ANGGARAN DASAR AD DAN ANGGARAN RUMAH TAN (2)

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)
LASKAR SANTRI NUSANTARA
(LSN)

MUKODIMAH

Sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab,

Persatuan

Kebijaksanaan

Indonesia,

Kerakyatan

Permusyawaratan/perwakilan

yang


dan

dipimpin

Keadilan

oleh

Sosial

hikmah

bagi

seluruh

rakyat Indonesia merupakan idiologi negara dan falsafah bangsa Indonesia. Sadar
dan

yakin


bahwa

Islam

merupakan

agama

bagi

umat

manusia

yang

kehadirannya memberikan rahmat sekalian alam rahmatan lil alamin. Bahwa sesungguhnya
generasi muda


Indonesia sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber

insani bagi pembangunan nasional, perlu senantiasa meningkatkan pembinaan dan
pengembangan diri. untuk menjadikan kader bangsa yang tangguh, yang memiliki
wawasan kebangsaan yang luas dan utuh, yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu,
berketrampilan dan berakhlaq mulia dan mengejawentahkan nilai Islam dalam pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam kehidupan masyarakat dunia.
Bahwa kelahiran dan perjuangan Laskar Santri Nusantara

untuk berkhidmat

kepada perjuangan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju terwujudnya
masyarakat

yang

demokratis,

adil,


makmur

dan

sejahtera.

Bahwa

cita-

cita perjuangan bangsa Indonesia dan upaya-upaya pembangunan nasional hanya bisa
terwujud secara utuh dan berkelanjutan bila seluruh komponen bangsa serta potensi yang
ada, termasuk generasi muda dan santri mampu berperan aktif.
Bahwa keutuhan komitmen keislaman dan keindonesiaan merupakan perwujudan
kesadaran

beragama

dan


berbangsa

bagi

setiap

insan

muslim

Indonesia

atas dasar itulah menjadi keharusan untuk mempertahankan bangsa dan negara dengan
segala tekad dan kemampuan, baik secara perseorangan maupun bersama-sama. Menyadari
bahwa dengan tuntutan tersebut generasi muda dan santri Indonesia yang terhimpun dalam
Laskar Santri Nusantara akan senantiasa memperoleh semangat kultural dan spritual yang
berakar pada nilai-nilai budaya bangsa yang luhur dan nilai-nilai perjuangan santri.
Komitmen menjaga Islam Nusantara dan meningkatkan harkat dan martabat umat manusia.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dengan Berkat Rahmat dan Inayah Allah SWT di

susunlah Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Laskar Santri
Nusantara sebagai berikut:

ANGGARAN DASAR (AD)
LASKAR SANTRI NUSANTARA
(LSN)

BAB I
NAMA, TEMPAT DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
1. Organisasi ini bernama Laskar Santri Nusantara, disingkat LSN.
2. Secara resmi, Organisasi ini berkedudukan di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat
Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten,

dengan jangka waktu yang tidak

terbatas.

BAB II
KEDAULATAN

Pasal 2
Kedaulatan organisasi berada di tangan anggota yang tercermin sepenuhnya di dalam
Kongres dan atau permusyawaratan lainnya yang setingkat.

BAB III
DASAR DAN PRINSIP PERJUANGAN
Pasal 3
Organisasi ini berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimipin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pasal 4
Prinsip perjuangan Organisasi adalah pengabdian kepada Allah SWT, Agama dan Negara,
menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kejujuran, menegakkan keadilan, menjaga
persatuan, menghargai kebhinnekaan, menumbuhkan kesedarajatan, persaudaraan dan
kebersamaan.

BAB IV
SIFAT DAN FUNGSI
Pasal 5

Organisasi ini bersifat kebangsaan, demokratis, keagamaan, kesantrian, kemasyarakatan,
independen dan terbuka tanpa membeda-bedakan asal-usul, keturunan, suku, profesi, gender
dan golongan.
Pasal 6
Organisasi ini berfungsi sebagai:
1. Organisasi kepemudaan dan kesantrian.
2. Wadah untuk menghimpun, mengembangkan dan mendistribusikan segenap potensi
sumberdaya santrisebagai warga negara Republik Indonesia, untuk secara bersama-sama
meningkatkan pendidikan, kesejahteraan, kemandirian, sadar serta berpartisipasi dalam
terwujudnya hak-hak sipil.
3. Sarana mencetak kader-kader santri agar memiliki komitmen yang tinggi, pemahaman
yang utuh dan kemampuan yang handal untuk didayagunakan secara maksimal guna
mengamalkan ilmu, pengabdian kepada bangsa, mengamankan aset-aset negeri,
mengembangkan kualitas serta menopang keberhasilan upaya-upaya pencapaian cita-cita
dan tujuan perjuangan Laskar Santri Nusantara.

BAB V
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 7
Organisasi ini bertujuan:

1. Mencetak santri Indonesia sebagai kader bangsa yang tangguh, memiliki keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat,
terampil, patriotik, ikhlas dan beramal shalih.
2. Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud oleh
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara lahir dan batin, material dan
spiritual.
4. Mewujudkan perikehidupan bangsa dan tatanan politik nasional yang demokratis,
terbuka, bersih dan berakhlakul karimah.

Pasal 8
Usaha
Untuk mencapai tujuannya, organisasi ini melakukan berbagai usaha antara lain yaitu:
1. Bidang Agama:
a.

Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dilandasi nilai-nilai keagamaan yang utuh
menyeluruh, otentik, inklusif, membebaskan dan mencerdaskan.


b.

Menjaga nilai nilai dan semangat pemuda dan santri dalam berjuang dan mengabdi.

2. Bidang Politik:
a. Mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Menegakkan kedaulatan rakyat Indonesia.
c. Meningkatkan kesadaran dan hak-hak politik rakyat yang memungkinkan mereka
terlibat aktif dalam pengelolaan proses serta sumber daya politik dan kebijakan
publik.
d. Mewujudkan pemerintahan yang demokratis, bersih, transparan, bermoral, dan
terpercaya.
e. Melaksanakan pembangunan nasional untuk kemakmuran rakyat.
f. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif serta mengembangkan
kerjasama luar negeri untuk menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil dan
sejahtera.
3. Bidang Ekonomi;
a.

Menegakkan


dan

mengembangkan

ekonomi

kerakyatan

bagi

terwujudnya

keswadayaan nasional dan tata perekonomian yang adil, demokratis dan berkelanjutan
serta berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
b.

Mengembangkan jiwa wirausaha pemuda dan santri dalam membantu mewujudkan
perkembangan kedaulatan ekonomi negeri.

4. Bidang Hukum:
a.

Menegakkan dan mengembangkan dunia hukum yang beradab, mampu mengayomi
seluruh rakyat, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, dan berkeadilan sosial.

5. Bidang Sosial Budaya:
a.

Berusaha mewujudkan solidaritas sosial yang jujur dan ikhlas di tengah kemajemukan
masyarakat,

b.

