PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN: Survey pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.

(1)

No. Daftar/FPEB/459/UN.40.7.01/LT/2013

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP SIKAP

KEWIRAUSAHAAN

(Survey pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh Yeni Nurul Aeni

0901854

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP SIKAP

KEWIRAUSAHAAN

(Survey pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia)

Oleh:

YENI NURUL AENI

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© YeniNurulAeni 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN (Survey pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia)

Bandung, Oktober 2013

Skripsi ini disetujui oleh :

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, M.M


(4)

ABSTRAK

“Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Motivasi berprestasi terhadap Sikap Kewirausahaan (Survey pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia)”

Dibawah bimbingan Dr. A. Jajang W. Mahri, Drs., M.Si Oleh :

YENI NURUL AENI 0901854

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sikap kewirausahaan mahasiswa yang masih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi terhadap sikap kewirausahaan, dengan objek penelitian pada mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey eksplanatory. Teknik pengumpulan data menggunakan instrument angket dengan jumlah sampel 286 mahasiswa yang diambil secara proportionatestratified random sampling. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sikap kewirausahaan (Y) sebagai variable dependen, dan variable independennya meliputi pengetahuan kewirausahaan (X1) dan motivasi berprestasi (X2). Sehingga, berdasarkan dua variable independen tersebut, maka analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, dengan menggunakan alat bantu SPSS 21.0 for windows.

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa pengetahuan kewirausahaan termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan motivasi berprestasi dan sikap kewirausahaan termasuk dalam kategori cukup. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi berpengaruh positif terhadap sikap kewirausahaan, baik secara parsial maupun simultan.

Kata Kunci : Pengetahuan kewirausahaan, motivasi berprestasi, sikap kewirausahaan


(5)

ABSTRACT

“The Influence of Entrepreneurship Knowledge and the Need of Achievement towards Entrepreneurial Attitude (Survey on Faculty of Language and Arts

Education Students at Indonesia University of Education)” Under the guidance of Dr. A. Jajang W. Mahri, Drs., M.Si

By:

YENI NURUL AENI 0901854

The problem of the study is the low on students' attitude toward entrepreneurship. The aim of the study is to examine the influence of entrepreneurship knowledge and the need of achievement towards entrepreneurial attitude, with Faculty of Language and Arts Education students at Indonesia University of Education as the objects of the study.

The method of the study is survey explanatory. The data collection uses a questionnaire as an instrument with 286 samples of students which are determined by proportionate stratified random sampling. The variables of the study include entrepreneurial attitude (Y) as the dependent variable, and the independent variables encompass entrepreneurship knowledge (X1) and the need of achievement (X2). Thus, based on the two independent variables, the statistical analysis of the study is multiple regression analysis with SPSS 21.0 for windows.

The data analysis found that entrepreneurship knowledge include into high category. Meanwhile the need of achievement and entrepreneurial attitude include into quite category. The hypothesis test result shows that entrepreneurship knowledge and the need of achievement have a positive influence towards entrepreneurial attitude, both partially and simultaneously.

Keywords: Entrepreneurship knowledge, need of achievement, entrepreneurial attitude


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Sikap Kewirausahaan ... 9

2.1.1.1 Konsep Sikap ... 9

2.1.1.2 Konsep Kewirausahaan ... 11

2.1.1.3 Konsep Sikap Kewirausahaan ... 13

2.1.1.4 Indikator Sikap Kewirausahaan ... 16

2.1.2 Pengetahuan Kewirausahaan ... 19

2.1.2.1 Konsep Pengetahuan Kewirausahaan ... 19

2.1.2.2 Indikator Pengetahuan Kewirausahaan ... 22

2.1.3 Motivasi Berprestasi ... 31

2.1.3.1 Konsep Motivasi Berprestasi ... 31

2.1.3.2 Indikator Motivasi Berprestasi ... 33


(7)

2.3 Kerangka Pemikiran ... 42

2.3.1 Keterkaitan Pengetahuan Kewirausahan terhadap Sikap Kewirausahaan 43 2.3.2 Keterkaitan Motivasi Berprestasi terhadap Sikap Kewirausahaan ... 44

2.3.3 Keterkaitan Pengetahuan Kewirausahaan dan Motivasi Berprestasi terhadap Sikap Kewirausahaan ... 45

2.4 Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Objek Penelitian ... 48

3.2 Metode Penelitian ... 48

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

3.3.1 Populasi ... 49

3.3.2 Sampel ... 49

3.4 Operasional Variabel ... 52

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.5.1 Kuesioner/Angket ... 55

3.5.2.Tes... 55

3.5.3 Studi Dokumentasi ... 55

3.6 Instrumen Penelitian ... 56

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian ... 57

3.7.1 Uji Validitas ... 57

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 58

3.7.3 Uji Daya Pembeda ... 59

3.8 Teknik Analisis Data ... 60

3.8.1 Analisis Regresi Berganda ... 60

3.8.2 Uji Normalitas ... 61

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 61

3.8.3.1 Uji Multikolinearitas ... 61


(8)

3.8.3.3 Autokorelasi ... 64

3.9 Pengujian Hipotesis ... 65

3.9.1 Uji Parsial (Uji t) ... 65

3.9.2 Uji F ... 65

3.9.3 Pengujian Koefisien Determinasi ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67

4.2 Gambaran Umum Responden ... 68

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan dan Program Studi ... 69

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 70

4.3 Analisis Instrumen Penelitian ... 71

4.3.1 Uji Validitas ... 72

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 72

4.3.3 Uji Daya Pembeda ... 73

4.4 Hasil Pengujian Persyaratan Analisis ... 74

4.4.1 Uji Normalitas ... 74

4.4.2 Hasil Uji Multikolonieritas ... 75

4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 75

4.4.4 Uji Autokorelasi ... 76

4.5 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 78

4.5.1 Gambaran Umum Pengetahuan Kewirausahaan (X1) ... 78

4.5.2 Gambaran Umum Motivasi Berprestasi (X2) ... 79

4.5.3 Gambaran Umum Sikap Kewirausahaan (Y) ... 87

4.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 96

4.6.1 Pengujian Hipotesis ... 97

4.6.2 Analisis Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 97


(9)

4.6.4 Koefisien Determinasi ... 98

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 99

4.7.1 Sikap Kewirausahaan ... 97

4.7.2 Pengetahuan Kewirausahaan ... 100

4.7.3 Motivasi Berprestasi ... 100

4.7.4 Pengaruh Pengetahuan terhadap Sikap Kewirausahaan ... 101

4.7.5 Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Sikap Kewirausahaan ... 103

4.7.6 Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Berprestasi terhadap Sikap Kewirausahaan ... 104

4.8 Implikasi Pendidikan ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

5.1 Kesimpulan ... 111

5.2 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di IndonesiaMenurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2010–2012 (persen) ... 1

Tabel 2.1 Nilai-nilai dan Perilaku Kewirausahaan ... 15

Tabel 2.2 Kompetensi Matakuliah Kewirausahaan FPBS UPI... 23

Tabel 2.2 Kajian Empirik Penelitian Terdahulu ... 36

Tabel 3.1 Jumlah Mahasiswa FPBS UPI angkatan 2010 ... 48

Tabel 3.2 Proporsi Sampel Penelitian ... 50

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 51

Tabel 3.4 Uji Statistik Durbin – Watson d ... 62

Tabel 4.1 Daftar Jurusan dan Program Studi FPBS UPI ... 66

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi dan Jurusan .... 67

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 69

Tabel 4.5 Correlation Statistic ... 73

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ... 75

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Kewirausahaan ... 76

Tabel 4.8 Tingkat Pengetahuan Kewirausahaan ... 76

Tabel 4.9 Klasifikasi Bobot Standar Per Soal ... 78

Tabel 4.10 Klasifikasi Bobot Standar per Dimensi ... 79

Tabel 4.11 Gambaran Frekuensi dan Skor Motivasi Berprestasi (Dimensi Berani Mengambil Resiko Moderat) ... 79

