PERANAN EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME SISWA : Studi Deskriptif Analitis Terhadap Ekstrakurikuler Paskibra SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung.

(1)

PERANAN EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME SISWA

(Studi Deskriptif Analitis Terhadap Ekstrakurikuler Paskibra SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Asep Tantan Triatna 0901640

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PERANAN EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DALAM

MENINGKATKAN NASIONALISME SISWA

(Studi Deskriptif Analitis Terhadap Ekstrakurikuler Paskibra SMP

Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung)

Oleh

Asep Tantan Triatna 0901640

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan

©Asep Tantan Triatna, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, foto copy atau dengan cara lainnya tanpa seijin penulis


(3)

ASEP TANTAN TRIATNA 0901640

PERANAN EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME SISWA

(Studi Deskriptif Analitis Terhadap Ekstrakurikuler Paskibra SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I,

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd, S.IP, M.Si NIP. 19690929 199402 1 001

PEMBIMBING II,

Prof. Dr. H. A. Azis Wahab, M.A NIP. 19430401 196709 1 001

Diketahui oleh,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,

Syaifullah, S.Pd, M.Si NIP. 19721112 199903 1 001


(4)

ABSTRAK

ASEP TANTAN TRIATNA (0901640), “PERANAN

EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DALAM MENINGKATKAN

NASIONALISME SISWA” (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Ekstrakurikuler

Paskibra SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung)

Dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks yang perlu mendapat perhatian kita semua, salah satu masalah tersebut adalah menurunnya rasa kebangsaan. Hal ini terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya karena adanya globalisasi. Sikap nasionalisme tidak tumbuh dengan sendirinya. Upaya menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dapat menjadi tempat yang strategis untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan rasa nasionalisme kepada generasi muda. Tidak hanya kegiatan belajar mengajar di kelas, penanaman nilai-nilai kebangsaan dan rasa nasionalisme tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Paskibra sebagai salah satu wadah kegiatan ekstrakurikuler yang terorganisasi dan sarat akan penanaman nilai nasionalisme, sangat menunjang usaha penanaman nasionalisme siswa di sekolah.

Penelitian ini berupaya mengungkap beberapa rumusan masalah yaitu: (1) Apa program kerja ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa?; (2) Metode apa yang digunakan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa?; (3) Hambatan apa yang dihadapi ekstrakurikuler Paskibra dalam menanamkan rasa nasionalisme siswa?; (4) Upaya apa yang dilakukan ekstrakurikuler Paskibra untuk mengatasi hambatan tersebut dalam menanamkan rasa nasionalisme siswa? (5) Bagaimana kecenderungan perbedaan nasionalisme antara siswa yang aktif dan tidak aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra?

Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian yang bersifat deksriptif. Karenanya penulis hendak menggambarkan bagaimana peranan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme. Dalam pelaksanaannya penulis juga menggunakan data yang sifatnya kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Program kerja ekstrakurikuler Paskibra yang berperan dalam meningkatkan nasionalisme siswa yaitu program kerja latihan mingguan dan latihan bulanan. (2) Metode yang digunakan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme yaitu pada saat penerimaan anggota baru dan kegiatan rutin setiap minggu serta setiap bulan; (3) Hambatan dalam meningkatkan nasionalisme siswa pada ekstrakurikuler Paskibra datang dari faktor internal dan faktor eksternal; (4) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan memberikan pemahaman dan kesadaran kepada setiap anggota. (5) Kecenderungan anggota ekstrakurikuler Paskibra aktif lebih besar dibandingkan dengan anggota


(5)

ABSTRACT

ASEP TANTAN TRIATNA (0901640) "THE ROLE OF PASKIBRA EXTRACURRICULAR ENHANCING STUDENTS’ NATIONALISM" (Descriptive Analytical Study On Extracurricular Paskibra SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung)

In the era of globalization, our educational world is facing many complex problems that need attention. One of the problems is the declining sense of nationhood. The attitude of nationalism did not grow by itself. Efforts to cultivate and enhance nationalism can be implemented through educational trails. The school as a formal institution can be a convenient place to embed the national values and a sense of nationalism to younger generations. Not only teaching and learning activities in the classroom, planting the national values and a sense of nationalism can be done through extracurricular activities (ekskul). Paskibra as one container of extra-curricular activities organized and loaded will be planting the nationalism, particularly support the efforts of the students at the school of nationalism plantings.

This Research seeks to exposing some problem statements, that are: (1) What is the program of extracurricular Paskibra work in enhancing nationalism students?; (2) What are the methods used by Paskibra extracurricular in enhancing nationalism student?; (3) What are the obstacles encountered extracurricular Paskibra in instilling a sense of student nationalism?; (4) What efforts done by Paskibra extracurricular to overcome the obstacles in the sense of nationalism students? (5) How the difference between the nationalist tendencies of students active and inactive following Paskibra extracurricular activities?

This research is using qualitative approach with descriptive research to describe the role of extracurricular Paskibra in increasing nationalism. In addition, in process of collecting data, authir using quantitative approach as support.

Results of research show that: (1) The programme of extra-curricular Paskibra plays in improving students' nationalism which programs work weekly and monthly training. (2) The methods that used by extracurricular Paskibra to improve nationalism are at the time of admission of new members and regular activity each week and each month; (3) Obstacles in boosting students’ nationalism in extracurricular Paskibra come from internal factors and external factors; (4) The efforts that made to address barriers are to provide understanding and awareness to each member. (5) Active members of extracurricular Paskibra Tendency greater than members of the inactive Paskibra extracurricular in the attitude of nationalism.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR RUMUS ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 6

C. TujuanPenelitian ... 6

1. TujuanUmum ... 7

2. TujuanKhusus ... 7

D. KegunaanPenelitian ... 7

1. SecaraTeoritis ... 7

2. SecaraPraktis ... 7

E. PenjelasanIstilah ... 9

1. Ekstrakurikuler ... 9

2. EkstrakurikulerPaskibra ... 9

3. PeningkatanNasionalisme ... 9

F. MetodologiPenelitian ... 9

1. PendekatanPenelitian ... 9

2. MetodePenelitian ... 10

G. SubjekdanLokasiPenelitian ... 11

1. SubjekPenelitian ... 11

2. LokasiPenelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Ekstrakurikuler ... 12

1. Pengembangan Soft Skills MelaluiEkstrakurikuler ... 12

2. PengertianKegiatanEkstrakurikuler ... 13

3. PerananEkstrakurikuler ... 17

4. TujuandanManfaatEkstrakurikuler ... 18

5. Prinsip-PrinsipKegiatanEkstrakurikuler ... 22

6. KegiatanEkstrakurikulerPaskibra ... 24

7. MateriKegiatanEkstrakurikulerPaskibra ... 26

B. KonsepNasionalisme ... 30

1. PengertianNasionalisme ... 30

2. KarakterdanSikapNasionalisme... 33


(7)

