KEDUDUKAN SURAT PERNYATAAN BUKAN HAK MILIK TERHADAP SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBELI BADAN HUKUM ATAS NAMA WARGA NEGARA INDONESIA DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN.
KEDUDUKAN SURAT PERNYATAAN BUKAN HAK MILIK TERHADAP
SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBELI BADAN HUKUM
ATAS NAMA WARGA NEGARA INDONESIA DITINJAU
BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN
DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
Teungku Ichramsyah Darwis
110110100119
Badan hukum yang telah memilih tempat dan kediaman untuk
melakukan kegiatan usahanya dapat memiliki hak-hak tertentu atas tanah
sebagai lahan atau tempat untuk melakukan segala bentuk kegiatan
usahanya. Namun terdapat hak atas tanah yang tidak dapat dimiliki oleh
subjek hukum lain, selain oleh Warga Negara Indonesia yaitu hak milik
atas tanah yang sifatnya terkuat dan tidak terdapat jangka waktu
kepemilikannya. UUPA telah menentukan hak-hak atas tanah apa saja
yang dapat di berikan kepada badan hukum, subjek hukum tersebut tetap
mengusahakan untuk memiliki hak milik atas tanah demi kegiatan
investasinya. Permasalahan muncul ketika terbitnya surat pernyataan
bukan hak milik terhadap sertifikat hak milik atas tanah yang didalamnya
menyatakan bahwa nama yang tercantum di dalam sertifikat hak milik
tersebut tidaklah berhak atas isi yang dimaksudkan dalam sertifikat,
melainkan badan hukum tertentulah yang berhak atas hak milik tanah
yang dimaksudkan dalam sertifikat tersebut. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui ketentuan dan kedudukan dari surat peryataan
bukan hak milik jika disandingkan dengan sertifikat hak milik atas tanah,
serta cara mengatasi persoalan dari terjadinya pembelian tanah yang
dilakukan oleh badan hukum dengan mengatasnamakan WNI.
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif
dengan menitikberatkan penelitian pada bahan hukum primer, sekunder,
maupun tersier yang terkait dengan hak milik atas tanah. Spesifikasi
penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitis dengan memaparkan
ketentuan mengenai hak milik atas tanah, cara pendaftaran dan
pemindahannya, untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan
simpulan. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan
dengan mengkaji data sekunder dan penelitian lapangan yang diperoleh
langsung dari lapangan sebagai pendukung data sekunder. Metode
analisis data yang digunakan adalah metode yuridis kualitatif.
Kedudukan surat pernyataan bukan hak milik terhadap sertifikat
hak milik atas tanah adalah batal demi hukum, dan dikategorikan sebagai
penyelundupan hukum. Karena pada dasarnya telah secara tegas dalam
hukum positif di Indonesia, kepemilikan hak milik atas tanah oleh badan
hukum adalah dilarang. Akibat kurangnya partisipasi aktif dari instansiinstansi yang terkait, permasalahan hukum yang terjadi hanya dapat
diselesaikan apabila salah satu pihak mengajukan gugatan ke
pengadilan, maka tindakan yang paling relevan adalah dengan advokasi
hukum sebagai bentuk dari upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap kedaulatan negara.
iv
SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBELI BADAN HUKUM
ATAS NAMA WARGA NEGARA INDONESIA DITINJAU
BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN
DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
Teungku Ichramsyah Darwis
110110100119
Badan hukum yang telah memilih tempat dan kediaman untuk
melakukan kegiatan usahanya dapat memiliki hak-hak tertentu atas tanah
sebagai lahan atau tempat untuk melakukan segala bentuk kegiatan
usahanya. Namun terdapat hak atas tanah yang tidak dapat dimiliki oleh
subjek hukum lain, selain oleh Warga Negara Indonesia yaitu hak milik
atas tanah yang sifatnya terkuat dan tidak terdapat jangka waktu
kepemilikannya. UUPA telah menentukan hak-hak atas tanah apa saja
yang dapat di berikan kepada badan hukum, subjek hukum tersebut tetap
mengusahakan untuk memiliki hak milik atas tanah demi kegiatan
investasinya. Permasalahan muncul ketika terbitnya surat pernyataan
bukan hak milik terhadap sertifikat hak milik atas tanah yang didalamnya
menyatakan bahwa nama yang tercantum di dalam sertifikat hak milik
tersebut tidaklah berhak atas isi yang dimaksudkan dalam sertifikat,
melainkan badan hukum tertentulah yang berhak atas hak milik tanah
yang dimaksudkan dalam sertifikat tersebut. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui ketentuan dan kedudukan dari surat peryataan
bukan hak milik jika disandingkan dengan sertifikat hak milik atas tanah,
serta cara mengatasi persoalan dari terjadinya pembelian tanah yang
dilakukan oleh badan hukum dengan mengatasnamakan WNI.
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif
dengan menitikberatkan penelitian pada bahan hukum primer, sekunder,
maupun tersier yang terkait dengan hak milik atas tanah. Spesifikasi
penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitis dengan memaparkan
ketentuan mengenai hak milik atas tanah, cara pendaftaran dan
pemindahannya, untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan
simpulan. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan
dengan mengkaji data sekunder dan penelitian lapangan yang diperoleh
langsung dari lapangan sebagai pendukung data sekunder. Metode
analisis data yang digunakan adalah metode yuridis kualitatif.
Kedudukan surat pernyataan bukan hak milik terhadap sertifikat
hak milik atas tanah adalah batal demi hukum, dan dikategorikan sebagai
penyelundupan hukum. Karena pada dasarnya telah secara tegas dalam
hukum positif di Indonesia, kepemilikan hak milik atas tanah oleh badan
hukum adalah dilarang. Akibat kurangnya partisipasi aktif dari instansiinstansi yang terkait, permasalahan hukum yang terjadi hanya dapat
diselesaikan apabila salah satu pihak mengajukan gugatan ke
pengadilan, maka tindakan yang paling relevan adalah dengan advokasi
hukum sebagai bentuk dari upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap kedaulatan negara.
iv