PENERAPAN METODE PROMETHEE DALAM MENENTU
PENERAPAN METODE PROMETHEE DALAM
MENENTUKAN PRIORITAS PINJAMAN KREDIT
PEMILIKAN RUMAH (KPR IB) KEPADA NASABAH
DEBITUR
(STUDI KASUS BANK BRISYARIAH CABANG SIDOARJO)
Fahroni Hadi Prabowo1)
1) S1 / Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer
Surabaya, email : rony_2405@yahoo.com
Abstract : BRISyariah is a subsidiary of Bank Rakyat Indonesia, which will serve the banking needs of
the people of Indonesia by using the principles of sharia. BRI Syariah is committed to advancement of business
and customer satisfaction that most customer are small and middle-economic class. Along with the development
needs of customer, clients often need financial support, especially to buy the primary needs of human beings
who form the board or housing. An increasing number of debtors if not managed properly will cause problems,
especially non-performing loans (loans that are not paid by the debtor). The existence of non-performing loans
will cause a reduction in the amount of credit funds can be channeled in the next debtor. For that as service
providers, BRISyariah should be able to organize themselves for cash credit loan can minimize the existing risk.
Selection of incorrect debtor may hamper the smooth process of rotating funds and will result in non-performing
loans (loans that are not paid by the debtor) on BRISyariah. This can disrupt the smooth process of funds to be
disbursed to other debtors. For that as service providers, BRISyariah should be able to manage their own credit
for cash loans to minimize the existing risk. Selection of debitors submitting inaccurate credit can hamper the
smooth process of rotating funds and will result in non-performing loans (loans that are not paid by the debitors)
in BRISyariah. This problem disturbs the smooth process to give credits to another debitors. Now a days,
BRISyariah needs a system which can give an alternative to choose the best debitor submitting credit in
BRISyariah. It’s because of BRISyariah still select the best debitor submitting credit manually and there are
many criteria to choose the debitors. The utilization of Decision Support System for Priority Determination of
Credit Loan Customers in BRISyariah using Promethee Method in BRISyariah can solve that problem. This
decision support system gives the best alternative from the list of debitors in accordance with criteria established
by BRISyariah. Based on the results of experiments performed can be concluded that the debtor's best ranking
period March 2011 to Erna (AO1) is Siti Rahayu, Dionaro, Santoso, for Miko (AO2) is Irfan Bachdim, Aura
Kasih, Parto and for Wawan (AO3) is Sadar, Fredy Haris, Pandu Kartiko.
Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh
Bank Rakyat
Indonesia,
pada
tanggal 19
BRISyariah merupakan anak perusahaan
dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani
Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan
kebutuhan
perolehan ijin dari Bank Indonesia untuk
dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah.
mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari
BRISyariah memiliki komitmen untuk kemajuan
bank umum konvensional menjadi bank umum
usaha dan kepuasan nasabahnya yang sebagian
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
besar nasabah merupakan golongan ekonomi
prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008,
kecil
maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi
berkembangnya kebutuhan nasabah, sering kali
nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian
para nasabah memerlukan dukungan finansial
disebut dengan nama BRISyariah atau biasa
terutama untuk membeli kebutuhan primer
disebut BRIS) pada tanggal 17 November 2008.
manusia yang berupa papan atau perumahan.
dan
perbankan
masyarakat
menengah.
Seiring
Indonesia
dengan
1
Untuk mengakomodasikan kebutuhan nasabah
jaminan rendah (BPKB mobil) dengan calon
ini, BRISyariah memberikan program kredit
debitur
dengan sistem Murobahah, yakni pembiayaan
memberikan jaminan tinggi (sertifikat rumah)
berakad jual beli. Pembiayaan Murabahah
pasti akan mempunyai resiko (bobot) yang
(MBA) adalah pembiayaan yang pada dasarnya
berbeda dari segi waktu dan segi keamanan. Dari
merupakan kesepakatan antara Bank Islam
segi keamanan calon debitur yang bekerja di
sebagai pemberi modal dan nasabah (debitur)
Instansi Pemerintahan lebih beresiko dari pada
sebagai peminjam (Muhammad, 2002:102). Bank
calon debitur berwiraswasta kecil. Karena dari
akan membelikan barang yang dibutuhkan
kemungkinan
pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke
ataupun ketidak sanggupan melunasi tagihan
pengguna dan sistem ini tidak berbunga, sehingga
yang ada maka ada jaminan yang cukup untuk
dapat menarik minat nasabah untuk mengajukan
menganti kas yang telah dikeluarkan BRISyariah
kredit.
untuk memberikan pinjaman kredit. Sedangkan
yang
berwiraswasta
penundaan
kecil
pelunasan
tapi
cicilan
Peningkatan jumlah debitur ini jika tidak
sebaliknya dari segi waktu, calon debitur
dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah
berwiraswasta kecil lebih beresiko dari pada
terutama kredit macet (kredit yang tidak dibayar
calon
oleh
akan
Pemerintahan karena sudah adanya penghasilan
menyebabkan berkurangnya jumlah dana kredit
tetap perbulan yang dapat digunakan untuk
yang dapat disalurkan pada debitur berikutnya.
melunasi cicilan atau tagihan kredit.
debitur).
Adanya
kredit
macet
debitur
yang
bekerja
di
Instansi
Untuk itu sebagai penyedia jasa, BRISyariah
Banyaknya staf Account Officer (AO)
harus dapat mengatur kas pinjaman kreditnya
dan terbatasnya dana yang dialokasikan dalam
sendiri agar dapat meminimalisasi resiko – resiko
kredit pinjaman maka akan muncul permasalahan
yang ada.
dimana prioritas dalam pemberian pinjaman
Ada
beberapa
dapat
kredit harus dipertimbangkan, karena penilaiaan
menanggulangi permasalahan kredit macet yang
kelayakan dari AO yang satu berbeda dengan AO
terjadi,
atau
yang lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem
menentukan calon debitur yang lancar pada saat
yang dapat mengurutkan prioritas pemberian
proses pelunasaan tagihan pinjaman kredit,
pinjaman kredit yang mencakup seluruh analisis
sehingga proses jalannya kas untuk peminjaman
dari semua AO yang ada.
antara
lain
solusi
dengan
yang
memilih
kredit dapat berputar sesuai yang diharapkan.
Dengan perkembangan teknologi IT pada
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan
saat ini, maka permasalahan yang dihadapi oleh
dalam
untuk
BRISyariah diatas dapat dipecahkan dengan
faktor
menentukan nasabah yang tepat untuk diberi
penentuan kriteria dalam menetukan prioritas
kredit untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR),
peminjaman kredit, misal ada calon debitur yang
sehingga dibutuhkan suatu metode yang dapat
bekerja di Instansi Pemerintahan memberikan
memecahkan permasalahan penentuan rangking
menentukan
mendapatkan
calon
pinjaman,
debitur
antara
lain
2
berdasarkan pada kriteria yang bervariasi dari
2.
Definisi tujuan.
tiap nasabah. Salah satu metode penentuan
3.
Spesifikasi kriteria yang relevan untuk
rangking dalam Multi Criteria Desicion Making
mengidentifikasi tujuan diinginkan dan
(MCDM) adalah metode Promethee.
tidak diinginkan.
Promethee
digunakan
karena
4.
kesederhanaan, kejelasan, dan kestabilan untuk
penentuan urutan (prioritas) dalam analisis
Menciptakan
dan
mengidentifikasi
alternatif yang mungkin.
5.
Mencoba alternatif pilihan yang ada,
multikriteria pengajuan kredit yang sesuai dengan
apakah sudah mampu memenuhi tujuan
kriteria-kriteria yang ditentukan oleh pihak
yang akan dicapai.
BRISyariah. Dugaan dari dominasi kriteria yang
6.
digunakan dalam Promethee adalah penggunaan
nilai dalam hubungan outranking. (Suryadi,
Menganalisa dampak alternatif pilihan
yang ada.
7.
Menimbang
dan
mengurutkan
dari
1998:147). Adanya aplikasi ini diharapkan dapat
alternatif pilihan sesuai dengan preferensi
membantu AO dalam menentukan calon debitur
pengambil keputusan.
yang tepat untuk diberi kucuran dana kredit oleh
Preference Ranking Organization Method for
Bank BRISyariah cabang Sidoarjo.
