PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA
commit to user
TERM CFR ( COST AND FREIGHT )
PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL
DI SURAKARTA
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Ahli Madya
Pada Program D-3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Woro Sabdyani Kusumastuti
Nim : F3108073
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
(2)
commit to user
iii
(3)
(4)
commit to user
v
T uhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor,
engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan
perintah T uhan, A llahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan
dengan setia. (U langan 28:13)
K arena T U H A N lah yang memberikan hikmat, dari mulut-N ya datang
(5)
commit to user
Dengan penuh ucapan syukur dan kasih sayang, karya tulis ini kupersembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa
memberikan hikmat dan ide kepadaku dalam penyusunan Tugas Akhir ini
2. Papi, Mami, Kakak, dan Keponakan serta
seluruh keluargaku yang tercinta yang telah memberikan dorongan dan doanya kepadaku.
3. Sahabat dan orang-orang yang aku sayangi
yang selalu membantu dan memberikan semangat.
(6)
commit to user
vii
Salam Sejahtera,
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan hikmat-Nya yang senantiasa tercurah atas kita semua. Begitu juga dengan hikmat-Nya yang tercurah senantiasa atas penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan masih belum sempurna karena keterbatasan di dalam proses penulisan, maka dari itu penulis berharap kepada setiap pembaca untuk dapat memakluminya. Penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil jika penulis bekerja sendirian. Banyak dukungan dan bantuan dari beberapa pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan hikmat dan berkat-Nya yang melimpah atas penulis.
2. Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Unoversitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Hari Murti, M.Si selaku ketua program studi D3 Bisnis
(7)
commit to user
Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Papi-Mami terkasih dan semua keluarga yang memberikan doa, kasih
sayang, semangat, serta dukungan yang tak pernah berhenti untuk penulis. 7. Ibu Amy A. Saputra sebagai Branch Manager PT. Agility International
Surakarta yang telah menerima penulis untuk melakukan magang kerja. 8. Pak Totok, Pak Wawan, Pak Tri, Pak Joko, Bu Winda, Bu Yunita, Bu Ayu,
dan semua pegawai di PT. Agility International Surakarta, terima kasih atas bimbingan, bantuan, dan informasi yang diberikan.
9. Ruben Mahendra yang telah membagikan pengetahuan, wawasan, serta
memberikan kasih sayang dan dukungan dalam bentuk apapun.
10.Teman-teman Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Ekonomi
(PMKFE) UNS dan juga teman-teman di Bisnis Internasional (BI), terima kasih atas perhatian, doa, dan dukungan kalian.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir yang
penulis buat.
Harapan penulis, Tugas Akhir yang dibuat oleh penulis ini dapat berguna bagi semua pihak yang membaca dan dapat dijadikan bahan informasi tambahan bagi yang membaca.
Surakarta, Juni 2011
(8)
commit to user
ix
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penyusunan Tugas Akhir ... 4
D.Manfaat Penyusunan Tugas Akhir ... 5
E.Metode Penyusunan Tugas Akhir ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI A.Pengertian Ekspor ... 10
B.Dokumen-Dokumen yang Terkait dalam Kegiatan Ekspor ... 11
C.Pengertian Freight Forwarding ... 14
(9)
commit to user
F.Alur Ekspor yang Ditangani Freight Forwarding ... 29 G.Peran Menggunakan Jasa Freight Forwarding ... 33 H.Ruang Lingkup Freight Forwarding ... 35
BAB III. DESKRIPSI OBJEK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR DAN
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah berdirinya PT. Agility International ... 36 2. Lokasi Perusahaan ... 39 3. Struktur Organisasi ... 40
B. Pembahasan
1. Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR pada PT. Agility International ... 45 2. Jenis-Jenis Dokumen yang Diperlukan dalam Term CFR, serta
Kepengurusan Dokumen-Dokumen Tersebut ... 54
3. Analisis Perhitungan Biaya Pengiriman Barang dengan Term
CFR ... 59 BAB IV.PENUTUP
A. KESIMPULAN ... 65 B. SARAN ... 67 DAFTAR PUSTAKA
(10)
commit to user
xi
Gambar 2.1 Prosedur Ekspor yang Ditangani oleh EMKL ... 32 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Agility International ... 40 Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Agility International Surakarta ... 41 Gambar 3.3 Alur Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui AGEN TO AGEN pada PT. Agility International Surakarta ... 49 Gambar 3.4 Alur Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui DIRECT MASTER pada PT. Agility International Surakarta ... 53
(11)
commit to user
1. Surat Pernyataan Tugas Akhir2. Surat Keterangan Magang
3. Contoh Dokumen Shipping Instruction (SI) 4. Contoh Dokumen Booking Instruction
5. Contoh Dokumen Booking Confirmation / Delivery Order (DO)
6. Contoh Dokumen Commercial Invoice
7. Contoh Dokumen Packing List
8. Contoh Dokumen Bill of Lading (B/L)
9. Contoh Dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
10.Contoh Dokumen Nota Pelayanan Ekspor (NPE) 11.Contoh Dokumen Standart Operating Procedure (SOP) 12.Contoh Dokumen Document Receipt Note
13.Contoh Dokumen Equipment Interchange Receipt (EIR) 14.Contoh Dokumen Certificate of Origin (COO)
15.Contoh Dokumen Certificate of Fumigation
16.Contoh Dokumen Faktur Pajak
17.Contoh Dokumen Incoming / Outgoing Invoice
18.Contoh Dokumen Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP)
19.Contoh Dokumen Perincian Perhitungan Pembayaran Jaminan Jasa TPKS
melalui Warkat Dana
20.Contoh Dokumen Payment Request
21.Foto Proses Stuffing
(12)
commit to user
ABSTRAKSI
PROSES PENGIRIMAN BARANG DENGAN TERM CFR PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA
WORO SABDYANI KUSUMASTUTI F3108073
PT. Agility International adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan pengiriman barang ekspor impor, yang sering disebut dengan Freight Forwarding. Kantor PT. Agility International Surakarta bertempat di Jl. Raya Solo Permai Blok LJ No. 34 Solo Baru, Sukoharjo, Solo 57552, Telp. (0271) 624 361. Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian di PT. Agility International Surakarta pada tanggal 1 Februari 2011 sampai dengan 31 Maret 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International Surakarta. Di samping itu, untuk mengetahui jenis-jenis dokumen apa saja yang digunakan serta analisis biaya yang harus dikeluarkan dalam term CFR ini.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif mengenai proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International sebagai perusahaan freight forwarding. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat melalui wawancara secara langsung kepada pihak PT. Agility International Surakarta dan data sekunder yang diperoleh dari buku ataupun sumber bacaan lainnya yang berkenaan dan relevan dengan pokok bahasan yang diambil.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tentang proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International Surakarta yaitu berawal dari eksportir yang menyerahkan Shipping Instruction kepada PT. Agility untuk dipesankan ruang kapal dan container, kemudian proses stuffing hingga terbitnya dokumen-dokumen ekspor serta pembayaran biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pengiriman dengan term CFR ini.
Saran yang dapat diajukan untuk PT. Agility International Surakarta adalah perlunya penambahan karyawan dan pembagian job-des serta komunikasi yang baik antar divisi. Hal ini sangatlah penting untuk memajukan kinerja perusahaan tersebut.
Kata kunci : freight forwarding, pengiriman, incoterm, cost and freight.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa dekade terakhir ini pertumbuhan ekonomi dunia meningkat tinggi, hal tersebut tentunya berpengaruh besar terhadap kegiatan ekspor-impor. Dimana jumlah dan jenis barang yang diekspor maupun yang diimpor semakin banyak dan bervariasi seiring perkembangan zaman. Sehingga hal tersebut mendatangkan problema tersendiri bagi kegiatan ekspor-impor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar, dimana kegiatan tersebut tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan itu sendiri tanpa adanya pihak ketiga yang berperan sebagai “transporter” . Transporter merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengangkutan barang ekspor atau impor, dimana perusahaan tersebut memiliki system tersendiri yang harus dijalankan oleh perusahaan-perusahaan yang menggunakan jasanya. Dalam perdagangan internasional, perusahaan transporter lebih dikenal dengan sebutan “ Freight Forwarding”.
Perusahaan freight forwarding melakukan kegiatan pengangkutan
(pengiriman) barang ekspor atau impor melalui darat, laut, dan udara (Multimodal
Transport). Dengan adanya system pengangkutan multimodal transport tersebut,
(14)
commit to user
2000. Incoterm 2000 terdiri dari 13 term yang mengatur proses pengiriman barang dengan multimodal transport. Adapun jalur laut / sungai memiliki 6 term
(Incoterm 2000) dalam pengiriman barang, antara lain : Free Along Ship (FAS),
Free On Board (FOB), Cost and Freight (CFR), Cost Insurance and Freight
(CIF), Delivery Ex Ship (DES), Delivery Ex Quay (DEQ). Dari sekian term
tersebut, yang tidak kalah popular adalah term CFR.
CFR merupakan term dimana eksportir (shipper) mempunyai kewajiban
membayar biaya angkutan (freight) hingga ke pelabuhan tujuan (port of
unloading/discharges/destination). Dari sinilah peran freight forwarding berasal,
dimana freight forwarding membantu dalam proses pengiriman barang tersebut.
Dalam beberapa kegiatan pengiriman barang, term inilah yang paling sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai negara, terutama perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Term ini memberikan kemudahan bagi perusahaan yang mengekspor maupun mengimpor barang. Dari sisi eksportir, term ini memberikan kemudahan bagi mereka untuk mengontrol barang yang dikirim selama dalam perjalanan dan memastikan barang tersebut tiba di pelabuhan tujuan sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan kondisi barang tetap baik. Di sisi lain,dari term CFR ini, eksportir dapat me-mark up keuntungan lebih tinggi lagi dibanding dengan term FOB (Free On Board) maupun Exwork. Dari sisi importir (consignee), term ini memberikan kemudahan dimana importir tidak menanggung biaya pengapalan serta tidak bertanggungjawab dalam proses pengapalan tersebut. Sehingga, apapun yang terjadi dalam proses pengapalan,
(15)
baik itu biaya, risiko, serta tanggung jawab lainnya, importir tidak menanggung hal-hal tersebut.
