PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari.

(1)

No. Daftar FPIPS: 1532/UN.40.2.2/PL.2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

RESTI LESTARI DEWI 0906639

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Oleh: Resti Lestari Dewi

0906639

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memnuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan

Kewarganegaraan

© Resti Lestari Dewi, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

MEI 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, foto copy atau dengan cara lainnya tanpa seijin Penulis


(3)

RESTI LESTARI DEWI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si NIP. 19620102 198608 2 001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Syaifullah, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 1 001


(4)

Skipsi ini diuji pada tanggal 31 Mei 2013 Panitia Ujian Sidang Terdiri Atas :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekertaris :

Syaifullah, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 1 001 3. Penguji :

3.1 Prof. Dr. H. Endang Danial AR., M.Pd NIP. 19500502 197603 1 002

3.2 Drs. Rahmat, M.Si

NIP. 19580915 198603 1 003

3.3 Dra. Hj. Komala Nurmalina, M.Pd NPP. 13034502500


(5)

I ABSTRAK

RESTI LESTARI DEWI (0906639). PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari).

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki tugas dan peran penting untuk mengembangkan siswa agar mampu menjadi to be good and smart citizenship. Namun realita di lapangan masih banyak menemukan bahwa salah satu kendala yang hadapi oleh siswa adalah kurangnya motivasi belajar mereka dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Padahal motivasi memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru dituntut harus bisa melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran agar bisa menarik motivasi belajar siswa. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mampu menarik motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan siswa-siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) hal-hal yang dipersiapkan guru sebelum melakukan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model make a match yaitu dengan membuat silabus, RPP, penguasaan bahan materi ajar, media pembelajaran berupa peta konsep, potongan kartu make a match. (2) pelaksanaan model pembelajaran make a match yaitu guru menentukan materi yang akan dijadikan sebagai fokus dalam model pembelajaran make a match, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan memberikan penekanan bahwa setiap siswa bisa menemukan pasangan kartunya dengan cara berkeliling, bertanya dan berdiskusi dengan temannya yang lain dengan tetap menjaga kelas agar kondusif. (3) kendala dalam penerapan model pembelajaran make a match adalah jika tidak direncanakan dengan baik maka model pembelajaran make a match dapat menyita waktu yang banyak serta suasana kelas yang tidak kondusif yang disebabkan aktivitas siswa dalam mencari pasangan kartunya yang bisa mengganggu suasana pembelajaran kelas yang lainnya. (4) upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran make a match adalah dengan membuat suatu perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan model pembelajaran make a match, agar pada tahap pelaksanaannya model make a match dapat berjalan dengan lancar tanpa memakan banyak waktu. Selain itu, guru harus mampu mengelola kelas yang baik agar pelaksanaan model pembelajaran make a match ini dapat berjalan dengan lancar dan pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


(6)

Resti Lestari Dewi, 2013

ABSTRACT

RESTI LESTARI DEWI (0906639). APPLICATION OF LEARNING MODEL MAKE A MATCH TO IMPROVE STUDENT MOTIVATION IN LEARNING CIVIC EDUCATION (Descriptive studies in Class VII at SMP Negeri 1 Tanjungsari).

Civic education is one of the subjects that have an important task and role to develop students to be good and smart citizenship. But in fact, it is found that one of the obstacles faced by students is their lack of motivation in learning this subject. Yet the motivation has an important role in achieving the learning objectives. Therefore, a teacher is required to be able to create innovation in learning activities in order to attract students. One of innovations that can be done by the teacher is to choose and apply the learning model which is able to attract students to participate in learning activities.

The method used in this research is descriptive method using a qualitative approach. The research subjects in this study are the teachers of civic education and the students of class VII in SMP Negeri 1 Tanjungsari.

Based on the results of this research, it is known that (1) the things that must be prepared by teacher before teaching and learning process of civic education with the model make a match is to create syllabus, lesson plans (RPP), teaching materials, instructional media such as concept maps, and pieces of make a match cards. (2) the implementation of learning is the teachers themselves determine the materials that will be served as the focus of the learning model make a match, explaining the steps of learning by emphasizing that every student can find a pair cards the way around, ask questions and discuss with their colleagues besides keep making classroom conducive. (3) difficulties in the application of learning models make a match is this learning model would seize a lot of time together with the unconducive classroom if it is not well-planned and also due to student activities in finding cards that could disrupt teaching and learning process in another classroom. (4) effort made by teachers to overcome the obstacles in the implementation of learning models make a match is to make a good plan before the implementation so that it could run smoothly without consuming much time. In addition, teachers should be able to manage the class well so that learning model make a match and teaching-learning process would run as expected.


