Analisis Komparatif Aktivitas, Konsep Leluhur, dan Sejarah Dalam O-BON dan Cit Gwee Pwa.

(1)

ANALISIS KOMPARATIF AKTIVITAS, KONSEP LELUHUR,

DAN SEJARAH DALAM O-BON DAN CIT GWEE PWA

序論

Penghormatan terhadap arwah leluhur merupakan suatu kegiatan menghormati nenek moyang (kakek, nenek, orang tua, dan sanak keluarga yang telah meninggal) yang dilakukan oleh anggota keluarga yang masih hidup. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk memberikan kebahagiaan dan memenuhi kebutuhan mereka secara layak setelah meninggal. Hal ini menunjukkan bakti dan syukur terhadap anggota keluarga yang telah meninggal. Penghormatan terhadap leluhur sebagai kepercayaan masyarakat, khususnya di kawasan Asia Timur seperti di Jepang dan China, telah menjadi suatu hal yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat dan diwujudkan melalui banyak media perayaan-ritual. Salah satu dari ritual yang hingga kini masih dilakukan adalah perayaan Ullambana Sutra yang di Jepang disebut sebagai O-bon (御盆), dan di China disebut sebagai Cit Gwee Pwa.

O-bon merupakan perayaan yang dilakukan pada pertengahan bulan Agustus. Karena dikatakan bahwa pada periode ini, arwah leluhur akan kembali ke dunia untuk datang ke rumah anak cucunya. Pada awal perayaan, akan dibakar api penyambutan, dan di dalam rumah akan dipasang altar yang dihias dengan persembahan untuk menyambut arwah leluhur. Pada akhir perayaan, akan dibakar api pengantar dan pelarungan lampion di sungai untuk mengantarkan arwah kembali ke alam baka.


(2)

Sama dengan o-bon, perayaan cit gwee pwa pun dilakukan pada pertengahan bulan Agustus, dengan tujuan untuk memuaskan arwah leluhur, dan agar arwah kelaparan yang dilepas dari neraka tidak mencelakakan manusia yang masih hidup. Pada awal perayaan, setiap rumah akan menggantung lampion di depan pintu rumah sebagai penanda arah dan memasang altar yang dihias dengan sesajian untuk menyambut arwah leluhur. Pada saat inipun, dipercaya bahwa arwah leluhur akan kembali dan datang ke rumah anak cucunya. Pada akhir perayaan, akan dilakukan pelarungan lampion di sungai untuk mengantarkan arwah kembali ke alam baka.

Spencer, Ellen, dan Kaplan menyatakan bahwa suatu produk budaya yang sama yang dimiliki negara-negara yang berada di daerah yang sama dapat memiliki persamaan dan perbedaan. Maka di dalam penelitian ini, penulis akan membandingkan kedua perayaan tersebut dengan meninjaunya dari segi aktivitas, latar belakang sejarah, asal usul, dan objek penghormatan. Metode yang digunakan adalah metode desktriptif komparatif. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan mengkomparasikan perayaan o-bon dan cit gwee pwa, memahami penyebab persamaannya, serta untuk mengetahui perbedaan dan persamaan konsep leluhur yang terkandung di dalamnya.

Dari data-data yang telah didapatkan, maka dapat diketahui bahwa di dalam perayaan o-bon dan cit gwee pwa ternyata memang terdapat perbedaan dan persamaan, terutama dalam aktivitas ritualnya. Persamaan dapat dilihat dalam


(3)

penyalaan api di depan rumah pada permulaan o-bon (mukae-bon) dan penggantungan lampion di depan rumah pada permulaan cit gwee pwa. Penyalaan api ini dilakukan sebagai penunjuk arah bagi arwah leluhur agar tidak tersesat dalam perjalanannya pulang ke rumah anak cucunya. Tidak hanya penyalaan api, pelarungan lampion ke sungai pada saat hari terakhir cit gwee pwa dan o-bon pun dilakukan untuk mengantarkan arwah kembali ke alamnya.

Di dalam kedua perayaan ini, pemberian persembahan ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur sekaligus untuk memenuhi kebutuhan arwah leluhur, hal ini berdasarkan pemikiran bahwa selepas seseorang meninggal, mereka membutuhkan asupan energi untuk bertahan sebagaimana orang yang masih hidup. Kematian tidaklah dianggap sebagai akhir kehidupan, tetapi sebagai suatu kesinambungan dan kelanjutan dalam suatu generasi. Dipercaya bahwa jika arwah leluhur tidak dipuaskan kebutuhannya, maka mereka akan menurunkan bencana kepada anak cucunya, begitu pula sebaliknya. Tidak hanya persembahan berupa makanan, baik pada masa o-bon dan cit gwee pwa, diadakan pertunjukkan dan tari-tarian di lapangan terbuka untuk menyenangkan arwah leluhur. Pada masa o-bon dan cit gwee pwa, setiap keluarga akan memasang altar leluhur di dalam rumah untuk menaruh persembahan. Agak berbeda dengan o-bon, pada waktu cit gwee pwa, ada dua buah altar yang dipasang, yaitu altar leluhur dan altar untuk hantu kelaparan. Altar leluhur dipasang di dalam rumah, dan altar untuk hantu kelaparan dipasang di depan rumah atau di pinggir jalan. Hal ini dilakukan agar hantu kelaparan tidak merebut persembahan yang ditujukan


(4)

bagi arwah leluhur. Perbedaan juga dapat dilihat melalui persembahan berupa bunga yang diletakkan di altar leluhur. Dalam o-bon, persembahan bunga selain ditujukan untuk menghias altar leluhur, juga sebagai sarana leluhur untuk kembali ke rumah selama o-bon. Hal ini sesuai dengan pemikiran bahwa bunga merupakan tempat tinggal leluhur pada masa o-bon, dalam konsep Shintoisme, tumbuhan dianggap sebagai tempat berdiamnya leluhur, dan pegunungan dianggap sebagai dunia tersembunyi bagi arwah setelah mereka meninggal. Sedangkan dalam cit gwee pwa, selain untuk menghias altar, bunga digunakan untuk mengingatkan sanak keluarga atas kehidupan manusia yang sementara.

Objek penghormatan dari kedua perayaan tersebut adalah arwah leluhur. Di dalam o-bon, arwah yang disembah adalah: leluhur generasi pertama, arwah leluhur generasi selanjutnya dari leluhur generasi pertama, arwah relasi (kakak/ adik dari pihak generasi pertama atau relasi dekat dari ibu), dan arwah yang dianggap perlu disembah. Sedangkan di dalam cit gwee pwa, arwah yang disembah adalah: arwah leluhur yang memiliki hubungan darah, para arwah yang tidak memiliki sanak keluarga dan tidak terurus (termasuk di dalamnya adalah pelaku tindak kriminal, peminta-minta, dan lain sebagainya), dan arwah yang tidak memiliki keturunan, serta para arwah yang menderita karena kematian yang tidak wajar atau yang tidak sesuai dengan tempat dan waktu yang telah ditentukan. Pada hari terakhir o-bon, persembahan yang diletakkan di altar leluhur akan dibungkus dan dialirkan ke sungai


(5)

bersama dengan shouryoubune, sedangkan pada cit gwee pwa, persembahan akan dibagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.

Tidak hanya itu, keduanya pun memiliki latar belakang sejarah dan konsep pemikiran yang hampir sama. Keduanya berakar dari pemikiran yang sama bahwa arwah leluhur harus dihormati karena mereka mampu mempengaruhi kehidupan manusia, yang kemudian berkembang menjadi perayaan dan mendapatkan pengaruh dari ajaran Buddha. Konsep leluhur di Jepang dan di China pun memiliki kesamaan, yaitu berakar dari mitos penciptaan masing-masing negara, yang kemudian dibatasi dengan ikatan darah dalam keluarga. Konsep mengenai kehidupan setelah kematian dan pembagian ruh memiliki kesamaan, namun yang membedakan adalah pemikiran mengenai kelahiran kembali.