Adapun eksportir dan importir hendaknya memahami benar apa yang dimaksud dengan pengiriman barang menggunakan term CFR, serta mengetahui segala proses yang harus dijalankan pada saat menggunakan term CFR tersebut. Sehingga hal tersebut dapat meminimalisir kesalahan karena miss understanding
antara eksportir dan importir. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis mengangkat judul PROSES PENGIRIMAN BARANG DENGAN TERM CFR PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL SURAKARTA, dimana penulis berusaha memaparkan pengertian term CFR beserta hal-hal penting lain yang terkait berdasarkan penyusunan Tugas Akhir yang dilakukan pada PT. AGILITY INTERNATIONAL SURAKARTA, serta melakukan studi pustaka.
(16)
commit to user
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pedoman bagi penulis dalam melakukan penyusunan Tugas Akhir secara tepat dan cermat. Di sisi lain, dengan perumusan masalah, penyusunan Tugas Akhir dapat dilakukan secara terarah dan sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. Rumusan masalah juga digunakan sebagai acuan dalam pembahasan masalah.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mengangkat beberapa masalah yang terkait dengan objek yang diteliti. Rumusan masalah tersebut antara lain :
1. Bagaimana proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International?
2. Dokumen apa saja yang diperlukan dalam term CFR, serta bagaimana
kepengurusan dokumen-dokumen tersebut?
3. Bagaimana analisis perhitungan biaya pengiriman barang term CFR yang dilakukan oleh PT. Agility International?
C. Tujuan Penyusunan Tugas Akhir
Dengan adanya rumusan masalah, penyusunan Tugas Akhir ini memiliki beberapa tujuan yang terkait dengan rumusan masalah tersebut. Dari tujuan tersebut, penyusunan Tugas Akhir ini memberikan manfaat yang dikehendaki. Tujuan penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
(17)
1. Untuk mengetahui proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam term CFR, serta kepengurusan dokumen-dokumen tersebut.
3. Untuk mengetahui analisis perhitungan biaya pengiriman barang dengan term CFR yang dilakukan oleh PT. Agility International
D. Manfaat Penyusunan Tugas Akhir
Penyusunan Tugas Akhir ini memiliki beberapa manfaat. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan
Melalui penyusunan Tugas Akhir ini, perusahaan memperoleh masukan tentang proses pengiriman barang ekspor dan aktivitas lainnya yang terkait. Di sisi lain, penyusunan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan usahanya dan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kinerja usaha tersebut
2. Bagi pemerintah
Pemerintah dapat mengetahui arus keluar masuknya barang ekspor maupun barang impor (jumlah dan komoditi barang), sehingga pemerintah dapat menetapkan kebijakan-kebijakan terkait kegiatan ekspor-impor.
(18)
commit to user
Dimana dari kegiatan ekspor-impor tersebut dapat mendatangkan devisa bagi negara.
3. Bagi akademisi
Memberikan informasi mengenai proses pengiriman barang ekspor kepada para akademisi, khususnya kepada mahasiswa Program Studi Diploma 3 Bisnis Internasional dalam penerapan ilmu ekonomi mengenai pengiriman barang ekspor yang diperoleh pada masa kuliah dalam prakteknya atau keadaan yang ada di lapangan.
4. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui alur proses pengiriman barang ekspor-impor yang cukup panjang dan kompleks. Dimana hal tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya nilai suatu barang ekspor maupun impor. Sehingga hal tersebut dapat memberikan pengetahuian lebih kepada masyarakat mengenai kegiatan ekspor-impor. Serta dapat membangun dan membawa masyarakat ekonomi kepada ekonomi global yang memiliki standart produk yang tinggi dan memenuhi kualitas ekspor.
(19)
E. Metode Penyusunan Tugas Akhir
Bahwasanya penyusunan Tugas Akhir merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pencarian, pengumpulan, pengolahan (seleksi), serta penyusunan data secara sistematis. Adapun metode penyusunan Tugas Akhir adalah suatu pendekatan ilmiah yang di dalamnya berupa langkah-langkah untuk mendukung tercapainya hasil penyusunan Tugas Akhir yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode ini terdiri dari :
1. Ruang Lingkup Penyusunan Tugas Akhir
Ruang lingkup penyusunan Tugas Akhir merupakan suatu cakupan wilayah penyusunan Tugas Akhir (bidang penyusunan Tugas Akhir) yang akan dianalisis untuk kemudian dideskripsikan dalam bentuk data-data riil. Oleh karena itu, metode penyusunan Tugas Akhir yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah deskriptif analisis yaitu mencari gambaran umum kegiatan kemudian dianalisa secara mendalam dan terperinci dengan memfokuskan pada satu masalah. Sedangkan ruang lingkup yang akan diteliti adalah proses pengiriman barang dengan term CFR beserta kepengurusan dokumen-dokumennya pada PT. Agility International Surakarta.
2. Jenis dan Alat Pengumpul Data a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang diterbitkan langsung oleh orang yang mengumpulkan data tersebut. Data ini diperoleh dengan cara
(20)
commit to user
wawancara langsung pada staff / karyawan PT. Agility International Surakarta.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dipublikasikan oleh orang yang bukan mengumpulkan data tersebut. Data ini penulis peroleh dari buku maupun sumber bacaan lain yaitu data tentang sejarah perusahaan serta struktur organisasi dan rangkaian kegiatannya.
b. Metode Pengumpulan Data
1) Wawancara
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengajukan serangkaian pertanyaan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tatap muka dengan pihak PT. Agility International.
2) Observasi
Merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh PT. Agility International.
3) Studi Pustaka
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mempelajari buku / referensi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3. Sumber Data
(21)
Merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh dengan wawancara langsung pada staff / karyawan PT. Agility International.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penyusunan Tugas Akhir. Data ini diperoleh dari buku maupun sumber bacaan lain yaitu Buku Petunjuk Ekspor Indonesia serta data tentang sejarah perusahaan serta struktur organisasi dan rangkaian kegiatannya.
(22)
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Ekspor
Dari berbagai sumber,ekspor memiliki pengertian yang bermacam-macam, yaitu diantaranya:
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir MS, 2004 : 1)
Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Roselyne Hutabarat 1996 : 306)
Dalam Wikipedia Indonesia, ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain. Kemudian kegiatan ekspor ini dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Ekspor Langsung
Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara / eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan perwakilan penjualan perusahaan
2. Ekspor Tidak Langsung
Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui perantara / eksportir negara asal kemudian dijual oleh perantara
(23)
tersebut. Melalui, perusahaan manajemen ekspor (export management
companies) dan perusahaan pengekspor (export trading companies).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspor)
Pengertian ekspor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru. (http://www.anneahira.com/artikel-umum/ekspor-impor.htm)
Berdasarkan dari beberapa pengertian ekspor di atas, penulis menyimpulkan bahwa ekspor adalah suatu kegiatan perdagangan internasional yakni menjual barang / komoditi dari satu negara ke negara lain dengan cara mengeluarkan barang dari wilayah pabean dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.
B. Dokumen-Dokumen yang Terkait dalam Kegiatan Ekspor
Secara teori dokumen yang diperlukan freight forwarding dalam aktivitas ekspor adalah :
1. Shipping Instruction (SI)
Merupakan dokumen yang dibuat oleh eksportir mengenai pemesanan ruang kapal berikut container yang dapat pula menjadi dasar pembuatan
(24)
commit to user
consignee, notify party, final destination, volume, delivery term, L/C No,
date of stuffing, closing time, vessel.
2. Bill of lading (B/L)
Bill of lading merupakan dokumen pengapalan yang paling penting karena
mempunyai sifat jaminan. Fungsi bill of lading adalah sebagai tanda terima (kuitansi) barang-barang, sebagai bukti kepemilikam barang, serta sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan laut.
3. Packing list
Dokumen ini adalah dokumen ekspor yang memuat informasi mengenai barang yang akan diekspor. Informasi tersebut berupa tulisan packing list
beserta nomor packing list, tanggal dibuatnya packing list, data lengkap nama eksportir dan alamatnya, data lengkap nama importir dan alamatnya, data lain jika disyaratkan dalam L/C, misalnya nomor purchase order, nomor L/C, description of goods (deskripsi barang), quantity (jumlah barang), gross weight dan nett weight (berat kotor dan berat bersih), dan
measurement (ukuran dimensi dalam volume meter atau cubic meters /
cbm)
4. Invoice
Invoice merupakan dokumen ekspor yang memuat data dan informasi
barang yang akan diekspor serta nilai barangnya dalam mata uang asing.
Invoice berisi tentang tulisan invoice beserta nomor invoice, tanggal
dibuatnya invoice, data lengkap nama eksportir dan alamatnya, data lengkap nama importir dan alamatnya, data lain jika disyaratkan dalam
(25)
L/C, misalnya description of goods (deskripsi barang), quantity, unit price,
total amount.
5. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Dokumen yang dibuat eksportir dan harus mendapat persetujuan petugas bea cukai sebelum dilakuan pemuatan ke atas kapal. PEB menyebutkan jenis barang ekspor (umum, terkena pajak ekspor, mendapat fasilitas pembebasan dan pengembalian bea masuk, dan barang ekspor lainnya), nama importir, NPWP, izin khusus, berat barang, negara tujuan, provinsi asal barang, cara penyerahan barang, merk kemasan dan lain sebagainya.
