PENGARUH TOPOGRAFI TANAH TERHADAP PEMBAN

PENGARUH TOPOGRAFI TANAH
TERHADAP PEMBANGUNAN JALAN DI
HUTAN WEMER-TIMOR-NTT

OLEH:
 REX CHRISTIAN ETWIN KOA (120214546)
 NELSON MAYADI CARDOSO DACOSTA AMARAL(120214547)

TEKNIK SIPIL-UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB II
ISI PEMBAHASAN
1.1 Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi
yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air
dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi
antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Komposisi tanah berbeda-beda pada
satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Tanah

tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair dan gas mengisi
ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini.
Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi
perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil
(mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar
dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila
berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.

1.2 Pembangunan jalan raya

Jalan Raya di Jepang
Pada dasarnya
pembangunan jalan
raya adalah proses
pembukaan ruangan
lalu
lintas
yang
mengatasi pelbagai
rintangan geografi.

Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowong,
bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin melibatkan penebasan hutan).
Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini.
Muka bumi harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampung beban
kendaraan. Berikutnya, jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang
lebih keras. Lapisan tanah ini akan menjadi lapisan dasar. Seterusnya di atas lapisan
dasar ini akan dilapisi dengan satu lapisan lagi yang disebut lapisan permukaan.
Biasanya lapisan permukaan dibuat dengan aspal ataupun semen.
Pengaliran air merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam
pembangunan jalan raya. Air yang berkumpul di permukaan jalan raya setelah hujan tidak
hanya membahayakan pengguna jalan raya, malahan akan mengikis dan merusakkan
struktur jalan raya. Karena itu permukaan jalan raya sebenarnya tidak betul-betul rata,
sebaliknya mempunyai landaian yang berarah ke selokan di pinggir jalan. Dengan
demikian, air hujan akan mengalir kembali ke selokan.
Setelah itu retroflektor dipasang di tempat-tempat yang berbahaya seperti belokan
yang tajam. Di permukaan jalan mungkin juga akan diletakkan "mata kucing", yakni
sejenis benda bersinar seperti batu yang "ditanamkan" di permukaan jalan raya.
Fungsinya adalah untuk menandakan batas lintasan.

1.3 Tahapan Pembangunan Jalan Raya

 PENENTUAN TRASE JALAN
Metode Konvensional

Metoda Modern Dengan Teknik Fotogrametri
 ANALISIS LALU LINTAS
Volume dan Jumlah Lalu Lintas
Sifat dan Komposisi Lalu Lintas
Kapasitas
 PENENTUAN KECEPATAN RENCANA
 PERENCANAAN GEOMETRIK (HORISONTAL & VERTIKAL)
 PERHITUNGAN KUANTITAS PEKERJAAN TANAH
 PERENCANAAN PERKERASAN JALAN
 PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA
 KEAMANAN LALU LINTAS
 ANALISIS EKONOMI DAN KEUANGAN

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
 STANDARD PERENCANAAN
Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 Direktorat Jenderal
Bina Marga

Spesifikasi Standard untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota, SubDit
Perencanaan Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga, 1990
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/BM/1997, Direktorat
Jenderal Bina Marga
Standard Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina
Marga, 1992
1.4
1.5 Kajian tentang kondisi tanah di kawasan Wemer

Karakteristik umum tanah yang ada pada kawasan hutan wemer, umumnya sbb:
 Berhumus
 Gembur
1.6 Upaya perbaikan jalan
1.6.1 Perbaikan jalan raya yang ideal
Perbaikan Jalan Raya, Idealnya Seperti Apa?
Seperti diketahui kelas jalan terbagi atas beberapa kriteria yakni jalan nasional,
jalan propinsi, jalan kabupaten, hingga jalan kelurahan. Secara jaringan, jalan berfungsi
sebagai arteri jarak jauh atau lalu lintas antar kota.
Terdapat 5 indikator pelayanan. Harus memiliki aksesibilitas, mobilitas,
keselamatan, kecepatan dan kenyamanan. Untuk memenuhi kelimanya,

anggaran harus optimal. Jika kurang maka pemenuhan kelimanya jadi kurang
maksimal.

2.6.2

Mekanisme Perbaikan Jalan
MEKANISME PERBAIKAN

Dalam proses perbaikan jalan terdapat mekanisme yang telah disesuaikan dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Bina
Marga. “Untuk menentukan jadwal pengerjaan, pelaksanaan teknik hingga pemilihan
rekayasa teknologi perbaikan jalan,” pegawai senior Direktorat Bina Marga yang
menangani teknik dan spesifikasi jalan.
Pada kenyataannya, mekanisme perbaikan jalan yang dilakukan oleh sejumlah
kontraktor selama ini masih salah kaprah. “Misalnya soal penambalan, yang semestinya
diawali dengan mencoak area yang berlubang hingga berbentuk persegi. Kemudian
menggali lubang tersebut hingga tampak tidak ada lagi material yang mudah terkikis.
Dilanjut dengan mengisi pelapis atau agregat dan kemudian diisikan hot mix.
Nah perihal kualitas tambalan, temperatur hot mix saat dituangkan tidak boleh di
bawah 80 derajat celcius. “Selain itu, toleransi ketinggian tambalan tidak boleh melebihi

2 mm.” pernyataan ini terkait teknologi cool mix yakni aspal dingin yang dapat dijadikan
alternatif untuk memaksimalkan tambalan.
2.6.3

Instrument Safety

INSTRUMEN SAFETY
“Terdapat beberapa instrumen safety yang harus dipenuhi. Pertama adanya rambu
peringatan dini perbaikan jalan, rambu batas kecepatan, pembatas jalan berupa kun dan
terakhir boks di lokasi pekerjaan jalan. Rambu peringatan dini disesuiakan dengan rasio
kecepatan di jalan. Bisa juga diimprovisasi dengan menyertakan petugas yang
menggunakan sinyal berupa lampu maupun bendera.
Instrument safety ini menjadi tanggung jawab kontraktor selaku pelaksana di
lapangan. Karenanya berhak mengajukan klausul instrumen keselamatan itu dalam
pengajuan anggaran proyek. “Saat ini instrumen keselamatan mutlak disertakan dalam
setiap proyek perbaikan jalan.”. (mobil.otomotifnet.com)










KEADAAN FISIK DAN TOPOGRAFI MEDAN
Sangat mempengaruhi perencanaan bagian-bagian jalan
Keadaan tanah dasar mempengaruhi lokasi dan bentuk geometrik jalan
Tanah dasar jelek atau air tanah yang tinggi maka mungkin trase harus pindah
atau perlu timbunan tinggi
Di daerah dengan curah hujan tinggi perlu lereng melintang lebih besar atau
alinyemen jauh lebih tinggi dari tanah asli.
Untuk daerah datar perlu perencanaan drainase yang baik
Daerah pegunungan mempengaruhi pemilihan lokasi dan bagian-bagian jalan
lainnya, bahkan type jalan.
Daerah pertanian dan industri banyak kendaraan truk yang berbeda dengan daerah
pemukiman atau wisata dimana banyak mobil penumpang
Jalan di rural area banyak kendaraan kecepatan tinggi yang perlu syarat




perencanaan lebih berat dibanding jalan untuk urban area yang didominasi
kendaraan kecepatan rendah
Pemilihan trase di rural lebih bebas dari pada di perkotaan.