Tabel 4.12 Klasifikasi Bobot Standar (Dimensi Umpan Balik Segera) ... 80

Tabel 4.13 Gambaran Frekuensi dan Skor Motivasi Berprestasi (Dimensi Umpan Balik Segera) ... 80

Tabel 4.14 Klasifikasi Bobot Standar (Dimensi Keberhasilan diperhitungkan secaraTeliti ... 81


(11)

Tabel 4.15 Gambaran Frekuensi dan Skor Motivasi Berprestasi (Dimensi

Keberhasilan diperhitungkan secara Teliti) ... 81

Tabel 4.16 Klasifikasi Bobot Standar (Dimensi Mengintegral dengan Tugas ... 82

Tabel 4.17 Gambaran Frekuensi dan Skor Motivasi Berprestasi (Dimensi Mengintegral dengan Tugas) ... 82

Tabel 4.18 Klasifikasi Bobot Standar Variabel Motivasi Berprestasi ... 83

Tabel 4.19 Deskripsi Skor Pencapaian Motivasi Berprestasi ... 84

Tabel 4.20 Klasifikasi Bobot Standar (Dimensi Percaya Diri dan Optimis) ... 86

Tabel 4.21 Gambaran Frekuensi dan Skor Sikap Kewirausahaan (Dimensi Percaya Diri dan Optimis) ... 86

Tabel 4.22 Klasifikasi Bobot Standar (Dimensi Berorientasi Tugas dan Hasil) .. 87

Tabel 4.23 Gambaran Frekuensi dan Skor Sikap Kewirausahaan (Dimensi Berorientasi Tugas dan Hasil) ... 87

Tabel 4.24 Klasifikasi Bobot Standar (Dimensi Berani mengambil Resiko) ... 88

Tabel 4.25 Gambaran Frekuensi dan Skor Sikap Kewirausahaan (Dimensi Berani mengambil Resiko) ... 88

Tabel 4.26 Klasifikasi Bobot Standar (Dimensi Kepemimpinan) ... 89

Tabel 4.27 Gambaran Frekuensi dan Skor Sikap Kewirausahaan (Dimensi Kepemimpinan) ... 89

Tabel 4.28 Klasifikasi Bobot Standar (Dimensi Keorisinilan) ... 90

Tabel 4.29 Gambaran Frekuensi dan Skor Sikap Kewirausahaan (Dimensi Keorisinilan) ... 90

Tabel 4.30 Klasifikasi Bobot Standar (Dimensi Berorientasi ke Masa Depan)... 91

Tabel 4.31 Gambaran Frekuensi dan Skor Sikap Kewirausahaan (Dimensi Berorientasi ke Masa Depan) ... 91

Tabel 4.32 Klasifikasi Bobot Standar Variabel Sikap Kewirausahaan ... 92

Tabel 4.33 Deskripsi Skor Pencapaian Sikap Kewirausahaan ... 93


(12)

Tabel 4.35 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 95 Tabel 4.36 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 96 Tabel 4.37 Koefisien Determinasi ... 97


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa FPBS ... 5

Gambar 2 Alur Kerangka Pemikiran ... 44

Gambar 3.1 Statistik Durbin Watson d ... 62

Gambar 4.1 Uji Normalitas ... 72

Gambar 4.2 Uji Heteroskedasrisitas ... 74

Gambar 4.5 Pengujian Autokorelasi Metode Durbin Watson ... 75

Gambar 4.6 Model Program Mahasiswa Wirausaha ... 103

Gambar 4.7 Model Pengembangan Jiwa Kewirausahaan ... 104


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Masyarakat Indonesia saat ini masih menganggap bahwa setelah menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, haruslah mencari pekerjaan pada sektor formal. Kondisi seperti ini seringkali terjadi pada generasi muda kita sehingga mereka enggan berkreasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri dan bahkan kondisi ini akan mempengaruhi karakter berani beresiko, kerja keras, dan inovasi generasi muda Indonesia. Hal inilah yang memicu jumlah pengangguran di Indonesia belum terkendali. Salah satu penyebab tingginya angka pengangguran kaum intelektual adalah rendahnya jiwa entrepreneurship dan terlalu berorientasi pada teori. Tabel 1.1 berikut ini merupakan data tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi di Indonesia yang ditamatkan berdasarkan data publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) :

Tabel 1.1

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2010–2012

No Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan

2010 2011 2012

Juta Jiwa % Juta Jiwa % Juta Jiwa %

1. SD ke bawah 2.160.665 3,81 1.997.355 3,56 2.035.298 3,69

2. SLTP 1.661.449 7,45 1.890.755 8,37 1.701.294 7,80

3. SLTA Umum 2.149.123 11,90 2.042.629 10,66 1.832.109 10,34

4. SLTA Kejuruan 1.195.192 11,87 1.032.317 10,43 1.041.265 9,51

5. Diploma I/II/III 443.222 12,78 244.687 7,16 196.780 7,50

6. Universitas 710.128 11,92 492.343 8,02 438.210 6,95

Jumlah 8.319.779 7,14 7.700.086 6,56 7.244.956 6,32

Sumber: bps.go.id

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa tingkat pengangguran terbuka merupakan perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. Dari data pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka lulusan Diploma I/II/III/Akademi dan Universitas pada tahun 2010 jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak/belum pernah


(15)

2

sekolah, begitu pula pada tahun 2011 dan 2012. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya tingkat pendidikan bukanlah menjadi jaminan untuk mendapatkan pekerjaan. Salah satu penyebab masalah pengangguran terdidik adalah banyaknya sarjana yang bertujuan hanya mencari pekerjaan, bukan menciptakan lapangan pekerjaan. Banyaknya pengangguran terbuka pun disebabkan oleh rendahnya sikap berwirausaha padahal menjadi seorang wirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian, karena bidang wirausaha mempunyai kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Oleh karena itu, para sarjana lulusan perguruan tinggi perlu diarahkan dan didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job seeker) namun dapat dan siap menjadi pencipta pekerjaan (job creator) juga.

Menurut Ciputra, jika Indonesia memiliki 4,4 juta jiwa yang menjadi wirausaha, perekonomian negara ini bisa berjalan lebih baik. Ciputra juga mengatakan, mengapa sebagian besar negara berkembang di dunia masih tetap miskin dan tak kunjung berkembang dan keluar dari kemiskinan, akar dari semua masalah ini adalah karena negara berkembang tidak kunjung berhasil menjadi negara maju yang disebabkan kurang cukupnya entrepreneur.

(http://suarapengusaha.com/2012/11/28)

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2011 dalam rangka menekan jumlah pengangguran di Indonesia, telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia, mengingat jumlah wirausaha Indonesia baru berkisar 0,24% dari populasi penduduk. Diharapkan dengan GKN dapat mencapai sekurang-kurangnya 1% dari populasi penduduk Indonesia pada tahun 2014 dan akhirnya mencapai rasio ideal 2% dari populasi penduduk (www.setkab.go.id).

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, minat lulusan lembaga pendidikan untuk berwirausaha sangat rendah, yaitu bagi lulusan SLTA (22,63 persen) dan perguruan tinggi (6,14 persen). Sedangkan mereka yang berpendidikan SD dan SMP justru memiliki kemandirian untuk


(16)

3

berusaha sendiri (32,46 persen). Terdapat kecenderungan para pemuda berpendidikan SLTA (61,87 persen) dan sarjana (83,20 persen) memilih menjadi pekerja atau karyawan dibanding menjadi wirausaha. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan motivasi untuk menjadi wirausaha (http://www.polines.ac.id/).

