PENELITIAN TINDAKAN KELAS SMA - Blog Sekolah Dasar ARTIKEL

(1)

Artikel

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI PENGGUNAAN MOLARIMETER OPTIK PADA KELAS XI SMA N 2 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2009/2010 ABSTRAK

Penggunaan alat molarimeter optik dapat mengoptimalkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan meningkatkan aktivitas belajar kimia siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Salatiga. Dengan meningkatnya tahapan pembelajaran yang dilakukan guru dan meningkatnya aktivitas belajar siswa, ternyata berdampak pula terhadap hasil belajar siswa hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata hasil belajar kimia dan ketuntasan belajar disetiap siklus.

Dilihat dari data Tes Hasil Belajar Siswa, siklus I mencapai 84,21% rata-rata nilai 69,3 dan siklus II mencapai ketuntasan belajar 100% rata-rata nilai 7,39.

Meningkatnya hasil belajar ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang konsep kimia yang abstrak lebih mudah difahami siswa. Konsep kimia yang abstrak menjadi lebih nyata dengan menggunakan alat peraga molarimeter optik..

Penggunaan alat peraga molarimeter optik, dapat memudahkan siswa memahami konsep satuan konsentrasi (molaritas) dan pengenceran larutan (penambahan pelarut pada larutan) selain itu penggunaan molarimeter optik dapat membantu siswa dalam mencari titik ekivalen dalam materi titrasi asam basa.


(2)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hasil observasi saat melaksanakan pembelajaran di kelas XI IPA SMA N 2 Salatiga diketahui bahwa hasil belajar kimia sangat kurang (rata-rata 63,3). Dari nilai tersebut, terdapat 15 dari 38 siswa berada di bawah Ketuntasan Belajar Minimal, yaitu 65,00. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut karena aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang.

Dengan demikian, diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran kimia di kelas yaitu dengan menerapkan pendekatan dan metode yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, perlu diajukan suatu rumusan masalah yaitu:

Apakah melalui penggunaan molarimeter optik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai adalah :

a. Tujuan umum

1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia melalui penggunaan molarimeter optik.


(3)

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia melalui penggunaan molarimeter optik.

3. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia melalui penggunaan molarimeter optik.

b. Tujuan khusus

1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran kimia melalui penggunaan molarimeter optik pada kelas XI IPA SMA N 2 Salatiga.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia melalui penggunaan molarimeter optik pada kelas XI IPA SMA N 2 Salatiga.

3. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia melalui penggunaan molarimeter optik pada kelas XI IPA SMA N 2 Salatiga.

BAB II. LANDASAN TEORI A. Landasan Teori

1. Pendekatan Belajar

Menurut teori belajar kontekstual, belajar terjadi hanya ketika siswa memproses informasi maupun pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga informasi tersebut beradaptasi dengan kerangka acuan mereka. Pendekatan ini menganggap bahwa pikiran manusia secara alamiah mencari makna dalam suatu konteks, yaitu berkaitan dengan lingkungan seseorang.

Menurut David Kolb, (dalam Ekohariadi, 2002) Siswa belajar cenderung menerima informasi secara abstrak (thinking) maupun kongkrit (feeling) dan lalu memproses informasi secara aktif (doing) maupun reflektif (watching). Namun masih menurut Kolb, kebanyakan siswa mempunyai kecenderungan belajar dengan cara kongkrit penekanan pada feeling dan (doing),


(4)

sedangkan sistem persekolahan cenderung mengajar dengan cara abstrak (penekanan pada thinking dan watching).

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melakukan pendekatan belajar dengan membiasakan siswa menerima dan memproses informasi melalui pengalaman dan eksperimen kongkrit.

2. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Kimia

Alat peraga adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menjelaskan konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak menjadi nyata sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa yang menjurus ke arah terjadinya proses belajar mengajar. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran sangat dianjurkan, karena dengan memanfaatkan alat peraga yang sesuai dengan materi, pembelajaran kimia akan lebih efektif dengan langsung memperagakan dan melakukan percobaan. Selain itu dengan mengguna-kan alat peraga, pembelajaran kimia yang dikenal siswa sebagai mata pelajaran yang rumit dan sukar dipelajari, akan menjadi lebih mudah dipahami, menyenangkan bagi siswa dan guru dapat lebih kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran.

Dalam penelitian ini, alat peraga yang digunakan adalah molarimeter optik yang didesain sendiri oleh guru. Molarimeter optik adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan. Dengan alat ini pula siswa dapat mengamati perubahan konsentrasi larutan setelah pengenceran. Prinsip kerja alat ini adalah interaksi antara cahaya dengan materi.


(5)

3. Molarimeter Optik

Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan molarimeter optik:

Bahan Jumlah

Cermet 10 K 4 biji

LDR 4 biji

R 10 K 10 biji

R 18  4 biji

R 82  4 biji

Kabel jumper 2 meter

Pcb lobang IC 1 lembar

Holder/ battery 9 V 1

IC 7805 4 biji

Saklar togel 1 biji

Transistor 2N3906 4 biji

LED superbright biru, merah, kuning, hijau 1 biji

Volt meter 4

Aluminium 50 x 50 cm

Cuvet (tempat larutan/sampel) 4


(6)

Gambar 1. PCB Molarimeter Optik Tampak Atas


(7)

Gambar 3. Skema Molarimeter Optik


(8)

Gambar 5. Rangkaian Molarimeter Optik

B. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah “Melalui penggunaan molarimeter optik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa”.

BAB III. METODOLOGI PENELITIA A. Setting dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan mulai Agustus sampai dengan Desember 2009, dengan jumlah siswa 38 orang di kelas XI IPA-1 sesuai kemampuan rata-rata. Materi pokok yang menjadi obyek penelitian adalah materi satuan konsentrasi, stoikiometri larutan dan titrasi asam basa. Siklus


(9)

pertama dilakukan pada minggu ke tiga bulan Agustus 2009. Siklus kedua dilakukan pada minggu keempat bulan Oktober 2009.

B. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan tindakan kelas dilakukan untuk dua siklus sesuai dengan yang ditetapkan: 1. Siklus pertama:

Siklus pertama, menggunakan molarimeter optik untuk mengetahui molaritas larutan. Pada siklus ini materi pokok yang menjadi inti pembelajaran adalah satuan konsentrasi larutan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran diawali dengan pertemuan guru membuka pelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep kimia yang telah diperoleh terkait dengan materi yang akan diberikan, kemudian dilanjutkan dengan praktikum secara klasikal dengan menggunakan molarimeter optik. Selama eksperimen berlangsung guru sebagai fasilitator. Setelah selesai melakukan eksperimen, dilakukan diskusi kelas.

Setelah satu materi pokok selesai, selanjutnya dilakukan tes formatif untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia yang bersangkutan. Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru untuk mengkaji strategi pembelajaran yang diberikan guru dan mengkaji perubahan tingkah laku siswa selama dan setelah pemberian tindakan.

2. Siklus kedua

Materi pokok yang diberikan pada siklus kedua adalah titrasi asam basa. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus kedua ini sama dengan siklus pertama, bedanya terletak pada pelaksanaan eksperimennya. Eksperimen pada siklus kedua ini


(10)

dilakukan secara berkelompok, satu kelompok terdiri dari 3-4 orang. Guru berperan sebagai fasilitator, dan diskusi dilakukan oleh siswa. Selanjutnya guru memberikan komentar terhadap hasil kesimpulan akhir dari masing-masing kelompok dan membahasnya.

3. Tahap Observasi dan Evaluasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru pengajar dibantu 2 orang rekan guru kimia lain yang satu sekolah (sebagai observer), dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi.

Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan dilakukan melalui tes formatif, dimaksudkan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia yang ada pada masing-masing pokok bahasan pada setiap siklusnya.

Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes formatif, sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui lembar observasi. 4. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan data hasil observasi dan evaluasi selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan). Hasil analisis pada tahap ini akan dijadikan sebagai bahan untuk membuat rencana tindakan baru yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya.


(11)

5. Indikator Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan tindakan kelas terjadi apabila terjadi peningkatan aktivitas siswa belajar pada setiap siklusnya dan lebih dari 80 % siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 baik nilai kognitif maupun psikomotor.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal

Dari hasi tes belajar terdapat 15 dari 38 siswa berada di bawah Ketuntasan Belajar Minimal. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa tentang konsep kimia sangat kurang.

Tabel 1. Pengelompokkan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan

No Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 4,1- 5,0 8 21,05

2 5,1- 6,0 7 18,42

3 6,1-7,0 9 23,68

4 7,1-8,0 11 28,94

5 8,1-9,0 3 7,89

Jumlah 30 100


(12)

1. Data Pengamatan Aktivitas Siswa Tabel 2. Persentase Aktivitas Siswa

No Aspek

Penilaian

Pengelompokkan Nilai Aktivitas

Jml sisw

a

Rendah Sedang Tinggi

Pra kond isi Sikl us 1 Sikl us 2 Pra kond isi Sikl us 1 Sikl us 2 Pra kond isi Sikl us 1 Sikl us 2 1. Bertanya atau

menyampaika n pendapat

21 16 8 16 8 15 1 8 15 38

2. Mendengarka n dengan aktif

8 15 7 10 14 15 20 14 16 38

3. Melakukan penyelesaian masalah dalam diskusi

31 11 4 5 12 14 2 12 20 38

4. Mencatat hasil diskusi

17 10 4 11 18 10 10 18 24 38

5. Mengkomuni kasikan hasil kerja

20 16 8 13 12 16 5 12 14 38

Jumlah 97 68 31 55 64 70 38 64 89 190

Persentase 51.0 5 35.7 9 16.3 1 28.9 5 33.6 8 36.8 4 20.0 0 33.6 8 46.8 4

2. Data Tes Hasil Belajar


(13)

No Nilai Jumlah Siswa Persentase

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

1 4,1 – 5,0 1 0 2,63 0

2 5,1 – 6,0 5 0 13,15 0

3 6,1 – 7,0 15 6 39,47 15,78

4 7,1 – 8,0 13 27 34,21 71,05

5 8,1 – 9,0 4 5 10,52 13,15

Jumlah 38 38 100 100

3. Data Nilai Psikomotor

Pada siklus I dan II nilai psikomotor siswa dapat diperoleh karena siswa melakukan praktikum.

Tabel 4. Prosentase Siswa yang Mencapai Keberhasilan Tindakan (Dilihat dari Nilai Psikomotor/Aktivitas Praktikum)

Nilai Jumlah siswa Prosentase

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

 60,00 0 0 0 0

60 – 69,90 4 2 10,53 5,26

 70,00 34 36 89,47 94,74

C. Pembahasan 1. Aktivitas Siswa


(14)

Pada tahap pra kondisi, aktivitas siswa dalam penilaian Rendah mencapai 51,05%, Sedang 28,95% dan Tinggi 20,00%. Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi informasi tanpa menggunakan alat peraga, dalam bekerja kelompok, siswa yang pandai lebih mendominasi mengerjakan permasalahan yang diberikan guru dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai, sehingga aktivitas siswa secara keseluruhan rendah. Kurang adanya kerjasama dalam penyelesaian masalah, dinamika kelompok masih pasif.

