PERUBAHAN MAKNA DAN SIMBOL DI DALAMUPACARA ADAT BEGAHAN KHITANAN PADA MASYARAKAT BOANG DI DESA SILATONGKECAMATAN SIMPANG KANAN KABUPATEN ACEH SINGKIL.
PSRUSAHAN EIAKNA DA}{ SI&SBGL
T}T E}ALA&fl
ADAT SEGATdAN XWranawpAIlA naas*anaxar {IFACARA
sffArsc Dt
I}&SA STLATGNG KECANd^ETA}T SXiIAPAMC
KANAS{
KABIIPA?EN ACEH SINGKTL
SKRIPST
Biajrsktq Untuk Memcnarfr i
SxIah Setu Syerat Elmtu&MempereIeh
Gelar $arj*ns pemdidikae
OLEH:
II{USDARWINSYAH
NIhe3s9122$46
flrffiqE
e- ms +
f*gx€s,
PENM}H}IKAFI,{NTROPOI,OGT
FAI{I}LTAS ILh{U SGSTAT
UNI1rSRSITAS NEG&RI MEBAIY
2t)13
LEMBAR PERSETUJT]A}{ DAI{ PENGESAHAN
Skripsi sleh Musdarwfursyah, NIl\{ 309LZZ&46
Tel*h D*pert*h*rka*di D+per Tim Penguji
Pada Tanggal 26 Agustus 2$13
TIM PENGUJI
Balfhgrrl Khair AmaI. M.Si
Peuebbbiag
Dra.
Euspitexatlhtl"$i,-,
Dre. Waston Malau
Penguji
RosramadhaEa. M.Si
Penguji
Disetujui dan Disahkan pada Tanggal,26 Agustus 2013
Panitia Ujian
Ketua Prodi Pendidikan Antropologi
1'
tr'.*
07191987031001
NIP. 1964t)626 1990092001
LEMBARPERSSTI'JUAN
a
Skripsi lai Diqiuleail Oleh:
Irfind 3{pu2t}46
Jenjang Pendidikan S-1 Program Sfidi Pendidikan Antropolog!
fakultqs {lrnu Sosial UnivemitasNegcri Medan
MUSTIARWINSYAE
,/
,/
-
/
Telah Diperiks* Ban Diujilcnn Dalam Sidang
Menopertahanl*an Skripsi
Medan,26 Agustus 2013
Disetuiui;
Ketua Frodi Pcnd,Antropologi,
L.t ! N-<
t;' P/
V1
Dosen Pemblsobing,
a
trqu;,
/'j
Dra. Pusnitawatl hd.Si
NIP. 196,*$626199$092001
Bakhmll Khair Am*I. l4.Si
tirP.
197505052{XX}S}1
10rS
ABSTRAK
Musdarwinsyah, 309122046, Perubahan Makna dan Simbol di dalam
Upacara Adat Begahan Khitanan pada Masyarakat Boang di Desa Silatong
Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil, Skripsi: Medan,
Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi Pendidikan Antropologi, Universitas
Negeri Medan.
Penelitian ini mengenai perubahan makna dan simbol di dalam upacara adat
begahan khitanan di desa Silatong, Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Aceh
Singkil. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap
perubahan makna dan simbol di dalam upacara adat begahan khitanan, sehingga
akan ditemukan makna dan simbol sebenarnya yang terdapat dalam pelaksanaan
upacara adat begahan khitanan dan perubahan yang ada terkait makna dan simbol
tersebut.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif, dengan menggunakan Studi Lapangan (Field research). Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Untuk mengetahui perubahan makna dan simbol yang terjadi,
peneliti mengikuti tahap-tahap upacara sehingga terlihat sesaji dan perlengkapan
lain yang terdapat di dalamnya. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Silatong
Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil.
Berdasarkan hasil penelitian, upacara adat begahan khitanan tersebut
mengalami perubahan yang bisa dilihat dari penambahan/ pengurangan simbol
seperti tidak adanya gambir dan sapen dalam mebagah dan ada yang
menggantikannya dengan selembar kertas berisikan teks yang biasa diucapkan
saat mebagah, tidak adanya gabah-gabah di halaman, kebebasan memilih adat
yang digunakan, pepadi yang diganti sekarung beras, penambahan kain pada
pepadi yang sebelumnya hanya digunakan untuk begahan perkawinan dan
pakaian yang dipilih sesuai selera. Dari perubahan simbol tersebut terlihat bahwa
makna aslinya sudah tidak diperhatikan karena pengganti simbolnya tidak
memiliki makna khusus dalam adat-istiadat masyarakat Boang. Upacara adat
begahan khitanan yang dulunya sebagai sarana meminta doa selamat secara adat
agar terhindar dari datangnya bencana dan marabahaya saat anak dikhitan, dengan
berkembangnya pengetahuan masyarakat perlahan menyebabkan anggapan
tersebut berubah dan dinilai sebagai sarana untuk menagih pepadi yang pernah
diberikan atau mencari keuntungan karena pelaksanaannya yang dilakukan secara
singkat atau lebih dari satu kali dalam waktu yang berdekatan. Bahkan ada yang
kembali ke desa Silatong khusus untuk melaksanakan upacara begahan khitanan
dan setelah itu meninggalkan desa tersebut.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah upacara adat begahan
khitanan mengalami perubahan yang semula untuk keselamatan berubah menjadi
kebutuhan akan materi yang bisa dilihat dari simbol yang digunakan.
Kata kunci: begahan, makna dan simbol, perubahan, upacara
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang
diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
dengan judul “Perubahan Makna dan Simbol di dalam Upacara Adat Begahan
Khitanan pada Masyarakat Boang di Desa Silatong Kecamatan Simpang Kanan
Kabupaten Aceh Singkil”.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, bantuan, dan motivasi dari
berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Dr. H. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Antropologi sekaligus dosen pembimbing akademik yang memberikan
semangat dan bimbingan dalam mengikuti perkuliahan.
4. Bapak Bakhrul Khair Amal, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan motivasi agar secepatnya menyelesaikan skripsi dan
memberikan masukan dalam penulisan skripsi.
5. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku dosen penguji I, Bapak Drs. Waston
Malau selaku dosen penguji II dan Ibu Rosramadhana, M.Si selaku dosen
penguji III yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam
perbaikan karya tulis ini.
6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Antropologi. Terimakasih
atas didikan dan pengajarannya selama ini.
7. Bapak Herman Junur selaku Kepala Desa Silatong dan seluruh masyarakat
Desa Silatong yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Bapak Sapawi dan Bapak Bermawi yang telah mengizinkan penulis
melakukan observasi dan mendokumentasikan upacara begahan khitanan
yang dilaksanakan.
ii
9. Sahabat-sahabat penulis: Firman Alfian Zega, Muhammad Yusuf, Mukhlis
Syahputra, Tri Adi Syahputra Saragih, Diah Utari Prasetya, Dini A
Simanungkalit, Erna Puput Reskya Ginting, Hotnida Simanjuntak, Irna
Maria Situmorang, Nurbaini, Nurlela, Reny Widya Barus, Sisriyani dan
Syarifa Hanim.