(7)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A.Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 10

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 10

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran PKn ... 11

3. Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan ... 12

4. Ruang Lingkup Materi PKn di Persekolahan ... 13

B.Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 14

1. Pengertian Belajar ... 14

2. Prinsip Belajar ... 15

3. Tujuan Belajar ... 16

4. Teori-teori Belajar ... 17

5. Pengertian Pembelajaran ... 18

6. Karakteristik Pembelajaran ... 19

7. Prinsip-prinsip Pembelajaran ... 20

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 21

C.Model Pembelajaran Cooperative Learning... 22

1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 22

2. Karakteristik Cooperative Learning ... 23

3. Langkah-langkah Cooperative Learning ... 24

4. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning ... 26

5. Cooperative Learning Tipe Make A Match ... 27

D.Tinjauan Tentang Motivasi ... 29

1. Pengertian Motivasi ... 29

2. Fungsi Motivasi Belajar ... 31


(8)

viii

4. Teori Motivasi ... 33

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 35

6. Pengukuran Motivasi ... 36

E. Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Make A Match ... 36

F. Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A.Lokasi dan Subyek Penelitian ... 41

1. Lokasi Penelitian ... 41

2. Subyek Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 42

1. Persiapan Penelitian ... 42

2. Pelaksanaan Penelitian ... 43

C.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 44

1. Pendekatan Penelitian ... 44

2. Metode Penelitian ... 45

D.Definisi Operasional ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

1. Wawancara ... 48

2. Observasi ... 48

3. Studi Dokumentasi ... 49

4. Studi Literatur ... 49

5. Catatan Lapangan ... 50

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 50

1. Reduksi Data ... 51

2. Penyajian Data ... 51

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 53

1. Profil SMP Negeri 1 Tanjungsari ... 53

2. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Sekolah ... 54

3. Keadaan Civitas Akademika ... 56

4. Keadaan Fasilitas dan Perlengkapan Sekolah ... 58

5. Prestasi/ Perolehan Kejuaran ... 58

6. Subjek Penelitian ... 59

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

1. Persiapan yang Dilakukan Guru Sebelum Melaksanakan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 61


(9)

ix

2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Make A Match

Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 64

3. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru Dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 65

4. Upaya-upaya yang Dilakukan Guru Untuk Mengatasi Kendala Dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Make A Match ... 66

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

1. Persiapan yang Dilakukan Guru Sebelum Melaksanakan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 76

2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 79

3. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru Dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 82

4. Upaya-upaya yang Dilakukan Guru Untuk Mengatasi Kendala Dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran Make A Match ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 87

A.Kesimpulan ... 87

B. Rekomendasi ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendidikan yang berkualitas diharapkan akan mampu memberikan dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual, sosial dan personal siswa. Dengan kata lain, terdapat hubungan antara kompetensi siswa dengan proses pembelajaran di persekolahan. Begitu pula dengan kualitas pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan, baik di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran di persekolahan, salah satunya adalah untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Somantri (2001: 299) mengemukakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berisi muatan demokrasi politik yang bertujuan untuk melatih para siswa untuk bisa berpikir kritis, analitis serta untuk membentuk para siswa yang memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Keberhasilan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak dapat terlepas dari komponen-komponen yang terlibat di dalamnya. Komponen yang dimaksud adalah siswa, guru, bahan ajar, alat dan metode, lingkungan


(11)

2

belajar dan sebagainya. Tirtaraharja dan La Sula (2000: 51) menyatakan bahwa proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu:

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)

2. Orang yang membimbing (pendidik)

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) 4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)

5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)

6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)

7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan

pendidikan)

Namun realita di lapangan sampai saat sekarang ini, masih terdapat kesan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang tidak menarik, membosankan dan menimbulkan rendahnya motivasi belajar siswa. Azis Wahab (2001: 46) mengemukakan kesan itu sebagai berikut:

...sudah cukup lama kita mengetahui bahwa PKn adalah pelajaran yang membosankan bahkan cenderung “tidak disukai” siswa karena materi dan metodenya memang tidak menantang siswa secara intelektual, di samping amat syarat dengan pesan-pesan ideologis rezim yang berkuasa yang memang belum sesuai dengan kebutuhan ataupun tingkat perkembangan anak.

Penyebab dari timbulnya permasalahan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut diantaranya adalah karena metode yang digunakan oleh guru tidak bervariasi. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sering kali hanya tertuju pada metode konvensional. Tentu hal ini akan membuat rasa bosan, jenuh dan membingungkan di kalangan siswa.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Somantri (Wuryan dan Syaifullah, 2008: 47) yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan timbulnya rasa bosan, bingung, dan kurang menariknya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kalangan siswa, disebabkan antara lain oleh:

1. Sifat ilmu sosial (Pendidikan Kewarganegaraan) yang berbeda dengan matematika dan ilmu alam;

2. Bahasa dalam ilmu sosial (Pendidikan Kewarganegaraan) yang dapat ditafsirkan dari berbagai sudut;

3. Buku teks ilmu sosial (Pendidikan Kewarganegaraan) yang kurang menghubungkan teori dengan kegiatan-kegiatan dasar manusia;

4. Metode mengajar yang berorientasi pada ground covering technique sangat menguasasi praktik sehari-hari.


(12)

3

Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di atas juga serupa dengan permasalahan yang peneliti temukan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Tanjungsari. Berdasarkan observasi awal ditemukan bahwa adanya permasalahan dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, diantaranya yaitu kurangnya motivasi, partisipasi serta rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran.

