Kontribusi Perilaku Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah terhadap Kinerja Sekolah (Studi tentang Persepsi Guru pada SMP Negeri di Wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis).

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Paradigma Penelitian ... 19

F. Anggapan Dasar Penelitian ... 21

G. Hipotesis ... 22

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Kinerja Sekolah dalam Administrasi Pendidikan ... 23

B. Hakikat Perilaku Manajerial Kepala Sekolah ... 59

C. Indikator Kinerja Komite Sekolah ... 78

D. Kajian Penelitian Terdahulu ... 93

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian ... 95

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 96

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 98

D. Instrumen Penelitian ... 99


(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 114

B. Hasil Analisis Data Deskriptif ... 121

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 127

D. Pembahasan ... 141

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 160

B. Rekomendasi ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 165 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1. Komponen Kinerja Sekolah ... 36

2.2. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pertimbangan... 82

2.3. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung ... 84

2.4. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pengontrol ... 86

2.5. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Penghubung ... 88

3.1. Data Guru SMP Negeri di Wilayah Komisariat 7 Kab. Ciamis .... 96

3.2. Penyebaran Sampel ... 99

3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 100

3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 102

3.5. Validitas Variabel X ... 105

3.6. Validitas Variabel X₂ ... 106

3.7. Validitas Variabel Y ... 107

3.8. Reliability Statistic ... 108

3.9. Data Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 109

3.10. Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel ... 111

3.11. Pedoman Penarikan Interpretasi Efektivitas Antar Variabel ... 112

3.12. Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel ... 112

4.1. Hasil Uji Normalitas ... 115

4.2. Test Of Homogenity of Variences ... 117

4.3. Test Of Homogenity of Variences ... 117

4.4. Test Of Homogenity of Variences ... 118

4.5. Anova (b) ... 118

4.6. Anova (b) ... 120

4.7. Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 121

4.8. Skor Rata-rata Variabel X1 ... 122

4.9. Skor Rata-rata Variabel X2 ... 124

4.10. Skor Rata-rata Variabel Y ... 125

4.11. Skor Rata-rata WMS Variabel Penelitian ... 127

4.12. Correlation ... 128

4.13. Coefficients (a) Uji Signifikansi Korelasi X₁ terhadap Y ... 129

4.14. Model Summary Analisis Koefisien Determinan X₁ terhadap Y .. 130

4.15. Coefficient (a) Analisis Regresi Variabel X₁ terhadap Y ... 130

4.16. Anova (b) Uji Signifikansi Korelasi dengan Uji F ... 131

4.17. Correlations Variabel X₂ dengan Y ... 132


(4)

4.19. Model Summary (b) Analisis Koefisien Determinan X₂ - Y ... 134

4.20. Coefficient (a) Analisis Regresi X₂ dengan Y ... 134

4.21. Anova (b) Analisis regresi X₂-Y dengan Uji F ... 135

4.22. Model Summary Analisi Koefisien Korelasi Ganda X₁,X₂ - Y ... 136

4.23. Anova (b) Uji Signifikansi Korelasi Ganda X₁,X₂ - Y Uji t ... 137

4.24. Model Summary (b) Analisis Koefisien Determinan X₁,X₂-Y ... 138

4.25. Coefficients (a) Analisis Regresi Ganda X₁,X₂ dengan Y ... 139


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1.1. Paradigma Penelitian ... 21

2.1. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan ... 45

4.1. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable Kinerja Sekolah ... 116

4.2. Scatter Plot Linieritas Data Variabel X₁ atas Y ... 119

4.3. Scatter Plot Linieritas Data Variabel X₂ atas Y ... 120

4.4. Grafik Regresi Variabel X₁ terhadap Variabel Y... 131

4.5. Grafik Regresi Variabel X₂ terhadap Variabel Y ... 135

4.6. Grafik Regresi Variabel X₁ dan X₂ terhadap Variabel Y ... 139

4.7. Struktur Kontribusi X₁ dan X₂ terhadap Y ... 141

4.8. Perilaku Manajerial Kepala Sekolah ... 142

4.9. Deskripsi Perencanaan……… ... 143

4.10. Deskripsi Pengorganisasian……… . 145

4.11. Deskripsi Penggerakan…. ... 146

4.12. Deskripsi Pengawasan.. ... 148

4.13. Kinerja Komite Sekolah ... 148

4.14. Deskripsi Badan Pertimbangan…... 150

4.15. Deskripsi Badan Pendukung ... 151

4.16. Deskripsi Badan Pengontrol ... 152

4.17. Deskripsi Badan Penghubung ... 153

4.18. Kinerja Sekolah ... 154

4.19. Deskripsi Kualitas Sekolah ... 155

4.20. Deskripsi Efisiensi dan Efektivitas ... 155

4.21. Deskripsi Inovasi ... 156


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Melakukan Observasi/Penelitian Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Observasi

Lampiran 3 SK Pembimbing Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Data Mentah Varibel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Lampiran 6 Data Mentah Variabel Kinerja Komite Sekolah

Lampiran 7 Data Mentah Variabel Efektivitas Implementasi MBS Lampiran 8 Angket Penelitian


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wadah proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang dinamis. Sekolah bukan hanya wadah bertemunya guru dan murid melainkan berada pada satu tatanan yang kompleks dan saling terkait, oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional serta mandiri.

Permasalahan pendidikan saat sekarang ini masih menjadi polemik dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di tingkat dasar dan menengah, hal ini dapat dilihat dari rendahnya mutu pendidikan saat sekarang ini. Berbagai upaya pemerintah dalam mengurangi permasalahan tersebut telah mengadakan perbaikan melalui sistem pengelolaan pendidikan, penyediaan dan perbaikan sarana prasarana pendidikan serta peningkatan mutu manajemen sekolah, bahkan pemerintah berupaya untuk tidak membebani rakyat melalui bantuan operasional sekolah pada tingkat pendidikan dasar. Namun belum bisa dijadikan solusi dalam pengentasan permasalahan tersebut.

Dalam kaitan dengan dunia persekolahan, tujuan utamanya adalah meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses sosialisasi. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sergiovanni dan Starrat, dalam Rohiat (2008) bahwa tujuan persekolahan menjamin kompetensi minimal


(8)

2

dalam keterampilan dan pemahaman yang telah ditentukan bagi semua anak. Hal ini menuntut sekolah untuk memiliki kemampuan dalam membuat rencana pengembangan SDM personal sekolah maupun peserta didiknya. Sekolah harus memiliki kinerja yang dapat menunjukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan secara keseluruhan.

Kinerja sekolah ditentukan oleh kinerja semua elemen sekolah. Keberhasilan sekolah tidak ditentukan oleh kinerja kepala sekolah saja, juga bukan oleh kinerja pendidiknya saja, atau juga bukan karena gedungnya yang megah, juga bukan karena fasilitasnya yang lengkap, melainkan oleh sinergi yang dibangun dari semua elemen sekolah. Kinerja berhubungan erat dengan pemenuhan sasaran individu dan akan memberikan sumbangan kepada sasaran organisasi, karena itu menjadi tugas penting bagi pihak manajemen untuk merumuskan kinerja.

Untuk menilai keberhasilan kinerja sekolah diperlukan prosedur dan mekanisme yang sistematik dan dapat dijadikan dasar untuk mengungkap seberapa besar hasilnya untuk mencapai mutu sekolah. Adapun komponen yang mempengaruhi kinerja sekolah adalah kualitas input, kualitas proses dan kualitas output. Karena itu kinerja sekolah merupakan hasil kerja seluruh personal sekolah yang dilakukan secara menyeluruh.

Adapun peran kepala sekolah dalam peningkatan kinerja sekolah pada umumnya, dan hasil belajar siswa pada khususnya, jika elemen-elemen yang disebutkan sebagai elemen yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, maka ada masukan lingkungan yang juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan peningkatan hasil belajar


(9)

3

siswa pada khususnya. Selain masukan instrumental (instrumental input), dalam sistem tersebut juga terdapat masukan yang tidak kalah pentingnya, yakni masukan lingkungan (environmental input) yang antara lain adalah kondisi sosial-ekonomi-budaya, dan bahkan termasuk keamanan lingkungan sekolah. Dalam konteks ini, faktor manajemen juga memegang peranan yang amat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Kepala Sekolah serta elemen pemangku kepentingan (stakeholder) merupakan masukan lingkungan yang ikut berpengaruh terhadap kinerja sekolah sebagai suatu sistem (Suparlan, 2005: 61).

Penerapan model MBS merupakan salah satu gagasan yang diterapkan dalam manajemen sekolah untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah secara menyeluruh.

Sejalan dengan semangat tersebut, sudah sepantasnyalah kalau segala keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan diambil dan bertumpu pada sekolah dan masyarakat. Dalam MBS ini sekolah ditempatkan sebagai suatu lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat yang memiliki ciri khas tersendiri. Karena itu sekolah harus memiliki komite sekolah sebagai unit perencana, unit pembuat keputusan, dan basis manajemen.

Komite Sekolah mencerminkan peran serta masyarakat dalam memajukan pendidikan. Komite Sekolah tidak semata-mata dibentuk atas dasar formalitas belaka, melainkan memang diberdayakan memberikan sumbang saran, pendapat, kontrol terhadap penyelenggaraan pendidikan.