Membangun budaya yang maju dan modern dengan tetap memelihara jatidiri bangsa
yang baik demi meningkatkan harkat dan martabat bangsa,

c.

Menjaga atau melestarikan budaya bangsa serta mewujudakan budaya santri yang
visioner dalam membangun bangsa.

6. Bidang Pendidikan:
a. Berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak mulia,
mandiri, terampil, profesional dan kritis terhadap keadaan disekitarnya.
b. Mewujudkan sistem pendidikan nasional yang berorientasi kerakyatan, murah dan
berkelanjutan, dan;
c. Mengembangkan pendidikan masyarakat yang mampu mendorong pencerdasan
kehidupan bangsa dalam segala dimensinya.
d. Menjaga dan mengembangkan pendidikan pesantren dan madrasah dalam rangka ikut
serta dalam membangkitkan pendidikan nasional.
7. Bidang Pertahanan:
a. Membangun kesadaran setiap warga negara terhadap kewajiban turut serta dalam
usaha pertahanan negara;
b. Mendorong terwujudnya swabela masyarakat terhadap perlakuan-perlakuan yang
menimbulkan rasa tidak aman serta terancamnya keselamatan jiwa dan nyawa, baik
yang datang dari pribadi-pribadi maupun institusi-instutusi dalam masyarakat.
8. Bidang Kepemudaan, Kesantrian dan Kemahasiswaan:
a. Memupuk kemandirian, memperluas pengetahuan dan wawasan;
b. Mengasah kepekaan dan ketrampilan,
c. Meningkatkan kesadaran tentang hak hak politik, serta mencetak kader-kader gerakan
dan kepemimpinan kaum muda bangsa, melalui pengengembangan tradisi intelektual
dan dinamika forum, inisiasi gagasan dan perancangan konsepsi strategik,
d. Penghimpunan serta pensinergian berbagai potensi sumberdaya, pengelolaan arus
informasi dan dimensi-dimensi lingkungan strategis, dan
e. Melaksanakan kegiatan nyata berdimensi amal-sholeh-ilmiah, amar mu'ruf nahi
munkar dan berbudi pekerti mulia (akhlaqul karimah).

BAB VI
ATRIBUT
Pasal 9
Laskar Santri Nusantara memiliki lambang dan atribut yang diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 10
1. Setiap santri, alumni santri, pemuda, pemudi dan warga negara Indonesia yang
menyatakan keinginannya dan sanggup mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, dan semua Peraturan Organisasi dapat diterima menjadi anggota Laskar Santri
Nusantara.
2. Tata cara menjadi angggota, pemberhentian anggota, hak dan kewajiban anggota, serta
ketentuan lain tentang keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VIII
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 11
Anggota Laskar Santri Nusantara mempuyai hak dan kewajiban yang diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
BAB IX
STRUKTUR DAN PENGURUS ORGANISASI
Pasal 12
1. Organisasi ini memiliki struktur organisasi atau tingkatan kepengurusan sebagai berikut:
a. Organisasi di tingkat Nasional, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Nasional, disingkat
DKN.
b. Organisasi di tingkat Wilayah, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Wilayah, disingkat
DKW.
c. Organisasi di tingkat Cabang, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Cabang, disingkat
DKC.
d. Organisasi di tingkat Anak Cabang, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang,
disingkat DKAC.
e. Organisasi di tingkat Ranting, dipimpin oleh Dewan Koordinasi Ranting, disingkat
DKR.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Struktur dan Perangkat Organisasi diatur dalam Anggran
Rumah Tangga.

Pasal 13
1. Susunan Kepengurusan organisasi pada masing-masing tingkatan kepengurusan
sebagaimana dimaksud pada pasal 12 ayat (1) Anggaran Dasar ini terdiri dari:
a. Pengurus Harian, sebagai pimpinan organisasi yang menentukan dan menjalankan
kebijaksanaan pengelolaan organisasi; dan
b. Devisi-devisi, sebagai pelaksana program-program organisasi;
c. Lembaga lembaga diatur dalam Anggaran Ruamah Tangga.
2. Jumlah dan jenis Devisi-devisi, disesuaikan menurut situasi dan kebutuhan organisasi;
3. Ketentuan mengenai tugas serta wewenang Pengurus Harian dan biro-biro diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga,
BAB X
PERMUSYAWARATAN
Pasal 14
1. Jenis-jenis permusyawaratan organisasi meliputi;
a. Kongres;
b. Kongres Luar Biasa;
c. Musyawarah Kerja Nasional;
d. Musyawarah Pimpinan Nasional;
e. Konferensi Wilayah;
f. Konferensi Wilayah Luar Biasa
g. Musyawarah Kerja Wiiayah;
h. Konferensi Cabang;
i. Konferensi Cabang Luar Biasa
j. Musyawarah Kerja Cabang;
k. Musyawarah Anak Cabang;
l. Rapat Kerja Anak Cabang;
m. Musyawarah Ranting;
n. Rapat Kerja Ranting.

BAB XI
QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 15
1. Quorum musyawarah dan rapat-rapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh setengah
ditambah satu dari jumlah unsur utusan yang hadir.
2. Pengambilan keputusan ditempuh melalui musyawarah mufakat; dan apabila melalui
musyawarah tidak dapat dicapai mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak.
3.

Ketentuan mengenai masing-masing jenis permusyawaralan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pasal ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XII
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASl
Pasal 16
Keuangan dan kekayaan Organisasi diperoleh dari:
a. Iuran anggota.
b. Usaha-usaha lain yang dilaksanakan Organisasi.
c. Sumbangan dan tidak mengikat.
d. Peralihan hak untuk dan atas nama organisasi

BAB XIII
PEMBUBARAN
Pasal 17
1. Organisasi ini hanya dapat dibubarkan oleh Kongres yang diselenggarakan khusus untuk
itu.
2. Kongres sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini sah apabila dihadiri oleh
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah Dewan Koordinasi Wilayah dan dua pertiga
dari jumlah Dewan Koordinasi Cabang yang sah, dan keputusan yang dihasilkan itu
dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya dua pertiga suara yang hadir
dalam Kongres.
3. Apabila terjadi pembubaran Organisasi, maka segala hak milik Organisasi diserahkan
kepada organisasi sosial kemasyarakatan yang sehaluan dan ditetapkan oleh Kongres.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
1. Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggran Dasar ini, diatur lebih lanjut dalam Anggran
Rumah Tangga serta peraturan – peraturan organsisi lainnya.
2. Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah oleh Kongres.
3. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)
LASKAR SANTRI NUSANTARA
(LSN)