結論

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan aktivitas dalam o-bon dan cit gwee pwa terletak pada penyalaan dan pelarungan api (lampion), persembahan, dan tari-tarian. Objek penghormatan dalam kedua perayaan tersebut sama, yaitu arwah leluhur. Perbedaan terletak pada penempatan altar leluhur, penghanyutan persembahan, dan persembahan berupa bunga. Konsep leluhur di dalam keduanya berakar dari tokoh dalam kisah mitologis mengenai pembentukan masing-masing negara, Jepang dengan kisah mengenai Izanami dan Izanagi, dan China dengan kisah mengenai Pan Ku. Batasan mengenai leluhur di Jepang dan China memiliki kesamaan, yaitu pendahulu yang masih


(6)

memiliki garis darah yang sama, dan keturunan setelahnya. Begitu pula dalam konsep mengenai jiwa, keduanya mempercayai bahwa jiwa seseorang yang telah meninggal akan terbagi menjadi beberapa bagian, dan masing-masing akan menuju ke tempat-tempat yang berbeda.

O-bon dan cit gwee pwa memiliki dasar pemikiran yang sama. Keduanya beranggapan bahwa arwah seseorang yang telah meninggal memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kehidupan orang-orang yang masih hidup. Karena itulah arwah leluhur disembah dan dipuaskan dengan sesajian agar para leluhur memberkati dan melindungi anak cucunya. Penghormatan kepada arwah leluhur ini dilakukan untuk mengungkapan rasa syukur dan untuk memohon berkat. Kedua penghormatan leluhur ini kemudian berkembang dan mendapatkan pengaruh dari ajaran Buddha, yaitu Ullambana Sutra.

Adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu budaya yang sama membuktikan bahwa suatu produk budaya yang muncul dan menyebar di satu wilayah (dalam hal ini, Asia Timur) dapat mengalami perkembangan dan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan adat istiadat dan pola pikir masyarakat tempat kebudayaan tersebut menyebar.


(7)

御盆

Cit

Gwee

Pwa

活動

先祖概念

せ い

歴史

比較研究

序論

先祖供養

せ う

言 い

う 亡 先祖

祖父 祖母 両 親

霊 い

供養 う

生 い

い 家族員

行 わ い 活動

あ 目的 亡

先祖 せ

霊 い

喜 需品 満足 せ あ 亡

家族員 い

孝 う

感謝 表

あ わ

い 言

う意味 い

あ 先祖供養

せ う

言 い

民間信仰 う

東 ア ア 国々 特 日 中 国

社会 い

中 必要

色々 い い

祭 行

い 先祖祭

言 い

わ い 一

先祖祭 せ

Ullambana 盂 蘭 盆

Sutra 経

日 語 御盆 中 国

語 Cit

Gwee 月

Pwa 半

言 い

う一 仏 教

う 行

今 い

行 わ い

御盆 言

う 月 中 旬

行 わ 時 先祖

霊 い

子孫 家

い え

来 い 言

わ い 盆入

霊 い

迷わ い う

家 い え

門 迎 え 火 焚 い 室内

精 霊 棚 う う

綺麗 い

野菜 い


(8)

供物 飾 盆送 時 門 送 火 焚い 灯籠 う う

川 わ

海 う

霊 い

送 返

御盆 似 い う Cit

Gwee 月

Pwa 半

中 国 う

月 中 旬 う

先祖 せ

霊 い

満足 せ 行 わ 地獄 放 施餓鬼

生 い

い 人間 害悪

い あ

い 行 わ Cit

Gwee 月

Cee 一

It 日

-Cit 七

Gwee 月

Cap 十

Go 五日

各家族 先祖

霊 い

迷 わ い う 家

い え

門 前

灯 う

飾 精 霊 棚

う う

綺麗 い

供物 飾 時 先祖

霊 い

戻 子孫 家

い え 一 い

ヶ月一緒 い

暮 来 い 信 い Cit

Gwee 月

Sa Cap 十日

灯籠 う う

灯 う

川 わ

海 う

流 霊

送 返

Spencer ペンサー

Ellen エーレン

Kaplan カプ ラン

同地方 う う

あ 国々 自分

伝統的 う

文化 持 互い 影 響

えい う

あ う 似 い 勿論あ

言 い

い 研 究

先祖祭 せ

御盆 Cit

Gwee 月

Pwa 半

活動 う

歴史 伝説

供養 う

物 写

比較

研 究 う

目的 御盆 Cit

Gwee 月

Pwa 半

う 似 い 写


(9)

比較 い 両 国 う

先祖 せ

概念 い

何 調

目的 叶え 比較 写

言 い

う方法 う う

使

デ ー タ 御盆 Cit

Gwee 月

Pwa 半

特 活 動 当

あ 似 い あ 言

う 分

似 い :盆入

時 門 迎 え 火 焚 Cit

Gwee 月

Cee 一

It 日

- Cit 七

Gwee 月

Cap 十

Go 五 日

門 灯

飾 い 迎 え 火 灯

戻 来 霊

迷 わ

い あ 迎え火 盆送 Cit

Gwee 月

Sa Cap 十 日

灯籠流 う う

先祖 せ

霊 い

送 返

言 い

う意味 い

あ 同 あ

祭 供物 先祖

霊 い

供え い 霊

需品 満足 せ 感謝 表

あ わ

供物 人間 亡 後

生 い

い 時 う 生

色々 い い

需品 力 必要

考 え あ

人間 死亡

生活 せ い

期 一代

い い

連続 あ 先祖

霊 い


(10)

需品 満足 い 子孫 害悪 い あ

与え 反対

良い 先祖

子孫 平

い あ 幸

あわ せ

信 い 供物 御盆

Cit 七

Gwee 月

Pwa 半

時 園

う え

広場 霊

台 い

踊 見せ 御盆 Cit

Gwee 月

Pwa 半

時 各家族 室内

精 霊 棚 う う

綺麗 い

供物 飾 御盆

い Cit

Gwee 月

Pwa 半

時 霊

棚 あ

精 霊 棚 う う

餓鬼棚 あ 精 霊 棚

う う

室内 い

立 餓鬼棚 庭

通 立 餓鬼棚 餓鬼 先祖

霊 い

供物 取 い う 他

う 精 霊 棚

う う

飾 物 花 あ 御盆 盆花 精 霊 棚

う う

飾 物

先祖 せ

霊 い

花 乗 子孫 家

い え

来 言

わ い 御盆 時

子孫 精 霊 棚

う う

飾 い 花 先祖

霊 い

宿 所 言

う 考 え方 あ

神 う

植 物 霊

宿 所 象 徴

う う

山 霊

世界 せ い

隔離 世

象 徴

う う

Cit 七

Gwee 月

Pwa 半

花 飾 物 花 人間

生活 せ い

短 い 言

う 表


(11)

祭 供養 う

先祖 せ

霊 い

あ 御盆 供養

霊 い

: 一代目 い い

次 先祖

親類 い

一代目 い い

姉妹 い

兄 弟 う い

母親 親類

供養 う

い 他 霊

あ Cit

Gwee 月

Pwa 半

供養 う

霊 い

:全 血統

あ 先祖

家族 親類

誰 供養

い霊 い

例え 罪人

乞食 子供 い亡 人

亡 時 苦 い 霊

あ 盆送 精 霊 棚

う う

飾 い 供物

精 霊 う う

海 う

川 わ

流 Cit

Gwee 月

Pwa 半

供物 乞食 貧乏

う 人

御盆 Cit

Gwee 月

Pwa 半

考 え 方 概 念

歴史 似 い あ 祭 中 先祖

霊 い

供養 う

成 い 考 え方 あ 霊

力 持 い 生

人間 生活

せ い

影響出来 え い う

信 い 考 え方 行

う 祭

仏 教 う

影 響 えい う

日 中 国

似 い 先祖

概念 い

持 い

概念 昔 伝説

来 家族 血統

う 入

う 亡 後


(12)

生活 せ い

概念 い

御霊 分類

似 い あ 再生

い せ い

考 え方 う あ

結論

研 究 う

結果 次 述 御盆 Cit

Gwee 月

Pwa 半

似 い 活動

う :

1. 火 灯

供物 踊 台

い あ

2. 御盆 Cit

Gwee 月

Pwa 半

供養 う

先祖 せ

霊 い

3. 先祖

概念 昔 伝説

由来 い

日 記 い い

物 語 中 国

物 語 あ

4. 日 中 国

先祖 せ

言 い

う 同 血統

持 い 亡 前

世代 せ い

5. 日 御霊 概念

御霊 荒 魂

和 魂 幸 魂 奇 魂 分

中 国 う

御霊 魂

h ú n 魄

pò 分

い 同 う 概念

御霊 別 所 行


(13)