Oleh karena itu, diperlukan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab dan tangguh dalam menghadapi berbagai situasi terutama para generasi muda. Salah satu kepribadian itu adalah sikap kewirausahaan. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia yang memiliki sikap kewirausahaan mampu mengembangkan diri secara mandiri, kreatif dan inovatif. Menurut Suryana (2006:11) bahwa melalui proses kreatif dan inovatif para wirausahawan mampu menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa, sehingga menciptakan kualitas yang unggul dan bersaing.

Upaya perguruan tinggi dalam menyiapkan alumninya agar bisa mandiri dan berdaya saing di masyarakat, dikembangkanlah pembelajaran kewirausahaan. Tujuan umum dalam pembelajaran kewirausahaan itu memberikan motivasi agar mahasiswa mampu berkreasi dan mengembangkan idenya untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Namun, kenyataannya masih banyak mahasiswa yang masih belum memahami apa makna dari pembelajaran kewirausahaan itu sendiri sehingga pengetahuan tentang kewirausahaan dan sikap berwirausaha mereka sangatlah kurang.

Menurut Jansen dalam Winarno (2011:2) program pengembangan kewirausahaan dilaksanakan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada para mahasiswa serta diharapkan menjadi wahana pengintegrasian secara sinergi antara penguasaan sains dan teknologi dengan jiwa kewirausahaan. Selain itu, diharapkan pula hasil-hasil penelitian dan pengembangan tidak hanya bernilai akademis saja, namum mempunyai nilai tambah bagi kemandirian perekonomian bangsa. Untuk mengembangkan kewirausahaan dibutuhkan gabungan antara kemampuan pribadi dan sistem penunjang. Hal-hal yang bersifat kemampuan pribadi antara lain berupa berbagai keahlian, kepribadian dan karakter, semangat


(17)

4

inovatif, keseimbangan antara intuisi dan rasionalitas, visioner, inovator dan kreator serta pantang menyerah. Sedangkan sistem penunjangnya antara lain sistem manajemen, kontrol, keuangan dan administrasi.

Menurut Fachru (2008:3) sikap kewirausahaan dapat dikembangkan baik melalui pendidikan formal maupun informal dan lingkungan sosial, sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal yang sama diungkapkan oleh Suryana (2006:62) bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan

(property right-PR), kemampuan/kompetensi (ability/competency-C), dan insentif (insentive-E), sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment-E).

Salah satu hal yang dinilai masih memprihatinkan adalah lemahnya sikap kewirausahaan dikalangan mahasiswa. Sikap kewirausahaan ditandai dengan adanya semangat inovatif, kreatif dan selalu mencari peluang untuk mengembangkan usaha, serta mengatasi segala kesulitan yang dihadapi. (Winarno, 2011:2). Pada kenyataannya, masih banyak para wirausahawan khususnya para mahasiswa yang telah berwirausaha itu masih sangat rendah didalam sikap berwirausaha. Pendapat Winarno tersebut sesuai dengan hasil penelitian Fachru (2008:98) yang menyimpulkan bahwa sikap kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa jurusan non ekonomi di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) lebih rendah dibandingkan mahasiswa jurusan ekonomi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pengetahuan kewirausahaan, motivasi berprestasi, lingkungan keluarga, disiplin, mencari peluang, kreatif dan memanfaatkan pendidikan kewirausahaan.

Untuk menunjukkan keadaan yang sebenarnya, data di bawah ini tidak jauh berbeda dari hasil penelitian sebelumnya. Peneliti melakukan pra-penelitian dengan melakukan observasi berupa penyebaran angket yang diajukan kepada responden mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS). Pernyataan yang diajukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata sikap berwirausaha pada mahasiswa UPI saat ini.


(18)

5

Berikut hasil pra-penelitian tentang sikap kewirausahaan pada mahasiswa FPBS UPI:

Gambar 1.1 Sikap Kewirausahaan pada Mahasiswa FPBS UPI Sumber: Pra Penelitian (Data diolah)

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah skor dari pernyataan responden pertama, kedua dan ketiga sangat dominan responden lebih memilih pada jawaban S (Setuju) dengan skor 80. Jika dibandingkan dengan jawaban responden yang lainnya seperti pada pilihan STS (Sangat Tidak Setuju), jumlah skor tersebut lebih rendah dari skor pada pernyataan lainnya yaitu hanya 10 skor saja dan hal tersebut sangat jauh dari skor ideal yang ditetapkan.

Sikap kewirausahaan yang dimiliki oleh mahasiswa FPBS UPI tergolong cukup rendah. Hal ini menggambarkan bahwa mahasiswa FPBS UPI masih ragu-ragu untuk memilih profesi sebagai wirausaha, karena kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberanian untuk mengambil resiko dan kurang optimis dalam berwirausaha. Sehingga sikap kewirausahaan mahasiswa FPBS masih rendah serta menjadi suatu permasalahan yang perlu ditingkatkan. Untuk menjadi wirausaha yang handal dan mandiri itu diperlukan sikap berwirausaha yang tinggi. Tinggi rendahnya sikap berwirausaha sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

SS S KS TS STS

Tidak banyak menemukan ide baru

Tidak optimis

Tidak berani menerima tantangan dan resiko


(19)

6

Menurut Winarno (2011:10) wirausaha merupakan seseorang yang mampu menghasilkan atau menciptakan nilai tambah melalui pematangan ide-idenya dan menyatukan sumber daya yang dimilikinya serta mewujudkannya. Sehingga sikap berwirausaha itu dipengaruhi oleh kreativitas, berani mengambil resiko, inovatif dalam menggunakan sumber daya, berpengetahuan luas, memiliki motivasi untuk berprestasi tinggi serta memiliki tanggung jawab dan komitmen.

Menurut Retno dan Trisnadi (2012:113) seseorang yang menjadi wirausaha itu dipengaruhi oleh pendidikan kewirausahaan yang dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir. Melalui pendidikan, seseorang akan mendapatkan pengetahuan termasuk pengetahuan kewirausahaan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kuntowicaksono (2012:46) bahwa pengetahuan kewirausahaan merupakan pemahaman seseorang terhadap wirausaha dengan berbagai karakter positif, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan peluang-peluang usaha menjadi kesempatan usaha yang menguntungkan dirinya dan masyarakat konsumennya. Sehingga melalui pengetahuan kewirausahaan, sikap seseorang dalam berwirausaha itu akan tercermin melalui pengetahuan yang dimilikinya dan akan menghasilkan wirausaha yang handal.

Menurut Gede Anggan dalam Suryana (2006:52) seseorang memiliki sikap berwirausaha karena adanya motif yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi merupakan suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai kepuasan pribadi. Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien dibandingkan sebelumnya.

Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti mengenai masalah yang terkait dengan sikap kewirausahaan mahasiswa sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil judul PENGARUH PENGETAHUAN

KEWIRAUSAHAAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN (Survey pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia)


(20)

7

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, penulis perlu mengidentifikasi berbagai permasalahan yang terkait dengan sikap kewirausahaan mahasiswa. Sikap kewirausahaan adalah kecenderungan untuk bereaksi secara afektif dalam menghadapi resiko yang akan di hadapi dalam memulai berwirausaha.

Dalam hal ini, penulis mengidentifikasi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap kewirausahaan mahasiswa diantaranya: pengetahuan, kebudayaan, motivasi berprestasi, lingkungan keluarga, serta pendidikan dan latihan kewirausahaan. Peneliti membatasi permasalahan dengan hanya mengambil pengetahuan dan motivasi berprestasi sebagai faktor yang dapat mempengaruhi sikap kewirausahaan.

Dengan demikian, masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran pengetahuan kewirausahaan, motivasi berprestasi dan sikap kewirausahaan mahasiswa FPBS UPI?

2. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa FPBS UPI?

3. Bagaimana pengaruh motivasi berprestasi terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa FPBS UPI?

4. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa FPBS UPI?


(21)

8

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan kewirausahaan, motivasi berprestasi dan sikap kewirausahaan mahasiswa FPBS UPI.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa FPBS UPI.

3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa FPBS UPI.

4. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa FPBS UPI.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah dalam ilmu ekonomi khususnya di dalam kewirausahaan.

2. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan Motivasi Berprestasi terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa.


(22)

48

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:162), objek merupakan variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ada dua, yaitu variabel bebas atau

independent variable (X), dan variabel terikat atau dependent variable (Y). Dalam

penelitian ini ada dua objek yang menjadi variabel bebas, yaitu pengetahuan kewirausahaan sebagai X1, dan motivasi berprestasi sebagai X2. Sedangkan variabel terikatnya yaitu sikap kewirausahaan (Y). Sedangkan yang menjadi unit analisisnya yaitu para mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang telah mendapatkan mata kuliah kewirausahaan.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode survey (deskriptif murni). Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010:3). Menurut Suharsimi Arikunto (2010 metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji hipotesis. Hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010:51) mengenai metode pengumpulan data yang merupakan teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey eksplanatori (explanatory methode) yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan pengujian hipotesis. Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam


(23)

49

mengumpulkan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (Sugiyono 2010:6).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Menurut Arikunto (2012:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan Sugiyono (2010:80) berpendapat bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dapat disimpulkan bahwa populasi adalah objek atau subjek yang berada pada wilayah dan memenuhi syarat tertentu berhubungan dengan suatu penelitian. Dalam penelitian ini, populasi penelitiannya adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) yang telah mendapatkan matakuliah kewirausahaan sebanyak 1.114 orang.

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto (2010:174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan Riduwan (2010:10) menyimpukan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Sehingga yang dimaksud sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Surakhmad (Riduwan, 2010:65) berpendapat apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi.


(24)

50

Tabel 3.1

Jumlah Mahasiswa FPBS UPI angkatan 2010 Semester Ganjil 2012/2013

No. PRODI JUMLAH

1. Pendidikan Bahasa Indonesia 117

2. Bahasa dan Sastra Indonesia 74

3. Pendidikan Bahasa Daerah 126

4. Pendidikan Bahasa Inggris 124

5. Bahasa dan Sastra Inggris 97

6. Pendidikan Bahasa Jerman 70

7. Pendidikan Bahasa Arab 74

8. Pendidikan Bahasa Jepang 91

9. Pendidikan Bahasa Prancis 57

10. Pendidikan Seni Rupa 87

11. Pendidikan Seni Tari 76

12. Pendidikan Seni Musik 121

JUMLAH 1.114

Sumber: Seksi Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Untuk menentukan berapa jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Menurut Riduwan (2010:13) pengertian dari proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional.

Menurut Isaac dan Michael (Sugiyono, 2010:87) rumus dalam menentukan sampel sebagai berikut :

Keterangan :

S = Jumlah sampel yang dikehendaki N = Jumlah anggota populasi

P = Q = Proporsi populasi 0,50 d = Tingkat akurasi


(25)

51

Karena jumlah populasi (jumlah mahasiswa FPBS) sebanyak 1.114, maka sampelnya adalah :

Jadi, sampel yang akan diteliti yaitu sebanyak 286 orang responden. Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui sampel yang di ambil secara

proportionate stratified random sampling adalah sebagai berikut:

(Riduwan, 2010:29)

Keterangan:

ni = Jumlah sampel menurut stratum n= Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya


(26)

52

Besarnya proporsi sampel untuk setiap jurusan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2

Proporsi Sampel Penelitian

No. Jurusan Jumlah

Mahasiswa

Perhitungan Sampel Jumlah Sampel

1. Pendidikan Bahasa Indonesia 117

31

2. Bahasa Indonesia 74

19

3. Pendidikan Bahasa Daerah 126

32

4. Pendidikan Bahasa Inggris 124

32

5. Bahasa Inggris 97

25

6. Pendidikan Bahasa Jerman 70

18

7. Pendidikan Bahasa Arab 74

19

8. Pendidikan Bahasa Jepang 91

23

9. Pendidikan Bahasa Prancis 57

15

10. Pendidikan Seni Rupa 87

22

11. Pendidikan Seni Tari 76

19

12. Pendidikan Seni Musik 121

31

JUMLAH 1.114 286

3.4 Operasionalisasi Variabel

Setelah variabel-variabel diidentifikasikan dan diklasifikasikan maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasinal. Menurut Bambang dan Lina (2010:90) operasionalisasi merupakan tahapan terakhir dalam proses pengukuran. Sehingga definisi dari operasional adalah gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke


(27)

53

dalam kategori tertentu dari tiap variabel. Operasional variabel penelitian ini secara rinci ada pada Tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Skala

Sikap Kewirausahaan (Y)

Suatu kecenderungan berpikir (kognitif), merasa (afektif), dan berperilaku (konatif) seseorang terhadap objek tertentu yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, mengambil keputusan, serta berani mengambil resiko yang berkaitan dengan kewirausahaan. (Meredith, 1996:5)

Percaya diri dan optimis

1. Memiliki kepercayaan diri yang kuat.

Ordinal

2. Ketidaktergantungan terhadap orang lain.

Berorientasi pada tugas dan hasil

1. Memiliki sikap disiplin diri serta tanggap dalam bekerja.

Ordinal

2. Dapat berpikir secara kritis. 3. Berorientasi pada laba 4. Memiliki semangat berprestasi yang tinggi. 5. Kerja keras.

6. Ketekunan.

Berani mengambil resiko

1. Menyukai tantangan dan peluang.

Ordinal

2. Mampu memperhitungkan segala resiko.

Kepemimpinan 1. Memiliki keteladanan yang baik.

Ordinal

2. Berjiwa pemimpin,

3. Terbuka terhadap kritik dan saran

4. Berani tampil beda.

Keorisinilan 1. Memiliki kemampuan dalam menemukan gagasan baru.

Ordinal

2. Memiliki kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada.

Berorientasi ke Masa Depan

1. Selalu mencari peluang. Ordinal

2. Tidak cepat puas dengan keberhasilan.

3. Berpandangan jauh ke depan.

Pengetahuan Kewirausahaan

(X1) Pengetahuan

kewirausahaan merupakan pemahaman seseorang terhadap wirausaha dengan berbagai karakter positif, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan

peluang-Pengetahuan mengenai dasar-dasar

kewirausahaan

1. Konsep dasar kewirausahaan.

Interval

2. Karakteristik kewirausahaan. 3. Faktor pendorong kewirausahaa.

Pengetahuan Potensi

1. Sikap dan kepribadian wirausaha.


(28)

54

peluang usaha menjadi kesempatan usaha yang menguntungkan dirinya

dan masyarakat

konsumennya.

(Kuntowicaksono, 2012:5)

kewirausahaan 2. Motivasi Kewirausahaan. Interval

Pengetahuan Pengelolaan kewirausahaan

1. Manajemen dan Pemasaran Kewirausahaan.

Interval

2. Strategi Pemasaran dalam kewirausahaan.

3. Kemitraan dalam berwirausaha.

4. Kiat-kiat keberhasilan dalam berwirausaha.

Interval Pengetahuan

menyusun proposal usaha/bisnis plan

1. Pengetahuan penyusunan proposal usaha.

Motivasi berprestasi (X2)

Motivasi berprestasi adalah keinginan atau dorongan diri seseorang untuk

melakukan dan

menyelesaikan tugas dengan baik, pantang menyerah dalam mengatasi segala tantangan guna mencapai tujuan tertentu didalam kegiatan kewirausahaan McClelland (Suryana, 2006:53).