Pada Siklus I, aktivitas siswa dalam penilaian Rendah mencapai 30,52%, Sedang 35,79% dan Tinggi 33,68%. Penggunaan alat peraga mulai dilakukan siswa dan dibimbing oleh guru dalam mengguna-kannya. Ternyata siswa mulai tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran, siswa berusaha bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. Dari kondisi kelas yang diamati, siswa senang melakukan praktek dengan menggunakan alat peraga. Namun demikian, masih ada beberapa siswa yang pasif dan enggan berperan aktif dalam melakukan praktek, hal ini disebabkan siswa belum terbiasa menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, dalam melakukan praktek demonstrasi suasana kelas masih ribut, belum teratur dan hasilnya belum maksimal.

Pada Siklus II, aktivitas siswa dalam penilaian Rendah mencapai 16,31%, Sedang mencapai 36,84% dan Tinggi mencapai 46,84%. Aktivitas siswa yang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran semakin maksimal dilakukan siswa.


(15)

Grafik 1. Grafik Skor Aktivitas Siswa

Data tentang aktivitas siswa yang diamati guru dengan hasil sebagai berikut :

 Terjadi penurunan dalam skala penilaian Rendah dan Sedang dari siklus I ke Siklus II, sehingga skala penilaian Tinggi mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan alat peraga sederhana dapat meningkatkan aktivitas siswa mengikuti pem-belajaran kimia di kelas.


(16)

Grafik 2. Grafik Tes Hasil Belajar dan Nilai Psikomotor Siswa

Tes Hasil Belajar dilakukan sesudah pembelajaran berlangsung dan penilaian psikomotor dilakukan pada saat siswa melakukan praktikum. Dari analisa data terlihat bahwa rata-rata tes hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan setiap siklusnya, artinya dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, maka meningkat pula hasil belajar siswa.

Dari hasil analisa didapat kesimpulan sebagai berikut :

 Rata-rata hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan adalah 63,3 dan standar deviasi 12,7. Dari hasil yang diperoleh terdapat 15 dari 38 siswa berada dibawah Ketuntasan Belajar Minimal. Dengan ketuntasan belajar 60,53 % .

 Rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 69,3 dan standar deviasi 10,0. Pada siklus I terjadi kenaikan, hanya 6 dari 38 orang siswa yang tidak tuntas belajarnya, sehingga ketuntasan belajar mencapai 84,21%.

 Dan pada siklus ke II secara keseluruhan siswa yang tuntas belajarnya mencapai 100% dengan rata-rata nilai hasil belajar 73,4 dan standar deviasi 6,3. Jika diamati pada setiap siklus rata-rata hasil belajar siswa terus meningkat artinya rata-rata nilai siswa mengalami


(17)

peningkatan secara signifikan setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang meningkat disetiap siklusnya membuat hasil belajar siswa juga meningkat dan ketuntasan belajarnya juga meningkat.

 Sedangkan standar deviasi mengalami penurunan, artinya data yang didapat dari hasil penelitian tersebar secara merata atau sebaran data semakin kecil.

 Bila dilihat dari nilai psikomotor/aktivitas siswa pada kegiatan praktikum, menunjukkan bahwa pada siklus I kriteria keberhasilan sudah terpenuhi (89<47% siswa memperoleh nilai psikomotor  70,00). Hal ini menunjukkan bahwa eksperimen dengan menggunakan molarimeter optik dapat membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran kimia. Jika dibandingkan dengan nilai psikomotor yang dicapai siswa pada siklus I, maka pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 5,00%.

BAB V. PENUTUP A. Simpulan

Dari uraian pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Aktivitas siswa sebelum tindakan, dalam penilaian Rendah mencapai 51,05%, Sedang mencapai 28,95% dan Tinggi mencapai 20,00%. Pada siklus I, aktivitas siswa dalam penilaian Rendah mencapai 30,52%, sedang mencapai 35,79% dan tinggi mencapai 33,68%. Sedangkan pada Siklus II, aktivitas siswa dalam penilaian rendah mencapai 16,31%, sedang mencapai 36,84% dan tinggi mencapai 46,84%. Dari analisa tersebut, aktivitas siswa setiap siklus mengalami peningkatan, artinya dengan menggunakan alat peraga molarimeter optik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang satuan konsentrasi (molaritas).


