PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YAN

Vol 2, No 2, Desember 2017
Deliberatif Jurnal Ilmiah Hukum
ISSN: 2549-0583
Fakultas Hukum
Universitas Sains Cut Nyak Dhien

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG
LAHIR DARI PERKAWINAN SIRI (STUDI PERBANDINGAN
UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN UNDANG-UNDANG
NO 35 TAHUN 2014 )
Aminah
Fakultas Hukum
Universitas Sains Cut Nyak Dhien
Email: amieguchi@ymail.com
Abstract: The Marriage Act recognizes two kinds of childhood status: legitimate and
unmarried children. As explained in Article 42 that a legitimate child is a child born in or as
a result of a legal marriage. While outsiders are stated in Article 43 that the child born
outside of marriage only has a civil relationship with his mother and his mother's family.
Legitimate children are legally perfectly civilized with both parents. While the married
offspring born of siri marriage (not recorded) only have a civil relationship with his mother
and his mother's family only. In Law Number 35 Year 2014 concerning Child Protection

which has a principle of non-discrimination so that the law does not distinguish between
children born from parents whose marriage is recorded or not registered because with the
difference the child's rights are not obtained especially the right of the child to get the
relationship Civility perfectly with both parents.
Keyword: Siri marriage, children

Abstrak: Undang-Undang Perkawinan mengakui dua jenis status anak-anak: anak yang sah
dan anak di luar perkawinan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 42 bahwa anak yang sah
adalah anak yang lahir atau akibat perkawinan yang sah. Sedangkan sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 43 bahwa anak yang lahir di luar nikah hanya memiliki hubungan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Anak yang sah secara hukum memiliki
hubungan dengan kedua orang tuanya. Sedangkan keturunan yang yang lahir dari
pernikahan siri (tidak tercatat) hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan
keluarga ibunya saja. Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak yang memiliki prinsip non-diskriminasi sehingga undang-undang tersebut tidak
membedakan antara anak yang lahir dari orang tua yang perkawinannya tercatat atau tidak
terdaftar karena perbedaan hak anak tidak diperoleh terutama hak Anak untuk menjalin
hubungan dengan baik dengan kedua orang tuanya.
Kata Kunci: Nikah Siri, Anak


Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

Pendahuluan
Pernikahan adalah sebuah perbuatan yang suci dan mempunyai tujuan yang
sangat mulia, maka perundang-undangan hukum Indonesia, yang berkaitan dengan
ketentuan

perkawinan/penikahan telah diatur dalam bentuk perundang-undangan

yang di berlakukan kepada seluruh warga negara indonesia. Aturan perundangundangan tentang perkawinan/pernikahan yang dimaksudkan adalah Undang-undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dengan peraturan pelaksananya diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan juga Kompilasi Hukum Islam (KHI)
yang lahir dari hasil musyawarah dan mufakat para alim ulama Indonesia yang
dikuatkan dengan Kepres Nomor 1 Tahun 1991, Undang-undang ini merupakan
hukum materil dari perkawinan dan sedangkan hukum formalnya ditetapkan dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1989.1
Hukum perkawinan Indonesia yang berlangsung banyak terjadi berbagai
penyimpangan dalam pelaksanaannya, sehingga terganggu pula suatu pemahaman
hukum mengenai perkawinan dikalangan masyarakat Islam itu sendiri. Misalnya
mengenai masalah perkawinan siri (nikah siri) yang terjadi dikalangan umat Islam.

Pernikahan siri ini adalah pernikahan yang memenuhi rukun dan syarat perkawinan
tetapi belum/tidak dicatatkan di KUA (Kantor Urusan Agama) bagi orang Islam.2
Dalam Undang-undang Perkawinan Pasal 2 ayat (1) dinyatakan bahwa
perkawinan/pernikahan dianggap sah jika dilaksanakan menurut hukum masingmasing agamanya dan kepercayaannya dan pasal 2 ayat (2) menyatakan tiap-tiap
perkawinan yang telah dilaksanakan harus dicatatkan di lembaga Pencatatan Nikah
yaitu bagi orang-orang yang beragama Islam di KUA dan selain itu di Catatan Sipil.
Di samping itu harus memenuhi prosedur yang telah diatur oleh Undang-undang
tersebut.

1

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia; antara Fikih Munakahat dan
Undanng-Undang Perkawinan , (Jakarta: Pranada Media 2006), 1.
2
Neng Djubaedah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan tidak dicatat Menurut Hukum
Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 345.

168

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..


Menurut Undang-Undang Perkawinan, anak yang sah adalah anak yang
dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah, meskipun anak tersebut lahir dari
perkawinan wanita hamil yang usia kandungannya kurang dari enam bulan lamanya
sejak ia menikah resmi. Perkawinan yang sah yang dimaksud adalah perkawinan
yang dicatat melalui hukum hegara. Hal ini diatur dalam Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974.3
Pencatatan perkawinan merupakan suatu hal yang urgensi, bahkan menjadi
sebuah persyaratan administratif yang harus dilakukan. Tujuannya adalah agar
perkawinnan itu jelas dan menjadi bukti bahwa perkawinan itu telah terjadi, baik bagi
yang bersangkutan, keluarga kedua belah pihak, orang lain maupun bagi masyarakat,
karena peristiwa perkawinan itu dapat dibaca dalam suatu surat yang bersifat resmi
dan dalam suatu daftar yang sengaja dipersiapkan untuk itu, sehingga sewaktu-waktu
dapat dipergunakan, terutama sebagai bukti tertulis yang terkait dengan autentik.
Dengan adanya surat bukti tersebut maka secara hukum dapat di cegah terjadinnya
suatu perbuatan lain, dengan demikian dapat dikatakan bahwa meskipun ketentuan
pencatatan hanya merupakan persyaratan administratif, namun ketentuan ini memiliki
pengaruh yang cukup besar terhadap ketentuan administrasi lainnya, khususnya yang
terkait dengan peristiwa dan perbuatan hukum.
Di Indonesia pencatatan perkawinan ditempatkan sebagai suatu yang penting.