6. Certificate of Origin (COO) / Surat Keterangan Asal (SKA)
COO dikeluarkan oleh Disperindag yang mewakili pemerintah yang menyatakan bahwa barang yang diekspor benar-benar diproduksi di Indonesia. Surat ini menjelaskan keterangan-keterangan barang, pada transaksi dimana baranag-barang tersebut dikaitkan , keterangan asal barang dan bahwa barang-barang tersebut benar hasil atau produksi dari negara eksportir.
7. Dokumen Asuransi
Melindungi pengiriman barang ke luar negeri. Dalam transaksi ekspor impor, dokumen asuransi juga tidak kalah penting karena membuktikan bahwa barang-barang yang disebut di dalamnya telah diasuransikan. Apabila terdapat kerusakan atau kehilangan dalam perjalanan, pihak asuransi akan mengganti kerugian tersebut sesuai syarat yang telah
(26)
commit to user
8. Dokumen Fumigasi
Dokumen yang menunjukkan bahwa barang yang diekspor yang ada di
dalam container aman, bebas dari hama dan jamur karena telah
difumigasi.
9. Equipment Interchange Receipt (EIR)
EIR adalah surat bukti telah mengambil container kosong di tempat prnumpukan / depo.
10.Warkat Dana
Merupakan perincian perhitungan pembayaran jaminan jasa TPKS untuk biaya penumpukan container.
11.Berita Acara Penyegelan (BAP)
BAP adalah surat bukti bahwa container telah diperikasa dan disegel oleh petugas bea cukai.
C. Pengertian Freight Forwarder
Freight forwarder adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan
jasa pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik melalui darat, laut maupun udara.
Freight forwarder juga menyelesaikan biaya-biaya yang timbul sebagai
akibat dari kegiatan-kegiatan transportasi, penanganan muatan di pelabuhan atau gudang, pengurusan dokumentasi dan juga mencakup insurance yang
(27)
umumnya diperlukan oleh pemilik barang (Capt. R.P. Suyono, 2003 : 155-156)
D. Incoterms 2000
1. Pengertian
Incoterms adalah kodefikasi dari peraturan internasional untuk
keseragaman interpretasi pasal-pasal kontrak dalam perdagangan internasional. (Capt. R.P. Suyono, 2003:351)
Incoterms merupakan perjanjian antara seller dan buyer, dan bukan
persoalan dari nahkoda maupun pemilik kapal (owner).
Peraturan, standart, dan variasi perjanjian tersebut dimuat dalam incoterms (international commercial terms), yang pertama kali dibuat oleh
Kamar Dagang Internasional (International Chamber of Commerce
disingkat ICC) tahun 1936 dan terakhir Incoterms 2000.
Biasanya terms (istilah) dan abbreviations (singkatan) dari incoterms tersebut dimasukkan dalam sale contract. Istilah dan singkatan ini menunjukkan obligasi atau kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang mengadakan kontrak.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Incoterms
Tujuan incoterms adalah menyediakan seperangkat peraturan
internasional untuk memberikan penafsiran atas sejumlah istilah perdagangan yang biasa dipakai dalam perdagangan luar negeri. Jadi
(28)
commit to user
ketidakpastian dari aneka penafsiran istilah perdagangan di berbagai negara dapat dihindari atau setidaknya dapat dikurangi secara berarti.
Ruang lingkup incoterms terbatas hanya pada pihak-pihak terkait dalam kontrak jual-beli (sales contract) dari barang yang diperdagangkan.
Incoterms hanya menegaskan hubungan antara seller dan buyer dalam hal
angkutan barang, dan tidak menyangkut hubungan dengan pelayaran
(carrier), baik secara langsung maupun tidak langsung.
Incoterms berkaitan dengan sejumlah kewajiban, seperti kewajiban
penjual untuk menempatkan barang-barangnya dalam kewenangan pembeli atau menyerahkan ketempat tujuan. Juga berhubungan dengan pembagian risiko antara pihak-pihak terkait dalam kasus ini.
3. Struktur Incoterms 2000
Dalam Incoterms 1990, untuk memudahkan pengertian, syarat-syarat dikelompokkan dalam 4 kategori, mulai dengan syarat-syarat E (EXW), F (FCA, FAS, dan FOB), C (CFR, CIF, CPT, dan CIP), sampai D (DAF,
DES, DEQ, DDU, dan DDP). Dalam Incoterms 2000 skemanya adalah
sebagai berikut : INCOTERMS 2000
Group E Pemberangkatan :
EXW Ex Works (…disebut tempat)
Group F Angkutan Utama belum dibayar
FCA Free Carrier (…disebut tempat)
(29)
pengapalan)
FOB Free On Board (…disebut pelabuhan pengapalan)
Group C Angkutan Utama Dibayar
CFR Cost and Freight (…disebut pelabuhan tujuan) CIF Cost, Insurance and Freight (…disebut pelabuhan
tujuan)
CPT Carriage Paid to (…disebut tempat tujuan) CIP Carrier and Insurance Paid to (…disebut tempat
tujuan)
Group D Sampai Tujuan
DAF Delivered At Frontier (…disebut tempat) DES Delivered Ex Ship (…disebut pelabuhan tujuan) DEQ Delivered Ex Quay (…disebut pelabuhan tujuan) DDU Delivered Duty Unpaid (…disebut tempat tujuan) DDP Delivered Duty Paid (…disebut tempat tujuan) 4. Syarat Perdagangan
Tujuan pokok memilih syarat perdagangan dalam perdagangan internasional adalah untuk menentukan titik atau tempat dimana penjual harus memenuhi kewajiban melakukan penyerahan barang secara fisik atau yuridis kepada pembeli.
Titik atau tempat penyerahan juga merupakan titik batas dimana risiko atas barang dari penjual berakhir. Mulai titk ini maka pembeli mulai
(30)
commit to user
Gambaran secara lengkap mengenai masing-masing syarat perdagangan adalah sebagai berikut :
EXW : Ex Works (…disebut nama tempat)
“Ex Works” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang, bila
dia menempatkan barang-barang itu untuk pembeli di tempat kediaman penjual atau tempat lain yang ditentukan (yakni tempat kerja, pabrik, gudang dan lain-lain), belum diurus formalitas ekspornya dan juga tidak dimuat ke atas kendaraan pengangkut manapun.
Syarat ini merupakan kewajiban yang paling ringan bagi penjual, dan pembeli wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan kewajiban untuk mengambil barang-barang tersebut dari tempat penjual.
FCA : Free Carrier (…disebut nama tempat)
“Free Carrier” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan
barang-barang, yang sudah mendapat ijin ekspor, kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di tempat yang disebut. Harus dicatat bahwa pemilihan tempat penyerahan mempunyai dampak pada kewajiban muat bongkar barang-barang di tempat tersebut. Jika penyerahan terjadi di tempat penjual, maka penjual bertanggung jawab untuk memuat. Jika penyerahan terjadi ditempat lain, penjual tidak bertanggung jawab untuk membongkar.
Syarat ini dapat dipergunakan tanpa memandang jenis alat angkut, termasuk alat angkut aneka wahana.
Pengangkut berarti setiap orang dalam kontrak angkutan, yang berjanggung jawab untuk mengangkut atau menjamin untuk mengangkut
(31)
dengan kereta api, jalan raya, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut tersebut.
Jika pembeli menunjuk orang selain dari pengangkut untuk menerima barang-barang tersebut, maka penjual dianggap telah memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan barang bila barang tersebut telah diserahkannya kepada orang tersebut.
FAS : Free Alongside Ship (…disebut nama pelabuhan
pengapalan)
“Free Alongside Ship” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan
barang-barang, bila barang-barang tersebut ditempatkan di samping kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan semua risiko kehilangan atau kerusakan atas barng-barang mulai saat itu.
Syarat FAS menuntut penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini berlawanan dengan versi incoterms sebelumnya yang menuntut pembeli untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat FAS hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja.
FOB : Free On Board (…disebut nama pelabuhan pengapalan)
“Free On Board” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan
barang-barang, bila barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib memikul
(32)
commit to user
semua biaya dan risiko atas kehilangan atau kerusakan barang mulai dari titik itu. Syarat FOB menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja. Jika pihak-pihak bersangkutan tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka syarat FCA yang harus dipakai.
CFR : Cost and Freight (…disebut nama pelabuhan tujuan)
“Cost and Freight” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan
barang-barang, bila barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar biaya-biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang tersebut sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut.
Tetapi risiko hilang atau kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari penjual kepada pembeli.
Syarat CFR menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihak-pihak terkait tidak bermaksud melakukan penyerahan barang melewati pagar kapal, maka sebaiknya memakai syarat CPT.
CIF : Cost, Insurance, and Freight (…disebut nama pelabuhan
tujuan)
“Cost, Insurance, and Freight” berarti bahwa penjual melakukan
penyerahan barang-barang, bila barang-barang tersebut melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar semua biaya dan
(33)
ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang tersebut sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi risiko kehilangan atau kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari penjual kepada pembeli. Namun dalam syarat CIF, penjual wajib pula menutup asuransi angkutan laut terhadap risiko rugi atau kerusakan atas barng-barang yang mungkin diderita pembeli selama barang dalam perjalanan.
Berkenaan dengan itu, penjual wajib menutup asuransi dan membayar premi. Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIF, penjual wajib pula menutup asuransi hanya dengan syarat pertanggungan minimum.
Sekiranya pembeli menginginkan perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas, atau pembeli sendiri harus mengurus asuransi tambahan itu.
Syarat CIF menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihak-pihak bersangkutan tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka syarat CIP yang harus dipakai.
CPT : Carriage Paid To (…disebut nama pelabuhan tujuan)
“Carriage Paid To …” berarti bahwa penjual menyerahkan
barang-barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut
(34)
barang-commit to user
pembeli memikul semua risiko dan membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian.