(18)

2. Meningkatnya hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep kimia yang abstrak lebih mudah difahami, dan konsep kimia yang abstrak menjadi lebih nyata dengan menggunakan alat peraga molarimeter optik.

3. Penggunaan alat peraga molarimeter optik, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan saran :

Untuk mengatasi waktu pembelajaran yang dirasakan kurang, guru hendaknya mengatur bagian-bagian tertentu yang dapat dikerjakan siswa di luar jam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2003. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Ekohariadi. 2002. Modalitas Majemuk Pada Pembelajaran Kontekstual, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas PPS Universitas Negeri Surabaya.

Gerrad, A. dan Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / dan Penerapannya dalan KBK, Malang : UMN.

http://www.rsc.org/Education/EiC/issues/2007Sept/BuildYourOwnSpectrophotometer.asp Sastrohamidjojo H., 1991. Spektroskopi. Penerbit Liberty Yogyakarta


(1)

No Nilai Jumlah Siswa Persentase

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

1 4,1 – 5,0 1 0 2,63 0

2 5,1 – 6,0 5 0 13,15 0

3 6,1 – 7,0 15 6 39,47 15,78

4 7,1 – 8,0 13 27 34,21 71,05

5 8,1 – 9,0 4 5 10,52 13,15

Jumlah 38 38 100 100

3. Data Nilai Psikomotor

Pada siklus I dan II nilai psikomotor siswa dapat diperoleh karena siswa melakukan praktikum.

Tabel 4. Prosentase Siswa yang Mencapai Keberhasilan Tindakan (Dilihat dari Nilai Psikomotor/Aktivitas Praktikum)

Nilai Jumlah siswa Prosentase

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

 60,00 0 0 0 0

60 – 69,90 4 2 10,53 5,26

 70,00 34 36 89,47 94,74

C. Pembahasan


(2)

Pada tahap pra kondisi, aktivitas siswa dalam penilaian Rendah mencapai 51,05%, Sedang 28,95% dan Tinggi 20,00%. Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi informasi tanpa menggunakan alat peraga, dalam bekerja kelompok, siswa yang pandai lebih mendominasi mengerjakan permasalahan yang diberikan guru dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai, sehingga aktivitas siswa secara keseluruhan rendah. Kurang adanya kerjasama dalam penyelesaian masalah, dinamika kelompok masih pasif.

Pada Siklus I, aktivitas siswa dalam penilaian Rendah mencapai 30,52%, Sedang 35,79% dan Tinggi 33,68%. Penggunaan alat peraga mulai dilakukan siswa dan dibimbing oleh guru dalam mengguna-kannya. Ternyata siswa mulai tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran, siswa berusaha bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. Dari kondisi kelas yang diamati, siswa senang melakukan praktek dengan menggunakan alat peraga. Namun demikian, masih ada beberapa siswa yang pasif dan enggan berperan aktif dalam melakukan praktek, hal ini disebabkan siswa belum terbiasa menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, dalam melakukan praktek demonstrasi suasana kelas masih ribut, belum teratur dan hasilnya belum maksimal.

Pada Siklus II, aktivitas siswa dalam penilaian Rendah mencapai 16,31%, Sedang mencapai 36,84% dan Tinggi mencapai 46,84%. Aktivitas siswa yang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran semakin maksimal dilakukan siswa.


(3)

Grafik 1. Grafik Skor Aktivitas Siswa

Data tentang aktivitas siswa yang diamati guru dengan hasil sebagai berikut :

 Terjadi penurunan dalam skala penilaian Rendah dan Sedang dari siklus I ke Siklus II, sehingga skala penilaian Tinggi mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan alat peraga sederhana dapat meningkatkan aktivitas siswa mengikuti pem-belajaran kimia di kelas.