BAB I
MAKNA DAN PENGGUNAAN LAMBANG
Pasal 1
1. Makna gambar dan tulisan yang ada dalam lambang organisasi ini adalah:
a. Bola dunia, bermakna tempat hidup, tempat berjuang dan beramal dengan misi rahmat
bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin) yang berorientasi duniawi dan ukhrawi,
material dan spiritual, lahir dan batin, secara utuh menyeluruh (kaffah/ holistik).
b. Peta Indonesia, bemakna tanah air Indonesia sebagai lahan perjuangan dan centrum
gerakan dan/atau basis perjuangan organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi
sebagaimana termaktub dalam pasal 7 Anggaran Dasar.
c. Sembilan bintang melingkar dengan bintang diatas lebih besar, bermakna idealisme
organisasi yang memuat 9 (sembilan) nilai, yaitu kemerdekaan, keadilan, kebenaran,
kejujuran, kerakyatan, persamaan, kesederhanaan, keseimbangan, dan persaudaraan;
berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Jumlah bintang Sembilan melambangkan walisongo penyebar agama Islam
di pulau jawa dan ini menjadi ruh semangat kaum muda dan santri dalam berkhidmat
dan berjuang.
d. Tali yang tersimpul bermakna persatuan yang kokoh dan kuat. Dua ikatan
dibawahnya merupakan lambang hubungan antar sesama manusia dan Tuhan yang
Maha Esa: jumlah untaian tali berjumlah 99 buah melambangkan asmaul husna.
e. Buku bermakna semangat untuk terus belajar dalam keadaan dan situasi apapun.
f. Tulisan nama organisasi yang melingkari sembilan bintang, bermakna identitas diri
organisasi

yang

berfungsi

sebagai

sarana

rnemperjuangkan

aspirasi

dan

menggerakkan sumber daya politik rakyat Indonesia yang memiliki kehendak
menciptakan tatanan kehidupan bangsa yang demokratis.
g. Lingkaran merah putih di garis , bermakna keberanian untuk membela, dan dengan
cara yang benar.

2. Makna warna-warna yang ada dalam lambang organisasi itu adalah:
a. Hijau, bermakna kesuburan tanag air dan kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh
rakyat Indonesia di dunia dan di akhirat;
b. Hijau terang, bermakna suasana yang kondusif untuk menghimpun, mencetak,
mempersemaikan dan mengembangkan kader-kader pemimpin bangsa
c. Kuning, bermakna kebangkitan, pembaruan dan kejayaan bangsa untuk pencerahan
dan kemaslahatan seluruh umat manusia;
d. Merah, bermakna keberanian moral dan sikap;
e. Putih, bermakna kesucian jiwa, ketulusan hati, serta kebenaran kata dan perbuatan.
3. Lambang organisasi digunakan pada atribut-atribut organisasi, yang ketentuan
penggunaannya akan diatur lebih lanjut oleh Dewan Koordinasi Nasional dalam suatu
Peraturan organisasi.
4. Lambang organisasi hanya dapat dirubah dan/atau diganti melalui Kongres Laskar Santri
Nusantara
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Jenis Keanggotaan
1. Anggota langsung adalah setiap orang muda dan santri warga negara Indonesia yang telah
terdaftar secara sah menjadi anggota organisasi pada Dewan Koordinasi Cabang setempat
dan secara aktif melakukan tugas tugas keorganisasian serta mengikuti kegiatan-kegiatan
organisasi.
2. Anggota tidak langsung adalah orang muda dan santri warga negara Indonesia yang
belum dan/atau tidak terdaftar secara sah menjadi Anggota pada Dewan Koordinasi
Cabang setempat namun telah secara aktif mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi di
tingkatan itu.
3. Anggota kehormatan adalah setiap orang yang dianggap berjasa kepada organisasi atau
orang-orang tertentu yang dipilih dan telah disetujui penetapannya dalam Rapat Pleno
Dewan Koordinasi Nasional.
Pasal 3
Persyaratan dan Tata-cara Pendaftaran Anggota
1. Persyaratan menjadi anggota organisasi adalah:
a. Warga negara Indonesia yang berumur maksimal 40 (empat puluh) tahun.
b. Menyetujui, menerima dan sanggup mematuhi Anggaran
Rumah Tangga dan semua Peraturan Organisasi.

Dasar dan Anggaran

2. Tata cara pendaftaran untuk menjadi Anggota adalah:
a. Seseorang mengajukan permintaan menjadi anggota kepada Dewan Koordinasi
Cabang

melalui

pengurus

Dewan

Koordinasi

Ranting

setempat

dengan

direkomendasikan oleh pengurus Dewan Koordinasi Anak Cabang setempat, disertai
dan/atau dilampirkan pernyataan secara tertulis tentang kesediaan untuk mematuhi
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan semua Peraturan Organisasi, serta
membayar uang pangkal.
b. Apabila perrnintaan itu diluluskan, maka yang bersangkutan berstatus sebagai calon
anggota selama enam bulan, dengan hak menghadiri kegiatan-kegiatan organisasi
yang dilakukan secara terbuka.
c. Apabila selama menjadi calon anggota yang bersangkutan menunjukkan hal-hal
positif, maka ia diterima menjadi anggota secara penuh, dan kepadanya diberikan
Kartu Anggota organisasi yang dikeluarkan oleh Dewan Koordinasi Nasional.
d. Permintaan menjadi anggota dapat ditolak apabila terdapat alasan-alasan yang kuat
secara organisatoris, yang mana alasan tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan semua Peraturan Organisasi.
3. Tata-cara penerimaan anggota kehormatan adalah:
a. Anggota kehormatan dapat diterima pada tingkatan kepengurusan DKN, DKW,
dan DKC.
b. Usulan agar seseorang diterima sebagai anggota kehormatan dapat diajukan melalui
Rapat Pleno Pengurus Harian masing-masing tingkatan kepengurusan sebagaimana
dimaksud pada huruf (a) pasal dan ayat ini.
c. Surat Pengesahan anggota kehormatan dikeluarkan oleh Dewan Koordinasi Nasional
setelah dikonsultasikan terlebih dulu.
Pasal 4
Hak, Kewajiban dan Larangan
1. Setiap Anggota organisasi berhak:
a. Mendapatkan perlakuan yang sama dari dan/atau di dalam kehidupan organisasi.
b. Mengeluarkan pendapat serta mengajukan usul, saran dan kritik, baik secara lisan
maupun tulisan.
c. Memilih dan dipilih.

d. Memperoleh pendidikan, bimbingan dan pelatihan-pelatihan dari organisasi;
e. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan dari organisasi.
f. Hak-hak lainnya yang diatur dalam Peraturan Organisasi.
2. Setiap Anggota Organisasi Berkewajiban:
a. Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan seluruh keputusan
organisasi;
b. Setia dan tunduk kepada disiplin organisasi serta bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang diamanatkan kepadanya.
c. Aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi.
d. Menjunjung tinggi kehomatan dan nama baik organisasi, serta menentang setiap
upaya dan tindakan yang merugikan organisasi dengan cara yang berakhlak.
e. Memupuk persatuan dan solidaritas di antara sesama anggota.
f. Menjaga semangat perjuangan santri dalam membela tanah air Indonesia.
g. Membayar uang Iuran Anggota.
h. Tunduk kepada Pimpinan dan struktur organisasi yang lebih tinggi di dalam hal-hal
yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga.
3. Setiap Anggota Organisasi dilarang:
a. Merangkap dan/atau menjadi anggota organisasi lain yang garis perjuangan dan
haluannya berbeda dengan garis perjuangan Laskar Santri Nusantara.
b. Merangkap dan/atau menjadi anggota organisasi sosial kemasyarakatan yang asas
dan/atau tujuanya bertentangan dengan asas dan/ atau tujuan Lasakar Santri
Nusantara.