6. 御盆 Cit 七

Gwee 月

Pwa 半

同 考 え方 由来

霊 い

力 持

生 い

い 人間 生活

せ い

影 響 えい う

言 い

わ い

子孫 幸福

う あ

う 霊

供養 う

供物 供え

先祖供養

せ う

幸福 う

う 行

子孫

感謝 表 先祖供養

せ う

変 わ 仏 教

盂蘭盆経

う う

影 響 えい う

東 ア ア

あ あ

国々 場合 日 中 国

同 一 伝統的

文化 同

う 似 い あ 言 う 国 文化

社会 い

入 い

社会 い

考 え方 変わ 出来 言

う意味 い


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Metode Pendekatan ... 7

1.5 Organisasi Penulisan ... 10

BAB 2 SEJARAH DAN RITUAL O-BON ... 12

2.1 Pengertian O-bon ... 12

2.2 Sejarah O-bon dan Kisah Ullambana Sutra ... 13

2.2.1 Sejarah O-bon ... 13

2.2.2 Kisah Ullambana Sutra ... 16

2.3 Ritual dalam O-bon ... 21

    2.2.1 Ritual Persiapan O-bon (Bon-iri) ... 21

2.2.2 Ritual Pelaksanaan O-bon ... 24

2.2.3 Ritual Penutupan O-bon... 28

BAB 3 SEJARAH DAN RITUAL CIT GWEE PWA ... 31

3.1 Pengertian Cit Gwee Pwa ... 31

3.2 Sejarah Cit Gwee Pwa... 34


(15)

3.3.1 Pembukaan Pintu Neraka ... 36

3.3.2 Ritual Pada Saat Cit Gwee Ce It – Cit Gwee Cap Go... 37

3.3.3 Ritual Penutupan Pintu Neraka ... 41

BAB 4 PENGHORMATAN TERHADAP LELUHUR ... 42

4.1 Penghormatan Terhadap Leluhur di Jepang... 44

4.2 Penghormatan Terhadap Leluhur di China ... 56

BAB 5 PERBANDINGAN AKTIVITAS, KONSEP LELUHUR, DAN SEJARAH DALAM O-BON DAN CIT GWEE PWA... 63

5.1 Perbandingan Aktivitas dalam O-bon dan Cit Gwee Pwa ... 63

5.1.1 Penyalaan Api dan Penghanyutan Lampion ... 63

5.1.2 Penempatan Altar Leluhur ... 65

5.1.3 Persembahan Makanan, Minuman, dan Uang Kertas ... 66

5.1.4 Persembahan Bunga ... 69

5.1.5 Tari-tarian dan Hiburan di Tempat Terbuka ... 71

5.1.6 Objek Penghormatan... 72

5.2 Perbandingan Konsep Leluhur dalam O-bon dan Cit Gwee Pwa ... 76

5.3 Perbandingan Sejarah dalam O-bon dan Cit Gwee Pwa... 84

BAB 6 KESIMPULAN... 88 SINOPSIS

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

LAMPIRAN

Perayaan Ullambana Sutra di Vihara Tanda Bhakti, jalan Kelenteng, Bandung 9 Agustus 2010


(17)

Perayaan Ullambana Sutra di Rumah Penulis 21 Agustus 2010


(18)

Uang Neraka

Kimcua Buncua


(19)

仏 説 盂蘭盆経

西晋月氏 蔵竺法護 訳 う 聞い 。あ 時釈尊 舎衛

国 樹給孤独園 。目連 初 神通 得 養育

父 恩 報い 父 さ 世界 導 う 欲 。そ 不

思議 眼力 世界 見渡 ,亡 餓鬼 世界 落 飲

食 骨 皮 立 い う 状態 あ

見 。目連 哀 思い,鉢 飯 盛 送 。 鉢 得 ,

左手 鉢 覆い右手 飯 丸 食 う ,口 入 前 燃え

炭 い,食 。目連 い 泣 叫び

釈尊 走 行 事 次第 説 。釈尊 言わ 。 汝

罪 深 ,汝釈尊 言わ 。 汝 罪 深 ,汝一人 力 う

う い。汝 孝順 地 動 そう , 地 神,邪魔,外 ,

士,四 王 神々 さえ う う い。十方 僧 偉大 力

解脱 あ う。私 汝 救済 方法 説 ,

悩 罪障 除 う 。釈尊 目連 言わ 。 十方 僧

七月十五日 研修合宿 最終日 迎え 。そ 時,七世 父 現在

父 災 い 者 ,百味 食事 五種 果実 盆器

汲 そそ ,香油・蝋燭・敷物・臥具 世間 最高 そ え 盆

中 入 十方 大徳 僧 供養 さい。 さ 日 ,

聖者 山間 禅定 ,或い 四種 さ ,或い 樹木

静 歩 ,或い 種 神通力 自在 仏弟子 教化 ,或い 十地

菩薩 修行者 姿 え,人々 間 皆 心 一 施 食事 受

日 。清浄戒 保 聖者 徳 広 大 い。 研修合宿最

終日 僧 供養 ,現在 父 七世 父 , 種 親族


(20)

自在 。 父 健在 場合 福楽 百年 及び, 死亡

い 七世 父 生 わ ,自由 華光 生 ,無量

快楽 得 あ う 。そ 時釈尊 十方 僧 命 。 皆 施主

家 七代 父 ,禅定 心 正 後 食 受 さい。

盆器 受 時 , 仏塔 前 安置 ,僧 終え 食 受

さい そ 時,目連比丘 び大勢 菩薩 集団 皆大い 歓喜 ,目

連 悲 嘆 消え去 。そ 目連 即日

永い餓鬼 脱出 。そ 時目連 再び釈尊 質

問 。 現在 仏弟子 父 宝 功徳 力 蒙 。

僧 不思議 力 。 未来世 仏弟子 ,孝

順 者 う 盂蘭盆 現在 父 七世 父

救済さ う 。釈尊 言わ 。 大変 い質問 。私

さ 説 う 思 い 汝 今 質問 。善 人々 ,

え 比丘,比丘尼,国王, 子,王子,大臣,宰相, ,百官,万民,

庶民 い ,孝行 う者 皆現在 父 過去七世 父

七月十五日,仏 歓喜 日,僧 研修合宿最終日 百味 飲食

盂蘭盆 中 安置 十方 研修合宿終了 僧 施 さい。現在 父

い 寿命 百歳 無病 あ 一 悩 患い い う,

七世 父 い 餓鬼 界 生 極 い福

楽 得 う 念 い さい 。 

  釈尊 ,善 人々善 子女 告 。 い 仏弟子

孝順 者 さ 一刻一刻常 父 憶い七世 父 い

供養 さい。そ 年七月十五日 常 孝順 自 生

父 七世 父 い 憶い,盂蘭盆 作 仏 僧


(21)

仏弟子 教え 保 さい 。そ 時目連比丘 出家在家 男女


(22)

(23)

BIOGRAFI PENULIS

Data Diri

Nama Lengkap : Sherny Wijaya

Tempat Lahir : Bandung, Jawa Barat, Indonesia Tanggal Lahir : 1 Agustus 1989

Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Buddha

Status : Belum menikah

Telepon : (022) 603 6066/ 081 3211 80738

Alamat Tinggal : Jalan Andir Kompleks Lugina no. 9, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Riwayat Pendidikan

2010-sekarang Akademi Bahasa Asing Internasional, Program D-3 Sastra Jurusan Sastra Mandarin, Bandung

2007-sekarang Universitas Kristen Maranatha, Program S-1 Sastra Jurusan Sastra Jepang, Bandung

2004-2007 SMAK 1 BPK Penabur Bandung 2001-2004 SLTPK 5 BPK Penabur Bandung 1995-2001 SDK 1 BPK Penabur Bandung


(24)

 

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak zaman Neolithikum Purba, negara-negara Asia Timur telah menganut sistem pertanian yang kemudian berkembang kepada kultus pertanian, kultus astral, dan kultus leluhur. Ketiga kultus ini dianggap merupakan suatu kesatuan tritunggal yang harus dihormati guna mewujudkan keharmonisan di muka bumi. Hal ini dinyatakan oleh Wiraatmaja,

Pada dasarnya anggapan bahwa susunan negara dan pemerintahan yang lahir... pada zaman lampau bersifat kosmis tidaklah salah. Dari peranan yang timbul dalam masyarakat petani.... dengan kultus kesuburannya, pemujaan terhadap langit, bumi, dan nenek moyang untuk mempertahankan dan memelihara harmoni antara kekuatan-kekuatan alam, melahirkan anggapan tentang hubungan konsisten antara tritunggal, yakni langit-bumi-manusia.