“Carrier” berarti setiap orang dalam kontrak angkutan, yang
berjanggung jawab untuk mengangkut atau menjamin untuk mengangkut dengan kereta api, jalan raya, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut itu.
Sekiranya dipakai pengangkut-pengangkut pengganti untuk meneruskan pengangkutan sampai ke tempat tujuan yang dijanjikan, maka risiko (penjual) berakhir bila barang-barang telah diserahkan kepada pengangkut pertama.
Syarat CPT mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana (multimodal transport).
CIP : Carriage and Insurance Paid To (…disebut nama
pelabuhan tujuan)
“Carriage and Insurance Paid To …” berarti bahwa penjual
menyerahkan barang-barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang tersebut sampi ke tempat tujuan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli memikul semua risiko dan membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian. Namun dalam hal CIP, penjual juga wajib menutup asuransi
(35)
terhadap risiko rugi dan kerusakan atas barang yang menimpa pembeli selama barang dalam perjalanan.
Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIP, penjual dituntut untuk menutup asuransi hanya dengan syarat minimum. Sekiranya pembeli menginginkan perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas, atau pembeli sendiri harus mengurus asuransi tambahan itu.
DAF : Delivered At Frontier (…disebut nama tempat)
“Delivered At Frontier” berarti bahwa penjual menyerahkan
barang-barang, bila barang-barang tersebut telah ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli pada saat datangnya alat angkut, belum dibongkar, sudah diurus formalitas ekspornya, namun belum diurus formalitas impornya, di tempat atau pada titik yang disebut di wilayah perbatasan tetapi belum memasuki wilayah pabean dari negara yang bertetangga.
“Frontier” boleh dipakai untuk daerah perbatasan mana saja, termasuk
perbatasan dari negara pengekspor itu sendiri. Oleh karena itu adalah penting sekali untuk merumuskan secara tepat tentang perbatasan itu, dengan selalu menyebut titik dan tempat dalam syarat itu.
Namun, bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual untuk bertanggung jawab membongkar barang-barang dari alat angkut yang baru sampai itu dan memikul risiko dan biaya pembongkaran, maka hal ini harus dibuat sejelas-jelasnya dengan menambahkan kata-kata yang tegas
(36)
commit to user
Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja bilamana barang-barang itu harus diserahkan di perbatasan daratan. Bila penyerahan itu harus dilakukan di pelabuhan tujuan, di atas kapal atau di dermaga, supaya dipakai syarat DES atau DEQ.
DES : Delivered Ex Ship (…disebut nama pelabuhan tujuan)
“Delivered Ex Ship” berarti bahwa penjual menyerahkan barang bila
barang-barang itu ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli di atas kapal, belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut sebelum dibongkar. Bila pihak-pihak mengingini penjual memikul biaya dan risiko pembongkaran barang-barang itu, maka sebaiknya dipakai syarat DEQ.
Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang-barang akan diserahkan melalui laut atau sungai atau dengan alat angkut aneka wahana di atas kapal di pelabuhan tujuan.
DEQ : Delivered Ex Quay (…disebut nama pelabuhan tujuan)
“Delivered Ex Quay” berarti bahwa penjual menyerahkan
barang-barang itu ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli di atas dermaga, belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan tujuan tersebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut dan membongkar barang-barang itu di atas dermaga.
(37)
Syarat DEQ menuntut pembeli mengurus formalitas impor dan membayar semua biaya resmi, bea masuk, pajak-pajak dan biaya-biaya lain yang dipungut atas impor. Syarat ini adalah kebalikan dari versi incoterms sebelumnya yang mengharuskan penjual untuk mengurus formalitas impor.
Jika pihak-pihak terkait menginginkan semua atau sebagian dari biaya pengimporan atas barang menjadi tanggungan pihak penjual, maka hal ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas di dalam kontrak jual beli.
Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang-barang itu akan diserahkan melalui laut, sungai atau alat angkut aneka wahana yang dibongkar dari suatu kapal ke atas dermaga di pelabuhan tujuan. Namun bila pihak-pihak terkait mengingini memasukkan menjadi tanggung jawab penjual, semua risiko dan biaya pengelolaan barang-barang mulai dari dermaga ke tempat-tempat lain (gudang, terminal, stasiun angkutan, dll) di dalam kawasan pelabuhan atau di luar kawasan pelabuhan atau di luar kawasan, supaya dipakai syarat DDU atau DDP.
DDU : Delivered Duty Unpaid (… disebut nama tempat tujuan)
“Delivered Duty Unpaid” berarti bahwa penjual menyerahkan
barang-barang kepada pembeli, belum diurus formalitas impornya, dan belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru dating di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait
(38)
commit to user
masuk (istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang diperlukan di negara tujuan. Bea masuk semacam itu harus dipikul oleh pembeli termasuk semua biaya dan risiko yang disebabkan oleh kegagalannya mengurus formalitas impor pada waktunya. Namun, bila pihak-pihak terkait mengingini penjual yang akan mengurus formalitas kepabeanan dan memikul biaya dan risiko yang ditimbulkannya, termasuk biaya impor lainnya, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang jelas di dalam kontrak jual beli.
Syarat ini dapat dipakai untuk alat angkut apa saja, tetapi bila penyerahan barang akan dilakukan pelabuhan tujuan di atas kapal atau di atas dermaga, supaya dipakai syarat DES atau DEQ.
DDP : Delivered Duty Paid (… disebut nama tenpat tujuan)
“Delivered Duty Paid” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang
kepada pembeli, sudah diurus formalitas impornya, namum belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru dating di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan pengangkutan barang itu sampai ke sana, termasuk bea masuk apapun (istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang diperlukan di negara tujuan.
(39)
Sementara syarat EXW menggambarkan tanggung jawab yang minimal dari penjual, maka syarat DDP memberikan gambaran suatu tanggung jawab yang maksimal kepada penjual. Syarat ini janganlah dipakai bila secara langsung atau tidak langsung penjual tidak akan mungkin memperoleh izin impor. Namun, bila pihak-pihak terkait ingin untuk mengeluarkan dari tanggung jawab penjual beberapa jenis biaya yang dikenakan atas impor barang-barang (seperti Pajak Pertambahan Nilai atau VAT), maka hal ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang jelas di dalam kontrak jual-beli.
Bila pihak-pihak terkait mengingini pembeli yang akan memikul semua risiko dan biaya pengimporan ini, maka dipakai syarat DDU. Syarat ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja, tetapi bila penyerahan barang akan dilakukan di pelabuhan tujuan di atas sebuah kapal atau di atas dermaga, maka dipakai syarat DES atau DEQ.
E. Aktivitas Freight Forwarding
Freight forwarding memiliki aktivitas utama yaitu sebagai transporter.
Akan tetapi freight forwarding memiliki peran yang berbeda, bergantung pada lingkup pekerjaan (scope of work) yang tercantum dalam kontrak kerja yang telah disetujui antara kedua belah pihak yaitu antara freight forwarding dan pemberi order kerja. Dimana freight forwarding dapat berperan sebagai
(40)
commit to user
aktivitas apa saja yang dilakukan oleh freight forwarding berdasarkan peranannya tersebut.
Dalam bukunya, Capt. R.P. Suyono menjelaskan aktivitas-aktivitas freight
forwarding secara keseluruhan. Aktivitas-aktivitas tersebut berupa :
1. Memilih rute perjalanan barang, moda transportasi dan pengangkutan yang sesuai, kemudian memesan ruang kapal,
2. Melaksanakan penerimaan barang, menyortir, mengepak menimbang
berat, mengukur dimensi kemudian menyimpan barang ke dalam gudang, 3. Mempelajari Letter of Credit barang, peraturan negara tujuan ekspor,
negara transit, negara impor kemudian mempersiapkan dokumen-dokumen lain yang diperlukan,
4. Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan laut / udara, mengurus izin Bea dan Cukai, kemudian menyerahkan barang kepada pihak pengangkut,
5. Membayar biaya-biaya handling serta membayarkan freight, 6. Mendapatkan B/L dan atau AWB dari pengangkutan,
7. Mengurus asuransi transportasi barang dan membantu mengajukan klaim kepada pihak asuransi bila terjadi kehilangan atau kerusakan atas barang, 8. Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima, berdasarkan info
dari pihak pengangkut dan agen forwarder di negara transit / tujuan, 9. Melaksanakan penerimaan barang dari pihak pengangkut,
10.Mengurus izin masuk pada Bea dan Cukai serta menyelesaikan bea masuk dan biaya-biaya yang timbul di pelabuhan transit / tujuan,
(41)
11.Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat penyimpanan barang di gudang,
12.Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee, dan
melaksanakan pendistribusian barang bila diminta.
Biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh freight forwarding kemudian akan dibayar kembali oleh pemberi order ditambah dengan biaya jasa pelayanan.
F. Alur Ekspor yang Ditangani Freight Forwarding
Dalam kegiatan ekspor, terdapat berbagai tahapan-tahapan dalam prosedur pengiriman barang ekspor. Berikut adalah tahapan pengiriman barang ekspor yang ditangani oleh Freight forwarding dimana bertindak sebagai EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) :
1. Setelah eksportir menerima LC dari bank, mengirim SI ke EMKL.
2. EMKL menyerahkan SI kepada perusahaan pelayaran yang ditunjuk
untuk persetujuannya, dan apabila booking itu diterima maka perusahaan pelayaran menerbitkan Delivery Order (DO) untuk mengambil container
kosong sesuai yang dibutuhkan beserta seal-nya.
3. EMKL mengirimkan container kosong ke gudang eksportir untuk
pelaksanaan stuffing. Setelah selesai maka pintu container ditutup, diadakan penyemprotan bebas hama (fumigasi) bila perlu, barulah
(42)
commit to user
sudah dapat diangkut menuju ke pelabuhan untuk ditimbun di lapangan penimbunan atau Container Yard (CY).
