Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerkja Mengajar di Gugus Durian Kecamatan Bejen T2 942011077 BAB IV
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan instrumen penelitian yang disebar-kan kepada Guru SD Gugus Durian, diperoleh karakteristik responden mengenai jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status dan masa kerja. Karakteris-tik responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden berdasarkan Jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 40 59%
Perempuan 28 41%
Total 68 100%
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas res-ponden (59%)adalah berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
20 - 25 3 5 %
26 - 30 15 22%
31 - 35 6 9%
36 - 40 5 7%
41 – 45 4 6%
>45 35 51%
(2)
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden (51%) adalah guru yang berusia > 45 tahun.
Tabel 4.3
Karakteristik Responden berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase
SLTA 4 6%
D2 23 34%
S1 41 60%
Berdasarkan Tabel 4.3 tentang karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan, sebagian besar berpendidikan S1 (60%).
Tabel 4.4
Karakteristik Responden berdasarkan Status Kepegawaian
Status Frekuensi Persentase
PNS 54 79%
GTT 14 21%
Total 68 100%
Berdasarkan status kepegawaian sebagian besar responden adalah, berstatus PNS (79%).
(3)
Tabel 4.5
Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Persentase
1 - 5 8 12%
6 - 10 18 26%
11 – 15 3 5%
16 – 20 5 7%
21 – 25 5 7%
>25 29 43%
Total 68 100%
Dari Tabel 4.5 sebagian besar responden memi-liki masa kerja mengajar terbanyak adalah 25 tahun lebih (43%).
4.2 Analisis Deskriptif
4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Mengajar Guru
Deskripsi klasifikasi distribusi frekuensi Kinerja Mengajar Guru di Gugus Durian dilaporkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Kinerja Mengajar Guru
Kategori Rentang
Skor f % Mean SD Maks Min Sangat Tinggi 51 – 60 15 22
46,2 3,68 58 40 Tinggi 42 – 50 51 72
Sedang 33 – 41 2 3 Rendah 24 – 32 0 0 Sangat rendah 15 – 23 0 0
Total 68 100
(4)
Berdasarkan Tabel 4.6 kinerja mengajar guru gugus durian berada pada kategori Tinggi (72%). Rerata kinerja mengajar guru SD Gugus Durian Kecamatan Bejen sebesar 46,2 dengan SD=3,68. 4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Supervisi
Aka-demik
Deskripsi klasifikasi distribusi frekuensi Kinerja Guru di Gugus Durian dilaporkan pada Tabel 4.7
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Supervisi Akademik
Kategori Rentang
Skor f % Mean SD Maks Min Sangat
Bermanfaat
252-296 6 9
230,35 7,74 267 192 Bermanfaat 207-251 58 85
Cukup Bermanfaat
163-206 4 6
Tidak Bermanfaat
119-162 0 0
Sangat Tidak Bermanfaat
74-118 0 0
Total 68 100
Sumber: data primer
Dari Tabel 4.7 Supervisi akademik yang dilaku-kan kepala sekolah SD gugus Durian berada pada kategori Bermanfaat (85%) dengan rerata skor = 230,35 dan SD = 7,74.
(5)
4.2.3 Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Kerja Deskripsi klasifikasi distribusi frekuensi Moti-vasi kerja di Gugus Durian dilaporkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja
Kategori Rentang
Skor f % Mean SD Maks Min Sangat
Tinggi
62 – 72 40 59
62,31 2,32 71 47 Tinggi 51 – 61 27 40
Sedang 40 – 50 1 1 Rendah 29 – 39 0 0 Sangat
rendah
18 – 28 0 0
Total 68 100
Dari Tabel 4.8 motivasi kerja guru SD gugus Durian berada pada kategori Sangat Tinggi (59%) dengan Rerata skor = 62,31 dan SD = 2,32.
