EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEJABAT STRUKTURAL ESELON-4 DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI.

(1)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN .. ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

D. Paradigma Penelitian ... 14

E. Asumsi ... 18

F. Hipotesis ... 20

G. Metode Penelitian ... 21

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 21

BAB II. TINJAUAN PUSAKA... ... 23

A. Kebijakan, Implementasi Kebijakan dan Efektivitasnya . 23

B. Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan ... 28

C. Konsepsi Pendidikan dan Pelatihan ... 32

D. Kepemimpinan ... 42

E. Sumberdaya Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan ... 45

F. Efektivitas Proses Pembelajaran ... 54

G. Kompetensi dan Kinerja ... 59

H. Hubungan Proses Pembelajaran dengan Peningkatan Kinerja ... 66

I. Kajian Studi Terdahulu yang Relevan ... 68

BAB III. METODE PENELITIAN ... 69

A. Pendekatan Penelitian ... 72

B. Populasi dan Sampel ... 73

C. Prosedur Penelitian ... 76

D. Variabel Penelitian ... 83

E. Pengembangan Instrumen ... 83

F. Hipotesis Penelitian ... 85

G. Metode dan Teknik Analisis Data ... 91


(2)

vi

BAB IV HASIL ANALISIS DATA... ... 102

A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 102

1. Deskripsi Ketepatan Bahan Ajar . ... 102

2. Deskripsi Pengunaan Metode ... 105

3. Deskripsi Kemampuan Pengajar ... 108

4. Deskripsi Kesiapan Peserta ... 110

5. Deskripsi Kemampuan Penyelenggara ... 114

6. Deskripsi Keefektivan Proses Pembelajaran ... 116

7. Deskripsi Peningkatan Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4... 119

B. Analisis Induktif Variabel Penelitian ... 126

1. Uji Normalitas Data ... 126

2. Analisis Hubungan Parsial antara Variabel Ketepatan Bahan Ajar, Penggunaan Metode, Kemampuan Pengajar, Kesiapan Peserta, dan Kemampuan Penyelenggara dengan Efektivitas Proses Pembelajaran... 127

3. Analisis Hubungan Integratif antara Variabel Ketepatan Bahan Ajar, Penggunaan Metode, Kemampuan Pengajar, Kesiapan Peserta, dan Kemampuan Penyelenggara dengan Efektivitas Proses Pembelajaran... 131

4. Analisis Hubungan Efektivitas Proses Pembelajaran dengan Peningkatan Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4... 133

C. Tabulasi Silang Variabel Kontrol... 136

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN USULAN MODEL HIPOTETIK... 139

A. Kontribusi Terhadap Studi Terdahulu yang Relevan... 139

B. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Diklatpim IV dalam Meningkatkan Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4... 144

C. Analisis Lingkungan Implementasi Kebijakan Diklatpim IV dalam Meningkatkan Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4... 151


(3)

vii

BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 168

A. Kesimpulan ... 168

B. Implikasi ... 170

C. Rekomendasi ... 172

DAFTAR PUSTAKA ... 175

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 182


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Ukuran Sampel untuk Setiap Stratum... 76

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian... 84

3.3 Analisis Varian... 96

3.4 Anova Untuk Menguji Koefisien Regresi Ganda... 97

4.5 Tanggapan Responden Mengenai Ketepatan Bahan Ajar... 103

4.6 Tanggapan Responden Mengenai Penggunaan Metode... 107

4.7 Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Pengajar... 109

4.8 Distribusi Frekuensi Umur Peserta Diklatpim IV... 112

4.9 Pernyataan Responden Mengenai Kesiapan Mengikuti Diklatpim IV ... 113

4.10 Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Penyelenggara Diklatpim IV... .. 115 4.11 Tanggapan Responden Mengenai Efektivitas Proses Pembelajaran Diklatpim IV... 117

4.12 Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4 (Penilai Pejabat Atasan)... 120

4.13 Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4 (Penilai Pejabat Selevel)... 122

4.14 Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4 (Penilai Staf Pelaksana)... 124

4.15 Hasil Uji Korelasi Pearson Antara X1X2X3X4X5 dengan Y1... 128

4.16 Hasil Analisis Korelasi Parsial... 130

4.17 Tabulasi Silang Variabel Kontrol dengan Efektivitas Proses Pembelajaran... 136

4.18 Tabulasi Silang Variabel Kontrol dengan Peningkatan Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4... 137


(5)

ix

5.19 Tingkat Kesesuaian Variabel Independen... 142

5.20 Tingkat Kesesuaian Peningkatan Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4... 143

5.21 Identifikasi Lingkungan Internal... 152

5.22 Identifikasi Lingkungan Eksternal... 153

5.23 Analisis Medan Kekuatan... 154

5.24 Formulasi Strategi... 156


(6)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Identifikasi Variabel Penelitian... 9

1.2 Model Sistem Menurut Schoderbek... 15

1.3 Model Sistem Menurut Teori Akuntabilitas... 16

1.4 Paradigma Penelitian... 19

2.5 Konsepsi Implementasi Kebijakan... 27

2.6 Model Diklat Berorientasi Sistem... 36

2.7 Model Diklat Berorientasi Kompetensi... 38

2.8 The Process Of Training Development... 40

2.9 Model Diklat Berorientasi Kebutuhan Organisasi... 41

2.10 Kompetensi Melahirkan Kinerja... 61

3.11 Prosedur Penelitian... 77

3.12 Rentang Skor Kategori... 79

4.13 Proporsi Bahan Ajar... 102

4.14 Rentang Skor Kategori Ketepatan Bahan Ajar... 104

4.15 Rentang Skor Kategori Penggunaan Metode... 107

4.16 Rentang Skor Kategori Kemampuan Pengajar/ Widyaiswara... 109 4.17 Tingkat Pendidikan Peserta Diklatpim IV... 111

4.18 Pangkat/Golongan Peserta Diklatpim IV... 129


(7)

xi

4.20 Rentang Skor Kategori Kemampuan Penyelenggara

Diklatpim IV... 115 4.21 Rentang Skor Kategori Efektivitas Proses Pembelajaran. 118 4.22 Rentang Skor Kategori Peningkatan Kinerja Pejabat

Struktural Eselon-4 (Dinilai Pejabat Atasan)... 120 4.23 Rentang Skor Kategori Peningkatan Kinerja Pejabat

Struktural Eselon-4 (Dinilai Pejabat Selevel)... 122 4.24 Rentang Skor Kategori Peningkatan Kinerja Pejabat

Struktural Eselon-4 (Dinilai Staf Pelaksana)... 124

5.25 Langkah-Langkah Formulasi Strategi 155


(8)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

3.1 Penjabaran Konsep Teori ke dalam konsep-Konsep

Empiris dan Analisis... 182

3.2 Kuesioner Penelitian... 197

3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 214

4.4 Uraian Mata Diklat... 223

4.5 Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Kurva P-P Plot dan Uji Kolmogorov Smirnov... 225

4.6 Data dan Analisis Product Moment Variabel-Variabel Independen dengan Efektivitas Proses Pembelajaran... 235

4.7 Data dan Analisis Korelasi Parsial (X1,X2,X3,X4,X5 dengan Y1)... 237

4.8 Analisis Linier Ganda... 254

4.9 Analisis Linier Sederhana... 257

4.10 Data dan Analisis Tabulasi Silang Variabel Kontrol dengan Efektivitas Proses Pembelajaran... 266

4.11 Data dan Analisis Tabulasi Silang Variabel Kontrol dengan Peningkatan Kinerja Pejabat Struktural Eselon-4... 274


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan pembangunan nasional dalam konteks reformasi, otonomi dan globalisasi diarahkan pada kebijakan investasi sumberdaya manusia yang mencakup bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang diukur berdasarkan parameter pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat merupakan instrumen global yang saat ini digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan sumberdaya manusia suatu bangsa. Hasil pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dilaporkan oleh UNESCO-PBB tahun 2002, memperlihatkan bahwa Bangsa Indonesia berada pada peringkat ke-110 dari 175 negara yang dievaluasi. Tingkat kemajuan sumberdaya manusia Indonesia relatif masih jauh ketinggalan dibandingkan negara lain, khususnya negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang sebagian besar telah memiliki peringkat IPM di bawah 100.

Reformasi pendidikan diharapkan mampu membenahi dan mengoptimalisasikan sumberdaya pendidikan agar menghasilkan manusia yang berilmu pengetahuan, terampil dan bermoral. Tilaar (2000 : 17) mengemukakan, bahwa pendidikan bukan hanya bertujuan menghasilkan manusia yang pintar dan terdidik, tetapi yang lebih penting ialah manusia yang terdidik dan berbudaya (educated and civilized human being). Oleh karena itu akuntabilitas pendidikan


(10)

menjadi semakin penting bagi institusi pendidikan, baik jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Pasal 13 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal. Pasal 29 menyatakan, bahwa Pendidikan Kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Pendidikan Kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah non departemen. Pendidikan Kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah non departemen.

Pendidikan Kedinasan secara praktis dilaksanakan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan (Pasal 31 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974). Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat) PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 1994 menegaskan, bahwa bagi pejabat struktural dipersyaratkan mengikuti Diklat Administrasi Umum (Adum), Diklat Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Spama), Diklat Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Menengah (Spamen), dan Diklat Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Tinggi (Spati). Memasuki era reformasi, mendorong pemerintah memberlakukan PP Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Bagi pejabat struktural dipersyaratkan mengikuti Diklat Kepemimpinan


(11)

Tingkat IV (Diklatpim IV), Diklat Kepemimpinan Tingkat III (Diklatpim III), Diklat Kepemimpinan Tingkat II (Diklatpim II), dan Diklat Kepemimpinan Tingkat I (Diklatpim I). Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 893.3/268/SJ menegaskan, bahwa Diklat Adum setara dengan Diklatpim IV, Diklat Spama setara dengan Diklatpim III, Diklat Spamen setara dengan Diklatpim II, dan Diklat Spati setara dengan Diklatpim I. Reformasi kediklatan tersebut dilaksanakan untuk mempertegas persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan.