Hal ini ditandai dengan adanya pengaturan mekanisme yang jelas tentang proses
pencatatan perkawinan, sebuah perkawinan dibuktikan dengan adanya bukti tertulis
yang sah yang dikeluarkan oleh lembaga negara yang berwenang, dan anak yang lahir
dari perkawinaan yang tidak di catatkan tidak diakui oleh negara sebagai anak yang
sah dan anak tersebut tidak menpunyai hak baik yang bersifat yuridis maupun non
yuridis yang meliputi hak nasab (garis keturunan) anak di hubungkan kepada ayah,
hak pemenuhan nafkah dari orang tua terhadap anak, hak pemeliharaan dan

3

C.S.T. Kansil ,Pengantar Hukum Islam dan Tata Hukum Indonsia , (Jarkarta: Balai Pustaka)

235.

169

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

pendidikan (hadhanah), hak saling mewarisi, hak perwalian nikah bagi ayah atas
anak perempuan, dan hak-hak keperdataan lainya.4

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,
Undang-undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak
berdasarkan azas-azas nondiskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak
untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan serta penghargaan terhadap
pendapat anak.
Selain itu jika seorang anak manusia yang lahir kemudian identitasnya tidak
terdaftar, kelak akan menghadapi berbagai masalah yang akan berakibat pada negara,
pemerintah dan masyarakat. Dalam perspektif Konvensi Hak Anak (KHA) dan
Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Negara harus
memberikan pemenuhan hak dasar kepada setiap anak, dan terjaminnya perlindungan
atas keberlangsungan, tumbuh dan kembang anak.5
Pembahasan
A.

Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak
Dalam sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan

bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak tidak terkecuali
anak luar kawin yang lahir akibat dari perkawinan siri yang dilakukan oleh ayah
biologisnya yang masih terikat dengan tali perkawinan yang sah dengan isterinya

berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpatisipasi serta berhak
atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan
kebebasan. Orang tua, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga
dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebenkan oleh
hukum. Demikian pula dalam rangka peneyelenggaraan perlindungan anak, Negara

4

I Nyoman Sujana, Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin Dalam Perspektif Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VII/2010 , (Yogyakarta: Aswanja Pressindo, 2011), 56
5
Muladi, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum
Islam dan Masyarakat, (Bandung: PT. Grafika Aditama,2009), 233.

170

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

dan pemerintah bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan aksebilitas bagi anak,
terutaama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.6

Hak-hak anak yang telah tertuang dalam berbagai ketentuan-ketentuan hukum
mengenainya, tidaklah sebatas teori atau catatan belaka tanpa adanya kepastian
hukum yang jelas dalam supremasinya. Untuk itu ketentuan ketentuan hukum
mengenai hak anak tersebut dilindungi, dan ini menjadi tanggung jawab bersama baik
orang tua, masyarakat ataupun negara (pemerintah).
Dalam seminar perlindungan anak pada tahun 1997 yang diadakan oleh Pra
Yunama, terdapat dua perumusan tentang perlindunggan anak, yaitu:
1.

Segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun
lembaga pemerintah dan swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan,
pengadaan dan pemenuhan kesejahteraan fisik, mental dan sosial anak dan
remaja yang sesuai dengan kepentinggan dan hak asasinya.

2.

Segala daya upaya bersama yang dilakukan dengan sadar oleh perorangan,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta untuk pengamanan, pengadaaan
dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah sesuai dengan hak asasi
dan kepentingan agar dapat menggembangkan dirinya seoptimal mungkin. 7

Walaupun anak dapat dibawa ke depan sidang pengadilan sebagai status

terpidana, namun ia berhak mendapatkan penanganan khusus dalam pengadilan,
organisasi sosial serta dalam masyarakat, standar untuk peradilan anak agar efektif
dan adil, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.

Hakim dan stafnya harus mampu mencegah pelayanan secara individual dan
tidak menghukum.

2.

Tersedianya fasilitas yang cukup dalam sidang dan dalam masyarakat untuk
menjamin.
a. Bahwa disposisi pengadilan didasarkan pada pengetahuan yang terbaik
untuk kebutuhan anak
6
7

Abdussalam, Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: PTIK, 2012), .2.

Irma Setyowati, Aspek Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 11.

171

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

b. Bahwa anak, jika ia membutuhkan pemeliharaan dan pembinaan, dapat
menerimanya sebagai fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhannya dan
menpunyai kekuasaan untuk memberi kepada mereka.
c. bahwa masyarakat menerima perlindungan yang cukup.

3.

Prosedur dirancang untuk menjamin:
a. Bahwa setiap anak dan situasinya dipertimbangkan secara individual.
b. Hak-hak yuridis dan kostitusional dari anak dan orang tua dan masyarakat
di pertimbangkan secara tepat dan di lindngi.
Perlindungan hukum terhadap hak-hak anak secara garis besar dapat di

klasifikasiakan dalam dua pengertian yaitu:

1.

Perlindungan yang bersifat yuridis, yang meliputi perlindungan dalam :
a. Bidang hukum politik.
b. Bidang hukum keperdataan.

2.

Perlindungan yang bersifat non yuridis meliputi :
a. Bidang sosial.
b. Bidang kesehatan
c. Bidang kependidikan.8
Dengan demikian perlindungan terhadap hak anak memiliki aspek-aspek yang

sangat luas yang meliputi pola pelaksanaan perlindungan hak dan kewajiban anak
secara seimbang dan manusiawi. Hal ini sangat sesuai dengan pemahaman dari
perlindungan atas anak sendiri yaitu suatu usaha yang melindungi anak agar dapat
melaksanakan hak dan kewajibannya secara jasmaniah dan rohaniah, di berikan
dalam bentuk yang sesuai dengan hambatan dan penderitaan dan akibat-akibatnya
agar dapat mewujudkan kemampuannya.