4.3 Uji Normalitas
Untuk mengetahui kenormalan distribusi skor masing-masing variabel dilakukan pengujian
normali-tas data menggunakan one sample kolmogorov-
Smirnov, Test, yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel
(6)
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Variabel Supervisi Akademik, Motivasi Kerja dan Kinerja Mengajar Guru
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig. nilai Supervisi
Akademik 0,134 68 0,191
*
Motivasi Kerja 0,104 68 0,201* Kinerja
Mengajar 0,157 68 0,149
Sumber: Uji Normalitas Data
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa hasil uji normalitas sebaran data koefisien kolmogorof-smirnov = 0,134 dengan taraf signifikansi 0,191 >0,05 berarti bahwa sebaran data variabel supervisi akademik adalah berdistribusi normal.
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa hasil uji normalitas sebaran data koefisien kolmogorof-smirnov = 0,104 dengan taraf signifikansi 0,201 >0,05 yang berarti bahwa sebaran data variabel motivasi kerja guru adalah berdistribusi normal.
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa hasil uji normalitas sebaran data koefisien kolmogorof-smirnov
sebesar 0,157 dengan taraf signifikansi 0,149 >0,05 berarti bahwa sebaran data variabel kinerja mengajar guru adalah berdistribusi normal.
(7)
4.4
Analisis Korelasi
Analisis korelasi dilakukan antara: (1) variabel supervisi akademik kepala sekolah (X1) dengan kinerja
mengajar guru (Y)); (2) variabel motivasi kerja (X2)
dengan kinerja mengajar (Y).
Hasil perhitungan korelasi antara variabel superisi akademik kepala sekolah dengan variabel kinerja mengajar guru dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10
Hasil Analisis Korelasi antara Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) dengan Kinerja Mengajar (Y) dan Motivasi Kerja (X2) dengan Kinerja mengajar (Y)
Correlations
Supervisi Motivasi Kinerja Supervisi Pearson Correlation 1 .344 .568 **
Sig. (2-tailed) .027 .001
N 68 68 68
Motivasi Pearson Correlation .344* 1 .629 Sig. (2-tailed) .027 .001
N 68 68 68
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi (r) antara Supervisi Akademik kepala sekolah terhadap Kinerja Mengajar guru sebesar 0,568. Ber-aarkan uji signifikansi menghasilkan koefisien sebesar 0,001 < 0,05. Dengan demikian dapat dijelaskan
(8)
bahwa supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru mempunyai hubungan yang signifikan. Koefisien korelasi (r) antara motivasi kerja terhadap kinerja mengajar guru mempunyai koefisien 0,629. Sedangkan uji signifikansi menghasilkan koefi-ien sebesar 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara motivasi kerja terhadap ki-nerja mengajar guru mempunyai hubungan signifikan.
4.5 Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai berikut
1. H0 : rx1y = 0. Tidak ada hubungan yang
signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru di gugus durian kecamatan Bejen;
Ha : rx1y ≠ 0. Ada hubungan yang signifikan
antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru di gugus durian kecamatan Bejen.
2. H0 : rx2y ≠ 0. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara motivasi kerja kerja dengan kinerja mengajar guru di Gugus Durian kecamatan Bejen;
Ha : rx2y = 0. Ada hubungan yang signifikan
(9)
mengajar guru di Gugus Durian kecamatan Bejen.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Hubungan Supervisi Akademik Kepala Seko-lah dengan Kinerja Mengajar Guru
Berdasarkan uji signifikansi korelasi Pearson
Product Moment pada Tabel 4.10 ditemukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah dengan kinerja mengajar guru di Gugus Durian Kecamatan Bejen dengan koefisien korelasi rx1y = 0,568. Sedangkan
berdasarkan uji signifikansi menghasilkan koefisien signifikansi sebesar 0,001 < 0,05, sehingga disimpul-kan hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru di Gugus Durian mempunyai hubungan yang signifikan. Berarti bahwa tinggi rendahnya kinerja mengajar guru salah satunya ditentukan oleh supervisi akademik kepala sekolah.