Enrichment Evaluation
Promethee adalah satu dari beberapa
LANDASAN TEORI
metode penentuan urutan atau prioritas dalam
Multi Criteria Decision Making
Menurut Nachtnebel oleh Ziller et. al.
(2008:1), MCDM bertujuan memilih alternatif
terbaik dari suatu set alternatif yang harus
memenuhi beberapa tujuan yang telah memilki
beberapa
kriteria.
Serta
sebagaimana
yang
dikemukakan Howard oleh Ziller et. al. (2008:1),
MCDM
sebagai
mengubah
suatu
kompleks
dengan
tertentu
yang
prosedur
keputusan
dapat
urutan
sistematis
untuk
masalah
yang
langkah-langkah
membantu
pengambil
keputusan dalam sebuah keputusan yang rasional.
MCDM memiliki beberapa langkah
proses. Menurut Jung oleh Ziller et. al. (2008:1),
mengusulkan proses sebagai berikut:
1.
Membangun model untuk menjelaskan
sistem testruktur, komponen, dan interaksi
antar kriteria.
analisis multikriteria. Metode ini dikenal sebagai
metode yang efisien dan simple, tetapi juga yang
mudah diterapkan dibanding dengan metode lain
untuk
menuntaskan
masalah
multikriteria.
Metode ini mampu mengakomodir kriteria
pemilihan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Masalah
utamanya
adalah
kesederhanaan,
kejelasan dan kestabilan. Dugaan dari dominasi
kriteria yang digunakan dalam Promethee adalah
penggunaan nilai dalam hubungan outranking.
Menurut Hunjak (1997:161), masalah pembuatan
keputusan dengan multikriteria dapat dituliskan
sebagai berikut
Max{f1(a),f2(a),…,fk(a)...............
: a A ....... (1)
Jika A adalah set dari alternatif pilihan
yang mungkin terjadi, f1, f2, ..., fk adalah kriteria
3
yang mana telah dievaluasi sebelumnya. Apabila
3.
Analisis keputusan
semua kriteria memiliki tingkat kepentingan yang
Metode promethee I memberikan sebuah
tidak sama, pembobotannya dapat ditandai
peringkat sebagian dari set A. Informasi
dengan w1,w2, ..., wk. Data dasar untuk evaluasi
akan
dengan metode Promethee disajikan pada Tabel
tandingan juga telah diberikan. Metode
1.
promethee II akan memberikan peringkat
Tabel 1. Data Evaluasi
f1(.)
f2(.)
w1
w2
f1
f2
(a1)
(a1)
f1
f2
(a2)
(a2)
..
..
wj
yang
tidak
memiliki
yang komplit dari set A.
fj(.)
...
alternatif
fk(.)
...
Promethee I
Promethee I adalah peringkat sebagian
wk
dimana nilai terbesar pada leaving flow dan nilai
a1
a2
..
...
...
Fj
(a1)
Fj
(a2)
..
..
...
...
..
Fk
(a1)
kecil dari entering flow merupakan alternatif
yang terbaik.
Fk
(a2)
..
Promethee
an
f1
f2
(ai)
(ai)
f1
f2
(an)
(an)
Fj
...
...
(ai)
Fj
(an)
...
...
Fk
(ai)
Fk
(an)
(Sumber: Hunjak (1997:161))
Menurut Hunjak (1997:167), promethee
dapat dijelaskan dalam tiga tahapan:
1.
Mengumpulkan semua struktur preferensi
Memaparkan kriteria yang dijadikan untuk
mendapatkan pertimbangan dari rentang
deviasi dalam penilaian sebuah altenatif
dari tiap kriteria yang ada.
2.
Mengumpulkan relasi yang dominan
Relasi outrangking dibuat sesuai dengan
estimasi dari alternatif dari semua kriteria.
menampilkan
partial
rangking (PI, II, RI) dengan mempertimbangkan
interseksi dari dua preorder.
Partial
ai
I
pembuat
rangking
keputusan,
pengambilan
untuk
keputusan
dihadapinya.
Dengan
I
Promethee
ditujukan kepada
masih
membantu
masalah
yang
menggunakan
metode
menyisakan
bentuk
incomparible atau dengan kata lain hanya
menghasilkan solusi partial rangking (sebagian).
Jika pembuat keputusan menginginkan solusi
komplit
maka
hendaknya
menggunakan
promethee II (Hunjak, 1997:169).
Promethee II
Dalam kasus complete rangking dalam
K adalah penghindaran dari bentuk incomparible,
Promethee II complete preorder (PII , III)
disajikan dalam bentuk net flow. Melalui
complete rangking, informasi bagi pembuat
Total tingkatan dari preferensi adalah suatu
keputusan lebih realistik karena dapat membuat
alternatif yang mana mendominasi dari
perbandingan terhadap semua alternatif yang
hitungan untuk masing-masing pasangan
muncul (Hunjak, 1997:169).
alternatif yang lain.
4
3. Parameter (q) : Harus merupakan nilai yang
Rekomendasi
Fungsi
Preferensi
tetap
Untuk
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
Keperluan Kriteria
Guna memberikan gambaran yang lebih
disajikan pada Gambar 2.
baik terhadap area yang tidak sama digunakan
fungsi selisih nilai kriteria antar alternatif H (d)
dimana hal ini mempunyai hubungan langsung
dengan fungsi preferensi P. Dalam promethee
disajikan 6 (enam) fungsi preferensi kriteria
(Chou, 2004:53).
Gambar 2. Kriteria Quasi (Chou, 2004:53)
1.
Kriteria Biasa (Usual Criterion)
3.
Kriteria Preferensi Linier
.........................(2)
..............(4)
Keterangan :
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
Keterangan :
2. d : Selisih nilai kriteria {d = f (a) – f (b)}
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
2. d : Selisih nilai kriteria {d = f (a) – f (b)}
3. p: Nilai kecenderungan atas
disajikan pada Gambar 1.
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
disajikan pada Gambar 3.
Gambar 1. Kriteria Biasa (Chou, 2004:53)
Gambar 3. Kriteria Preferensi Linier (Chou,
2004:53)
2.
Kriteria Quasi (Quasi Criterion)
4.
Kriteria Level
..................(5)
........................(3)
Keterangan :
Keterangan
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
2. d : Selisih nilai kriteria {d = f (a) – f (b)}
2. p : Nilai kecenderungan atas
5
3. Parameter (q) : Harus merupakan nilai yang
6.
Kriteria Gaussian (Gaussian Criterion)
tetap.
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
..................(7)
disajikan pada Gambar 4.
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
disajikan pada Gambar 2.6.
Gambar 4. Kriteria Level (Chou, 2004:53)
5.
Kriteria Preferensi Linier dan area yang
Gambar 6. Kriteria Level (Chou, 2004:53)
Desain Arsitektur
tidak berbeda
Input
Data Debitur
> Persyaratan Debitur
> Data kriteria yang
mempengaruhi pemilihan
debitur.
Proses prioritas pemilihan
debitur menggunakan
metode Promethee
Output
Input
............(6)
Keterangan:
Prioritas Alternatif
Debitur yang
memungkinkan dipilih
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
2. d : Selisih nilai Kriteria {d=f(a) – f(b)}
3. Parameter (p) : nilai kecenderungan atas.
Gambar 7. Desain Arsitektur Penentuan Prioritas
Pemilihan Debitur
4. Parameter (q) : Harus merupakan nilai yang
Desain arsitektur dari sistem penentuan
tetap
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
disajikan pada Gambar 5 di halaman 6.
urutan prioritas dalam pemberian pinjaman
Kredit Pemilikan Rumah (KPR iB) kepada
nasabah
debitur
Bank
BRISyariah
cabang
Sidoarjo menjelaskan rekap data alternatif debitur
dan rekap data kriteria yang mempengaruhi
pemilihan
debitur
menggunakan
BRISyariah.
metode
Diproses
promethee
untuk
menghasilkan prioritas alternatif debitur yang
terbaik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 5. Kriteria Preferensi Linier dan
area yang tidak berbeda
(Chou,2004:53)
Proses
pembobotan
dengan
promethee
menghasilkan suatu nilai perangkingan dari
6
alternatif pilihan debitur yang memungkinkan
dan Gambar 11. Pada proses perangkingan
untuk dipilih.
terdapat proses manipulasi data yaitu proses
External
yang
entity
berhubungan
dengan proses sistem penentuan urutan prioritas
penyimpanan
data
perangkingan
dan
membatalkan proses perhitungan bobot.
dalam pemberian pinjaman Kredit Pemilikan
Rumah (KPR iB) kepada nasabah debitur Bank
BRISyariah cabang Sidoarjo dengan menerapkan
metode Promethee. Terdapat 3 (tiga) external
entity yaitu: Debitur, Financing Review Support
Group (FRSG) dan Komite Pembiayaan. Seperti
pada Gambar 8. Tanda panah menuju ke sistem
menunjukan aliran data yang diberikan oleh
external entity kepada sistem, sedangkan tanda
panah dari sistem
menuju
external
entity
menunjukan aliran data yang diberikan oleh
sistem kepada external entity.