Pasal 5
Gugurnya Keanggotaan dan Tata Cara Pemberhentian Anggota
1. Seseorang anggota organisasi dinyatakan gugur keanggotaannya dikarenakan.
a. Permintaan sendiri untuk berhenti menjadi anggota organisasi yang disampaikan
secara tertulis kepada pengurus Dewan Koordinasi Cabang dan disertai sekurangkurangnya satu orang saksi.
b. Meninggal dunia.
c. Diberhentikan dengan alasan-alasan yang kuat secara organisatoris, yang mana
alasan tersebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Angaran Rumah
Tangga.

2. Tata Cara Pemberhentian Anggota adalah:
a. Seseorang anggota dapat diberhentikan sementara atau diberhentikan karena bersikap
atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau
Anggaran Rumah Tangga organisasi, atau dengan sengaja tidak menjalankan
kewajibannya sebagai anggota organisasi, atau melanggar disiplin organisasi dan
atau mencemarkan kehormatan dan nama baik organisasi.
b. Sebelum diberhentikan, anggota yang bersangkutan diberi peringatan tertulis
sebanyak 3 (tiga) kali oleh pengurus organisasi dimana ia terdaftar sebagai anggota.
Tenggang waktu antara pengeluaran peringatan tertulis pertama dan selanjutnya
sekurang-kurangnya 2 (dua) hari.
c. Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari setelah peringatan terakhir itu tidak
diperhatikan, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan sementara selama 3 (tiga)
bulan.
d. Bilamana dalam jangka waktu pemberhentian sementara yang bersangkutan tidak
melakukan klarifikasi dan kembali kepada organisasi, maka status keanggotaannya
gugur dengan sendirinya.
e. Surat pemberhentian sebagai anggota diterbitkan oleh dan atas keputusan Rapat Pleno
pengurus organisasi dimana ia terdaftar sebagai anggota.
f. Dalam hal seorang anggota yang menjabat suatu jabatan tertentu di dalam organisasi,
maka keputusan pemberhentian sementara atau pemberhentian keanggotaan
ditetapkan oleh pengurus organisasi yang setingkat diatasnya berdasarkan usulan
pengurus organisasi dimana ia terdaftar sebagai anggota, setelah melakukan Rapat
Pleno.
g. Anggota yang diberhentikan sementara dan/atau diberhentikan dapat membela diri
dengan mengajukan permintaan peninjauan kembali atas keputusan tersebut kepada
forum permusyawaratan tertinggi dilingkungannya dan/atau pengurus organisasi yang
lebih tinggi; dan selanjutnya, Rapat Pleno pengurus organisasi pada tingkatan yang
lebih tinggi dimaksud dapat mengambil keputusan permintaan itu.

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 6
Dewan Koordinasi Nasional
1. Dewan Koordinasi Nasional adalah pirnpinan tertinggi Organisasi yang bersifat kolektif.
2.

Dewan Koordinasi Nasional memiliki wewenang:
a. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Nasional sesuai dengan Anggran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil permusyawaratan
organisasi tingkat nasional.
b. Mengesahkan komposisi dan personalia Dewan Koordinasi Wilayah dan Dewan
Koordinasi Cabang.
c. Mengesahkan keanggotaan Anggota Kehormatan setelah mengkonsultasikannya
kepada Pembina LSN.
d. Melakukan

upaya-upaya

khusus

demi

keuntungan/pengembangan/kebesaran

organisasi dan/ atau demi mengamankan kepentingan perjuangan atau pencapaian
tujuan organisasi.
3. Dewan Koordinasi Nasional memiliki kewajiban:
a. Menjalankan roda organisasi kedalam maupun keluar, sesuai dengan Anggaran
Dasar,

Anggaran

Rumah

Tangga,

Peraturan

Organisasi

dan

hasil-hasil

permusyawaratan organisasi tingkat nasional.
b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pada saat Kongres.
c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan pembina dan penasehat,
dalam organisasi baik kedalam maupun keluar.
4. Dewan Koordinasi Nasional terdiri dari :
a. Ketua Umum
b. Sekretaris Jenderal
c. Wakil Sekretaris Jenderal
d. Bendahara Umum
e. Wakil Bendahara Umum
f. Divisi- Divisi
g. Lembaga-Lembaga sesuai dengan kebutuhan
h. Pembagian tanggung jawab, wewenang dan tugas Ketua Umum serta pengurus
lainnya diatur dalam Tata Kerja Pengurus.

Pasal 7
Dewan Koordinasi Wilayah
1. Dewan Koordinasi Wilayah adalah pimpinan organisasi yang bersifat kolektif di tingkat
dan dalam lingkup Wilayah atau Daerah Tingkat Propinsi atau yang disamakan dengan
itu.
2. Dewan Koordinasi Wilayah memiliki wewenang:
a. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Wilayah sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi dan hasil- hasil Permusyawaratan
baik tingkat Nasional maupun Wilayah.
b. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Koordinasi Nasional untuk mengesahkan
komposisi dan personalia Dewan Koordinasi Cabang.
3. Dewan Koordinasi Wilayah memiliki kewajiban:
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi sesuai dengan Anggaran
Dasar,

Anggaran

Rumah

Tangga,

Peraturan

Organisasi,

dan

hasil-hasil

Permusyawaratan Organisasi baik tingkat Nasional maupun Wilayah.
b. Menyampaikan

laporan pertanggung-jawaban pada Konferensi Wilayah Dewan

Koordinasi Wilayah.
c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan Pembina.
4. Dewan Koordinasi Wilayah terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Wakil Sekretaris
d. Bendahara
e. Wakil Bendahara
f. Divisi-Divisi yang disesuaikan dengan kebutuhan
g. Lembaga-Lembaga sesuai dengan kebutuhan
h. Pembagian tanggung jawab, wewenang dan tugas Ketua serta pengurus lainnya
diatur dalam Tata Kerja Pengurus.

Pasal 8
Dewan Koordinasi Cabang
1. Dewan Koordinasi Cabang adalah pimpinan organisasi yang bersifat kolektif di tingkat
Cabang atau Daerah tingkat Kabupaten atau yang disamakan dengan itu.