4. NasionalismedanKegiatanEkstrakurikulerPaskibra... 40

C. EkstrakurikulerdanPendidikanKewarganegaraan ... 44

1. PengertianPendidikanKewarganegaraan ... 44

2. TujuanPendidikanKewarganegaraan ... 45

3. PendidikanKewarganegaraandanEkstrakurikuler ... 48

4. BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. PendekatandanMetodePenelitian ... 50

1. PendekatanPenelitian ... 50

2. MetodePenelitian ... 53

B. TeknikPengumpulan Data ... 54

1. Wawancara ... 54

2. Observasi ... 56

3. StudiDokumentasi ... 56

4. StudiLitelatur ... 57

5. AngketatauKuesioner (Questionnaires) ... 57

6. Triangulasi ... 58

C. LokasidanSubjekPenelitian ... 61

1. LokasiPenelitian ... 61

2. SubjekPenelitian ... 61

D. TahapPenelitian ... 62

1. PersiapanPenelitian ... 62

2. PerizinanPenelitian ... 62

3. PelaksanaanPenelitian ... 63

4. PengolahandanAnalisis Data ... 63

5. PenyusunanLaporan ... 64

E. TahapPengolahandanAnalisis Data ... 64

1. PenyeleksiandanPengelompokan Data ... 65

2. Penyajian Data... 66

3. PenarikanKesimpulan/ Verifikasi Data ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. GambaranUmumLokasiPenelitian ... 68

1. ProfilSekolah ... 68

2. PengembanganDiridanEkstrakurikuler SMP Pasundan 1 Banjaran ... 71

B. GambaranUmumKegiatanEkstrakurikulerPaskibra SMP Pasundan 1 Banjaran ... 72

1. SejarahSingkatPaskibra SMP Pasundan 1 BanjaranKab. Bandung ... 73

2. VisiPaskibra SMP Pasundan 1 BanjaranKab. Bandung... 73

3. SusunanPengurusPaskibraSatuan SMP Pasundan 1 BanjaranTahun 2012/2013 ... 73

4. Nama-Nama di PaskibraSesuaidenganTingkatannya ... 74


(8)

C. DeskripsiHasilPenelitian ... 75

D. PembahasanHasilPenelitian ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Saran ... 130 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap warganegara Indonesia diharapkan memiliki nasionalisme yang tinggi karena dengan nasionalisme yang tinggi dapat menunjukan eksistensi bangsa dan negara di mata dunia internasional. Nasionalisme tidak tumbuh dengan sendirinya, akan tetapi harus ada upaya dari warganegara untuk berusaha memiliki sikap rasa bangga dan cinta terhadap negara Indonesia.

Dunia pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks, yang perlu mendapat perhatian. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya rasa kebangsaan. Hal ini terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya karena adanya globalisasi.

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah

.

Dahlan (Komalasari, 2009: 146-147) mengetengahkan makna globalisasi yang didekati dua pemaknaan, yaitu:

Pertama, globalisasi diartikan sebagai suatu proses meluas atau mendunianya kebudayaan manusia, karena difasilitasi media komunikasi dan informasi yang mendukung kearah perluasan kebudayaan itu. Kedua, globalisasi diartikan proses menyempitnya ruang gerak budaya manusia. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Tantangan yang dahsyat dari globalisasi antara lain liberalisasi dalam bentuk ekonomi dan pasar bebas yang pada gilirannya makin mengubur batas-batas otoritas ekonomi dan juga politik suatu bangsa. Friedman (Manan dan Lan, 2011: 5) dalam bukunya, The Lexus and the Olive Tree: Understanding Globalization menyatakan bahwa semua negara di dunia kini harus mengenakan pakaian seragam The Golden Straitjacket. Negara harus menjalankan pasar bebas dengan cara membuka pasarnya untuk dimasuki oleh produk-produk dari mana saja di dunia.


(10)

Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Salah satu pengaruh negatif globalisasi adalah memengaruhi identitas suatu bangsa dengan hadirnya produk-produk luar.

Masyarakat Indonesia, khususnya anak muda, banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. Salah satu realitanya adalah anak muda lebih tertarik terhadap produk-produk luar negeri. Pengaruh gaya hidup barat tersebut secara perlahan akan mengikis rasa nasionalisme generasi muda. Westernisasi secara nyata terus menggerus nasionalisme generasi muda Indonesia. Kondisi seperti ini tentu sangat mengkhawatirkan. Ilahi (2012: 10), mengungkapkan bahwa:

Di era globalisasi sekarang kobaran semangat nasionalisme generasi muda mulai luntur. Lunturnya semangat nasionalisme generasi muda bisa saja menjadi ancaman (treatment) terhadap terkikisnya nilai-nilai patriotisme yang menjadi landasan kecintaan kita terhadap bumi pertiwi tercinta. Menurut Renan (Isjawa, 1991: 126-127) “Nasionalisme merupakan rasa kesadaran yang kuat berlandaskan atas kesadaran akan pengorbanan yang pernah diderita bersama dalam sejarah dan atas kemauan menderita hal–hal itu dimasa depan”.

Sikap nasionalisme tidak tumbuh dengan sendirinya. Upaya menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan. Tilaar (2007: 25) dalam bukunya Mengindonesia Etnitas dan Bangsa Indonesia mengemukakan bahwa ada beberapa faktor penting dalam menumbuhkan sikap nasionalisme. Faktor-faktor tersebut di antaranya: 1) bahasa, 2) budaya, 3) pendidikan. Pendidikan yang tersentralisasi dalam pengertian tertentu dapat menjadi suatu alat pemersatu yang sangat kuat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dapat menjadi tempat yang strategis untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan rasa nasionalisme kepada generasi muda. Selain dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, penanaman nilai-nilai kebangsaan dan rasa nasionalisme tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler (ekskul).