Realita di lapangan yang seringkali mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang membingungkan, membosankan dan menjenuhkan siswa harus segera dihapuskan. Terlebih lagi jika dibiarkan maka hal itu akan membuat siswa menjadi kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Padahal motivasi dalam kegiatan pembelajaran memiliki fungasi yang sangat penting untuk mencapai tujuan belajar. Hal ini senada dengan pendapat Suprijono (2009: 163) yang mengatakan bahwa:

Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi untuk menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran bidang sosial dan kenegaraaan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas siswa, salah satunya adalah untuk menjadikan siswa to be good and smart citizenship. Mengingat pentingnya tujuan yang diemban oleh Pendidikan Kewarganegaraan maka dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus membuat suatu pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Dengan menggunakan pembelajaran bermakna diharapkan siswa lebih termotivasi dan turut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya adalah

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan membuat siswa akan menjadi aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggungjawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya,


(13)

4

menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan membuat suatu pembelajaran yang bermakna.

Untuk menunjang terciptanya pembelajaran yang bermakna maka setiap guru dituntut harus menjadi guru yang profesional. Guru yang profesional adalah orang yang terlatih dan terdidik dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Usman, 2005: 15). Adapun kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Dengan kata lain, kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.

Setiap guru dituntut untuk dapat menciptakan iklim atau proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan (PAIKEM) di dalam kelas, namun hal itu bukan satu hal yang mudah untuk dilakukan karena dibutuhkan pengetahuan, keterampilan serta kreatifitas dari guru tersebut, seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 yang

mengamanatkan bahwa “Pembelajaran disampaikan dengan inovatif, interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreaktif dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

Untuk menciptakan iklim atau proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan (PAIKEM) di dalam kelas, guru harus bisa memilih suatu pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu pendekatan tersebut adalah dengan memilih model pembelajaran yang interaksi, dimana pembelajaran ini melibatkan siswa untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mampu belajar melalui pengalaman, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis pada diri siswa. Model pembelajaran interaktif mempunyai karakteristik umum sebagai berikut Suparman (Wuryan dan Syaifullah, 2009: 54):


(14)

5

1. Adanya variasi kegitan klasikal, kelompok dan perorangan. 2. Keterlibatan mental (fikiran, perasaan) siswa tinggi.

3. Guru berperan sebagai fasilitator, narasumber dan manager yang demokratis.

4. Menerangkan komunikasi banyak arah.

5. Susunana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan.

6. Potensial, dapat menghasilkan dampak intruksional dan dampak

pengiring lebih efektif.

7. Dapat digunakan di dalam maupun di luar kelas.

Salah satu model pembelajaran itu adalah dengan model pembelajaran kooperatif. Cooperative learning ini sangat menyentuh hakekat manusia sebagai makhluk sosial, yang selalu berinteraksi, saling membantu ke arah yang lebih baik secara bersama. Pemilihan model kooperatif yang tepat akan mampu meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa. Salah satu tipe cooperative learning itu adalah make a match. Dengan model pembelajaran make a match, siswa diajak untuk belajar mengenai suatu konsep dengan menggunakan permainan kartu pasangan dalam suasana belajar yang lebih menyenangkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik mengkaji berkaitan dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe make a

match. Sehingga dirumuskan penelitian yang berjudul “PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari?”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti merinci kembali masalah tersebut yaitu:


(15)

6

1. Bagaimanakah persiapan yang dilakukan guru sebelum melaksanakan model

pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?

2. Bagaimanakah pelaksanaan model pembelajaran make a match untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?

3. Kendala-kendala apakah yang dihadapi guru dalam pelaksanaan model

pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?

4. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala dalam

pelaksanaan model pembelajaran make a match?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan dan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dirumuskan:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan model pembelajaran make a match yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan penelitian secara umum tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan khusus sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui persiapan yang dilakukan guru sebelum

melaksanakan model pembelajaran make a match dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran make a match dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(16)

7

c. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

d. Untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan guru untuk

mengatasi kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran make a match.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan inovasi model-model pembelajaran ke arah pembelajaran yang bermakna dan memberikan gambaran tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran make a match terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis

Secara prkatis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan yang berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran terutama pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan yaitu sebagai berikut:

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.

2) Membantu siswa dalam mengatasi permasalahan dalam belajar baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.

3) Membelajarkan siswa untuk dapat belajar dari pengalaman mereka yaitu dengan menggunakan pembelajaran berbasis konsep.

b. Bagi Guru

1) Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian guna


(17)

8

2) Sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

3) Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi para guru dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam penelitian ini. Berikut ini akan dijabarkan penyusunan hasil penelitian yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah yang berisikan pemaparan peneliti dalam rangka upaya menghampiri permasalahan yang akan dikaji yaitu mengenai penerapan model pembelajaran make a match dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Di samping itu juga dipaparkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dengan maksud agar dalam pembahasannya lebih terfokus dan tidak melebar. Sebagai pelengkap, dipaparkan juga manfaat penelitian serta struktur organisasi.