(10)

4

Luasnya peran Komite Sekolah tidak dimaksudkan untuk mengurangi wibawa guru dan kepala sekolah. Justru porsi peran yang berbeda memungkinkan kerjasama yang baik diantara sekolah dan Komite Sekolah.

Bentuk pengembangan potensi sekolah ini antara lain melalui peningkatan kinerja para guru dan karyawan, keleluasaan mengelola sumber daya sekolah, penyederhanaan birokrasi, dan mempererat partisipasi masyarakat. Upaya tersebut diharapkan mampu mendorong kemajuan sekolah tanpa meninggalkan nilai-nilai setempat. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah memperluas basis mitra sekolah, yang semula hanya berbasis struktural dari pusat ke daerah.

Dalam konteks yang sama, Komite Sekolah harus mampu menjadi mitra sekolah agar dikelola dengan manajemen yang terbuka dan transparan. Orang tua siswa mendapatkan penjelasan tentang penggunaan dana sekolah. Kepala Sekolah sangat tertutup dan takut mengalokasikan dana, atau pihak sekolah sudah terlanjur bekerja dengan kebiasaan lama yaitu mengalokasikan dana untuk berbagai macam keperluan tanpa sepengetahuan komite sekolah sehingga sekolah memerlukan komite sekolah sebagai tameng. Undangan komite sekolah kepada orangtua siswa bukan dalam rangka membicarakan masalah perbaikan kualitas pendidikan. Melainkan untuk kepentingan penarikan dana pembangunan sekolah. Sehingga rapat komite sekolah direduksi menjadi rapat pengumpulan dana. Hal ini tidak perlu terjadi kalau komite sekolah benar-benar berperan sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan


(11)

5

pendidikan. Untuk itu perlu ditegakkan sistem perekrutan personal komite sekolah yang proporsional, profesional, dan kompeten.

Komite Sekolah berkepribadian independen, namun punya semangat tinggi untuk menjalin kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan sekolah. Mengingat peran dan fungsi strategisnya, baik komite maupun pihak sekolah harus sama-sama proaktif menunjukkan peran dan fungsinya dengan maksimal. Kinerja komite sekolah yang baik akan menjadikan proses pendidikan yang terbuka dan otonom mengarah pada pencapaian kinerja sekolah yang baik.

Komite sekolah diharapkan mampu menjadi mitra dalam upaya mencari alternatif pemecahan masalah di sekolah agar mampu mendongkrak mutu dan kualitas pendidikan yang didukung oleh pengelolaan kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki perilaku manajerial organisasi untuk meningkatkan kinerja sekolah.

Salah satu faktor yang penting untuk mencapai kinerja sekolah adalah kepemimpinan dalam pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah perlu diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya secara profesional.

Dengan adanya desentralisasi manajemen pendidikan dan manajemen berbasis sekolah (MBS) peran kepala sekolah mulai berubah. Apalagi komite sekolah mulai berperan penting dalam pengelolaan sekolah. Menurut Managing Basic Education “Kepala sekolah mempunyai dua peran utama,


(12)

6

pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen” (http://mbeproject.net/mbe59.html.).

Pembaharuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) dan komite sekolah yang diperkenalkan sebagai bagian dari desentralisasi memberikan kepada kepala sekolah kesempatan yang lebih besar untuk menerapkan perilaku manajerial dengan lebih baik untuk mencapai kinerja sekolah. Mereka menyadari bahwa mereka harus lebih menjadi mitra dari pada atasan dari para guru dan bekerjasama lebih erat dengan para guru dan masyarakat dalam menangani permasalahan-permasalahan pendidikan.

Kerjasama penanganan masalah ini termasuk tugas pengelolaan penting, seperti: supervisi kelas untuk mendorong dan mendukung pelaksanaan PAKEM, memimpin pertemuan informal dengan para guru, untuk menstimulasi, berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai inovasi, menghargai dan mendukung hasil kerja dari komite sekolah untuk sekolah.

Beberapa perubahan kinerja kepala sekolah yang dilaporkan termasuk: (1) manajemen terbuka-menjadi transparan, akuntabel, dan melibatkan banyak pihak dalam perencanaan, keuangan dan pengembangan program sekolah bersama-sama dengan para guru dan masyarakat; (2) menciptakan dan mengelola suasana belajar yang ramah dan positif di sekolah; (3) terbuka dan mendukung inovasi.

Di lain pihak, kepala sekolah lebih enggan dalam hal-hal lain, seperti mendelegasikan tanggung jawab pelaksanaan program sekolah kepada yang lain, mengunjungi dan memonitor guru ke kelas, atau memimpin rapat formal dengan komite dan orang tua murid lebih sering dari kebiasaan selama ini,


(13)

7

yakni sebulan sekali, atau satu semester sekali. Lebih lanjut, kepala sekolah yang lebih terbuka mengakui bahwa para guru mereka juga mengalami kendala untuk mengubah perilaku/kinerjanya di kelas daripada mengatakan bahwa guru mereka tidak responsif, melakukan usaha-usaha positif, untuk membantu guru mengatasi ketakutan mereka. Para guru dan anggota komite melihat peran kepala sekolah dalam hubungan dengan peran mereka sendiri di dalam sekolah. Sejalan dengan itu, anggota komite membuat daftar fungsi-fungsi itu sebagai bagian dari peran kepala sekolah dalam pertemuan komite, yakni memiliki peran sebagai: badan pertimbangan (advisory agency), pendukung (supporting agency), pengawas (controlling agency), dan badan mediator (mediator agency).

Sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa elemen, yang antara satu elemen dengan elemen lainnya saling berkaitan dan saling pengaruh mempengaruhi. Sebagai contoh, kepala sekolah adalah salah satu elemen sekolah. Kepala sekolah akan berhubungan secara timbal balik dengan elemen-elemen lain di sekolah itu. Kinerja sekolah akan dipengaruhi oleh kinerja komite sekolah yang melaksanakan fungsinya di sekolah itu.

Sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa elemen sebagai berikut: 1) Peserta didik (anak didik, siswa), 2) Kepala sekolah, 3) Pendidik atau guru, 4) Staf tata usaha, 5) Kurikulum, dan 6) Fasilitas pendidikan lainnya.

Berdasarkan teori input-process-output, elemen-elemen sekolah sebagai suatu sistem tersebut dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Elemen masukan kasar (raw input) adalah peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran,


(14)

8

dengan latar belakang sosial-ekonomi-budaya, dan kesiapan akademisnya, 2) Elemen masukan instrumental (instrumental input), meliputi: a) kepala sekolah, b) pendidik atau guru, c) kurikulum, dan d) fasilitas pendidikan, 3) Elemen masukan lingkungan (environmental input), meliputi: a) alam (geografis, demografis), b) sosial, ekonomi, kebudayaan, 4) Proses pendidikan (process) merupakan interaksi edukatif, atau proses belajar mengajar, proses pembelajaran, menggunakan metode dan media pembelajaran atau alat peraga yang diperlukan, 5) Output atau keluaran, yaitu berapa siswa yang tamat dan atau lulus dari sekolah tersebut, 6) Outcomes atau hasil, misalnya berapa siswa yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, berapa yang dapat memperoleh lapangan kerja.

Kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan disyaratkan menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung pelaksanaan tugasnya. Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007, tentang standar kepala sekolah belum cukup untuk menjamin keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Karena itu perlu ditambah dengan kompetensi lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah.

Kepala sekolah harus memiliki kompetensi untuk bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kompetensi dapat dilakukan jika kepala sekolah mampu melakukan


(15)

fungsi-9

fungsi manajemen dengan baik, meliputi: (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) penggerakan; dan (4) pengawasan.

Kompetensi manajerial kepala sekolah sebagai kegiatan yang dihimpun dari beberapa fungsi fundamental menjadi proses yang unik. Sebagaimana terurai dalam dimensi kompetensi kepala sekolah, kemampuan manajerial kepala sekolah ditampakkan pada kemampuannya mengelola fungsi fundamental manajemen, sebagai berikut :

1. Kemampuan menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

2. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan.

3. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

4. Mampu mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang efektif.

5. Mampu mengelola sarana prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

6. Mampu mngelola hubungan sekolah-masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah.

7. Mampu mengelola kepesertadidikan terutama dalam rangka penerimaan peserta didik baru, penempatan peserta didik dan pengembangan kapasitas peserta didik.

8. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sesuai arah dan tujuan pendidikan nasional.


(16)

10

9. Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien.

10. Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung kegiatan-kegiatan sekolah.

11. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan kepesertadidikan di sekolah.

12. Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah.

13. Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi pembelajaran peserta didik.

14. Terampil dalam sistem informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah dan mampu mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan. 15. Mampu dan terampil memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi

peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah.

16. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan tindak lanjutnya.

Pendekatan proses atau operasional memberi identitas kepada manajemen sebagai hal–hal yang dikerjakan seorang manajer, supaya ia dikatakan mampu bertindak sebagai seorang manajer. Kompetensi manajerial yang ditampakkan pada apa yang dikerjakannya jelas, yakni kegiatan yang dihimpun dari beberapa fungsi fundamental menjadi suatu proses yang unik.