Secara kuantitatif jabatan struktural eselon-4 merupakan jabatan yang paling dominan di daerah, dan merupakan front terdepan organisasi pemerintah dalam memberikan pelayanan umum pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena itu jabatan struktural eselon-4 sangat menentukan dalam akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. PP Nomor 100 Tahun 2000 jo. PP Nomor 13 Tahun 2002 menegaskan, bahwa PNS yang menduduki jabatan struktural dipersyaratkan mengikuti dan lulus diklat kepemimpinan sesuai dengan jenjang jabatannya. Asumsi kebijakan tersebut secara substansial menekankan, bahwa tugas jabatan struktural harus dilaksanakan oleh PNS yang memiliki kompetensi jabatan dengan indikator tingkat pengetahuan dan keterampilan yang tinggi serta sikap dan perilaku yang baik.

Perkembangan reformasi pembangunan memperlihatkan, bahwa kom-petensi yang dihasilkan dari penyelenggaraan diklat dituntut untuk memiliki dampak positif terhadap peningkatan kinerja pejabat struktural. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 menekankan pentingnya akuntabilitas kinerja instansi


(12)

pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menekankan, bahwa akuntabilitas penggunaan anggaran pemerintah harus sesuai dengan prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja.

Fenomena yang terjadi di daerah adalah kekhawatiran kalangan legislatif yang mempertanyakan, apakah penyelenggaraan diklat kepemimpinan dengan pembiayaan yang semakin tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja aparatur pemerintah? Pertanyaan tersebut dapat di-argumentasikan secara logika formal, tetapi belum dapat dibuktikan secara empirik. Fenomena lain yang mengkhawatirkan adalah tumbuhnya pemikiran di kalangan peserta diklat kepemimpinan yang memandang, bahwa orientasi sertifikat lebih penting daripada orientasi kompetensi. Memiliki sertifikat berarti dapat memenuhi persyaratan jabatan struktural.

Kajian empirik yang dilakukan Bidang Diklat, Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sukabumi tahun 2001 memperlihatkan angka yang cukup memprihatinkan, yaitu dari 189 alumni Diklat Kepemimpinan/Adumla hanya 87 orang atau 46,03 % yang meningkat kinerjanya (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah/LAKIP Bidang Diklat, Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sukabumi, Tahun 2001). Kajian tersebut mengindikasikan pentingnya dilakukan penelitian yang mendalam tentang variabel sumberdaya penyelenggaraan diklat (kurikulum, pengajar/widyaiswara, metode, peserta, penyelenggara, biaya, sarana/prasarana, wewenang daerah), variabel efektivitas proses pembelajaran, dan variabel peningkatan kinerja alumni diklat. Secara


(13)

hipotetis dapat dikemukakan proposisi, bahwa efektivitas proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya penyelenggaraan diklat, dan efektivitas proses pembelajaran akan mempengaruhi peningkatan kinerja alumni diklat, khususnya alumni diklat yang sudah menduduki jabatan eselon-4.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menekankan asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Pembangunan di Kabupaten Sukabumi dalam kerangka otonomi daerah diarahkan untuk mewujudkan visi Kabupaten Sukabumi, yaitu

"Kabupaten Sukabumi yang tangguh, damai, produktif, dan sejahtera yang dijiwai oleh nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa " (Perda Nomor 14 Tahun 2000). Implikasi visi tersebut adalah membentuk sumberdaya manusia yang tangguh, dan hakikatnya adalah manusia-manusia yang berkinerja tinggi dalam membangun daerah dan daerah membangun. Kinerja sumberdaya manusia aparatur Kabupaten Sukabumi akan berbanding lurus dengan kinerja birokrasi dalam melaksanakan tugas jabatannya. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 14-17 Tahun 2002 tentang Kelembagaan Daerah telah menetapkan 1046 jabatan struktural eselon-4, 153 jabatan struktural eselon-3, dan 34 jabatan struktural eselon-2. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2002 telah menetapkan pembentukan Badan Diklat Kabupaten Sukabumi yang berfungsi melaksanakan kebijakan pendidikan dan pelatihan bagi PNS. Implementasi kebijakan Diklatpim IV telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota, kecuali kewenangan dalam menentukan kurikulum, pengajar/widyaiswara, dan evaluasi/sertifikasi.


(14)

Fenomena yang terjadi dalam implementasi kebijakan diklat kepemimpinan sangat menarik dan sangat penting untuk diteliti. Sejak tahun 2001, Kabupaten Sukabumi telah melaksanakan tujuh angkatan Diklatpim IV dengan jumlah peserta 280 orang yang tersebar di berbagai instansi pemerintah. Fokus penelitian yang mendesak diteliti adalah sumberdaya Diklatpim IV, proses pembelajaran, dan kinerja para pejabat struktural eselon-4 . Topik penelitian dirumuskan dengan judul : “EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEJABAT STRUKTURAL ESELON-4 DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI”.

B. Rumusan Masalah

Menghadapi era reformasi, otonomi, dan globalisasi, diperlukan sosok aparatur pemerintah yang berkemampuan tinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2000 dengan tegas menyatakan, bahwa pendidikan dan pelatihan (diklat) jabatan Pegawai Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengacu pada kompetensi jabatan. Pasal 3 PP 101 Tahun 2000 menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perlaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

Penyelenggaraan Diklatpim IV tidak terlepas dari link and match atau relevansi pendidikan berdasarkan kebutuhan dunia kerja. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 893.3/268/SJ. menegaskan, bahwa


(15)

penyelenggaraan Diklatpim IV mengacu kepada sasaran kinerja pejabat struktural eselon-4 yang mencakup kemampuan memimpin dan kemampuan teknis dalam mengelola tugas jabatannya. Kemampuan memimpin meliputi aspek pe-rencanaan, koordinasi, penggerakan, dan pengawasan/pengendalian. Kemampuan teknis meliputi aspek penjabaran kebijakan, pelaksanaan program kegiatan, dan laporan akuntabilitas kinerja.

Berdasarkan uraian tersebut, ruang lingkup masalah penelitian mencakup masalah-masalah sumberdaya penyelenggaraan Diklatpim IV, efektivitas proses pembelajaran, dan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4. Batasan masalah sumberdaya penyelenggaraan Diklatpim IV difokuskan pada lima variabel yang paling krusial, yaitu ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara. Masalah efektivitas proses pembelajaran mencakup keberhasilan dalam upaya me-ningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta perubahan sikap dan perilaku. Masalah peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4 dipelajari dari sudut pandang efektivitas proses pembelajaran, tidak mempelajari kemungkinan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Oleh karena itu masalah-masalah penelitian tersebut dapat dirumuskan seperti berikut ini.

(1) Sejauhmana hubungan parsial ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran ?

(2) Sejauhmana hubungan integratif ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran ?


(16)

(3) Sejauhmana hubungan antara efektivitas proses pembelajaran dengan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4 ?

Rumusan masalah penelitian tersebut dijabarkan dalam identifikasi variabel penelitian dan definisi operasional seperti berikut ini.

1. Identifikasi Variabel Penelitian

Kerlinger (1973 :20) menyatakan, bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari, dan suatu sifat diambil dari suatu nilai yang berbeda. Dengan demikian variabel penelitian, baik yang meyangkut orang maupun obyek harus ada variasinya. Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel, yaitu variabel kontrol, variabel independen, dan variabel dependen. Variabel kontrol adalah variabel kendali yang bersifat membandingkan berdasarkan karakteristik individu; variabel independen adalah veriabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau menimbulkan variabel dependen; variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (Sugiyono, 1999 : 21).

Identifikasi variabel penelitian tentang efektivitas implementasi kebijakan Diklatpim IV dalam meningkatkan kinerja pejabat struktural eselon-4 dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 1.1.


(17)

Keterangan :

X1 = Variabel independen Ketepatan Bahan Ajar

X2 = Variabel independen Penggunaan Metode

X3 = Variabel independen Kemampuan Pengajar/Widyaiswara

X4 = Variabel independen Kesiapan Peserta

X5 = Variabel independen Kemampuan Penyelenggara

Y1 = Variabel dependen Efektivitas Proses Pembelajaran

Y2 = Variabel dependen Peningkatan Kinerja Pejabat

Struktural Eselon-4

K1 = Variabel Kontrol Pendidikan

K2 = Variabel Kontrol Umur

K3 = Variabel Kontrol Masa Kerja

K4 = Variabel Kontrol Pangkat/Golongan

Variabel independen X1X2X3X4X5 tidak menggunakan variabel kontrol,

sebab dipersepsikan oleh alumni Diklatpim IV yang secara homogen berkedudukan sebagai pejabat struktural eselon-4. Variabel dependen Y1Y2

memerlukan kontrol K1K2K3K4, sebab kedudukan sebagai pembelajar dan

Gambar 1.1

Identifikasi Variabel Penelitian X1

X2

X3

X4

X5

Y1 Y2

K1 K2 K3 K4

Variabel Dependen Variabel Independen


(18)

sebagai pejabat struktural eselon-4 dipengaruhi oleh karakteristik personal yang secara formal melekat dalam persepsinya. Hubungan variabel X1X2X3X4X5

dengan veriabel Y2 merupakan hubungan kausalitas tidak langsung dan ditengahi

oleh variabel penyela Y1. Hal ini sejalan dengan pendapat Bachrudin dan Tobing

(2003:17) yang menyatakan, bahwa hubungan kausalitas tak langsung me-rupakan suatu keadaan di mana sebuah variabel sebab akan mempengaruhi variabel lain melalui mediasi variabel ketiga yang disebut variabel intervening

(perantara/penyela).