(11)

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang berada di luar materi wajib sekolah untuk mengembangkan minat-minat baru dan menanamkan tanggung jawab siswa sebagai warganegara melalui pengalaman-pengalaman. Hasilnya setiap warganegara Indonesia diharapkan memiliki sikap nasionalisme yang tinggi sehingga memiliki rasa bangga dan cinta terhadap bangsa sendiri. Jika masalah semakin memudarnya nasionalisme generasi muda tidak segera diatasi, negara ini akan hancur. Sebab generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan kepemimpinan yang lebih baik di masa depan.

Penanaman nilai-nilai nasionalisme pada generasi muda harus ditanamkan sejak di bangku sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sekolah adalah organisasi layanan yang melakukan kegiatan belajar dan mengajar antara pendidik dan peserta didik.

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Eksistensi organisasi ekstrakurikuler adalah salah satu nilai strategis untuk meningkatkan nasionalisme.

Keberadaan ekstrakurikuler di persekolahan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan nasionalisme siswa. Dirjen Dikdasmen dalam SK Nomor 226/C/Kep/O/1992, menyatakan bahwa:

Kegiatan ekstrakurikuler sebagai kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah yang dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran, meyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

Sopiatin (2010: 99) menjelaskan bahwa:

Ekstrakurikuler adalah kegiatan wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak terkait langsung dengan kurikulum, sebagai bagian tidak terpisahkan dari tujuan kelembagaan.

Eksistensi ekstrakurikuler lebih mengandalkan inisiatif sekolah. Setiap sekolah mempunyai ekstrakurikuler yang berbeda-beda, seperti Marching Band, Pramuka, PMR, Paskibra, Teater, dan Pencinta Alam. Peneliti akan memfokuskan


(12)

suatu kegiatan ekstrakurikuler yang akan diambil sebagai kajian penelitian, yaitu ekstrakurikuler Paskibra.

Menurut Arif

(

2012: 36

)

, secara sederhana istilah kegiatan ekstrakurikuler mengandung pengertian yang menunjukkan segala macam aktivitas di sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Sedangkan Paskibra merupakan kepanjangan dari pasukan pengibar bendera. Jadi, kegiatan ekstrakurikuler Paskibra merupakan suatu kegiatan atau aktivitas di sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran yang bertugas sebagai pengibar bendera.

Dalam salah satu materi pembinaan kesiswaan, yang tercantum dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan No. 0416/U/1984 yaitu tentang pendidikan pendahuluan bela negara yang diselenggarakan sekolah antara lain dengan pembentukan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) sekolah. Kegiatan tersebut meliputi berbagai jenis kegiatan, di antaranya Peraturan Baris Berbaris (PBB), Tata Upacara Bendera (TUB), serta Latihan Kepemimpinan Siswa Tingkat Perintis dan Pemula.

Tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan upacara bendera di sekolah menurut Gunawan (2012: 272) yaitu:

a. membiasakan bersikap tertib dan disiplin, b. membiasakan berpenampilan rapi,

c. meningkatkan kemampuan memimpin, d. membiasakan kesediaan dipimpin, e. membina kekompakan dan kerjasama, f. mempertebal rasa semangat kebangsaan.

Dari tujuan tersebut, tampak bahwa kegiatan ekstrakurikuler Paskibra mempunyai peranan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan sikap nasionalisme.

Berdasarkan penelitian terdahulu (Arif: 2012), dalam penelitiannya menunjukan bahwa keberadaan kegiatan ekstrakurikuler Paskibra tidak hanya berperan positif dalam membangun sikap disiplin tetapi juga nasionalisme. Hal ini menunjukan bahwa ekstrakurikuler Paskibra sejalan dengan tujuan Pendidikan


(13)

Kewarganegaraan yaitu menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air bersendikan kebudayaan bangsa.

Eryanto (2011), dalam penelitiannya menunjukan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi PKn tentang nasionalisme memberikan pengaruh terhadap pengembangan sikap nasionalisme siswa. Dalam pembelajaran PKn mengenai nasionalisme tidak hanya terfokus pada pengetahuan apa yang seharusnya dimiliki atau diketahui oleh setiap siswa sebagai warganegara, melainkan pada keterampilan siswa dalam menilai segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor penting menumbuhkan nasionalisme, salah satunya dengan mata pelajaran PKn.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa PKn wajib dimuat dalam pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Selanjutnya dalam penjelasan pasal 37 ayat (1) dijelaskan bahwa "Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air".

Pendidikan kewarganegaraan, selain berjalan seiring dengan kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka pengembangan karakter warganegara yang baik. Salah satunya yaitu memiliki rasa nasionalisme, dapat menjadikan kegiatan ekstrakurikuler sebagai wahana pengembangan isi dari bidang pendidikan kewarganegaraan itu sendiri. Hal ini terkait dengan adanya tiga bidang pendidikan kewarganegaraan yaitu "PKn sebagai program kurikuler, PKn sebagai gerakan sosial kemasyarakatan dan PKn sebagai kajian akademik".

PKn sebagai program kurikuler dapat menjadikan ekstrakurikuler sebagai bagian dari materi mata pelajaran PKn di sekolah. PKn sebagai gerakan sosial kemasyarakatan dapat menjadikan ekstrakurikuler sebagai bagian pula dari gerakan civic community. Sementara itu, PKn sebagai kajian ilmiah dapat memasukkan ekstrakurikuler sebagai salah satu objek studi, kajian, atau bidang penelitian pendidikan kewarganegaraan.


(14)

Diperkuat oleh pendapat Tilaar (2007: 25) dalam bukunya Mengindonesia Etnitas dan Bangsa Indonesia mengemukakan bahwa beberapa faktor penting dalam menumbuhkan nasionalisme di antaranya: 1) bahasa, 2) budaya, 3) pendidikan. Peneliti berkesimpulan pendidikan tidak hanya pemberian materi di dalam kelas semata, akan tetapi di luar kelas yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan mengembangkan minat peserta didik yang tidak diperoleh dalam pelajaran untuk mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab siswa sebagai warganegara melalui pengalaman-pengalaman dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Melihat data-data dan fakta-fakta yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti peran ekstrakurikuler dalam meningkatkan nasionalisme. Untuk itu peneliti akan melakukan sebuah penelitian dengan judul:

PERANAN EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DALAM

MENINGKATKAN NASIONALISME SISWA (Studi Deskriptif Analitis

Terhadap Ekstrakurikuler Paskibra SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung)

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah peneliti ialah: peranan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa. Mengingat luasnya kajian permasalahan pada penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah ke dalam beberapa rumusan yakni sebagai berikut.