(4)

Grafik 2. Grafik Tes Hasil Belajar dan Nilai Psikomotor Siswa

Tes Hasil Belajar dilakukan sesudah pembelajaran berlangsung dan penilaian psikomotor dilakukan pada saat siswa melakukan praktikum. Dari analisa data terlihat bahwa rata-rata tes hasil belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan setiap siklusnya, artinya dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, maka meningkat pula hasil belajar siswa.

Dari hasil analisa didapat kesimpulan sebagai berikut :

 Rata-rata hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan adalah 63,3 dan standar deviasi 12,7. Dari hasil yang diperoleh terdapat 15 dari 38 siswa berada dibawah Ketuntasan Belajar Minimal. Dengan ketuntasan belajar 60,53 % .

 Rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 69,3 dan standar deviasi 10,0. Pada siklus I terjadi kenaikan, hanya 6 dari 38 orang siswa yang tidak tuntas belajarnya, sehingga ketuntasan belajar mencapai 84,21%.

 Dan pada siklus ke II secara keseluruhan siswa yang tuntas belajarnya mencapai 100% dengan rata-rata nilai hasil belajar 73,4 dan standar deviasi 6,3. Jika diamati pada setiap siklus rata-rata hasil belajar siswa terus meningkat artinya rata-rata nilai siswa mengalami


(5)

peningkatan secara signifikan setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang meningkat disetiap siklusnya membuat hasil belajar siswa juga meningkat dan ketuntasan belajarnya juga meningkat.

 Sedangkan standar deviasi mengalami penurunan, artinya data yang didapat dari hasil penelitian tersebar secara merata atau sebaran data semakin kecil.

 Bila dilihat dari nilai psikomotor/aktivitas siswa pada kegiatan praktikum, menunjukkan bahwa pada siklus I kriteria keberhasilan sudah terpenuhi (89<47% siswa memperoleh nilai psikomotor  70,00). Hal ini menunjukkan bahwa eksperimen dengan menggunakan molarimeter optik dapat membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran kimia. Jika dibandingkan dengan nilai psikomotor yang dicapai siswa pada siklus I, maka pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 5,00%.

BAB V. PENUTUP A. Simpulan

Dari uraian pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Aktivitas siswa sebelum tindakan, dalam penilaian Rendah mencapai 51,05%, Sedang mencapai 28,95% dan Tinggi mencapai 20,00%. Pada siklus I, aktivitas siswa dalam penilaian Rendah mencapai 30,52%, sedang mencapai 35,79% dan tinggi mencapai 33,68%. Sedangkan pada Siklus II, aktivitas siswa dalam penilaian rendah mencapai 16,31%, sedang mencapai 36,84% dan tinggi mencapai 46,84%. Dari analisa tersebut, aktivitas siswa setiap siklus mengalami peningkatan, artinya dengan menggunakan alat peraga molarimeter optik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang satuan konsentrasi (molaritas).


(6)

2. Meningkatnya hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep kimia yang abstrak lebih mudah difahami, dan konsep kimia yang abstrak menjadi lebih nyata dengan menggunakan alat peraga molarimeter optik.

3. Penggunaan alat peraga molarimeter optik, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan saran :

Untuk mengatasi waktu pembelajaran yang dirasakan kurang, guru hendaknya mengatur bagian-bagian tertentu yang dapat dikerjakan siswa di luar jam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2003. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Ekohariadi. 2002. Modalitas Majemuk Pada Pembelajaran Kontekstual, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas PPS Universitas Negeri Surabaya.

Gerrad, A. dan Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / dan Penerapannya dalan KBK, Malang : UMN.

http://www.rsc.org/Education/EiC/issues/2007Sept/BuildYourOwnSpectrophotometer.asp Sastrohamidjojo H., 1991. Spektroskopi. Penerbit Liberty Yogyakarta