(Wiriaatmadja: 2003, 83)

Ketiga kultus tersebut kemudian saling mempengaruhi satu sama lain dan berkembang menjadi suatu budaya yang berakar di masyarakat dan pada akhirnya menjadi basis bagi ajaran dan agama-agama di Asia Timur (Tao, Kong Hu Chu, Shinto, dan Buddha). Seiring dengan berjalannya waktu dan masuknya agama asing dan kebudayaan-kebudayaan asing yang menjunjung tinggi teknologi dan akal sehat, tradisi-tradisi lokal mulai mengalami kelunturan, namun kultus leluhur (disebut juga sebagai penghormatan kepada nenek moyang atau leluhur) yang telah menjadi bagian


(25)

 

dalam tradisi keluarga, terus dipegang teguh oleh mereka yang menghargai dan menyadari bahwa ikatan darah tidak dapat diputuskan, bahkan oleh kematian sekalipun1.

Di dalam kultus leluhur, kematian tidaklah dianggap sebagai akhir, namun sebagai suatu kesinambungan yang terus menerus terjadi di dalam kehidupan keluarga, karena itulah leluhur dipuja dan dihormati sebagai ‘mereka yang telah memberikan segala sesuatunya kepada anggota keluarga lain yang masih hidup’. Kultus leluhur dianggap sebagai suatu perwujudan bakti kepada arwah leluhur yang telah menjadi sumber kehidupan dan pengetahuan bagi penerusnya. Penghormatan kepada leluhur sesuai dengan pepatah China yang menyatakan bahwa “ketika kita minum air, kita tidak melupakan sumbernya.” (Marcus, 2002:59)

Penghormatan kepada leluhur di kawasan Asia Timur, khususnya di Jepang dan China diwujudkan melalui banyak media perayaan-ritual, salah satunya adalah Perayaan Ullambana Sutra di Indonesia, yang dalam bahasa Jepang disebut sebagai O-bon (御盆) atau Urabon (盂蘭盆), dan dalam bahasa Mandarin disebut Cit Gwee

Pwa (七月半)/ Yulan Jié / Cio Ko/ Qiyue ban/ Yulan pen atau sering disebut dengan

Festival of the Dead (perayaan bagi mereka yang telah meninggal). O-bon merupakan perayaan bagi umat Buddha di Jepang yang dilaksanakan selama seminggu pada pertengahan bulan Agustus dengan tujuan untuk menyambut arwah leluhur yang datang mengunjungi sanak saudaranya yang masih hidup di dunia. Perayaan O-bon       

1 


(26)

 

dilakukan dengan membuat api penyambutan (迎

え火

) di depan rumah, menyajikan

sajian berupa bunga (盆花迎

ぼんば む

え) dan makanan (供物

くもつ

) di altar leluhur serta

mengadakan pembacaan sutra ( 経

ょう

), melakukan tarian bon (盆踊

ぼん

り) untuk

menyenangkan arwah leluhur, dan pada hari terakhir dilakukan penghanyutan

lampion (灯篭流

う う

し) di sungai untuk mengantarkan kepergian arwah leluhur kembali

ke alam baka (精霊送

せい い く

り).

Secara garis besar, o-bon memiliki kesamaan dengan perayaan cit gwee pwa yang dilaksanakan oleh penganut ajaran Buddha di China, perayaan cit gwee pwa pun dilakukan pada pertengahan bulan Agustus, dengan tujuan untuk menyenangkan arwah leluhur, dan agar arwah kelaparan yang dilepas dari neraka tidak mencelakakan manusia yang masih hidup. Perayaan ini dilakukan dengan

menggantung lampion untuk menyambut arwah (挂

g u à

dēng

guà tí dēng), menyajikan

bunga dan sesajian di altar leluhur dan altar di depan rumah (敬

jìng

zōng

jìng zŭ zōng), membakar uang-uangan neraka (烧

shāo

z h ǐ

qián

sháo zhǐ qián), pembacaan sutra, dan pengadaan hiburan seperti tarian dan teater terbuka untuk menyenangkan arwah leluhur serta menakut-nakuti setan lapar. Pada hari terakhir perayaan, dilakukan pula


(27)

 

penghanyutan lampion di sungai untuk mengantarkan kepulangan para arwah ke alam baka.  

Selama berabad-abad, o-bon dan cit gwee pwa telah menjadi sarana penghormatan leluhur bagi masyarakat, dan kedua perayaan berbeda negara ini jika ditinjau dari segi fungsi, latar belakang sejarah agama, asal usul, dan objek penghormatan, ternyata memiliki kesamaan. Maka dengan mengacu kepada pernyataan Herbert Spencer dan Grant Ellen2 bahwa agama dan adat istiadat di suatu wilayah jika dilihat secara ilmu sejarah mencakup sekelompok besar kepercayaan dan tata cara yang sifatnya sangat berlainan coraknya namun memiliki fungsi yang sama, nampaklah jelas bahwa kedua perayaan ini memiliki keterkaitan dalam hal fungsi dan objek penghormatan, yaitu percaya, menyembah dan mengikuti kemauan roh orang-orang yang sudah meninggal.

Namun sebagaimana Chun Jiang (2003) menyatakan bahwa akulturasi terjadi antara budaya dan agama yang sebelumnya telah ada pada masyarakat setempat, maka pada kedua perayaan yang berkembang di dalam agama Buddha ini tentunya memiliki beberapa perbedaan akibat kebiasaan ritual yang berbeda, agama yang sebelumnya telah ada, dan cara pandang masyarakat yang berbeda. Hal ini terlihat jelas ritual dan konsep leluhur yang terkandung di dalam kedua perayaan tersebut.

Pada kesempatan ini, penulis bermaksud membandingkan dan mengungkap persamaan dan faktor-faktor penyebab persamaan ritual, serta konsep leluhur di       

2 


(28)

 

dalam perayaan o-bon dan cit gwee pwa. Perlu ditekankan, bahwa di dalam penelitian ini, penulis akan membahas dan membandingkan perayaan dan ritual o-bon di Jepang dengan perayaan dan ritual cit gwee pwa yang dilakukan oleh penganut ajaran Buddha di Indonesia, dan membatasinya di wilayah kota Bandung. Karena penelitian ini berorientasi pada konsep penyembahan leluhur bangsa Jepang dan China, maka untuk menghindari ambiguitas, maka perlu dijelaskan bahwa penulis melakukan penelitian terhadap ritual cit gwee pwa dengan mengacu pada perayaan yang dilakukan di Bandung, dan dikhususkan hanya kepada komunitas keturunan Tionghoa penganut agama Buddha. Konsep-konsep pemikiran berkenaan dengan perayaan tersebut diambil dan dianalisis dengan mengacu pada konsep pemikiran masyarakat China.

Alasan mengapa penulis memilih objek penelitian o-bon dan cit gwee pwa, adalah karena selain cit gwee pwa dekat dengan kehidupan dan budaya keluarga penulis, juga karena penulis ingin mengetahui lebih dalam makna dan ritual kedua perayaan tersebut. Terlebih dari itu, alasan mengapa penulis memutuskan untuk membahas mengenai konsep leluhur yang terkandung di dalam kedua ritual tersebut, adalah karena sudah mulai berkurangnya kesadaran masyarakat akan ritual penghormatan kepada arwah leluhur yang diakibatkan oleh masuknya kebudayaan asing, globalisasi, dan perubahan pola pikir masyarakat yang menjunjung tinggi akal sehat.


(29)

 

Meskipun ritual ini masih dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh generasi tua, partisipasi dan kesadaran generasi muda terhadap makna sebenarnya dari ritual ini sudah mulai menipis, ritual seperti ini lama kelamaan dilaksanakan hanya sebagai kebiasaan belaka. Di dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui makna dan tujuan sebenarnya dari penghormatan leluhur dan ritual yang selama beratus-ratus tahun telah dilaksanakan, serta membandingkan dua konsep leluhur, yakni konsep leluhur di Jepang dan China.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan objek kajian yang dibahas, maka penulis membatasi masalah-masalah yang ada sebagai berikut:

1. Persamaan seperti apa yang ada dalam hal fungsi ritual, dan objek penghormatan perayaan o-bon yang dilakukan di Jepang, dengan perayaan cit gwee pwa yang dilakukan oleh komunitas keturunan Tionghoa penganut ajaran Buddha di kota Bandung, Indonesia?