1. Apa program kerja ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa?

2. Metode apa yang digunakan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa?

3. Hambatan apa yang dihadapi ekstrakurikuler Paskibra dalam menanamkan rasa nasionalisme siswa?

4. Upaya apa yang dilakukan ekstrakurikuler Paskibra untuk mengatasi hambatan tersebut dalam menanamkan rasa nasionalisme siswa?


(15)

5. Bagaimana kecenderungan perbedaan nasionalisme antara siswa yang aktif dan tidak aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh data peran Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa. 2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus sebagai berikut.

a) Untuk mengkaji tentang program kerja ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa.

b) Untuk mengkaji bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa.

c) Untuk mengkaji hambatan apa yang dihadapi ekstrakurikuler Paskibra dalam menanamkan rasa nasionalisme.

d) Untuk mengkaji apa saja upaya yang dilakukan ekstrakurikuler Paskibra dalam mengatasi hambatan.

e) Untuk mengkaji bagaimana kecenderungan perbedaan nasionalisme antara siswa yang aktif dan tidak aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra.

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan.

2. Secara Praktis a. Bagi Guru

1) Memberikan informasi tentang program kerja ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa.


(16)

2) Memberikan informasi bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa. 3) Memberikan informasi faktor penghambat yang dihadapi dalam

menanamkan rasa nasionalisme siswa melalui ekstrakurikuler Paskibra.

4) Memberikan informasi upaya apa yang dilakukan ekstrakurikuler Paskibra untuk mengatasi hambatan tersebut dalam menanamkan rasa nasionalisme siswa.

5) Memberikan informasi bagaimana kecenderungan perbedaan nasionalisme antara siswa yang aktif dan tidak aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra?

b. Bagi Siswa

1) Siswa menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti ekstrakurikuler Paskibra dengan mengetahui manfaatnya. Salah satu manfaat tersebut adalah meningkatkan nasionalisme.

2) Memberikan pengalaman belajar bagi siswa meningkatkan nasionalisme di luar materi di kelas.

c. Bagi Sekolah

1) Dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya melalui ekstrakurikuler Paskibra.

2) Diharapkan mampu mencermati kebutuhan siswa yang tergabung ke dalam ekstrakurikuler Paskibra, serta mampu mewujudkan harapan masyarakat untuk menghasilkan output yang berjiwa nasionalisme dan cinta tanah air sehingga dapat berguna bagi nusa dan bangsa.

3) Diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dalam menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan nasionalisme di luar materi di kelas.


(17)

E. Penjelasan Istilah

1. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada di luar materi wajib di SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung.

2. Ekstrakurikuler Paskibra yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Paskibra SMP Pasundan 1 Banjaran, Kabupaten Bandung.

3. Peningkatan nasionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasa nasionalisme sebelum dan sesudah siswa mengikuti ekstrakurikuler Paskibra.

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian campuran (mix design). Creswell (2012: 348) menjelaskan pendekatan penelitian campuran (mix design) merupakan “sebuah pendekatan untuk menyelidiki suatu

objek dengan mengkombinasikan atau menghubungkan bentuk penelitian kualitatif dan bentuk penelitian kuantitatif”. Mix design disini merupakan suatu pendekatan integratif agar mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik.

Lebih lajut Sugiyono (2012: 27) menjelaskan bahwa metode mix design

atau kualitatif dengan kuantitatif bisa digabungkan. Seperti yang diungkapkannya bahwa:

… dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan penelitian campuran (mix design) adalah mengkombinasikan atau menghubungkan bentuk penelitian kualitatif dan bentuk penelitian kuantitatif. Atas dasar itulah peneliti memilih pendekatan ini, karena peneliti dapat mengetahui permasalahan dan diuraikan secara deskriptif hasil penelitian yang akan dicapai disertai dengan data-data yang memperkuat temuan yang ada dan ditunjang data kuantitatif berupa angket atau kuesioner (questionnaires).


(18)

2. Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Sedangkan metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi. Metode penelitian merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian karena hal itu sangat menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian terutama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi atau yang sedang diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Surakhmad (1985: 40) penilaian deskriptif ini memiliki ciri– ciri berikut:

Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang pada masalah-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena itu metode ini disebut metode analitik).

Adapun teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2012: 186).

2. Observasi

Metode observasi adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 1988:65).

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb. (Danial, 2009: 79).


(19)

4. Studi Literatur

Studi Literatur yaitu penelitian yang dilakukan dengan mencari buku-buku, majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan peneliti (Danial, 2009: 80)

5. Angket atau Kuesioner (Questionnaires)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 2010: 194)

6. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. (Sugiyono, 2012: 241)

G. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Pasundan 1 Banjaran yang mengikuti ekstrakurikuler Paskibra periode 2012-2013

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian terletak di SMP Pasundan 1 Banjaran Jalan Stasiun Timur Banjaran Kabupaten Bandung Jawa Barat. Pemilihan SMP Pasundan 1 Banjaran sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan hasil prapenelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa ekstrakurikuler di SMP Pasundan 1 Banjaran adalah Paskibra yang aktif dalam kegiatan perlombaan-perlombaan di Kabupaten Bandung maupun ruang lingkup tingkat Jawa Barat.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang meyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012: 4) “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang peranan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Di samping itu, metode kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan peneliti untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Peneliti berusaha menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena yang diteliti, kemudian digambarkan ke dalam bentuk uraian-uraian yang menunjukan bagaimana suatu kegiatan ekstrakurikuler Paskibra dapat meningkatkan nasionalisme.

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian


(21)

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah”.

Dengan penelitian kualitatif, peneliti sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sugiyono (2012: 59) menyatakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke

lapangan”.

Lebih lanjut, Sugioyo (2012: 222) juga menyatakan, bahwa:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi mendapatkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Oleh karena itu, selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak berkomunikasi dengan subjek penelitian di SMP Pasundan 1 Banjaran Kab. Bandung. Selajutnya dalam penelitian ini peneliti akan lebih banyak menguraikan secara deskriptif hasil temuan-temuan di lapangan.