(17)

11

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif biasanya ditopang oleh ciri-ciri kepemimpinan yang tangkas, visioner dan kredibel dalam mengambil kebijakan dan menggerakan organisasi sekolah. Sebagian orang menganggap kepemimpinan yang efektif hendaknya aktif tidak pasif, konsisten bukannya inkonsisten, lebih memikirkan yang prinsip dibanding yang non prinsip, komunikatif bukannya asal bicara. Jadi kepemimpinan kepala sekolah sebagai proses pemimpin pembelajaran menciptakan visi pendidikan, implementasinya dengan mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai - nilai, dan norma dari para guru dalam mencapai profesionalisme tenaga kependidikan untuk merealisasikan visi dan misi sekolah.

Seorang kepala sekolah yang melakukan kepemimpinannya tanpa pengetahuan administrasi pendidikan tidak akan bekerja secara efektif dan efisien, jauh dari mutu dan keberhasilannya tidak akan meyakinkan. Pengetahuan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan dan harus dipahami oleh kepala sekolah, sehingga kemampuan profesional dari kepala sekolah melalui kompetensi manajerialnya mampu memberikan kontribusi aktif terhadap profesionalisasi kinerja di lapangan dalam pencapaian visi dan misi sekolah.

Otonomi pengelolaan pendidikan di sekolah berkaitan dengan pendelegasian wewenang kepada kepala sekolah. Agar wewenang yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan kepala sekolah yang kompetensi manajerialnya baik. Kompetensi sebagai pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya kompeten atau berkemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.


(18)

12

Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah belum cukup untuk menjamin keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Karena itu perlu ditambah dengan kompetensi - kompetensi yang lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah. Mengingat kepala sekolah dalam pengelolaan satuan pendidikan mempunyai kedudukan yang strategis dalam mengembangkan sumberdaya sekolah terutama memberdayakan guru dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Dalam memberdayakan lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan, menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah.

Otonomi pengelolaan pendidikan di sekolah berkaitan dengan pendelegasian wewenang kepada kepala sekolah. Agar wewenang yang diberikan berjalan dengan baik, maka diperlukan kepala sekolah yang kompeten dalam menjalankan program-program sekolah termasuk segala wewenang yang dilimpahkan untuk mengambil keputusan tentang pemanfaatan sumberdaya sekolah dan melakukan kerjasama dengan masyarakat. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau kemampuan dalam menjalankan wewenang, tugas dan tanggung jawabnya ( Depdiknas, 2002).


(19)

13

Pengetahuan, keterampilan dan nila-nilai dasar yang direfleksikan kepala sekolah dalam menjalankan tugas sebagai administator tidak dapat dilepaskan dengan kompetensi manajerial yaitu, “conceptual skill, human skill, technical

skill and design skill” (Haroln Koontz, Cyril O’Donnell, dalam Rohiat,

2008).

Keterampilan konseptual adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk melihat sekolah sebagai suatu keseluruhan, merencanakan perubahan, merancang tujuan sekolah, membuat penilaian secara tepat, tenang, efektivitas kegiatan sekolah dan mengkoordinasikan program secara harmonis. Pentingnya keterampilan konseptual bagi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan dalam melaksanakan tanggung jawab manajerialnya, terutama dalam perencanaan, pengorganisasian, menentukan kebijakan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam pengembangan program sekolah.

Keterampilan hubungan manusia dalam organiasi pendidikan adalah kemampuan kepala sekolah untuk mendirikan sistem komunikasi dua arah yang terbuka dengan personel sekolah dan anggota masyarakat lainnya untuk menciptakan suasana kepercayaan terhadap sekolah dan meningkatkan unjuk kerja guru (Sutisna, 1993). Secara rinci menjelaskan bahwa perilaku hubungan manusia yang dilakukan kepala sekolah meliputi: (a) menerima kritik yang konstruktif, (b) menciptakan dan memelihara hubungan yang positif dengan guru dan personel sekolah lainnya, (c) menciptakan hubungan yang positif dengan masyarakat, (d) mendukung program sekolah.


(20)

14

Kepala sekolah selain melakukan tugas yang bersifat konseptual dan keterampilan hubungan manusia, juga harus mampu melaksanakan kegiatan yang bersifat praktis. Kegiatan yang bersifat praktis oleh Carver (dalam Wahyudi, 2009) disebut keterampilan teknikal yaitu kemampuan kepala sekolah dalam menanggapi dan memahami serta cakap menggunakan metode-metode termasuk yang bukan pelajaran, yaitu pengetahuan keuangan, pelaporan, penjadwalan dan pemeliharaan.

Kepala sekolah membantu melakukan kegiatan yang bersifat teknis untuk mendukung kelancaran program-program yang sebagian tugas telah dilimpahkan pada guru ataupun petugas administrasi sekolah. Kompetensi keterampilan yang diperlukan kepala sekolah selain yang dikemukakan di atas, Wiles (dalam Wahyudi, 2009) meliputi, skill in leadership, skill in human relationship, skill in group process, skill in personnal administration, dan skill in evaluation. Keterampilan dalam kepemimpinan (skill in leadership) yaitu kepala sekolah dapat mempengaruhi dan mengarahkan bawahan (guru-guru) untuk mencapai tujuan sekolah melalui kegitan kegiatan ; (a) meningkatkan partisipasi anggota dalam menyusun program sekolah, (b) menciptakan iklim kerja yang kondusif, (c) mendelegasikan sebagian tanggung jawab dan mengikut sertakan guru-guru untuk membuat keputusan, (d) mendorong kreativitas anggota dan memberikan kesempatan guru untuk terampil.

Keterampilan hubungan insani (skill in human relationship) yaitu kepala sekolah mampu menjalin kerjasama dengan seluruh personel sekolah;


(21)

15

bersikap melayani bawahan, menghargai perbedaan pendapat, dan bersikap ramah.

Keterampilan dalam proses kelompok (skill in group process) artinya kepala sekolah terlibat dalam proses kerjasama kelompok, dengan demikian kepala sekolah mengetahui kelebihan dan kekurangan bawahan dalam bekerja. Dalam proses kerja kelompok dapat menumbuhkan sikap saling percaya dan saling membantu antara pimpinan dan anggota. Kepala sekolah bersifat arif dan bijaksana dalam menghadapi pertentangan yang muncul dalam kelompok. Selama berlangsungnya proses kelompok, kepala sekolah memimpin diskusi, rapat dan pertemuan - pertemuan dengan masyarakat.

Keterampilan dalam mengelola personel (skill in personnal administration) yaitu keterampilan kepala sekolah dalam menempatkan personel pada suatu pekerjaan (job) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena itu kepala sekolah harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan lingkungan terutama perubahan situasi pekerjaan.

Keterampilan dalam penilaian ( skill in evaluation) yaitu keterampilan kepala sekolah untuk mengetahui pencapaian suatu pelaksanaan pekerjaan melalui langkah-langkah, (1) menetapkan standar pekerjaan, (2) membandingkan hasil kerja aktual dengan standar yang ditetapkan, (3) mengadakan koreksi jika diperlukan. Demikian pula Nurtain (dalam Wahyudi, 2009) mengemukakan bahwa kompetensi ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan yang dipersyaratkan suatu pekerjaan dan kompleksitas pengetahuan, dan keterampilan yang melekat pada berbagai kompetensi sangat bergantung pada job atau tugas yang ditetapkan.


(22)

16

Pekerjaan atau tugas mempersyaratkan kompetensi bagi yang akan melaksanakannya, tanpa terkecuali jabatan kepala sekolah. Harold Spears (dalam Wahyudi, 2009) mengemukakan bahwa kedudukan kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah melakukan pengelolaan sumberdaya sekolah, bekerja sama dengan guru-guru dan personel sekolah lainnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan termasuk melakukan kerjasama dengan komite sekolah dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Sebagai supervisor bertugas membantu guru-guru dalam perbaikan pembelajaran terutama membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kelas. Deskripsi pekerjaan (job description) kepala sekolah menurut Sutisna (1993) adalah sebagai berikut : (1). menjalankan supervisi umum sekolah, (2). mengkoordinasi pekerjaan, (3). menilai efektivitas organisasi, menetapkan kebijakan dan prosedur yang tidak ditugaskan pada personel sekolah, (4). perbaikan program dan pelayanan, dan (5). pelaporan kegiatan pada atasan.

Sedangkan tanggung jawab kepala sekolah meliputi: “(1) intruction and curriculum, (2) pupil personnel, (3) community and school relations, (4) staff

personnel, (5) organization and structure of the school, and (6) school

program, physical facilities” menurut Kimbrough dan Burkett (dalam Wahyudi,2009). Untuk menjalankan tugas sebagaimana dikemukakan di atas, kepala sekolah harus mempunyai berbagai kemampuan kepala sekolah (The abilities a principal) yang meliputi kemampuan menganalisis masalah,


(23)

17

mengambil keputusan, keorganisasian, kepemimpinan, memotivasi, komunikasi secara lisan maupun tulisan.

Dengan demikian, kepala sekolah dapat melaksanakan tugas dengan baik apabila didasari oleh perilaku manajerial untuk memimpin sekolah dalam mengaplikasikan fungsi manajemen yakni merencanakan, mengorganisir, menggerakan dan mengawasi, serta bersinergi dengan kinerja komite sekolah dalam upaya pencapaian mutu sekolah yang baik melalui kinerja sekolah.