10. Teman-teman stambuk 2009, akhirnya kita sampai di akhir perjalanan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
11. Teman-teman PPLT SMAN 1 Dolok Masihul yang selalu memberi
dukungan kepada penulis.
Teristimewa kepada Ayahanda alm. Ipang dan Ibunda Khaluan yang
senantiasa mencurahkan rasa sayang, didikan, materi serta doa yang tak hentihentinya kepada penulis. Juga untuk Mongah dan Mami yang membantu penulis
selama kuliah. Terima kasih juga untuk Abangda dan Kakanda Musliman,
Musliasman, Musliadiman, Amansyah, Suwirnawati, Nurmalawati dan Adinda
Ali Sabri, semoga keluarga kita selalu dalam lindungan Allah SWT dan senantiasa
dimudahkan jalan untuk meraih cita-cita. Amin ya rabbal alamin.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan dapat menjadi sumber
informasi dan pengetahuan bagi yang membacanya.
Medan, 20 Agustus 2013
Penulis
Musdarwinsyah
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................ix
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 4
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................... 6
2.2 Kerangka Teori ................................................................................... 7
2.2.1 Kebudayaan ............................................................................... 7
2.2.2 Makna ....................................................................................... 9
2.2.3 Simbol ..................................................................................... 10
2.2.4 Perubahan ................................................................................ 12
2.2.5 Resiprositas ............................................................................. 14
2.3 Kerangka Konsep .............................................................................. 15
2.3.1 Adat Sebagai Bagian Kebudayaan ........................................... 15
2.3.2 Upacara ................................................................................... 16
2.3.3 Khitanan .................................................................................. 18
2.3.4 Masyarakat Boang ................................................................... 18
iv
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................. 21
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................... 21
3.3 Subjek dan Objek Penelitian .............................................................. 22
3.3.1 Subjek Penelitian ..................................................................... 22
3.3.2 Objek Penelitian ...................................................................... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 23
3.4.1 Observasi................................................................................. 23
3.4.2 Wawancara .............................................................................. 24
3.4.3 Studi Dokumentasi .................................................................. 25
3.5 Analisa Data ..................................................................................... 25
3.5.1 Mengelompokkan Hasil Data .................................................. 26
3.5.2 Menginterpretasi Data ............................................................. 26
3.5.3 Menganalisa Data ................................................................... 26
3.5.4 Membuat Kesimpulan ............................................................. 27
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Silatong........................................................ 28
4.1.1 Letak dan Batas Wilayah ......................................................... 28
4.1.2 Keadaan Penduduk .................................................................. 29
4.1.2.1 Jumlah Penduduk......................................................... 29
4.1.2.2 Pendidikan ................................................................... 29
4.1.2.3 Mata Pencaharian ........................................................ 30
4.1.2.4 Agama ......................................................................... 32
4.2 Upacara Adat Begahan Khitanan ...................................................... 33
4.2.1 Tahap-tahap Pelaksanaan Upacara Adat Begahan Khitanan..... 35
4.2.1.1 Mebagah ..................................................................... 35
4.2.1.2 Masek leppo dan menampang ..................................... 36
4.2.1.3 Mehine menangko ....................................................... 39
4.2.1.4 Mehine tetuhu ............................................................. 44
4.2.1.5 Menamatken ............................................................... 45
v
4.2.2 Makna dan Simbol di dalam Upacara Adat Begahan
Khitanan ................................................................................ 46
4.2.3 Perubahan Makna dan Simbol di dalam Upacara Adat
Begahan Khitanan .................................................................. 58
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 68
5.2 Saran ................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
1.
Gambar 2.1. Kerangka berpikir ............................................................. 19
2.
Gambar 4.1. Kerangka sampangen ........................................................ 37
3.
Gambar 4.2. Sampangen ....................................................................... 38
4.
Gambar 4.3. Kegiatan masek leppo ....................................................... 39
5.
Gambar 4.4. Pemasangan inai ............................................................... 41
6.
Gambar 4.5. Pengantin khitan sepulang mengarak ................................ 42
7.
Gambar 4.6. Acara pulung binagah ....................................................... 43
8.
Gambar 4.7. Sompit .............................................................................. 47
9.
Gambar 4.8. Muka kelambu ................................................................. 48
10. Gambar 4.9. Jorong .............................................................................. 49
11. Gambar 4.10. Pembuatan nakan simanis ............................................... 50
12. Gambar 4.11. Pengantin khitan ............................................................. 51
13. Gambar 4.12. Bidang buaya .................................................................. 52
14. Gambar 4.13. Bahan penabur ................................................................ 52
15. Gambar 4.14. Tepung bedak untuk tepung tawar................................... 53
16. Gambar 4.15. Mengarak........................................................................ 57
vii
17. Gambar 4.16. Pengantin khitan saat tandek ........................................... 61
18. Gambar 4.17. Tabir ............................................................................... 62
19. Gambar 4.18. Kertas pengganti isi sompit ............................................. 63
20. Gambar 4.19. Pepadi ............................................................................ 66
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1. Tingkat Pendidikan Penduduk..................................... 30
2. Tabel 4.2. Klasifikasi Mata Pencaharian........................................
31
3. Tabel 4.3. Klasifikasi Perubahan Makna........................................... 58
4. Tabel 4.4. Klasifikasi Perubahan Simbol......................................... 59
ix
DAFTAR ISTILAH
1.
Abo
: saudara perempuan tertua ayah
2.
Aleng gegoh
: sistem kerja sama di sawah
3.
Anak dakha
: pengantin khitan perempuan
4.
Asa ulang kinabukhi cembekh : agar tidak selimuti asap
5.
Bagah, Mebagah : memberitahu atau mengabarkan
6.
Begahan
: kegiatan upacara
7.
Besi–besi
: daun gandarusa
8.
Bidang buaya
: anyaman yang terbuat dari janur kuning yang menyerupai
bentuk buaya
9.
Binagah
: orang yang menghadiri upacara begahan khitanan
10. Bunga lawang
: cengkeh
11. Gabah–gabah
: hiasan di halaman sebagai tanda menggunakan adat raja
12. Gecik
: kepala desa
13. Gonjong
: sanggul
14. Jabu gecik
: istri kepala desa
15. Jabu pegawe
: istri imam
16. Jambur
: tempat memasak atau dapur selama upacara begahan
berlangsung.
17. Jorong
: tempat kegiatan binagah laki–laki selama upacara.
18. Kaka
: kakak ipar pengantin khitan
x
19. Kehangken mata : orang yang disegani
20. Keheng
: gelang diatas siku
21. Kekhoncong
: gelang kaki berbunyi
22. Kela bapak
: menantu ayah
23. Khumbang
: pelaksanaan begahan khitanan secara bersamaan
24. Kunu mangan kunu malot khoh ke khatana: makan ataupun tidak, diharap
semua datang.
25. Lae mombang
: air kelapa muda
26. Leppo
: tempat menyimpan bumbu, menyiapkan bahan masakan
dan hasil masakan, biasa ditempati oleh perempuan.