Gambar 9. Form Perangkingan I
Data Pembiayaan Lainnya
Data Pengelu aran
Data Penghasilan
Data Pembiayaan
Data Pekerjaan
Debitur
Data Pasangan Penjamin
Data KPR
Data Nasabah Debitur
0
Data Kriteria
Data Pencair an Pembiayaan
Data Kriteria
Data Legal Revie w
Pemilihan Nasabah Debitur
BRI Syariah menggunakan
Metode Promethee
Data Appriaisal
Data Pencair an Pembiayaan
Financing
Review and
Support Group
(FRSG)
Data BI Checking
Data Persetujuan Pembiayaan
+
Data Appriaisal
Data Pencair an Pembiayaan
Laporan Pencair an Pembiayaan
Komite
Pembiayaan
Gambar 8. Context Diagram
Gambar 10. Form Perangkingan II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perangkingan
Form perangkingan digunakan untuk
menghitung bobot dari tiap alternatif debitur
yang telah tersimpan kemudian merangking dari
tiap alternatif debitur menggunakan metode
promethee. Seperti pada Gambar 9, Gambar 10
7
pencetakan laporan digunakan untuk melihat
hasil siapa Debitur yang terbaik dan urutan
alternatif Debitur yang sesuai dengan perhitungan
bobot dan perangkingan. Pada proses mencetak
laporan terdapat tampilan dari Debitur terbaik
yang sesuai dari AO yang dipilih. Proses laporan
untuk menghasilkan laporan yang mana diambil
dari database kemudian ditampilkan dalam form
melalui crystal report.
Gambar 11. Form Perangkingan III
Hasil Perangkingan
Form hasil perangkingan digunakan
untuk melihat hasil dari perhitungan bobot dan
perangkingan alternatif debitur terbaik yang telah
disimpan sebelumnya. Seperti pada Gambar 12.
Pada proses hasil perangkingan terdapat tampilan
dari debitur obat terbaik yang sesuai dari Account
Officer (AO) yang dipilih.
Gambar 13. Form Laporan Debitur Terpilih
Gambar 12. Form Hasil Perangkingan
Laporan Debitur
Laporan tentang Debitur terdiri dari
laporan Debitur Terpilih, laporan Debitur dan
Gambar 14. Form Laporan Debitur
laporan rekap Debitur Terpilih. Gambar 13,
Gambar 14 dan Gambar 15 merupakan form
8
Perhitungan Sistem
Analisa hasil uji coba dilakukan untuk
menguji kinerja sistem untuk pencarian debitur
yang terbaik berdasarkan perhitungan bobot dan
perangkingan. Tujuan analisa hasil uji coba ini
untuk mencari keakuratan kinerja sistem dalam
proses perhitungan menggunakan promethee.
Sebagai contoh kasus, berikut ini perbandingan
perhitungan manual dengan hasil perhitungan
aplikasi untuk penentuan alternatif debitur dari
Erna yaitu sebagai Account Officer 1 (AO1)
untuk periode pemilihan debitur bulan Maret
Gambar 15. Form Laporan Rekap Debitur
2011.
Sebelum
melakukan
perhitungan
Analisa Hasil Uji Coba Sistem
menggunakan promethee akan ditetapkan nilai
Fitur Dasar Sistem
bobot detil dari kriteria kualitatif yang bertipe
Analisa hasil uji coba dari keseluruhan
uji yang dilakukan akan menentukan kelayakan
dari fitur dasar sistem berdasarkan desain yang
telah dibuat. Fitur-fitur dasar sistem disebut layak
apabila keseluruhan hasil uji coba ini sesuai
dengan output yang diharapkan. Pada uji coba
level.
Tabel 2. Data Skoring Detil Kriteria
Nama
Nilai
Nilai
Nilai
Detil
Detil
Bobot
Skoring
10
Bagus
100
0,9
Jelek
0
0,09
1
Total
11
yang telah dilakukan pada fitur-fitur dasar sistem
seperti yang telah diuji dapat disimpulkan
bahwasannya fitur-fitur dasar tersebut telah
berjalan dengan baik dan tidak terdapat error .
Fungsi-fungsi tambah data, ubah data, simpan
maupun tampil dapat berjalan sebagaimana alur
yang akan dicapai.
Validasi Sistem
Analisa hasil uji coba validasi sistem
dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa
bahwa proses-proses utama dalam sistem dengan
masukan keseluruhan data yang ada telah
berjalan sebagaimana mestinya.
Tabel 3. Data Skoring Detil Kriteria
Nama
Nilai
Nilai
Nilai Skoring
Detil
Detil
Bobot
0,56
Bagus
100
10
Cukup
60
0,33
6
Kurang
20
0,11
2
Total
18
Tabel 4. Data Skoring Detil Kriteria
Nama
Detil
Bagus
Cukup
Kurang
Jelek
Nilai
Detil
100
70
20
0
Total
Nilai
Bobot
0,5
0,35
0,1
0,05
Nilai Skoring
10
7
2
1
20
9
Tabel 5. Data Skoring Detil Kriteria
Nama
Detil
Bagus
Cukup
Bagus
Cukup
Kurang
Jelek
21. Kriteria
Rasio
Pembiayaan
Terhadap
Nilai
Detil
100
Nilai
Bobot
0,37
Nilai
Skoring
10
80
0,29
8
alternatif debitur dan merupakan data awal dari
60
20
0
Total
0,22
0,07
0,03
6
2
1
27
perhitungan metode Promethee.
Agunan
Berikut adalah tabel nilai kualitatif
Tabel 6. Tabel Nilai Kualitatif Alternatif
Debitur
Adapun kriteria yang digunakan pada
Krit
penentuan alternatif debitur adalah sebagai
Min
U1
U2
U3
U4
Tipe
Max
berikut :
f1(.)
Max
0,35 0,10 0,35 0,35
IV
1. Kriteria Umur
f2(.)
Max
0,37 0,37 0,07 0,37
IV
f3(.)
Max
0,35 0,35 0,35 0,50
IV
f4(.)
Max
0,91 0,91 0,91 0,91
IV
f5(.)
Max
0,50 0,05 0,05 0,05
IV
6. Kriteria Lama Tinggal di Rumah Saat Ini
f6(.)
Max
0,50 0,50 0,50 0,35
IV
7. Kriteria Jenis Perusahaan
f7(.)
Max
0,33 0,11 0,11 0,33
IV
8. Kriteria Posisi Jabatan
f8(.)
Max
0,11 0,11 0,56 0,33
IV
9.
Kriteria Lama Bekerja di Tempat Kerja
f9(.)
Max
0,56 0,11 0,56 0,33
IV
Sekarang
f10(.)
Max
0,05 0,05 0,10 0,50
IV
f11(.)
Max
0,50 0,10 0,35 0,05
IV
f12(.)
Max
0,33 0,11 0,33 0,33
IV
f13(.)
Max
0,56 0,11 0,33 0,11
IV
f14(.)
Max
0,56 0,56 0,56 0,56
IV
f15(.)
Max
0,56 0,56 0,56 0,56
IV
f16(.)
Min
0,33 0,33 0,33 0,33
IV
f17(.)
Min
0,50 0,10 0,05 0,50
IV
f18(.)
Max
0,05 0,10 0,35 0,50
IV
f19(.)
Min
0,35 0,35 0,35 0,35
IV
f20(.)
Max
0,05 0,10 0,35 0,05
IV
f21(.)