8

Ibid ..., 13.

172

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

Penyelenggaraan perlindungan anak berdasarkan Pancasila dan berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-primsip
dasar konvensi Hak-hak anak meliput:
a. Non diskriminasi;
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak adalah semua tindakan yang
menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan
legislatif dan badan yudikatif, maka kepentingan bagi anak harus menjadi
pertimbangan utama.
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan adalah hak
asasi paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh Negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga dan orang tua.
d. Perlindungan terhadap pendapat anak adalah penghormatan atas hak-hak
anak untuk berpatisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan
keputusan terutama jika menyangkut hal-hal yang menpengaruhi
kehidupannya
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhi hak-hak anak agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpatisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat dan kemanusian, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan
sejahtera.9

B. Garis-garis Besar Hak Anak


Hak Anak dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.
Hak anak yang lahir dari sebuah perkawinan berhubungan dengan hak

keperdataan seorang anak yang meliputi: Hak nasab (garis keturuanan) anak di
hubungkan kepada ayah, hk pemenuhan nakfah dari orang tua terhadap anak, hak

9

Anggota IKAPI, Undang-Undang Perlindungan Anak, (Bandung: Fokusmedia, 2011), 5-6

173

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

pemeliharaan dan pendidikan (hadhanah), hak saling mewarisi, hak perwalian nikah
bagi ayah atas anak perempuan dan hak keperdataan lainnya.
1. Hak nasab
Di dalam Undang-undang perkawinan tidak dijelaskan secara rinci, tentang
hak nasab anak yang sah, namun bila kita melihat kebalikan dari anak di luar nikah
hanya bernasab pada ibunya dan keluarga ibunya saja, jadi dapat kita simpulkan
bahwa anak yang sah berhak bernasab dengan ayahnya. Sesuai dengan peraturan
Undang-undang Perkawinan yaitu Pasal 42 Anak yang sah adalah anak yang
dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Dan Pasal 43 ayat 1 Anak
yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya.
Nasab dalam doktrinal fiqh suatu yang sangat urgen, nasab menjadi nikmat
yang paling besar yang diturunkan oleh Allah SWT kepada hambanya. Nasab adalah
legalitas hubungan kekeluargaan yang bedasarkan pertalian darah, sebagai salah satu
akibat dari pernikahan yang sah. Nasab merupakan sebuah pengakuan syara’ bagi
hubungan anak dengan garis keturunan dari ayahnya sehingga dengan itu anak
tersebut menjadi salah seorang anggota keluarga dengan keturunan itu, dan demikian
anak itu berhak mendapatkan hak sebagai akibat adanya hubungan nasab seperti
hukum waris, pernikahan, perwalian dan lain sebagainya.10
Seseorang boleh menasabkan dirinya kepada seseorang atau ayahnya apabila
telah memenuhi syarat-syaratnya. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
a. Seorang anak yang lahir dari seseorang perempuan memang benar hasil
perbuatannya dengan suaminya.
b. Ketika perempuan hamil, waktunya tidak kurang dari waktu kehamilan pada
umumnya.
c. Suami tidak mengingkari anak yang lahir dari suaminya.11
10

Muhammad Ali ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999). 19.
11
Abdul azis Dahlan, Eksilopedisi Hukum Islam,(Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve. 2002) 112.

174

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

2. Hak Nafkah
Hak nafkah terhadap anak yang sah wajib diberikan oleh orang tuannya
sebagaimana tersebut dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974
yaitu tersebut didalam pasal 41 dinyatakan:
a. Baik ibu dan bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anaknya,
semata-mata demi kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai
penguasaan anak Pengadilan memberikan keputusannya.
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan
yang diperlukan anak, bilamna bapak dalam kenyataannya tidak dapat
memenuhi kewajiban tersebut. Pemgadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut
memikul biaya tersebut.
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan atau menentukan sesuatu bagian kewajiban bagian bekas
istri.12
3. Hak Pemeliharan
Secara global Undang-undang perkawinan telah nemberi aturan menyangkut
kewjiban orang tua terhadap pemeliharaan anak tersebut yang dibingkai dalam
pasal 45 Undang undang perkawinan yaitu
(1) kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaikbaiknya
(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud di dalam ayat (1)

pasal ini berlaku

sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus
meskipun perkawinan kedua orang tua putus.13
4. Hak Waris

12

Undang-undang Republik Indonesia Nomor I Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umara, 2010), 16.
13
Ibid ..., 18.

175

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

Sebagaimana pada ketentuan dalam Pasal 42 Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 bahwa anak yang sah memiliki hak perdata secara sempurna dengan
ayahnya maka anak tersebut juga memiliki hak waris secara sempurna pula.
5. Hak Perwalian
Begitu juga dengan hak perwalian bahwa anak yang sah adalah berhak
menjadi walinya adalah orang tua kandunganya (ayahnya).14
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 47 undang-undang perkawinan yaitu:
(1) Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum
pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya
selama mereka tidak dicabut kekuasannya.
(2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di
dalam dan di luar pengadilan.15
C. Hak Anak dalam Undang-undang Nomor 35 tahun 2014
Di dalam Pasal 1 angka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2014 tentang perlindungan anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
Adapun hak anak yang terdapat dalam undang-undang perlindungan anak
sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa pasal dalam Undang-undang
Perlindungan Anak di antarnya yaitu:
a.

Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

b.

Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan.

14

Abdul Wahid Muhibbin, Hukum Kewarisan Islam sebagai Pembaharuan Hukum Positif, (
Jakarta: Sinar Grafika, 2009). 2.
15
Undang-undang..., 18.