27. Mami
: ipar ibu
28. Mangan mekaum : makan bersama seluruh binagah.
29. Mangan mengido tawar, mengido tawar : makan bersama dengan diakhiri
doa yang dilakukan sebelum dilaksanakan acara tepung tawar.
30. Masek leppo
: memasang teratak
31. Mehine menangko
: berinai pertama
32. Mehine tetuhu
: berinai kedua
33. Membekhu
: ipar dari pihak ayah
34. Mempule
: pengantin khitan laki–laki
35. Menamatken
: Khatam Al-Qur’an
36. Menampang
: memasang hiasan di rumah
37. Menggilingi
: menyiapkan bumbu masakan
xi
38. Muka kelambu, tendean mesusun: hiasan warna merah dan pernak–pernik
kuning keemasan
39. Nakan gekhsing : nasi kuning
40. Nakan simanis
: nasi pulut berwarna putih yang diberi kuah dengan rasa
manis yang selalu disajikan kepada binagah setelah sampangen dinaikkan.
41. Olis
: kain
42. Pakhasepen
: membakar kemenyan
43. Pekhanginan
: tempat menjauhkan pengantin khitan dari kepanasan
44. Penguda
: saudara laki–laki ayah
45. Pepadi
: benda yang dibawa saat menghadiri upacara
46. Pepinangan
: benda yang memiliki isinya sama dengan sompit namun
terbuat dari kayu dan bentuknya bulat seperti mangkok dan dihiasi.
47. Puhun
: saudara laki–laki ibu
48. Pulung binagah, mangan adat : acara makan bersama yang diatur dalam adat
Boang.
49. Rumbe
: kain yang dipasang pada jorong.
50. Sampangen
: hiasan rumah saat upacara
51. Senina
: saudara laki–laki
52. Sompit
: hasil anyaman dari daun pandan yang dibuat seperti tas
sebagai tempat benda–benda untuk mebagah.
53. Suasa
: gelang kaki tidak berbunyi
xii
54. Tandek
: duduk di pelaminan
55. Tangkai sipilit
: gandarusa bertangkai hitam
56. Tenggi pe khasa tebu en, tenggin den pekhasanmu numakh : manis rasa tebu
ini, akan lebih manis yang engkau rasakan nanti.
57. Topi manduakha : topi pengantin khitan laki–laki
58. Tua
: istri saudara tertua ayah
59. Tudung manduakha : selendang manduara
60. Tukhang
: saudara perempuan
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masyarakat Boang adalah salah satu masyarakat asli yang mendiami
wilayah Aceh singkil. Awalnya masyarakat ini tinggal di daerah pinggiran sungai
dan banyak yang bekerja sebagai nelayan sungai dan petani. Biasanya masyarakat
luar sering menyamakan orang Boang dengan Pakpak Boang. Padahal dua suku
ini adalah suku yang berbeda. Bisa dilihat dari kebiasaan menetap mereka, orang
Pakpak disana biasanya terdapat di kawasan pegunungan sedangkan orang Boang
di pinggiran sungai. Begitu juga dari segi agama, bahasa dan adat istiadat kedua
suku ini memang memiliki perbedaan.
Kebudayaan yang dimiliki masyarakat ini bervariasi. Keberadaannya sudah
diyakini sejak dulu dan dijadikan ritual (upacara) yang terus–menerus dan bersifat
berkesinambungan yang dilakukan oleh setiap generasi. Oleh karenanya
kebudayaan yang ada ini adalah salah satu warisan berharga masyarakat yang
patut untuk dilestarikan. Adat istiadat ini merupakan salah satu tradisi yang
bersumber dari masyarakat Boang sendiri maupun pengaruh dari suku lain. Adat
ini juga mengandung nilai–nilai luhur yang mencerminkan luhurnya budaya yang
dimiliki orang Boang.
Nilai–nilai budaya yang menjadi ciri–ciri kehidupan masyarakat biasanya
terkandung di dalam sumber–sumber tertulis, lisan dan gerak. Sumber tertulis
dapat berupa naskah kuno. Sumber lisan berupa cerita–cerita rakyat, sastra lisan,
1
sedangkan sumber gerak terwujud dalam kegiatan seperti permainan rakyat dan
upacara–upacara.
Salah satu bukti luhurnya budaya tersebut dapat tercermin dari peralatan
yang dikenakan pada saat upacara adat. Upacara ini merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kebudayaan, tumbuh dan berkembang secara historis pada
masyarakat pendukungnya, berfungsi mengukuhkan norma–norma sosial dan
nilai–nilai luhur tersebut.
Upacara biasanya dipenuhi dengan perangkat–perangkat upacara, yang oleh
masyarakat menganggap bahwa perangkat tersebut mengandung makna khusus
dan hanya masyarakat bersangkutan yang mengetahuinya. Hal ini terjadi karena
terkadang kegiatan upacara tidak dapat ditampilkan secara nyata, melainkan
menggunakan simbol tertentu. Salah satu upacara adat yang masih dilaksanakan
oleh masyarakat Boang saat ini adalah upacara adat begahan. Begahan adalah
upacara yang dilakukan untuk merayakan tingkatan baru dalam hidup seseorang,
salah satunya adalah merayakan tingkatan baru atau peralihan dari anak–anak
menuju remaja yang biasa disebut upacara adat begahan khitanan.
Masa peralihan dari anak-anak menuju remaja merupakan peristiwa besar
yang sangat penting dan sakral di dalam sejarah kehidupan manusia. Oleh karena
itu, peristiwa sakral tersebut tidak akan dilewatkan begitu saja seperti mereka
melewati kehidupan sehari–hari. Peristiwa ini biasa dirayakan dengan serangkaian
kegiatan yang di dalamnya mengandung nilai budaya yang luhur dan suci. Setiap
orang yang menyelenggarakan upacara tidak akan merasa ragu-ragu untuk
mengorbankan tenaga, pikiran, waktu, serta biaya yang besar untuk kelancaran
2
pelaksanaannya. Tujuannya adalah agar anak yang dikhitan dijauhkan dari segala
macam gangguan dan marabahaya yang dapat mengganggu keselamatan anak.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah banyak
mempengaruhi upacara begahan khitanan. Upacara ini telah banyak mengalami
perubahan–perubahan baik sarana, proses maupun maknanya. Pelaksanaan
upacara ini tidak jarang menuai kritik dari masyarakat, karena masyarakat yang
melaksanakannya dinilai mencari keuntungan dari upacara ini dengan lebih dari
satu kali melaksanakannya dalam setahun, atau melaksanakan upacara di desa
asalnya dan meninggalkan desa tersebut beberapa hari setelah upacara selesai.
Begitu juga dengan perangkat–perangkat yang digunakan banyak mengalami
perubahan sehingga makna aslinya tidak ditemukan. Padahal sebenarnya upacara
ini dilaksanakan untuk merayakan peralihan seseorang dan di dalamnya dibangun
rasa kebersamaan dan kekeluargaan dengan sesama. Hal ini terlihat dari ucapan
kalimat “kunu mangan kunu malot khoh ke khata na da” yang selalu disampaikan
kepada binagah saat penyelenggara mengundang masyarakat sekitar, artinya
makan ataupun tidak nantinya, datanglah semuanya.