2. Jika dikaitkan dengan unsur sejarah, apa yang menyebabkan adanya persamaan di dalam perayaan o-bon dan cit gwee pwa?

3. Bagaimana konsep leluhur dalam kedua perayaan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian


(30)

 

1. Mendeskripsikan dan membandingkan perayaan o-bon yang dilakukan di Jepang dan cit gwee pwa yang dilakukan oleh komunitas keturunan Tionghoa penganut ajaran Buddha di kota Bandung, Indonesia.

2. Memahami penyebab persamaan dalam perayaan o-bon dan cit gwee pwa ditinjau dari faktor sejarah.

3. Mengetahui persamaan dan perbedaan konsep leluhur di dalam kedua perayaan tersebut.

1.4 Metode Pendekatan

Untuk memecahkan masalah yang dibahas di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-komparatif. Untuk memahami mengenai metode ini, maka perlu diketahui bahwa pengertian dari ‘metode deskriptif’ itu sendiri adalah meneliti suatu objek, sistem pemikiran, peristiwa atau kondisi yang ada dengan tujuan membuat gambaran mengenai suatu hal dengan kehendak untuk mengadakan akumulasi data dasar. Nazir (1983) mengutip pernyataan Whitney bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat untuk mempelajari masalah kemasyarakatan yang mencakup hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang terdapat di dalam sebuah fenomena3.

Metode deskriptif menurut Heidenheimer dilakukan untuk menjawab permasalah mengenai apa, siapa, dan seperti apa objek yang diteliti. Dengan       

3 


(31)

 

mengunakan metode ini, penulis tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan, serta mendapatkan makna dan implikasi dari masalah yang ingin dipecahkan.

Menurut Nazir, metode deskriptif terbagi atas metode survei, metode deskriptif-berkesinambungan, metode studi kasus, metode analisa, metode tindakan, dan metode komparatif. Nazir menyatakan bahwa metode deskriptif-komparatif merupakan sejenis penelitian desktiptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena tertentu. Metode ini dapat digunakan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dari dua objek yang memiliki kesamaan sehingga dapat dilakukan estimasi terhadap parameter hubungan kausal.

Langkah-langkah penelitian deskriptif-komparatif menurut Nazir dilakukan dengan:

a. Merumuskan dan mendefinisikan masalah, b. Menjajaki dan meneliti litelatur yang ada,

c. Merumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta asumsi-asumsi yang dipakai,

d. Membuat rancangan penelitian,

e. Menguji hipotesa, membuat intepretasi terhadap hubungan dengan teknis yang tepat,


(32)

 

g. Menyusun laporan dengan cara penulisan ilmiah.

Penelitian komparatif dapat dilakukan dengan memperbandingkan dua hal yang serupa namun berasal dari negara yang berbeda, seperti produk budaya yang memiliki kemiripan atau hal-hal spesial yang terdapat di dalamnya4. David Kaplan5 menekankan bahwa penelitian terhadap dua kebudayaan dapat dilakukan pada dua negara yang berada di dalam wilayah yang sama, dan dengan menggunakan teori komparatif, penelitian dilakukan dengan memperhatikan persamaan dan perbedaan dalam suatu fenomena melalui latar belakang budaya, memastikan kemiripan bentuk di dalamnya, hal ini diperkuat oleh Stansislav Andreski mengenai teori perbandingan dua budaya yang dilakukan dengan memusatkan perhatian dalam ciri penting penentu di dalamnya. Maka dengan mengacu kepada teori ini, penelitian difokuskan hanya kepada beberapa aspek yang akan dijadikan perbandingan.

Heidenheimer6 menyatakan bahwa penelitian komparatif bertolak dari dua hal, yakni wilayah dan waktu. Penelitian komparatif berdasarkan wilayah dapat dilakukan pada objek penelitian yang memiliki kemiripan namun berasal dari wilayah atau negara yang berbeda, sedangkan penelitian komparatif berdasarkan waktu melibatkan objek penelitian yang berada di dalam batasan waktu tertentu, yakni di dalam satu masa yang sama, atau berada pada batasan waktu yang berbeda. Melalui

      

4

http://www2.uiah.fi/projects/metodi  5

Kaplan, David. 2002. Teori Budaya.  6


(33)

 

10 

pernyataan ini, maka sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka penulis mengkomparasikan objek penelitian berdasarkan wilayah negara yang berbeda.

Pengumpulan data dilakukan dengan penelaahan kepustakaan dan pengolahan data dari internet. Pengumpulan data berupa data sekunder dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis dalam melakukan analisis terhadap objek yang diteliti.

1.5 Organisasi Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN: pada bab satu ini, akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian, pendekatan yang dipergunakan, serta organisasi penulisan.

BAB 2 PENGERTIAN, SEJARAH, DAN RITUAL O-BON: pada bab kedua ini, dengan mengacu kepada sumber-sumber data, penulis akan membahas mengenai pengertian, sejarah, dan ritual O-bon yang dilakukan di Jepang.

BAB 3 PENGERTIAN, SEJARAH, DAN RITUAL CIT GWEE PWA: pada bab ketiga ini, dengan mengacu kepada sumber-sumber data, penulis akan membahas mengenai pengertian, sejarah, dan ritual cit gwee pwa yang dilakukan oleh komunitas keturunan Tionghoa pemeluk agama Buddha di kota Bandung, Indonesia.

BAB 4 PENGHORMATAN TERHADAP LELUHUR: pada bab keempat, ini dengan mengacu kepada sumber-sumber data, penulis akan membahas mengenai penghormatan leluhur di Jepang dan China.


(34)

 

11 

BAB 5 PERBANDINGAN AKTIVITAS, KONSEP LELUHR, DAN SEJARAH DALAM O-BON DAN CIT GWEE PWA : pada bab ketiga ini, penulis akan membandingkan aktivitas yang dilakukan dalam perayaan o-bon dan cit gwee pwa, konsep leluhur di dalamnya, serta penyebab persamaan di dalam kedua perayaan tersebut berdasarkan faktor sejarah, dengan mengacu kepada bab kedua, ketiga, dan keempat.

BAB 6 KESIMPULAN: pada bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan hasil penelitian, dengan mengacu pada bab kelima.


(35)

88 

BAB 6 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai perbandingan antara o-bon dan cit gwee pwa, maka dapat disimpulkan dalam beberapa poin berikut:

1. Aktivitas dalam o-bon dan cit gwee pwa memiliki kesamaan, khususnya dalam hal penyalaan dan pelarungan api (lampion), persembahan, dan tari-tarian. Meskipun cara penyajian dan kebiasaannya berbeda, namun keduanya memiliki dasar pemikiran yang sama.

2. Objek penghormatan dalam kedua perayaan sama, yaitu arwah leluhur yang telah meninggal.

3. Penempatan altar leluhur dalam o-bon dan cit gwee pwa memiliki perbedaan, hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran yang berbeda mengenai arwah leluhur. Di Jepang, arwah leluhur yang baik dan yang jahat dapat menjadi dewa pelindung, sedangkan di China, arwah leluhur yang jahat dapat menjadi setan jahat (gui). 4. Baik di Jepang maupun di China, pengertian mengenai leluhur terkonsep dari

tokoh dalam kisah mitologis mengenai pembentukan masing-masing negara, Jepang dengan kisah mengenai Izanami dan Izanagi, dan China dengan kisah mengenai Pan Ku,


(36)

89 

5. Batasan mengenai leluhur di Jepang dan China memiliki kesamaan, yaitu pendahulu yang masih memiliki garis darah yang sama, dan keturunan setelahnya, 6. Konsep mengenai jiwa di Jepang dan di China memiliki kesamaan, keduanya

mempercayai bahwa jiwa seseorang yang telah meninggal akan terbagi menjadi beberapa bagian, dan masing-masing akan menuju ke tempat-tempat yang berbeda,

7. Keduanya beranggapan bahwa arwah dapat menjadi dewa, namun ada sedikit perbedaan di dalam pemikirannya. Di Jepang, arwah seseorang dapat menjadi dewa setelah mengalami upacara-upacara dan telah melewati selang waktu tertentu (disucikan, dan ingatan anggota keluarga tentang mereka sudah tidak ada), di China, arwah manusia dapat terlahir menjadi dewa jika amal perbuatan baik mereka sempurna.

8. Di Jepang, arwah yang telah menjadi dewa tidak bisa lahir kembali, sedangkan di China, arwah yang telah menjadi dewa dapat terlahir kembali.