2. Dewan Koordinasi Cabang memiliki wewenang:
a. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Cabang sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil Permusyawaratan
baik tingkat Nasional, Wilayah maupun Cabang.
b. Mengesahkan komposisi dan Personalia Pengurus Dewan Koordinasi Anak Cabang
dan Dewan Koordinasi Ranting.

3. Dewan Koordinasi Cabang memiliki kewajiban:
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan Organisasi sesuai dengan Anggaran
Dasar,

Anggaran

Rumah

Tangga,

Peraturan

Organisasi,

dan

hasil-hasil

Permusyawaratan baik tingkat Nasional, Wilayah maupun Cabang.
b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pada Konferensi Cabang.
c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan Dewan Pembina.
4. Dewan Koordinasi Cabang terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Wakil Sekretaris
d. Bendahara
e. Wakil Bendahara
f. Divisi-Divisi yang disesuaikan dengan kebutuhan
g. Lembaga-Lembaga sesuai dengan kebutuhan
h. Pembagian tanggung jawab, wewenang dan tugas Ketua serta pengurus lainnya diatur
dalam Tata Kerja Pengurus.

Pasal 9
Dewan Koordinasi Anak Cabang
1. Dewan Koordinasi Anak Cabang adalah pimpinan organisasi yang bersifat kolektif di
tingkat Anak Cabang, atau Daerah Tingkat Kecamatan, atau yang disamakan dengan itu.
2. Dewan Koordinasi Anak Cabang memiliki wewenang:
a. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Anak Cabang sesuai dengan Anggaran
Dasar,

Anggaran

Rumah

Tangga,

Peraturan

organisasi,

dan

hasil-hasil

permusyawaratan organisasi baik tingkat Nasional, Wilayah, Cabang maupun Anak
Cabang.
b. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Koordinasi Cabang untuk pengesahan
komposisi dan personalia pengurus Dewan Koordinasi Ranting.
3. Dewan Koordinasi Anak Cabang memiliki kewajiban:
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi sesuai dengan Anggaran
Dasar,

Anggaran

Rumah

Tangga,

Peraturan

organisasi,

dan

hasil-hasil

permusyawaratan organisasi baik tingkat Nasional, Wilayah, Cabang maupun Anak
Cabang.
b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pada Musyawarah Anak Cabang.
c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan Pembina.
4. Dewan Koordinasi Anak Cabang terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Wakil Sekretaris
d. Bendahara
e. Wakil Bendahara
f. Divisi-Divisi yang disesuaikan dengan kebutuhan
g. Pembagian tanggung jawab, wewenang dan tugas Ketua serta pengurus lainnya diatur
dalam Tata Kerja Pengurus.

Pasal 10
Dewan Koordinasi Ranting
1. Dewan Koordinasi Ranting adalah pimpinan organisasi yang bersifat kolektif di tingkat
Ranting, atau Daerah Tingkat Desa atau Kelurahan, atau yang disamakan dengan itu.
2. Dewan Koordinasi Ranting memiliki wewenang:
a. Menentukan kebijakan Organisasi di tingkat Ranting sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil permusyawaratan
Organisasi baik tingkat Nasional, Wilayah, Cabang, Anak Cabang maupun Ranting.
b. Menerima pendaftaran calon anggota Organisasi.
3. Dewan Koordinasi Ranting memiliki kewajiban:
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi sesuai dengan Anggaran
Dasar,

Anggaran

Rumah

Tangga,

Peraturan

Organisasi,

dan

hasil-hasil

permusyawaratan Organisasi baik tingkat Nasional, Wilayah, Cabang, Anak Cabang
maupun Ranting.
b. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban pada Musyawarah Ranting.
c. Melakukan pelaporan kepada, dan konsultasi dialogis dengan Pembina dan penasehat.
d. Merekrut dan mengkader anggota Laskar Santri Nusantara pada setiap tingkatan
RW atau yang disamakan dengan itu, dalam wilayah kerja Dewan Koordinasi
Ranting.
4. Dewan Koordinasi Ranting terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Wakil Sekretaris
d. Bendahara Umum
e. Wakil Bendahara
f. Devisi-Devisi yang disesuaikan dengan kebutuhan
g. Pembagian tanggung jawab, wewenang dan tugas Ketua serta pengurus lainnya diatur
dalam Tata Kerja Pengurus.

BAB IV
KEDUDUKAN, WEWENANG DAN TUGAS PENGURUS
Pasal 11
Pengurus Harian

1. Pengurus Harian adalah pimpinan kolektif yang terdiri dari sejumlah tokoh dan/atau
aktivis pemuda serta sedapat mungkin mencerminkan proporsionalitas dan representasi
daerah, sebagai pemegang amanah kepemimpinan organisasi tertinggi di setiap tingkatan
kepengurusan.
2. Pengurus Harian di tingkat Nasional bertanggungjawab kepada Kongres untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun.
3. Pengurus Harian di tingkat Wilayah bertanggungjawab kepada Konferensi Wilayah untuk
masa jabatan 3 (tiga) tahun.
4. Pengurus Harian di tingkat Cabang bertanggungjawab kepada Konferensi Cabang untuk
masa jabatan 3 (tiga) tahun.

5. Pengurus Harian di tingkat Anak Cabang bertanggungjawab kepada Musyawarah Anak
Cabang untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
6. Pengurus Harian di tingkat Ranting bertanggungjawab kepada Musyawarah Ranting
untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
7. Susunan Pengurus Harian di tingkat Nasional terdiri dari seorang Ketua Umum dibantu
seorang Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Wakil
Bendahara Umum. Sedangkan susunan Pengurus Harian mulai dari tingkat Wilayah
sampai tingkat Ranting, terdiri dari seorang Ketua dibantu seorang Sekretaris dibantu
Wakil Sekretaris, dan seorang Bendahara dibantu Wakil Bendahara serta mengakomodir
unsur perempuan di masing-masing tingkatan.

8. Pengurus Harian memiliki wewenang:
a. Menentukan kebijakan dan pola pengelolaan organisasi.
b. Membentuk dan menetapkan personalia divisi-divisi di semua tingkatan masingmasing.
c. Membentuk dan menetapkan personalia perangkat-perangkat organisasi berupa
satuan-satuan tugas dan/atau unit-unit atau kelompok-kelompok kerja yang diusulkan
oleh, Divisi-divisi di tingkatnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan.
9. Pengurus Harian memiliki tugas:
a. Memelihara kemurnian perjuangan dan melaksanakan kebijakan organisasi.
b. Menjalankan pengelolaan organisasi di tingkatnya masing masing secara efektif dan
efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
c. Menjabarkan kebijakan organisasi dalam bentuk program program kegiatan yang
realistis, efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
d. Melakukan pelaporan kepada dan konsultasi dengan kepengurusan organisasi satu
tingkat diatasnya.
e. Melakukan pelaporan dan konsultasi dialogis dengan dewan Pakar dan Dewan
Pembina ditingkatnya masing-masing.
f. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kepada forum permusyawaratan
tertinggi organisasi ditingkatnya masing masing.
10. Pengurus Harian dalam menjalankan wewenang dan tugasnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) dan ayat (9) pasal ini harus sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil permusyawaratan organisasi.