Berani mengambil resiko moderat

1. Menyukai tantangan. Ordinal

2. Kemampuan dalam mencari peluang untuk mencari keuntungan.

3. Kemungkinan relatif untuk sukses ataupun gagal. 4. Kepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri.

Menghendaki umpan balik segera

(Immediate Feedback)

1. Kemauan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya.

Ordinal

2. Belajar dari kegagalan

Keberhasilan diperhitungkan secara teliti

1. Mampu memperhitungkan pencapaian dalam prestasi.

Ordinal

2. Memiliki kepuasan tersendiri atas prestasinya 3. kecakapan didalam bekerja. Ordinal Mengintegral dengan tugas 1.Mengutamakan kemampuan individual.

2. Kesiapan diri. 3. Keterbukaan terhadap inovasi.


(29)

55

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian, untuk dapat memperoleh data maka diperlukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

3.5.1 Kuesioner

Kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2010:194). Sedangkan menurut Nasution (2009:128) bahwa yang dimaksud dengan kuesioner meupakan daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti. Responden ditentukan berdasarkan teknik sampling. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.

3.5.2 Tes

Pada pengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti digunakan suatu tes. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:266) tes merupakan alat untuk mengukur kemampuan dasar. Pentingnya pelaksanaan tes memahami masalah pengumpulan data dalam penelitian.

3.5.3 Studi Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2010:201). Sebagai referensi dalam penelitian ini, penulis menggunakan jurnal, buku teks, dan situs-situs internet.


(30)

56

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang pengetahuan kewirausahaan, motivasi berprestasi dan sikap kewirausahaan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket dan tes.

1) Kuesioner/Angket

Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini untuk mengukur kuesioner/angket dari variabel (Y) Sikap kewirausahaan dan variabel (X2) Motivasi berprestasi adalah skala likert. Skala likert adalah skala yang dirancang untuk menguji apakah responden sangat tidak setuju (strongly disagree) atau sangat setuju (strongly agree) terhadap objek psikologis yang dinilainya (Gima Sugiama, 2008:98). Menurut Sugiyono (2010:93) Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan menggunakan skala likert ketentuan skala jawaban sebagai berikut:

Selalu : 5

Sering : 4

Jarang : 3

Pernah : 2


(31)

57

2) Tes

Penelitian ini tes digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan kewirausahaan (X1). Tes dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk Pilihan Ganda. Melalui tes kita dapat mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai kewirausahaan.

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian 3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suhasimi Arikunto, 2010 :211). Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Adapun rumus yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:

Rumus;

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ } Keterangan :

= Koefisien korelasi

X = Skor yang diperoleh dari subjek tiap item Y = Skor total item instrumen

∑ = Jumlah skor dalam distribusi X ∑ = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑ = Jumlah kuadrat pada masing-masing skor X ∑ = Jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y N = Jumlah responden


(32)

58

Setelah diketahui besarnya koefisien korelasi (r), kemudian dilakukan pengujian signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan rumus uji t sebagai berikut :

t

hit

=

(Riduwan, 2010 : 137)

Dimana :

t = uji signifikansi korelasi r = nilai koefisien korelasi n = jumlah sampel

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2). Kaidah keputusan: jika t hitung > t Tabel berarti valid sebaliknya jika t hitung < t Tabel tidak valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suhasimi Arikunto, 2010:221). Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpulan data tersebut menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda.

Menurut Riduwan (2010:125) menyebutkan langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah sebagai berikut:

a) Menghitung varians skor tiap-tiap item. b) Menjumlahkan varians semua item. c) Menghitung varians total.


(33)

59

r11= [ ] [ ∑ ] (Suharsimi Arikunto, 2010 : 231)

Dimana :

r11 = reliabilitas instrument

K = banyaknya butir pertanyaan

∑σ² = jumlah varians butir σ²₁ = varians total

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan

distribusi (Tabel r) untuk α=0,05. Kemudian membuat keputusan membandingkan

r11 dengan r Tabel. Adapun kaidah keputusan: jika r11 > r Tabel berarti reliabel dan r11< r Tabel berarti tidak reliabel.

3.7.3 Uji Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara mahasiswa yang berkemampuan tinggi dan mahasiswa yang berkemampuan rendah.

Daya pembeda dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

= banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar


(34)

60

Klasifikasi daya pembeda D = 0,00 – 0,20 = jelek

D = 0,20 – 0,40 = cukup D = 0,40 – 0,70 = baik D = 0,70 – 1,00 = baik sekali D = negatif, semuanya tidak baik.

Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,40 – 0,70.

(Suharsimi Arikunto, 2011:211-218)

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Regresi Berganda

Permasalahan yang diajukan akan dilaksanakan dengan menggunakan statistik parametik (Parametric Statistic). Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan model persamaan regresi linier berganda.

Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat serta untuk menguji kebenaran dari hipotesis akan digunakan model persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = β0+ β1X1+ β2X2 + e

Dimana :

Y = Sikap Kewirausahaan

β0 = Konstanta regresi

β1 = Koefisien regresi X1

X1= Pengetahuan Kewirausahaan

β2 = Koefisien regresi X2

X2 = Motivasi berprestasi


(35)

61

3.8.2 Uji Normalitas

Setelah data ditransformasikan dari data ordinal ke data interval maka uji normalitas terhadap data tersebut dapat dilakukan. Jika berdistribusi normal maka proses selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistik parametrik. Adapun pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 21.0 dengan menganalisis Q

Q Plot dengan kriteria menurut Tri Cahyono (2006:38) “Normalitas data

ditunjukkan juga pada tampilan Normal Q-Q Plot. Pada tampilan Normal Q-Q Plot, bila titik- titik yang ditampilkan menempel atau berdekatan dengan garis

grafik, maka data berdistribusi normal”. 3.8.3 Uji Asumsi Klasik

3.8.3.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak

(perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi (Yana

Rohmana, 2010:140).

Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS (Gujarati, 2001:166), yaitu:

1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi

(biasanya berkisar 0,8 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas. 2. Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,

perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.

3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi

terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu,

maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.

4. Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu variabel independen lainnya.


(36)

62

5. Variance inflation factor dan tolerance. (VIF)

Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multiko dengan uji

Variance inflation factor dan tolerance. (VIF), dengan bantuan program SPSS 21.0 for Windows. Untuk melihat gejala multikolinearitas, kita dapat melihat dari

hasil Collinerity Statistics. Hasil VIF yang lebih besar dari lima menunjukan adanya gejala multikolinearitas.

Apabila terjadi multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010: 149-154) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Tanpa ada perbaikan 2. Dengan perbaikan:

Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori).

Menghilangkan salah satu variabel independen.

Menggabungkan data Cross-Section dan data Time Series.

Transformasi variabel.

Penambahan Data.

3.8.3.2 Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan atau varian yang sama (Gujarati, 2010:508).

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut :

1. Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

 Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

 Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai taksiran


(37)

63

3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,

diantaranya: 1 i 2 1 i 1 i 2 1

i X atau û X

û      

4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

 

         1 n n d 6 -1 rs 2 2 1 Dimana :

d1 = perbedaan setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji metode grafik, dengan bantuan program SPSS 21.0 for Windows.

Kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah jika grafik mengikuti pola tertentu misalkan linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas namun jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.8.3.3 Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual dengan obserbvasi lainnya. Cara mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini dengan menggunakan Uji Durbin Watson (D-W). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :


(38)

64

Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.4

Uji Statistik Durbin – Watson d

Nilai Statistik d Hasil

0 ≤ d dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif

dLd du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

du d 4 – du Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi positif/negatif

4 - du d 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

4 dLd 4 Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif Sumber : Yana Rohmana, 2010:195

Autokorelasi positif

Ragu-ragu Tidak ada korelasi

Ragu-ragu Autokorelasi negatif

0 dL du 4-du 4-dL

4

Gambar 3.1

Statistik Durbin – Watson d Sumber : Yana Rohmana, 2010:195

Setelah semua asumsi sudah dipenuhi, maka menguji uji Durbin – Watson dengan prosedur sebagai berikut :

1) Buat regresi dengan OLS dan hitung perkiraan kesalahan penganggu et= Yt - ̂t .