Berdasarkan analisis deskriptif variabel super-visi akademik kepala sekolah nampak bahwa guru SD Gugus Durian di Kecamatan Bejen terbanyak menya-takan supervisi akademik Kepala Sekolah adalah pada kategori Bermanfaat. Hal ini berarti supervisi akade-mik kepala sekolah diperlukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam
(10)
mengelola proses pembelajarannya demi mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Lucio (1990) bahwa supervisi akademik adalah upaya untuk membimbing guru dalam mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran demi mencapai tujuan pembelajaran.
Bantuan perlu diberikan kepada guru, karena guru pada umumnya masih menemui kesulitan dalam hal menyusun perencanaan pembelajaran, melaksana-kan kegiatan pembelajaran serta melaksanamelaksana-kan evalu-asi. Rencana pembelajaran yang di dalamnya memuat beberapa konsep yang harus dituangkan oleh guru seperti tujuan, materi, metode, alat dan sumber serta evaluasi. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus berpedoman pada rencana pembelajaran yang telah disusun, dan untuk melaksanakan evaluasi sebelumnya guru menyusun rencana evaluasi agar pelaksanaan evaluasi tersebut tidak menyimpang dari materi yang telah dituangkan di dalam rencana pembelajaran. Dengan demikiantugas guru tidak hanya menyampaikan materi saja, namun perlu juga perencanaan, proses pelaksanaan dan evaluasi. Jadi seorang guru harus dibantu agar guru dapat mengem-bangkan kemampuannya mengelola proses pembela-jaran demi mencapai tujuan pembelapembela-jaran. Kinerja mengajar guru akan turun, jika guru tidak memper-oleh bantuan dari kepala sekolah. Supervisi akademik harus dilakukan untuk memberikan bantuan
(11)
terse-memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja mengajar guru.
Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jaenuri (2012) di Kecamatan Bandungan Jawa Tengah yang meneliti 175 orang guru SD dan menyimpulkan bahwa supervisi akademik memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru. Hasil penelitian menunjukkan rx1y = 0,422
dengan p=0,000 < 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja mengajar guru. Semakin tinggi skor supervisi akademik, maka skor kinerja mengajar guru akan semakin baik.
Adapun yang menjadi dasar persamaannya karena menggunakan variabel bebas pertama (X1)
dengan konsepsi pengertian yang sama, yaitu Super-visi Akademik Kepala sekolah adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemam-puannya mengelola proses pembelajaran demi penca-paian tujuan pembelajaran. Alat ukurnya sama meng-gunakan skala supervisi akademik kepala sekolah yang disusun berdasarkan teori Lucio (1990) yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap umpan balik.
Sebaliknya penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ernawati (2007) yang meneliti populasi Guru SD Negeri di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian memperoleh koefisien
(12)
signifikansi sebesar 0,773 > 0,05. Temuan ini
menun-jukkan bahwa supervisi Kepala sekolah tidak
berhubungan secara signifikan terhadap kinerja mengajar guru SD di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karangganyar. Hal ini karena kegiatan supervisi akademik yang dilakukan kepada Guru SD bertujuan
untuk membantu guru dalam mengembangkan
potensi mereka untuk mencapai tujuan pendidikan dengan sebaik- baiknya.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ernawati (2007), adapun yang menjadi dasar perbeda-annya adalah kondisi guru SD yang bertugas di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar masih terjadi kekurangan guru kelas sebanyak 16 orang, guru olah raga 8 orang dan guru agama Islam sebanyak 11 orang, dari kondisi tersebut jelas sangat mengganggu efektifitas proses pembelajaran. Selain itu latar belakang pendidikan Guru SD di Kecamatan Jenawi belum memenuhi standar sesuai ketentuan. Dari sejumlah 207 Guru termasuk Kepala Sekolah, Guru SD mayoritas tamatan Diploma II ( 61,1 %) dan hanya sebagian kecil (18,8 %) yang berpendidikan sarjana yaitu 39 orang, bahkan 11,1 % diantaranya yaitu 24 orang masih berlatar belakang SPG, SMA dan KPG. Kualifikasi atau tingkat pendidikan guru sangat
(13)
guru hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati (2006).