176

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

c. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan
berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan
orang tua
d. (1)Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh
oleh orang tuanya sendiri.
(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin
tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak
tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat
oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
e. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
f. (1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
peembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakatnya;
(2) Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan disatuan pendidikan dari
kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain;
(3) Selain mendapatkan hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) Anak penyandang disabilitas berhak menperoleh pendidikan luar
biasa dan anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan
pendidikan khusus.
g. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima,
mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan
usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan
kepatutan.
h. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul
dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan
minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
177

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

i. Setiap anak penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan
sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
j. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana
pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan
dari perlakuan:
1) Diskriminasi; misalnya perlakuan yang berbeda-bedakan suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak,
urusan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan mental.
2) Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, misalnya tindakan atas
perbuatan mempererat, menmanfaatkan atau memeras anak untuk
memperoleh keuntungan pribadi, kelurga atau golongan.
3) Penelantaran, misalnya tindakan atau perbuatan mengabaikan dengan
sengaja kewajiban untuk memelihara, merawat atau mengurus anak
sebagaimana mestinya.
4) Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, misalnya tindakan atau
perbuatan secara zalim, keji, bengis atau tidak menaruh belas kasihan
kepda anak. Perlskuan kekerasan dan penganiayaan misalnya perbuatan
melukai dan mencedaerai anak dan tidak semata-mata fisik, tetapi juga
mental dan sosial..
5) Ketidakadilan, misalnya tindakan berpihak antara anak yang satu dengan
lainnya atau kesewenang-wenang terhadap anak
6)

(1)

Perlakuan salah lainnya. Misalnya tindakan pelecahan atau

perbuatantidak senonoh kepda anak.
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala
bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, maka pelaku
dikenakan pemberatan hukuman.
k. (1) Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada
alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu

178

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan
terakhir.
(2) Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , Anak
tetap berhak:




Bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua
orang tuanya;
Mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan
untuk proses tumbuh kembang dari kedua orang tuanya sesuai dengan





kemampuan, bakat dan minatnya;
Menperoleh pembiyaan hidup dari kedua orang tuanya;
Menperoleh hak anak lainya.

l. Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari :
1) Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
2) Pelibatan dalam sengketa bersenjata;
3) Pelibatan dalam kerusuhan sosial;
4) Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan
5) Pelibatan dalam peperangan
6) Kejahatan seksual.
m. (1) Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak
manusiawi.
(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya
dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat
dilakukan sebagai upaya terakhir.
n. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :
(1) Mendapatkan

perlakuan

secara

manusiawi

dan

penempatannya

dipisahkan dari orang dewasa;

179

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

(2) Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam
setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
(3) Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang
objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
(4) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau
yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
o. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak
mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya termasuk bantuan medis,
sosial, rehalibitisai, vokasional dan pendidikan
p. Kepentingan yang terbaik bagi anak adalah semua tindakan yang menyangkut
anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan badan
yudikatif, maka kepentingan bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.
q. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan adalah hak asasi
paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh Negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga dan orang tua.
r. Perlindungan terhadap pendapat anak adalah penghormatan atas hak-hak anak
untuk berpatisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan
keputusan

terutama

jika

menyangkut

hal-hal

yang

menpengaruhi

kehidupannya
s. Setiap anak yang menjadi pelaku korban kekerasan seksual atau berhadapan
dengan hukum berhak dirahasiakan 16

D. Kedudukan Nikah Siri
Nikah siri berasal dari bahasa arab, yaitu sirrun, jamak dari asrarun, yang
berarti rahasia.17 Melalui kata ini dapat dipahami bahwa nikah siri berarti nikah yang
dilakukan dengan rahasia atau dirahasiakan. Nikah siri sebagai bentuk pernikahan
16

Anggota IKAPI, Undang-Undang Perlindungan Anak, (Bandung: Fokusmedia, 2011), 2-

11.

Abdurrahman Partosantoso, Qamus Dars al-Luhgah al-A’rabiyyah li al-Mudarisi al-a’liyah,
(Jakarta: Dharma Bakti, 1982), 99.
17

180

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

yang dilakukan hanya berdasarkan agama dan adat istiadatnya tanpa menggikuti
prosedur hukum nasional yang berlaku. Bentuk ini adalah pernikahan yang tidak
didaftarkan atau tidak dicatatkan pada Kantor Urusan Agama kecamatan atau tidak
tercatat pada Kantor Catatan Cipil yang bukan beragama Islam. nikah siri kadangkadang diistilahakan dengan nikah misyar . Ada ulama yang menyamakan pengertian
kedua istilah ini, tetapi tidak sedikit pula yang menyamakannya. Nikah siri juga
distilahkan dengan nikah ‘urfi, yaitu nikah yang didasarkan pada adat istiadat.18
Dalam asumsi masyarakat, perkawinan siri memiliki tiga pengertian,19 yaitu
antara lain:
1.

Pengertian

yang pertama, perkawinan siri

adalah perkawinan

yang

dilangsungkan oleh seseorang laki-laki dan seorang perempuan tanpa
menggunakan wali atau saksi yang dibenarkan oleh syariat Islam
2.

Pengetian yang kedua dari perkawinan siri adalah perkawinan yang dilakukan
oleh seseorang laki-laki dengan seorang perempuan tanpa melibatkan petugas
pencatatan perkawinan atau dengan kata lain perkawinan tersebut tidak dicatat
oleh petugas pencatatan yang ditunjuk oleh undang-undang

3.