11. Ketentuan tentang wewenang, tugas dan tata kerja masing-masing Pengurus Harian
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 12
JENIS-JENIS LEMBAGA DAN DIVISI
1. Lembaga pada Dewan Koordinasi Nasional antara lain :
a. Lembaga di Bidang Organisasi dan Keanggotaan.
b. Lembaga di Bidang Kaderisasi dan Pelatihan.
c. Lembaga di Bidang Hubungan Antar Lembaga.
d. Lembaga di Bidang Dakwah dan Pengembangan Pesantren.
e.

Lembaga di Bidang Kajian dan Pemikiran Keislaman.

f. Lembaga di Bidang Informasi dan Komunikasi.
g. Lembaga di Bidang Penanggulangan Bencana.
h. Lembaga di Bidang Kebijakan Publik, Otonomi Daerah, Pemerintahan, dan
Pertanahan.
i. Lembaga di Bidang Perekonomian, Keuangan, UKM, Pertanian, Kelautan, Energi,
Lingkungan Hidup dan sebagainya.
j. Lembaga di Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kesehatan, Kependudukan, Pendidikan,
Ketenagakerjaan dan sebagainya.
k. Lembaga di Bidang Hukum dan Perlindungan HAM .
l. Lembaga di Bidang Kajian dan Kerjasama Internasional.
m. Lembaga di bidang pers, penerbitan dan jurnalistik.
n. Lembaga-lembaga lain yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Jumlah dan nama-nama Lembaga pada Pimpinan Wilayah disesuaikan dengan kebutuhan,
dan struktur organisasi kelembagaannya di SK-kan oleh Pimpinan Wilayah masingmasing.
3. Jumlah dan nama-nama Lembaga pada Pimpinan Cabang disesuaikan dengan kebutuhan,
dan struktur organisasi kelembagaannya di SK-kan oleh Pimpinan Cabang masingmasing.
4. Lembaga tidak punya struktur hierarkhi ke bawah

Pasal 13
Divisi-Divisi
1. Divisi adalah kelengkapan Organisasi di semua tingkatan kepengurusan kecuali di tingkat
Nasional yang berfungsi sebagai unit-unit pelaksana program-program Organisasi.
2. Divisi-divisi dibentuk dan dikoordinasikan oleh Pengurus Harian di semua tingkatan
organisasi.
3. Divisi-divisi bertanggung-jawab kepada Rapat Pleno Pengurus Harian di semua tingkatan
Organisasi.
4. Tiap-tiap Divisi di semua tingkatan kepengurusan organisasi terdiri dari: seorang
Koordinasi (merangkap anggota) serta seorang Sekretaris (merangkap anggota), dan
anggota-anggota. Dalam hal Koordinasi atau Sekretaris Divisi berhalangan, Pengurus
Harian dapat menunjuk salah satu anggota Divisi untuk menjadi Pejabat Koordinasi, dan
demikian pula terhadap Sekretaris Divisi atau keduanya.
5. Divisi-divisi di semua tingkatan kepengurusan organisasi memiliki wewenang:
a. Menentukan pola pengelolaan bidang kerjanya masing-masing.
b. Mengusulkan pembentukan perangkat perangkat Organisasi untuk kelancaran tugas
tugasnya masing masing sesuai dengan kebutuhan.
6. Divisi-divisi di semua tingkatan kepengurusan organisasi memiliki tugas:
a. Memelihara kemurnian perjuangan dan melaksanakan kebijaksanaan organisasi.
b. Melaksanakan kegiatan kegiatan yang realistis, efektif dan efisien dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.
c. Menyampaikan Laporan Pertanggung-jawaban kepada Rapat Pleno Pengurus di
tingkatnya masing-masing.
7. Divisi-divisi dalam menjalankan wewenang dan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam
ayat (5) dan ayat (6) pasal ini harus sesuai dengan kebijaksanaan Pengurus Harian di
tingkatnya niasing-masing, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan
Organisasi, dan hasil-hasil permusyawaratan Organisasi.
8. Ketentuan tentang wewenang, tugas dan tata-kerja masing-masing pengurus Divisi
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

BAB V
LOWONGAN ANTAR WAKTU
Pasal 14
1. Lowongan antar waktu personalia Pengurus Organisasi terjadi karena:
a. Meninggal dunia.
b. Mengundurkan diri.
c. Diberhentikan.
2. Pemberhentian personalia Pengurus organisasi hanya dapat dilakukan melalui Rapat
Pleno Pengurus Harian berdasarkan alasan-alasan yang kuat secara organisatoris, sesuai
dengan kebijakan Pengurus Harian di tingkatnya masing-masing dan tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi, dan hasil-hasil
Permusyawaratan organisasi.

Pasal 15
1. Pengisian lowongan antar waktu Personalia Pengurus Organisasi dilakukan oleh Rapat
Pleno Pengurus Harian di semua tingkatan Organisasi.
2. Calon-calon diajukan oleh unsur Pengurus Harian dan/ atau Divisi-divisi.

BAB VI
PEMBEKUAN PENGURUS
Pasal 16
Dewan Koordinasi Nasional dapat membekukan kepengurusan organisasi tingkat
dibawahnya, yang pengambilan keputusannya ditetapkan sekurang-kurangnya melalui Rapat
Pleno Pengurus Harian;
1. Alasan pembekuan harus kuat secara organisatoris dan tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Organisasi.
2. Sebelum pembekuan dilakukan terlebih dahulu diberi peringatan tertulis sebanyakbanyaknya 3 (tiga) kali untuk memperbaiki pelanggarannya.
3. Setelah pembekuan terjadi maka kepengurusan dipegang oleh kepengurusan yang
setingkat lebih tinggi, hanya untuk mempersiapkan penyelenggaraan Musyawarah
menurut tingkatannya yang akan memilih kepengurusan yang baru.
4. Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah pembekuan, harus sudah terselenggara
Musyawarah menurut tingkatannya untuk memilih kepengurusan baru.

BAB VII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 17
Musyawarah dalam Organisasi Laskar Santri Nusantara terdiri dari
1. Kongres.
2. Kongres Luar Biasa.
3. Musyawarah Kerja Nasional.
4. Musyawarah Pimpinan Nasional.
5. Konferensi Wilayah.
6. Konferensi Wilayah Luar Biasa.
7. Musyawarah Kerja Wiiayah.
8. Konferensi Cabang.
9. Konferensi Cabang Luar Biasa.
10. Musyawarah Kerja Cabang.
11. Musyawarah Anak Cabang.
12. Rapat Kerja Anak Cabang.
13. Musyawarah Ranting.
14. Rapat Kerja Ranting.