4.5.2 Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Mengajar guru
Berdasarkan uji signifikansi korelasi Pearson
product Moment seperti pada Tabel 4.10 ditemukan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru SD Gugus Durian di Kecamatan Bejen dengan koefisien korelasi rxy = 0,629. Berdasarkan uji signifikansi
menghasilkan koefisien sebesar 0,001< 0,05. Artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru. Semakin tinggi skor motivasi kerja guru dikecamatan Bejen, semakin tinggi pula kinerja mengajar gurunya. Sebaliknya jika skor motivasi kerja semakin rendah, maka skor kinerja mengajar guru semakin rendah.
Menurut analisis deskriptif, rata-rata guru memiliki motivasi kerja pada kategori sangat tinggi. Hal ini berarti guru memiliki dorongan yang kuat dalam bekerja. Dengan adanya motivasi yang tinggi guru akan mampu menyelesaikan pekerjaan menga-jarnya dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat
Herzberg (1995) bahwa motivasi kerja adalah dorongan untuk menentukan perilaku seseorang dalam
(14)
energetik yang dimiliki seseorang untuk menunjukkan perilaku terkait pekerjaan dan menentukan bentuk, arah dan intensitas. Keterkaitan motivasi kerja dengan kinerja mengajar dapat dilihat dari peran guru dalam menjalankan perannya secara optimal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil peneli-tian yang Muhammad (2010) dalam penelipeneli-tiannya di Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan yang menemukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja mengajar guru SD yang ditunjukkan olah koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,551 dengan koefisien
signifi-kansi sebesar 0,000 < 0,05. Bahwa tinggi rendahnya kinerja mengajar guru salah satunya ditentukan oleh motivasi kerja guru. Hal ini disebabkan adanya dampak positif motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru disebabkan karena adanya dorongan di dalam individu guru untuk bekerja atau melaksana-kan tugas yang diembannya yaitu mengajar. Masing-masing guru memiliki motivasi instrinsik. Dari motivasi tiap individu tersebut, guru melakukan pengarahan diri agar pekerjaanya berhasil, atau dengan kata lain kinerjanya meningkat.
Berbeda dengan hasil penelitian Bungan (1987) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru. Jumlah sampel yang digunakan Bungan adalah 31 orang guru SMP Swasta di
(15)
korelasi (r) sebesar 0,246 dan nilai p = 0,051 > 0,05, temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dan kinerja mengajar guru. Perbedaan hasil penelitian kemung-kinan disebabkan oleh jumlah sampel, dan jenjang sekolah. Jumlah sampel yang digunakan peneliti 68 orang atau dua kali jumlah sampel yang digunakan Bungan (1987).
Sudarmadi (2011) menyatakan jumlah sampel mempengaruhi tingkat kepercayaan hasil penelitian. Jika jumlah sampel kecil maka tingkat kepercayaan-nya juga kecil. Sampel yang digunakan Bungan merupakan guru SLTP Swasta sementara sampel yang digunakan peneliti adalah guru Sekolah Dasar Negeri. Kinerja mengajar guru sekolah swasta lebih tinggi daripada kinerja mengajar guru sekolah negeri. Sistem suatu sekolah ternyata juga mempengaruhi tingkat kinerja guru, terbukti dari penelitian Hanif (2004) menerangkan bahwa kinerja guru di sekolah negeri lebih buruk, sedangkan kinerja mengajar guru di sekolah swasta baik.
Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilaku-kan oleh Ngasripan (2011) yang meneliti tentang Hubungan Kepuasan Kerja dan Motivasi kerja dengan
Kinerja mengajar Guru SD Negeri Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan positif signifikan
(16)
antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru, dengan koefisien korelasi 0,379 p= 0,001< 0,05.