Bab II Tinjauan Pustaka. Dalam bagian ini, dijabarkan berbagai istilah pokok yang digunakan terhadap permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, berdasarkan teori-teori yang terdapat dalam berbagai literatur. Istilah-istilah yang akan dibahas meliputi tinjauan tentang Pendidikan Kewarganegaraan, hakikat belajar dan pembelajaran, tinjauan tentang cooperative learning, dan tinjauan tentang motivasi.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini memaparkan lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini menguraikan tentang deskripsi umum lokasi dan subyek penelitian serta pembahasan hasil


(18)

9

penelitian yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam perumusan masalah. Hasil penelitian diperoleh secara kualitatif berdasarkan metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian. Pembahasan hasil penelitian ini diarahkan pada analisis penerapan model cooperative learning melalui tipe make a match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Dalam bab ini dipaparkan kesimpulan dari hasil yang telah dilakukan serta rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait dan bagi pengembangan penelitian selanjutnya.


(19)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian memiliki peranan yang penting dalam peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya, penelitian merupakan usaha dan tindakan untuk lebih memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Hasil penelitian memiliki manfaat yang sangat besar bagi ilmu pengetahuan sehingga harus diperhatikan pemenuhan syarat-syarat tertentu dalam penelitian seperti sesuai dengan metode ilmiah, menurut kerangka yang sistematis dan berencana.

Kegiatan penelitian akan terlaksana dengan baik apabila sesuai dengan prosedur penelitian. Oleh karena itu, sebelum kegiatan penelitian di laksanakan, terlebih dahulu harus dipersiapkan segala sesuatunya dengan baik, teliti dan teratur sesuai dengan prosedur penelitian. Prosedur dan persiapan yang peneliti lakukan meliputi lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data.

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 1 Tanjungsari yang berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari No. 349 Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Adapun dasar pertimbangan dipilihnya sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian yaitu berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat bahwa motivasi belajar siswa kelas VII dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bisa dikatakan

masih sangat rendah dan dalam proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan sudah diterapkannya model pembelajaran make a match, terutama dalam pokok bahasan tertentu.


(20)

42

2. Subyek Penelitian

Dalam hal ini terlebih dahulu harus dijelaskan mengenai subjek penelitian. Nasution (2003: 32) mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat dijadikan informasi. Sampel berupa hal peristiwa manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel berupa responden yang dapat

diwawancarai. Sampel dipih secara “purposive” bertalian dengan purpose

atau tujuan tertentu. Sering responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi dan kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain, dan seterusnya. Cara ini lazim disebut

snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Jadi, subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang dapat memberikan informasi secara purposif dan bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai. Maka subjek penelitian yang akan diteliti ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah serta tujuan penelitian. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

a. Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1

Tanjungsari. Hal ini didasarkan bahwa guru adalah sebagai pihak yang dapat memberikan informasi berkenaan dengan penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Siswa-siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa setiap proses pembelajaran pasti melibatkan siswa.

B. Desain Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan bisa efektif sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Maka peneliti mengacu pada prosedur penelitian yang terbagi ke dalam dua tahapan penelitian. Diantaranya :

1. Persiapan Penelitian

Kegiatan pertama yang dilakukan peneliti sebagai tahap awal dalam proses penyusunan adalah mempersiapkan agar penelitian berjalan dengan lancar. Persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :


(21)

43

a. Peneliti mengajukan beberapa judul untuk disepakati oleh Tim Pertimbangan

Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Setelah judul disepakati, peneliti mengajukan proposal kepada Tim

Pertimbangan Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. c. Proposal penelitian tersebut diseminarkan dihadapan tim dosen penguji untuk

mendapatkan koreksi, masukan sekaligus perbaikan sehingga mendapat penegsahan serta persetujuan dari ketua Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) yang selanjutnya direkomendasikan untuk mendapatkan pembimbing skripsi.

2. Pelaksanaan Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan pra penelitian (observasi awal) yang berguna untuk dapat melihat lebih jauh apa yang menjadi masalah dalam pembelajaran di kelas serta untuk mengetahui sejauhmana kondisi lapangan yang sesungguhnya untuk dijadikan objek penelitian. Dalam hal pelaksanaannya, penelitian ini melakukan beberapa kegiatan yang diantaranya ialah :

a. Menentukan responden yang akan diteliti, sekaligus menghubunginya.

b. Mengadakan penelitian dengan responden.

c. Melakukan studi dokumentasi serta membuat catatan yang diperlukan dan dianggap berkaitan dengan masalah penelitian.

d. Sambil memproses data, peneliti juga mengkaji literatur-literatur yang berkaitan dengan judul penelitian.

e. Setelah data didapatkan, maka data tersebut dioleh sehingga peneliti mendapatkan kesimpulan.