Min
0,50 0,35 0,35 0,05
IV
2. Kriteria Status Perkawinan
3. Kriteria Tingkat Pendidikan
4. Kriteria Validitas Alamat Tempat Tinggal
5. Kriteria Kepemilikan Rumah Tinggal
10. Kriteria Pendapatan Per Bulan
11. Kriteria Rekening Bank
12. Kriteria Rata-Rata Saldo Per Bulan
13. Kriteria Track Record Pembayaran
Angsuran Pembiayaan
14. Kriteria
Track
Record
Checking/Kolektibilitas
15. Kriteria Referensi
16. Kriteria Jangka Waktu Pembiayaan
17. Kriteria Rasio Pengembalian
BI
18. Kriteria Rekomendasi Appriaisal
19. Kriteria Luas Bangunan
20. Kriteria Tujuan Dari Pembiayaan KPR
10
Keterangan:
8.
U8 = Parto
A.
Kriteria
9.
U9 = Samiaji
1.
f1(.) = Umur
10.
U10 = Pandu Kartiko
2.
f2(.) = Status Perkawinan
11.
U11 = Fredy Haris
3.
f3(.) = Tingkat Pendidikan
12.
U12 = Sadar
4.
f4(.) = Validitas Alamat Tempat Tinggal
5.
f5(.) = Kepemilikan Rumah Tinggal
C.
Tipe Preferensi Kriteria
6.
f6(.) = Lama Tinggal di Rumah Saat Ini
1.
Tipe IV = Kriteria Level.
7.
f7(.) = Jenis Perusahaan
8.
f8(.) = Posisi Jabatan
9.
f9(.) = Lama Bekerja di Tempat Kerja
contoh kasus penentuan alternatif debitur untuk
Sekarang
Erna (AO1).
Berikut perhitungan nilai treshold untuk
10.
f10(.) = Pendapatan Per Bulan
11.
f11(.) = Rekening Bank
12.
f12(.) = Rata-Rata Saldo Per Bulan
13.
f13(.)
=
Track
1. Untuk f1(.)
v = 0, q = 0, p = 0
Pembayaran
Record
v = 0, q = 0, p = 0
Angsuran Pembiayaan
14.
f14(.)
=
Track
Record
BI
Checking/Kolektibilitas
15.
f15(.) = Referensi
16.
f16(.) = Jangka Waktu Pembiayaan
17.
f17(.) = Rasio Pengembalian
18.
f18(.) = Rekomendasi Appriaisal
19.
f19(.) = Luas Bangunan
20.
f20(.) = Tujuan Dari Pembiayaan KPR
21.
f21(.) = Rasio Pembiayaan Terhadap
Agunan
B.
Alternatif Debitur
1.
U1 = Siti Rahayu.
2.
U2 = Deden Hidayat.
3.
U3 = Dionaro.
4.
U4 = Santoso.
5.
U5 = Irfan Bachdim
6.
U6 = Aura Kasih
7.
U7 = Eross Chandra
2. Untuk f2(.)
3. Untuk f3(.)
v = 0.15, q = 0.0375, p = 0.1125
4. Untuk f4(.)
v = 0, q = 0, p = 0
5. Untuk f5(.)
v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375
6. Untuk f6(.)
v = 0, q = 0 , p = 0
7. Untuk f7(.)
v = 0.22, q = 0.055, p = 0.165
8. Untuk f8(.)
v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375
9. Untuk f9(.)
v = 0.23, q = 0.0575, p = 0.1725
10. Untuk f10(.)
v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375
11. Untuk f11(.)
v = 0.4, q = 0.1, p = 0.3
11
12. Untuk f12(.)
Langkah ketiga yaitu menghitung nilai
v = 0, q = 0, p = 0
arah preferensi. Dengan membagi jumlah matriks
13. Untuk f13(.)
hasil nilai preferensi dengan jumlah kriteria,
v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375
dimana hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7.
14. Untuk f14(.)
Tabel 7. Tabel Nilai Arah Preferensi
v = 0, q = 0, p = 0
Alt
A1
A2
A3
A4
15. Untuk f15(.)
v = 0, q = 0, p = 0
16. Untuk f16(.)
A1
0
0
0.1905
0.1905
A2
0.3333
0
0.4286
0.381
A3
0.2381
0.0476
0
0.2381
A4
0.2381
0.0952
0.2857
0
v = 0, q = 0, p = 0
17. Untuk f17(.)
Langkah
v = 0.4, q = 0.1, p = 0.3
keempat
yaitu
dengan
menghitung dan merangking nilai Leaving Flow
18. Untuk f18(.)
dan
v = 0.4, q = 0.1, p = 0.3
nilai
Entering
Flow
kemudian
mengurutkannya berdasarkan rangking. Dimana
19. Untuk f19(.)
hasilnya dapat disimpulkan bahwa debitur terbaik
v = 0, q = 0, p = 0
untuk AO1. periode perangkingan Maret 2011
20. Untuk f20(.)
adalah Siti Rahayu, Dionaro,
v = 0.3, q = 0.075, p = 0.225
dan
Santoso.
Terdapat pada Gambar 23.
21. Untuk f21(.)
v = 0.15, q = 0.0375, p = 0.1125
Langkah kedua yaitu menghitung nilai
preferensi
antar
alternatif
dengan
membandingkan satu alternatif dengan alternatif
yang lain. Cara ini dilakukan sebanyak (n*(n-1))
/2 kali dengan n adalah jumlah alternatif. Berikut
perhitungan nilai preferensi untuk contoh kasus
penentuan alternatif debitur untuk Erna (AO1).
Terdapat pada Gambar 22.
Gambar 17. Hasil Perhitungan Rangking
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
pembuatan Sistem Penentuan Prioritas Pemilihan
Debitur
BRISyariah
cabang
Sidoarjo
Menggunakan Metode Promethee ini, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem Penentuan Prioritas Pemilihan Debitur
Gambar 16. Perhitungan Nilai Preferensi
ini mampu menghasilkan alternatif nasabah
12
debitur terbaik sesuai dengan perhitungan
metode Promethee.
DAFTAR RUJUKAN
2. Perhitungan dan pembobotan menggunakan
metode
mampu
promethee
diimplementasikan dengan baik pada Sistem
Penentuan Prioritas Pemilihan Debitur pada
Bank BRISyariah cabang Sidoarjo.
3. Metode
Promethee
dapat
menghitung
pembobotan dan perangkingan dalam kasus
pemilihan debitur dengan multikriteria.
4. Dari hasil uji coba sistem dapat membuat
keputusan debitur terbaik untuk Erna Account
Officer 1 (AO1) session Maret 2011 ialah
nasabah debitur Siti Rahayu, Dionaro dan
Santoso. Miko Account Officer 2 (AO2)
session Maret 2011 ialah nasabah debitur
Chou, Tien-Yin, Wen-Tzu Lin, Chao-Yuan Lin,
Wen-Chieh Chou and Pi-Hui Huang,
2004, Application of The Promethee
Technique to determine depression
outlet location and flow direction in
DEM,
Departments
of
land
management, Feng-Chia University,
Taiwan.
Hunjak,
Tihomir,
1997,
Mathematical
foundations of the methods for
multicriterial
decison
making,
Mathematical Communications, -, -.
Suryadi K. dan M. A Ramdhani, 1998, Sistem
Pendukung Keputusan, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Ziller, Annette, Michaela Wörndl, and Andrea
Bichler, 2008, Multi criteria decision
making June 2008 2.doc, -, -.
Irfan Bachdim, Aura Kasih dan Parto.
Wawan Account Officer 3 (AO3) session
Maret 2011 ialah nasabah debitur Sadar,
Fredy Haris dan Pandu Kartiko.
SARAN
Adapun
saran-saran
yang
dapat
digunakan untuk mengembangkan aplikasi yang
telah dibuat adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem terintegrasi antar
bagian pada Bank BRISyariah di seluruh
Indonesia dengan Aplikasi Web sehingga
proses bisnis yang terjadi di BRISyariah lebih
efektif dan efisien.
2. Dengan beragamnya data yang terjadi di
lapangan memungkinkan terjadinya varian
data yang menyimpang dari metode yang
digunakan. Untuk itu aplikasi ini dapat pula
dikembangkan untuk dapat lebih menunjang
berbagai jenis varian data dan menggunakan
metode yang lebih beragam pula.