Bertitik tolak dari harapan tersebut untuk mencapai haluan perubahan kearah yang lebih bermutu, maka melalui perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah dalam pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya, akan berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja sekolah.

B. Rumusan Masalah

Masalah penelitian dirumuskan, sebagai berikut : bagaimana perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah dapat meningkatkan kinerja sekolah SMP Negeri di Komisariat 7 Kabupaten Ciamis. Rumusan masalah tersebut dapat dirinci dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran perilaku manajerial kepala sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

2. Bagaimanakah gambaran kinerja komite sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

3. Bagaimanakah gambaran kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?


(24)

18

4. Bagaimana kontribusi antara perilaku manajerial kepala sekolah dengan kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ? 5. Bagaimana kontribusi antara kinerja komite sekolah dengan kinerja

sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

6. Bagaimana kontribusi antara perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku manajerial kepala sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

2. Untuk mengetahui gambaran kinerja komite sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

3. Untuk mengetahui gambaran kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

4. Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi antara perilaku manajerial kepala sekolah dengan kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

5. Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi antara kinerja komite sekolah dengan kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

6. Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi antara perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?


(25)

19

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan pendidikan, baik secara teoritis maupun praktis:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan berfikir terutama dalam memperluas dan mengembangkan kajian sekaligus memotivasi untuk melakukan studi lanjut dalam aspek yang sama atau yang berkaitan dengan peningkatan kinerja sekolah.

2. Secara praktis, diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam manajerial sekolah melalui kompetensi kepala sekolah dan kinerja komite sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah.

3. Diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti khususnya dan mahasiswa program strata dua Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada umumnya tentang perilaku manajeral kepala sekolah dan kinerja komite sekolah, agar dalam melaksanakan tugas dilapangan nanti dapat meningkatkan kinerja dengan baik.

E. Paradigma Penelitian

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat serta metoda dan harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik.

Kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan disyaratkan menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung pelaksanaan tugasnya. Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang


(26)

20

dipersyaratkan dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 tahun 2007, tentang standar kepala sekolah belum cukup untuk menjamin keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Karena itu perlu ditambah dengan kompetensi lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah yakni fungsi manajemen. Yakni kepala sekolah harus mampu berfungsi sebagai perencana, pengorganisasi, penggerak dan pengontrol.

Pada paradigma penelitian berikut ini menunjukan bahwa kepala sekolah memiliki peran sangat penting dalam mengkoordinasikan, menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. perilaku manajerial kepala sekolah sebagai bagian dari manajemen kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan kinerja sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui kemandirian sekolah serta kerjasama dengan komite sekolah.

Komite sekolah diharapkan mampu menjadi wadah aspirasi masyarakat serta dapat memberikan alternatif pemecahan masalah di sekolah agar mampu mendongkrak mutu dan kualitas pendidikan yang didukung oleh pengelolaan manajerial kepala sekolah yang memiliki kompetensi dalam manajerial organisasi untuk meningkatkan kinerja sekolah.

Bertitik tolak dari harapan untuk meningkatkan kinerja sekolah dipandang perlu membangun suatu sistem persekolahan yang mampu memberikan kemampuan dasar bagi kepala sekolah melalui perilaku manajerial untuk menata sekolah serta konsep manajemen berbasis sekolah


(27)

21

melalui komite sekolah dalam mencapai kinerja sekolah, seperti nampak pada skema dibawah ini :

Gambar 1.1. Paradigma penelitian F. Anggapan Dasar Penelitian

Arikunto (2001:60) mengemukakan bahwa anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti. Selanjutnya dikemukakan bahwa, peneliti dipandang perlu merumuskan anggapan dasar penelitian dengan maksud : (1) Agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti, (2) Untuk mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian, dan (3) Berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis. Dalam merumuskan anggapan dasar penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan perilaku manajerial kepala sekolah, kinerja komite sekolah dan kinerja sekolah dalam sebuah organisasi sekolah. Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Keterampilan manajerial adalah kemampuan seseorang dalam mengelola sumberdaya organisasi berdasarkan kompetensi yang ditetapkan dalam

Perilaku Manajerial Kepala Sekolah

Kinerja Komite Sekolah

Kinerja Sekolah


(28)

22

rangka mencapai tujuan yang ditentukan. Hal ini memberikan asumsi bahwa perilaku manajerial kepala sekolah berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dari program sekolah ( Rohiat, 2009 ).

2. Komite sekolah memiliki peran mendorong orangtua dan masyarakat untuk secara aktif berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan kualitas pendidikan, sehingga kinerja komite sekolah memiliki pengaruh terhadap kinerja sekolah ( Mulyasa, 2003 ).

3. Kinerja sekolah bergantung pada perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah.

G. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Penelitian ini akan menguji hipotesis mengenai perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah berpengaruh terhadap kinerja sekolah. Dari sini maka penulis mengajukan hipotesis:

1. Terdapat kontribusi yang signifikan antara perilaku manajerial kepala sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri se-wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.

2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri se-wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.

3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri se-wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.


(29)

95

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa secara mendalam tentang kontribusi perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah. Hasil ini diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi kepala sekolah dan komite sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah sebagai objek penelitian.

Metode penelitian menurut Sugiono (2009:3) merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik mempertimbangkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan. Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Objek kajian dalam penelitian ini, adalah perilaku manajerial kepala sekolah (variabel independen ke-1), kinerja komite sekolah (variabel independen ke-2), dan kinerja sekolah (variabel dependen). Berdasarkan ketiga objek penelitian ini, maka dapat dianalisis: pertama kontribusi perilaku manajerial kepala sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, kedua kontribusi kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, ketiga kontribusi perilaku manajerial kepala sekolah dan


(30)

96

kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah guru pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas subjek-subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2009:117).

Tabel 3.1.

Data Guru SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis

No Nama

Sekolah

Jenis kelamin

Pendidikan Pengalaman Kerja…

th Jml

L P Dipl S1 S2 < 8 8 < 16

16< 24

24< 35 1 SMP Negeri

1 Padaherang 25 20 7 36 2 5 12 18 10 45

2 SMP Negeri

2 Padaherang 30 15 5 39 1 4 10 20 11 45

3 SMP Negeri

3 Padaherang 12 6 2 16 - 2 5 8 3 18

4 SMP Negeri

4 Padaherang 10 8 2 15 1 4 7 4 3 18

5 SMP Negeri

5 Padaherang 15 8 1 20 2 6 8 7 2 23

6 SMP Negeri

6 Padaherang 10 4 - 14 - 13 - - 1 14

7 SMP Negeri

1 Kalipucang 34 18 10 39 3 8 14 22 8 52

8 SMP Negeri

2 Kalipucang 12 14 1 14 1 2 6 4 4 16

9 SMP Negeri Satu Atap 1 Kalipucang

10 2 2 10 - 11 - 1 - 12

10 SMP Negeri

Mangunjaya 27 15 10 29 3 8 10 14 10 42


(31)

97

Pengertian populasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmad (1998:72), “Populasi adalah sekelompok subjek penyelidik, baik manusia, gejala-gejala atau peristiwa yang ada hubungannya dengan suatu penelitian”.

Populasi dalam penelitian ini, adalah totalitas nilai yang mungkin untuk diukur atau digeneralisasikan baik secara kuantitatif atau secara kualitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah keseluruhan guru SMP Negeri Wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan prasurvey di seluruh SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis tersebut diperoleh jumlah populasi sebanyak 285 orang yang tersebar pada 10 SMP Negeri. Gambaran penyebaran populasi dapat dilihat pada Tabel 3.1. di atas.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2009:118). Tidak mungkin penyelidikan itu selalu langsung menyelidiki segenap populasi, tujuan penyelidikan adalah menemukan generalisasi yang berlaku secara umum, maka seringkali penyelidikan terpaksa menggunakan sebagian saja dari populasi (Surakhmad, 1998:93). Selanjutnya Arikunto (1998 : 103) memberikan pengertian bahwa’ “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”. Ini mengandung arti bahwa sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data yang dapat mewakili seluruh populasi.


(32)

98

C. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam teknik pengambilan sampel sebagai ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan jika subjeknya lebih dari 100 maka sampelnya diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka teknik pengambilan sampel yang dilakukan sebanyak 74 orang dengan menggunakan teknik Proportional random sampling atau acak, yaitu teknik pengambilan sampel tidak sistematis namun secara acak dengan memperhatikan proporsi jumlah populasi pada masing-masing sekolah. Tujuan utamanya adalah agar semua populasi terwakili, jika pengambilan sampel tidak secara acak maka tidak dapat dijamin bahwa keseluruhan populasi dapat terwakili.

Untuk menentukan besarnya atau ukuran sampel digunakan rumus dari Taro Yamane (dalam Riduwan, 2008: 65), yaitu :

1 Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = presisi atau penyimpangan terhadap populasi

Dalam penelitian sosial besarnya presisi biasanya antara 5% sampai dengan 10%, pada penelitian ini peneliti mengambil presisi sebesar 10% sehingga diperoleh nilai n seperti tertera dibawah ini :

1

285

1 285 0,1

285


(33)

99

Jadi jumlah sampel penelitian sebanyak 74 orang (dibulatkan), jumlah ini menjadi responden penelitian. Jumlah sampel tersebut jika diprosentasekan adalah 74/285 x 100% = 25,96 %.