Setelah melakukan pra observasi, langkah selanjutnya yang dilakukan dalam tahap persiapan penelitian ini adalah :

a. Mengajukan surat permohonan penelitian kepada Jurusan Pendidikan

Kewarganegaraan.

b. Kemudian mengajukan surat tersebut kepada Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial dengan dilengkapi oleh proposal penelitian, kwitansi SPP, dan foto copy Kartu Tanda Mahasiswa (KTM).


(22)

44

c. Lalu menyerahkan surat tersebut kepada Badan Administrasi dan Keuangan dengan dilengkapi persyaratan-persyaratan yang sama dengan sebelumnya. d. Menyerahkan surat permohononan izin penelitian dari Rektor Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung kepada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sumedang.

e. Menyerahkan surat permohonan izin kepada SMP Negeri 1 Tanjungsari dan

mengadakan pembicaraan dengan maksud dan tujuan kepada pihak di SMP Negeri 1 Tanjungsari.

C. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Adanya keberhasilan dalam suatu penelitian dapat ditentukan oleh pendekatan yang digunakannya sehingga pada akhirnya penelitian tersebut bisa mencapai suatu tujuan yang efektif dan efisien. Pada tahap ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor, dalam Moleong 2010: 4).

Selanjutnya menurut Sugiyono (2010: 4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divaliditasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka instrumen yang paling penting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Sebagai instrumen penting dalam penelitian kualitatif, maka peneliti harus mempersiapkan semaksimal mungkin agar tujuan yang diharapkan dari penelitian tersebut akan tercapai dengan baik.


(23)

45

Sedangkan menurut Danial dan Nanan (2009: 60) mengemukakan pendekatan kualitatif adalah:

Pendekatan kualitatif berdasarkan penomenologis menuntut pendekatan yang holistik, artinya menyeluruh, mendudukkan suatu kajian dalam suatu konstruksi ganda. Melihat suatu objek dalam suatu konteks “natural” alamiah apa adanya bukan parsial.

Selain itu menurut Denzin dan Lincoln yang dikutip dalam buku Moleong (2010: 5) bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Peneliti masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang dilakukan seusai suatu masalah diteliti dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, tetapi belum terungkapkan penyelesaiannya.

Pemilihan pendekatan kualitatif yang dilakukan peneliti dikarenakan pada observasi awal peneliti menemukan permasalahan yakni rendahnya motivasi belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 1 Tanjungsari pada saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung. Oleh karena itu, dengan pendekatan kualitatif peneliti memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara rinci, baik itu berupa kata-kata, gambar, maupun perilaku dan tidak dituangkan berupa bilangan atau angka statistik mengenai penerapan model pembelajaran

make a match yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Tanjungsari. 2. Metode Penelitian

Metode memegang peranan penting dalam sebuah penelitian, karena di dalam metode penelitian dikemukakan cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui atau diamati sehingga menghasilkan data-data secara ilmiah dapat disistematikakan sesuai dengan tujuan penelitian.


(24)

46

Dalam suatu penelitian, agar peneliti dapat mengungkapkan maksud dari penelitiannya maka seorang peneliti mutlak memerlukan metode penelitian. Tepatnya jika seorang peneliti memilih suatu metode penelitian maka akan membantu menentukan keberhasilan suatu penelitian, karena hal ini akan memperjelas langkah-langkah maupun arah tujuan dari penelitian itu. yang dimaksud metode disini adalah cara ilmiah yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.

Mengenai metode penelitian, peneliti menggunakan metode deskriptif. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Best (Sukardi 2004: 157) bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dalam menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Selain itu, metode deskriptif menurut Nasution (2003: 24) adalah :

Penelitian yang mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. Penelitian deskriptif lebih spesifik dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukkan hubungan antar berbagai variabel.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan mengenai situasi atau kejadian yang sedang terjadi pada saat sekarang dengan didukung fakta-fakta yang akurat. Selain itu, seperti yang diungkapkan oleh Danial (2009:

62) yaitu “metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan

secara sistematik suatu situasi, kondisi objek bidang kajian pada suatu waktu secara akurat”.

Melihat pengertian di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pemilihan metode deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh data yang sebanyak-banyaknya yang dilakukan melalui berbagai teknik yang disusun secara sistematis untuk mengumpulkan data dari hasil penelitian yang sempurna. Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena sesuai dengan sifat masalah serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan mengkaji hipotesis, tetapi berusaha memperoleh gambaran nyata tentang penerapan model pembelajaran make a


(25)

47

match yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Dipilihnya metode deskriptif ini dikarenakan sesuai dengan fokus permasalahan penelitian yakni pada observasi awal ditemukan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat rendah. Selain itu, untuk menggambarkan mengenai situasi atau kejadian yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Hal ini sesuai dengan Best (Sukardi, 2004: 57) yang mengatakan bahwa metode deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini.