13
MENENTUKAN PRIORITAS PINJAMAN KREDIT
PEMILIKAN RUMAH (KPR IB) KEPADA NASABAH
DEBITUR
(STUDI KASUS BANK BRISYARIAH CABANG SIDOARJO)
Fahroni Hadi Prabowo1)
1) S1 / Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer
Surabaya, email : rony_2405@yahoo.com
Abstract : BRISyariah is a subsidiary of Bank Rakyat Indonesia, which will serve the banking needs of
the people of Indonesia by using the principles of sharia. BRI Syariah is committed to advancement of business
and customer satisfaction that most customer are small and middle-economic class. Along with the development
needs of customer, clients often need financial support, especially to buy the primary needs of human beings
who form the board or housing. An increasing number of debtors if not managed properly will cause problems,
especially non-performing loans (loans that are not paid by the debtor). The existence of non-performing loans
will cause a reduction in the amount of credit funds can be channeled in the next debtor. For that as service
providers, BRISyariah should be able to organize themselves for cash credit loan can minimize the existing risk.
Selection of incorrect debtor may hamper the smooth process of rotating funds and will result in non-performing
loans (loans that are not paid by the debtor) on BRISyariah. This can disrupt the smooth process of funds to be
disbursed to other debtors. For that as service providers, BRISyariah should be able to manage their own credit
for cash loans to minimize the existing risk. Selection of debitors submitting inaccurate credit can hamper the
smooth process of rotating funds and will result in non-performing loans (loans that are not paid by the debitors)
in BRISyariah. This problem disturbs the smooth process to give credits to another debitors. Now a days,
BRISyariah needs a system which can give an alternative to choose the best debitor submitting credit in
BRISyariah. It’s because of BRISyariah still select the best debitor submitting credit manually and there are
many criteria to choose the debitors. The utilization of Decision Support System for Priority Determination of
Credit Loan Customers in BRISyariah using Promethee Method in BRISyariah can solve that problem. This
decision support system gives the best alternative from the list of debitors in accordance with criteria established
by BRISyariah. Based on the results of experiments performed can be concluded that the debtor's best ranking
period March 2011 to Erna (AO1) is Siti Rahayu, Dionaro, Santoso, for Miko (AO2) is Irfan Bachdim, Aura
Kasih, Parto and for Wawan (AO3) is Sadar, Fredy Haris, Pandu Kartiko.
Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh
Bank Rakyat
Indonesia,
pada
tanggal 19
BRISyariah merupakan anak perusahaan
dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani
Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan
kebutuhan
perolehan ijin dari Bank Indonesia untuk
dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah.
mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari
BRISyariah memiliki komitmen untuk kemajuan
bank umum konvensional menjadi bank umum
usaha dan kepuasan nasabahnya yang sebagian
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
besar nasabah merupakan golongan ekonomi
prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008,
kecil
maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi
berkembangnya kebutuhan nasabah, sering kali
nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian
para nasabah memerlukan dukungan finansial
disebut dengan nama BRISyariah atau biasa
terutama untuk membeli kebutuhan primer
disebut BRIS) pada tanggal 17 November 2008.
manusia yang berupa papan atau perumahan.
dan
perbankan
masyarakat
menengah.
Seiring
Indonesia
dengan
1
Untuk mengakomodasikan kebutuhan nasabah
jaminan rendah (BPKB mobil) dengan calon
ini, BRISyariah memberikan program kredit
debitur
dengan sistem Murobahah, yakni pembiayaan
memberikan jaminan tinggi (sertifikat rumah)
berakad jual beli. Pembiayaan Murabahah
pasti akan mempunyai resiko (bobot) yang
(MBA) adalah pembiayaan yang pada dasarnya
berbeda dari segi waktu dan segi keamanan. Dari
merupakan kesepakatan antara Bank Islam
segi keamanan calon debitur yang bekerja di
sebagai pemberi modal dan nasabah (debitur)
Instansi Pemerintahan lebih beresiko dari pada
sebagai peminjam (Muhammad, 2002:102). Bank
calon debitur berwiraswasta kecil. Karena dari
akan membelikan barang yang dibutuhkan
kemungkinan
pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke
ataupun ketidak sanggupan melunasi tagihan
pengguna dan sistem ini tidak berbunga, sehingga
yang ada maka ada jaminan yang cukup untuk
dapat menarik minat nasabah untuk mengajukan
menganti kas yang telah dikeluarkan BRISyariah
kredit.
untuk memberikan pinjaman kredit. Sedangkan
yang
berwiraswasta
penundaan
kecil
pelunasan
tapi
cicilan
Peningkatan jumlah debitur ini jika tidak
sebaliknya dari segi waktu, calon debitur
dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah
berwiraswasta kecil lebih beresiko dari pada
terutama kredit macet (kredit yang tidak dibayar
calon
oleh
akan
Pemerintahan karena sudah adanya penghasilan
menyebabkan berkurangnya jumlah dana kredit
tetap perbulan yang dapat digunakan untuk
yang dapat disalurkan pada debitur berikutnya.
melunasi cicilan atau tagihan kredit.
debitur).
Adanya
kredit
macet
debitur
yang
bekerja
di
Instansi
Untuk itu sebagai penyedia jasa, BRISyariah
Banyaknya staf Account Officer (AO)
harus dapat mengatur kas pinjaman kreditnya
dan terbatasnya dana yang dialokasikan dalam
sendiri agar dapat meminimalisasi resiko – resiko
kredit pinjaman maka akan muncul permasalahan
yang ada.
dimana prioritas dalam pemberian pinjaman
Ada
beberapa
dapat
kredit harus dipertimbangkan, karena penilaiaan
menanggulangi permasalahan kredit macet yang
kelayakan dari AO yang satu berbeda dengan AO
terjadi,
atau
yang lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem
menentukan calon debitur yang lancar pada saat
yang dapat mengurutkan prioritas pemberian
proses pelunasaan tagihan pinjaman kredit,
pinjaman kredit yang mencakup seluruh analisis
sehingga proses jalannya kas untuk peminjaman
dari semua AO yang ada.
antara
lain
solusi
dengan
yang
memilih
kredit dapat berputar sesuai yang diharapkan.
Dengan perkembangan teknologi IT pada
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan
saat ini, maka permasalahan yang dihadapi oleh
dalam
untuk
BRISyariah diatas dapat dipecahkan dengan
faktor
menentukan nasabah yang tepat untuk diberi
penentuan kriteria dalam menetukan prioritas
kredit untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR),
peminjaman kredit, misal ada calon debitur yang
sehingga dibutuhkan suatu metode yang dapat
bekerja di Instansi Pemerintahan memberikan
memecahkan permasalahan penentuan rangking
menentukan
mendapatkan
calon
pinjaman,
debitur
antara
lain
2
berdasarkan pada kriteria yang bervariasi dari
2.
Definisi tujuan.
tiap nasabah. Salah satu metode penentuan
3.
Spesifikasi kriteria yang relevan untuk
rangking dalam Multi Criteria Desicion Making
mengidentifikasi tujuan diinginkan dan
(MCDM) adalah metode Promethee.
tidak diinginkan.
Promethee
digunakan
karena
4.
kesederhanaan, kejelasan, dan kestabilan untuk
penentuan urutan (prioritas) dalam analisis
Menciptakan
dan
mengidentifikasi
alternatif yang mungkin.
5.
Mencoba alternatif pilihan yang ada,
multikriteria pengajuan kredit yang sesuai dengan
apakah sudah mampu memenuhi tujuan
kriteria-kriteria yang ditentukan oleh pihak
yang akan dicapai.
BRISyariah. Dugaan dari dominasi kriteria yang
6.
digunakan dalam Promethee adalah penggunaan
nilai dalam hubungan outranking. (Suryadi,
Menganalisa dampak alternatif pilihan
yang ada.
7.
Menimbang
dan
mengurutkan
dari
1998:147). Adanya aplikasi ini diharapkan dapat
alternatif pilihan sesuai dengan preferensi
membantu AO dalam menentukan calon debitur
pengambil keputusan.
yang tepat untuk diberi kucuran dana kredit oleh
Preference Ranking Organization Method for
Bank BRISyariah cabang Sidoarjo.