4. Berdasarkan hasil stuffing maka eksportir menerbitkan invoice, packing
list dan shipping instruction definitive sebagai ganti proforma dokumen
yang telah diserahkan terlebih dahulu.
5. Merekam data-data barang yang akan diekspor dan keterangan lainnya sesuai dengan yang tercantum dalam invoice, packing list, shipping
instruction, dsb pada program aplikasi PEB EDI. Pengisian PEB harus
dilakukan secara lengkap dan benar untuk bisa mendapatkan respon dari bea cukai. Memasukkan full container di CY dan penyelesaian PEB di kantor bea cukai tidak boleh melewati batas waktu (closing time) yaitu 6 jam sebelum kedatangan kapal.
6. Dengan terpenuhinya prosedur pengurusan penyelesaian dokumen maka barang ekspor telah siap dimuat ke kapal (stevedoring) untuk diangkut ke pelabuhan tujuan, barang yang akan diangkut dapat diterima oleh maskapai pelayaran melalui dua cara, yaitu :
a. Barang diserahkan alongside (di samping kapal), maka mualim kapal mengeluarkan tanda terima yang disebut mate’s receipt / resi mualim
b. Barang diserahkan di gudang perusahaan pelayaran yang
berada di kawasan pelabuhan, maka kepala gudang memberikan tanda terima yang lazim disebut deck’s receipt / wharfinger’s receipt
(43)
7. Setelah kapal berangkat, B/L (konosemen) diterbitkan oleh perusahaan pelayaran, kemudian B/L tersebut diserahkan kepada EMKL, setelah membayar THC (Terminal Handling Charges), Doc Fee, dll. Original
B/L digunakan untuk melakukan negosiasi wesel di bank untuk memperoleh pembayaran.
(44)
commit to user
(45)
Peran Menggunakan Jasa Freight forwarding
Peran freight forwarding dibagi menjadi :
1. Peran freight forwarding dalam konsolidasi muatan
Konsolidasi muatan (cargo consolidation) atau juga disebut
groupage, adalah pengumpulan beberapa kiriman barang dari beberapa
eksportir / shipper di tempat asal yang akan dikirimkan untuk beberapa
consignee di tempat tujuan, yang dikemas dalam satu unit paket muatan,
lalu muatan terkonsolidasi tersebut dikapalkan dan ditujukan ke agen konsolidator di tempat tujuan. Agen kemudian melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee masing-masing.
Sebagai contoh : pengapalan petikemas terkonsolidasi
Muatan dari beberapa shipper dikonsolidasi oleh freight forwarding
dalam petikemas LCL (Less Container Load) dan dikapalkan ke negara
tujuan sebagai muatan petikemas FCL (Full Container Load) yang
ditujukan kepada agen konsolidator. Oleh agen konsolidator petikemas tersebut statusnya dijadikan sebagai petikemas LCL kembali kemudian muatan diserahkan kepada masing-masing consignee.
Freight forwarding sebagai konsolidator pada umumnya
menggunakan namanya sendiri dan menerbitkan House Bill of lading.
Organisasi FIATA menghimbau agar freight forwarding lebih baik
menerbitkan FIATA multimodal transportBill of lading.
(46)
commit to user
rate lebih rendah), pengangkut (mendapat keuntungan karena tidak perlu menangani masing-masing kiriman yang hanya memakan waktu dan tenaga), maupun freight forwarding (mendapat keuntungan dari biaya
dan freight rate sebagai muatan terkonsolidasi menjadi lebih murah
dibandingkan apabila mengapalkan masing-masing kiriman). Konsolidasi muatan memberikan door-to-door service yang tidak dapat diberikan oleh perusahaan pelayaran.
2. Peran freight forwarding sebagai pengangkut
Banyak freight forwarding yang bertindak sebagai operator dan bertanggungjawab penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal sendiri. Selain itu, freight forwarding juga bertindak sebagai :
a. Vessel-Operating Multimodal Transport Operator secara penuh
yang melaksanakan berbagai jenis pengangkutan dengan cara
door-to-door dengan satu dokumen intermodal yang biasanya
berbentuk FBL.
b. Non-Vessel Operator yaitu operator muatan yang mengurus
pengangkutan lewat laut dari pelabuan ke pelabuhan dengan menggunakan satu House Bill of lading (HBL) atau Ocean Bill of
lading yang juga dapat mencakup transport darat dan berfungsi
sebagai non-vessel operating multimodal transport.
c. Non-Vessel-Operating Common Carrier (NVOCC) yang
(47)
konsolidasi muatan atau melayani multimodal transport dengan HBL atau Bill of lading dari FIATA
H. Ruang Lingkup Freight Forwarding
Freight forwarding sering disebut dengan Usaha Jasa Transportasi,
dimana jasa usaha transportasi tersebut adalah usaha yang ditunjukkan untuk mewakili kepentingan pengirim / penerima barang (shipper & consignee) antar negara dalam mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman barang sebagian atau seluruhnya melalui laut, darat dan udara dengan ruang lingkup kegiatan meliputi (Amir MS., 2000:67) :
1. Menerima
2. Menyerahkan barang
3. Menyimpan
4. Menyiapkan
5. Menyelesaikan biaya / tagihan biaya asuransi, biaya angkutan darat / laut,
claim dan lain-lain kegiatan berkenaan dengan pengiriman barang ekspor /
impor. 6. Sortasi
7. Mengepak
8. Mengukur
(48)
commit to user
BAB III
DESKRIPSI OBJEK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR DAN
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1. Sejarah Berdirinya PT. Agility International
Kuwait, 13 November 2006. Grup perusahaan PWC Logistics, yang meliputi beberapa nama yang paling terkenal dalam industri logistik global, termasuk Geologistics, Transoceanic, dan Trans-Link, saat ini
mengumumkan re-branding (pemberian nama merk ulang) untuk
perusahaannya dengan memperkenalkan sebuah nama dan logo perusahaan baru, yaitu Agility.
Re-branding Agility dan tema namanya, Pemimpin Logistik Baru,
menyempurnakan integrasi (penyatuan) layanan-layanan antar grup perusahaan PWC Logistics dan merefleksikan muka tunggal perusahaan tersebut kepada konsumen dan dedikasinya kepada jasa personal.
Saat ini, Agility merupakan sebuah perusahaan dengan 20.000 karyawan dengan lebih dari 450 kantor di lebih dari 100 negara. Hal ini diperdagangkan secara publik, dengan penerimaan tahunan sebesar US$4,5 milyar dan menawarkan sebuah portofolio yang lengkap tentang manajemen angkutan dan solusi logistik yang disesuaikan di tingkat dunia.
(49)
Kata “Agility” menjelaskan budaya organisasi, kecepatan dan ketangkasannya dalam menanggapi kebutuhan konsumen; sementara ikonnya, seekor Naga merupakan sebuah metafora yang kuat, yang umum antar kebudayaan yang berbeda di dunia. Hal ini melambangkan kebijaksanaan, kemandirian, warisan, pemberdayaan, kepemimpinan, perdagangan, kekuatan dan kecepatan.
Di dalam grup perusahaan PWC Logistics memiliki banyak merk logistik yang terkenal dan terkemuka. Nama baru barus menjadi descriptor (penjelas) yang sempurna bagi karakter, misi, visi dan sasaran yang merupakan sebuah tantangan yang luar biasa karena dalam menyampaikan semua itu hanya dengan satu kata, “Pemimpin”.
Pengumuman peluncuran tentang merk Agility baru merupakan fase pertama dari rencana untuk bermigrasi dari nama-nama yang ada menjadi Agility. Transisi ini diharapkan akan benar-benar selesai pada tahun 2008.
Agility (kecerdasan mental / ketangkasan) meliputi beberapa penawaran jasa yang dirancang secara khusus termasuk Jasa Pertahanan dan Pemerintahan, Logistik Proyek, serta Pameran dan Perlombaan. Masing-masing bisnis tersebut memiliki “deskriptor merk” tambahan.
Jasa Pertahanan dan Pemerintahan Agility merupakan pemimpin logistik perdana yang memenuhi persyaratan jasa yang unik untuk pasar yang kritis ini. Ini merupakan sebuah penyedia solusi jaringan pasokan dari ujung ke ujung (end-to-end) yang lengkap yang toleran terhadap
(50)
commit to user
Proyek logistik Agility merupakan salah satu pemimpin pasar dalam menangani pengangkutan kargo yang berat dan berkontainer untuk perusahaan-perusahaan teknik dan konstruksi yang terkemuka di dunia.
Pameran dan Perlombaan Agility memiliki pengalaman telah menangani ribuan pameran dan pertandingan olahraga di seluruh dunia. Hal ini merupakan pemimpin yang diakui dalam manajemen eksposisi global dan transportasi pameran dagang yang penuh layanan.
Sebagai pemimpin logistik global, Agility akan terus menjadi anggota perusahaan yang bertanggung jawab dengan relief kemanusiaan dan jasa pembangunan, inisiatif yang berasal dari masyarakat, dan Progran Logistik Darurat dan Kemanusiaan (HELP) mereka. HELP adalah sebuah program pro-bono yang dirancang untuk membawa keahlian Agility dalam ekspedisi logistik dalam lingkungan yang menantang dimana hal ini paling dibutuhkan kesiapan dan respon bencana kemanusiaan global.
Agility akan terus bekerja dengan pemerintah dan organisasi bantuan darurat di seluruh dunia untuk memberikan materi-materi yang penting. Tim ahlinya memberikan makanan, perumahan dan pakaian dimana hal itu mungkin dibutuhkan dengan pemberitahuan mendadak.
Meskipun Agility berkonsentrasi terhadap konsumen dunia, layanan global dan jangkauan global, Agility tidak melupakan pelayanan terhadap masyarakat lokal. Kehadirannya di dunia membawa tanggung jawab dan memikulnya dengan serius.