Pengertian yang ketiga adalah perkawinan yang di rahasiakan karena
pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya karena takut mendapatkan
stigma negatif dari masyarakat yang terlanjurr menganggap tabu perkawinan
siri atau karena pertimbangan-pertimbangan sulit lainnya sehingga terpaksa
dirahasiakan.
Pengertian perkawinan siri yang berkembang didalam masyarakat saat ini

adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh kedua mempelai dengan memenuhi
semua rukun dan syarat perkawinan menurut ketentuan hukum agama islam, namun
proses perkawinan terrsebut tidak dilakukan di hadapan pegawai pencatat perkawinan
sehingga oleh karenanya perkawinan tersebut tidak dicatat dalam daftar catatan
18

Happy Santoso, Nikah Siri Apa Untungnya, (Jakarta: Visimedia, 2007), 22.
D.Y. Witanto, Hukum Keluarga dan Kedudukan Anak Luar Kawin Pasca Keluarnya
Putusan MK Tentang Uji Materil UU Perkawinan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012, 95.
19

181

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

perkawinan di kantor pencatat perkawinan dan tidak memilki surat nikah yang
dikeluarkan oleh pemerintah.20
Di kalangan ulama ada yang menyatakan bahwa nikah siri itu bukanlah nikah
yang disembunyikan, akan tetapi nikah yang dilaksanakan secara terang-terangan dan
sesuai dengan kaidah perkawinan hanya saja belum dicatatkan dalam administrasi
perkawinan. Istilah nikah siri mengalami pergeseran makna, nikah siri yang pada
awalnya adalah sebutan untuk pernikahan yang tidak memenuhi rukun nikah, rukun
nikah dianggap sah jika ada dua saksi pria, mempelai dan wali mempelai wanita, jika
tidak terpenuhi salah satunya maka perkawinan tidak sah. Sedangkan sekarang ini
pernikahan yang tidak dicatat dimaknai sebagai nikah siri.21
Nikah siri menurut Neng Zubaidah adalah pernikahan yang memenuhi rukun
dan syarat perkawinan tetapi belum/tidak dicatatkan pada Kantor Urusan Agama
kecamatan bagi orang Islam, atau tidak tercatat pada Kantor Catatan Sipil yang
beragama bukan Islam.22
Catatan hukum perkawinan Indonesia nikah siri ini telah berkembang sejak
tahun 1970-an, pada saat itu pemerintah Indonesia membuka peluang terhadap
pengusaha asing yang melakukan investasi di wilayah Kalimantan. Tidak sedikit para
pengusaha yang datang ke Indonesia tanpa diikuti keluarganya sehingga kebutuhan
akan hasrat manusia menimbulkan gejolak. Sebagai salah satu usaha untuk memenuhi
hasrat tersebut, pengusaha asing melakukan pendekatan dengan perempuan di
wilayah tersebut, tidak mudah melakukan pernikahan (perkawinan), dimana terikat
dengan peraturan, adat-istiadat dan agama yang berbeda dengan mereka, yang pada
gilirannya mencari jalan lain yang dapat di tempuh untuk dapat melaksanakan
pernikahan. Saat itu pernikahan secara siri (dibawah tangan) dilakukan melalui

20

I Nyoman Sujana, Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin Dalam Perspektif Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VII/2010 , (Yogyakarta: Aswanja Pressindo, 2011), 103.
21
Iwan Zainoel Fuad, Dkk, “Kriminalogis Sosiologis Nikah Siri”, Jurnal Penelitian, 8, (Mei
2001): 26.
22
Neng Jubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan tidak dicatat; Menurut Hukum
Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 345.

182

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

mediasi sejumlah ulama atau tokoh masyarakat di daerah tersebut yang menfatwakan
bahwa pernikahan itu tetap sah karena dilakukan dengan cukup rukun dan syaratnya,
meskipun tidak didaftar dan dicatat di Kantor yang berwenang.23
Didalam undang–undang perkawinan tidak dikenal adanya perkawinan siri,
berdasarkan pada ketentuan pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 undang-undang perkawinan,
bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu dan didalam ayat 2 ditentukan bahwa tiap-tiap
perkawinan dicatat menurut peraturan perundangan yang berlaku berdasarkan pada
rumusann ketentuan pasal tersebut, maka untuk sahnya suatu perkawinan haruslah
memenuhi ketentuan pasal tersebut secara utuh nyakni memenuhi ketentuan ayat 1
dan ketentuan ayat 2 dan bila mana ditinjau hanya dari ayat 1 saja dengan
mengenyampingkan ketentuan ayat 2, maka perkawinan seperti itu dapat
dikatagorikan sebagai pernikahan yang dirahasiakan/ disembunyikan, atau pernikahan
siri karena belum memenuhi ayat 2 dari ketentuan pasal 2 undang-undang
perkawinan. Dengan demikaian perkawinan baru sah menurut hukum negara, apabila
bunyi ketentuan pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 ini dilaksanakan secara utuh sebagai satu
kesatuan peraturan hukum. Untuk pencatatan bagi mereka yang masuk waga negarra
muslim menurut agama Islam dilakukan dikantor urusan agama (KUA) kecamatan,
untuk mereka yang beragama Katolik, Kristen, Hindu dan Budha dilakukan di kantor
catatan sipil. Pasal ini mengandung pengertian bahwa bagi umat Islam jika suatu
perkawinan telah memenuhi syarat-syarat dan rukun kawin sesuai dengan syariat
Islam, atau pendeta/pastur telah melaksanakan pemberkatan atau ritual lainnya ( bagi
umat kristen atau katolik), dan perkawinan itu dicatat oleh negara sehingga
perkawinan tersebut sah menurut hukum Negara. 24
Pernikahan yang dillakukan di luar pengetahuan dan pengawasan pegawai
pencatat nikah tidak memiliki kekuatan hukum dan dianggap tidak sah d imata
hukum. Pernikahan siri berdampak sangat merugikan bagi isteri dan perempuan pada
23
24

Santoso, Nikah Siri..., 24.
Sujana, Kedudukan Hukum…, 106

183

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

umunya, baik secara hukum maupun sosial. Secara hukum negara, tidak diakuinya
hak-hak kepedataan yang ditimbulkn oleh pertalian hubungan perkawinan, tidak
dianggap sebagai isteri sah dan tidak berhak atas nafkah dan warisan dari suami jika
ia meninggal dunia. Disamping itu juga tidak berhak atas harta gono gini jika terjadi
perpisahan, karena secara hukum, perkawinan dianggap tidak pernah terjadi.25
Dengan kata lain dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkawinan siri
terhadap hak-hak keperdataan istri, yaitu;
a.