Enrichment Evaluation
Promethee adalah satu dari beberapa
LANDASAN TEORI
metode penentuan urutan atau prioritas dalam
Multi Criteria Decision Making
Menurut Nachtnebel oleh Ziller et. al.
(2008:1), MCDM bertujuan memilih alternatif
terbaik dari suatu set alternatif yang harus
memenuhi beberapa tujuan yang telah memilki
beberapa
kriteria.
Serta
sebagaimana
yang
dikemukakan Howard oleh Ziller et. al. (2008:1),
MCDM
sebagai
mengubah
suatu
kompleks
dengan
tertentu
yang
prosedur
keputusan
dapat
urutan
sistematis
untuk
masalah
yang
langkah-langkah
membantu
pengambil
keputusan dalam sebuah keputusan yang rasional.
MCDM memiliki beberapa langkah
proses. Menurut Jung oleh Ziller et. al. (2008:1),
mengusulkan proses sebagai berikut:
1.
Membangun model untuk menjelaskan
sistem testruktur, komponen, dan interaksi
antar kriteria.
analisis multikriteria. Metode ini dikenal sebagai
metode yang efisien dan simple, tetapi juga yang
mudah diterapkan dibanding dengan metode lain
untuk
menuntaskan
masalah
multikriteria.
Metode ini mampu mengakomodir kriteria
pemilihan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Masalah
utamanya
adalah
kesederhanaan,
kejelasan dan kestabilan. Dugaan dari dominasi
kriteria yang digunakan dalam Promethee adalah
penggunaan nilai dalam hubungan outranking.
Menurut Hunjak (1997:161), masalah pembuatan
keputusan dengan multikriteria dapat dituliskan
sebagai berikut
Max{f1(a),f2(a),…,fk(a)...............
: a A ....... (1)
Jika A adalah set dari alternatif pilihan
yang mungkin terjadi, f1, f2, ..., fk adalah kriteria
3
yang mana telah dievaluasi sebelumnya. Apabila
3.
Analisis keputusan
semua kriteria memiliki tingkat kepentingan yang
Metode promethee I memberikan sebuah
tidak sama, pembobotannya dapat ditandai
peringkat sebagian dari set A. Informasi
dengan w1,w2, ..., wk. Data dasar untuk evaluasi
akan
dengan metode Promethee disajikan pada Tabel
tandingan juga telah diberikan. Metode
1.
promethee II akan memberikan peringkat
Tabel 1. Data Evaluasi
f1(.)
f2(.)
w1
w2
f1
f2
(a1)
(a1)
f1
f2
(a2)
(a2)
..
..
wj
yang
tidak
memiliki
yang komplit dari set A.
fj(.)
...
alternatif
fk(.)
...
Promethee I
Promethee I adalah peringkat sebagian
wk
dimana nilai terbesar pada leaving flow dan nilai
a1
a2
..
...
...
Fj
(a1)
Fj
(a2)
..
..
...
...
..
Fk
(a1)
kecil dari entering flow merupakan alternatif
yang terbaik.
Fk
(a2)
..
Promethee
an
f1
f2
(ai)
(ai)
f1
f2
(an)
(an)
Fj
...
...
(ai)
Fj
(an)
...
...
Fk
(ai)
Fk
(an)
(Sumber: Hunjak (1997:161))
Menurut Hunjak (1997:167), promethee
dapat dijelaskan dalam tiga tahapan:
1.
Mengumpulkan semua struktur preferensi
Memaparkan kriteria yang dijadikan untuk
mendapatkan pertimbangan dari rentang
deviasi dalam penilaian sebuah altenatif
dari tiap kriteria yang ada.
2.
Mengumpulkan relasi yang dominan
Relasi outrangking dibuat sesuai dengan
estimasi dari alternatif dari semua kriteria.
menampilkan
partial
rangking (PI, II, RI) dengan mempertimbangkan
interseksi dari dua preorder.
Partial
ai
I
pembuat
rangking
keputusan,
pengambilan
untuk
keputusan
dihadapinya.
Dengan
I
Promethee
ditujukan kepada
masih
membantu
masalah
yang
menggunakan
metode
menyisakan
bentuk
incomparible atau dengan kata lain hanya
menghasilkan solusi partial rangking (sebagian).
Jika pembuat keputusan menginginkan solusi
komplit
maka
hendaknya
menggunakan
promethee II (Hunjak, 1997:169).
Promethee II
Dalam kasus complete rangking dalam
K adalah penghindaran dari bentuk incomparible,
Promethee II complete preorder (PII , III)
disajikan dalam bentuk net flow. Melalui
complete rangking, informasi bagi pembuat
Total tingkatan dari preferensi adalah suatu
keputusan lebih realistik karena dapat membuat
alternatif yang mana mendominasi dari
perbandingan terhadap semua alternatif yang
hitungan untuk masing-masing pasangan
muncul (Hunjak, 1997:169).
alternatif yang lain.
4
3. Parameter (q) : Harus merupakan nilai yang
Rekomendasi
Fungsi
Preferensi
tetap
Untuk
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
Keperluan Kriteria
Guna memberikan gambaran yang lebih
disajikan pada Gambar 2.
baik terhadap area yang tidak sama digunakan
fungsi selisih nilai kriteria antar alternatif H (d)
dimana hal ini mempunyai hubungan langsung
dengan fungsi preferensi P. Dalam promethee
disajikan 6 (enam) fungsi preferensi kriteria
(Chou, 2004:53).
Gambar 2. Kriteria Quasi (Chou, 2004:53)
1.
Kriteria Biasa (Usual Criterion)
3.
Kriteria Preferensi Linier
.........................(2)
..............(4)
Keterangan :
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
Keterangan :
2. d : Selisih nilai kriteria {d = f (a) – f (b)}
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
2. d : Selisih nilai kriteria {d = f (a) – f (b)}
3. p: Nilai kecenderungan atas
disajikan pada Gambar 1.
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
disajikan pada Gambar 3.
Gambar 1. Kriteria Biasa (Chou, 2004:53)
Gambar 3. Kriteria Preferensi Linier (Chou,
2004:53)
2.
Kriteria Quasi (Quasi Criterion)
4.
Kriteria Level
..................(5)
........................(3)
Keterangan :
Keterangan
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
2. d : Selisih nilai kriteria {d = f (a) – f (b)}
2. p : Nilai kecenderungan atas
5
3. Parameter (q) : Harus merupakan nilai yang
6.
Kriteria Gaussian (Gaussian Criterion)
tetap.
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
..................(7)
disajikan pada Gambar 4.
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
disajikan pada Gambar 2.6.
Gambar 4. Kriteria Level (Chou, 2004:53)
5.
Kriteria Preferensi Linier dan area yang
Gambar 6. Kriteria Level (Chou, 2004:53)
Desain Arsitektur
tidak berbeda
Input
Data Debitur
> Persyaratan Debitur
> Data kriteria yang
mempengaruhi pemilihan
debitur.
Proses prioritas pemilihan
debitur menggunakan
metode Promethee
Output
Input
............(6)
Keterangan:
Prioritas Alternatif
Debitur yang
memungkinkan dipilih
1. H (d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif
2. d : Selisih nilai Kriteria {d=f(a) – f(b)}
3. Parameter (p) : nilai kecenderungan atas.
Gambar 7. Desain Arsitektur Penentuan Prioritas
Pemilihan Debitur
4. Parameter (q) : Harus merupakan nilai yang
Desain arsitektur dari sistem penentuan
tetap
Fungsi H (d) untuk fungsi preferensi ini
disajikan pada Gambar 5 di halaman 6.
urutan prioritas dalam pemberian pinjaman
Kredit Pemilikan Rumah (KPR iB) kepada
nasabah
debitur
Bank
BRISyariah
cabang
Sidoarjo menjelaskan rekap data alternatif debitur
dan rekap data kriteria yang mempengaruhi
pemilihan
debitur
menggunakan
BRISyariah.
metode
Diproses
promethee
untuk
menghasilkan prioritas alternatif debitur yang
terbaik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 5. Kriteria Preferensi Linier dan
area yang tidak berbeda
(Chou,2004:53)
Proses
pembobotan
dengan
promethee
menghasilkan suatu nilai perangkingan dari
6
alternatif pilihan debitur yang memungkinkan
dan Gambar 11. Pada proses perangkingan
untuk dipilih.
terdapat proses manipulasi data yaitu proses
External
yang
entity
berhubungan
dengan proses sistem penentuan urutan prioritas
penyimpanan
data
perangkingan
dan
membatalkan proses perhitungan bobot.
dalam pemberian pinjaman Kredit Pemilikan
Rumah (KPR iB) kepada nasabah debitur Bank
BRISyariah cabang Sidoarjo dengan menerapkan
metode Promethee. Terdapat 3 (tiga) external
entity yaitu: Debitur, Financing Review Support
Group (FRSG) dan Komite Pembiayaan. Seperti
pada Gambar 8. Tanda panah menuju ke sistem
menunjukan aliran data yang diberikan oleh
external entity kepada sistem, sedangkan tanda
panah dari sistem
menuju
external
entity
menunjukan aliran data yang diberikan oleh
sistem kepada external entity.