Mengacu pada alasan tersebut, upacara adat begahan khitanan merupakan
salah satu fenomena sosial budaya yang cukup menarik dan unik. Hal ini
membuat peneliti berminat untuk mengungkapkan perubahan makna dan simbol
di dalam upacara tersebut.
3
1.2
Identifikasi Masalah
1. Pengorbanan masyarakat untuk melaksanakan tradisi leluhur.
2. Perubahan makna dan simbol di dalam upacara adat begahan khitanan.
3. Pengaruh globalisasi terhadap keberadaan upacara begahan khitanan saat
ini.
1.3
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu pada “Perubahan Makna
Dan Simbol Di Dalam Upacara Adat Begahan Khitanan”.
1.4
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana tahap–tahap upacara adat begahan khitanan?
2. Apa makna dan simbol di dalam upacara adat begahan khitanan?
3. Bagaimana perubahan makna dan simbol di dalam upacara adat begahan
khitanan?
1.5
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memberikan
deskripsi
tahap–tahap
pelaksanaan upacara adat begahan khitanan. Deskripsi ini akan membantu
menemukan makna dan simbol sebenarnya yang terdapat dalam pelaksanaan
upacara. Dengan pemahaman ini akan ditemukan perubahan makna dan simbol di
dalam pelaksanaan upacara adat begahan khitanan.
4
1.6
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan analisis
bagi perkembangan ilmu antropologi khususnya tentang perubahan makna dan
simbol suatu bagian dari wujud kebudayaan. Dari sini akan diperoleh gambaran
makna simbolik dan kegiatan upacara begahan khitanan yang dianggap penting
bagi kehidupan masyarakat.
Secara praktis, membuka wawasan masyarakat Boang untuk memanfaatkan
upacara tersebut sebagai wadah mempererat hubungan kekerabatan dengan
masyarakat sekitar. Dengan terus melaksanakan upacara ini berarti masyarakat
telah berupaya melestarikan salah satu warisan budaya daerah.
5
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan sebelumnya dapat ditarik beberapa
kesimpulan yang sekaligus menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
Kesimpulan tersebut antara lain:
1. Makna yang terkandung dalam upacara adat begahan khitanan telah
mengalami perubahan. Perubahan makna dapat dilihat dari makna
begahan yang pada awalnya adalah sebagai kegiatan yang dilaksanakan
untuk memohon kepada yang maha Kuasa agar anak terhindar dari
bahaya
dan
penyakit
yang
sewaktu–waktu
dapat
mengganggu
keselamatan anak, sekarang berubah menjadi sarana untuk menagih
kembali pepadi yang pernah diberikan. Bahkan ada masyarakat yang
hanya kembali ke desa Silatong untuk melaksanakan upacara begahan
khitanan dan setelah itu meninggalkan desa tersebut. Karenanya upacara
ini sering dikeluhkan, berbeda dengan dahulu disambut dengan suka cita.
2. Simbol–simbol dalam upacara begahan mengalami perubahan pada
beberapa bagian. Seperti yang ditemukan saat mebagah, sapen dan
gambir sudah jarang ditemukan bahkan baru–baru ini ada yang
menggantikannya dengan selembar kertas berisikan teks yang biasa
diucapkan saat mebagah. Penggunaan adat raja yang awalnya hanya
dilakukan oleh keturunan raja sekarang bebas dilakukan oleh siapa saja
68
yang sanggup menyembelih lembu. Awalnya sampangen, jorong dan
gabah–gabah sejalan, tetapi sekarang adat raja hanya bisa ditandai dari
jorong dan sampangen. Sama halnya dengan pakaian pengantin khitan,
saat ini bebas memilih tidak seperti sebelumnya saat warna kuning hanya
dipakai oleh keturunan raja.
3. Simbol lain yang berubah adalah pepadi. Awalnya dikemas dengan
mengisikan beras dan dua buah kelapa, atau ditambahkan seekor ayam/
lebih untuk famili kandung. Sekarang berubah menjadi sekarung beras
dan lainnya yang membuat masyarakat terbebani untuk membalasnya.
Dahulu hal ini dilakukan dengan sukarela, tetapi sekarang diperhitungkan
karena mengeluarkan banyak biaya.
5.2 Saran
1. Upacara adat begahan khitanan merupakan warisan budaya yang perlu
dilestarikan. Masyarakat hendaknya bekerja sama dalam melestarikan
makna dan simbol yang terkandung dalam upacara ini. Hal ini bertujuan
untuk menghormati leluhur yang telah lebih dahulu melaksanakan
upacara begahan. Oleh karenanya masyarakat harus memperhatikan nilai
kesakralan dan mempertahankan kemurnian upacara adat begahan
khitanan melalui makna dan simbol yang terdapat di dalamnya.
69
2. Untuk mewujudkan upaya tersebut, diharapkan kepada tokoh–tokoh adat
mengajak warganya untuk memaknai upacara ini dengan baik seperti
sebenarnya dan mempertahankan simbol–simbol upacara yang telah
menjadi
kekhasan
masyarakat
Boang
sehingga
tidak
terkesan
mengedapankan kebudayaan orang lain dibanding kebudayaan sendiri.
70
DAFTAR PUSTAKA
Endaswara, Suwardi. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah
Mada Press
Hadi, Y Sumandiyo. 2006. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Buku Pustaka
Harramain, M. Eric. 2009. Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory
- SI). http://eric-harramain.blogspot.com
Haviland. William A. 1988. Antropologi Jilid I. Jakarta: Erlangga
Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Jandra, dkk. 1991. Perangkat /Alat–alat dan Pakaian serta Makna Simbolis
Upacara Keagamaan di Lingkungan Keraton Yogyakarta. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Keesing, Roger M. 1992. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer
(Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga
Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian
Rakyat
. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI-PRESS
. 1993. Ritus Peralihan Di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
. 2007. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-PRESS
Manik, Priska Prince. 2012. Makna Upacara Menanda Tahun Pada Masyarakat
Pakpak dan Kaitannya dengan Pelestarian Lingkungan di desa Kecupak 1
Kabupaten Pakpak Bharat. Skripsi Prodi Pendidikan Antropologi. Fakultas
Ilmu Sosial UNIMED.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mustofa,
Moh
Solehatul.
2009.
Sosiologi
http://sosiologie.blogspot.com/2009/11/sosiologi-agama.html
71
Agama.
Pasaribu, Sjawal. 2011. Adat Dan Budaya: Masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah/
Sibolga. Medan: Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Propinsi
Sumatera Utara.
Sahmudin. 2010. Kelompok Etnik Boang Di Subulussalam Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Tesis. Program Pascasarjana UNIMED
Saifuddin, Achmad Fedyani. 2006. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar
Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana
Setiawan, Ebta. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara wacana
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Suyono, Ariyono dan Aminuddin Siregar. (1985). Kamus Antropologi. Jakarta:
Akademika Pressindo
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada media.