9. Keduanya beranggapan bahwa arwah, sebagaimana manusia yang masih hidup, membutuhkan makanan untuk bertahan hidup.

10.Keduanya mempercayai adanya kehidupan dan dunia setelah kematian. Di Jepang, dunia setelah kematian digambarkan sebagai suatu dunia tersembunyi yang tidak dapat dijangkau oleh manusia, sedangkan di China, dunia setelah kematian berupa surga dan neraka.


(37)

90 

11.O-bon dan cit gwee pwa memiliki dasar pemikiran yang sama. Jepang dan China mempercayai bahwa arwah seseorang yang telah meninggal memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kehidupan orang-orang yang masih hidup. Karena itulah arwah leluhur disembah dan dipuaskan dengan sesajian agar para leluhur memberkati dan melindungi anak cucunya.

12.O-bon dan cit gwee pwa memiliki sejarah yang hampir sama. Kedua perayaan dilakukan untuk menyembah arwah dengan tujuan yang sama, yaitu untuk mengungkapan rasa syukur dan untuk memohon berkat, dan pada akhirnya bersinkretisme dengan ajaran Buddha.

13.Karena China dan Jepang berada dalam satu wilayah yang sama. Adanya iklim dan fenomena alam yang sama memacu terbentuknya pola pikir masyarakat yang hampir sama. Perubahan musim, kegagalan dan keberhasilan panen, bencana, dan lain sebagainya, menimbulkan pemikiran mengenai adanya kekuatan-kekuatan luar biasa yang mampu mengendalikan kehidupan manusia. Kekuatan-kekuatan ini disembah dan dipersonifikasikan sebagai dewa, dan pemimpin atau kepala

suku dianggap sebagai jelmaan dewa atau putra dewa (di China disebut Tian zi

tiān

, di Jepang disebut Tennou 天皇 てんのう

). Kemudian, dengan adanya hubungan

perdagangan dan penyebaran ajaran agama, kedua negara ini saling mempengaruhi dalam hal budaya, susunan pemerintahan, bahasa, dan lain sebagainya.


(38)

91 

14.Di dalam kedua perayaan ini, sama-sama dikenal istilah setan kelaparan (segaki atau gui). Pemikiran mengenai adanya setan kelaparan telah ada sejak zaman dahulu, namun yang membedakan adalah, bahwa di Jepang, arwah yang jahat maupun yang baik dapat menjadi kami, sedangkan di China, arwah yang jahat akan memperoleh penghukuman di dunia bawah.

15.Kedua waktu perayaan dipengaruhi oleh waktu perubahan musim, ajaran Tao, dan ajaran Buddha mengenai Ullambana Sutra serta hari pravarana.

Melalui penelitian ini, dapat dipahami pula bahwa suatu kebudayaan yang berkembang di dalam satu wilayah yang sama (dalam hal ini, produk budaya yang dimaksud adalah o-bon dan cit gwee pwa di wilayah Asia Timur), dapat mengalami perkembangan dan perubahan yang disesuaikan dengan kebiasaan dan pola pikir masyarakat tempat budaya itu menyebar. Hal ini membuktikan bahwa budaya merupakan sesuatu yang dinamis, dan terus menerus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Berakulturasinya suatu unsur budaya dengan budaya lain merupakan suatu wujud koeksistensi agar suatu budaya dapat bertahan dalam perubahan yang terjadi di masyarakat. Perubahan, perkembangan, dan bertahannya suatu kebudayaan dalam menghadapi perkembangan zaman menjadi bukti kokohnya kepedulian suatu bangsa terhadap budaya yang telah membentuk dan memberikan kepribadian kepada bangsa tersebut.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Aijmer, G. 1968. A Structural Approach to Chinese Ancestor Worship dalam Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 124. no: 1, Leiden, 91-98. AS. Marcus. 2002. Hari-Hari Raya Tionghoa. Jakarta: Penerbit Suara Harapan

Bangsa

Bellah, Robert. N. 1985. Religi Tokugawa dan Akar-Akar Budaya Jepang (terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bramble, P. Sean. 2005. Japan Culture Shock! A Survival Guide to Customs and Etiquette. Singapore: Marshall Cavendish International (Asia) Private Limited. Chunjiang, Fu. 2003. Gateway to Japanese Culture. Singapore: Asiapac Books Pte,

Ltd.

Doerner, David L. 1977. Comparative Analysis of Life after Death in Folk Shinto and Christianity. Japanese Journal of Religious Studies 412 -3 June-September 1977.

Gakuseisha. 2002. 日本 にほ

、 日本 にほ

そ の 姿 た

と 心 こころ

. Jepang: Nippon Steel Human Resources Pev. Co. Ltd.

Gillespie, John K; Yoichi Sugiura. 2004. A Bilingual Handbook on Japanese Culture. Japan: ツメ社株式会社

ゃ ぶ い ゃ

.

Hearn, Lafcadio. 1904. Japan: An Attempt At Interpretation. New York: The Macmillan Company.


(40)

Hikaru, Suzuki. 2003. The Japanese Way of Death. dalam Handbook of Death and Dying edisi 2, oleh Clifton D. Bryant. Thousand Oaks, CA: Sage Publications. Kaplan, David. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ke, LJ. 2002. In Search of the Real China. Singapore: Pepper Publications, Ptl. Ltd. Ming, Chou. 1994. Mengenal Beberapa Aspek Filsafat Konfusianisme, Taoisme, dan

Buddhisme. Jakarta: Penerbit Sasana.

Ministry of Foreign Affairs. 1988. Japan’s Cultural History – A Perspective –. Japan: Ministry of Foreign Affairs.

Mizutani, Osamu; Mizue Sasaki, Hideo Hosokawa, Yutaka Ikeda. 1995. 日本事情

に ほ ょ う

ン ボーク. Tokyo: 大 修 館 書 店

たい ゅう ょて

.

Muhadjir, Noeng. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nakane, Chie. 1970. Japanese Society. London, England: University of California Press, Ltd.

Plath, David.W. 1964. Where the Family of God Is the Family: The Role of the Dead in Japanese Households. Dalam American Anthropologist edisi 66.

Pye, Michael. 2007. Japanese Ancestor Veneration in Comparative Perspective. dalam majalah Dharma World edisi Juli-September tahun 2007.


(41)

Reader, Ian; Esben Andrearsen, Finn Stefanson. 1993. Japanese Religions Past and Present. Jepang: Japan Library.

Bush, Richard C. 1977. The Story of Religion in China. Niles, IL: Argus Communication.

Subana, M, Sudrajat. S. 2001. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Surakhmad, Winarno. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Tarsito. Takei, Naoki; Makoto Sakano. 2001. Japanese Culture. Jepang: ASK. Co. Ltd. Tanaka, Yoshio. 1997. 日本

にほ

タテヨコ. Tokyo: Gakken Co. Ltd.

Taniputera, Ivan. 2008. History of China. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Teiser, Stephen F. 1986. Ghost and Ancestors in Medieval Chinese Religion: The Yulan Pen Festival as Mortuary Ritual. Chicago: The University of Chicago Press.

Tim Penerjemah Ci Hua Thang. Kitab Melawat Ke Alam Neraka (terjemahan). 2005. Semarang: Yayasan Dharma Abadi.

Tobing, Ekayani. 2006. Keluarga Tradisional Jepang. Depok: Iluni KWJ, Kampus UI Depok.


(42)

Wai Yin, Chow. 2002. Religious Narrative and Ritual in a Metropolis: A Study of the Taoist Ghost Festival in Hong Kong. Dalam Inter-Religio Magazine No. 41. Hong Kong.

Wiriaatmadja, Rochiati; Dasuki, Dadan Wilda. 2003. Sejarah Peradaban China: Analisis Filosofis-Historis dan Sosio-Antropologis. Bandung: Penerbit Humaniora.

Yamakage, Motohisa. 2000. Essence of Shinto. Japan: Kodansha.

Yutaka, Tazawa. 1988. Japan’s Cultural History a Perspective. Japan: Ministry of Foreign Affairs.

ZM, Hidajat. 1993. Masyarakat dan Kebudayaan China Indonesia. Bandung: Penerbit Tarsito.

社会思想社

ゃ い そ う ゃ

. 1971. 日本 にほ

知る辞典 て

. Jepang: 社会思想社

ゃ い そ う ゃ

.

鎮魂

ち ん ん

豊穣祈願

ほ う ょ う ん

春祭

続く 五所光一郎

ょ ういちろう

2009 http://kyoto-brand.com/index.php

Bina Nusantara. Qing Ming Jie & Zhongyuan Jie. 2007.

http://74.125.153.132/search?q=cache:VmZFQj7tNNAJ:repository.binus.ac.id /content/E1112/E111218848.ppt+penghormatan+nenek+moyang+china&cd= 8&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=firefox. Diakses Mei 2010.