Gambar 9. Form Perangkingan I
Data Pembiayaan Lainnya
Data Pengelu aran
Data Penghasilan
Data Pembiayaan
Data Pekerjaan
Debitur
Data Pasangan Penjamin
Data KPR
Data Nasabah Debitur
0
Data Kriteria
Data Pencair an Pembiayaan
Data Kriteria
Data Legal Revie w
Pemilihan Nasabah Debitur
BRI Syariah menggunakan
Metode Promethee
Data Appriaisal
Data Pencair an Pembiayaan
Financing
Review and
Support Group
(FRSG)
Data BI Checking
Data Persetujuan Pembiayaan
+
Data Appriaisal
Data Pencair an Pembiayaan
Laporan Pencair an Pembiayaan
Komite
Pembiayaan
Gambar 8. Context Diagram
Gambar 10. Form Perangkingan II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perangkingan
Form perangkingan digunakan untuk
menghitung bobot dari tiap alternatif debitur
yang telah tersimpan kemudian merangking dari
tiap alternatif debitur menggunakan metode
promethee. Seperti pada Gambar 9, Gambar 10
7
pencetakan laporan digunakan untuk melihat
hasil siapa Debitur yang terbaik dan urutan
alternatif Debitur yang sesuai dengan perhitungan
bobot dan perangkingan. Pada proses mencetak
laporan terdapat tampilan dari Debitur terbaik
yang sesuai dari AO yang dipilih. Proses laporan
untuk menghasilkan laporan yang mana diambil
dari database kemudian ditampilkan dalam form
melalui crystal report.
Gambar 11. Form Perangkingan III
Hasil Perangkingan
Form hasil perangkingan digunakan
untuk melihat hasil dari perhitungan bobot dan
perangkingan alternatif debitur terbaik yang telah
disimpan sebelumnya. Seperti pada Gambar 12.
Pada proses hasil perangkingan terdapat tampilan
dari debitur obat terbaik yang sesuai dari Account
Officer (AO) yang dipilih.
Gambar 13. Form Laporan Debitur Terpilih
Gambar 12. Form Hasil Perangkingan
Laporan Debitur
Laporan tentang Debitur terdiri dari
laporan Debitur Terpilih, laporan Debitur dan
Gambar 14. Form Laporan Debitur
laporan rekap Debitur Terpilih. Gambar 13,
Gambar 14 dan Gambar 15 merupakan form
8
Perhitungan Sistem
Analisa hasil uji coba dilakukan untuk
menguji kinerja sistem untuk pencarian debitur
yang terbaik berdasarkan perhitungan bobot dan
perangkingan. Tujuan analisa hasil uji coba ini
untuk mencari keakuratan kinerja sistem dalam
proses perhitungan menggunakan promethee.
Sebagai contoh kasus, berikut ini perbandingan
perhitungan manual dengan hasil perhitungan
aplikasi untuk penentuan alternatif debitur dari
Erna yaitu sebagai Account Officer 1 (AO1)
untuk periode pemilihan debitur bulan Maret
Gambar 15. Form Laporan Rekap Debitur
2011.
Sebelum
melakukan
perhitungan
Analisa Hasil Uji Coba Sistem
menggunakan promethee akan ditetapkan nilai
Fitur Dasar Sistem
bobot detil dari kriteria kualitatif yang bertipe
Analisa hasil uji coba dari keseluruhan
uji yang dilakukan akan menentukan kelayakan
dari fitur dasar sistem berdasarkan desain yang
telah dibuat. Fitur-fitur dasar sistem disebut layak
apabila keseluruhan hasil uji coba ini sesuai
dengan output yang diharapkan. Pada uji coba
level.
Tabel 2. Data Skoring Detil Kriteria
Nama
Nilai
Nilai
Nilai
Detil
Detil
Bobot
Skoring
10
Bagus
100
0,9
Jelek
0
0,09
1
Total
11
yang telah dilakukan pada fitur-fitur dasar sistem
seperti yang telah diuji dapat disimpulkan
bahwasannya fitur-fitur dasar tersebut telah
berjalan dengan baik dan tidak terdapat error .
Fungsi-fungsi tambah data, ubah data, simpan
maupun tampil dapat berjalan sebagaimana alur
yang akan dicapai.
Validasi Sistem
Analisa hasil uji coba validasi sistem
dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa
bahwa proses-proses utama dalam sistem dengan
masukan keseluruhan data yang ada telah
berjalan sebagaimana mestinya.
Tabel 3. Data Skoring Detil Kriteria
Nama
Nilai
Nilai
Nilai Skoring
Detil
Detil
Bobot
0,56
Bagus
100
10
Cukup
60
0,33
6
Kurang
20
0,11
2
Total
18
Tabel 4. Data Skoring Detil Kriteria
Nama
Detil
Bagus
Cukup
Kurang
Jelek
Nilai
Detil
100
70
20
0
Total
Nilai
Bobot
0,5
0,35
0,1
0,05
Nilai Skoring
10
7
2
1
20
9
Tabel 5. Data Skoring Detil Kriteria
Nama
Detil
Bagus
Cukup
Bagus
Cukup
Kurang
Jelek
21. Kriteria
Rasio
Pembiayaan
Terhadap
Nilai
Detil
100
Nilai
Bobot
0,37
Nilai
Skoring
10
80
0,29
8
alternatif debitur dan merupakan data awal dari
60
20
0
Total
0,22
0,07
0,03
6
2
1
27
perhitungan metode Promethee.
Agunan
Berikut adalah tabel nilai kualitatif
Tabel 6. Tabel Nilai Kualitatif Alternatif
Debitur
Adapun kriteria yang digunakan pada
Krit
penentuan alternatif debitur adalah sebagai
Min
U1
U2
U3
U4
Tipe
Max
berikut :
f1(.)
Max
0,35 0,10 0,35 0,35
IV
1. Kriteria Umur
f2(.)
Max
0,37 0,37 0,07 0,37
IV
f3(.)
Max
0,35 0,35 0,35 0,50
IV
f4(.)
Max
0,91 0,91 0,91 0,91
IV
f5(.)
Max
0,50 0,05 0,05 0,05
IV
6. Kriteria Lama Tinggal di Rumah Saat Ini
f6(.)
Max
0,50 0,50 0,50 0,35
IV
7. Kriteria Jenis Perusahaan
f7(.)
Max
0,33 0,11 0,11 0,33
IV
8. Kriteria Posisi Jabatan
f8(.)
Max
0,11 0,11 0,56 0,33
IV
9.
Kriteria Lama Bekerja di Tempat Kerja
f9(.)
Max
0,56 0,11 0,56 0,33
IV
Sekarang
f10(.)
Max
0,05 0,05 0,10 0,50
IV
f11(.)
Max
0,50 0,10 0,35 0,05
IV
f12(.)
Max
0,33 0,11 0,33 0,33
IV
f13(.)
Max
0,56 0,11 0,33 0,11
IV
f14(.)
Max
0,56 0,56 0,56 0,56
IV
f15(.)
Max
0,56 0,56 0,56 0,56
IV
f16(.)
Min
0,33 0,33 0,33 0,33
IV
f17(.)
Min
0,50 0,10 0,05 0,50
IV
f18(.)
Max
0,05 0,10 0,35 0,50
IV
f19(.)
Min
0,35 0,35 0,35 0,35
IV
f20(.)
Max
0,05 0,10 0,35 0,05
IV
f21(.)