Pasal 18
Kongres

1. Kongres merupakan forum permusyawaratan tertinggi organisasi yang berfungsi sebagai
representasi dari pemegang kedaulatan Organisasi dan diadakan setiap 5 (lima) tahun
sekali.
2. Kongres memiliki wewenang;
a. Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Koordinasi Nasional.
b. Menetapkan dan/atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
c. Menetapkan Garis-garis Besar Program Organisasi untuk 5 (lima) tahun ke depan.
d. Memilih dan menetapkan Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional Laskar Santri
Nusantara.
e. Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu.

3. Kongres diselenggarakan oleh Dewan Koordinasi Nasional.
4. Peraturan Tata Tertib Kongres ditetapkan oleh Kongres.

Pasal 19
Peseta Kongres
1. Peserta Kongres adalah:
a. Anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Nasional, Kordinator-Kordinator Divisi,
dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Nasional.
b. Utusan Dewan Koordinasi Wilayah yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris dan seorang
lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Wilayah.
c. Utusan Dewan Koordinasi Cabang yang terdiri dari Ketuadan Sekretaris dan seorang
lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Cabang.
2. Setiap peserta Kongres mempunyai hak bicara.
3. Dewan Koordinasi Nasional, dengan mendasarkan kepada asas proporsional dan
representasi daerah dalam komposisi kepengurusannya, hanya memiliki 1 (satu) hak
suara.
4. Dewan Koordinasi Wilayah secara kolektif, masing-masing memiliki hak 1 (satu) suara.
5. Dewan Koordinasi Cabang secara kolektif, masing-masing memiliki hak 1 (satu) suara.

Pasal 20
1. Kongres adalah sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (duapertiga) jumlah
Wilayah dan Cabang yang sah.
2. Sidang-sidang Kongres sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang
hadir.
3. Keputusan Kongres sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang
hadir.
4. Pemilihan mengenai orang dalam Kongres dilakukan secara jujur, adil, demokratis,
langsung, bebas dan rahasia.
5. Rancangan materi Kongres disiapkan oleh Dewan Koordinasi Nasional dan disampaikan
kepada seluruh Dewan Koordinasi Wilayah dan Dewan Koordinasi Cabang minimal 1
(satu) bulan sebelum Kongres berlangsung.
6. Kongres diselenggerakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Nasional dan Panitia
Kongres.

Pasal 21
Kongres Luar Biasa
1. Kongres Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila terdapat keadaan yang dinilai dapat
mengancam kelangsungan hidup organisasi.
2. Kongres Luar Biasa dapat diadakan berdasarkan permintaan dari sekurang-kurangnya
setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Cabang yang sah yang berasal dari
setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Wilayah yang sah.
3. Ketentuan-ketentuan lain mengenai Kongres berlaku bagi Kongres Luar Biasa.

Pasal 22
Musyawarah Kerja Nasional
1. Musyawarah Kerja Nasional atau MUKERNAS merupakan forum permusyawaratan pada
tingkat nasional untuk mengevaluasi serta membahas kinerja dan program program
organisasi, membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan keputusan-keputusan
Kongres dan masalah-masalah lainnya yang dianggap penting.
2. Musyawarah Kerja Nasional diadakan Dewan Koordinasi Nasional sekurang-kurangnya
dua kali dalam masa periode kepengurusan.
3. Peraturan dan Tata Tertib Musyawarah Kerja Nasional ditetapkan oleh Dewan Koordinasi
Nasional.
4. Peserta Musyawarah Kerja Nasional adalah anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi
Nasional, Kordinator-Kordinator Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat
Nasional, dan utusan dari Dewan Koordinasi Wilayah dan utusan dari Dewan Koordinasi
Cabang.
5. Musyawarah Kerja Nasional sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah
lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Cabang yang sah yang berasal dari setengah lebih
satu jumlah Dewan Koordinasi Wilayah yang sah.
6. Keputusan Musyawarah Kerja Nasional sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah
jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan keputusan setiap peserta
mempunyai hak 1 (satu) suara.
7. Musyawarah Kerja Nasional diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi
Nasional.

Pasal 23
Musyawarah Pimpinan Nasional
1. Musyawarah Pimpinan Nasional atau disebut MUSPIMNAS merupakan forum
permusyawaratan

untuk

membahas

masalah

masalah

yang

berkaitan

dengan

perkembangan situasi organisasi dan kehidupan nasional yang dinilai penting dan
strategis.
2. Musyawarah Pimpinan Nasional dapat diadakan sewaktu-waktu oleh Dewan Koordinasi
Nasional sesuai kebutuhan.
3. Peserta Musyawarah Pimpinan Nasional adalah anggota Pengurus Harian Dewan
Koordinasi Nasional dan Ketua-ketua Dewan Koordinasi Wilayah.
4. Musyawarah Pimpinan Nasional sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah
lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Wilayah yang sah.
5. Keputusan Musyawarah Pimpinan Nasional sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah
jumlah peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan keputusan setiap peserta
mempunyai hak satu suara.
6. Peraturan Tata Tertib Musyawarah Pimpinan Nasional ditetapkan oleh Dewan Koordinasi
Nasional.
7. Musyawarah Pimpinan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Nasional.

Pasal 24
Konferensi Wilayah
1. Konferensi Wilayah atau disebut KONFERWIL merupakan forum permusyawaratan
tertinggi pada tingkat Wilayah yang diadakan oleh Dewan Koordinasi Wilayah setiap 3
(Tiga) tahun sekali.
2. Konferensi Wilayah memiliki wewenang:
a. Menilai laporan pertanggung-jawaban Dewan Koordinasi Wilayah.
b. Menetapkan Pokok-pokok Program Dewan Koordinasi Wilayah untuk tiga tahun ke
depan.
c. Memilih dan menetapkan Ketua DKW LSN.
d. Membuat dan menetapkan keputusan keputusan lain yang dianggap perlu.
3. Peraturan dan Tata Tertib Konferensi Wilayah ditetapkan oleh Konferensi Wilayah.

Pasal 25
Peserta
1. Peserta Konferensi Wilayah KONFERWIL adalah:
a. Anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Wilayah, Kordinator-kordinator Divisi,
dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Wilayah.
b. Utusan Dewan Koordinasi Cabang yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris dan seorang
lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Cabang.
2. Setiap peserta Konferensi Wilayah mempunyai hak bicara.
3. Utusan Dewan Koordinasi Cabang secara kolektif mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 26
1. Konferensi Wilayah sah bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (duapertiga) jumlah
Cabang yang sah.
2. Sidang-sidang Konferensi Wilayah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah lebih satu jumlah peserta yang hadir.
3. Keputusan Konferensi sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang
hadir.
4. Pemilihan mengenai orang dalam Konferensi Wilayah dilakukan secara jujur, adil,
demokratis, langsung, bebas, dan rahasia.
5. Rancangan

materi

Musyawarah

disiapkan

oleh

Dewan

Koordinasi

Wilayah

dan disampaikan kepada seluruh Dewan Koordinasi Cabang selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sebelum Konferensi Wilayah berlangsung.