Tidak diakuinya hak-hak keperdataan isteri

b.

Tidak dianggap sebagai isteri yang sah

c.

Tidak berhak atas nafkah

d.

Tidak berhak atas warisan jika suami meningal dunia

e.

Tidak berhak atas harta gono gini jika terjadi perpisahan
Semua dampak negatif itu adalah timbul karena secara hukum kenegaraan,

perkawinan dianggap tidak pernah terjadi. Terhadap anak tidak sah pernikahan di
bawah tangan menurut hukum negara memiliki dampak negatif bagi status anak yang
dilahirkan di mata hukum, yakni status anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak
tidak sah. konsekuensinya, anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan
keluarga ibunya. Artinya si anak tidak mempunyai hubungan hukum terhadap
ayahnya (sebagaimana ketentuan dalam pasal 42 dan pasal 43 Undang-Undang No 1
tahun 1974 tentang perkawinan). Di dalam akta kelahirannya pun statusnya dianggap
sebagai anak luar nikah, sehingga hanya dicantumkan nama ibu yang melahirkannya.
Keterangan berupa status anak luar nikah dan tidak dicantumkan nama si ayah akan
berdampak sangat mendalam secara sosial dan psikologis bagi si anak dan ibunya.26

E. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak yang Lahir dari Perkawinan Siri
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

25
26

Djubaidah, Pencatatan Perkawinan ..., 256.
Ibid..., 257..

184

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

Perkawinan yang sah yang ditentukan di dalam Undang-undang Perkawinan
adalah perkawinan yang memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) UndangUndang Perkawinan. Maka Anak yang dilahirkan akibat perkawinan yang sah adalah
anak sah memiliki hubungan keperdataan secara sempurna dengan kedua orang
tuanya, serta anak sah tersebut menpunyai kekuatan hukum dan mendapat jaminan
hukum.27 Dan negara menjamin perlindungan hukum terhadapa hak anak tersebut
baik perlindungan hukum yang bersifat yuridis dan non yuridis
Dengan demikian untuk menentukan anak sah yang dilahirkan dalam sebuah
perkawinan tidak tergantung pada waktu anak itu dibuahkan dalam rahim ibu apakah
anak tersebut dibuahkan dalam akibat perkawinan yang sah atau tidak, dan tidak
tergantung pada jangka waktu perkawinan berlangsung sampai anak dilahirkan.
Penentuan anak sebagai anak yang sah yang menpunyai kekuatan hukum dan
mendapat jaminan hukum hanya tergantung kepada waktu anak tersebut dilahirkan
dalam perkawinan yang dilakukan di hadapan Pencatat Nikah dan dicatatkan, tanpa
membatasi waktu terjadinya pembuahan dalam rahim dan jangka waktu perkawinan
sejak perkawinan berlangsung hingga anak dilahirkan. Dengan kata lain penentuan
anak sah ditentukan tanpa melihat waktu terjadinya pembuahan anak dalam akibat
perkawinan yang sah dan dalam jangka waktu antara tanggal berlangsungnya
perkawinan hingga isteri melahirkan anak.28
Anak yang dilahirkan dari perkawinan siri, meskipun secara agama diakui
sebagai anak sah, akan tetapi oleh karena perkawinan orang tuanya tidak dicatatkan
tidak memiliki kekuatan hukum dan dianggap tidak sah di mata hukum. Maka anak
yang dilahirkan dari perkawinan tersebut dilihat dari kacamata Undang-undang
perkawinan anak tersebut adalah anak luar kawin.29 Sebagaimana disebutkan dalam
Undang-undang Perkawinan yaitu :
Pasal 43 ayat 1 yaitu :
27

Jubaidah, Pencatatan Nikah ..., 303.
Ibid ,,,287
29
Sujana, Kedudukan Hukum..., 124.
28

185

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga ibunya.30
Berdasarkan sebab dan latar belakang terjadinya anak luar kawin timbul
antara lain disebabkan oleh :
1.

Anak yang lahir dari perkawinan yang tidak dicatat dikantor Catatan Sipil
dan/atau Kantor Urusan Agama.

2. Anak yang dilahirkan oleh seseorang wanita tapi wanita itu tidak menpunyai
perkawinan dengan pria yang menyetubuhinya dan tidak menpunyai ikatan
perkawinan dengan pria atau wanita lain
3. Anak yang dilahirkan dari seseorang wanita, kelahiran tersebut diketahui dan
dikehendaki oleh salah satu atau ibu bapaknya, hanya saja salah satu orang
tuanya masih terikat dengan perkawinan lain.
4. Anak yang lahir dari seorang wanita iddah perceraian tetapi anak yang dilahirkan
itu merupakan hasil hubungan dari pria yang bukan suaminya.
5. Anak yang lahir dari seorang wanita yang ditinggal suami lebih dari 300 hari
anak tersebut tidak diakui suaminya sebagai anak sah.
6. Anak yang lahir dari wanita padahal agama mereka peluk menentukan lain,
misalnya dalam agama katolik tidak mengenal cerai hidup tetapi dilakukan juga
kemudian ia kawin lagi dan melahirkan anak, anak tersebut dianggap anak luar
kawin.
7. Anak yang lahir dari seorang wanita sedangkan pada mereka berlaku ketentuan
Negara melarang melakukan perkawinan misalnya Warga Negara Indonesia
(WNI) dan Warga Negara Asing (WNI) tidak mendapat ijin dari kedutaan besar
untuk mengadakan perkawinan karena salah satu dari mereka telah mempunyai
isteri tetapi meraka tetap campur dan melahirkan anak, anak tersebut dinamakan
juga anak luar kawin.