2) Hitung d dengan rumus Uji Durbin Watson (D-W).

3) Untuk nilai n dan banyaknya variabel X tertentu, cari nilai kritis dL dan

du dari tabel.


(39)

65

3.9 Pengujian Hipotesis 3.9.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel X secara individu mampu menjelaskan variabel Y. Uji t ini menggunakan rumus :

t =

(Yana Rohmana, 2010 : 50)

Keputusan menolak atau menerima H0, sebagai berikut :

a. Jika nilai t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima Ha, artinya

variabel itu signifikan

b. Jika nilai t hitung < nilai t kritis maka H0 diterima atau menolak Ha, artinya

variabel itu tidak signifikan

3.9.2 Uji F

Uji F statistik dalam regresi berganda dapat digunakan untuk menguji signifikansi koefisien determinasi R2. Nilai F statistik dapat digunakan untuk mengevaluasi hipotesis bahwa apakah tidak ada variabel independen yang menjelaskan variasi Y disekitar nilai rata-ratanya dengan derajat kepercayaan

(degree of freedom) k-1 dan n-k tertentu.

Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :

F =

(Yana Rohmana, 2010 : 78)

Keputusannya adalah :

a. Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya bahwa

keseluruhan variabel bebas (X) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)


(40)

66

b. Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa

keseluruhan variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y).

3.9.3 Pengujian Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar proporsi variasi variabel dependen dijelaskan oleh semua variabel independen. Koefisien determinasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

R

2

=

∑ ∑

∑ (Yana Rohmana, 2010 : 76)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2<1) dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

b. Jika R2 semakin menjauhi 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(41)

111

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa, berdasarkan hipotesis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan kewirausahaan mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia secara keseluruhan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan kewirausahaan mahasiswa FPBS UPI secara keseluruhan memuaskan. Secara umum, sikap kewirausahaan mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) UPI secara keseluruhan termasuk pada kategori cukup. Sama halnya dengan motivasi berprestasi yang termasuk pada kategori cukup.

2. Pengetahuan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap sikap kewirausahaan. Artinya, semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa, maka semakin tinggi pula sikap kewirausahaan mahasiswa dalam berwirausaha. Atau sebaliknya, bila pengetahuan kewirausahaan mahasiswa rendah, maka sikap kewirausahaan juga akan rendah.

3. Motivasi berprestasi berpengaruh positif terhadap sikap kewirausahaan. Artinya, semakin tinggi tingkat motivasi berprestasi mahasiswa, maka semakin tinggi pula sikap kewirausahaan mahasiswa dalam kewirausahaan. Atau sebaliknya, bila motivasi berprestasi mahasiswa rendah, maka sikap kewirausahaan juga akan rendah.


(42)

112

4. Pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi berpengaruh positif terhadap sikap kewirausahaan. Artinya, semakin tinggi tingkat pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi mahasiswa, maka semakin tinggi pula sikap kewirausahaan mahasiswa dalam kewirausahaan. Atau sebaliknya, bila pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi mahasiswa rendah, maka sikap kewirausahaan mahasiswa juga akan rendah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka ada beberapa saran yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan sikap kewirausahaan mahasiswa dengan cara mempelajari lagi mengenai kewirausahaan yang sebenarnya, lebih menyukai lagi dengan berani mengambil resiko dan menyukai tantangan. Selain itu, pihak perguruan tinggi pun harus bisa memfasilitasi mahasiswa agar dapat meningkatkan sikap kewirausahaan dengan mengikuti seminar maupun perlombaan bussines plan. 2. Meningkatkan pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi dengan

cara mempelajari dan memahami pengetahuan yang didapatkan melalui pembelajaran kewirausahaan dan berkeinginan untuk meningkatkan motivasi berprestasi dalam bidang kewirausahaan.

3. Bagi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni khususnya, dan Universitas pada umumnya, agar lebih membantu meningkatkan lagi sikap kewirausahaan mahasiswa. Hal ini karena mengingat bahwa ketika sikap kewirausahaan kita jelek maka akan mempengaruhi pada pengetahuan maupun kebutuhan kan prestasi yang dampaknya akan sangat terasa pada diri sendiri khususnya. Sehingga diperlukan peningkatan dan pengembangan sikap kewirausahaan maupun perilaku kewirausahaan agar dapat mengurangi jumlah pengangguran


(43)

113

ketika lulusan dari Universitas tidak lagi menjadi pegawai kantoran akan tetapi menjadi seorang wirausaha.

4. Untuk penelitian selanjutnya, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kewirausahaan, dapat menggunakan faktor lain selain pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi. Dapat juga menggunakan sampel yang berbeda, baik pada siswa, masyarakat, ataupun ke mahasiswa dari universitas lainnya.


(44)

114

DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.

Agus, Widarjono. (2005). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA FE UII.

Ajzen, I. (1991).Theory of Planned Behaviour. [Online]. Tersedia: http://www.search-document.com/pdf/3/teori-fishbien.html [5April 2013] Akhmad, Karyono. (2009). Kontribusi Status Industri tempat Prakerin, lama

Prakerin, dan Motivasi Belajar terhadap Sikap Kewirausahaan Siswa SMK di Kabupaten Indramayu. 32, (2), 165-176.

Bambang. (2013). Riset Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. [Online] Tersedia: http://www.polines.ac.id/[28 Maret 2013]

Bambang Banu Siswoyo. 2009. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan

Dosen dan Mahasiswa Jurnal Ekonomi Bisnis. Malang: Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Malang. 14, (2), 114-123.

Bambang, Dwi. (2011). Mengaktualisasikan Sikap dan Perilaku Wirausaha. [Online].

Tersedia:1-modul-mengaktualisasi-sikap-perilaku-wirausaha.html [27Agustus 2013]

Bambang, Prasetyo dan Lina Miftahul. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Ben, S. G. (2012). Pengetahuan Kewirausahaan to be Entrepreneur. [Online]. Tersedia: http://Ben Senang Galus/staf Dinas Dikpora Prov. DIY// [25 Maret 2013]

Buchari, Alma.(2009). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Dhikrul, Hakim. (2013). Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Berdasarkan

Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing Dan Karakter Bangsa. 2, (1),1-6.

Drucker, Peter. (1994). Inovasi dan Kewirausahaan. Jakarta : Erlangga.

Eka, Aprilianty.(2012). Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan

Kewirausahaan, Dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK Jurnal Pendidikan Vokasi. Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah :

SMK Muhammadiyah.2, (3), 311-324.

Eka, Handriani. (2011). Pengembangan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan di


(45)

115

E, Surachman. (2011). Menumbuhkan Sikap Kewirausahaan: Survei Tiga Faktor

Pendorong di Kecamatan Plered Purwakarta. Jurnal Sosialita. 9, (1), 39-49.

Gima, Sugiama. (2008). Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Bandung : Guardaya Intimarta.

Gujarati, Damodar. (2010). Ekometrika Dasar. Jakarta: Salemba Empat. _______ (2001).EkonometrikaDasar, Jakarta: Erlangga.

Husein Umar. 2008. DesainPenelitian MSDM danPerilakuKaryawan :ParadigmaPositivistikdanBerbasisPemecahanMasalah. Jakarta :Rajawali

Pers.