Mengingat dalam proses penelitian ini, pengukuran kecenderungan perbedaan nasionalisme antara siswa yang aktif dan tidak aktif mengikuti ekstrakurikuler Paskibra secara keseluruhan tidak hanya menggunakan metode wawancara namun juga menggunakan angket yang akan dipersentasekan berupa nilai/ angka supaya datanya dapat dibuktikan kebenarannya secara keseluruhan. Oleh karena itu, disamping menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif.

Sugiyono (2012: 7) menjelaskan pendekatan kuantitatif merupakan

“data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan

statistik”. Penggunaan pendekatan kuantitatif disini sifatnya hanya statistik

sederhana yang mana digunakan untuk mengetahui kecenderungan perbedaan nasionalisme antara siswa yang aktif dan tidak aktif mengikuti ekstrakurikuler Paskibra.


(22)

Penelitian kuatitatif sering dikenal dengan pengumpulan data dilakukan pada objek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Sugiyono (2012: 80) menjelaskan bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudain ditarik kesimpulannya”. Adapun populasi yang menjadi subjek

dalam penelitian ini adalah anggota ekstrakurikuler Paskibra yang berjumlah 69 orang.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Lebih jauh Sugiyono (2012: 81)

menegaskan “untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul

-betul representatif (mewakili)”. Adapun pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling

yakni dengan teknik sampling sistematis.

Creswell (2012: 348) menjelaskan pendekatan penelitian campuran (mix design) merupakan “sebuah pendekatan untuk menyelidiki suatu objek dengan mengkombinasikan atau menghubungkan bentuk penelitian

kualitatif dan bentuk penelitian kuantitatif”. Mix design disini merupakan

suatu pendekatan integratif agar mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik.

Lebih lajut Sugiyono (2012: 27) menjelaskan bahwa metode mix design atau kualitatif dengan kuantitatif bisa digabungkan. Seperti yang diungkapkannya bahwa:

… dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.

Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi eksplanatori sekuensial. Strategi eksplanatori sekuensial, yang menurut Creswell (2012: 355) adalah metode penelitian campuran melibatkan fase pertama pengumpulan dan analisis data kualitatif yang kemudian diikuti


(23)

dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada fase kedua, yang akan menghasilkan temuan dalam sebuah penelitian.

Bagan 3.1

Strategi Eksplanatoris Sekuensial (b)

Sumber: Creswell (2012: 314)

2. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode digunakan untuk memecahkan masalah yang akan dan sedang diteliti. Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Sugiyono (2012: 2)

“metodologi merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Surakhmad (2004: 131) menyatakan bahwa:

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan suatu penelitian salah satu penunjang oleh metode penelitian yang tepat dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, metode penelitian sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian, karena di dalam metodologi penelitian ditemukan cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui dan diamati sehingga menghasilkan data-data yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, kejelian seorang peneliti dalam

KUAL KUAN

Kual (Pengump ulan data)

Kual (Analisis

data)

Kuan (Pengump ulan data)

Kuan (Analisis

data)

Interpretasi keseluruhan analisis


(24)

menentukan suatu metode penelitian mutlak harus dimiliki. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dekriptif.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang, serta memusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nazir (1988: 63) yakni sebagai berikut.

Metode deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini ialah untuk membuat deskriptif akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Penggunaan metode deskriptif analitis didasarkan pada asumsi bahwa penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan keterangan atau gambar secara aktual dan faktual terhadap gejala sosial, dalam arti bahwa penelitian tersebut memusatkan pada pemecahan masalah yang terjadi pada masa sekarang, yaitu memperoleh gambaran yang nyata mengenai peranan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme siswa.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang penting dalam mendukung suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 224) teknik pengumpulan data adalah:

Langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dan data faktual langsung


(25)

dari sumbernya. Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung kepada berbagai pihak, baik dengan guru pembimbing, pelatih, maupun terhadap siswa-siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra di SMP Pasundan 1 Kabupaten Bandung yang berkaitan dengan penelitian ini. Berkaitan dengan hal tersebut, Danial (2009: 71) menjelaskan bahwa:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara dapat dilakukan di mana saja selama dialog masih bisa dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di kebun, di bengkel, atau di mana saja”.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sugioyono (2012: 186) bahwa:

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam proses penelitian diperlukan adanya persiapan wawancara. Persiapan wawancara tersebut diperlukan adanya persiapan wawancara. Persiapan wawancara tak terstruktur menurut Moleong (2012: 190) dapat diselenggarakan menurut tahapan-tahapan tertentu yakni sebagai berikut.

Tahap pertama, ialah menemukan siapa yang akan diwawancarai. Barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar di antara beberapa orang memenuhi persyaratan. Tahap kedua, ialah mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga menghubungi, tetapi peneliti sendirilah yang melakukannya. Tahap ketiga, mengadakan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.

Adapun tujuan dari wawancara ini, menurut Nasution (2003: 73),

yaitu “untuk mengetahui apa yang terkandung dalam alam pikiran dan hati

orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang


(26)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan wawancara dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan objektif tentang fokus masalah yang sedang diteliti.

2. Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2012: 145) yaitu “observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang

diamati tidak terlalu besar”.

Proses observasi ini, peneliti dapat mengamati situasi-situasi yang ada di lapangan dengan mencatat apa-apa yang dianggap penting guna menunjang terhadap tujuan penelitian. Observasi ini memberikan kemudahan terutama dalam hal memperoleh data di lapangan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan mencari dokumen yang bersifat pribadi dan resmi sebagai sumber data yang dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalah dalam penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut Danial (2009: 79) menjelaskan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penuduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian.


(27)

4. Studi Literatur

Studi Literatur adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data atau sumber-sumber informasi teoritis tentang masalah yang diteliti. Teknik ini memperkuat landasan peneliti serta melengkapi hasil penelitian yang peneliti lakukan.

Dengan menggunakan teknik tersebut, peneliti berusaha mencari data berupa pengertian-pengertian, teori-teori, dan uraian-uraian yang dikemukan oleh para ahli sebagai landasan teoritis, khususnya mengenai masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tambahan yang menunjang masalah yang diteliti.

5. Angket atau Kuesioner (Questionnaires)

Kuesioner menurut Arikunto (2010: 194) adalah “sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia

ketahui”.