D. Definisi Operasional

Dalam bagian ini akan dijelaskan istilah-istilah operasional yang akan digunkan untuk menghindari kekeliruan mengenai maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana kurikulum jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce dan Weil dalam Rahmat dkk, 2008: 59).

2. Make a match adalah model pembelajaran yang mengajak siswa mencari

jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui permainan kartu pasangan (Komalasari, 2010: 85).

3. Motivasi belajar pada hakikatnya adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Suprijono, 2009: 163).

4. Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan pengembangan

karakteristik-karakteristik seorang warga negara melalui pengajaran tentang peraturan-peraturan dan institusi masyarakat dan negara. Empat aspek yang lazim menjadi perhatian utama pendidikan ini adalah hak dan kewajiban,


(26)

48

tanggung jawab, partisipasi, dan identitas dalam relasi negara-warga negara dan warga negara dan warga negara (Kalidjernih, 2010: 130).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi literatur, dan catatan lapangan (filednotes). Berikut uraian dari teknik-teknik tersebut :

1. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini ditujukkan kepada guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan siswa-siswi kelas VII dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan. Wawancara berisikan beberapa pertanyaan seputar permasalahan dan tujuan dari penelitian yang membahas mengenai penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sebagaimana definisi wawancara yang dikemukakan oleh Moleong (2010: 186) bahwa wawancara adalah :

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan tindakan terhadap model pembelajaran make a match yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilakukan oleh siswa dan guru.

2. Observasi

Dari teknik observasi ini, peneliti langsung meneliti ketempat yang menjadi lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 1 Tanjungsari, dan melakukan


(27)

49

pengamatan bagaimana langkah persiapan dan pelaksanaan pembelajaran mengenai penerapan model pembelajaran make a match yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII, dengan harapan peneliti dapat memperoleh data secara langsung dan gambaran lebih jelas mengenai situasi dan proses pelaksanaan mengenai penerapan model pembelajaran make a match tersebut.

Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 106), observasi ialah : Alat pengumpul data yang dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial dan diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya.

Observasi ini dilakukan untuk memahami suatu cara dari pandangan orang-orang yang terlibat didalamnya dengan tujuan agar memperoleh suatu informasi yang jelas dan benar mengenai penerapan model pembelajaran make a match yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 240). Selanjutnya studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian ini. Adapun dokumentasi yang diperlukan oleh peneliti sebagai data pendukung yaitu profil sekolah, buku-buku yang digunakan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan, foto, video, gambar-gambar dan hal-hal lain yang peneliti temukan selama penelitian ini berlangsung.

4. Studi Literatur

Selain diperoleh dengan observasi dan wawancara, suatu permasalahan yang mengemuka akan dapat dibuktikan secara mendalam lewat pemahaman teori-teori yang akan ditemukan dalam sebauh buku-buku sumber yang relevan.


(28)

50

Studi literatur merupakan suatu kajian untuk membandingkan

permasalahan yang mengemuka di lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih mendalam dengan bantuan teori-teori dari para ahli yang ditemukan dalam sebuah buku literatur. Dalam literatur ini kita akan mudah memahami dan mengkaji suatu permasalahan yang akan diteliti, sebab banyak teori-teori ataupun dalil-dalil yang diungkapkan dalam sumber buku, yang dapat dijadikan suatu patokan ataupun dasar dalam pembahasan suatu permasalahan yang ada.

Untuk menyelesaikan sebuah kajian tentang suatu permasalahan itu tidak akan terlepas dari studi literatur atau yang lebih lazim dikenal sebagai studi kepustakaan. Hal ini udah dipahami, sebab buku-buku sumber yang dikaji oleh peneliti itu akan mengimbangi permasalahan yang telah diteliti guna dibandingkan dan dievaluasi dengan teori-teori ataupun dalil-dalil yang relevan sehingga permasalahan yang mengemuka itu jelas batas-batasnya yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.

5. Catatan lapangan

Peneliti membuat catatan singkat mengenai pokok-pokok pembicaraan dan pengamatan seputar model pembelajaran make a match baik ketika mengamati kelas VII yang sedang melakukan kegiatan model pembelajaran make a match di kelas maupun terlibat pembicaraan dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2010: 209) bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan data merupakan hal yang paling utama dalam suatu penelitian. Namun data yang didapat tidaklah akan bermakna dan mengandung arti manakala data tersebut dibiarkan begitu saja tanpa diolah dan dianalisis oleh peneliti. Adapun mengenai analisis data itu sendiri, Sugiyono (2010: 244) menyatakan bahwa:


(29)

51

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan (Nasution dalam Sugiyono, 2010: 245). Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis sehingga data yang diperoleh tersebut akan mudah dipahami. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 246), mengemukakan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam

analisis data meliputi : data reduction, data display dan conclusion drawing/ verification. Ketiga rangkaian aktivitas teknik analisis data tersebut, peneliti terapkan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum dan mengklarifikasi sesuai masalah yang diteliti yakni penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam penelitian ini aspek yang akan direduksi adalah perkembangan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul dari hasil wawancara dengan guru dan siswa diperiksa kembali keabsahannya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan akan memberikan gambaran penelitian yang menyeluruh. Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas, terperinci dan menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran terhadap aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun secara parsial. Penyajian data ini diawai dari hasil wawancara yang


(30)

52

peneliti lakukan dengan guru dan siswa SMP Negeri 1 Tanjungsari. Semua data hasil wawancara dari responden dipahami satu persatu kemudia disatukan sesuai dengan rumusan masalah.