2. Definisi Operasional

Untuk menjaga supaya tidak terjadi salah penafsiran terhadap variabel yang diteliti, perlu dikemukakan definisi operasional seperti berikut ini.

§ Efektivitas implementasi kebijakan adalah keberhasilan instansi pelaksana kebijakan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pendekatan inputs, proses, outputs, dan outcomes

§ Bahan ajar Diklatpim IV merupakan serangkaian mata diklat yang terdiri dari Kelompok Kajian Sikap dan Perilaku, Kajian Manajemen Publik, Kajian Pembangunan, Aktualisasi, dan lain-lain seperti tertuang di dalam Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 541/XII/10/6/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklatpim IV.

§ Metode Diklatpim IV adalah cara-cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran orang dewasa (andragogi) seperti ceramah, pendalaman materi, studi kasus, diskusi dan latihan, penulisan kertas kerja perorangan/kelompok,


(19)

seminar, simulasi dsb. yang terdapat di dalam Panduan Penyelenggaraan Diklatpim IV Tahun 2001.

§ Pengajar/Widyaiswara Diklatpim IV adalah pejabat fungsional widyaiswara, pejabat struktural Departemen Dalam Negeri/Pemerintah Daerah, dan tenaga edukasi perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan seperti tertuang di dalam Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Keputusan Kepala LAN RI Nomor 541/XII/10/6/2001).

§ Peserta Diklatpim IV adalah PNS yang memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan akademis seperti tertuang di dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 893.3/268/Sj. tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikaan dan Pelatihan Kepemimpinan di jajaran Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

§ Penyelenggara Diklatpim IV adalah Badan Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Sukabumi yang secara operasional dilaksanakan oleh panitia penyelenggara yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati.

§ Proses pembelajaran adalah aktivitas pembelajaran yang mengacu pada kompetensi jabatan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil.

§ Kinerja pejabat struktural eselon-4 adalah hasil kerja pegawai yang duduk pada jabatan struktural eselon-4 yang secara formal dibandingkan dengan sasaran kinerja yang mencakup kemampuan memimpin dan kemampuan


(20)

teknis sebagaimana tertuang di dalam Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan di jajaran Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah (SE Nomor 893.3/268/Sj).

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui dan mengkaji pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan Diklatpim IV dan hubungannnya dengan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4 dalam mendukung kesiapan sumberdaya manusia memasuki era otonomi daerah. Sedangkan tujuan khusus penelitian adalah mengkaji hubungan korelasional antara sumberdaya Diklatpim IV, efektivitas proses pembelajaran, dan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4. Oleh karena itu tujuan penelitian dapat diidentifikasi seperti berikut ini.

• Menganalisis hubungan parsial ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.

• Menganalisis hubungan integratif ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.

• Menganalisis hubungan antara efektivitas proses pembelajaran dengan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang efektivitas implementasi kebijakan penyelenggaraan Diklatpim IV dalam meningkatkan kinerja pejabat struktural eselon-4, merupakan


(21)

penelitian yang pertamakali dilakukan, baik secara otonom maupun secara nasional. Oleh karena itu penelitian tersebut merupakan studi dasar (baseline study) yang akan memberikan manfaat kepada institusi pendidikan dan pelatihan, pemerintah kabupaten/kota, institusi penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, dan bagi peneliti. Secara keseluruhan manfaat tersebut dapat dikemukakan seperti berikut ini.

• Manfaat bagi institusi pendidikan dan pelatihan adalah memberikan input atas dasar kajian empirik, sehingga secara obyektif dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyempurnakan kebijakan Diklatpim IV dari aspek kurikulum/bahan ajar, penggunaan metode, pengajar/widyaiswara, peserta, dan penyelenggara.

• Manfaat bagi Pemerintah Kabupaten Sukabumi adalah membantu dalam evaluasi penyelenggaraan diklat dan kinerja pejabat struktural eselon-4 sebagai barisan terdepan pelayanan pemerintahan dan pembangunan, sehingga dapat mempersiapkan konsep pembinaan aparatur dalam kerangka otonomi daerah.

• Manfaat bagi institusi penelitian dan pengembangan sumberdaya manusia, adalah dapat dijadikan sebagai bahan studi awal dalam melakukan kajian sumberdaya aparatur pemerintah sebagai salah satu aspek sumberdaya pembangunan.

• Manfaat bagi perguruan tinggi, khususnya di bidang pendidikan adalah menambah khasanah administrasi pendidikan, bahwa hakikat pendidikan bukan sekedar proses pembelajaran yang dibatasi oleh ruang dan waktu, akan


(22)

tetapi hakikat pendidikan sudah berkembang ke arah pemberdayaan sumberdaya manusia yang berdimensi luas. Oleh karena itu penelitian di bidang administrasi pendidikan seyogyanya dikembangkan secara meluas dalam konsep pemberdayaan institusi dan sumberdaya manusia.

• Manfaat bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam menerapkan kaidah ilmiah secara benar, mengembangkan wawasan dan cakrawala pemikiran secara empirik, serta dapat memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program Doktor pada Universitas Pendidikan Indonesia.

D. Paradigma Penelitian

Konstruk berpikir suatu paradigma penelitian bertitik tolak dari kajian teoritik, kajian empirik, dan kajian regulatif bagi studi kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan bahagian integral dari suatu sistem kebijakan. Secara teoritik Nisyar dan Winardi (1997:86) menyajikan sebuah model sistem menurut Schoderback yang hampir sama dengan model-model sistem lainnya. Model tersebut disajikan pada Gambar 1.2

Berasarkan gambar tersebut, input yang memasuki sebuah sistem merupakan output sistem lain, dan output sistem tersebut akan menjadi input sistem lain. Garis terputus menunjukkan bahwa terjadi suatu pertukaran yang kontinyu berupa energi dan atau informasi antara sistem terbuka yang bersangkutan dengan lingkungannya. Secara tentatif ia menggariskan sebuah batas, kemudian mempelajari apa yang terjadi pada sistem yang bersangkutan, dan


(23)

setelah itu menyesuaikan kembali dengan batas-batas yang ada. Fungsi kontrol dalam model sistem tersebut dimasukan ke dalam komponen feedback.

Gambar 1.2. Model Sistem menurut Schoderbek (Sumber : Nisyar dan Winardi, 1997)

Teori lain untuk memperkuat paradigma penelitian adalah teori akuntabilitas yang digunakan Lembaga Administrasi Negara (2000 : 45) yang menitik beratkan pada indikator-indikator kinerja suatu kebijakan.

Indikator-I

P

O

I

P

I

INPUT PROSES OUTPUT

I P

P I

O

O DARI

SISTEM-SISTEM LAIN

KE SISTEM-SISTEM LAIN

FEEDBACK (KONTROL) BATAS-BATAS SISTEM LINGKUNGAN SISTEM


(24)

indikator tersebut adalah inputs, proses, outputs, dan outcomes yang secara sistematik disajikan pada Gambar 1.3

Gambar 1.3. Model Sistem menurut Teori Akuntabilitas (Sumber : LAN, 2000)

Teori implementasi kebijakan menekankan pentingnya mem-pertimbangkan faktor-faktor kritis yang berpengaruh terhadap pelaksanaan suatu kebijakan. Winarno (2004:126) mengemukakan pendapat Edwards III, bahwa terdapat empat faktor atau variabel krusial dalam implementasi kebijakan publik yaitu komunikasi (communication), sumber-sumber (resources), kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku (disposition or attitudes), dan struktur birokrasi (buereaucratic structure).

Telaahan regulatif, teoritik, dan empirik membentuk suatu konstruk berfikir yang dituangkan dalam paradigma penelitian. Telaahan regulatif

KEBIJAKAN IMPLEMANTASI

KEBIJAKAN INPUTS PROSES OUTPUTS

KELEMBAGAAN

SUMBERDAYA

STANDAR KINERJA

OUTCOMES FUNGSI MANFAAT DAMPAK


(25)

mencakup kebijakan vertikal dan kebijakan otonom. Kebijakan vertikal merupakan kebijakan pemerintah pusat yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 jo. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 yang mengatur tentang Kebijakan Kepegawaian, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo.

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 yang mengatur tentang Penempatan PNS dalam Jabatan Struktural, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 yang mengatur tentang Pendidikan dan Pelatihan bagi PNS, dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 893.3/268/Sj tentang Pedoman Pelaksanaan Diklatpim IV. Kebijakan-kebijakan vertikal tersebut secara substansial menekankan pentingnya kompetensi PNS dalam melaksanakan tugas jabatan.

Kebijakan otonomi yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2001 memberikan ilustrasi Rencana Strategis Kabupaten Sukabumi Tahun 2001-2005. Secara substansial pemberdayaan sumberdaya manusia aparatur diarahkan pada pembentukan pejabat pemerintah yang tangguh dan berkinerja tinggi. Pada tahap selanjutnya diikuti oleh ketangguhan kalangan dunia usaha dan masyarakat. Program kegiatan Diklatpim IV dibiayai oleh APBD Kabupaten Sukabumi setiap tahun anggaran.