Ilhamie dan Wan, Suryati.(2008). Pengaruh Sikap dan Demografi ke Atas

Produktiviti Kerja Pensyarah Muslim: Kajian di University Malaya.Shariah Journal. 16, (2), 321-344.

Kuntowicaksono. (2012). Pengaruh Pengetahuan Wirausaha dan Kemampuan Memecahkan Masalah Wirausaha terhadap Minat Berwirausaha Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. 1, (1), 45-52.

Lia, Mulyati. (2010). Internalisasi Sikap Kewirausahaan melalui Persepsi,

Pengalaman Belajar dan Pengetahuan Kewirausahaan.Tesis UPI: tidak

diterbitkan.

Lieli, Suhartidan Hani Sirine.(2011). Faktor-Faktor yang BerpengaruhTerhadapNiatKewirausahaan (Entrepreneurial Intention)(StudiTerhadapMahasiswaUniversitas Kristen SatyaWacana,

Salatiga) JurnalManajemen Dan

Kewirausahaan.Salatiga:FakultasEkonomikadanBisnis, Universitas Kristen SatyaWacana.13, (2), 124-131.

Manda, Andika dan Madjid Iskandarsyah. (2012). Analisis Pengaruh Sikap,

Norma Subyektif Dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Pada Mahasiswafakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala.

Mar’at. (1984). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Meredith, Geoffrey G et al. (1996). Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.

Mery, Citra. (2008). Mendorong Pilihan Karir Berwirausaha pada Mahasiswa

guna Mengentaskan Pengangguran Terdidik di Indonesia. Document


(46)

116

Nana, Supriatna. (2011). Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan

Kerja terhadap Sikap Kewirausahaan.Tesis UPI: tidak diterbitkan.

Nasution. (2009). Metode Reserach. Jakarta : Bumi Aksara.

Nina, Erlina. (2011). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kecakapan

Vokasional terhadap Minat Berwirausaha. Tesis UPI: tidak diterbitkan.

NurGhufron&RiniRisnawita. (2010). Teori-teoriPsikologi.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nur, O. Shabrina. (2012). Pengaruh Faktor-Faktor yang dapat Memotivasi

Mahasiswa Berkeinginan Wirausaha.

Rahmat, Mamuasi. (2009). Kontribusi Penguasaan Materi dan Suasana Belajar

dalam Pembelajaran Kewirausahaan terhadap Pembentukan Sikap Kewirausahaan Siswa. Tesis UPI: tidak diterbitkan.

Retno, Budi dan Wijaya Trisnadi. (2012). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan

terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP dan STIE MUSI. 1, (2), 112-119.

Riduwan. (2010). Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Rizky, Y. (2013). Sikap dan Perilaku Kewirausahaan. [Online]. Tersedia: http://rizzkyyanuar.blogspot.com/archive.html [28Maret 2013]

Rizal, Fachru. (2008). Studi Komparatif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Kewirausahaan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi dan Non Ekonomi di FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi pada FPEB

UPI: tidak diterbitkan.

Rudi, B. (2012). Suara Pengusaha. [Online].

Tersedia: http://suarapengusaha.com/2012/11/28 [25 Maret 2013]

SaifuddinAzwar. (2012). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Sony, Heru Priyanto.(2009). Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di

Masyarakat. Andragogia-Jurnal PNFI. 1, (1), 57-81.

Sudarman, Danim. (2004). Motivasi, Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto.(2006). ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik.

Jakarta:RinekaCipta.

Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.


(47)

117

Semuel, Hatane. (2003). Pengaruh Kebutuhan terhadap Motif Penggunaan Kartu

Debet Bank Central Asia (BCA) di kalangan Mahasiswa Aktif Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya.5, (2), 132-154.

Sinarasri, Andwiani dan Noviani, Ayu. (2012). Pengaruh Latarbelakang

Pendidikan terhadap Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa.ISBN: 978-602-18809-0-6, 342-352.

Sugiarto Eddy Cahyono. (2013). Gerakan Kewirausahaan Nasional Untuk

Menyebar Virus Wirausaha. [Online]. Tersedia:

http://(www.setkab.go.id).// [5 April 2013]

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suparno. (2009). Hubungan Persuasif, Motivasi Berprestasi dan Pengetahuan

Manajerial dengan Kepempinan Transformasional Kepala SMP Negeri Provinsi Banten.6, (2), 135-148.

Suryana.(2006). Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat.

Tri, Cahyono.(2006). UjiNormalitas. Semarang: UniversitasNegeri Semarang. Winardi, J. (2007). Motivasi & Pemotivasian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Winarno.(2011). Pengembangan Sikap Entrepreneurship dan Intrapreneurship.

Jakarta : PT Indeks.

W. Mukharomah. (2008). Sikap Pengusaha dalam Alih Generasi Wirausaha di

Kota Surakarta. Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis. 12, (2), 103-108.

Yana, Rohmana.(2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan EViews. Bandung : Lab. Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI.

Yayat, Suharyat. (2009). Hubungan antara Sikap, Minat dan Perilaku Manusia.

REGION. 1, (2), 1-8.

Yunita, Haryani. (2012). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Lingkungan

Sekolah dan Pengalaman Praktek Kerja Industri terhadap Intensi Berwirausaha. Tesis UPI: tidak diterbitkan.


(1)

4. Pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi berpengaruh positif terhadap sikap kewirausahaan. Artinya, semakin tinggi tingkat pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi mahasiswa, maka semakin tinggi pula sikap kewirausahaan mahasiswa dalam kewirausahaan. Atau sebaliknya, bila pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi mahasiswa rendah, maka sikap kewirausahaan mahasiswa juga akan rendah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka ada beberapa saran yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan sikap kewirausahaan mahasiswa dengan cara mempelajari lagi mengenai kewirausahaan yang sebenarnya, lebih menyukai lagi dengan berani mengambil resiko dan menyukai tantangan. Selain itu, pihak perguruan tinggi pun harus bisa memfasilitasi mahasiswa agar dapat meningkatkan sikap kewirausahaan dengan mengikuti seminar maupun perlombaan bussines plan. 2. Meningkatkan pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi dengan

cara mempelajari dan memahami pengetahuan yang didapatkan melalui pembelajaran kewirausahaan dan berkeinginan untuk meningkatkan motivasi berprestasi dalam bidang kewirausahaan.

3. Bagi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni khususnya, dan Universitas pada umumnya, agar lebih membantu meningkatkan lagi sikap kewirausahaan mahasiswa. Hal ini karena mengingat bahwa ketika sikap kewirausahaan kita jelek maka akan mempengaruhi pada pengetahuan maupun kebutuhan kan prestasi yang dampaknya akan sangat terasa pada diri sendiri khususnya. Sehingga diperlukan peningkatan dan pengembangan sikap kewirausahaan maupun perilaku kewirausahaan agar dapat mengurangi jumlah pengangguran


(2)

ketika lulusan dari Universitas tidak lagi menjadi pegawai kantoran akan tetapi menjadi seorang wirausaha.

4. Untuk penelitian selanjutnya, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kewirausahaan, dapat menggunakan faktor lain selain pengetahuan kewirausahaan dan motivasi berprestasi. Dapat juga menggunakan sampel yang berbeda, baik pada siswa, masyarakat, ataupun ke mahasiswa dari universitas lainnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.

Agus, Widarjono. (2005). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA FE UII.

Ajzen, I. (1991).Theory of Planned Behaviour. [Online]. Tersedia: http://www.search-document.com/pdf/3/teori-fishbien.html [5April 2013] Akhmad, Karyono. (2009). Kontribusi Status Industri tempat Prakerin, lama

Prakerin, dan Motivasi Belajar terhadap Sikap Kewirausahaan Siswa SMK di Kabupaten Indramayu. 32, (2), 165-176.