Lebih lanjut Arikunto (2010: 195) membagi kuesioner atas beberapa jenis, bergantung pada sudut pandang yakni sebagai berikut.

a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:

1. Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. 2. Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya

sehingga responden tinggal memilih. b. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:

1. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

2. Kuosioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.

c. Dipandang dari bentuknya maka ada:

1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuosioner tertutup.

2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuosioner terbuka. 3. Check list, sebuah daftar, di mana responden tinggal


(28)

4. Rating scale, (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

Untuk mendukung akurasi data dan hasil penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data. Adapun kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Berdasarkan dari bentuknya, peneliti menggunakan kuesioner rating scale atau skala bertingkat.

6. Triangulasi

Triangulasi menurut Sugioyono (2012: 241) adalah “teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada”.

Lebih lanjut Sugiyono (2012: 195) membagi triangulasi atas 2 jenis yakni sebagai berikut.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.


(29)

Bagan 3.2

Triangulasi teknik pengumpulan data (bermacam-macam cara pada sumber yang sama)

Sumber: Sugiyono (2012: 242) Bagan 3.3

Triangulasi sumber pengumpulan data. (satu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, C)

Sumber: Sugiyono (2012: 242) Observatif

partisipatif

Wawancara

mendalam Sumber data

sama

Wawancara mendalam

A

C

B

Dokumentasi


(30)

Bagan 3.4

Triangulasi Teknik Penelitian Program Kerja Ekstrakurikuler Paskibra dalam Meningkatkan Nasionalisme Siswa

Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013 Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013

Bagan 3.5

Triangulasi Sumber Penelitian Program Kerja Ekstrakurikuler Paskibra dalam Meningkatkan Nasionalisme Siswa

Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013

Untuk mendukung lebih meningkatkan kekuatan data, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sebagai pengumpul data.

Anggota Paskibra

Pelatih Paskibra

Pembina Paskibra Observasi

partisipatif

Wawancara mendalam

Dokumentasi

Anggota Ekstrakurikuler


(31)

Adapun triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di SMP Pasundan 1 Banjaran Jalan Stasiun Timur Banjaran Kabupaten Bandung Jawa Barat. Pemilihan SMP Pasundan 1 Banjaran sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan hasil prapenelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa ekstrakurikuler di SMP Pasundan 1 Banjaran adalah Paskibra yang aktif dalam kegiatan perlombaan-perlombaan di Kabupaten Bandung maupun ruang lingkup tingkat Jawa Barat.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini ditujukan kepada guru pembina Paskibra, pelatih Paskibra dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra di SMP Pasundan 1 Banjaran Kabupaten Bandung. Subjek penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 215) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial

yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor),

dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin

difahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya”.

Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara "purposive" bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan. Dari pendapat beberapa tokoh tersebut peneliti dapat menyimpulkan subjek penelitian kualitatif adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Oleh


(32)

karena itu, subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Akan tetapi, ada juga subjek yang ditentukan secara khusus dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk dijadikan sample penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan sample purposive, sehingga besarnya jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi.

Dalam pengumpulan data, responden di dasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya.

Dari uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa subjek penelitian ini adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra di SMP Pasundan 1 Banjaran sebanyak 30 orang, seorang pelatih Paskibra di SMP Pasundan 1 Banjaran dan seorang pembina kegiatan ekstrakurikuler Paskibra di SMP Pasundan 1 Banjaran.

D. Tahap Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian di antaranya fokus permasalahan dan objek penelitian. Selanjutnya peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi maka peneliti melakukan prapenelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari subjek dan lokasi penelitian.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian sesuai dengan objek serta subjek penelitian.

Adapun perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat


(33)

b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapat surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Rektor UPI. c. Dengan membawa surat rekomendasi dari UPI, peneliti meminta izin

penelitian kepada Kepala Sekolah SMP Pasundan 1 Banjaran Kabupaten Bandung.

d. Setelah mendapatkan izin Kepala Sekolah SMP Pasundan 1 Banjaran Kabupaten Bandung, kemudian peneliti melakukan penelitian di tempat yang telah ditentukan, yaitu SMP Pasundan 1 Banjaran Kabupaten Bandung.

3. Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan fokus masalah.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh penelitian adalah sebagai berikut.

a. Menghubungi Wakasek Kesiswaan SMP Pasundan 1 Banjaran Kabupaten Bandung untuk meminta informasi dan meminta izin melaksanakan penelitian.

b. Menghubungi pembina Paskibra yang akan diwawancarai. c. Mengadakan wawancara dengan pembina Paskibra. d. Menghubungi pelatih Paskibra yang akan diwawancarai. e. Mengadakan wawancara dengan pelatih Paskibra.

f. Menghubungi siswa sebagai subjek penelitian untuk diwawancarai. g. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. 4. Pengolahan dan Analisis Data

Tahap ini, data yang diperlukan melalui penelitian, diolah sesuai susunan kebutuhan penelitian dari informasi yang telah dikumpulkan. Setelah itu, dilakukan analisis data untuk mencari kebenaran dalam menjawab fokus masalah.


(34)

5. Penyusunan Laporan

Tahap ini peneliti menggabungkan seluruh bagian/ bab penelitian yang telah telah ditulis penelitian, untuk dipertanggungjawabkan peneliti dalam sebuah sidang ujian skripsi.

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Setelah keseluruhan proses penelitian telah diselesaikan maka selanjutnya peneliti mulai melakukan pengolahan data dan analisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, studi Literatur. Sedangkan analisis dan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang berarti agar dapat mengungkapkan permasalahan yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2012: 244) mengatakan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Pengelolaan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, pengelolaan dan analisis data akan dilakukan melalui proses menyusun, mengkategorikan, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya dan disesuaikan dengan kajian penelitian.

Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu. Proses analisis data dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, dirangkum dan di fokuskan pada hal-hal yang penting.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti apa yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992: 16-18), bahwa terdiri


(35)

atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi. Berikut adalah bagan mengenai komponen-komponen analisis data menurut Miles dan Huberman (1992: 20).

Bagan 3.6

Komponen-komponen Analisis Data

Sumber: Miles dan Huberman (1992: 20).

Dengan mengacu pendapat di atas, maka proses analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data

Data yang sudah terkumpul lalu diseleksi kemudian dirangkum dan disesuaikan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Kemudian data dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu untuk dicari tema dan polanya berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.