Secara teoritik manajemen penyelenggaraan Diklatpim IV mencakup indikator inputs, process, outputs, dan outcomes. Inputs yang paling krusial di Kabupaten Sukabumi adalah ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara. Inputs


(26)

proses pembelajaran yang diukur berdasarkan kompetensi. Ukuran kompetensi meliputi peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, serta perubahan sikap dan perilaku. Outputs yang terjadi diharapkan mampu menghasilkan

outcomes peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4. Outcomes tersebut diukur berdasarkan kemampuan memimpin dan kemampuan teknis. Pentingnya peningkatan kinerja secara esensial dinyatakan oleh Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Anggaran Berorientasi Kinerja. Berkaitan dengan substansi, esensi dan urgensi peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4, diperlukan usulan model hipotetik yang mampu mengembangkan paradigma penyelenggaraan Diklatpim IV. Secara Keseluruhan paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.4.

E. Asumsi

Pangkal pemikiran dari penelitian tentang implementasi kebijakan penyelenggaraan Diklatpim IV dalam meningkatkan kinerja pejabat struktural eselon -4, bertitik tolak dari asumsi seperti berikut ini.

(1) Pengetahuan tentang apa (fakta), apa yang benar (nilai), dan apa yang dilakukan (tindakan) mengharuskan penggunaan berbagai metode pengkajian dan argumentasi untuk memproduksi dan mentransformasikan informasi mengenai masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan kinerja kebijakan (Dunn, 1981 :130).


(27)

(28)

(2) Kemampuan aparatur pemerintah daerah merupakan faktor yang sangat menentukan, apakah suatu daerah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangganya dengan baik atau tidak; bagaimana pun juga berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dilaksanakan (dalam hal ini pelaksanaan otonomi daerah), akan sangat bergantung kepada sumberdaya manusia sebagai pelaksananya atau aparatur pemerintah itu sendiri (Riwu Kahu, 1997 : 80) (3) Pengelolaan sumberdaya pendidikan berpengaruh terhadap mutu proses

pembelajaran dan mutu hasil belajar (Fattah, 2000 : 109)

(4) Formula pembelajaran Pb = f p (m s x y z) diartikan bahwa pembelajaran merupakan fungsi (f) pendidik (p) untuk membelajarkan (m) peserta didik (s) terhadap materi pembelajaran (x) untuk mencapai hasil belajar (y) yang menimbulkan pengaruh belajar (z) (Sudjana, 2001 : 40)

(5) Inputs, process, dan outputs penyelenggaraan diklat kepemimpinan dinilai berhasil, jika mampu mewujudkan outcomes berupa peningkatan kinerja pejabat struktural kelembagaan daerah dalam melaksanakan tugas jabatannya (Laporan Akuntabilitas Kinerja Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Sukabumi Tahun 2001).

F. Hipotesis

Bertitik tolak dari paradigma dan esensi penelitian, ditetapkan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, dan harus dibuktikan secara empiris. Hipoteses penelitian dinyatakan seperti berikut ini.

(1) Terdapat hubungan parsial yang positif dan signifikan antara ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.


(29)

(2) Terdapat hubungan integratif yang positif dan signifikan antara ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.

(3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efektivitas proses pembelajaran dengan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4. G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian survai deskriptif korelasional dengan cara melakukan analisis deskriptif dan analisis induktif terhadap data yang diperoleh dari responden. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, studi referensi regulasional, dan observasi lapangan. Pengembangan instrumen penelitian dilakukan berdasarkan pedoman penyelenggaraan Diklatpim IV, hasil wawancara dengan aktor kebijakan, dan observasi pra penelitian. Analisis induktif menggunakan metode statistik analisis regresi, korelasi product moment, korelasi parsial dan tabulasi silang.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukabumi yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPR, lembaga teknis daerah (badan dan kantor), dinas, rumah sakit daerah, UPT, dan kantor camat. Penelitian tentang penyelenggaraan Diklatpim IV dilakukan di Badan Diklat Kabupaten Sukabumi.


(30)

Sedangkan penelitian tentang kinerja pejabat struktural eselon-4 dilaksanakan di semua instansi Pemerintah Kabupaten Sukabumi.

Alumni Diklatpim IV yang menduduki jabatan struktural eselon-4 dipilih sebagai subyek penelitian dengan dua alasan penting, yaitu : (1) mereka telah mengalami proses pembelajaran Diklatpim IV, dan (2) mereka telah dan sedang melaksanakan tugas jabatan struktural eselon-4. Penilaian kinerja pejabat struktural eselon-4 alumni Diklatpim IV dilakukan oleh atasan, pejabat selevel eselon-4, dan staf pelaksana.

2. Sampel Penelitian

Penelitian menggunakan 162 sampel dari 280 pejabat struktural eselon -4 yang telah mengikuti Diklatpim IV periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 awal (tujuh angkatan). Penilaian kinerja pejabat struktural eselon-4 dilakukan oleh 495 pegawai yang terdiri dari 165 unsur atasan, 165 pejabat selevel eselon-4, dan 165 staf pelaksana. Populasi penelitian dinilai berstrata berdasarkan karakteristik institusi, sehingga distribusi sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling. Karakteristik institusi tersebut mencakup sekretariat daerah, lembaga teknis (badan, kantor), unit pelaksana teknis (UPT), dan kecamatan.


(31)

72 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menampilkan implementasi kebijakan Diklatpim IV dalam kurun waktu tahun 2001, 2002, dan 2003 (awal) dilihat dari aspek sumberdaya penyelenggaraan diklat, efektivitas proses pembelajaran, dan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4. Pendekatan penelitian menggunakan survai kuantitatif dalam bentuk analisis deskriptif dan analisis induktif. Creswell (1994 : 117) mengemukakan bahwa "...a survey design provides a quantitative or numeric description of some fraction of the population-the sample–through population-the data collection process of asking questions of people.”

Penggunaan analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang pesepsi responden terhadap proses penyelenggaraan Diklatpim IV dan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4. Analisis induktif digunakan untuk mempelajari keterkaitan antar variabel dengan menggunakan teknik regresi dan korelasi. Selain itu analisis induktif dapat menggambarkan kontribusi pengaruh ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara terhadap efektivitas proses pembelajaran, serta sejauhmana hubungan antara efektivitas proses pem-belajaran dengan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terbagi menjadi dua bagian yaitu : (1) kuesioner penyelenggaraan Diklatpim IV


(32)

(2) kuesioner peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4 yang dinilai oleh unsur atasan, pejabat selevel eselon-4, dan staf pelaksana.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Perhatian utama dalam penelitian kuantitatif adalah fenomena yang terjadi pada populasi penelitian. Oleh karena itu perlu dikemukakan berbagai pendapat tentang pengertian populasi. Sedlack and Stanley (1992:104) menyatakan bahwa “... a population is defined as the total number of elements that exist at the time of the study and that process some characteristic of interest to the researcher. Nawawi (dalam Margono 1997 : 118) mengemukakan bahwa "...populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian". Sugiono (1994:57) menyatakan, bahwa populasi adalah "...wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya".

Berdasarkan pengertian populasi tersebut dapat ditetapkan bahwa populasi penelitian adalah seluruh alumni Diklatpim IV yang saat ini memegang jabatan struktural eselon-4. Jumlah alumni Diklatpim IV pejabat struktural eselon-4 adalah 280 orang yang terdiri dari 160 orang (empat angkatan) lulusan tahun 2001, dan 80 orang (dua angkatan) lulusan tahun 2002, dan 40 orang (satu angkatan) lulusan awal tahun 2003. Perhitungan angka tersebut


(33)

mempertimbangkan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum Diklatpim IV yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala LAN RI Nomor 541/XII/10/6/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV. Populasi bersifat heterogen dilihat dari aspek institusi yang fungsi dan tugas pokoknya berbeda.

2. Sampel

Bila populasi dinyatakan sebagai totalitas wilayah generalisasi, maka sampel merupakan bahagian yang mewakili populasi yang secara representatif dapat menggeneralisasikan penelitian. Sedlack and Stanley (1992:104) mengemukakan bahwa “... a sample is some part or portion of the population; it is the smaller number of elements that have been selected for study from the total number of elements contained in the population”. Oleh karena itu penetapan sampel harus terseleksi secara representatif agar penarikan kesimpulan sesuai dengan karakteristik populasi.

Wilayah populasi cukup luas dan heterogen, maka berdasarkan pertimbangan keterbatasan dana, tenaga dan waktu, dilakukan teknik pengambilan sampel secara normative representative. Krejcie (dalam Sugiono 1994:65) menyajikan “Table for determining needed size S of a randomly chosen sample from a given finite population of N cases such that the sample proportion P will be within + 05 of the population proportion P with a 95 percent level of confidence”.

Untuk tingkat kesalahan 5 % atau tingkat kepercayaan 95 %, maka bagi populasi berukuran 280 ditetapkan sampel penelitian 162 orang.