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification) Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan dan mudah dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pertanyaan singkat mengenai objek penelitian yang dikaji yaitu penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan mengacu pada tujuan penelitian.


(31)

87 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan dalam bab IV, maka diperoleh kesimpulan secara umum yaitu bahwa penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII SMP Negeri 1 Tanjungsari.

Di samping kesimpulan secara umum di atas, maka peneliti merumuskan kesimpulan khusus dari penelitian ini yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Hal-hal yang dipersiapkan guru sebelum melakukan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model make a match yaitu dengan membuat silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penguasaan bahan materi ajar, media pembelajaran berupa peta konsep, potongan kartu make a match (kartu soal dan jawaban dari materi yang sedang dipelajari).

2. Pelaksanaan model pembelajaran make a match yaitu guru menentukan

materi yang akan dijadikan sebagai fokus dalam model pembelajaran make a match, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan memberikan penekanan bahwa setiap siswa bisa menemukan pasangan kartunya dengan cara berkeliling, bertanya dan berdiskusi dengan temannya yang lain dengan tetap menjaga kelas agar kondusif sehingga tujuan akhir dari pelaksanaan model make a match ini dapat tercapai yaitu kemampuan pemahaman materi,

motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan bisa meningkat.

3. Kendala dalam penerapan model pembelajaran make a match adalah jika tidak direncanakan dengan baik maka model pembelajaran make a match dapat menyita waktu yang banyak serta suasana kelas yang tidak kondusif yang disebabkan aktivitas siswa dalam mencari pasangan kartunya yang bisa mengganggu suasana pembelajaran kelas yang lainnya.


(32)

88

4. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan

model pembelajaran make a match adalah dengan membuat suatu perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan model pembelajaran make a match, agar pada tahap pelaksanaannya model make a match dapat berjalan dengan lancar tanpa memakan banyak waktu. Selain itu, guru harus mampu mengelola kelas yang baik agar pelaksanaan model pembelajaran make a match ini dapat berjalan dengan lancar dan pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dirumuskan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya mempersiapkan materi, media dan perencanaan

pembelajaran yang matang, agar dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan sesuai rencana yang telah disusun, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Agar penerapan model make a match dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan lebih optimal, guru hendaknya lebih meningkatkan perannya sebagai motivator, fasilitator, dan mengarahkan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung, terutama berkaitan dengan

keterampilan membimbing jalannya diskusi dalam model make a match agar diskusi lebih terarah dan dalam suasana pembelajaran yang kondusif.

2. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya melakukan persiapan yang matang sebelum

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan

menggunakan model make a match, yaitu dengan membaca materi yang telah dibahas baik dari buku teks atau sumber lain yang relevan.


(33)

89

b. Siswa diharapkan lebih berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, sehingga motivasi yang tumbuh didasarkan pada kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai olehnya.

3. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya lebih meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model make a match. Dukungan tersebut dapat berupa penyediaan sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang ingin meneliti tentang model pembelajaran make a match, sebaiknya mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai pengelolaan kelas dan mekanisme dalam penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(34)

90

DAFTAR PUSTAKA

Budingsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Danial, Endang dan Nanan. (2009). Metoda Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:

Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djahiri, A Kosasih. (2002). PKn Sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi di Sekolah. Bandung: Jurusan PMPKn FPIPS UPI.

Hamalik, Oemar. (2003). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning: Metode, teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, R dan Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kalidjernih, Freddy. (2010). Kamus Kewarganegaraan: Prespektif Sosiologikal

dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.

Kasendra, Denden. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan).

Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Konstektual Konsep Dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Lie, Anita. (2010). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Makmun, Abin Syamsudin. (2000). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Purwanto, Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


(35)

91

Rahmat, dkk. (2008). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Rusyandi, Dadi. (2010). Penerapan Model Cooperative Learning Melalui Make A Match Dalam Pembelajaran Sejarah Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan).

Sagala, Syaiful. (2010). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Sadrirman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Solihatin. (2007). Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS). Jakarta: Nusamedia.

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surya, Muhammad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Susilana, Rudi. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Tirtaraharja, Umar dan La Sula. (2000). Pengantar Pendidikan. Bandung: Binacipta.