(51)
2. Lokasi Perusahaan
Pada awalnya PT. Agility International Surakarta berlokasikan di kompleks ruko Jl. Raya Solo Permai Blok HH No. 12 Solo Baru, Sukoharjo. Namun sekarang kantor tersebut pindah di Jl. Raya Solo Permai Blok LJ No. 34 Solo Baru, Sukoharjo, hanya pindah beberapa blok dari sebelumnya.
(52)
commit to user
3. Struktur Organisasi PT. Agility International
a. Struktur Organisasi PT. Agility International
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Agility International Sumber : PT. Agility International Surakarta
Director Senior Technical Advisor Assistant Manager Administration General Manager Technical Advisor Sales & Marketing Technical Advisor Quality Logistics Technical Advisor Project Technical Administration Advisor CFO Manager H.R.D & Legal Manager Accounting & Finance Manager
Treasury Indonesian
Branch Office General Manager Air Freight Manager Sea Freight Branch Office
(53)
b. Struktur Organisasi PT. Agility International Surakarta
FREIGHT FORWARDER PT. AGILITY INTERNASIONAL SURAKARTA
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Agility International Surakarta Sumber : PT. Agility International Surakarta
BRANCH MANAGER
OPERATIONAL MANAGER
ACCOUNTING & CHASIER SALES MANAGER
AIR FREIGHT
SEA FREIGHT
EMKL CUSTOMS
(54)
commit to user
Menurut struktur organisasi yang ada pada PT. Agility International Surakarta, jabatan tertinggi dipegang oleh seorang kepala cabang yang merupakan pimpinan dari perusahaan tersebut. Pimpinan di sini membawahi 4 departemen, yaitu :
1) Departemen Penjualan (Sales and Marketing Departement)
Departemen ini bertugas mencari konsumen, membuat penawaran kepada konsumen, menjaga hubungan baik dengan konsumen,
mencari harga sewa terhadap direct transporter termasuk di
dalamnya airline, shipping line, trucker serta mampu melakukan analisa pasar. Secara administrasi harus menyiapkan SOP
(Standart Operating Procedure) membuat permohonan kredit
konosemen (credit application request), dan menyiapkan laporan secara periodik.
2) Departemen Operasional
Departemen operasional meliputi beberapa divisi, yaitu : a) Divisi Air Freight Ekspor-Impor
Divisi ini melaksanakan pengiriman melalui armada pesawat udara. Pekerjaannya meliputi pemrosesan dokumen ekspor-impor, pengambilan barang, serta pengawasan barang sampai pembuatan tagihan ke konsumen.
b) Divisi Sea Freight Ekspor-Impor
Divisi ini melaksanakan pengiriman barang melalui armada kapal laut. Pekerjaannya meliputi pemrosesan dokumen
(55)
ekspor-impor, pengambilan barang, serta pengawasan barang sampai pembuatan tagihan ke konsumen.
c) Divisi EMKL
Divisi ini melaksanakan pengiriman barang di dalam negeri menggunakan truck. Tugasnya meliputi pemrosesan dokumen, sampai pembuatan tagihan ke konsumen.
d) Divisi Customs (Custom Broker Division)
Divisi ini menangani pelaksanaan pengeluaran barang masuk (impor) maupun keluar (ekspor) dari kawasan Pabean, baik di pelabuhan laut maupun pelabuhan udara. Tugasnya meliputi pemrosesan dokumen kepabeanan. Divisi ini merupakan pendukung dari divisi lainnya.
Di dalam departemen operasional tersebut bertanggung jawab langsung kepada pimpinan opeerasional (operational manager).
Tugas dari operational manager adalah mengontrol semua
kegiatan dari divisi-divisi operasional di bawahnya dan melaporkannya kepada pimpinan cabang (branch manager).
3) Departemen Keuangan (Accounting and Chasier Departement) Departemen ini bertugas membuat laporan keuangan, mengatur
cash flow, mengontrol piutang, melakukan penagihan kepada
konsumen, menyiapakan laporan-laporan lain atas kegiatan perusahaan yang harus dilaporkan ke kantor pusat, serta
(56)
commit to user
4) Depertemen KreditDepartemen ini bertugas memberikan otoritas kredit kepada konsumen. Sementara ini, departemen ini masih di pegang langsung oleh pimpinan cabang dengan control dari direktur keuangan pusat.
(57)
B. PEMBAHASAN
1. Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR pada PT. Agility
International
Proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International dibagi menjadi :
a. Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui AGEN to
AGEN (melalui Agen Agility) :
1) Eksportir menghubungi pihak Agility (forwarding) dengan
menyerahkan Shipping Instruction (SI) untuk menginstruksikan bahwa akan ada pengapalan barang.
2) Agility menerima SI dari eksportir, untuk kemudian Agility
melakukan pemesanan ruang kapal dan empty container kepada
Shipping Company. Dalam hal ini, Agility menyerahkan Booking
Instruction kepada Shipping Company.
3) Setelah Shipping Company menerima booking instruction,
Shipping Company melakukan konfirmasi jika ruang kapal dan
empty container telah disiapkan. Dalam konfirmasi ini, Shipping
Company menyerahkan Booking Confirmation / Delivery Order
(DO) kepada Agility.
4) Agility melakukan pengambilan container di depo container
dengan menyerahkan DO dan pembayaran Lift On kepada pihak
(58)
commit to user
5) Pihak depo container memberikan seal / segel dan menyerahkan dokumen Equipment Interchange Receipt (EIR) kepada Agility, untuk kemudian container dikirim ke tempat eksportir.
6) Setelah container tiba di tempat eksportir, eksportir
mempersiapkan barang-barang yang akan diekspor, untuk selanjutnya proses stuffing. Dalam hal ini, eksportir membuat dokumen Commercial Invoice dan Packing List, dimana dokumen tersebut yang dijadikan acuan dalam pembuatan PEB dan NPE. Selain itu, apabila eksportir mempunyai kawasan berikat (eksportir kaber), maka eksportir harus membuat surat Berita Acara Penyegelan (BAP) atas barang yang telah dimuat ke dalam
container dan disegel. Sedangkan untuk eksportir yang tidak
memiliki kawasan berikat (eksportir biasa), tidak mengeluarkan BAP.
7) Setelah container selesai stuffing, eksportir menyerahkan final SI
kepada Agility untuk menerbitkan House BL. Disamping itu,
agility juga menerbitkan Outgoing Invoice (tagihan) yang dibuat berdasarkan Standart Operational Prosedure (SOP).
8) Dengan menggunakan system Elektronic Data Interchange (EDI)
a) Eksportir kaber menerbitkan PEB dan NPE untuk kemudian
disyahkan oleh Bea Cukai.
b) Sedangkan pada eksportir biasa, PEB dan NPE diterbitkan oleh Agility, kemudian disyahkan oleh Bea Cukai
(59)
9) Eksportir kaber menyerahkan PEB, NPE dan BAP kepada Agility
untuk keperluan Get In di pelabuhan muat. Sedangkan pada
eksportir biasa, PEB dan NPE sudah berada di tangan Agility.
10)Kemudian PEB, NPE, dan BAP yang telah lengkap disertakan
pada saat container diberangkatkan menuju pelabuhan muat.
Setibanya container di pelabuhan muat, dilakukan pemeriksaan barang dan dokumen oleh pihak Bea Cukai yang berada di pelabuhan muat. Apabila barang dan dokumen tersebut telah sesuai dengan ketentuan, Bea Cukai memberikan tanda tangan persetujuan pemuatan ke kapal.
11)Apabila telah mendapatkan ijin dari Bea Cukai, barang siap dimuat ke atas kapal beserta dokumen kelengkapannya.
12)Setelah kapal berangkat, Agility mengirimkan Outgoing Invoice
dan copy House BL kepada eksportir dan dokumen akan diliris
setelah eksportir melakukan pembayaran Ocean Freight (OF)
kepada Agility.
13)Di sisi lain, Shipping Company juga mengirimkan Invoice / tagihan
kepada Agility guna pembayaran Ocean Freight yang harus
dilakukan oleh Agility kepada Shipping Company.
14)Apabila Ocean Freight tersebut telah dibayar, Shipping Company
pun mengirimkan draft Sea Way Bill (SWB) kepada Agility untuk dicek kesesuaiannya. Apabila telah sesuai, Shipping Company
(60)
commit to user
15)Agility mengirimkan 1set Master SWB & copy original House BL kepada agen Agility yang berada di negara tujuan.
(61)
(62)
commit to user
b. Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui DIRECT
MASTER (langsung kepada Shipping Company,tanpa perantara Agen Agility) :
1) Eksportir menghubungi pihak Agility (forwarding) dengan
menyerahkan Shipping Instruction untuk menginstruksikan bahwa akan ada pengapalan barang.
2) Agility menerima SI dari eksportir, untuk kemudian Agility
melakukan pemesanan ruang kapal dan empty container kepada
Shipping Company. Dalam hal ini, Agility menyerahkan Booking
Instruction kepada Shipping Company.
3) Setelah Shipping Company menerima booking instruction,
Shipping Company melakukan konfirmasi jika ruang kapal dan
empty container telah disiapkan. Dalam konfirmasi ini, Shipping
Company menyerahkan Booking Confirmation / Delivery Order
(DO) kepada Agility.
4) Agility melakukan pengambilan container di depo container
dengan menyerahkan DO dan pembayaran Lift On kepada pihak
depo container.
5) Pihak depo container memberikan seal / segel dan menyerahkan dokumen Equipment Interchange Receipt (EIR) kepada Agility, untuk kemudian container dikirim ke tempat eksportir.