Pasal 27
Konferensi Wilayah Luar Biasa
1. Konferensi Wilayah Luar Biasa Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila terdapat
keadaan yang dinilai dapat mengancam kelangsungan hidup Organisasi.
2. Konferensi Wilayah Luar Biasa dapat diadakan berdasarkan permintaan dari sekurangkurangnya setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Cabang yang sah.
3. Ketentuan-ketentuan lain mengenai Konferensi Wilayah berlaku bagi Konferensi
Wilayah Luar Biasa.
4. Peraturan Tata Tertib Konferensi Wilayah luar biasa ditetapkan oleh Dewan Koordinasi
Wilayah.

Pasal 28
Musyawarah Kerja Wilayah
1. Peserta Musyawarah Kerja Wilayah atau disebut MUSKERWIL adalah anggota Pengurus
Harian Dewan Koordinasi Wilayah, Kordinator-kordinator Divisi, dan pimpinan
Perangkat Organisasi di tingkat Wilayah, dan utusan dari Dewan Koordinasi Cabang.
2. Musyawarah Kerja Wilayah sah apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah
peserta Musyawarah, dan dalam hal pengambilan keputusan setiap peserta mempunyai
hak satu suara.
3. Musyawarah Kerja Wilayah diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi
Wilayah dua kali dalam satu periode.

Pasal 29
Konferensi Cabang
1. Konferensi Cabang atau disebut KONFERCAB merupakan forum permusyawaratan
tertinggi pada tingkat Cabang yang diadakan oleh Dewan Koordinasi Cabang setiap 3
(tiga) tahun sekali.
2. Konferensi Cabang memiliki wewenang:
a. Menilai laporan pertanggung-jawaban Dewan Koordinasi Cabang.
b. Menetapkan Pokok-pokok Program Dewan Koordinasi Cabang untuk 3 (tiga) tahun
ke depan.
c. Memilih dan menetapkan Ketua Umum Dewan Koordinasi Cabang DKC LSN.
d. Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu.
3. Peraturan Tata Tertib Konferensi Cabang ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Cabang.
Pasal 30
1. Peserta Konferensi Cabang adalah:
a. Anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Cabang, Koordinasi-koordinasi
Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Cabang.
b. Utusan Dewan Koordinasi Anak Cabang yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris dan
seorang lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Anak Cabang.
2. Setiap peserta Konferensi Cabang mempunyai hak bicara.
3. Utusan Dewan Koordinasi Anak Cabang secara kolektif mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 31
1. Konferensi Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
jumlah Anak Cabang yang sah.
2. Sidang-sidang Konferensi Cabang sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
peserta yang hadir.
3. Keputusan sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir.
4. Pemilihan mengenai orang dalam Konferensi Cabang dilakukan secara jujur, adil,
demokratis, langsung, bebas, dan rahasia.
5. Rancangan materi konferensi Cabang disiapkan oleh Dewan Koordinasi Cabang dan
disampaikan kepada seluruh Dewan Koordinasi Anak Cabang selambat-lambatnya 1
(salu) bulan sebelum Konferensi Cabang berlangsung.
6. Konferensi Cabang diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi Cabang.

Pasal 32
Konferensi Cabang Luar Biasa
1. Konferensi Cabang Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila terdapat keadaan yang
dinilai dapat mengancam kelangsungan hidup Organisasi.
2. Konferensi Cabang Luar Biasa dapat diadakan berdasarkan permintaan dari sekurangkurangnya setengah lebih satu jumlah Dewan Koordinasi Anak Cabang yang sah.
3. Ketentuan-ketentuan lain mengenai Konferensi Cabang berlaku bagi Konferensi Cabang
Luar Biasa.
4. Peraturan Tata Tertib Konferensi Cabang Luar Biasa ditetapkan oleh Dewan Koordinasi
Cabang.
Pasal 33
Musyawarah Kerja Cabang
1. Peserta Musyawarah Kerja Cabang atau disebut MUSKERCAB adalah anggota Pengurus
Harian Dewan Koordinasi Cabang, Kordinator-kordinator

Divisi, dan pimpinan

Perangkat Organisasi di tingkat Cabang, dan utusan dari Dewan Koordinasi Anak
Cabang.
2. Musyawarah Kerja Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
peserta, dan dalam hal pengambilan keputusan setiap peserta mempunyai hak 1 (satu)
suara.

3. Musyawarah Kerja Cabang diselenggarakan dan dipimpin oleh Dewan Koordinasi
Cabang. Rancangan Materi-materi Musyawarah Kerja Cabang disusun oleh Dewan
Koordinasi Cabang.
Pasal 34
Musyawarah Anak Cabang
1. Musyawarah Anak Cabang merupakan forum permusyawaratan tertinggi pada tingkat
Anak Cabang yang diadakan oleh Dewan Koordinasi Anak Cabang setiap 3 (tiga) tahun
sekali.
2. Musyawarah Anak Cabang memiliki wewenang:
a. Menilai laporan pertanggung-jawaban Dewan KoordinasiAnak Cabang.
b. Menetapkan Pokok-pokok Program Dewan Koordinasi Anak Cabang untuk 3 (tiga)
tahun ke depan.
c. Memilih dan menetapkan Ketua Dewan KoordinasiAnak Cabang.
d. Membuat dan menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu.
3. Peraturan dan Tata Tertib Musyawarah Anak Cabang ditetapkan oleh Konferensi Anak
Cabang.

Pasal 35
Peserta
1. Peserta Musyawarah Anak Cabang adalah:
a. Anggota Pengurus Harian Dewan Koordinasi Anak Cabang, kordinator-kordinator
Divisi, dan pimpinan Perangkat Organisasi di tingkat Cabang.
b. Utusan Kepengurusan Ranting yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris dan seorang
lainnya yang dipilih oleh dan dari Dewan Koordinasi Ranting.
2. Setiap peserta Musyawarah Anak Cabang mempunyai hak bicara.
3. Utusan Dewan Koordinasi Ranting secara kolektif mempunyai hak 1 (satu) suara.

Pasal 36
1. Musyawarah Anak Cabang adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
duapertiga jumlah Dewan Koordinasi Ranting yang sah.
2. Sidang-sidang Musyawarah Anak Cabang sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah
jumlah peserta yang hadir.

3. Keputusan sah apabila disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang hadir.
4. Pemilihan mengenai orang dalam Musyawarah Anak Cabang dilakukan secara jujur, adil,
demokratis, langsung, bebas, dan rahasia.
5. Rancangan materi Musyawarah Anak Cabang disiapkan ole