(34)

Sebaran populasi mencakup lima sub populasi, yaitu sekretariat daerah, lembaga teknis (badan dan kantor), dinas, unit pelaksana teknis (UPT), dan kecamatan. Sebaran populasi tersebut cenderung heterogen dan berstrata proporsional sehingga teknik pengambilan sampel menggunakan “ Proporsional

stratified random sampling”. Distribusi sampel menggunakan aturan

proporsional sebagai berikut :

Dimana : ni = Ukuran sub sampel atau stratum ke-i

Ni = Ukuran populasi stratum ke-i

N = Ukuran populasi keseluruhan

N = Jumlah sampel yang ditetapkan dari populasi keseluruhan

(Nazir, 1999:335)

Ukuran sub populasi di sekretariat daerah 38, lembaga teknis 56, dinas 78, UPT 28, dan kecamatan 80. Ukuran sampel untuk setiap stratum atau sub sampel dapat dihitung sebagai berikut :

n

sekretariat daerah

=

38 x 162 =

21,98

= 22 (dibulatkan) 280

n

lembaga teknis =

56 x 162 =

32,4 = 32

280

n

dinas

=

78 x 162 = 45,13 = 45 280

n

UPT

= 28 x 162 = 6,20 = 16

280

n

kecamatan

=

80 x 162 = 46,28 = 47

280

Ni

n

i =

N


(35)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, ukuran sampel untuk setiap stratum dapat ditampilkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Ukuran Sampel untuk Setiap Stratum

NOMOR STRATUM POPULASI STRATUM SAMPEL STRATUM

1. Sekretariat daerah 38 22

2. Lembaga teknis 56 32

3. Dinas 78 45

4. UPT 28 16

5. Kecamatan 80 47

JUMLAH 280 162

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah pokok yang dilakukan peneliti melalui tahapan-tahapan penelitian dalam kurun waktu tertentu. Prosedur penelitian tidak terlepas dari metode ilmiah agar memberikan hasil yang benar-benar berdasarkan fakta, bebas dari prasangka, menggunakan prinsip-prinsip analisis, menggunakan hipotesis, menggunakan ukuran obyektif, dan menggunakan teknik kuantifikasi (Nazir, 1999 : 43). Oleh karena itu untuk memperoleh validitas dan reliabilitas yang cukup tinggi maka penelitian ini dilakukan berdasarkan tahapan persiapan, instrumentasi, pengumpulan data analisis data dan pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian dan usulan model hipotesis, konfirmasi hasil, dan kesimpulan hasil penelitian Gambar 3.9.


(36)

Gambar 3.11 Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan telaahan terhadap berbagai laporan; peraturan-peraturan, dan kepustakaan tentang penyelenggaraan Diklatpim IV. Wawancara dengan penyelenggara, pengajar dan peserta dilakukan untuk menjaring dan melengkapi informasi yang diperlukan. Selain itu pengamatan terhadap

TAHAP I PERSIAPAN

TAHAP II INSTRUMENTASI

TAHAP III PENGUMPULAN DATA

TAHAP IV ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

TAHAP V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

TAHAP VI KONFIRMASI HASIL

- Studi Pendahuluan - Fokus Penelitian - Desain Penelitian - Penyusunan Kuesioner - Validitas dan reliabilitas

instrumen

- Penyebaran kuesioner - Wawancara

- Observasi Lapangan - Studi laporan

- Tabulasi data - Analisis deskriptif - Analisis induktif - Tabulasi silang

- Hasil-hasil analisis data - Hasil penelitian dan studi

terdahulu yang relevan - Analisis SWOT

- Usulan model hipotesis - Penyempurnaan

- Validasi - Konsultasi - Penyempurnaan

TAHAP VII KESIMPULAN HASIL PENELITIAN

- Kesimpulan - Implikasi - Rekomendasi


(37)

pelaksanaan Diklatpim IV dilakukan pada bulan Maret 2002 s.d Desember 2002. Hasil-hasil yang diperoleh dari studi referensi, regulasi dan evaluasi penyelenggaraan Diklatpim IV memberikan kesimpulan, bahwa fokus, lokus, dan topik penelitian dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip implementasi kebijakan. Desain penelitian disusun berdasarkan variabel penelitian yang meliputi sumberdaya pendidikan, proses pembelajaran, dan peningkatan kinerja.

2. Instrumentasi Penelitian

Penyusunan instrumen penelitian dimaksudkan untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti berdasarkan masalah dan hipotesis penelitian. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang berisi tentang pernyataan dan pertanyaan untuk mengukur variabel sumberdaya pendidikan, proses pem-belajaran, dan peningkatan kinerja. Komponen-komponen yang diukur dapat dikemukakan sebagai berikut : Variabel bahan ajar (X1) yang terdiri dari jenis

bahan ajar, jumlah bahan ajar, silabi bahan ajar, dan jumlah jam bahan ajar; variabel metode (X2) yag terdiri dari metode klasikal, metode outbond,

observasi lapangan, dan kertas kerja; variabel pengajar (X3) terdiri dari penyajian

isi pelajaran, kesesuaian metode, penggunaan media, penggunaan waktu, dan evaluasi belajar; variabel peserta (X4) terdiri dari motif belajar, kemampuan

akademis, dan perilaku belajar; variabel penyelenggara (X5) terdiri dari

penyusunan program, fasilitasi, pengamatan kelas, dan pengendalian peserta; variabel proses pembelajaran (Y1) terdiri dari aspek pengetahuan, aspek

keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku; variabel kinerja (Y2) terdiri dari


(38)

Dalam penelitian ini digunakan pula variabel kontrol, yaitu variabel bebas (di luar lingkup penelitian) yang efeknya terhadap variabel sumberdaya pendidikan dan peningkatan kinerja dikendalikan oleh peneliti. Variabel kontrol tersebut terdiri dari faktor pendidikan, umur, masa kerja, dan pangkat/golongan.

Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk mengkuantifikasikan data dari pengukuran suatu variabel. Data yang dihasilkan adalah data ordinal, dan pengukuran variabel menggunakan Skala Likert. Jawaban setiap item instrumen memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Rentang skor yang digunakan antara 1 sampai dengan 5. Item pertanyaan untuk variabel X (X1, X2, X3, X4, X5) berjumlah 25, untuk variabel Y1

berjumlah 5, dan untuk variabel Y2 berjumlah 9. Oleh karena itu totalitas

rentang skor untuk setiap variabel menjadi :

TT TS KS CS S Variabel X1-5 :

0 25 50 75 100 125 TT TS KS CS S Variabel Y1 :

0 5 10 15 20 25 TT TS KS CS S Variabel Y2 :

0 9 18 27 36 45 Gambar 3.12.

Rentang Skor Kategori Keterangan : S = Sesuai

CS = Cukup Sesuai

KS = Kurang Sesuai

TS = Tidak Sesuai


(39)

Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan variabel penelitian sangat bergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Data penelitian yang di dalam proses pengumpulannya memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang cukup besar, tidak akan berguna jika alat pengukurnya tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten jika pengukuran dilakukan dua kali atau lebih. Dengan demikian instrumen penelitian yang digunakan harus valid (sahih) dan reliabel (handal) agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk mengkaji hubungan variabel dan menguji hipotesis.

3. Tahap Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, observasi lapangan dan studi pustaka. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi lapangan, sedangkan data skunder dikumpulkan melalui wawancara dan studi laporan. Pengumpulan data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Penggunaan kuesioner dimaksudkan untuk menjaring persepsi, sikap dan pendapat responden terhadap objek penelitian yang diselidiki tentang penyelenggaraan Diklatpim IV, dan kuesioner tentang peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4. Kuesioner tentang penyelenggaraan Diklatpim IV terdiri dari variabel ketepatan bahan ajar, penggunan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, kemampuan penyelenggara, dan proses pembelajaran. Sumber data adalah pejabat struktural eselon-4 alumni Diklatpim IV periode tahun 2001–2003 (awal).


(40)

Kuesioner peningkatan kinerja pejabat eselon-4 mencakup aspek kemampuan memimpin dan kemampuan teknis. Sumber data adalah unsur atasan langsung, pejabat selevel eselon-4 dan staf pelaksana.

b. Wawancara dimaksudkan untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, khususnya tentang variabel yang diteliti. Wawancara dilakukan kepada penyelenggara, pengajar dan para pejabat yang berkompeten dalam implementasi kebijakan pendidikan dan pelatihan. c. Observasi lapangan dilakukan untuk mengamati kejadian-kejadian yang

berlangsung dalam penyelenggaraan Diklatpim IV dan pelaksanaan tugas jabatan eselon-4. Aktivitas yang diamati adalah aktivitas penyelenggara, pengajar, dan peserta Diklatpim IV serta aktivitas pelaksanaan teknis dan kepemimpinan.

d. Studi laporan mempelajari laporan-laporan tertulis, peraturan–peraturan yang berlaku, dan kajian pustaka yang relevan dengan topik penelitian. Penelitian diawali dengan melakukan pengamatan terhadap penyelenggaraan Diklatpim IV pada periode April 2002 sampai Pebruari 2003 yang berjumlah tujuh angkatan. Pengamatan terhadap kinerja pejabat struktural eselon-4 dilakukan pada periode Januari 2003 sampai September 2003. Untuk memperoleh validitas dan realibilitas instrumen dilakukan uji coba kuesioner pada bulan Mei 2003. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni 2003 sampai dengan September 2003. Pengolahan data dan penulisan laporan diselesaikan pada bulan Desember 2003. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan bantuan komputer Program SPSS Versi 10.


(41)

4. Tahap Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Tabulasi dan pengolahan data menggunakan komputerisasi Program SPSS versi 10. Analisis induktif dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kesesuaian variabel-variabel yang diteliti. Tabulasi silang digunakan untuk menguji pengaruh variabel kontrol terhadap variabel-variabel yang diteliti.

5. Tahap Pembahasan Hasil Penelitian

Pada tahap ini dibahas hasil-hasil analisis dan pengujian hipotesis serta kontribusi terhadap studi terdahulu yang relevan. Analisis SWOT dilakukan untuk menganalisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis tersebut mengantarkan pada usulan model hipotesis Diklatpim IV sebagai bahan pertimbangan para penentu kebijakan.

6. Konfirmasi Hasil

Untuk memperkuat hasil-hasil penelitian dilakukan validasi oleh fihak-fihak yang memiliki kompetensi tentang subyek dan obyek penelitian. Konsultasi kepada Promotor dilakukan untuk menyempurnakan hasil-hasil penelitian.