Penentuan anggota sampel adalah sebesar 25,96 % dari populasi. Penyebaran sampel pada tiap sekolah dapat dilihat pada table 6 berikut :

Tabel 3.2. Penyebaran Sampel

NO SEKOLAH

JML POPU LASI

SAM

PEL JUMLAH SAMPEL 25,96

1 SMP Negeri 1 Padaherang 45 11.68 12

2 SMP Negeri 2 Padaherang 45 11.68 12

3 SMP Negeri 3 Padaherang 18 4.67 4

4 SMP Negeri 4 Padaherang 18 4.67 4

5 SMP Negeri 5 Padaherang 23 5.97 6

6 SMP Negeri 6 Padaherang 14 3.64 4

7 SMP Negeri 1 Kalipucang 52 13.50 14

8 SMP Negeri 2 Kalipucang 15 3.90 4

9 SMP Negeri Satu Atap 1 Kalipucang 12 3.12 3

10 SMP Negeri 1 Mangunjaya 42 10.90 11

JUMLAH 285 74.03 74

Teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling. Agar masing-masing populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel, maka pengambilan sampel dilaksanakan secara acak dengan menggunakan sistem undian.

D. Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran

Skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Pengukuran yang digunakan melalui angket


(34)

100

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Akdon, 2008:118). Jadi dengan skala likert ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah berkontribusi terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah komisariat 7 Kabupaten Ciamis. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah angket Skala Likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu : selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak pernah (TP).

Pemberian bobot untuk masing-masing item berturut-turut untuk pernyataan positif diberi bobot : 5 – 4 – 3 – 2 – 1. Sedangkan untuk angket dengan pernyataan negatif diberi bobot : 1 – 2 – 3 – 4 – 5.

2. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti serta bertujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang tepat dan akurat sehingga harus memiliki skala yang jelas. Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan indikator masing-masing variabel. Operasional variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3.

Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Sub Variabel Indikator

1 Perilaku Manajerial Kepala Sekolah (X₁)

1. Perencanaan (planning)

1. Menyusun rencana sekolah

2. Mengembangkan kebijakan operasional sekolah

3. Mengelola pengembangan kurikulum sekolah

4. Mengelola dan mengembangkan sekolah menuju pembelajar yang efektif


(35)

101 2. Pengorganisas ian (organizing) 3. Penggerakan (actuating) 4. Pengawasan (controlling)

1. Mengembangkan struktur organisasi sekolah

2. Mengelola peserta didik 3. Mengelola SDM

1. Menciptakan Budaya dan iklim kerja 2. Mengelola sarana dan prasarana sekolah 3. Mengelola hubungan dengan masyarakat

dan komite sekolah

4. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembeljaran dan peserta didik

5. Mengelola keuangan sekolah 1. Melakukan pengukuran prestasi 2. Memonitoring dan mengevaluasi 2 Kinerja

Komite Sekolah (X₂)

1. Badan Pertimbang-an

(advisory agency)

2. Badan Pendukung (supporting agency)

3. Badan Pengawas (controlling agency)

4. Badan Mediator

1. Mempertimbangkan penyusunan program sekolah

2. Menyelenggarakan rapat Rencana anggaran kegiatan sekolah

3. Memberikan pertimbangan perubahan RAKS

4. Merekomendasikan sarana dan prasarana pendidikan

5. Memberikan pertimbangan tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah

1. Pengelolaan SDM dalam mendukukung program sekolah

2. Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah

3. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan peningkatan mutu pendidikan

4. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah.

1. Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah

2. Memantau pelaksanaan program sekolah

3. Memantau output pelaksanaan pendidikan di sekolah.

1. Mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perenanaan pendidikan


(36)

102

(mediator agency)

2. Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah

3. Memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap sekolah

4. Mengkoordinasikan bantuan masyarakat

3 Kinerja Sekolah (Y)

1. Kualitas sekolah 2.

Efisiensi-Efektivitas

3. Inovasi

4. Iklim kerja

1. Prestasi akademik 2. Prestasi non akademik 1. Ketercapaian tujuan 2. Efisiensi internal 3. Produktivitas

1. Mengembangkan budaya sekolah 2. Proses kreatif

1. Motivasi kerja 2. Kondisi kerja 3. Kebersamaan 4. Supervisi

Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, 2) menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator variabel, 3) melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket dari aspek yang diukur. Kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut :

Tabel 3.4.

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No. Variabel / Sub

Variabel Indikator

Sumb. Data Juml. Item No. Item 1 Perilaku Manajerial Kepala Sekolah (X )

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun rencana sekolah Guru 3 1 - 3 2) Mengembangkan kebijakan

opera-sional sekolah Guru

1 4

3) Mengelola pengembangan

kuri-kulum sekolah Guru

2 5 - 6 4) Mengelola dan mengembangkan Guru 2 7 - 8


(37)

103

sekolah menuju pembelajaran yang efektif

b. Pengorgani- sasian (Organizing)

1) Mengembangkan struktur organi-

sasi sekolah Guru

2 9 - 10 2) Mengelola peserta didik Guru 2 11-12

3) Mengelola SDM Guru 4 13-16

c. Penggerakan (Actuating)

1) Menciptakan budaya dan iklim kerja

Guru 4 17-20 2) Mengelola sarana dan prasarana

sekolah

Guru 2 21-22 3) Mengelola hubungan dengan

ma-syarakat dan komite sekolah

Guru 2 23-24 4) Mengelola unit layanan khusus

sekolah dalam mendukung kegia-atan pembelajaran dan kegikegia-atan peserta didik

Guru 1 25

5) Mengelola keuangan sekolah se- suai dengan prinsip pengelolaan yang transparan dan akuntabel

Guru 3 26-28

d. Pengawasan (Controlling)

1) Melakukan pengukuran prestasi Guru 1 29 2) Memonitoring dan mengevaluasi Guru 1 30

2 Kinerja Komite Sekolah (X2) a. Badan Per-

timbangan (Advisory Agency)

1) Mempertimbangkan penyusunan program sekolah

Guru 2 1-2

2) Menyelenggarakan rapat Rencana anggaran kegiatan sekolah

Guru 1 3

3) Memberikan pertimbangan perubahan RAKS

Guru 2 4-5 4) Merekomendasikan sarana dan

prasarana pendidikan

Guru 3 6-8 5) Memberikan pertimbangan tentang

tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah

Guru 2 9-10

b. Badan Pen-dukung (Supporting Agency)

1) Pengelolaan SDM dalam mendukukung program sekolah

Guru 1 11

2) Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah

Guru 1 12

3) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan peningkatan mutu pendidikan

Guru 1 13

4) Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah

Guru 1 14

c. Badan Penga was

(Controlling

1) Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah

Guru 2 15-16 2) Memantau pelaksanaan program

sekolah


(38)

104

Agency) 3) Memantau output pelaksanaan

pendidikan di sekolah

Guru 4 19-22 d. Badan Peng

hubung (Mediator Agency)

1) Mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan

Guru 2 23-24 2) Mensosialisasikan kebijakan dan

program sekolah

Guru 1 25

3) Memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap sekolah

Guru 1 26

4) Mengkoordinasikan bantuan masyarakat

Guru 4 27-30

3 Kinerja Sekolah (Y) a. Kualitas

sekolah

1) Prestasi akademik Guru 2 1-2

2) Prestasi non akademik Guru 2 3-4

b. Efisiensi dan efektivitas

1) Ketercapaian tujuan Guru 2 5-6

2) Efisiensi internal Guru 2 7-8

3) Produktivitas Guru 4 9-12

c. Inovasi 1) Mengembangkan budaya sekolah Guru 2 13-14

2) Proses kreatif Guru 2 15-16

d. Iklim kerja 1) Motivasi kerja Guru 2 17-18

2) Kondisi kerja Guru 3 19-21

3) Kebersamaan Guru 5 22-26

4)Supervisi Guru 4 27-30

3. Ujicoba Instrumen

a. Uji Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, uji validitas menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS versi 12 for window. Dengan demikian, untuk mengetahui tingkat validitas instrumen maka dapat melihat angka pada kolom corrected item-total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r !) dibandingkan dengan nila r "#$%. Jika r ! > r "#$% maka item tersebut valid. Sebaliknya, jika r ! < r "#$% maka item tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukan pengertian bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena


(39)

105

instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian dilakukan dengan internal consistency melalui teknik Belah Dua (Split Half) (Sugiono, 2001: 109). Butir-butir pernyataan instrumen pada masing-masing variabel dibelah menjadi dua kelompok, yaitu instrumen ganjil dan genap, kemudian disusun skor hasil uji coba antara kelompok ganjil dan genap. Selanjutnya tinjau nilai koefesien korelasi dengan rumusan Spear Brown sebagai berikut:

2 1

2

b r

b r Xb r

+ =

Dimana : Xb

r = reliabilitas keseluruhan item

b

r = Korelasi Product Moment Belah Ganjil dan Genap

c. Hasil Uji Validitas Instrumen 1) Validitas Variabel X1

Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka untuk variabel X terdiri dari 30 item pernyataan. 26 item valid dan 4 (empat) item pernyataan yang tidak valid.