72
T}T E}ALA&fl
ADAT SEGATdAN XWranawpAIlA naas*anaxar {IFACARA
sffArsc Dt
I}&SA STLATGNG KECANd^ETA}T SXiIAPAMC
KANAS{
KABIIPA?EN ACEH SINGKTL
SKRIPST
Biajrsktq Untuk Memcnarfr i
SxIah Setu Syerat Elmtu&MempereIeh
Gelar $arj*ns pemdidikae
OLEH:
II{USDARWINSYAH
NIhe3s9122$46
flrffiqE
e- ms +
f*gx€s,
PENM}H}IKAFI,{NTROPOI,OGT
FAI{I}LTAS ILh{U SGSTAT
UNI1rSRSITAS NEG&RI MEBAIY
2t)13
LEMBAR PERSETUJT]A}{ DAI{ PENGESAHAN
Skripsi sleh Musdarwfursyah, NIl\{ 309LZZ&46
Tel*h D*pert*h*rka*di D+per Tim Penguji
Pada Tanggal 26 Agustus 2$13
TIM PENGUJI
Balfhgrrl Khair AmaI. M.Si
Peuebbbiag
Dra.
Euspitexatlhtl"$i,-,
Dre. Waston Malau
Penguji
RosramadhaEa. M.Si
Penguji
Disetujui dan Disahkan pada Tanggal,26 Agustus 2013
Panitia Ujian
Ketua Prodi Pendidikan Antropologi
1'
tr'.*
07191987031001
NIP. 1964t)626 1990092001
LEMBARPERSSTI'JUAN
a
Skripsi lai Diqiuleail Oleh:
Irfind 3{pu2t}46
Jenjang Pendidikan S-1 Program Sfidi Pendidikan Antropolog!
fakultqs {lrnu Sosial UnivemitasNegcri Medan
MUSTIARWINSYAE
,/
,/
-
/
Telah Diperiks* Ban Diujilcnn Dalam Sidang
Menopertahanl*an Skripsi
Medan,26 Agustus 2013
Disetuiui;
Ketua Frodi Pcnd,Antropologi,
L.t ! N-<
t;' P/
V1
Dosen Pemblsobing,
a
trqu;,
/'j
Dra. Pusnitawatl hd.Si
NIP. 196,*$626199$092001
Bakhmll Khair Am*I. l4.Si
tirP.
197505052{XX}S}1
10rS
ABSTRAK
Musdarwinsyah, 309122046, Perubahan Makna dan Simbol di dalam
Upacara Adat Begahan Khitanan pada Masyarakat Boang di Desa Silatong
Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil, Skripsi: Medan,
Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi Pendidikan Antropologi, Universitas
Negeri Medan.
Penelitian ini mengenai perubahan makna dan simbol di dalam upacara adat
begahan khitanan di desa Silatong, Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Aceh
Singkil. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap
perubahan makna dan simbol di dalam upacara adat begahan khitanan, sehingga
akan ditemukan makna dan simbol sebenarnya yang terdapat dalam pelaksanaan
upacara adat begahan khitanan dan perubahan yang ada terkait makna dan simbol
tersebut.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif, dengan menggunakan Studi Lapangan (Field research). Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Untuk mengetahui perubahan makna dan simbol yang terjadi,
peneliti mengikuti tahap-tahap upacara sehingga terlihat sesaji dan perlengkapan
lain yang terdapat di dalamnya. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Silatong
Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Aceh Singkil.
Berdasarkan hasil penelitian, upacara adat begahan khitanan tersebut
mengalami perubahan yang bisa dilihat dari penambahan/ pengurangan simbol
seperti tidak adanya gambir dan sapen dalam mebagah dan ada yang
menggantikannya dengan selembar kertas berisikan teks yang biasa diucapkan
saat mebagah, tidak adanya gabah-gabah di halaman, kebebasan memilih adat
yang digunakan, pepadi yang diganti sekarung beras, penambahan kain pada
pepadi yang sebelumnya hanya digunakan untuk begahan perkawinan dan
pakaian yang dipilih sesuai selera. Dari perubahan simbol tersebut terlihat bahwa
makna aslinya sudah tidak diperhatikan karena pengganti simbolnya tidak
memiliki makna khusus dalam adat-istiadat masyarakat Boang. Upacara adat
begahan khitanan yang dulunya sebagai sarana meminta doa selamat secara adat
agar terhindar dari datangnya bencana dan marabahaya saat anak dikhitan, dengan
berkembangnya pengetahuan masyarakat perlahan menyebabkan anggapan
tersebut berubah dan dinilai sebagai sarana untuk menagih pepadi yang pernah
diberikan atau mencari keuntungan karena pelaksanaannya yang dilakukan secara
singkat atau lebih dari satu kali dalam waktu yang berdekatan. Bahkan ada yang
kembali ke desa Silatong khusus untuk melaksanakan upacara begahan khitanan
dan setelah itu meninggalkan desa tersebut.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah upacara adat begahan
khitanan mengalami perubahan yang semula untuk keselamatan berubah menjadi
kebutuhan akan materi yang bisa dilihat dari simbol yang digunakan.
Kata kunci: begahan, makna dan simbol, perubahan, upacara
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang
diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
dengan judul “Perubahan Makna dan Simbol di dalam Upacara Adat Begahan
Khitanan pada Masyarakat Boang di Desa Silatong Kecamatan Simpang Kanan
Kabupaten Aceh Singkil”.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, bantuan, dan motivasi dari
berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Dr. H. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Antropologi sekaligus dosen pembimbing akademik yang memberikan
semangat dan bimbingan dalam mengikuti perkuliahan.
4. Bapak Bakhrul Khair Amal, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan motivasi agar secepatnya menyelesaikan skripsi dan
memberikan masukan dalam penulisan skripsi.
5. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku dosen penguji I, Bapak Drs. Waston
Malau selaku dosen penguji II dan Ibu Rosramadhana, M.Si selaku dosen
penguji III yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam
perbaikan karya tulis ini.
6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Antropologi. Terimakasih
atas didikan dan pengajarannya selama ini.
7. Bapak Herman Junur selaku Kepala Desa Silatong dan seluruh masyarakat
Desa Silatong yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Bapak Sapawi dan Bapak Bermawi yang telah mengizinkan penulis
melakukan observasi dan mendokumentasikan upacara begahan khitanan
yang dilaksanakan.
ii
9. Sahabat-sahabat penulis: Firman Alfian Zega, Muhammad Yusuf, Mukhlis
Syahputra, Tri Adi Syahputra Saragih, Diah Utari Prasetya, Dini A
Simanungkalit, Erna Puput Reskya Ginting, Hotnida Simanjuntak, Irna
Maria Situmorang, Nurbaini, Nurlela, Reny Widya Barus, Sisriyani dan
Syarifa Hanim.