7. Kesimpulan Hasil Penelitian

Kesimpulan menjawab masalah dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan. Implikasi mencakup perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan untuk menyempurnakan implementasi kebijakan Diklatpim IV. Rekomendasi berisi tindakan-tindakan yang perlu dilakukan oleh instansi yang berwenang agar


(42)

inputs, proces, outputs, dan outcomes kebijakan Diklatpim IV dapat memenuhi akuntabilitas publik.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian yang merupakan variabel independen adalah ketepatan bahan ajar (X1), variabel penggunaan metode (X2), variabel

kemampuan pengajar (X3), variabel kesiapan peserta (X4), dan variabel

kemampuan penyelenggara (X5). Peneliti menggunakan variabel kontrol

terhadap variabel sumberdaya pendidikan yang terdiri dari variabel pendidikan, umur, masa kerja, dan pangkat/golongan.

Variabel utama yang berfungsi sebagai variabel dependen adalah efektivitas proses pembelajaran (Y1), dan peningkatan kinerja pejabat struktural

eselon-4 (Y2). Operasional variabel ditetapkan berdasarkan komponen,

instrumen, dan skala pengukuran serta sumber datanya. Operasionalisasi variabel disajikan dalam Tabel 3.2. Sedangkan penjabaran konsep teori ke dalam konsep-konsep empiris dan analisis disajikan pada Lampiran 3.1

E. Pengembangan Instrumen

Instrumen pengumpul data adalah kuesioner tentang variabel ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, kemampuan penyelenggara, efektivitas proses pembelajaran, dan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4 (lihat Lampiran 3.2). Jumlah item pertanyaan 42 butir yang diujicobakan kepada 32 alumni Diklatpim IV.

Pengujian validitas instrumen menggunakan t-test terhadap 27% sumber data yang termasuk skor tinggi dan 27% yang termasuk skor rendah. Hasilnya diperoleh angka t hitung = 2,745, dan dibandingkan t tabel (α =0,05, 18-2)


(43)

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Komponen yang

diukur Intrumen Skala Sumber Data 1. Variabel independen

- Ketepatan bahan ajar (X1)

- Penggunaan Metode (X2)

-Kemampuan Pengajar (X3)

- Kesiapan Peserta (X4)

-Kemampuan Penyelenggara (X5)

2. Variabel Dependen - Efektivitas proses belajaran

- Peningkatan kinerja Pejabat Eselon - 4

Jenis, jumlah, silabi, dan jumlah jam bahan ajar. Klasikal,outbond, observasi lapangan, kertas kerja. Isi pelajaran, metode, media waktu, evaluasi belajar. Motif belajar, kemampuan akademis, perilaku belajar. Penyusunan program, fasilitas, pengamatan kelas, pengendalian peserta. Kompetensi yang mencakup : Aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku Kemampuan memimpin dan kemampuan teknis Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Alumni diklat Alumni diklat Alumni diklat Alumni diklat Alumni diklat Alumni diklat Atasan, pejabat selevel Eselon – 4, staf pelaksana

yang menghasilkan angka ttabel =1,746. Hasil perhitungan tersebut


(44)

dan item-item dalam instrumen secara keseluruhan disimpulkan memiliki tingkat validitas alat ukur yang memenuhi persyaratan Mortality Rate Instrument (MRI) pada tarap signifikansi t 0,05 = 95% terhitung 23,80% atau terdapat sepuluh item

yang disempurnakan.

Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus Sperman Brown Correlation dengan teknik belah dua (split half methode). Nilai koefisien korelasi Sperman Brown diperoleh angka R tt = 0,9193. Tarap signifikansi koefisien korelasi tersebut menunjukkan angka t hitung =8,86. Batas minimal koefisien

korelasi Sperman Brown ditetapkan 0,70 untuk memenuhi persyaratan reliabilitas instrumen. Sedangkan angka t hitung harus lebih besar dari t tabel (α =0,05,32-2)

yang menghasilkan angka ttabel=1,746. Hasil perhitungan tersebut memperlihatkan

R tt

=

0,913 > 0,70, dan t hitung = 8,86 > t tabel= 1,746. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa instrumen penelitian (kuesioner) memiliki tingkat reliabilitas yang memenuhi persyaratan. Penjelasan selengkapnya tentang pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Lampiran 3.3.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dan harus dibuktikan secara empirik. Penetapan hipotesis penelitian mengacu pada teori-teori dan asumsi-asumsi yang digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian. Proses pembelajaran merupakan interaksi dari komponen-komponen pembelajaran yaitu bahan ajar, metode, pengajar, peserta, dan penyelenggara. Efektivitas proses pembelajaran secara teoritik dipengaruhi oleh ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan


(45)

peserta, dan kemampuan penyelenggara. Konsep Link and Match menekankan adanya relevansi antara penyelenggara pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja seperti halnya efektivitas proses pembelajaran Diklatpim IV dituntut memberikan dampak terhadap peningkatan kinerja pejabat struktural eselon–4. Oleh karena itu hipotesis operasional yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Operasional Hubungan Regresi a. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0

Tidak terdapat pengaruh dan hubungan linier secara fungsional antara ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.

H1 = sekurang-kurangnya ada sebuah b1

Minimal terdapat salah satu variabel berpengaruh dan mempunyai hubungan linier secara fungsional yang signifikan antara ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.

b. H0 : b = 0

Tidak terdapat pengaruh hubungan linier secara fungsional antara efektivitas proses pembelajaran dengan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon – 4.


(46)

H1 : b ≠ 0

Terdapat pengaruh dan hubungan linier secara fungsional yang signifikan antara efektivitas proses pembelajaran dengan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon – 4.

2. Hipotesis Operasional Korelasi Product Moment dan Ganda a. Ho : Px1y = O

Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara ketepatan bahan ajar dengan efektivitas proses pembelajaran.

H1 : Px1y > O

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara ketepatan bahan ajar dengan efektivitas proses pembelajaran.

b. Ho : Px2y = O

Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan metode dengan efektivitas proses pembelajaran.

H1 : Px2y > O

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan metode dengan efektivitas proses pembelajaran.

c. Ho : Px3y = O

Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan pengajar dengan efektivitas proses pembelajaran.

H1 : Px3y > O

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan pengajar dengan efektivitas proses pembelajaran.


(47)

d. Ho : Px4y = O

Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kesiapan peserta dengan efektivitas proses pembelajaran.

H1 : Px4y > O

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kesiapan peserta dengan efektivitas proses pembelajaran.

e. Ho : Px4y = O

Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran. H1 : Px5y > O

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.

f. Ho : Px1x2x3x4x5y = 0

Secara bersama-sama tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara ketepatan bahan ajar, penggunaan metode, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.

H1 : Px1x2x3x4x5y > O

Secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara ketepatan bahan ajar, pengguna metoda, kemampuan pengajar, kesiapan peserta, dan kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.


(48)

g. Ho : Pxy = O

Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efektivitas proses pembelajaran dengan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon-4.

H1 : Pxy > O

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efektivitas proses pembelajaran dengan peningkatan kinerja pejabat struktural eselon–4.

3. Hipotesis Korelasi Parsial a. Ho : Ryx1x2 = O

Jika penggunaan metode berfungsi sebagai variabel kontrol, maka tidak terjadi hubungan yang positif dan signifikan antara ketepatan bahan ajar dengan efektivitas proses pembelajaran.

H1 : Ryx1x2 > O

Jika Penggunaan metode berfungsi sebagai variabel kontrol, maka terjadi hubungan yang positif dan signifikan antara ketepatan bahan ajar dengan efektivitas proses pembelajaran.

b. H0 : Ryx2X3 = O

Jika kemampuan pengajar berfungsi sebagai variabel kontrol, maka tidak terjadi hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan metode dengan efektivitas proses pembelajaran.


(49)

H1 : Ryx2X3 > O

Jika kemampuan pengajar berfungsi sebagai variabel kontrol, maka terjadi hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan metode dengan efektivitas proses pembelajaran.

c. Ho : Ryx3x4 = O

Jika kesiapan peserta berfungsi sebagai variabel kontrol maka tidak terjadi hubungan yang posisitf dan signifikan antara kemampuan pengajar dengan efektivitas proses pembelajaran.

H1 : Ryx3x4 > O

Jika kesiapan peserta berfungsi sebagai variabel kontrol maka terjadi hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan pengajar dengan efektivitas proses pembelajaran.

d. Ho : Ryx4x5 = O

Jika kemampuan penyelenggara berfungsi sebagai variabel kontrol maka tidak terjadi hubungan yang positif dan signifikan antara kesiapan peserta dengan efektivitas proses pembelajaran.

H1 : Ryx4x5 > O

Jika Kemampuan penyelenggara berfungsi sebagai variabel kontrol maka terjadi hubungan yang positif dan signifikan antara kesiapan peserta dengan efektivitas proses pembelajaran.

e. Ho : Ryx5x1 = O

Jika ketepatan bahan ajar berfungsi sebagai variabel kontrol maka tidak terjadi hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.


(50)

H1 : Ryx5x1 > O

Jika ketepatan bahan ajar berfungsi sebagai variabel kontrol maka terjadi hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan penyelenggara dengan efektivitas proses pembelajaran.

G. Metode dan Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Fase statistika yang hanya berusaha melukiskan dan menganalisis kelompok yang diberikan tanpa membuat atau menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar, dinamakan statistika deskriptif (Sudjana, 1996 : 7). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam statistik deskriptif menurut Sugiono (1983 : 5) adalah klasifikasi data, penyajian data, baik tabel maupun grafik, perhitungan mean, mode, dan

median dari suatu kelompok tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, analisis deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini memberikan gambaran tentang kesesuaian: (1) ketepatan bahan ajar, (2) penggunaan metode, (3) kemampuan pengajar, (4) kesiapan peserta, (5) kemampuan penyelenggara, (6) efektivitas proses pembelajaran, dan (7) kinerja pejabat struktural eselon-4.