Tabel 3.5. Validitas Variabel X1 Nomor

Item &'()*+

(,-./

0=0,05, n=30 Keterangan Keputusan

1 0.438 0.361 Valid Digunakan

2 0.537 0.361 Valid Digunakan

3 0.464 0.361 Valid Digunakan

4 0.596 0.361 Valid Digunakan

5 0.285 0.361 Tidak Valid Ditolak

6 0.573 0.361 Valid Digunakan

7 0.388 0.361 Valid Digunakan

8 0.376 0.361 Valid Digunakan

9 0.458 0.361 Valid Digunakan

10 0.511 0.361 Valid Digunakan


(40)

106

12 0.473 0.361 Valid Digunakan

13 0.534 0.361 Valid Digunakan

14 0.324 0.361 Tidak Valid Ditolak 15 0.285 0.361 Tidak Valid Ditolak

16 0.400 0.361 Valid Digunakan

17 0.634 0.361 Valid Digunakan

18 0.671 0.361 Valid Digunakan

19 0.721 0.361 Valid Digunakan

20 0.630 0.361 Valid Digunakan

21 0.558 0.361 Valid Digunakan

22 0.688 0.361 Valid Digunakan

23 0.763 0.361 Valid Digunakan

24 0.745 0.361 Valid Digunakan

25 0.630 0.361 Valid Digunakan

26 0.318 0.361 Tidak Valid Ditolak

27 0.537 0.361 Valid Digunakan

28 0.464 0.361 Valid Digunakan

29 0.534 0.361 Valid Digunakan

30 0.721 0.361 Valid Digunakan

2) Validitas Variabel X2

Variabel X terdiri dari 30 item pernyataan. Terdapat 28 item pernyataan yang valid dan 2 item yang tidak valid, yaitu nomor 12 dan 23. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6. Validitas Variabel X2 Nomor

Item &'()*+

(,-./

0=0,05, n=30 Keterangan Keputusan

1 0.564 0.361 Valid Digunakan

2 0.832 0.361 Valid Digunakan

3 0.443 0.361 Valid Digunakan

4 0.749 0.361 Valid Digunakan

5 0.777 0.361 Valid Digunakan

6 0.657 0.361 Valid Digunakan

7 0.768 0.361 Valid Digunakan

8 0.581 0.361 Valid Digunakan

9 0.741 0.361 Valid Digunakan

10 0.913 0.361 Valid Digunakan

11 0.832 0.361 Valid Digunakan

12 0.178 0.361 Tidak Valid Ditolak

13 0.592 0.361 Valid Digunakan


(41)

107

15 0.669 0.361 Valid Digunakan

16 0.643 0.361 Valid Digunakan

17 0.680 0.361 Valid Digunakan

18 0.581 0.361 Valid Digunakan

19 0.619 0.361 Valid Digunakan

20 0.792 0.361 Valid Digunakan

21 0.700 0.361 Valid Digunakan

22 0.574 0.361 Valid Digunakan

23 0.282 0.361 Tidak Valid Ditolak

24 0.615 0.361 Valid Digunakan

25 0.518 0.361 Valid Digunakan

26 0.797 0.361 Valid Digunakan

27 0.749 0.361 Valid Digunakan

28 0.581 0.361 Valid Digunakan

29 0.728 0.361 Valid Digunakan

30 0.680 0.361 Valid Digunakan

3) Validitas Variabel Y

Variabel Y terdiri dari 30 item pernyataan. Terdapat 26 item pernyataan yang valid dan 4 item pernyataan yang tidak valid, yaitu nomor 1, 6, 21 dan 22.. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7. Validitas Variabel Y Nomor

Item &'()*+

(,-./

0=0,05, n=30 Keterangan Keputusan 1 0.216 0.361 Tidak Valid Ditolak

2 0.780 0.361 Valid Digunakan

3 0.835 0.361 Valid Digunakan

4 0.647 0.361 Valid Digunakan

5 0.556 0.361 Valid Digunakan

6 0.247 0.361 Tidak Valid Ditolak

7 0.506 0.361 Valid Digunakan

8 0.631 0.361 Valid Digunakan

9 0.471 0.361 Valid Digunakan

10 0.775 0.361 Valid Digunakan

11 0.782 0.361 Valid Digunakan

12 0.468 0.361 Valid Digunakan

13 0.555 0.361 Valid Digunakan

14 0.631 0.361 Valid Digunakan


(42)

108

16 0.653 0.361 Valid Digunakan

17 0.583 0.361 Valid Digunakan

18 0.524 0.361 Valid Digunakan

19 0.399 0.361 Valid Digunakan

20 0.631 0.361 Valid Digunakan

21 0.283 0.361 Tidak Valid Ditolak 22 0.216 0.361 Tidak Valid Ditolak

23 0.435 0.361 Valid Digunakan

24 0.782 0.361 Valid Digunakan

25 0.468 0.361 Valid Digunakan

26 0.555 0.361 Valid Digunakan

27 0.631 0.361 Valid Digunakan

28 0.556 0.361 Valid Digunakan

29 0.545 0.361 Valid Digunakan

30 0.655 0.361 Valid Digunakan

d. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dapat diketahui pada baris Guttman Split-Half

Coefficient sebagai nilai r ! kemudian dibandingkan dengan nilai

r "#$%. Jika r ! > r "#$% maka item tersebut reliable. Sebaliknya, jika r ! < r"#$% maka item tersebut tidak reliable. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8. Reliability Statistics

X1 X2 Y

Cronbach's Alpha Part 1 Value .799 .923 .891

N of Items 15(a) 15(a) 15(a)

Part 2 Value .904 .918 .859

N of Items 15(b) 15(b) 15(b)

Total N of Items 30 30 30

Correlation Between Forms .863 .875 .931

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length

.927 .933 .964

Unequal Length .927 .933 .964

Guttman Split-Half Coefficient .914 .930 .960

a The items are: no1, no2, no3, no4, no5, no6, no7, no8, no9, no10, no11, no12, no13, no14, no15.

b The items are: no16, no17, no18, no19, no20, no21, no22, no23, no24, no25, no26, no27, no28, no29, no30.


(43)

109

Hasil analisis reliabilitas diperoleh r untuk variabel X mencapai 0.914, untuk variabel X sebesar 0.930, dan untuk variabel Y sebesar 0.960. Ketiga koefisien reliabilitas tersebut melebihi r"#$% = 0.370 yang berarti bahwa ketiga instrumen masuk kategori reliabel.

Tabel 3.9.

Data hasil uji reliabilitas instrumen

No. Variabel / Sub

Variabel Indikator

Jl. Butir Jl. di tolak Jl. Valid 1 Perilaku Manajerial Kepala Sekolah (X )

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun rencana sekolah 3 0 3 2) Mengembangkan kebijakan

opera-sional sekolah

1 0 1

3) Mengelola pengembangan kuri-kulum sekolah

2 1 1

4) Mengelola dan mengembangkan sekolah menuju pembelajaran yang efektif

2 0 2

b. Pengorgani- sasian (Organizing)

1) Mengembangkan struktur organi- sasi sekolah

2 0 2

2) Mengelola peserta didik 2 0 2

3) Mengelola SDM 4 2 2

c. Penggerakan (Actuating)

1) Menciptakan budaya dan iklim kerja

4 0 4

2) Mengelola sarana dan prasarana sekolah

2 0 2

3) Mengelola hubungan dengan ma-syarakat dan komite sekolah

2 0 2

4) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegia-atan pembelajaran dan kegikegia-atan peserta didik

1 0 1

5) Mengelola keuangan sekolah se- suai dengan prinsip pengelolaan yang transparan dan akuntabel

3 1 2

d. Pengawasan (Controlling)

3) Melakukan pengukuran prestasi 1 0 1 4) Memonitoring dan mengevaluasi 1 0 1

Jumlah 30 4 26

2 Kinerja Komite Sekolah (X2) a. Badan Per-

timbangan (Advisory

1) Mempertimbangkan penyusunan program sekolah

2 0 2

2) Menyelenggarakan rapat Rencana anggaran kegiatan


(44)

110

Agency) sekolah

3) Memberikan pertimbangan perubahan RAKS

2 0 2

4) Merekomendasikan sarana dan prasarana pendidikan

2 0 2

5) Memberikan pertimbangan tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah

2 0 2

b. Badan Pen-dukung (Supporting Agency)

1) Pengelolaan SDM dalam mendukukung program sekolah

1 0 1

2) Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah

1 0 1

3) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan peningkatan mutu pendidikan

2 1 1

4) Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah

1 0 1

c. Badan Penga was

(Controlling Agency)

1) Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah

2 0 2

2) Memantau pelaksanaan program sekolah

2 0 2

3) Memantau output pelaksanaan pendidikan di sekolah

4 1 3

d. Badan Peng hubung (Mediator Agency)

1) Mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan

2 0 2

2) Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah

1 0 1

3) Memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap sekolah

1 0 1

4) Mengkoordinasikan bantuan masyarakat

4 0 4

Jumlah 30 2 28

3 Kinerja Sekolah (Y) a. Kualitas

sekolah

1) Prestasi akademik 2 1 1

2) Prestasi non akademik 2 0 2

b. Efisiensi dan efektivitas

1) Ketercapaian tujuan 2 1 1

2) Efisiensi internal 2 0 2

3) Produktivitas 4 0 4

c. Inovasi 1) Mengembangkan budaya sekolah 2 0 2

2) Proses kreatif 2 0 2

d. Iklim kerja 1) Motivasi kerja 2 0 2

2) Kondisi kerja 3 1 2

3) Kebersamaan 5 1 4

4)Supervisi 4 0 4


(45)

111

E. Teknis Pengolahan dan Analisis Data

1. Untuk menguji kualitas setiap variabel, digunakan uji mean, dengan ketentuan seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.10.

Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel

No Rentang Kualitas Nilai /Skor Kuantitas Nilai Rata-rata Skor

1 0,00 - 0,99 atau 0,00 - 1,99 Sangat Rendah 2 1,00 – 1,99 atau 2,00 – 3,99 Rendah 3 2,00 – 2,99 atau 4,00 – 5,99 Cukup 4 3,00 – 3,99 atau 6,00 – 7,99 Tinggi 5 4,00 – 5,00 atau 8,00 – 10,00 Sangat tinggi (Sugiyono : 2003)

2. Teknik pengolahan data hubungan ketiga variabel sesuai dengan perumusan masalah, peneliti menggunakan pendekatan dan teknik statistik Uji r (korelasi), dengan menggunakan sofware SPSS for Windows ver. l2. Sugiyono (2003), menggunakan rumusan:

a) Untuk menghitung hubungan antara X1 ke Y dan X2 ke Y

∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = ] 2 Y) ( ) 2 Y (n [ ] 2 X) ( ) 2 X [(n Y) X)( ( ) XY n( XY r

b) Rumus untuk menghitung hubungan antara X1 dan X2 ke Y, adalah:

2 1 2 1 ) 2 1 )( 2 )( 1 ( 2 2 2 1 2 2

1 r X X

X X r Y X r Y X r Y X r Y X r Y X X R − − + = Keterangan: Y X X R 2 1

= Nilai koefisien korelasi ganda

Y X r

1

2 = Koefisien determinasi X

1 terhadap y Y

X r

2

2 = Koefisien determinasi X


(46)

112

Y X r

1

= Koefisien sederhana X1 terhadap Y

Y X r

2

= Koefisien sederhana X2 terhadap Y

2 1X X

r = Koefisien sederhana X1 terhadap X2

2 1 2

X X

r = Koefisien determinasi X1 terhadap X2

3. Pedoman untuk menginterpretasikan nilai r terhadap koefisien korelasi adalah:

Tabel 3.11.

Pedoman Penarikan Interpretasi Efektivitas Antar Variabel (Sugiyono, 2003)

Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi tingkat hubungan

0,000 – 0,199 sangat rendah

0,200 - 0,300 rendah

0,400 - 0,599 sedang

0,600 - 0,799 kuat

0,800 - 1,000 sangat kuat

4. Untuk menentukan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya digunakan Uji Koefisien Determinasi, dengan menggunakan rumus: KD = r2 x 100%.

5. Untuk menentukan tingkat pengaruhnya menggunakan acuan pada tabel berikut:

Tabel 3.12.

Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel (Sugiyono, 2003)

No Rentang Efektivitas

Nilai Rata-Rata Interpretasi

1 0% - 19,9% Sangat rendah

2 20 % - 39,9% Rendah

3 40% - 59,9% Cukup

4 60 % - 79,9% Tingi


(47)

113

6. Pengujian Hipotesis, digunakan uji Regresi dengan menggunakan keberartian Persamaan Regresi Y = a + bX, pada tingkat a tertentu sehingga diperoleh perbandingan nilai Fhitung terhadap Ftabel.

Dimana :

∑ − ∑ ∑

=

2 X) ( 2 X n

Y) X)( ( XY n

b , dan a = Y – bX =

n bX Y

∑ −

(1) Jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis diterima, dan

(2) Jika Fhitung ≤ Ftabel maka hipotesis ditolak

Untuk perhitungan tersebut, peneliti menggunakan fasilitas software SPSS ver 12.1.

7. Langkah selanjutnya dilakukan pembahasan hasil pengolahan data dengan mempertimbangkan berbagai temuan pada analisis dan pengolahan data. sehingga diharapkan dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan perumusan dan hipotesis penelitian.


(48)

160

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV, selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil analisis deskripsi data variabel perilaku manajerial kepala sekolah (X1) temasuk dalam kategori sangat baik (4,52). Kriteria tersebut diperoleh dari skor rata-rata sub variabel perencanaan (planning), peng-organisasian (Organizing), penggerakan (Organizing), dan pengawasan (Controlling) yang seluruhnya memperoleh skor rata-rata sangat baik, yakni diatas 4,01. Hal ini memberikan gambaran bahwa menurut persepsi guru, kepala sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis menunjukkan perilaku kepemimpinan yang telah mampu melaksanakan 88% dari keseluruhan tugas manajerialnya. Namun demikian, masih ada peluang sebesar 0,60 atau sekitar 12% untuk bisa lebih meningkat lagi sehingga perilaku manajerial kepala sekolah benar-benar mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja sekolah.

2. Menurut persepsi guru, gambaran kinerja komite sekolah (X2) pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, termasuk kategori sangat tinggi yaitu sebesar 4,43. Skor tersebut ditunjang oleh perolehan skor rata-rata sub variabel kinerja komite sekolah dalam melaksanakan


(49)

161

perannya sebagai badan pertimbangan (Advisory Agency), badan pendukung (Supporting Agency), badan penghubung (Mediator Agency), dan badan pengontrol (Controlling Agency). Jika memperhatikan perolehan skor rata-rata per indikator, ternyata indikator “memberikan pertimbangan tenaga pendidik dan kependidikan” dan indikator “memfasilitasi berbagai masukan masyarakat terhadap sekolah”, memperoleh skor dibawah 4,01 atau masuk pada kategori “tinggi”. Artinya, sangat tingginya kinerja komite sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, belum ditunjang secara merata oleh indikator-indikatornya.

3. Gambaran kinerja sekolah (Y) pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis masuk kategori “sangat tinggi” dengan perolehan skor rata-rata sebesar 4,59. Dari kategori tersebut, memberikan informasi bahwa menurut persepsi guru, SMP Negeri yang ada di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, telah menunjukkan kinerjanya yang sangat tinggi dalam pengelolaan sekolah. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan skor rata-rata setiap sub variabel kinerja sekolah, seperti: adanya upaya untuk meningkatkan kualitas sekolah, adanya efisiensi dan efektifitas, inovatif, dan iklim kerja yang kondusif.

4. Terdapat kontribusi yang signifikan dari perilaku manajerial kepala sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, sebesar 40,6% pada taraf signifikansi 0,001. Adapun tingkat signifikansi koefisien korelasi sebesar 0,637 dengan tingkat hubungan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja sekolah


(50)

162

dipengaruhi oleh perilaku manajerial kepala sekolah sebesar 40,6% dan sisanya sebesar 59,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor perilaku manajerial kepala sekolah.

5. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, sebesar 40,3% pada taraf signifikansi 0,000. Adapun tingkat signifikansi koefisien korelasi sebesar 0,635 dengan tingkat hubungan kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja sekolah dipengaruhi oleh kinerja komite sekolah sebesar 40,3% dan sisanya sebesar 59,7% dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor kinerja komite sekolah.

6. Terdapat kontribusi yang signifikan dari perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah secara simultan terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, sebesar 40,8%. Adapun tingkat signifikansi koefisien korelasi sebesar 0,639 dengan tingkat hubungan kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja sekolah dipengaruhi oleh perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah sebesar 40,8%. Sisanya sebesar 59,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan hasil penelitian, dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan fungsinya, kepala sekolah sebagai manajer pengelolaan pendidikan di sekolah, akan mencakup kegiatan perencanaan,


(51)

163

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dalam hal ini, tanggung jawab kepala sekolah akan meliputi garapan manajemen bidang personalia, siswa, tata usaha, kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat serta unit penunjang lainnya. Untuk dapat melakukan tugas dan tanggung jawab tersebut, kepala sekolah perlu memiliki berbagai kemampuan yang diperlukan, seperti kemampuan teknik (technical skill), kemampuan hubungan kemanusiaan (human skill), dan kemampuan konseptual (conceptual skill). Dengan kemampuan tersebut, diharapkan perilaku manajerial kepala sekolah terkait dengan indikator “monitoring dan evaluasi, serta pengelolaan dan pengembangan pembelajaran efektif ” yang memiliki skor paling rendah, bisa semakin baik sehingga memberikan pengaruh lebih besar lagi terhadap peningkatan kinerja sekolah.

2. Tujuan pembentukan Komite Sekolah, diantaranya untuk mewadahi dan menyalurkan aspirasi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan tanggung jawabnya, serta tercipta suasana transparansi, akuntabilitas, dan demokratisasi pengelolaan pendidikan di sekolah. Idealnya, Komite Sekolah mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai badan pertimbangan (advisory agency), badan pendukung (supporting agency), badan pengawas (controlling agency), dan badan mediator (mediator agency) penyelenggraan pendidikan di sekolah.


