PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMP TRISAKTI 2 MEDAN T.A 2012/2013.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII

SMP TRISAKTI 2 MEDAN T.A 2012/2013

Oleh :

Erwin Harianto Gultom NIM 071244120025

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkahNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas VIII SMP TRISAKTI 2 MEDAN”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd, Bapak Drs. Togi, M.Pd dan Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku dosen penguji dan pemberi saran yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. W.L. Sihombing, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Akademik. Begitu juga ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di rektorat, kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan serta para pegawai di fakultas, kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Sekretaris jurusan, dan Bapak Drs. Syafari, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, beserta seluruh dosen dan staf pegawai Jurusan Matematika yang telah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Gunawan Simanjuntak, selaku Kepala Sekolah SMP Trisakti 2 Medan, kepada Ibu P. Sihombing, S.Pd selaku guru matematika kelas VIII SMP SMP Trisakti 2 Medan yang telah banyak membantu dalam penelitian


(3)

v

ini serta seluruh guru dan pegawai SMP SMP Trisakti 2 Medan yang telah membantu penulis.

Teristimewa saya sampaikan terimakasih kepada Ayahanda terkasih yaitu Alm. A. Gultom yang tidak sempat melihat penulis menyelesaikan skripsi ini dan Ibunda tercinta, B. Sihombing serta kakak, abang, abang dan kakak ipar yaitu Febrina Hariana Gultom, S.Pd dan Feri Yudo Hariara Gultom, Amk, Didik Purwoko, S.Pd, Yuli Purwanti, S.Pd yang selalu senantiasa membantu penulis dan memberikan semangat yang luar biasa, doa serta dana kepada saya dalam menyelesaikan studi di Unimed, dan beserta seluruh keluarga yang selalu senantiasa berdoa dan memberikan dorongan semangat bagi penulis. Dan tidak lupa pula penulis menyampaikan terimakasih kepada yang tercinta dan tersayang yaitu Pumpe Lince Valentina Hutauruk. Terima kasih kepada teman-temanku terutama GAMASI Pendidikan Matematika 2007.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Februari 2013 Penulis,


(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 6

1.3. Batasan Masalah 6

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 7

1.6. Manfaat Penelitian 7

1.7. Defenisi Operasional 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1. Belajar Matematika 9

2.1.2. Hasil Belajar 10

2.1.3. Pembelajaran Kooperatif 12

2.1.3.1. Pembelajaran Kooperatif dalam Matematika 15

2.1.3.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 16

2.2. Materi Pemfaktoran Bentuk Aljabar 23

2.2.1. Pengertian Koefisien, Variabel, Konstanta dan Suku 23

2.2.2. Pemfaktoran Bentuk Aljabar 23

2.3. Kerangka Konseptual 27

2.4. Hipotesis Tindakan 28

BAB III METODE PENELITIAN 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 29

3.1.1. Lokasi Penelitian 29

3.1.2. Waktu Penelitian 29

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 29


(5)

vii

3.2.2. Objek Penelitian 30

3.3. Jenis Penelitian 30

3.4. Prosedur Penelitian 31

3.5. Alat Pengumpul Data 34

3.6. Tehnik Analisis Data 35

3.7. Indikator Keberhasilan 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 40

4.1. Hasil Penelitian 40

4.1.1. Siklus I 40

4.1.1.1 Permasalahan I 40

4.1.1.2. Perencanaan Tindakan Siklus I 55

4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus I 56

4.1.1.4. Observasi Proses Pembelajaran Siklus I 60

4.1.1.5 Analisis Data I 61

4.1.1.5.1 Analisis Data Hasil Observasi I 61

4.1.1.5.2 Analisis Data Tes hasil belajar I 62

4.1.1.6. Wawancara I 68

4.1.1.7. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I 69 4.1.1.8. Penentuan Nilai Perkembangan Siswa I 71