Bambang. (2013). Riset Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. [Online] Tersedia: http://www.polines.ac.id/[28 Maret 2013]

Bambang Banu Siswoyo. 2009. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa Jurnal Ekonomi Bisnis. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. 14, (2), 114-123.

Bambang, Dwi. (2011). Mengaktualisasikan Sikap dan Perilaku Wirausaha. [Online].

Tersedia:1-modul-mengaktualisasi-sikap-perilaku-wirausaha.html [27Agustus 2013]

Bambang, Prasetyo dan Lina Miftahul. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Ben, S. G. (2012). Pengetahuan Kewirausahaan to be Entrepreneur. [Online]. Tersedia: http://Ben Senang Galus/staf Dinas Dikpora Prov. DIY// [25 Maret 2013]

Buchari, Alma.(2009). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Dhikrul, Hakim. (2013). Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing Dan Karakter Bangsa.

2, (1),1-6.

Drucker, Peter. (1994). Inovasi dan Kewirausahaan. Jakarta : Erlangga.

Eka, Aprilianty.(2012). Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan Kewirausahaan, Dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK Jurnal Pendidikan Vokasi. Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah : SMK Muhammadiyah.2, (3), 311-324.

Eka, Handriani. (2011). Pengembangan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmiah Inkoma. 22, (1), 83-95.


(4)

E, Surachman. (2011). Menumbuhkan Sikap Kewirausahaan: Survei Tiga Faktor Pendorong di Kecamatan Plered Purwakarta. Jurnal Sosialita. 9, (1),

39-49.

Gima, Sugiama. (2008). Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Bandung : Guardaya Intimarta.

Gujarati, Damodar. (2010). Ekometrika Dasar. Jakarta: Salemba Empat. _______ (2001).EkonometrikaDasar, Jakarta: Erlangga.

Husein Umar. 2008. DesainPenelitian MSDM danPerilakuKaryawan :ParadigmaPositivistikdanBerbasisPemecahanMasalah. Jakarta :Rajawali Pers.

Ilhamie dan Wan, Suryati.(2008). Pengaruh Sikap dan Demografi ke Atas Produktiviti Kerja Pensyarah Muslim: Kajian di University Malaya.Shariah Journal. 16, (2), 321-344.

Kuntowicaksono. (2012). Pengaruh Pengetahuan Wirausaha dan Kemampuan Memecahkan Masalah Wirausaha terhadap Minat Berwirausaha Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. 1, (1), 45-52.

Lia, Mulyati. (2010). Internalisasi Sikap Kewirausahaan melalui Persepsi, Pengalaman Belajar dan Pengetahuan Kewirausahaan.Tesis UPI: tidak diterbitkan.

Lieli, Suhartidan Hani Sirine.(2011). Faktor-Faktor yang BerpengaruhTerhadapNiatKewirausahaan (Entrepreneurial Intention)(StudiTerhadapMahasiswaUniversitas Kristen SatyaWacana,

Salatiga) JurnalManajemen Dan

Kewirausahaan.Salatiga:FakultasEkonomikadanBisnis, Universitas Kristen SatyaWacana.13, (2), 124-131.

Manda, Andika dan Madjid Iskandarsyah. (2012). Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subyektif Dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Pada Mahasiswafakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala.

Mar’at. (1984). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Meredith, Geoffrey G et al. (1996). Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.

Mery, Citra. (2008). Mendorong Pilihan Karir Berwirausaha pada Mahasiswa guna Mengentaskan Pengangguran Terdidik di Indonesia. Document pdf.


(5)

Nana, Supriatna. (2011). Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Pelatihan Kerja terhadap Sikap Kewirausahaan.Tesis UPI: tidak diterbitkan. Nasution. (2009). Metode Reserach. Jakarta : Bumi Aksara.

Nina, Erlina. (2011). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kecakapan Vokasional terhadap Minat Berwirausaha. Tesis UPI: tidak diterbitkan. NurGhufron&RiniRisnawita. (2010). Teori-teoriPsikologi.Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Nur, O. Shabrina. (2012). Pengaruh Faktor-Faktor yang dapat Memotivasi Mahasiswa Berkeinginan Wirausaha.

Rahmat, Mamuasi. (2009). Kontribusi Penguasaan Materi dan Suasana Belajar dalam Pembelajaran Kewirausahaan terhadap Pembentukan Sikap Kewirausahaan Siswa. Tesis UPI: tidak diterbitkan.

Retno, Budi dan Wijaya Trisnadi. (2012). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP dan STIE MUSI. 1, (2), 112-119.

Riduwan. (2010). Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Rizky, Y. (2013). Sikap dan Perilaku Kewirausahaan. [Online]. Tersedia: http://rizzkyyanuar.blogspot.com/archive.html [28Maret 2013]

Rizal, Fachru. (2008). Studi Komparatif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi dan Non Ekonomi di FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi pada FPEB UPI: tidak diterbitkan.

Rudi, B. (2012). Suara Pengusaha. [Online].

Tersedia: http://suarapengusaha.com/2012/11/28 [25 Maret 2013]

SaifuddinAzwar. (2012). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Sony, Heru Priyanto.(2009). Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat. Andragogia-Jurnal PNFI. 1, (1), 57-81.

Sudarman, Danim. (2004). Motivasi, Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto.(2006). ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Jakarta:RinekaCipta.

Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.


(6)

Semuel, Hatane. (2003). Pengaruh Kebutuhan terhadap Motif Penggunaan Kartu Debet Bank Central Asia (BCA) di kalangan Mahasiswa Aktif Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya.5, (2), 132-154.

Sinarasri, Andwiani dan Noviani, Ayu. (2012). Pengaruh Latarbelakang Pendidikan terhadap Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa.ISBN:

978-602-18809-0-6, 342-352.

Sugiarto Eddy Cahyono. (2013). Gerakan Kewirausahaan Nasional Untuk Menyebar Virus Wirausaha. [Online]. Tersedia: http://(www.setkab.go.id).// [5 April 2013]

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suparno. (2009). Hubungan Persuasif, Motivasi Berprestasi dan Pengetahuan Manajerial dengan Kepempinan Transformasional Kepala SMP Negeri Provinsi Banten.6, (2), 135-148.

Suryana.(2006). Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat.

Tri, Cahyono.(2006). UjiNormalitas. Semarang: UniversitasNegeri Semarang. Winardi, J. (2007). Motivasi & Pemotivasian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Winarno.(2011). Pengembangan Sikap Entrepreneurship dan Intrapreneurship.

Jakarta : PT Indeks.

W. Mukharomah. (2008). Sikap Pengusaha dalam Alih Generasi Wirausaha di Kota Surakarta. Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis. 12, (2), 103-108. Yana, Rohmana.(2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan EViews.

Bandung : Lab. Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI.

Yayat, Suharyat. (2009). Hubungan antara Sikap, Minat dan Perilaku Manusia. REGION. 1, (2), 1-8.

Yunita, Haryani. (2012). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Lingkungan Sekolah dan Pengalaman Praktek Kerja Industri terhadap Intensi Berwirausaha. Tesis UPI: tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

MINAT BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI MOTIVASI DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI Minat Berwirausaha Ditinjau Dari Motivasi Dan Sikap Kewirausahaan Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Unive

0 2 20

MINAT BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI MOTIVASI DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI Minat Berwirausaha Ditinjau Dari Motivasi Dan Sikap Kewirausahaan Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Unive

0 1 17

PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA : Survey pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

3 13 43

PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA: survey pada mahasiswa universitas pendidikan indonesia.

11 72 40

SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA : Survei pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

0 4 41

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA : Studi Deskriptif pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

0 2 32

PENGARUH PENGALAMAN BELAJAR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN: Survey pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

0 2 38

PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KEWIRAUSAHAAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA : Survei pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.

0 9 47

PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEMANDIRIAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA: Survey pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

1 6 38

ANALISIS PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN OR

0 0 119