Untuk memperjelas data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang ditujukan kepada pembina Paskibra, pelatih Paskibra, dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra. Dengan kata lain, reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang dapat diteliti.

2. Penyajian Data

Penyajian data atau display data adalah sekumpulan informasi yang

Pengumpulan data

Reduksi data

Kesimpulan: Penarikan/verifikasi

Penyajian data


(36)

akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain, menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

Penyajian data merupakan hasil dari wawancara dengan pembina Paskibra, pelatih Paskibra dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra, hasil dari observasi lapangan, dan dokumentasi. Dari keseluruhan data yang telah didapat tersebut, dipahami satu persatu, kemudian disatukan dan diinterpretasikan sesuai dengan rumusan masalah. 3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat tentang bagaimana pembentukan sikap disiplin melalui kegiatan ekstrakurikuler Paskibra dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Dengan demikian, secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi, dan disesuaikan dengan fokus masalah penelitian. Selanjutnya data dianalisis dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana diuraikan oleh Moleong (2012: 327) yaitu:

1) perpanjang keikutsertaan, 2) ketekunan pengamatan, 3) triangulasi,

4) pengecekan sejawat, 5) kecukupan referensial, 6) kajian kasus negatif, 7) pengecekan anggota 8) uraian rinci,

9) audit kebergantungan, 10)audit kepastian.

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut,


(37)

peneliti memperoleh data secara lengkap dan yang memenuhi keabsahan data sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku, mengenai peranan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme.

Adapun dalam pengolahan data angket, penulis menggunakan rumus statistik sederhana. Peneliti berpedoman kepada rumusan yang dikemukakan oleh Ali (Kusmiati, 2004: 81) sebagai berikut.

Rumus 3.1 Mencari Persentase

Sumber: Ali (Kusmiati, 2004: 81) Keterangan:

P = Presentase jawaban

F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah seluruh responden 100% = Bilangan tetap

Untuk proses penyimpulan dari data kuesioner rating scale atau skala bertingkat sebagai penunjang dan pedoman observasi serta wawancara dengan fokus penelitian siswa yang mana hasil dari semuanya adalah

angka-angka. Sugiyono (2012: 97) mengungkapkan bahwa “… dengan

rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam

pengertian kualitatif”. Oleh karena itu, untuk menentukan penilaian

terhadap data rating-scale yang diperoleh, diterapkan kriteria penilaian seperti yang disampaikan oleh Suryadi (Kusmiati, 2004: 81) sebagai berikut.

0% = Ditafsirkan tidak ada 1% - 24% = Ditafsirkan sebagian kecil 25% - 49% = Ditafsirkan hampir setengahnya 50% = Ditafsirkan setengahnya

51% - 74% = Ditafsirkan sebagian besar 75% - 99% = Ditafsirkan hampir seluruhnya 100% = Ditafsirkan seluruhnya


(38)

Buku

Abdullah, T. (2001). Nasionalisme dan Sejarah. Bandung: Satya Historika.

Ahmadi, A. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, D. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultur. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Creswell, W. J. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantiitatif, dan Mix. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Djahiri, A. K. (1996). Teknik Pengembangan Program Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: Lab. PMPKN IKIP Bandung.

Gerungan, W. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gunawan, H. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Heryanto, A. (1996). Nasionalisme: Refleksi Kritis Kaum Ilmuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ilahi, M. T. (2012). Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa: Paradigma Pembangunan & Kemandirian Bangsa. Depok: Ar-ruzz Media.

Kalidjernih, F. K. (2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif Sosiologi dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.

Kartodirdjo, S. (1999). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.


(39)

Komalasari, K. dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia : Konsep, Perkembangan dan Masalah Kontenpoler. Bandung: Laboratorium Pkn UPI.

Manan, M. A. dan Lan, T. J. (2011). Nasionalisme dan Ketahanan Budaya Indonesia: Sebuah Tantangan. Jakarta: LIPI Press.

Mar’at. (1981). Sikap Manusia serta Pengukurannya. Bandung: Tarsito.

Miles, B. , Matthew & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Moleong, J. X. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muqowim. (2012). Pengembangan Skills Guru. Depok: Pedagogia.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Somantri, M. N. (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdayakarya.

Rasyid, M. R. (1998). Nasionalisme dan Demokrasi Indonesia. Jakarta: PT. Yarsif Watampone.

Rivai, V. (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Santosa, K. O. Paradigma Baru Memahami Pancasila dan UUD 1945. Yogyakarta: Sega Arsy.

Sarwono, W. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sumarsono. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Bogor: Grafika.

Siagian, M. (2008). “Memahami Kewilayahan Nasional Melalui Konsepsi Wawasan Nusantara dalam Menumbuhkan Nasionalisme Indonesia”.

Jurnal Civicus. 1, 679-687

Slameto, (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.


(40)

Sopiatin, P. (2010). Managemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Research and Development. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Surahkmad W. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik.

Bandung: Tarsito.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutisna, Oteng. (1989). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Tilaar, H. A. R. (1997). Mengindonesia Etnitas dan Identitas Bangsa Indonesia.

Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, M. U. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT remaja Rosdakkarya.

Wahab, A. A. (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wahab, A. A. dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Wuryan, S. dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium PKn UPI Bandung.

Skripsi dan Tesis

Anggraeni, L. (2009). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Multikulturalisme Dalam Memupuk Nasionalisme Siswa (Studi Kasus di SMA Santo Aloysius Bandung). Tesis Program Studi Pkn Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(41)

Sikap Patriotisme. Tesis Program Studi PKn Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arif. (2012). Peranan Kegiatan Ekstrakulikuler Paskibra Dalam Membangun Sikap Disiplin Siswa (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Bandung). Skripsi sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Datresta, T. (2012). Pengaruh Keikutsertaan Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakulikuler Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 6.

Skripsi sarjana FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Eryanto, E. (2011). Pengaruh Materi PKn Tentang Nasionalisme dan Kontribusi Bagi Pengembangan Sikap Nasionalisme Siswa (Studi Dekriptif pada SMA Negeri di Kota Bandung). Skripsi sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Saylendra, N. P. (2012). Organisasi Ekstrakulikuler Sebagai Laboratorium Pengembalian Disiplin Siswa. Skripsi sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Supriatna, A. (2009). Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba dalam Mewujudkan Warga Negara yang Baik. Skripsi sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Makalah

Supriatna, M. (2010). Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakulikuler. Makalah. Jurusan PBB UPI.