10. Teman-teman stambuk 2009, akhirnya kita sampai di akhir perjalanan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
11. Teman-teman PPLT SMAN 1 Dolok Masihul yang selalu memberi
dukungan kepada penulis.
Teristimewa kepada Ayahanda alm. Ipang dan Ibunda Khaluan yang
senantiasa mencurahkan rasa sayang, didikan, materi serta doa yang tak hentihentinya kepada penulis. Juga untuk Mongah dan Mami yang membantu penulis
selama kuliah. Terima kasih juga untuk Abangda dan Kakanda Musliman,
Musliasman, Musliadiman, Amansyah, Suwirnawati, Nurmalawati dan Adinda
Ali Sabri, semoga keluarga kita selalu dalam lindungan Allah SWT dan senantiasa
dimudahkan jalan untuk meraih cita-cita. Amin ya rabbal alamin.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan dapat menjadi sumber
informasi dan pengetahuan bagi yang membacanya.
Medan, 20 Agustus 2013
Penulis
Musdarwinsyah
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................ix
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 4
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................... 6
2.2 Kerangka Teori ................................................................................... 7
2.2.1 Kebudayaan ............................................................................... 7
2.2.2 Makna ....................................................................................... 9
2.2.3 Simbol ..................................................................................... 10
2.2.4 Perubahan ................................................................................ 12
2.2.5 Resiprositas ............................................................................. 14
2.3 Kerangka Konsep .............................................................................. 15
2.3.1 Adat Sebagai Bagian Kebudayaan ........................................... 15
2.3.2 Upacara ................................................................................... 16
2.3.3 Khitanan .................................................................................. 18
2.3.4 Masyarakat Boang ................................................................... 18
iv
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................. 21
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................... 21
3.3 Subjek dan Objek Penelitian .............................................................. 22
3.3.1 Subjek Penelitian ..................................................................... 22
3.3.2 Objek Penelitian ...................................................................... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 23
3.4.1 Observasi................................................................................. 23
3.4.2 Wawancara .............................................................................. 24
3.4.3 Studi Dokumentasi .................................................................. 25
3.5 Analisa Data ..................................................................................... 25
3.5.1 Mengelompokkan Hasil Data .................................................. 26
3.5.2 Menginterpretasi Data ............................................................. 26
3.5.3 Menganalisa Data ................................................................... 26
3.5.4 Membuat Kesimpulan ............................................................. 27
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Silatong........................................................ 28
4.1.1 Letak dan Batas Wilayah ......................................................... 28
4.1.2 Keadaan Penduduk .................................................................. 29
4.1.2.1 Jumlah Penduduk......................................................... 29
4.1.2.2 Pendidikan ................................................................... 29
4.1.2.3 Mata Pencaharian ........................................................ 30
4.1.2.4 Agama ......................................................................... 32
4.2 Upacara Adat Begahan Khitanan ...................................................... 33
4.2.1 Tahap-tahap Pelaksanaan Upacara Adat Begahan Khitanan..... 35
4.2.1.1 Mebagah ..................................................................... 35
4.2.1.2 Masek leppo dan menampang ..................................... 36
4.2.1.3 Mehine menangko ....................................................... 39
4.2.1.4 Mehine tetuhu ............................................................. 44
4.2.1.5 Menamatken ............................................................... 45
v
4.2.2 Makna dan Simbol di dalam Upacara Adat Begahan
Khitanan ................................................................................ 46
4.2.3 Perubahan Makna dan Simbol di dalam Upacara Adat
Begahan Khitanan .................................................................. 58
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 68
5.2 Saran ................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
1.
Gambar 2.1. Kerangka berpikir ............................................................. 19
2.
Gambar 4.1. Kerangka sampangen ........................................................ 37
3.
Gambar 4.2. Sampangen ....................................................................... 38
4.
Gambar 4.3. Kegiatan masek leppo ....................................................... 39
5.
Gambar 4.4. Pemasangan inai ............................................................... 41
6.
Gambar 4.5. Pengantin khitan sepulang mengarak ................................ 42
7.
Gambar 4.6. Acara pulung binagah ....................................................... 43
8.
Gambar 4.7. Sompit .............................................................................. 47
9.
Gambar 4.8. Muka kelambu ................................................................. 48
10. Gambar 4.9. Jorong .............................................................................. 49
11. Gambar 4.10. Pembuatan nakan simanis ............................................... 50
12. Gambar 4.11. Pengantin khitan ............................................................. 51
13. Gambar 4.12. Bidang buaya .................................................................. 52
14. Gambar 4.13. Bahan penabur ................................................................ 52
15. Gambar 4.14. Tepung bedak untuk tepung tawar................................... 53
16. Gambar 4.15. Mengarak........................................................................ 57
vii
17. Gambar 4.16. Pengantin khitan saat tandek ........................................... 61
18. Gambar 4.17. Tabir ............................................................................... 62
19. Gambar 4.18. Kertas pengganti isi sompit ............................................. 63
20. Gambar 4.19. Pepadi ............................................................................ 66
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1. Tingkat Pendidikan Penduduk..................................... 30
2. Tabel 4.2. Klasifikasi Mata Pencaharian........................................
31
3. Tabel 4.3. Klasifikasi Perubahan Makna........................................... 58
4. Tabel 4.4. Klasifikasi Perubahan Simbol......................................... 59
ix
DAFTAR ISTILAH
1.
Abo
: saudara perempuan tertua ayah
2.
Aleng gegoh
: sistem kerja sama di sawah
3.
Anak dakha
: pengantin khitan perempuan
4.
Asa ulang kinabukhi cembekh : agar tidak selimuti asap
5.
Bagah, Mebagah : memberitahu atau mengabarkan
6.
Begahan
: kegiatan upacara
7.
Besi–besi
: daun gandarusa
8.
Bidang buaya
: anyaman yang terbuat dari janur kuning yang menyerupai
bentuk buaya
9.
Binagah
: orang yang menghadiri upacara begahan khitanan
10. Bunga lawang
: cengkeh
11. Gabah–gabah
: hiasan di halaman sebagai tanda menggunakan adat raja
12. Gecik
: kepala desa
13. Gonjong
: sanggul
14. Jabu gecik
: istri kepala desa
15. Jabu pegawe
: istri imam
16. Jambur
: tempat memasak atau dapur selama upacara begahan
berlangsung.
17. Jorong
: tempat kegiatan binagah laki–laki selama upacara.
18. Kaka
: kakak ipar pengantin khitan
x
19. Kehangken mata : orang yang disegani
20. Keheng
: gelang diatas siku
21. Kekhoncong
: gelang kaki berbunyi
22. Kela bapak
: menantu ayah
23. Khumbang
: pelaksanaan begahan khitanan secara bersamaan
24. Kunu mangan kunu malot khoh ke khatana: makan ataupun tidak, diharap
semua datang.
25. Lae mombang
: air kelapa muda
26. Leppo
: tempat menyimpan bumbu, menyiapkan bahan masakan
dan hasil masakan, biasa ditempati oleh perempuan.