(43)

Asian Topics on Asia for Educators. Settling te Dead: Funerals, Memorials, and Beliefs Concerning the Afterlife.

http://afe.easia.columbia.edu/cosmos/prb/journey.htm. Diakses Januari 2010.

Addison, James Thayer. Chinese Ancestor Worship. 1925.

http://anglicanhistory.org/asia/china/addison_ancestor1925/03.html. Diakses Januari 2010.

Panjaitan, Duaman. Fungsi-Fungsi Penyembahan Nenek Moyang. http://batakpos-online.com/content/view/50/1/. Diakses Januari 2010.

Ancestor Worship: Oracle Bones . http://china.mrdonn.org/oraclebones.html. Diakses Januari 2010.

http://community.siutao.com/archive/index.php/t-467.html. Diakses Januari 2010.

http://eos.kokugakuin.ac.jp/pictorialguide/. Diakses Desember 2009.

http://family.jrank.org/pages/85/Ancestor-Worship-Ancestor-Worship-in-Japan.html. Diakses Maret 2010.

http://findarticles.com/p/articles/mi_hb3284/is_281_73/ai_n28741336/. Diakses Desember 2009.

http://japanese-history.suite101.com/article.cfm/early_japanese_religion. Diakses Februari 2010.


(44)

http://misi.sabda.org/book/export/html/1992. Diakses Januari 2010.

http://pascal.iseg.utl.pt/~cesa/Three%20Confucian%20Values.pdf. Diakses Maret 2010.

http://query.nytimes.com/mem/archive-free/pdf?_r=1&res=9400E1D71130EE3ABC4D53DFB4668389639EDE.

Diakses Desember 2009.

http://sites.google.com/a/saumimansaud.org/www/kematian. Diakses Januari 2010.

http://staff.jccc.net/THOARE/shinto.htm. Diakses Januari 2010.

http://taoist-beliefs.suite101.com/article.cfm/taoist_ancestor_worship. Diakses Maret 2010.

http://www.asia.si.edu/exhibitions/online/teen/altar.htm. Diakses Maret 2010.

http://www.ccg.org/indonesian/s/b7_8.html. Diakses Februari 2010.

http://www.csuchico.edu/~cheinz/syllabi/asst001/spring99/petrick/Petrick.html. Diakses Februari 2010.

http://www.globaled.org/chinaproject/religion.html. Diakses Februari 2010.

http://heinonline.org/HOL/LandingPage?collection=journals&handle=hein.journals/j osf54&div=38&id=&page=. Diakses Februari 2010.


(45)

http://www.helium.com/items/1522150-the-history-of-ancestral-worship-in-asia. Diakses Desember 2009.

http://www.knowbuddhism.info/2009/02/buddhism-beliefs-nature-and-ancestor.html. Diakses Desember 2009.

http://www.knowbuddhism.info/2009/02/three-religions-confucianism-taoism-and.html. Diakses Desember 2009.

http://www.ladangtuhan.com/komunitas/politik-sejarah/masalah-cina-1/. Diakses November 2009.

http://www.lowchensaustralia.com/names/godsjapanese.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.mythencyclopedia.com/Iz-Le/Japanese-Mythology.html. Diakses

Februari 2010.

http://www.orient-tours.nl/2vietnaminsights/religion/confuc_2.html. Diakses Februari 2010.

http://www.pantheon.org/articles/u/ujigami.html. Diakses Januari 2010.

http://www.ralphmag.org/AX/new.html. Diakses Maret 2010.

http://www.religionfacts.com/chinese_religion/history.htm. Diakses Januari 2010.


(46)

http://www.sacred-texts.com/shi/jai/jai19.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.wihara.com/forum/taoisme/6182-sembahyang-rebutan.html. Diakses

Januari 2010.

http://www.ancientchina.co.uk/staff/resources/background/bg12/home.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.religionfacts.com/chinese_religion/practices/ancestor_worship.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3424300034.html. Diakses Januari 2010.

http://www.thepanamanews.com/pn/v_08/issue_07/community_01.html. Diakses

Januari 2010.

http://www.authorama.com/ancient-china-simplified-13.html. Diakses Januari 2010.

http://www.nationsonline.org/oneworld/Chinese_Customs/taoism_ancestor_worship. htm. Diakses Januari 2010.

http://www.chinesefortunecalendar.com/CLC/OracleBone.htm. Diakses Januari 2010.

http://www2.kanawa.com/japan/religion.html. Diakses Januari 2010.

http://www.kosei-shuppan.co.jp/english/text/mag/2007/07_789_2.html. Diakses Desember 2009.


(47)

http://www.bukisa.com/articles/161023_the-concept-of-wen-in-chinese-ancestral-worship. Diakses Januari 2010.

http://www.questia.com/googleScholar.qst?docId=5000324827. Diakses Januari 2010.

http://www.ibiblio.org/chinesehistory/contents/02cul/c05s05.html. Diakses Januari 2010.

http://www.bcsfweb.org/Obon3.html. Diakses Januari 2010.

http://www.rumela.com/events/obon_festival_japan.htm. Diakses Januari 2010.

http://mothra.rerf.or.jp/ENG/Hiroshima/Festivals/50.html. Diakses Januari 2010.

http://www.allsands.com/history/events/japanesefestiva_rwb_gn.htm. Diakses Januari 2010.

http://jacul.blogspot.com/2006/11/history-obon.html. Diakses Januari 2010.

http://www.sacred-texts.com/shi/jai/jai04.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.tokyotopia.com/hanabi.html. Diakses Maret 2010.

http://sites.asiasociety.org/arts/mongolia/buddha.html. Diakses Maret 2010.

http://sites.asiasociety.org/education/VISIBLE_TRACES/ethnic/ec11.html. Diakses Maret 2010.


(48)

http://www.chinesefortunecalendar.com/ChineseNewYear/Chinese_Hell.htm. Diakses Februari 2010.

http://www.world-mysteries.com/sci_3_1.htm. Diakses Desember 2009.

http://www.deathreference.com/Ce-Da/Chinese-Beliefs.html. Diakses Maret 2010.

http://www.urbandharma.org/udharma5/viewdeath.html. Diakses Januari 2010.

http://death.findyourfate.com/life-after-death/buddhism.htm. Diakses Desember 2009.

http://www.near-death.com/experiences/buddhism04.html. Diakses Desember 2009.

http://everydaysaholiday.org/obon/. Diakses Desember 2009.

http://m.lang-8.com/8096/journals/19828. Diakses Februari 2010.

http://www.buddhistchannel.tv/index.php?id=65,1439,0,0,1,0. Diakses Februari 2010.

http://www.kyotoguide.com/ver2/thismonth/event-august.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.shingon.org/library/archive/Obon.htm. Diakses Februari 2010.

http://74.125.153.132/search?q=cache:vSpqRdyXhAJ:www.teacher.org.cn/doc/ucedu 200910/ucedu20091007.pdf+culture+comparison+theory&cd=4&hl=en&ct=c lnk&gl=id&client=firefox. Diakses Februari 2010.


(49)

http://74.125.153.132/search?q=cache:d2b_h0RoH8wJ:bluwiki.com/images/f/fe/Secti on_3_Notes.doc+culture+comparison+theory&cd=7&hl=en&ct=clnk&gl=id&client= firefox. Diakses Februari 2010.

http://raf1816phyboy.blogspot.com/2010/02/dinamika-sosial-budaya.html. Diakses Maret 2010.

http://www.shindharmanet.com/writings/obon5.htm. Diakses Januari 2010.

http://unesaprodijepang.wordpress.com/%E5%86%99%E7%9C%9F/page/2/. Diakses

Januari 2010.

http://umakueisa.multiply.com/journal/item/43/BON_ODORI_TAIKO_OKINAWA_ EISA. Diakses April 2010.

http://www.aszc.org/ceremonies/Obon.html. Diakses Maret 2010.

http://www.genbriand.com.ar/shinto_english.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.sacred-texts.com/index.htm. Diakses Januari 2010.

http://bama.ua.edu/~emartin/publications/mkarticl.htm. Diakses Januari 2010.

http://people.brandeis.edu/~eschatt/ImmortalWishes/kuyo.html. Diakses Januari 2010.