4.1.2. Siklus II 71

4.1.2.1. Permasalahan II 71

4.1.2.2. Perencanaan Tindakan siklus II 72

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 73

4.1.2.4. Observasi Proses Pembelajaran Siklus II 74

4.1.2.5. Analisis Data II 75

4.1.2.5. Analisis Data Hasil Onservasi II 75

4.1.2.5. Analisis Tes hasil belajar II 75

4.1.2.6. Wawancara II 77

4.1.2.7. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II 78 4.1.2.8. Penentuan Nilai Perkembangan Siswa II 79 4.1.2.9. Uji Beda Rata-rata Hasil Belajar Siswa 79

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 80

4.3. Temuan Penelitian 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 86

5.1. Kesimpulan 86

5.2. Saran 87


(6)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Skor Perkembangan Individu 19

Tabel 2.2. Kategori Skor Kelompok 19

Tabel 2.3. Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 20 Tabel 4.1. Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan

Tes Awal I di Kelas VIII-B 41

Tabel 4.2. Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan

Tes Awal II di Kelas VIII-A 46

Tabel 4.3. Hasil Tes Awal I di Kelas VIII-B 51 Tabel 4.4. Nilai Maksimum, Minimum dan Rata-rata siswa

Berdasarkan Nilai Tes Awal I 52

Tabel 4.5. Persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Tes Awal I 52 Tabel 4.6. Hasil Tes Awal II di Kelas VIII-A 53 Tabel 4.7. Nilai Maksimum, Minimum dan Rata-rata siswa

Berdasarkan Nilai Tes Awal II 54

Tabel 4.8. Persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Tes Awal II 54 Tabel 4.9. Letak Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Tes Hasil Belajar 62 Tabel 4.10. Hasil Tes Hasil Belajar I di Kelas VIII-B 67 Tabel 4.11. Nilai Maksimum, Minimum dan Rata-rata siswa

Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar I 68 Tabel 4.12. Persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan

Nilai Tes Hasil Belajar I 68

Tabel 4.13. Hasil Tes Hasil Belajar II di Kelas VIII-A 75 Tabel 4.14. Nilai Maksimum, Minimum dan Rata-rata siswa

Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar II 77 Tabel 4.15. Persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan

Nilai Tes Hasil Belajar II 77

Tabel 4.16. Peningkatan Persentase dan Jumlah siswa yang tuntas

pada saat diberikan Tes Belajar Matematika Siklus I 82 Tabel 4.17. Peningkatan Persentase dan Jumlah siswa yang tuntas

pada saat diberikan Tes Belajar Matematika Siklus II 83 Tabel 4.18. Peningkatan Persentase dan Jumlah siswa yang tuntas


(7)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 34 Gambar 4.1. Diagram Persentase dan Jumlah Siswa yang Tuntas

pada saat Diberikan Tes Belajar Matematika Siklus I 82 Gambar 4.2. Diagram Persentase dan Jumlah Siswa yang Tuntas

pada saat Diberikan Tes Belajar Matematika Siklus II 83 Gambar 4.3. Diagram Persentase dan Jumlah Siswa yang Tuntas


(8)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 92 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 103

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa 114

Lampiran 4. Alternatif Penyelesaian Lembar Kerja Siswa 120

Lampiran 5. Kisi-kisi Tes Awal 126

Lampiran 6. Lembar Validasi Tes Awal 127

Lampiran 7. Tes Awal 129

Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 131

Lampiran 9. Pedoman Penskoran Tes Awal 134

Lampiran 10. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 136

Lampiran 11. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar 137

Lampiran 12. Tes Hasil Belajar 139

Lampiran 13. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar 141 Lampiran 14. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar 143 Lampiran 15. Pengolahan Hasil tes awal I dan Pengelompokan 144 Lampiran 16. Pengolahan Hasil Tes Hasil Belajar I 145 Lampiran 17. Peningkatan Hasil Belajar I dan Nilai Perkembangan Siswa 146 Lampiran 18. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran I 147 Lampiran 19. Pengolahan Hasil tes awal II dan Pengelompokan 150 Lampiran 20. Pengolahan Hasil Tes Hasil Belajar II 151 Lampiran 21. Peningkatan Hasil Belajar II dan Nilai Perkembangan Siswa 152 Lampiran 22. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran II 153

Lampiran 23. Tabel Uji Hipotesis 156

Lampiran 24. Perhitungan Rata-rata dan Standar Deviasi 157

Lampiran 25. Pengujian Hipotesis 159

Lampiran 26. Lembar Wawancara 161


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional (dalam PP No 19 Tahun 2005) yaitu : “Menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat”.