2. Analisis Induktif

Sudjana (1996:7) mengemukakan, bahwa statistik induktif merupakan fase analisis data dari sampel yang dikumpulkan, dan dari situ dibuat kesimpulan tentang karakteristik populasi. Walpole (1993:5;238) dan Santoso (2001:1;3) menjelaskan bahwa statistik induktif adalah bagian dari statistika yang mencakup semua aturan dan cara-cara yang


(51)

dipakai sebagai alat dalam mencoba menarik kesimpulan yang berlaku umum (generalisasi) mengenai suatu populasi dengan data yang sedang diteliti. Nazir (1999 : 406) mengemukakan bahwa analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, sebab data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data dapat dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi serta diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis.

Analisis induktif yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat statistik regresi sederhana dan linier ganda, korelasi

product moment dan ganda, korelasi parsial, dan Chi-square. Langkah-langkah penggunaan alat statistik tersebut adalah sebagai berikut :

a. Analisis Regresi Sederhana dan Linier Ganda

Statistik regresi digunakan untuk mempelajari bagaimana variabel-variabel yang diteliti itu berhubungan, dan dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika yang menyatakan hubungan secara fungsional. Secara prediktif dapat diketahui seberapa jauh nilai variabel dependen jika variabel independen diubah. Penelitian ini terdiri dari lima variabel independen dan satu variabel dependen. Untuk memecahkan masalah penelitian dilakukakan analisis regresi sederhana dan analisis regresi ganda.

Syarat penggunaan statistik regresi adalah data yang berskala interval dan membentuk distribusi normal. Karena data yang diperoleh dari kuesioner adalah data yang berskala ordinal, maka agar analisis data dapat dilanjutkan, skala pengukuran ordinal harus dinaikkan menjadi


(52)

skala pengukuran interval. Metode yang membahas mengenai hal ini dinamakan Metode Successive Interval.

Metode ini didasari pada distribusi normal yang dapat digunakan untuk pembobotan obyek dalam jumlah besar dengan subyek tunggal atau berbentuk kelompok. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi: o Menentukan secara tegas sikap apa yang akan diukur.

o Menentukan beberapa responden yang akan memberikan respon terhadap obyek yang ada (penetapan frekuensi).

o Menentukan proporsi untuk responden yang memberikan respon itu, yaitu frekuensi yang berkaitan dengan objek dibagi total responden.

o Tetapkan proporsi kumulatif.

o Dari proporsi kumulatif yang diperoleh ditentukan nilai densitas Z (dilihat dari tabel distribusi normal).

o Tetapkan nilai skala berdasarkan rumus :

Density at lower limit – Density at upper limit Scale value =

Area under upper limit – Area under lower limit o Tetapkan bentuk transformasi dari nilai skala sedemikian sehingga

nilai skala terkecil akan mempunyai nilai 1. Tabel Perhitungan :

Respon 1 2 3 4 5

Frekuensi f1 f2 f3 f4 f5

Proporsi f1/n f2/n f3/n f4/n f5/n

Proporsi kumulatif P1 P2 P3 P4 P5

Z Z1 Z2 Z3 Z4 Z5

f(Z) f(Z1) f(Z2) f(Z3) f(Z4) f(Z5)

Scale Value SV1 SV2 SV3 SV4 SV5


(53)

Catatan :

= = 1 1 n / fi

Pi e ; ~ Z ~

2 1 ) Z ( f 2 Z 2 1 < < − π = −

Setelah mendapatkan data yang berskala interval, kemudian dilakukan pengujian normalitas data menggunakan uji Liliefors dan dengan kertas peluang normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji Liliefors dengan langkah–langkah sebagai berikut :

1.) Menetapkan hipotesis uji :

Ho : Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

normal

2.) Melakukan statistik uji : D = Sup I S (y) – Fo (y) dimana :

S (y) = Jumlah observasi sampel yang kurang atau sama dengan y dibagi banyak data.

F (y) = P (Y ≤ y) = p (Z ≤ z) = peluang bahwa nilai variabel random y adalah kurang atau sama dengan y

Pk2

Pk1

P1 P2


(54)

3.) Menentukan kriteria uji :

jika Dhitung > Dtabel (α = 0,05 ; n) tolak Ho jika Dhitung < Dtabel (α = 0,05 ; n) terima Ho

Komputerisasi data dilakukan dengan program SPSS versi 11.5. Bila data sudah dapat dibuktikan berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan analisis regresi sederhana dan analisis regresi ganda.

1) Analisis Regresi Sederhana

Dikatakan regresi sederhana bila jumlah variabel independen sebagai prediktor jumlahnya hanya satu. Persamaan regresi sederhana untuk sampel :

Dimana : y ∧

= subyek dalam variabel dependen yang diprediksi

α = konstanta regresi

x = subyek variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

a =

(

)

(

) (

)(

)

(

)

2

2 2 Xi Xi n XiYi Xi 1 X Yi

− −

b =

(

)(

)

(

)

2

2 Xi Xi n Yi Xi XiYi n

− −

Untuk menguji keberartian koefisien regresi dilakukan analisis varian untuk regresi linier sederhana seperti tersaji pada Tabel 3.3

bx a y = + ∧


(55)

Tabel 3.3 Analisis Varian Sumber

Variasi dK jK RjK F

Regresi 1

      ∑ ∑ n Yi Xi XiYi 1

b jK Regresi /1 FH =

sisa RjK

reg RjK Sisa n-2 jK sisa = jK total – jK reg jK sisa / n-2

Total n-1

jK total =

(

)

n Yi Yi

2 2 − ∑

Hipotesis Ho : O2 = O ditolak jika F hitung ≥ F(1-α;1, n-2)

dan diterima dalam hal lainnya. Analisis varian dilakukan dengan komputerisasi program SPSS versi 10.

2) Analisis Regresi Linear Ganda

Pada analisis regresi linear ganda, variabel dependen dipengaruhi oleh beberapa variabel independen. Pada penelitian ini ada lima variabel independen yaitu ketepatan bahan ajar (X1), penggunaan metode (X2), kemampuan

pengajar (X3), kesiapan peserta (X4) dan kemampuan

penyelenggara (X5). Sedangkan variabel dependennya adalah

efektivitas proses mengajar (Y). Model regresi linear ganda atas X1, X2, X3, X4, X5 :

Nilai koefisien a, b1, b2, b3, b4, dan b5 diperoleh dari persamaan

matriks :

( )

X X X Y

ˆ = 1 −1 1

β


(56)

dimana :

βˆ = vektor koefisien regresi

X = matrik data variabel independen Y = vektor variabel dependen

Seperti halnya regresi linear sederhana, untuk menguji signifikasi koefisien dilakukan analisis varian dengan bantuan SPSS versi 10.

Tabel 3.4 Anova untuk Menguji Koefisien Regresi Ganda Sumber

Variasi dK jK RjK F

Regresi k

(

Yˆ Y

)(

' Yˆ Y

)

jK Regresi /k

F =

sisa RjK

reg RjK Sisa n-k-1

(

YYˆ

)(

' YYˆ

)

jK sisa / n-k-1

Total n-1

Kriteria uji : Hipotesis H0:B1=0 ≥ ditolak jika Fhitung F(1-α; k, n-k-1). Apabila

Ho ditolak, maka regresi linear ganda Y atas X1, X2, X3, X4,

X5 bersifat nyata. Persamaan regresi dapat digunakan untuk

prediksi rata-rata Y bila harga X1, X2, X3, X4, X5 diketahui.

b. Analisis Korelasi Product Moment dan Ganda

Untuk menguji keeratan atau kadar hubungan antar variabel sebagai pembuktian hipotesis asosiatif yang telah ditetapkan, digunakan korelasi yang menggunakan data interval dan berasal dari sumber yang sama. Penelitian ini menyajikan lima hubungan sederhana dan satu hubungan ganda. Oleh karena itu teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson product moment dan korelasi ganda (multiple regresion).


(57)

1) Korelasi Product Moment

Teknik korelasi ini digunakan untuk mengukur kadar hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen sebagaimana dalam analisis regresi.

Rumus yang digunakan : rxy =

2 2 Y X XY ∑ ∑

Pengujian signifikansi koefisien korelasi : Uji hipotesis : H0 : l = 0

H1 : l ≠ 0

Statistik uji : t =

2 r 1 2 n r − −

n t (n-2) Kriteria uji :

Hipotesis H0 : l = 0 ditolak jika thitung ≥ t(n-2).

Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

2) Korelasi Ganda

Teknik korelasi ini digunakan untuk mengukur kadar hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen sebagaimana ditunjukkan dalam analisis regresi. Rumus yang digunakan :

Ryx1x2x3x4x5x6=

5 4 3 2 1 2 5 4 3 2 1 5 2 4 2 3 2 2 2 1 2 x x x x x r 1 ryx ryx ryx ryx ryx 2 yx r yx r yx r yx r yx r − − + + + +


(1)

Departemen Dalam Negeri. (1974 b). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Jakarta : Depdagri.

Departemen Dalam Negeri. (1999). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah.Jakarta: Depdagri.

Departemen Dalam Negeri. (2000 a). Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Depdagri.

Departemen Dalam Negeri. (2000 b). Materi Apresiasi Kebijakan Diklat Kepemimpinan. Jakarta: Bandiklat Depdagri.

Departemen Dalam Negeri. (2000 c). Pedoman Kebijakan Umum Bidang Kediklatan Tahun 2000-2004. Jakarta: Depdagri.

