersifat
terpadu
(integrated),di
pendekatan
hukum
mempertimbangkan
mana
selain
juga
harus
pendekatan
non
hukum yang justru merupakan penyebab
terjadinya
kekerasan
Disamping
itu
bantuan media massa dan elektronik untuk
lebih
memperhatikan
masalah
tindak
kekerasan terhadap perempuan dan anak
dalam pemberitaannya, termasuk memberi
pendidikan publik tentang hak-hak asasi
perempuan dan anak- anak.
penggunaan teknologi. Dan setiap
orang
berkewajiban
melindungi
anak-anak dari pengaruh pornografi
.
B. Saran
dan mencegah akses anak terhadap
informasi teknologi dan masyarakat
untuk berperan dalam mewujudkan
upaya pencegahan terhadap aksesakses situs pornografi agar tidak
berkembang
datang
yang
kehidupan.[7]
dimasa
akan
yang
akan
menghambat
Di
era
digitalisasi
seperti
saat
sekarang ini, pemanfaatan teknologi dan
informasi
sebaiknya
digunakan
untuk
berbagai kegiatan hal yang positif dan
bermanfaat. Pengawasan dan batasan perlu
diberikan kepada anak-anak atau remaja
yang akan memasuki dunia maya oleh
siapapun khususnya orang tua dan guru
dan tetap memberikan pendidikan agama
yang
terpenting
supaya
perbuatan terpuji dan tidak.
mengetahui
Daftar Pustaka
[1]
S. Di, K. Langsa, and P. Aceh,
“Jurnal Ilmiah ‘DUNIA ILMU’
Vol.2 No.3 Oktober 2016,” vol. 2,
no. 3, pp. 130–146, 2016.
[2]
T. Anak, “Pedofilia dan kekerasan
seksual: masalah dan perlindungan
terhadap anak,” pp. 29–40, 2015.
[3]
K. Sekolah and D. Islam, “Persepsi
pornografi pada anak (studi
pendahuluan pada siswa kelas 5
sekolah dasar islam ‘x’).”
[4]
A. Lembaran, N. Republik, I.
Tahun, U. R. Indonesia, and I.
Umum, “Tambahan lembaran
negara ri,” no. 4928, 2008.
[5]
“No Title,” 2015.
[6]
“No Title,” 2016.
[7]
http://m.tribunnews.com/nasional
/2017
/10/12/pemerintah-diminta-
serius-tangani-kasus-prostitusianak-dan-pornografi?page=all