27. Mami
: ipar ibu
28. Mangan mekaum : makan bersama seluruh binagah.
29. Mangan mengido tawar, mengido tawar : makan bersama dengan diakhiri
doa yang dilakukan sebelum dilaksanakan acara tepung tawar.
30. Masek leppo
: memasang teratak
31. Mehine menangko
: berinai pertama
32. Mehine tetuhu
: berinai kedua
33. Membekhu
: ipar dari pihak ayah
34. Mempule
: pengantin khitan laki–laki
35. Menamatken
: Khatam Al-Qur’an
36. Menampang
: memasang hiasan di rumah
37. Menggilingi
: menyiapkan bumbu masakan
xi
38. Muka kelambu, tendean mesusun: hiasan warna merah dan pernak–pernik
kuning keemasan
39. Nakan gekhsing : nasi kuning
40. Nakan simanis
: nasi pulut berwarna putih yang diberi kuah dengan rasa
manis yang selalu disajikan kepada binagah setelah sampangen dinaikkan.
41. Olis
: kain
42. Pakhasepen
: membakar kemenyan
43. Pekhanginan
: tempat menjauhkan pengantin khitan dari kepanasan
44. Penguda
: saudara laki–laki ayah
45. Pepadi
: benda yang dibawa saat menghadiri upacara
46. Pepinangan
: benda yang memiliki isinya sama dengan sompit namun
terbuat dari kayu dan bentuknya bulat seperti mangkok dan dihiasi.
47. Puhun
: saudara laki–laki ibu
48. Pulung binagah, mangan adat : acara makan bersama yang diatur dalam adat
Boang.
49. Rumbe
: kain yang dipasang pada jorong.
50. Sampangen
: hiasan rumah saat upacara
51. Senina
: saudara laki–laki
52. Sompit
: hasil anyaman dari daun pandan yang dibuat seperti tas
sebagai tempat benda–benda untuk mebagah.
53. Suasa
: gelang kaki tidak berbunyi
xii
54. Tandek
: duduk di pelaminan
55. Tangkai sipilit
: gandarusa bertangkai hitam
56. Tenggi pe khasa tebu en, tenggin den pekhasanmu numakh : manis rasa tebu
ini, akan lebih manis yang engkau rasakan nanti.
57. Topi manduakha : topi pengantin khitan laki–laki
58. Tua
: istri saudara tertua ayah
59. Tudung manduakha : selendang manduara
60. Tukhang
: saudara perempuan
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masyarakat Boang adalah salah satu masyarakat asli yang mendiami
wilayah Aceh singkil. Awalnya masyarakat ini tinggal di daerah pinggiran sungai
dan banyak yang bekerja sebagai nelayan sungai dan petani. Biasanya masyarakat
luar sering menyamakan orang Boang dengan Pakpak Boang. Padahal dua suku
ini adalah suku yang berbeda. Bisa dilihat dari kebiasaan menetap mereka, orang
Pakpak disana biasanya terdapat di kawasan pegunungan sedangkan orang Boang
di pinggiran sungai. Begitu juga dari segi agama, bahasa dan adat istiadat kedua
suku ini memang memiliki perbedaan.
Kebudayaan yang dimiliki masyarakat ini bervariasi. Keberadaannya sudah
diyakini sejak dulu dan dijadikan ritual (upacara) yang terus–menerus dan bersifat
berkesinambungan yang dilakukan oleh setiap generasi. Oleh karenanya
kebudayaan yang ada ini adalah salah satu warisan berharga masyarakat yang
patut untuk dilestarikan. Adat istiadat ini merupakan salah satu tradisi yang
bersumber dari masyarakat Boang sendiri maupun pengaruh dari suku lain. Adat
ini juga mengandung nilai–nilai luhur yang mencerminkan luhurnya budaya yang
dimiliki orang Boang.
Nilai–nilai budaya yang menjadi ciri–ciri kehidupan masyarakat biasanya
terkandung di dalam sumber–sumber tertulis, lisan dan gerak. Sumber tertulis
dapat berupa naskah kuno. Sumber lisan berupa cerita–cerita rakyat, sastra lisan,
1
sedangkan sumber gerak terwujud dalam kegiatan seperti permainan rakyat dan
upacara–upacara.
Salah satu bukti luhurnya budaya tersebut dapat tercermin dari peralatan
yang dikenakan pada saat upacara adat. Upacara ini merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kebudayaan, tumbuh dan berkembang secara historis pada
masyarakat pendukungnya, berfungsi mengukuhkan norma–norma sosial dan
nilai–nilai luhur tersebut.
Upacara biasanya dipenuhi dengan perangkat–perangkat upacara, yang oleh
masyarakat menganggap bahwa perangkat tersebut mengandung makna khusus
dan hanya masyarakat bersangkutan yang mengetahuinya. Hal ini terjadi karena
terkadang kegiatan upacara tidak dapat ditampilkan secara nyata, melainkan
menggunakan simbol tertentu. Salah satu upacara adat yang masih dilaksanakan
oleh masyarakat Boang saat ini adalah upacara adat begahan. Begahan adalah
upacara yang dilakukan untuk merayakan tingkatan baru dalam hidup seseorang,
salah satunya adalah merayakan tingkatan baru atau peralihan dari anak–anak
menuju remaja yang biasa disebut upacara adat begahan khitanan.
Masa peralihan dari anak-anak menuju remaja merupakan peristiwa besar
yang sangat penting dan sakral di dalam sejarah kehidupan manusia. Oleh karena
itu, peristiwa sakral tersebut tidak akan dilewatkan begitu saja seperti mereka
melewati kehidupan sehari–hari. Peristiwa ini biasa dirayakan dengan serangkaian
kegiatan yang di dalamnya mengandung nilai budaya yang luhur dan suci. Setiap
orang yang menyelenggarakan upacara tidak akan merasa ragu-ragu untuk
mengorbankan tenaga, pikiran, waktu, serta biaya yang besar untuk kelancaran
2
pelaksanaannya. Tujuannya adalah agar anak yang dikhitan dijauhkan dari segala
macam gangguan dan marabahaya yang dapat mengganggu keselamatan anak.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah banyak
mempengaruhi upacara begahan khitanan. Upacara ini telah banyak mengalami
perubahan–perubahan baik sarana, proses maupun maknanya. Pelaksanaan
upacara ini tidak jarang menuai kritik dari masyarakat, karena masyarakat yang
melaksanakannya dinilai mencari keuntungan dari upacara ini dengan lebih dari
satu kali melaksanakannya dalam setahun, atau melaksanakan upacara di desa
asalnya dan meninggalkan desa tersebut beberapa hari setelah upacara selesai.
Begitu juga dengan perangkat–perangkat yang digunakan banyak mengalami
perubahan sehingga makna aslinya tidak ditemukan. Padahal sebenarnya upacara
ini dilaksanakan untuk merayakan peralihan seseorang dan di dalamnya dibangun
rasa kebersamaan dan kekeluargaan dengan sesama. Hal ini terlihat dari ucapan
kalimat “kunu mangan kunu malot khoh ke khata na da” yang selalu disampaikan
kepada binagah saat penyelenggara mengundang masyarakat sekitar, artinya
makan ataupun tidak nantinya, datanglah semuanya.