Min
0,50 0,35 0,35 0,05
IV
2. Kriteria Status Perkawinan
3. Kriteria Tingkat Pendidikan
4. Kriteria Validitas Alamat Tempat Tinggal
5. Kriteria Kepemilikan Rumah Tinggal
10. Kriteria Pendapatan Per Bulan
11. Kriteria Rekening Bank
12. Kriteria Rata-Rata Saldo Per Bulan
13. Kriteria Track Record Pembayaran
Angsuran Pembiayaan
14. Kriteria
Track
Record
Checking/Kolektibilitas
15. Kriteria Referensi
16. Kriteria Jangka Waktu Pembiayaan
17. Kriteria Rasio Pengembalian
BI
18. Kriteria Rekomendasi Appriaisal
19. Kriteria Luas Bangunan
20. Kriteria Tujuan Dari Pembiayaan KPR
10
Keterangan:
8.
U8 = Parto
A.
Kriteria
9.
U9 = Samiaji
1.
f1(.) = Umur
10.
U10 = Pandu Kartiko
2.
f2(.) = Status Perkawinan
11.
U11 = Fredy Haris
3.
f3(.) = Tingkat Pendidikan
12.
U12 = Sadar
4.
f4(.) = Validitas Alamat Tempat Tinggal
5.
f5(.) = Kepemilikan Rumah Tinggal
C.
Tipe Preferensi Kriteria
6.
f6(.) = Lama Tinggal di Rumah Saat Ini
1.
Tipe IV = Kriteria Level.
7.
f7(.) = Jenis Perusahaan
8.
f8(.) = Posisi Jabatan
9.
f9(.) = Lama Bekerja di Tempat Kerja
contoh kasus penentuan alternatif debitur untuk
Sekarang
Erna (AO1).
Berikut perhitungan nilai treshold untuk
10.
f10(.) = Pendapatan Per Bulan
11.
f11(.) = Rekening Bank
12.
f12(.) = Rata-Rata Saldo Per Bulan
13.
f13(.)
=
Track
1. Untuk f1(.)
v = 0, q = 0, p = 0
Pembayaran
Record
v = 0, q = 0, p = 0
Angsuran Pembiayaan
14.
f14(.)
=
Track
Record
BI
Checking/Kolektibilitas
15.
f15(.) = Referensi
16.
f16(.) = Jangka Waktu Pembiayaan
17.
f17(.) = Rasio Pengembalian
18.
f18(.) = Rekomendasi Appriaisal
19.
f19(.) = Luas Bangunan
20.
f20(.) = Tujuan Dari Pembiayaan KPR
21.
f21(.) = Rasio Pembiayaan Terhadap
Agunan
B.
Alternatif Debitur
1.
U1 = Siti Rahayu.
2.
U2 = Deden Hidayat.
3.
U3 = Dionaro.
4.
U4 = Santoso.
5.
U5 = Irfan Bachdim
6.
U6 = Aura Kasih
7.
U7 = Eross Chandra
2. Untuk f2(.)
3. Untuk f3(.)
v = 0.15, q = 0.0375, p = 0.1125
4. Untuk f4(.)
v = 0, q = 0, p = 0
5. Untuk f5(.)
v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375
6. Untuk f6(.)
v = 0, q = 0 , p = 0
7. Untuk f7(.)
v = 0.22, q = 0.055, p = 0.165
8. Untuk f8(.)
v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375
9. Untuk f9(.)
v = 0.23, q = 0.0575, p = 0.1725
10. Untuk f10(.)
v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375
11. Untuk f11(.)
v = 0.4, q = 0.1, p = 0.3
11
12. Untuk f12(.)
Langkah ketiga yaitu menghitung nilai
v = 0, q = 0, p = 0
arah preferensi. Dengan membagi jumlah matriks
13. Untuk f13(.)
hasil nilai preferensi dengan jumlah kriteria,
v = 0.45, q = 0.1125, p = 0.3375
dimana hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7.
14. Untuk f14(.)
Tabel 7. Tabel Nilai Arah Preferensi
v = 0, q = 0, p = 0
Alt
A1
A2
A3
A4
15. Untuk f15(.)
v = 0, q = 0, p = 0
16. Untuk f16(.)
A1
0
0
0.1905
0.1905
A2
0.3333
0
0.4286
0.381
A3
0.2381
0.0476
0
0.2381
A4
0.2381
0.0952
0.2857
0
v = 0, q = 0, p = 0
17. Untuk f17(.)
Langkah
v = 0.4, q = 0.1, p = 0.3
keempat
yaitu
dengan
menghitung dan merangking nilai Leaving Flow
18. Untuk f18(.)
dan
v = 0.4, q = 0.1, p = 0.3
nilai
Entering
Flow
kemudian
mengurutkannya berdasarkan rangking. Dimana
19. Untuk f19(.)
hasilnya dapat disimpulkan bahwa debitur terbaik
v = 0, q = 0, p = 0
untuk AO1. periode perangkingan Maret 2011
20. Untuk f20(.)
adalah Siti Rahayu, Dionaro,
v = 0.3, q = 0.075, p = 0.225
dan
Santoso.
Terdapat pada Gambar 23.
21. Untuk f21(.)
v = 0.15, q = 0.0375, p = 0.1125
Langkah kedua yaitu menghitung nilai
preferensi
antar
alternatif
dengan
membandingkan satu alternatif dengan alternatif
yang lain. Cara ini dilakukan sebanyak (n*(n-1))
/2 kali dengan n adalah jumlah alternatif. Berikut
perhitungan nilai preferensi untuk contoh kasus
penentuan alternatif debitur untuk Erna (AO1).
Terdapat pada Gambar 22.
Gambar 17. Hasil Perhitungan Rangking
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
pembuatan Sistem Penentuan Prioritas Pemilihan
Debitur
BRISyariah
cabang
Sidoarjo
Menggunakan Metode Promethee ini, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem Penentuan Prioritas Pemilihan Debitur
Gambar 16. Perhitungan Nilai Preferensi
ini mampu menghasilkan alternatif nasabah
12
debitur terbaik sesuai dengan perhitungan
metode Promethee.
DAFTAR RUJUKAN
2. Perhitungan dan pembobotan menggunakan
metode
mampu
promethee
diimplementasikan dengan baik pada Sistem
Penentuan Prioritas Pemilihan Debitur pada
Bank BRISyariah cabang Sidoarjo.
3. Metode
Promethee
dapat
menghitung
pembobotan dan perangkingan dalam kasus
pemilihan debitur dengan multikriteria.
4. Dari hasil uji coba sistem dapat membuat
keputusan debitur terbaik untuk Erna Account
Officer 1 (AO1) session Maret 2011 ialah
nasabah debitur Siti Rahayu, Dionaro dan
Santoso. Miko Account Officer 2 (AO2)
session Maret 2011 ialah nasabah debitur
Chou, Tien-Yin, Wen-Tzu Lin, Chao-Yuan Lin,
Wen-Chieh Chou and Pi-Hui Huang,
2004, Application of The Promethee
Technique to determine depression
outlet location and flow direction in
DEM,
Departments
of
land
management, Feng-Chia University,
Taiwan.
Hunjak,
Tihomir,
1997,
Mathematical
foundations of the methods for
multicriterial
decison
making,
Mathematical Communications, -, -.
Suryadi K. dan M. A Ramdhani, 1998, Sistem
Pendukung Keputusan, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Ziller, Annette, Michaela Wörndl, and Andrea
Bichler, 2008, Multi criteria decision
making June 2008 2.doc, -, -.
Irfan Bachdim, Aura Kasih dan Parto.
Wawan Account Officer 3 (AO3) session
Maret 2011 ialah nasabah debitur Sadar,
Fredy Haris dan Pandu Kartiko.
SARAN
Adapun
saran-saran
yang
dapat
digunakan untuk mengembangkan aplikasi yang
telah dibuat adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem terintegrasi antar
bagian pada Bank BRISyariah di seluruh
Indonesia dengan Aplikasi Web sehingga
proses bisnis yang terjadi di BRISyariah lebih
efektif dan efisien.
2. Dengan beragamnya data yang terjadi di
lapangan memungkinkan terjadinya varian
data yang menyimpang dari metode yang
digunakan. Untuk itu aplikasi ini dapat pula
dikembangkan untuk dapat lebih menunjang
berbagai jenis varian data dan menggunakan
metode yang lebih beragam pula.
13