Peraturan Perundang-undangan

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.

Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1954

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah


(42)

Internet

Yudiantari, D., Holilulloh, dan Nurmalisa, Y. (2012). Jurnal Penelitian Pendidikan: Pengaruh Aktivitas Ekstrakulikuler Paskibra Terhadap Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Negeri 1 Pasir Sakti Lampung Timur. [Online]. Tersedia: http:// DWIYUDIANTARI.docx.htm


(1)

67

peneliti memperoleh data secara lengkap dan yang memenuhi keabsahan data sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku, mengenai peranan ekstrakurikuler Paskibra dalam meningkatkan nasionalisme.

Adapun dalam pengolahan data angket, penulis menggunakan rumus statistik sederhana. Peneliti berpedoman kepada rumusan yang dikemukakan oleh Ali (Kusmiati, 2004: 81) sebagai berikut.

Rumus 3.1 Mencari Persentase

Sumber: Ali (Kusmiati, 2004: 81) Keterangan:

P = Presentase jawaban

F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah seluruh responden 100% = Bilangan tetap

Untuk proses penyimpulan dari data kuesioner rating scale atau skala bertingkat sebagai penunjang dan pedoman observasi serta wawancara dengan fokus penelitian siswa yang mana hasil dari semuanya adalah

angka-angka. Sugiyono (2012: 97) mengungkapkan bahwa “… dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam

pengertian kualitatif”. Oleh karena itu, untuk menentukan penilaian

terhadap data rating-scale yang diperoleh, diterapkan kriteria penilaian seperti yang disampaikan oleh Suryadi (Kusmiati, 2004: 81) sebagai berikut.

0% = Ditafsirkan tidak ada 1% - 24% = Ditafsirkan sebagian kecil 25% - 49% = Ditafsirkan hampir setengahnya 50% = Ditafsirkan setengahnya

51% - 74% = Ditafsirkan sebagian besar 75% - 99% = Ditafsirkan hampir seluruhnya 100% = Ditafsirkan seluruhnya


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, T. (2001). Nasionalisme dan Sejarah. Bandung: Satya Historika. Ahmadi, A. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, D. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultur. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Creswell, W. J. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantiitatif, dan Mix. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Djahiri, A. K. (1996). Teknik Pengembangan Program Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: Lab. PMPKN IKIP Bandung.

Gerungan, W. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gunawan, H. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Heryanto, A. (1996). Nasionalisme: Refleksi Kritis Kaum Ilmuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ilahi, M. T. (2012). Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa: Paradigma Pembangunan & Kemandirian Bangsa. Depok: Ar-ruzz Media.

Kalidjernih, F. K. (2010). Kamus Studi Kewarganegaraan: Perspektif Sosiologi dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.

Kartodirdjo, S. (1999). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.


(3)

Klaus, P. (2012). Jangan Anggap Remeh Soft Skills. Jakarta: Libri.

Komalasari, K. dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia : Konsep, Perkembangan dan Masalah Kontenpoler. Bandung: Laboratorium Pkn UPI.

Manan, M. A. dan Lan, T. J. (2011). Nasionalisme dan Ketahanan Budaya Indonesia: Sebuah Tantangan. Jakarta: LIPI Press.

Mar’at. (1981). Sikap Manusia serta Pengukurannya. Bandung: Tarsito.

Miles, B. , Matthew & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Moleong, J. X. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muqowim. (2012). Pengembangan Skills Guru. Depok: Pedagogia.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Somantri, M. N. (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdayakarya.

Rasyid, M. R. (1998). Nasionalisme dan Demokrasi Indonesia. Jakarta: PT. Yarsif Watampone.

Rivai, V. (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Santosa, K. O. Paradigma Baru Memahami Pancasila dan UUD 1945. Yogyakarta: Sega Arsy.

Sarwono, W. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Sumarsono. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Bogor: Grafika.

Siagian, M. (2008). “Memahami Kewilayahan Nasional Melalui Konsepsi

Wawasan Nusantara dalam Menumbuhkan Nasionalisme Indonesia”. Jurnal Civicus. 1, 679-687

Slameto, (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.


(4)

Smith, A. D. (2003). Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga. Sopiatin, P. (2010). Managemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Research and Development. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Surahkmad W. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutisna, Oteng. (1989). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Tilaar, H. A. R. (1997). Mengindonesia Etnitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, M. U. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT remaja Rosdakkarya.

Wahab, A. A. (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wahab, A. A. dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Wuryan, S. dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium PKn UPI Bandung.

Skripsi dan Tesis

Anggraeni, L. (2009). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Multikulturalisme Dalam Memupuk Nasionalisme Siswa (Studi Kasus di SMA Santo Aloysius Bandung). Tesis Program Studi Pkn Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

Azwar, I. (2009). Pengaruh Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Terhadap Pengembangan Sikap Patriotisme. Tesis Program Studi PKn Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arif. (2012). Peranan Kegiatan Ekstrakulikuler Paskibra Dalam Membangun Sikap Disiplin Siswa (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Bandung). Skripsi sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Datresta, T. (2012). Pengaruh Keikutsertaan Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakulikuler Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 6. Skripsi sarjana FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Eryanto, E. (2011). Pengaruh Materi PKn Tentang Nasionalisme dan Kontribusi Bagi Pengembangan Sikap Nasionalisme Siswa (Studi Dekriptif pada SMA Negeri di Kota Bandung). Skripsi sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Saylendra, N. P. (2012). Organisasi Ekstrakulikuler Sebagai Laboratorium Pengembalian Disiplin Siswa. Skripsi sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Supriatna, A. (2009). Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba dalam Mewujudkan Warga Negara yang Baik. Skripsi sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Makalah

Supriatna, M. (2010). Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakulikuler. Makalah. Jurusan PBB UPI.

Peraturan Perundang-undangan

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.

Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1954

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan


(6)

Permendiknas No. 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan Internet

Yudiantari, D., Holilulloh, dan Nurmalisa, Y. (2012). Jurnal Penelitian Pendidikan: Pengaruh Aktivitas Ekstrakulikuler Paskibra Terhadap Pembentukan Sikap Nasionalisme Siswa Negeri 1 Pasir Sakti Lampung Timur. [Online]. Tersedia: http:// DWIYUDIANTARI.docx.htm