Uno, Hamzah. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Usman, Uzer. (2005). Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wahab, Azis. (2001). Jurnal Civicus: Implementasi dan Arah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia. Bandung: Jurusan PMPKN FPIPS UPI.

Wuryan, Sri dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.


(36)

92

Peraturan-Peraturan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan dalam bab IV, maka diperoleh kesimpulan secara umum yaitu bahwa penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII SMP Negeri 1 Tanjungsari.

Di samping kesimpulan secara umum di atas, maka peneliti merumuskan kesimpulan khusus dari penelitian ini yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Hal-hal yang dipersiapkan guru sebelum melakukan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model make a match yaitu dengan membuat silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penguasaan bahan materi ajar, media pembelajaran berupa peta konsep, potongan kartu make a match (kartu soal dan jawaban dari materi yang sedang dipelajari). 2. Pelaksanaan model pembelajaran make a match yaitu guru menentukan

materi yang akan dijadikan sebagai fokus dalam model pembelajaran make a match, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan memberikan penekanan bahwa setiap siswa bisa menemukan pasangan kartunya dengan cara berkeliling, bertanya dan berdiskusi dengan temannya yang lain dengan tetap menjaga kelas agar kondusif sehingga tujuan akhir dari pelaksanaan model make a match ini dapat tercapai yaitu kemampuan pemahaman materi, motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bisa meningkat.

3. Kendala dalam penerapan model pembelajaran make a match adalah jika tidak direncanakan dengan baik maka model pembelajaran make a match dapat menyita waktu yang banyak serta suasana kelas yang tidak kondusif yang disebabkan aktivitas siswa dalam mencari pasangan kartunya yang bisa mengganggu suasana pembelajaran kelas yang lainnya.


(2)

4. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran make a match adalah dengan membuat suatu perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan model pembelajaran make a match, agar pada tahap pelaksanaannya model make a match dapat berjalan dengan lancar tanpa memakan banyak waktu. Selain itu, guru harus mampu mengelola kelas yang baik agar pelaksanaan model pembelajaran make a match ini dapat berjalan dengan lancar dan pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dirumuskan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya mempersiapkan materi, media dan perencanaan pembelajaran yang matang, agar dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan sesuai rencana yang telah disusun, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Agar penerapan model make a match dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan lebih optimal, guru hendaknya lebih meningkatkan perannya sebagai motivator, fasilitator, dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, terutama berkaitan dengan keterampilan membimbing jalannya diskusi dalam model make a match agar diskusi lebih terarah dan dalam suasana pembelajaran yang kondusif.

2. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya melakukan persiapan yang matang sebelum pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model make a match, yaitu dengan membaca materi yang telah dibahas baik dari buku teks atau sumber lain yang relevan.


(3)

89

b. Siswa diharapkan lebih berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, sehingga motivasi yang tumbuh didasarkan pada kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai olehnya.

3. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya lebih meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model make a match. Dukungan tersebut dapat berupa penyediaan sarana dan prasarana serta media yang dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang ingin meneliti tentang model pembelajaran make a match, sebaiknya mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai pengelolaan kelas dan mekanisme dalam penerapan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(4)

90

DAFTAR PUSTAKA

Budingsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Danial, Endang dan Nanan. (2009). Metoda Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:

Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djahiri, A Kosasih. (2002). PKn Sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi di Sekolah. Bandung: Jurusan PMPKn FPIPS UPI.

Hamalik, Oemar. (2003). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning: Metode, teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, R dan Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kalidjernih, Freddy. (2010). Kamus Kewarganegaraan: Prespektif Sosiologikal

dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.

Kasendra, Denden. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan).

Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Konstektual Konsep Dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Lie, Anita. (2010). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Makmun, Abin Syamsudin. (2000). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Purwanto, Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


(5)

91

Rahmat, dkk. (2008). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Rusyandi, Dadi. (2010). Penerapan Model Cooperative Learning Melalui Make A Match Dalam Pembelajaran Sejarah Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (tidak diterbitkan).

Sagala, Syaiful. (2010). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Sadrirman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Solihatin. (2007). Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS). Jakarta: Nusamedia.

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surya, Muhammad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Susilana, Rudi. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Tirtaraharja, Umar dan La Sula. (2000). Pengantar Pendidikan. Bandung: Binacipta.

Uno, Hamzah. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Usman, Uzer. (2005). Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wahab, Azis. (2001). Jurnal Civicus: Implementasi dan Arah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia. Bandung: Jurusan PMPKN FPIPS UPI.


(6)

Peraturan-Peraturan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh pembelajaran Kooperatif tipe Make A match terhadap motivasi belajar matematika

1 8 166

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN PADA SISWA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN PADA SISWA KELAS 1X C SMP NEGERI 01 KARTASURA TAHUN AJARAN 2010

0 1 17

Penerapan Strategi Pembelajaran Make A Match Dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn : studi deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Pagaden.

2 2 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.

0 2 5

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK ... 1 PB

0 0 8

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A-MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA

0 7 8

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 161 Pekanbaru

0 0 12