Pendidikan nasional dewasa ini dihadapkan pada banyak masalah mengenai pendidikan. Menurut Weinata (dalam Kunandar 2007:15) menyatakan bahwa :

“Beberapa permasalahan yang dari dulu sampai saat ini dihadapi sektor

pendidikan, antara lain pertama, pemerataan dan perluasan pendidikan dasar dan menengah, kedua rendahnya mutu pendidikan, ketiga, relevansi pendidikan yang belum maksimal, keempat, manajemen pendidikan yang masih rendah, dan kelima, pembiayaan pendidikan yang belum

memadai”.

Permasalahan pendidikan tersebut juga dikemukan oleh Umar (dalam Kunandar 2007:16) bahwa :

“Beberapa pokok permasalahan pendidikan di Indonesia adalah : (1)

belum ada standar nasional mutu; (2) kurikulum nasional dan strukturnya; (3) sistem ujian; (4) sistem akreditasi; (5) sistem pemantauan mutu pendidikan; (6) sistem birokrasi pendidikan;(7) sistem pembiayaaan dan anggaran pendidikan;(8) kesenjangan mutu antardaerah; (9) kesadaran masyarakat akan pentingnya mutu pendidikan.”

Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satu pembaruan yang sudah dilakukan yaitu penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Seperti yang dikemukan Kunandar (2007:6) bahwa :

“Peningkatan mutu pendidikan di indonesia dapat ditempuh melalui

beberapa program dan kebijakan, salah satunya yaitu meningkatkan kualitas kurikulum dan pelaksanaan yang bertujuan membentuk karakter dan kecakapan hidup (life skill), sehingga peserta didik mampu


(10)

2

memecahkan berbagai masalah kehidupan secara kreatif dan menjadi

manusia inovatif serta produktif”.

Dalam dunia pendidikan, matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sismatematis. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat perlu diajarkan kepada siswa. Cockfort (dalam Abdurrahman 2003:253) mengemukakan bahwa :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana matematika yang kuat, singkat dan jelas; (4)dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, kesadaran; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha

memecahkan masalah yang menantang”.

Pelajaran matematika diberikan disemua sekolah, baik dijenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah bahkan perguruan tinggi. Hal ini ditetapkan tentunya memiliki maksud yang baik yaitu agar dengan pembelajaran matematika mampu memberikan kontribusi yang baik bagi masa depan bangsa dan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan matematika di akhir abad 20 ini telah dimanfaatkan oleh negara-negara maju dalam meningkatkan dan menguasai teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Soedjadi (2000:138) mengatakan bahwa :

“Matematika sebagai ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek

yang mempengaruhinya, yang mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti sampai batas tertentu matematika perlu dikuasai oleh segenap warga negara

Indonesia, baik penerapannya maupun pola pikirnya”.

Hal ini sejalan juga dengan pendapat Sujono (1988:13) mengatakan bahwa :

“Dalam dunia modern saat ini kiranya tidak ada orang yang tidak

memerlukan bantuan matematika dalam kehidupannya sehari-hari. Matematika merupakan tumpuan peradaban manusia. Matematika merupakan faktor pendukung dalam laju perkembangan dan persaingan


(11)