4.6 Keterbatasan Penelitian
Penelitian memiliki keterbatasan, sehingga mem-pengaruhi penggunaan hasil penelitian di lingkup lebih luas. Keterbatasan penelitian ini meliputi:
1. Penelitian ini hanya melibatkan dua variabel
independen kinerja mengajar guru, yaitu supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi kerja guru;
2. Variabel kinerja mengajar guru diukur dengan
menggunakan penilaian guru itu sendiri ;
3. Ruang lingkup penelitian ini hanya meliputi guru- guru di jenjang Sekolah Dasar Gugus Durian Kecamatan Bejen, sehingga hasil penelitian hanya dapat digunakan untuk waktu dan tempat pelak-anaan penelitian.
(1)
memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja mengajar guru.
Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jaenuri (2012) di Kecamatan Bandungan Jawa Tengah yang meneliti 175 orang guru SD dan menyimpulkan bahwa supervisi akademik memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru. Hasil penelitian menunjukkan rx1y = 0,422 dengan p=0,000 < 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja mengajar guru. Semakin tinggi skor supervisi akademik, maka skor kinerja mengajar guru akan semakin baik.
Adapun yang menjadi dasar persamaannya karena menggunakan variabel bebas pertama (X1) dengan konsepsi pengertian yang sama, yaitu Super-visi Akademik Kepala sekolah adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemam-puannya mengelola proses pembelajaran demi penca-paian tujuan pembelajaran. Alat ukurnya sama meng-gunakan skala supervisi akademik kepala sekolah yang disusun berdasarkan teori Lucio (1990) yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap umpan balik.
Sebaliknya penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ernawati (2007) yang meneliti populasi Guru SD Negeri di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian memperoleh koefisien
(2)
signifikansi sebesar 0,773 > 0,05. Temuan ini menun-jukkan bahwa supervisi Kepala sekolah tidak berhubungan secara signifikan terhadap kinerja mengajar guru SD di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karangganyar. Hal ini karena kegiatan supervisi akademik yang dilakukan kepada Guru SD bertujuan untuk membantu guru dalam mengembangkan potensi mereka untuk mencapai tujuan pendidikan dengan sebaik- baiknya.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ernawati (2007), adapun yang menjadi dasar perbeda-annya adalah kondisi guru SD yang bertugas di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar masih terjadi kekurangan guru kelas sebanyak 16 orang, guru olah raga 8 orang dan guru agama Islam sebanyak 11 orang, dari kondisi tersebut jelas sangat mengganggu efektifitas proses pembelajaran. Selain itu latar belakang pendidikan Guru SD di Kecamatan Jenawi belum memenuhi standar sesuai ketentuan. Dari sejumlah 207 Guru termasuk Kepala Sekolah, Guru SD mayoritas tamatan Diploma II ( 61,1 %) dan hanya sebagian kecil (18,8 %) yang berpendidikan sarjana yaitu 39 orang, bahkan 11,1 % diantaranya yaitu 24 orang masih berlatar belakang SPG, SMA dan KPG. Kualifikasi atau tingkat pendidikan guru sangat mempengaruhi profesionalisme dan kinerja mengajar
(3)
guru hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati (2006).
4.5.2 Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Mengajar guru
Berdasarkan uji signifikansi korelasi Pearson product Moment seperti pada Tabel 4.10 ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru SD Gugus Durian di Kecamatan Bejen dengan koefisien korelasi rxy = 0,629. Berdasarkan uji signifikansi menghasilkan koefisien sebesar 0,001< 0,05. Artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru. Semakin tinggi skor motivasi kerja guru dikecamatan Bejen, semakin tinggi pula kinerja mengajar gurunya. Sebaliknya jika skor motivasi kerja semakin rendah, maka skor kinerja mengajar guru semakin rendah.