30

Undang-undang...,18

186

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

8. Anak yang dilahirkan oleh sesorang wanita tetapi anak tersebut sama sekali tidak
mengetahui kedua orang tuanya.
9. Anak yang lahir dari perkawinan secara adat tidak dilaksanakan menurut agama
dan kepercayaanya serta tidak terdaftar dikantor CatatanSipil dan kantor Urusan
Agama.31
Secara hukum, anak yang lahir dari perkawinan yang tidak dicatatkan,
kelahirannya tidak dicatatkan pula secara hukum. Tidak sahnya perkawinan siri
menurut hukum negara memilki dampak negatif terhadap hak-hak sipil dan
keperdataan anak yang dilahirkan dari pasangan suami istri yang melakukan
perkawinan siri di antaranya yaitu:
a. Status anak yang dilahirkan dari perkawinan siri di mata hukum di anggap
sebagai anak tidak sah; konsekuensinya,
b. Anak hanya menpunyai hubungan perdata dengan ibu dan kelurga ibunya;
c. Anak tidak menpunyai hubungan hukum terrhadap ayahnya,
d. Dalam akta kelahiran, status anak dianggap sebagi anak luar nikah, sehingga
hanya dicantumkan nama ibu yang melahirkannnya.32
Kedudukan Anak luar kawin yang lahir dari perkawinan siri ini hanya
mempunyai hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga ibunya saja. Sedangkan
hubungan hukum antara anak dengan ayahnya tidak menpunyai kekutan hukum dan
tidak mendapatkan jaminan hukum. Artinya hubungan hukum keperdataan antara
anak dengan ayahnya tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak mendapatkan
jaminan hukum. Maka hubungan mewarisi antara anak dengan ayahnya tidak
mempunyai kekuatan hukum dan tidak mendapatkan jaminan hukum, apabila anak
tersebut perempuan ataupun cucu perempuan melalui anak yang dilahirkan dari
perkawinan siri (tidak dicatat) maka ayahnya atau kakeknya dari cucu perempuan
tersebut tidak dapat berkedudukan sebagai wali nikah karena hubungan keperdataan
dengan meraka tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak mendapatkan jaminan
31

Herusko, Anak Di Luar Perkawinan, Makalah Seminar Kowani, Jakarta, 14 Mei 1996, .6.
Jubaidah, Pencatatan Nikah ..., 259.

32

187

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

hukum, begitu juga mengenai hak-hak keperdataan yang lainnya. Dengan demikian
anak luar kawin yang lahir dari perkawinan siri tidak memperoleh hak-haknya secara
maksimal di Negara yang berdasarkan hukum, sehingga secara yuridis perlindungan
hukum terhadap anak luar kawin dari perkawinan siri ini sangat lemah, karena belum
diatur secara utuh dan lengkap.33
Oleh karena perkawinan siri tidak dicatat, sehingga perkawinan tersebut tidak
memenuhi unsur administrasi sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-undang
Perkawinan Pasal 2 ayat (2) maka anak tersebut dilihat dari sudut Undang-undang
Perkawinan adalah tidak sah. maka akibat hukum dari perkawinan siri yang demikian
itu menimbulkan ketidakpastian hukum bagi anak-anak yang dilahirkan maupun
kepada perempuan yang melangsungkan perkawinan siri ini. Bagi si anak akibat
hukumnya, tidak akan mendapatkan hak-haknya sebagai anak bangsa yang
menpunyai harkat dan martabat sama dengan anak-ank pada umumnya.34
Hal ini menentukan bahwa perkawinan yang tidak dilakukan di hadapan
Pejabat Pencatat nikah sebagai perkawinan yang tidak sah dan tidak menpunyai
kekuatan hukum. Anak yang lahir dari perkawian siri sesuai hukum Islam, tetapi
tidak dicatat adalah berkedudukan sebagai anak yang tidak sah, karena ia dilahirkan
dari perkawinan tidak sah, sekalipun perkawinan tersebut sah sesuai dengan Hukum
Islam, Karena dalam pandangan undang-undang perkawinan sahnya suatu
perkawinan tergantung kepada pencatatan perkawinan semata, bukan berdasarkan
hukum islam.
F. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak yang Lahir dari Perkawinan Siri
Menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan generasi bangsa, yang memiliki peranan
srategis dan menpunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan

33

Sujana, Kedudukan Hukum..., 125.
Ibid...,. 111.

34

188

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

perlindugan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental,
sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang. Di dalam UUD-NKRI 1945
dinyatakan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Pengakuan
hukum dan keadilan meupakan salah satu syarat mutlat dalam mencapai tujuan
nasional. Tujuan nasional yang dimaksudkan adalah tegaknya Negara hukum yang di
jamin UUD-NKRI 1945 dalam proses hukum yamg adil (due proces of law), yakni
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil, serta perlakuan yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
(equality before the law).35

Perlindungan terhadap hak anak-hak asasi manusia/warga negara sebagai
bagian dari perlindungan hak-hak asasi bangsa dalam negara hukum Indonesia.
Secara implisit mencakup juga hak-hak asasi anak luar kawin sebagai manusia. Hal
ini berarti bahwa negara berkewajiban melindungi hak asasi anak luar kawin, atau
anak luar kawin berhak atas perlindungan hak-hak asasinya oleh negara. Ketentuan
hak asasi bagi anak luar kawin di dalam kedudukannya sebagia insan pribadi
(persoon) yang memilki dimensi khusus dalam kehidupannya. Selain tumbuh
kembangnya

memerlukan bantuan orang tua, faktor lingkungan juga memiliki

peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi kepribadian si anak, ketika
menyongsong fase kedewasaanya kelak. Anak juga sosok yang memikul tanggung
jawab dimasa yang akan datang, sehingga tidak berlebihan jika negara memberikan
perlindungan bagi anak-anak dari perlakuan-perlakuan yang dapat menghancurkan
masa depannya .
Hukum dibentuk untuk melindungi yang lemah, hukum memang bagian dari
produk politik kekuasaan dominan yang ada saat pembentukannya, namun secara
prinsip kehadiran kekuasaan tersebut tidaklah serta merta menggampangkan,
mengenyampingkan hak-hak rakyatnya. Di samping sebagai produk politik, hukum
berakar dan terbentuk dalam proses interaksi berbagai aspek kemasyarakatan seperti

35

Ibid..., 150.