(52)

164

Terkait dengan penelitian ini, peran Komite Sekolah akan menjadi bagian dari berbagai fungsi manajemen penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, Komite Sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, dalam memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat, dan memberikan pertimbangan tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah (indikator yang memperoleh skor rata-rata paling rendah), hendaknya lebih pro aktif lagi menjalankan perannya sebagai badan penghubung dan sebagai badan pertimbangan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga program-program yang dilaksanakan sesuai dengan tuntutan masyarakat.

3. Dalam menilai kinerja sekolah (Depdiknas, 2000) maka akan mencakup tiga faktor utama, yaitu: nilai masukan, nilai proses, dan nilai keluaran. Dengan demikian, penilaian kinerja sekolah meliputi perkembangan berbagai aspek dari komponen akademik dan non akademik. Terkait dengan penelitian ini, indikator inovasi, walaupun termasuk kategori sangat tinggi, namun memperoleh skor rata-rata paling rendah. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan bahwa kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, masih bisa ditingkatkan melalui proses kreatif pengembangan pola pembelajaran dan pengembangan budaya sekolah yang mengarah kepada pembaharuan.


(1)

165

DAFTAR PUSTAKA

A.Samana (1994). Profesionalisme keguruan. Yogykarta: Kanisius.

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan

Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Suhendar, Dadang ( 2008). “ Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Efektivitas Pembelajaran Di SMA

Negeri Se-Kota Bandung”. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Burhanuddin. (1999). Implikasi Otonomi Daerah di Bidang Manajemen

Pendidikan. Universitas Negri Malang, Malang.

Dadi Permadi. (1998). Kepemimpinan Mandiri ( Profesional ) Kepala sekolah (

Kiat Memimpin yang Mengembangkan Partisipasi). Bandung: PT Sarana

Panca Karya.

Depdiknas, Dirjen Mendikdasmen. (2005). Acuan Operasional dan Indikator

Kinerja Komite Sekolah. Jakarta: Dirjen Mendikdasmen Depdiknas.

Depdiknas, Ditjen Mendikdasmen. (2005). Panduan umum Dewan Pendidikan

danKomite Sekolah. Jakarta: Ditjen Mendikdasmen Depdiknas.

Depdiknas, Ditjen Mendikdasmen. (2006). Arah Pengembangan Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Ditjen Mendikdasmen

Depdiknas.

Depdiknas. (2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

Depdiknas. (2002). Kepmendiknas No. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan

dan Komite Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2005). Laporan Pencapaian Pembangunan Pendidikan Nasional (21

Oktober 2004-20 Oktober 2005). Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru

danDosen. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

StandarNasional pendidikan. Jakarta: Depdiknas.


(2)

166

Depdiknas. (2006). Pemberdayaan Komite Sekolah. Jakarta: Dirjen Manajemen Pendididkan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

2007Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, (2003), Implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah Di Jawa Barat, Bandung, CV. Parahyangan Lestari.

Engkoswara. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

F.X. Soedjadi (1995). Analisis ManajemenModern. Jakarta: Gunung Agung Fattah, Nanang (2000). Manajemen Berbsis Sekolah. Bandung: CV Andira. Hadari Nawawi. (1987). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. Hatimah Ihat,dkk, (2008), Penelitian Pendidikan, Bandung, UPI Press.

Komariah, A dan Triatna, C, (2008), Visionary Leadership Menuju Sekolah

Efektif, Jakarta, Bumi Aksara.

Moleong LexyJ., (1993), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution S, (1988), Metodologi Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Bandung, Transito.

Nurdin Muhamad, (2008), Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media

Pidarta, Made. (2004). Manajemen Pendidikan di Indonesia, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto, Ngalim MP. (2007). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Riduan, dan Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Bandung: Alfabeta.


(3)

167

Rivai, H.Veithzal. (2009). Education Management Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Rohiat, (2008), Manajemen Sekolah, Bandung, PT. Refika Aditama. Ruky S, Ahmad, (2006), SDM Berkualitas, Jakarta, Gramedia.

Sagala, Syaiful (2009), Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan,Bandung, Alfabeta.

Sagala, Syaiful (2009), Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga

Kependidikan,Bandung, Alfabeta.

Sa’ud S, Udin, Abin S. Makmun, (2007), Perencanaan Pendidikan, Bandung, Remaja Rosda Karya.

Sa’ud S, Udin, (2008), Inovasi Pendidikan, Bandung, Alfabeta. Sedarmayanti, (2007), Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi aksara.

Sudarwan, Danim, (2007), Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhardan, D, (2009), Supervisi Profesional, Bandung,Alfabeta.

Sururi, Suharto, Nugraha, (2007). SPSS For Window untuk Mengelola Data

Penelitian. Bandung: Dewa Ruchi.

Sutisna, Oteng. (1989). Administrasi Pendidikan Dasar Teoretis untuk Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2008). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan.

Tunggara Imam, (2001), “Pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja

terhadap penampilan kerja guru SPG di Manado dan Minahasa”. Tesis

PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan

Universitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahab, Abdul Azis. (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan

Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan.


(4)

168

Wahana Komputer. (2009). Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12.0. Jakarta: Salemba Infotek.

Wahjosumidjo, (1995), Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, Raja Grafindo. Wahyudi, (2009), Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung, Alfabeta.


(5)

169

JURNAL

Akdon. (2002). Identifikasi Faktor-faktor Kemampuan Manajerial yang Diperlukan dalam Implementasi School Based Management (SBM) dan

Implikasinya terhadap Program Pembinaan Kepala Sekolah. Jurnal

Administrasi Pendidikan Nomor: I Vol. I Tahun 2002. Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Alhadza, A., (2003). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku komunkasi Antarpribadi terhadap Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

(Survei terhadap Kepala SLTP di Provinsi Sulawesi Tenggara). Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan No. 040. Januari 2003. Balitbang Depdiknas.

Dewi, Kartika, S.A. (2003) Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Karyawan. Buletin Studi Ekonomi Volume 11 Nomor 1

Tahun 2006.

Fattah, N. (2002). Persepsi Kepala Sekolah, Guru, Dewan Sekolah dan Orang

Tua terhadap Pelaksanaan MBS SD di Kota Bandung. Jurnal

Administrasi Pendidikan Nomor: I Vol. I Tahun 2002. Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Hamid Darmadi. (2005). Model Pendidikan IPS Berorientasi Lingkungan

Berdasarkan Konsep Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Mimbar

Pendidikan No. I Tahun XXIV 2005.

Iksan, R., (2002) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah SLTP dan Korelasinya dengan Manaajemen Intruksional di Beberapa Sekolah di

Jogjakarta. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 038-September

2002. Balitbang Depdiknas.

Ishak, Aulia. (2004) Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Upaya

Meningkatkan Produktivitas Kerja.Digitized by USU digital library.

Koesmono, H. (2007). Pengaruh Kepemimpinan Dan Tuntutan Tugas Terhadap

Komitmen Organisasi. Jurnal Ekonomi Manajemen Vol. 9, No. 1,

Maret 2007.

Nurkholis. (2002) Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SLTP Negeri 9


(6)

170

Slamet, PH., (2000). Karakteristik Kepala Sekolah Tangguh. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 025 Tahun ke-6 September 2000. Jakarta: balitbang Depdiknas

Surjana, A. (2007). Efektivitas Pengelolaan Kelas. Jurnal Pendidikan BPK Penabur. BPK Penabur Jakarta.

Thoyib, Armanu. (2005) Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan

Kinerja: Pendekatan Konsep. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,

VOL. 7, NO. 1, MARET 2005: 60- 73.

Udin. S. (2005). Determinan Pelaksanaan Implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Pendidikan No. I Tahun

XXIV 2005.

Wiyono, BB.,(2000). Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Semangat Kerja

Guru dalam Melaksanakan Tugas jabatan di Sekolah Dasar. Nomor 1

Januari 2000. Jurnal Ilmu Pendidikan. http//www.malang.a.c. id/fip/ilpen/2000a.htm.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN BREBES

0 9 133

Kontribusi kecerdasan emosional dalam interaksi sosial dan persepsi tentang kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru

0 5 221

KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG KETRAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN PEMAHAMAN KTSP TERHADAP KINERJA Kontribusi Persepsi Guru Tentang Ketrampilan Manajerial Kepala Sekolah Dan Pemahaman KTSP Terhadap Kinerja Guru Di SMP Negeri Se-Kecamatan Kartasu

0 2 17

KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG KETRAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN PEMAHAMAN KTSP TERHADAP KINERJA Kontribusi Persepsi Guru Tentang Ketrampilan Manajerial Kepala Sekolah Dan Pemahaman KTSP Terhadap Kinerja Guru Di SMP Negeri Se-Kecamatan Kartasu

0 2 14

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KETRAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA Pengaruh Persepsi Guru Tentang Ketrampilan Manajerial Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru.

0 1 14

KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI Kontribusi Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Dan Komunikasi Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru Serta Dampaknya Pada Kinerja Guru SMP Negeri 2 Wonogiri

0 1 19

Kontribusi Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Dan Kinerja Komite Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Jatiwangi.

0 1 11

KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG.

0 0 51

KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) PADA SMK NEGERI DI KABUPATEN TASIKMALAYA.

0 1 76

KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMP NEGERI KABUPATEN MAJALENGKA.

0 1 102