Menurut analisis deskriptif, rata-rata guru memiliki motivasi kerja pada kategori sangat tinggi. Hal ini berarti guru memiliki dorongan yang kuat dalam bekerja. Dengan adanya motivasi yang tinggi guru akan mampu menyelesaikan pekerjaan menga-jarnya dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat
Herzberg (1995) bahwa motivasi kerja adalah dorongan untuk menentukan perilaku seseorang dalam melaku-kan pekerjaan. Motivasi kerja sebagai suatu kekuatan
(4)
energetik yang dimiliki seseorang untuk menunjukkan perilaku terkait pekerjaan dan menentukan bentuk, arah dan intensitas. Keterkaitan motivasi kerja dengan kinerja mengajar dapat dilihat dari peran guru dalam menjalankan perannya secara optimal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil peneli-tian yang Muhammad (2010) dalam penelipeneli-tiannya di Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan yang menemukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja mengajar guru SD yang ditunjukkan olah koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,551 dengan koefisien signifi-kansi sebesar 0,000 < 0,05. Bahwa tinggi rendahnya kinerja mengajar guru salah satunya ditentukan oleh motivasi kerja guru. Hal ini disebabkan adanya dampak positif motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru disebabkan karena adanya dorongan di dalam individu guru untuk bekerja atau melaksana-kan tugas yang diembannya yaitu mengajar. Masing-masing guru memiliki motivasi instrinsik. Dari motivasi tiap individu tersebut, guru melakukan pengarahan diri agar pekerjaanya berhasil, atau dengan kata lain kinerjanya meningkat.
Berbeda dengan hasil penelitian Bungan (1987) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru. Jumlah sampel yang digunakan Bungan adalah 31 orang guru SMP Swasta di Sumatera Utara. Hasil penelitian memperoleh koefisien
(5)
korelasi (r) sebesar 0,246 dan nilai p = 0,051 > 0,05, temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dan kinerja mengajar guru. Perbedaan hasil penelitian kemung-kinan disebabkan oleh jumlah sampel, dan jenjang sekolah. Jumlah sampel yang digunakan peneliti 68 orang atau dua kali jumlah sampel yang digunakan Bungan (1987).
Sudarmadi (2011) menyatakan jumlah sampel mempengaruhi tingkat kepercayaan hasil penelitian. Jika jumlah sampel kecil maka tingkat kepercayaan-nya juga kecil. Sampel yang digunakan Bungan merupakan guru SLTP Swasta sementara sampel yang digunakan peneliti adalah guru Sekolah Dasar Negeri. Kinerja mengajar guru sekolah swasta lebih tinggi daripada kinerja mengajar guru sekolah negeri. Sistem suatu sekolah ternyata juga mempengaruhi tingkat kinerja guru, terbukti dari penelitian Hanif (2004) menerangkan bahwa kinerja guru di sekolah negeri lebih buruk, sedangkan kinerja mengajar guru di sekolah swasta baik.
Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilaku-kan oleh Ngasripan (2011) yang meneliti tentang Hubungan Kepuasan Kerja dan Motivasi kerja dengan Kinerja mengajar Guru SD Negeri Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan positif signifikan
(6)
antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru, dengan koefisien korelasi 0,379 p= 0,001< 0,05.
4.6 Keterbatasan Penelitian
Penelitian memiliki keterbatasan, sehingga mem-pengaruhi penggunaan hasil penelitian di lingkup lebih luas. Keterbatasan penelitian ini meliputi:
1. Penelitian ini hanya melibatkan dua variabel independen kinerja mengajar guru, yaitu supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi kerja guru; 2. Variabel kinerja mengajar guru diukur dengan
menggunakan penilaian guru itu sendiri ;
3. Ruang lingkup penelitian ini hanya meliputi guru- guru di jenjang Sekolah Dasar Gugus Durian Kecamatan Bejen, sehingga hasil penelitian hanya dapat digunakan untuk waktu dan tempat pelak-anaan penelitian.