(50)

http://74.125.153.132/search?q=cache:9cMr1ImlYhAJ:www.nanzan-

u.ac.jp/SHUBUNKEN/publications/jjrs/pdf/CRJ-214.PDF+ujigami+shinko&cd=10&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=firefoxrap an, Jakarta. Diakses Desember 2009.

http://www.japan-guide.com/e/e2286.html. Diakses Januari 2010.

http://www.apollo13art.com/National/design1/lectures/contrast/contrast1.html. Diakses Januari 2010.

http://www.wihara.com/forum/tri-dharma/2402-sembahyang-qiyue-ban.html. Diakses

Maret 2010.

http://diiru.ngeblogs.com/2009/11/11/kebudayaan-jepang/. Diakses Maret 2010.

http://www.akemapa.com/page/8/. Diakses Februari 2010.

http://74.125.153.132/search?q=cache:VmZFQj7tNNAJ:repository.binus.ac.id/conten t/E1112/E111218848.ppt+%E9%AC%BC%E6%9C%88&cd=5&hl=en&ct=cl nk&gl=id&client=firefox. Diakses Maret 2010.

http://scubasocal.wordpress.com/2007/08/20/ullambana-obon-vu-lan-yu-lan-pen-but-not-ghost-festival/. Diakses Januari 2010.


(1)

98 Universitas Kristen Maranatha

  http://www.helium.com/items/1522150-the-history-of-ancestral-worship-in-asia.

Diakses Desember 2009.

http://www.knowbuddhism.info/2009/02/buddhism-beliefs-nature-and-ancestor.html. Diakses Desember 2009.

http://www.knowbuddhism.info/2009/02/three-religions-confucianism-taoism-and.html. Diakses Desember 2009.

http://www.ladangtuhan.com/komunitas/politik-sejarah/masalah-cina-1/. Diakses November 2009.

http://www.lowchensaustralia.com/names/godsjapanese.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.mythencyclopedia.com/Iz-Le/Japanese-Mythology.html. Diakses Februari 2010.

http://www.orient-tours.nl/2vietnaminsights/religion/confuc_2.html. Diakses Februari 2010.

http://www.pantheon.org/articles/u/ujigami.html. Diakses Januari 2010.

http://www.ralphmag.org/AX/new.html. Diakses Maret 2010.

http://www.religionfacts.com/chinese_religion/history.htm. Diakses Januari 2010.


(2)

99 Universitas Kristen Maranatha

  http://www.sacred-texts.com/shi/jai/jai19.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.wihara.com/forum/taoisme/6182-sembahyang-rebutan.html. Diakses Januari 2010.

http://www.ancientchina.co.uk/staff/resources/background/bg12/home.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.religionfacts.com/chinese_religion/practices/ancestor_worship.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3424300034.html. Diakses Januari 2010.

http://www.thepanamanews.com/pn/v_08/issue_07/community_01.html. Diakses Januari 2010.

http://www.authorama.com/ancient-china-simplified-13.html. Diakses Januari 2010.

http://www.nationsonline.org/oneworld/Chinese_Customs/taoism_ancestor_worship. htm. Diakses Januari 2010.

http://www.chinesefortunecalendar.com/CLC/OracleBone.htm. Diakses Januari 2010.

http://www2.kanawa.com/japan/religion.html. Diakses Januari 2010.

http://www.kosei-shuppan.co.jp/english/text/mag/2007/07_789_2.html. Diakses Desember 2009.


(3)

100 Universitas Kristen Maranatha

 

http://www.bukisa.com/articles/161023_the-concept-of-wen-in-chinese-ancestral-worship. Diakses Januari 2010.

http://www.questia.com/googleScholar.qst?docId=5000324827. Diakses Januari 2010.

http://www.ibiblio.org/chinesehistory/contents/02cul/c05s05.html. Diakses Januari 2010.

http://www.bcsfweb.org/Obon3.html. Diakses Januari 2010.

http://www.rumela.com/events/obon_festival_japan.htm. Diakses Januari 2010.

http://mothra.rerf.or.jp/ENG/Hiroshima/Festivals/50.html. Diakses Januari 2010.

http://www.allsands.com/history/events/japanesefestiva_rwb_gn.htm. Diakses Januari 2010.

http://jacul.blogspot.com/2006/11/history-obon.html. Diakses Januari 2010.

http://www.sacred-texts.com/shi/jai/jai04.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.tokyotopia.com/hanabi.html. Diakses Maret 2010.

http://sites.asiasociety.org/arts/mongolia/buddha.html. Diakses Maret 2010.

http://sites.asiasociety.org/education/VISIBLE_TRACES/ethnic/ec11.html. Diakses Maret 2010.


(4)

101 Universitas Kristen Maranatha

  http://www.chinesefortunecalendar.com/ChineseNewYear/Chinese_Hell.htm.

Diakses Februari 2010.

http://www.world-mysteries.com/sci_3_1.htm. Diakses Desember 2009.

http://www.deathreference.com/Ce-Da/Chinese-Beliefs.html. Diakses Maret 2010.

http://www.urbandharma.org/udharma5/viewdeath.html. Diakses Januari 2010.

http://death.findyourfate.com/life-after-death/buddhism.htm. Diakses Desember 2009.

http://www.near-death.com/experiences/buddhism04.html. Diakses Desember 2009.

http://everydaysaholiday.org/obon/. Diakses Desember 2009.

http://m.lang-8.com/8096/journals/19828. Diakses Februari 2010.

http://www.buddhistchannel.tv/index.php?id=65,1439,0,0,1,0. Diakses Februari 2010.

http://www.kyotoguide.com/ver2/thismonth/event-august.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.shingon.org/library/archive/Obon.htm. Diakses Februari 2010.

http://74.125.153.132/search?q=cache:vSpqRdyXhAJ:www.teacher.org.cn/doc/ucedu 200910/ucedu20091007.pdf+culture+comparison+theory&cd=4&hl=en&ct=c lnk&gl=id&client=firefox. Diakses Februari 2010.


(5)

102 Universitas Kristen Maranatha

  http://74.125.153.132/search?q=cache:d2b_h0RoH8wJ:bluwiki.com/images/f/fe/Secti on_3_Notes.doc+culture+comparison+theory&cd=7&hl=en&ct=clnk&gl=id&client= firefox. Diakses Februari 2010.

http://raf1816phyboy.blogspot.com/2010/02/dinamika-sosial-budaya.html. Diakses Maret 2010.

http://www.shindharmanet.com/writings/obon5.htm. Diakses Januari 2010.

http://unesaprodijepang.wordpress.com/%E5%86%99%E7%9C%9F/page/2/. Diakses Januari 2010.

http://umakueisa.multiply.com/journal/item/43/BON_ODORI_TAIKO_OKINAWA_ EISA. Diakses April 2010.

http://www.aszc.org/ceremonies/Obon.html. Diakses Maret 2010.

http://www.genbriand.com.ar/shinto_english.htm. Diakses Januari 2010.

http://www.sacred-texts.com/index.htm. Diakses Januari 2010.

http://bama.ua.edu/~emartin/publications/mkarticl.htm. Diakses Januari 2010.

http://people.brandeis.edu/~eschatt/ImmortalWishes/kuyo.html. Diakses Januari 2010.


(6)

103 Universitas Kristen Maranatha

 

http://74.125.153.132/search?q=cache:9cMr1ImlYhAJ:www.nanzan-

u.ac.jp/SHUBUNKEN/publications/jjrs/pdf/CRJ-214.PDF+ujigami+shinko&cd=10&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=firefoxrap an, Jakarta. Diakses Desember 2009.

http://www.japan-guide.com/e/e2286.html. Diakses Januari 2010.

http://www.apollo13art.com/National/design1/lectures/contrast/contrast1.html. Diakses Januari 2010.

http://www.wihara.com/forum/tri-dharma/2402-sembahyang-qiyue-ban.html. Diakses Maret 2010.

http://diiru.ngeblogs.com/2009/11/11/kebudayaan-jepang/. Diakses Maret 2010.

http://www.akemapa.com/page/8/. Diakses Februari 2010.

http://74.125.153.132/search?q=cache:VmZFQj7tNNAJ:repository.binus.ac.id/conten t/E1112/E111218848.ppt+%E9%AC%BC%E6%9C%88&cd=5&hl=en&ct=cl nk&gl=id&client=firefox. Diakses Maret 2010.

http://scubasocal.wordpress.com/2007/08/20/ullambana-obon-vu-lan-yu-lan-pen-but-not-ghost-festival/. Diakses Januari 2010.