Departemen Dalam Negeri.(2001 a). Panduan dan Catatan Diklat, Kumpulan Makalah Pelatihan Mengajar Bagi Instruktur Pusdiklat. Jakarta: Depdagri. Departemen Dalam Negeri.(2001 b). Keputusan Kepala Lembaga Administrasi

Negara Republik Indonesia Nomor 541/XII/10/6/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklatpim IV).Jakarta: Depdagri.

Departemen Dalam Negeri. (2002 a). Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Jabatan Pegawai Negri Sipil dalam Jabatan Struktural. Jakarta: Depdagri

Departemen Dalam Negeri. (2002 b). Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara. Jakarta: Depdagri.

Departemen Dalam Negeri. (nt). Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi daerah Nomor 893.3/268/Sj. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan di jajaran Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. Jakarta: Depdagri.

Deporter, B, et al. (1999). Quantum Teaching : Orchestrating student succes. Alih bahasa oleh Nilandari.( 2000). Bandung : Kaifa.

Dharma, A. (1992 ). Manajemen Perilaku Organisasi : Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Erlangga.


(2)

Dharma, A. (2001). Manajemen Supervisi, Taktik dan Efesiensi. Jakarta : Ghalia. Djojonegoro,W. (1996). Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia.

Jakarta : CSIS.

Dunn, W.N. (1981). Public Policy Analysis : An Introduction. USA :Prentice Hall ; Inc.

Dye, T. R. (1984). Undertanding Public Policy. New Jersey : Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs.

Faisal, S. (1982). Metode Peneliti Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Fattah, N. (2000). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Friedrick, CJ. (1963). Man and His Government. New York: Mc. Graw Hill

Goleman, D. (1999). Working with Emotional Intelegence Alih Bahasa oleh Widodo. Alex Tri Kancono, 2000. Kecerdasan Emosi untuk dapat mencapai puncak prestasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hadjar, I. (1996). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Hamalik, O. (2000). Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Pendekatan Terpadu Jakarta : Bumi Aksara.

Handoko,T.H. (1995). Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. . Yogyakarta : BPKE

Harris, DJ. Jr. (1976). Managing People at Work.Santa Barbara New York. London-Sydney-Toronto: Jonh Willey &SonS, Inc.

Idi, A. (1999). Pengembangan Teori dan Praktek. .Jakarta: Gaya Media Pratama. Idris, F. (1996). Keterampilan Mengajar. Kumpulan Makalah Pelatihan Mengajar

bagi Instruktur Pusdiklat. Jakarta : Lembaga pengabdian kepada Masyarakat (LPKM).

Imro, A. (1996). Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara. Islamy, I. (2000). Prinsif–Prinsif Perumusan Kebijaksanan Negara. Jakarta :

Bumi Aksara.

Jalal, P.dan S, D. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Kontek Otonomi Daerah. Yogyakarta : Adi Cita Karya Nusa.


(3)

Jenkins, W. I. (1978). Policy Analysis. Oxpord Martin Robertson.

Kartono, K. (2000). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kerlinger. (1986). Fondation of Behavioral Research. New York University Holt, Rinehart, and Winston Inc.

Keban T. (2004). Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep Teori dan Isu. Yogyakarta : Gava Media

Kneller, G.F. (1971). Introduction to the Phylosophy. Of Education New York – Chichester -Brisbane -Toronto : John Willey and Sons, Inc.

Koentjoroningrat. (1994). Metode–Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia.

Kramar, R., P. McGraw, dan Schuler R. (1997). Human Resource Management in Australia. South Melbourne : Addison Wesley Longman Australia Pty. Limited Lembaga Administrasi Negara. (1996). Sistem Administrasi Negara.

Jakarta:LAN-Gunung Agung.

Lembaga Administrasi Negara. (1999). Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Penyusunan Rencana Strategik dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: LAN.

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. (2000). Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: LAN

Mangkuprawira, S. (2002).Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mangkunegara, A. (2003). Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung: PT Rafika Aditama.

Margono, S. (1997). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Martoyo, S. (1996). Manjemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE -

Yogyakarta.

Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Hand Book. Alih Bahasa oleh Astuti, Rahmani, 2002. Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : KIFA.


(4)

Mc. Keachie, W.J. (1994). Teaching Tips : Strategies, Reseach, and Theory for Colledge and University Teacher. Leasington – Masachusetes-toronto : D. C. Heath and Company.

Mc Kenna, E and Beech, N. (1996). The Esence of Human Resource Management. Prentice Hall International (UK) Ltd.

Nanus, B. (1992). Visionary Leadership : Creating a Kompelling Sence of Direction for your organization. Alih Bahsa Oleh Ruma, Predik, 2001. Kepemimpinan Visioner : Menciptakan Kesadaran akan arah dan tujuan didalam Organisasi. Jakarta : PT. Prenhallindo.

Nasution. S. (2001). Asas – asas Kurikulum. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Neuman, W. L. (1997). Social Research Methode : Qualitative and Quantitative Approaches. Boston – London – Toronto-Sidney-Tokyo - Singapure : Allyn and Bacon

Notoadmodjo, S. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta

O'Connor, CA. (2002). Kepemimpinan yang Sukses dalam Sepekan. Jakarta:PT Kesaint Banc.

O’Leary, E. (2001). Ten Minute Guide Leadership. Alih Bahasa oleh Jacobus Deddy (2001). Kepemimpinan. Menguasai keahlian yang anda perlukan dalam 10 menit. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Pamudji. S. (1982). Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia. Jakarta Bumi Aksara.

Pedhazar, E.J. (1973). Multiple Regression In Behavioral Research. New York : Holt, Rinehart, and Wiston Inc.

Rivai, V. (2004). Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Riwa Kahu, J. (1997). Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Ruky A. S. (2003). SDM Berkualitas Mengubah Visi Menjadi Realitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama


(5)

Saifulloh, A. (1988). Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan Surabaya : Usaha Nasional.

Santoso, S. (2001). SPSS Versi 11,5 : Mengolah Data Statistika Secara Profesional – Jakarta : PT. Elek Media Komputindo.

Sedarmayanti, (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja Jakarta : Mundur Maju.

Sedjana, S, H. D. (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung : Falah Production

Sedlack, R. G. and Stenley J. (1992). Social Researh : Theory and Methode. Boston – London – Toronto - Sydney – Tokyo Singapore : Allyn and Bacon. Siegel, S. (1994). Metode Statistica non Parametrik untuk ilmu-ilmu Sosial. Jakarta

PT. Gramedia.

Singarimbun, M. dan Effendi S. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. Soesarsono. (2002). Pengantar Kewirausahaan. Bogor:Fakultas Teknologi Pertanian

IPB.

Spencer, LM dan Spencer, SM. (1993). Competence at Work. New York : John Wiley & Sons,Inc.

Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugandha, D. (1988). Administrasi Strategi, Taktik dan Efisiensi. Jakarta : Ghalia. Sugiyono. (1994). Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Suryadi, A. (1999). Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan. Jakarta : Balai Pustaka.

Syah, M. (1997). Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Thahhan, M. (1997). Model Kepemimpinan dalam Amal Islam, Jakarta : Robbani Press.

Thoha, M. (1991). Perspektif Perilaku Birokrasi (Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi). Jakarta : Rajawali Pers.

Tilaar, H. (2000). Pendidikan Abad ke – 21, Menunjang Knowledge Based Economy. Jakarta : CSIS.


(6)

Tilaar, H. (2000) Paradigma Baru Pendidikan Nasional Jakarta : PT. Rineka Cipta. Wahab, Solihin A. (1997). Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Walker, JW. (1992). Human Resource Strategy.New York-St louis-San Francisco- Aucland-Bogota-Caracas-Lisbon-London-Madrid-Mexico-Milan-Montreal-New Delhi-Paris-San Juan-Singapore-Sydney-Tokyo-Toronto: Mc Grow-Mell,Inc.

Walpore, RE. (1993). Pengantar Statistika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Walter, J. D.(1978). The Art of Supportive Leadership Alih Bahasa oleh Teguh H.

Agus. Seni Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Wheelen and Hunger. (1995). Strategic Management and Business Policy. Wesley Publishing Company, Inc.

Winarno, B. (2004). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jogyakarta : Media Pressindo.

Winkel, WS. (1986). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.

Wirawan. (2003). Kapita Selecta Teori Kepemimpinan. Jilid I. Jakarta: Uhamka Press.

---Kecakapan Hidup(Life Skill) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Surabaya: Sic.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN KINERJA PEJABAT ESELON DI JAJARAN DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN KABUPATEN ACEH TENGGARA.

0 7 29

PENGARUH EVALUASI ANGGARAN DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi Empiris pada pejabat eselon III dan IV di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo).

0 2 9

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEJABAT STRUKTURAL ESELON-4 DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI.

0 0 102

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEJABAT STRUKTURAL ESELON-4 DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI.

0 0 15

Manajemen Strategik Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Dalam Pengembangan Kualitas Pejabat Struktural Eselon 3 (Suatu Studi di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat).

1 0 71

Jadwal seleksi calon pejabat administrator dan pejabat pengawas (Eselon III dan Eselon IV) di Lingkungan Universitas Diponegoro Tahun 2017 | | Website Resmi Bagian Kepegawaian BAUK Undip

0 0 2

Materi Seleksi Calon Pejabat Struktural Eselon III dan IV

0 0 1

Pengumuman Lulus Es III dan IV Tahun 2017

0 0 1

ANALISIS PENGARUH PROMOSI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEJABAT STRUKTURAL ESELON III DI PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

0 0 20

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TINGKAT IV TERHADAP KINERJA PEJABAT ESELON IV DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 141