Mengacu pada alasan tersebut, upacara adat begahan khitanan merupakan
salah satu fenomena sosial budaya yang cukup menarik dan unik. Hal ini
membuat peneliti berminat untuk mengungkapkan perubahan makna dan simbol
di dalam upacara tersebut.
3
1.2
Identifikasi Masalah
1. Pengorbanan masyarakat untuk melaksanakan tradisi leluhur.
2. Perubahan makna dan simbol di dalam upacara adat begahan khitanan.
3. Pengaruh globalisasi terhadap keberadaan upacara begahan khitanan saat
ini.
1.3
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu pada “Perubahan Makna
Dan Simbol Di Dalam Upacara Adat Begahan Khitanan”.
1.4
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana tahap–tahap upacara adat begahan khitanan?
2. Apa makna dan simbol di dalam upacara adat begahan khitanan?
3. Bagaimana perubahan makna dan simbol di dalam upacara adat begahan
khitanan?
1.5
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memberikan
deskripsi
tahap–tahap
pelaksanaan upacara adat begahan khitanan. Deskripsi ini akan membantu
menemukan makna dan simbol sebenarnya yang terdapat dalam pelaksanaan
upacara. Dengan pemahaman ini akan ditemukan perubahan makna dan simbol di
dalam pelaksanaan upacara adat begahan khitanan.
4
1.6
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan analisis
bagi perkembangan ilmu antropologi khususnya tentang perubahan makna dan
simbol suatu bagian dari wujud kebudayaan. Dari sini akan diperoleh gambaran
makna simbolik dan kegiatan upacara begahan khitanan yang dianggap penting
bagi kehidupan masyarakat.
Secara praktis, membuka wawasan masyarakat Boang untuk memanfaatkan
upacara tersebut sebagai wadah mempererat hubungan kekerabatan dengan
masyarakat sekitar. Dengan terus melaksanakan upacara ini berarti masyarakat
telah berupaya melestarikan salah satu warisan budaya daerah.
5
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan sebelumnya dapat ditarik beberapa
kesimpulan yang sekaligus menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
Kesimpulan tersebut antara lain:
1. Makna yang terkandung dalam upacara adat begahan khitanan telah
mengalami perubahan. Perubahan makna dapat dilihat dari makna
begahan yang pada awalnya adalah sebagai kegiatan yang dilaksanakan
untuk memohon kepada yang maha Kuasa agar anak terhindar dari
bahaya
dan
penyakit
yang
sewaktu–waktu
dapat
mengganggu
keselamatan anak, sekarang berubah menjadi sarana untuk menagih
kembali pepadi yang pernah diberikan. Bahkan ada masyarakat yang
hanya kembali ke desa Silatong untuk melaksanakan upacara begahan
khitanan dan setelah itu meninggalkan desa tersebut. Karenanya upacara
ini sering dikeluhkan, berbeda dengan dahulu disambut dengan suka cita.
2. Simbol–simbol dalam upacara begahan mengalami perubahan pada
beberapa bagian. Seperti yang ditemukan saat mebagah, sapen dan
gambir sudah jarang ditemukan bahkan baru–baru ini ada yang
menggantikannya dengan selembar kertas berisikan teks yang biasa
diucapkan saat mebagah. Penggunaan adat raja yang awalnya hanya
dilakukan oleh keturunan raja sekarang bebas dilakukan oleh siapa saja
68
yang sanggup menyembelih lembu. Awalnya sampangen, jorong dan
gabah–gabah sejalan, tetapi sekarang adat raja hanya bisa ditandai dari
jorong dan sampangen. Sama halnya dengan pakaian pengantin khitan,
saat ini bebas memilih tidak seperti sebelumnya saat warna kuning hanya
dipakai oleh keturunan raja.
3. Simbol lain yang berubah adalah pepadi. Awalnya dikemas dengan
mengisikan beras dan dua buah kelapa, atau ditambahkan seekor ayam/
lebih untuk famili kandung. Sekarang berubah menjadi sekarung beras
dan lainnya yang membuat masyarakat terbebani untuk membalasnya.
Dahulu hal ini dilakukan dengan sukarela, tetapi sekarang diperhitungkan
karena mengeluarkan banyak biaya.
5.2 Saran
1. Upacara adat begahan khitanan merupakan warisan budaya yang perlu
dilestarikan. Masyarakat hendaknya bekerja sama dalam melestarikan
makna dan simbol yang terkandung dalam upacara ini. Hal ini bertujuan
untuk menghormati leluhur yang telah lebih dahulu melaksanakan
upacara begahan. Oleh karenanya masyarakat harus memperhatikan nilai
kesakralan dan mempertahankan kemurnian upacara adat begahan
khitanan melalui makna dan simbol yang terdapat di dalamnya.
69
2. Untuk mewujudkan upaya tersebut, diharapkan kepada tokoh–tokoh adat
mengajak warganya untuk memaknai upacara ini dengan baik seperti
sebenarnya dan mempertahankan simbol–simbol upacara yang telah
menjadi
kekhasan
masyarakat
Boang
sehingga
tidak
terkesan
mengedapankan kebudayaan orang lain dibanding kebudayaan sendiri.
70
DAFTAR PUSTAKA
Endaswara, Suwardi. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah
Mada Press
Hadi, Y Sumandiyo. 2006. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Buku Pustaka
Harramain, M. Eric. 2009. Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory
- SI). http://eric-harramain.blogspot.com
Haviland. William A. 1988. Antropologi Jilid I. Jakarta: Erlangga
Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Jandra, dkk. 1991. Perangkat /Alat–alat dan Pakaian serta Makna Simbolis
Upacara Keagamaan di Lingkungan Keraton Yogyakarta. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Keesing, Roger M. 1992. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer
(Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga
Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian
Rakyat
. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI-PRESS
. 1993. Ritus Peralihan Di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
. 2007. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-PRESS
Manik, Priska Prince. 2012. Makna Upacara Menanda Tahun Pada Masyarakat
Pakpak dan Kaitannya dengan Pelestarian Lingkungan di desa Kecupak 1
Kabupaten Pakpak Bharat. Skripsi Prodi Pendidikan Antropologi. Fakultas
Ilmu Sosial UNIMED.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mustofa,
Moh
Solehatul.
2009.
Sosiologi
http://sosiologie.blogspot.com/2009/11/sosiologi-agama.html
71
Agama.
Pasaribu, Sjawal. 2011. Adat Dan Budaya: Masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah/
Sibolga. Medan: Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Propinsi
Sumatera Utara.
Sahmudin. 2010. Kelompok Etnik Boang Di Subulussalam Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Tesis. Program Pascasarjana UNIMED
Saifuddin, Achmad Fedyani. 2006. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar
Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana
Setiawan, Ebta. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara wacana
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Suyono, Ariyono dan Aminuddin Siregar. (1985). Kamus Antropologi. Jakarta:
Akademika Pressindo
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada media.
72