6) Setelah container tiba di tempat eksportir, eksportir
(63)
selanjutnya proses stuffing. Dalam hal ini, eksportir membuat dokumen Commercial Invoice dan Packing List, dimana dokumen tersebut yang dijadikan acuan dalam pembuatan PEB dan NPE. Selain itu, apabila eksportir mempunyai kawaasan berikat, maka eksportir harus membuat surat Berita Acara Penyegelan (BAP) atas
barang yang telah dimuat ke dalam container dan disegel.
Sedangkan untuk eksportir yang tidak memiliki kawasan berikat (eksportir biasa), tidak mengeluarkan BAP.
7) Dengan menggunakan sistem Elektronic Data Interchange (EDI)
a) Eksportir kaber menerbitkan PEB dan NPE untuk kemudian
disyahkan oleh Bea Cukai.
b) Sedangkan pada eksportir biasa, PEB dan NPE diterbitkan oleh Agility, kemudian disyahkan oleh Bea Cukai
8) Eksportir menyerahkan PEB, NPE dan BAP kepada Agility untuk
keperluan Get In di pelabuhan muat. Sedangkan pada eksportir biasa, PEB dan NPE suda berada di tangan Agility
9) Kemudian PEB, NPE, dan BAP yang telah lengkap disertakan
pada saat container diberangkatkan menuju pelabuhan muat.
Setibanya container di pelabuhan muat, dilakukan pemeriksaan barang dan dokumen oleh pihak Bea Cukai yang berada di pelabuhan muat. Apabila barang dan dokumen tersebut telah sesuai dengan ketentuan, Bea Cukai memberikan tanda tangan
(64)
commit to user
10)Apabila telah mendapatkan ijin dari Bea Cukai, barang siap dimuat ke atas kapal beserta dokumen kelengkapannya.
11)Setelah container selesai dimuat di atas kapal a) Eksportir menyerahkan final SI kepada Agility
b) Agility mengirimkan final SI tersebut kepada Shipping
Company.
12)Setelah kapal berangkat, Agility mengirimkan Outgoing Invoice / tagihan kepada eksportir dan dokumen akan diliris setelah eksportir melakukan pembayaran Ocean Freight (OF) kepada Agility. 13)Di sisi lain, Shipping Company juga mengirimkan Invoice / tagihan
kepada Agility guna pembayaran Ocean Freight yang harus
dilakukan oleh Agility kepada Shipping Company.
14)Apabila Ocean Freight tersebut telah dibayar, Shipping Company
pun mengirimkan draft Sea Way Bill (SWB) kepada eksportir
untuk dicek kesesuaiannya. Apabila telah sesuai, Shipping
Company mengirimkan Master SWB kepada eksportir.
15)Eksportir mengirimkan 1set Master SWB dan dokumen lain yang diperlukan, kepada Bank di negara eksportir, dimana bank tersebut
berperan sebagai flow of document (bank dalam negeri yang
ditunjuk menyerahkan dokumen kepada bank korespondennya yang berada di negara tujuan).
(65)
(66)
commit to user
2. Jenis-Jenis Dokumen yang Diperlukan dalam Term CFR, Serta
Kepengurusan Dokumen-Dokumen Tersebut.
Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam term CFR pada PT. Agility International digolongkan menjadi 3, antara lain :
a. Dokumen Inti :
1) Shipping Instruction (SI)
adalah dokumen yang diterbitkan oleh eksportir dan diserahkan kepada Agility untuk menginstruksikan bahwa akan ada pengapalan barang.
2) Booking Instruction
adalah dokumen yang diterbitkan Agility dan diserahkan kepada
Shipping Company untuk pemesanan ruang kapal dan empty
container.
3) Booking Confirmation / Delivery Order (DO)
adalah dokumen balasan yang dikeluarkan oleh Shipping Company
kepada Agility yang menerangkan bahwa ruang kapal dan empty
container telah disediakan. Dokumen ini digunakan untuk
pengambilan container di depo container
4) Commercial Invoice
adalah dokumen yang menerangkan tentang masing-masing jenis, jumlah dan harga barang / komoditi yang diekspor, dimana dokumen ini diterbitkan oleh eksportir.
(67)
5) Packing List
Adalah dokumen yang menerangkan tentang masing-masing jenis, jumlah, berat dan volume barang / komoditi yang diekspor. Dokumen ini dibuat oleh eksportir.
6) Bill of Lading (B/L)
a) House B/L
Adalah B/L yang dikeluarkan oleh Agility apabila proses pengirimannya melalui Agen to Agen dan B/L ini yang nantinya digunakan untuk proses pengambilan barang oleh importir.
b) Master Sea Way Bill
Adalah B/L yang dikeluarkan oleh Shipping Company, baik pengiriman melalui Agen to Agen maupun Direct Master.
7) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Adalah dokumen yang dibuat oleh Agility yang bertindak sebagai PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) ataupun eksportir yang memiliki Kawasan Berikat dimana dokumen ini adalah surat pemberitahuan kepada pihak Bea Cukai bahwa aka nada barang yang diekspor
(68)
commit to user
Adalah dokumen yang dibuat oleh Agility yang bertindak sebagai PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) ataupun eksportir yang memiliki Kawasan Berikat dimana dokumen tersebut mengeluarkan nomor PEB.
9) Standard Operating Procedure (SOP)
Adalah dokumen internal Agility yang wajib ada dimana dokumen ini digunakan untuk menyelaraskan kinerja operational supaya sesuai dengan kemauan eksportir dan sales marketing.
10)Document Receipt Note
Adalah tanda terima atas dokumen-dokumen yang telah diserahkan oleh Agility kepada eksportir.
b. Dokumen Pendukung :
1) Equipment Interchange Receipt (EIR)
Adalah dokumen yang dikeluarkan oleh depo container dan
diserahkan kepada Agility setelah pengambilan empty container. Dokumen ini adalah sebagai bukti bahwa depo container telah menyerahkan container dalam kondisi bagus dan bersih.
2) Certificate Of Origin (COO)
Adalah surat yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) yang menerangkan tentang asal
(69)
komoditi yang diekspor. Sertifikat ini hanya dibuat untuk negara tujuan tertentu yang mewajibkan.
3) Certificate of Fumigation
Adalah surat yang dikeluarkan oleh badan fumigasi yang menerangkan bahwa container yang digunakan oleh eksportir telah difumigasi dan bebas dari hama dan jamur, dan sejenisnya. Sertifikat ini hanya digunakan untuk komditi tertentu seperti furniture, dan sebagainya.
c. Financial Document
1) Faktur Pajak
Adalah dokumen pembayaran atas biaya-biaya pengiriman yang dikenakan pajak. Dokumen ini dikeluarkan oleh Agility dan ditagihkan kepada eksportir.
2) Incoming / Outgoing Invoice
Adalah surat tagihan pembayaran biaya-biaya yang timbul dari proses pengiriman barang. Dokumen ini diterbitkan oleh Agility
(70)
commit to user
3) Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP)
Adalah surat tanda setor atas pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dibayarkan oleh eksportir kepada Dirjen Bea Cukai.
4) Perincian Perhitungan Pembayaran Jaminan Jasa TPKS melalui
Warkat Dana
Adalah dokumen internal yang dikeluarkan oleh Agility guna untuk mencocokkan kesesuaian biaya penumpukan dengan pihak TPKS.
5) Payment Request
Adalah dokumen internal yang dikeluarkan oleh Agility mengenai permohonan pembayaran Ocean Freight.
(71)
3. Analisis Perhitungan Biaya Pengiriman Barang dengan Term CFR
a. Komponen Biaya :
1) Sea Freight
• Ocean Freight = . . .
• Terminal handling Charges (THC) = . . .
• Document Fee = . . .
• Administration Fee = . . .
• ACI / AMS / ENS Fee (NTE tertentu) = . . .
2) Custom Clearance Origin
• Custom clearance + Vat 10% = . . .
• EDI Charges + Vat 10% = . . .
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)= . . .
• Trucking = . . .
• Lift On Empty = . . .
• Lift Off Full + Vat 10% = . . .
• Port Charges + Vat 10% = . . .
• Certificate Of Origin (COO) (jika ada) = . . .
• Fumigation (jika ada) = . . .
(72)
commit to user
Keterangan :1) Ocean Freight (OF)
= ongkos angkut kapal laut.
2) Terminal Handling Charges (THC)
= biaya handling Full Container Load (FCL) di pelabuhan atas
kegiatan penerimaan container dari eksportir, penyerahan container ke kapal, dan marshailing (pemindahan container dari CY ke Lini 1).
3) Document Fee
= biaya pembuatan dan pengurusan dokumen-dokumen inti.
4) Administration Fee
= biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran administrasi-administrasi pada urusan pengapalan.
5) ACI / AMS / ENS Fee
a) ACI (Advance Commercial Information)
= biaya pengiriman data freight dari Agility kepada ACI Team
supaya ACI Team mengetahui informasi-informasi mengenai
barang-barang yang masuk di Canada. b) AMS (Automatic Manifest System)
= biaya pengiriman data freight dari Agility kepada AMS Team
supaya AMS Team mengetahui informasi-informasi mengenai
(73)
c) ENS (Entry Summary Declaration Surcharges)
= biaya pengiriman data freight dari Agility kepada ENS Team
supaya ENS Team mengetahui informasi-informasi mengenai
barang-barang yang masuk di negara-negara Eropa.
6) Custom clearance
= biaya yang timbul akibat proses penyelesaian ekspor (barang sudah masuk pelabuhan).
7) Electronic Data Interchange (EDI) Charges
= biaya yang timbul dari pembuatan PEB dan NPE yang menggunakan sistem EDI.
8) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
= pungutan yang dilakukan oleh negara, dimana pungutan tersebut bukan termasuk pajak dan memiliki besaran yang tetap, tidak berdasarkan pada besarnya nilai barang. Pungutan tersebut tercantum pada Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak.
9) Trucking
= biaya yang timbul dari pergerakan-pergerakan truck, dari perusahaan / gudang menuju pelabuhan (biaya in land).