3

di berbagai bidang, ekonomi, teknologi, persenjataan, usaha, eksplorasi

luar angkasa dan lain sebagainya”.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap logis dan berfikir logis serta melalui pembelajaran matematika mampu membentuk kepribadan siswa serta mampu mengembangkan keterampilan. Tetapi sampai saat ini matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Seperti yang dikemukan oleh Abdurrahman (2003:1) “Dari bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang

dianggap paling sulit untuk dipelajari”. Pendapat tersebut sejalan dengan Sujono

(1988:14) yang menyatakan bahwa “Sampai sekarang masih banyak orang yang

berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, untuk mempelajarinya dibutuhkan kemauan, kemampuan, dan kecerdasan tertentu”. Hal ini mungkin disebabkan tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan guru, mungkin akibat kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Hal ini ditandai adanya kecenderungan guru dalam mengajarkan materi tersebut dengan metode ceramah secara klasikal, monoton, kurang kreatif dan guru sebagai pusat belajar (teacher centered). Akhirnya siswa merasakan matematika itu sulit, tidak mampu menjawab, takut disuruh guru ke depan, dan sebagainya.

Hal tersebut berdampak langsung dengan mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. menurut penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) 1999, matematika Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO).

Banyak hal yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa di Indonesia rendah antara lain kurangnya pendekatan guru dalam proses belajar mengajar, seperti yang diungkapkan oleh Frederick yang berasal dari The University of Hongkong menyatakan :

“Mayoritas soal yang diberikan guru matematika di Indonesia terlalu

kaku. Umumnya, siswa di Indonesia lebih banyak mengerjakan soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol matematika yang diset dalam konteks yang jauh dari realitas kehidupan sehari-hari”.


(12)

4

Akibatnya, siswa sering kali merasa bosan dan menganggap matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan. Mereka pun tidak mampu menerapkan teori di sekolah untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. (http://www.topix.com/forum/world/indonesia/T36OLENKQ6R3G1130)

Dalam proses pembelajaran matematika guru hendaknya mengupayakan agar siswa aktif berbuat atau menyediakan mata pelajaran yang menuntut siswa menjadi aktif, seperti yang dikemukakan oleh TIM MKPBM UPI (2001:60)

bahwa : “Dalam pembelajaran matematika di sekolah guru hendaknya memilih

dan menggunakan strategi, pendekatan, dan teknik yang banyak melibatkan siswa

aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial”. Kemampuan guru

dalam mengolah kelas dan memotivasi siswa menjadi daya tarik bagi siswa dalam mempelajari matematika. Pemilihan metode mengajar oleh guru tentunya juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru yang profesional dan kreatif hanya akan memilih metode mengajar yang tepat, setelah menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pembelajaran, serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMP Trisakti 2 Medan, Perumnas Mandala Medan tanggal 24 Agustus 2011 ditemukan bahwa ketika guru menjelaskan siswa diam mendengarkan tetapi ketika guru memberi pertanyaan hanya beberapa orang saja yang menjawab pertanyaan. Siswa harus ditunjuk terlebih dahulu baru mau menjawab pertanyaan. Disini terlihat siswa kurang berani dan kurang mandiri. Padahal pembelajaran seharusnya merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Diharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Dari hasil observasi ini peneliti beranggapan diperlukan model pembelajaran yang


(13)

5

tepat dalam mengajarkan matematika sehingga dalam pembelajaran yang berlangsung terjadi interaksi.

Dari permasalahan diatas perlu diterapkan suatu model pembelajaran matematika yang lebih melibatkan siswa aktif dalam belajar. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan model pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam arti siswa harus aktif, saling berinteraksi dengan tema-temannya, saling bertukar informasi, dan memecahkan masalah-masalah pelajaran yang ada untuk menuntaskan materi belajarnya. Selain itu TIM MKPBM UPI (2001:219) juga menyatakan bahwa :

“Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu siswa

meningkatkan sikap positif siswa dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak

dialami oleh para siswa”.