189

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, keagamaan dan sebagainya, dibentuk dan
ikut membentuk tatanan masyarakat. Bentuknya di bentukkan oleh masyarakat
dengan berbagai sifatnya namun sekaligus ikut menentukan sifat masyarakat itu
sendiri. Begitu juga hakikat hukum keperdataan khususnya yang menyangkut status
hukum anak luar kawin beserta hak-hak keperdataannya

sudah semestinya di

tunjukkan untuk melindungi anak-anak yang lahir dari perkawinan, bukan saja
memberikan perlindungan kepada anak sah namun anak luar kawin pun sepatutnya di
akui keberadaannya. 36
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpatisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi. Demi terwujudnya anak indonesia yang berkaulitas,
beraklak mulia, dan sejahtera.37 Upaya perlindungan anak perlu dilaksanankan sedini
mungkin, yakni sejak dari jani dlam kandungan sampai anak berumur 18 tahun
(delapan bela) tahun.
Di dalam Undang-undang Kesejahteraan Anak, dinyatakan didalam ketentuan
Pasal 1 Ayat (1), yang menentukan :
a. Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang
dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara
rohani, jasmani maupun sosial.
b. Usaha kesejahteraan anak adalah uasaha kesejahteraan sosial yang ditujukan
untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya
kebutuhan pokok anak.
Dalam

menetapkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

perlindungan anak, pemerintah menyadarkan sejumlah asumsi dasar mengapa disusun
undang-undang ini. Di antaranya bahwa Negara Kesatuan Republik

Indonesia

menjamin kesejahteraan warga negaranya, termasuk perlindungan hak-hak anak yang
36
37

Ibid ..., h. 61.
IKAPI, Undang-undang ...., 4.

190

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

merupakan hak asasi manusia, bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang
Maha Esa. Yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia
seutuhnya, bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, memiliki peran strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus
yang menjamin keberlangsungan eksistensis bangsa dan negara pada masa depan,
bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia
perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu
dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan
memberikan

jaminan

terhadap

hak-haknya

serta

adanya

perlakuan

tanpa

diskriminasi.38
Konsep perlindungan hukum terhadap anak yang lahir dari perkawinan siri
(anak luar kawin) yang dilakukan pasangan laki-laki dengan wanita di mana si lakilaki masih terikat dengan perkawinan yang sah dengan isterinya. Perlindungan
hukum tersebut yaitu perlindungan hukum secara preventif dan perlindungan hukum
secara refresif.
a. Perlindungan hukum secara preventif yaitu sebagai perlindungan terhadap
hak-hak normatif yang diberikan oleh Negara terhadap anak luar kawin yang
lahir dari perkawinan siri yang dilakukan oleh seorang laki-laki sebagai ayah
biologisnya yang masih terikat dengan tali perkawinan sah dengan isterinya.
Pengakuan terhadap anak luar kawin lebih menitik beratkan pada pengakuan
terhadap status hukumnya sehingga hal ini adalah implementasi kongkrit atas
pemenuhan hak-hak normatif bagi anak luar kawin tersebut, baik dalam hal
memperoleh hak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang,
berpatisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

38

Muladi,Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum
Islam dan Masyarakat, (Bandung: PT. Grafika Aditama,2009), 222.

191

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

b. Sedangkan

perlindungan

hukum

secara

refresif

dimaknai

sebagai

perlindungan hukum terhadap hak-hak anak di luar kawin yang lahir sebagai
akibat dari perkawinan siri yang dilakukan oleh ayah biologisnya yang masih
terikat tali perkawinan sah dengan isterinya, untuk mempertahankan atau
membela hak-hak normatif yang dimilikinya ketika terjadi perselisihan antara
ibu kandungnya dengan ayah biologisnya yang melakukan perkawinan siri
tersebut.39
Undang-undang perlindungan anak menegaskan bahwa pertanggung jawaban
orang tua, keluarga masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan lembaga negara
merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi
terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan
terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental,
spritual maupun sosial, tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan
terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh,
memilki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai pancasila, serta
berkemampuan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan negara.40
Dalam Undang-undang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa Negara dan
Pemerintah Berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak
asasi anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,
budaya dan bahasa, status anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan mental
(Pasal 21). Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan
anak, misalnya sekolah, lapamgan bermain, lapangan olah raga, rumah ibadah, balai
kesehatan, gedung kesenian, tempat rekreasi, ruang menyusui, tempat penitipan anak,
dan rumah tahanan khusus anak (Pasal 22). Negara dan pemerintah menjamin
perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan
kewajiban orang tua, wali atau oran lain yang secara hukum bertanggung jawab
39
40

Sujana, Kedudukan Hukum..., 125.
Muliadi, Hak Asasi.... 233.

192

Aminah, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak..

terhadap anak (Pasal 23 ayat 1). Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan
dan perlindungan anak (ayat 2). Negara dan pemerintah menjamin anak
menpergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan
tingkat kecerdasan anak (Pasal (24).41
Dalam teori perlindungan anak, maka dapat dikemukakan bahwa anak-anak
yang terlahir ke dunia ini patut diberikan hak-haknya secara maksimal dengan tanpa
melakukan diskriminasi.