10)Lift On Empty
= biaya yang timbul akibat dari menaikkan container kosong ke atas
truck chasis.
(74)
commit to user
= biaya yang timbul akibat dari menurunkan full container dari truck
chasis ke tempat penumpukan container.
12)Port Charges
= biaya yang timbul dari masa penumpukan container di TPKS.
13)Certificate Of Origin (COO)
= biaya yang timbul dari pembuatan COO di Disperindag.
14)Fumigation
= biaya yang timbul dari proses fumigasi container.
15)Seal Charges
= biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan segel container dari depo container.
16)Vat (Value Added Tax) 10%
= pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% yang dikenakan pada biaya-biaya tertentu.
(75)
b. Contoh Analisis Perhitungan Biaya dengan Term CFR
Nama komoditi : Medicines (Obat-obatan)
Jumlah komoditi : 405 cartons
NW / GW / Volume : 1.017,25 kgs / 2.485,00 kgs / 7,996 cbm Ukuran container : 1 x 20’
NTE : Yangon, Myanmar
POL : Semarang, Indonesia
POD : Yangon, Myanmar
1) Sea Freight
• Ocean Freight USD 950.00
• Terminal handling Charges (THC)
• Document Fee = USD 10.00
• Administration Fee = USD 10.00
• ACI / AMS / ENS Fee (NTE tertentu) = (tidak ada) +
Total Biaya Sea Freight = USD 970.00
Misal kurs USD 1 = Rp 8.900,00
(76)
commit to user
2) Custom Clearance Origin• C. clearance + Vat 10% (150.000 + 10%)= Rp 165.000,00
• EDI Charges + Vat 10%(165.000 + 10%)= Rp 181.500,00
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)= Rp 60.000,00
• Trucking = Rp 1.332.500,00
• Lift On Empty = Rp 95.000,00
• Lift Off Full + Vat 10% = Rp 170.500,00
• Port Charges + Vat 10% (22.000 + 10%) = Rp 24.420,00
• Certificate Of Origin (COO) (jika ada) = Rp 15.000,00
• Fumigation (jika ada) = (tidak ada)
• Seal Charges = Rp 22.000,00 +
Total Biaya Custom Clearance Origin = Rp 2.065.920,00
Total Biaya Pengiriman Barang dengan Term CFR :
= Total Biaya Sea Freight + Total Biaya Custom Clearance Origin
= Rp 8.633.000,00 + Rp 2.065.920,00
(77)
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada Pembahasan BAB III maka kesimpulan yang dapat penulis ambil mengenai proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International adalah sebagai berikut :
1. Proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International dibagi menjadi 2 cara, yaitu dengan Agen to Agen dan Direct Master. Pada awalnya kedua cara ini melalui proses yang sama yakni berawal dari penyerahan SI kepada Agility, pemesanan ruang kapal dan container, sampai kepada proses rilis dokumen hingga pengiriman barang. Yang membedakan dari kedua cara ini adalah pada Agen to Agen, Agility menerbitkan House B/L untuk kemudian copy original House B/L tersebut beserta 1 set Master SWB yang diterbitkan oleh Shipping Company, dikirimkan kepada Agen Agility yang berada di negara tujuan. Sedangkan pada Direct Master, Agility tidak menerbitkan B/L melainkan B/L tersebut
langsung diterbitkan oleh Shipping Company, yakni Master SWB.
Kemudian 1 set Master SWB tersebut, dikirimkan langsung oleh Shipping
Company kepada eksportir. Selanjutnya untuk flow of document tersebut
berpindah melalui perantara Bank (bank dalam negeri yang ditunjuk menyerahkan kepada bank korespondennya yang berada di negara tujuan).
(1)
= biaya yang timbul akibat dari menurunkan full container dari truck chasis ke tempat penumpukan container.
12)Port Charges
= biaya yang timbul dari masa penumpukan container di TPKS.
13)Certificate Of Origin (COO)
= biaya yang timbul dari pembuatan COO di Disperindag.
14)Fumigation
= biaya yang timbul dari proses fumigasi container.
15)Seal Charges
= biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan segel container dari
depo container.
16)Vat (Value Added Tax) 10%
= pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% yang dikenakan pada biaya-biaya tertentu.
(2)
b. Contoh Analisis Perhitungan Biaya dengan Term CFR
Nama komoditi : Medicines (Obat-obatan)
Jumlah komoditi : 405 cartons
NW / GW / Volume : 1.017,25 kgs / 2.485,00 kgs / 7,996 cbm
Ukuran container : 1 x 20’
NTE : Yangon, Myanmar
POL : Semarang, Indonesia
POD : Yangon, Myanmar
1) Sea Freight
• Ocean Freight USD 950.00
• Terminal handling Charges (THC)
• Document Fee = USD 10.00
• Administration Fee = USD 10.00
• ACI / AMS / ENS Fee (NTE tertentu) = (tidak ada) +
Total Biaya Sea Freight = USD 970.00
Misal kurs USD 1 = Rp 8.900,00
(3)
2) Custom Clearance Origin
• C. clearance + Vat 10% (150.000 + 10%)= Rp 165.000,00
• EDI Charges + Vat 10%(165.000 + 10%)= Rp 181.500,00
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)= Rp 60.000,00
• Trucking = Rp 1.332.500,00
• Lift On Empty = Rp 95.000,00
• Lift Off Full + Vat 10% = Rp 170.500,00
• Port Charges + Vat 10% (22.000 + 10%) = Rp 24.420,00
• Certificate Of Origin (COO) (jika ada) = Rp 15.000,00
• Fumigation (jika ada) = (tidak ada)
• Seal Charges = Rp 22.000,00 +
Total Biaya Custom Clearance Origin = Rp 2.065.920,00
Total Biaya Pengiriman Barang dengan Term CFR :
= Total Biaya Sea Freight + Total Biaya Custom Clearance Origin
= Rp 8.633.000,00 + Rp 2.065.920,00
(4)
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada Pembahasan BAB III maka kesimpulan yang dapat penulis ambil mengenai proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International adalah sebagai berikut :
1. Proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International
dibagi menjadi 2 cara, yaitu dengan Agen to Agen dan Direct Master. Pada
awalnya kedua cara ini melalui proses yang sama yakni berawal dari
penyerahan SI kepada Agility, pemesanan ruang kapal dan container,
sampai kepada proses rilis dokumen hingga pengiriman barang. Yang
membedakan dari kedua cara ini adalah pada Agen to Agen, Agility
menerbitkan House B/L untuk kemudian copy original House B/L tersebut
beserta 1 set Master SWB yang diterbitkan oleh Shipping Company,
dikirimkan kepada Agen Agility yang berada di negara tujuan. Sedangkan
pada Direct Master, Agility tidak menerbitkan B/L melainkan B/L tersebut
langsung diterbitkan oleh Shipping Company, yakni Master SWB.
Kemudian 1 set Master SWB tersebut, dikirimkan langsung oleh Shipping
Company kepada eksportir. Selanjutnya untuk flow of document tersebut berpindah melalui perantara Bank (bank dalam negeri yang ditunjuk menyerahkan kepada bank korespondennya yang berada di negara tujuan).
(5)
2. Dokumen yang diperlukan dalam term CFR, serta kepengurusan
dokumen-dokumen tersebut, digolongkan menjadi 3 jenis. Pertama adalah
Dokumen Inti, yang terdiri dari Shipping Instruction (SI), Booking
Instruction, Booking Confirmation / Delivery Order (DO), Commercial Invoice, Packing List, Bill of Lading (B/L), Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB), Nota Pelayanan Ekspor (NPE), Standart Operating Procedure
(SOP), dan Document Receipt Note. Kedua adalah Dokumen Pendukung,
terdiri dari Equipment Interchange Receipt (EIR), Certificate of Origin
(COO), dan Certificate of Fumigation.Ketiga adalah Financial Document
(Dokumen Finansial), terdiri dari Faktur Pajak, Incoming / Outgoing
Invoice, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), Perincian
Perhitungan Pembayaran Jaminan Jasa TPKS melalui Warkat Dana, dan
Payment Request.
3. Analisis Perhitungan Biaya dalam Term CFR, memiliki 2 komponen
biaya. Pertama adalah komponen Sea Freight, yang terdiri dari biaya
Ocean Freight, Terminal handling Charges (THC), Document Fee,
Administration Fee, dan ACI / AMS / ENS Fee. Kedua adalah komponen
Custom Clearance Origin, yang terdiri dari biaya Custom clearance
+ Vat 10%, EDI Charges + Vat 10%, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Trucking , Lift On Empty , Lift Off Full + Vat 10% , Port Charges + Vat 10%, Certificate Of Origin (COO) (jika ada), Fumigation (jika ada), Seal Charges.
(6)
B. SARAN
Berdasarkam hasil kesimpulan dari pembahasan terhadap rumusan masalah serta pengalaman pada saat magang kerja pada PT. Agility International, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan, antara lain :
1. Kantor PT. Agility International cabang Solo bahwasanya memerlukan
sebuah ruang yang dapat difungsikan sebagai gudang untuk pada saat
proses stuffing, dimana gudang tersebut juga dapat digunakan untuk garasi
mobil kantor dan truck box. Hal ini dikarenakan agar barang yang akan
di-stuffing tidak memenuhi ruang kerja karyawan serta dapat menjaga
keamanan pada mobil dan truck yang berada di kantor.
2. Dengan semakin banyaknya job dan customer yang diterima oleh PT.
Agility International cabang Solo, maka harus disertai pula dengan penambahan jumlah karyawan. Sehingga setiap karyawan dapat fokus pada satu divisi saja, dimana hal ini dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Di sisi lain, perlu adanya pembagian job yang jelas.
3. Perlu adanya keterbukaan dan komunikasi yang baik dari masing-masing
divisi, supaya menghindarkan adanya kesalahan pada pengerjaan tugas-tugas dari customer.