Beberapa model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh para ahli. Beberapa model yang dikembangkan oleh para ahli diantaranya adalah STAD (Student Teams Achievement Division), jigsaw, investigasi kelompok dan lain sebagainya. STAD (Student Teams - Achievement Divisions) merupakan salah pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. Selain itu metode STAD merupakan cara mengajar dimana siswa dituntut untuk lebih aktif secara langsung dalam pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah untuk berinteraksi dalam belajar melalui metode pembelajaran ini, dimana penekanan pada pembelajaran ini terletak pada kerjasama siswa pada kelompok ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Dari kondisi dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa perlu diatasi. Guru hendaknya memilih model pembelajaran yang tepat dalam mengajar yaitu suatu model pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih mudah memahami


(14)

konsep-6

konsep matematika yang sulit. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa aktif secara mental, fisik dan sosial. Pada model pembelajaran tipe STAD ini terdapat adanya kehadiaran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai suatu tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas, menumbuhkan keberanian, adanya kebersamaan, membangun rasa percaya diri, dan menghilangkan rasa ketakutan terhadap matematika.

Dari uraian permasalahan diatas, penulis merasa perlu mengadakan penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas VIII SMP TRISAKTI 2 MEDAN”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:

1. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit, membosankan bahkan menakutkan.

2. Pembelajaran yang konvensional (teacher centered).

3. Siswa yang masih pasif pada saat pembelajaran matematika. 4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

5. Perlunya diterapkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran matematika.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan dalam identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih spesifik dan fokus. Dalam penelitian ini masalah-masalah yang timbul dibatasi yaitu mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pemfaktoran bentuk aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan.


(15)

7

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah:

Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pemfaktoran bentuk aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pemfaktoran bentuk aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. 1. Bagi siswa

a. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan pemfaktoran bentuk aljabar.

b. Meningkatkan rasa percaya diri, tanggung jawab, serta mampu mengembangkan hubungan antar siswa dan kepedulian satu sama lain. c. Mampu mengkomunikasikan kemampuannya dengan baik.

2. Bagi guru

a. Menambah wawasan tentang model pembelajaran untuk meningkatkan profesi guru sebagai pendidik masa depan.

b. Mampu mengatasi masalah pembelajaran yang berkaitan dengan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menciptakan suasana yang kondusif serta melibatkan siswa dalam pembelajaran.


(16)

8

3. Bagi sekolah

Sebagai referensi dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

4. Bagi peneliti

a. Sebagai pengalaman langsung untuk memecahkan masalah yang timbul dikelas melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

b. Sebagai bekal untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam penafsirkan judul penelitian ini maka akan dijelaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu:

1. Model Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa bekerja sama untuk belajar dan

bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.

2. Pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams - Achievement Divisions) adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal dimana pembelajaran ini meliputi lima komponen utama yaitu : 1) presentasi kelas, 2) tahap kegiatan kelompok (tim), 3) tahap tes individual (kuis), 4) tahap penghitungan skor, perkembangan individu, 5) tahap pemberian penghargaan kelompok (rekognisi tim).

3. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil proses pembelajaran yang dicapai dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman terhadap materi yang dipelajari, dapat dilihat dari skor tes yang diberikan guru (tes akhir).


(17)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil pembahasan penelitian pada Bab IV dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan pemfaktoran bentuk aljabar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada tes awal I yaitu 55,66 dan siswa yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak 15 orang siswa atau 44,12%. Pada tes awal II nilai rata-rata siswa yaitu 57,01 dan siswa yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak 18 orang siswa atau 52,94%. Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan I, diperoleh nilai rata-rata siswa pada tes hasil belajar I yaitu 66,30 dan siswa yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak 21 orang siswa atau 61,76%. Selanjutnya setelah dilaksanakan pelaksanaan tindakan II, diperoleh nilai rata-rata siswa pada tes hasil belajar II yaitu 72,18 dan siswa yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak 29 orang siswa atau 85,29% Dari siklus I dan siklus II ditemukan bahwa nilai rata-rata tes hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 5,88 yaitu dari 66,30 meningkat menjadi 72,18 dan mengalami peningkatan persentase ketuntasan belajar matematika yaitu 61,76% meningkat menjadi 85,29%. Hal ini telah memenuhi kriteria peningkatan hasil belajar matematika siswa yaitu ketuntasan klasikal paling sedikit 85% siswa telah tuntas dalam belajar (memperoleh nilai diatas 65) yang sudah terpenuhi pada siklus kedua dan diperoleh hasil observasi pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori baik. Oleh karena itu penelitian tidak dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.

2. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pemfaktoran bentuk aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan T.P 2012/2013 dan dapat menjadi acuan pada materi, subjek, maupun waktu yang berbeda dengan media dan alat yang bisa dimodifikasi sesuai kondisi.


(18)

88

5.2. Saran

1. Disarankan pada guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LKS sebagai sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran matematika karena model pembelajaran ini dapat membuat siswa saling berinteraksi dengan guru maupun dengan siswa yang lain seperti mengemukakan jawaban dan pendapat, saling bekerja sama dan saling membantu antara siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi dengan siswa yang kurang mampu sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa serta menjadikan proses pembelajaran lebih berkesan dan bermakna bagi siswa. 2. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama hendaknya terus

melakukan perubahan (modifikasi) yang diperlukan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan khususnya matematika, tidak statis dalam mengaplikasikan sebuah metode pembelajaran, harus dinamis dan dapat menyesuaikan metode yang ada dengan materi maupun kondisi siswa, serta meneliti dalam batas yang lebih luas dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini.


(19)

ii

RIWAYAT HIDUP

Erwin Harianto Gultom dilahirkan di Medan, pada tanggal 13 Maret 1988. Ayah bernama A. Gultom dan Ibu bernama B. Sihombing, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pada tahun 1994 penulis masuk SD Swasta RK Setia Budi Medan, dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 12 Medan, dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan sekolah di SMA Swasta Methodist 8 Medan, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.


(1)

konsep matematika yang sulit. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa aktif secara mental, fisik dan sosial. Pada model pembelajaran tipe STAD ini terdapat adanya kehadiaran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai suatu tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas, menumbuhkan keberanian, adanya kebersamaan, membangun rasa percaya diri, dan menghilangkan rasa ketakutan terhadap matematika.

Dari uraian permasalahan diatas, penulis merasa perlu mengadakan penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa di Kelas VIII SMP TRISAKTI 2 MEDAN”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:

1. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit, membosankan bahkan menakutkan.

2. Pembelajaran yang konvensional (teacher centered).

3. Siswa yang masih pasif pada saat pembelajaran matematika. 4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

5. Perlunya diterapkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran matematika.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan dalam identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih spesifik dan fokus. Dalam penelitian ini masalah-masalah yang timbul dibatasi yaitu mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pemfaktoran bentuk aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan.


(2)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah:

Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pemfaktoran bentuk aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pemfaktoran bentuk aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. 1. Bagi siswa

a. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan pemfaktoran bentuk aljabar.

b. Meningkatkan rasa percaya diri, tanggung jawab, serta mampu mengembangkan hubungan antar siswa dan kepedulian satu sama lain. c. Mampu mengkomunikasikan kemampuannya dengan baik.

2. Bagi guru

a. Menambah wawasan tentang model pembelajaran untuk meningkatkan profesi guru sebagai pendidik masa depan.

b. Mampu mengatasi masalah pembelajaran yang berkaitan dengan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menciptakan suasana yang kondusif serta melibatkan siswa dalam pembelajaran.


(3)

3. Bagi sekolah

Sebagai referensi dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

4. Bagi peneliti

a. Sebagai pengalaman langsung untuk memecahkan masalah yang timbul dikelas melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

b. Sebagai bekal untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam penafsirkan judul penelitian ini maka akan dijelaskan beberapa istilah yang digunakan yaitu:

1. Model Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa bekerja sama untuk belajar dan

bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.

2. Pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams - Achievement Divisions) adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal dimana pembelajaran ini meliputi lima komponen utama yaitu : 1) presentasi kelas, 2) tahap kegiatan kelompok (tim), 3) tahap tes individual (kuis), 4) tahap penghitungan skor, perkembangan individu, 5) tahap pemberian penghargaan kelompok (rekognisi tim).

3. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil proses pembelajaran yang dicapai dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman terhadap materi yang dipelajari, dapat dilihat dari skor tes yang diberikan guru (tes akhir).


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil pembahasan penelitian pada Bab IV dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan pemfaktoran bentuk aljabar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada tes awal I yaitu 55,66 dan siswa yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak 15 orang siswa atau 44,12%. Pada tes awal II nilai rata-rata siswa yaitu 57,01 dan siswa yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak 18 orang siswa atau 52,94%. Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan I, diperoleh nilai rata-rata siswa pada tes hasil belajar I yaitu 66,30 dan siswa yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak 21 orang siswa atau 61,76%. Selanjutnya setelah dilaksanakan pelaksanaan tindakan II, diperoleh nilai rata-rata siswa pada tes hasil belajar II yaitu 72,18 dan siswa yang mencapai nilai diatas 65 sebanyak 29 orang siswa atau 85,29% Dari siklus I dan siklus II ditemukan bahwa nilai rata-rata tes hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 5,88 yaitu dari 66,30 meningkat menjadi 72,18 dan mengalami peningkatan persentase ketuntasan belajar matematika yaitu 61,76% meningkat menjadi 85,29%. Hal ini telah memenuhi kriteria peningkatan hasil belajar matematika siswa yaitu ketuntasan klasikal paling sedikit 85% siswa telah tuntas dalam belajar (memperoleh nilai diatas 65) yang sudah terpenuhi pada siklus kedua dan diperoleh hasil observasi pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kategori baik. Oleh karena itu penelitian tidak dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.

2. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pemfaktoran bentuk aljabar di kelas VIII SMP Trisakti 2 Medan T.P 2012/2013 dan dapat menjadi acuan pada materi, subjek, maupun waktu yang berbeda dengan media dan alat yang bisa dimodifikasi sesuai kondisi.


(5)

5.2. Saran

1. Disarankan pada guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan LKS sebagai sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran matematika karena model pembelajaran ini dapat membuat siswa saling berinteraksi dengan guru maupun dengan siswa yang lain seperti mengemukakan jawaban dan pendapat, saling bekerja sama dan saling membantu antara siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi dengan siswa yang kurang mampu sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa serta menjadikan proses pembelajaran lebih berkesan dan bermakna bagi siswa. 2. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama hendaknya terus

melakukan perubahan (modifikasi) yang diperlukan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan khususnya matematika, tidak statis dalam mengaplikasikan sebuah metode pembelajaran, harus dinamis dan dapat menyesuaikan metode yang ada dengan materi maupun kondisi siswa, serta meneliti dalam batas yang lebih luas dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini.


(6)

Erwin Harianto Gultom dilahirkan di Medan, pada tanggal 13 Maret 1988. Ayah bernama A. Gultom dan Ibu bernama B. Sihombing, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pada tahun 1994 penulis masuk SD Swasta RK Setia Budi Medan, dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 12 Medan, dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan sekolah di SMA Swasta Methodist 8 Medan, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN TLOGOMAS 2 MALANG

4 25 17

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 5 MALANG

3 39 57

DAMPAK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DISERTAI METODE EKSPERIMEN TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI KALISAT

0 4 60

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SDN PERUM SURADITA CISAUK

0 5 161

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII2 SMPN 4 PEKANBARU TAHUN AJARAN 20122013

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMETAAN KONSEP SISWA PADA MATERI EKOSISTEM

0 1 6

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN KONEMATIKA GERAK

0 1 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA

0 8 8

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) SISWA KELAS VII SMP N 2 SEDAYU

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1 PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA YLPI P-MARPOYAN PEKANBARU

0 0 12