PEMAGANGAN PEWARNAAN DAN SKIR PLANGKAN D
1
PEMAGANGAN PEWARNAAN DAN SKIR PLANGKAN DALAM RANGKA
PENGUATAN EKSPOR SARUNG GOYOR BERBASIS OVOP
(ONE VILLAGE ONE PRODUCT) DI SRAGEN
Prof. Dr. Rahmawati, M.Si, Ak.
Dra. Anastasia Riani S, M.Si.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret, [email protected],
08122658200
Prof. Soenarto, M.Sc. M.A. Ph.D.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, [email protected].
Abstrak
Sarung goyor merupakan produk unggulan Kabupaten Sragen yang akan
ditumbuh kembangkan mengingat ketersediaan potensi dan sumber daya yang ada
dan memiliki peluang pasar yang jelas. Dalam menumbuhkembangkan produk
unggulan dimaksud, UKM sentra tergabung dalam wadah Koperasi Agawe Makmur.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengembangan produk unggulan Sarung Goyor
berbasis ONE VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) telah didukung oleh Pemerintah
Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah Pusat, serta DIKTI dengan skim Hi Link.
Penelitian untuk penyempurnaan teknologi yang diterapkan. Metode
pemilihan Iptek yang digunakan dalam implementasi kegiatan yaitu: observasi
dimaksudkan untuk mengamati produk tenun sarung goyor, proses pembuatan
Inovasi Tenun sarung goyor, pembuatan peralatan tenun model baru di Kecamatan
Kalijambe, Kabupaten Sragen. Diskusi dengan Pengrajin menentukan konsep yang
tepat dalam penentuan desain sehingga tahu desain yang banyak diminati
konsumen dengan kearifan lokal, juga menentukan warna-warna baru yang akan
dibuat serta diversifikasi produk. Observasi digunakan untuk menemukan kelemahan
dan kelebihan tentang Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Model Baru dan pembuatan
bak mordan (pencelupan) untuk pewarnaan benang. Metode juga melihat
kekurangan dan kelebihan serta pembenahan manajemen keuangan, Kerja Bengkel,
dan operasional usaha.
Pendampingan secara individual, dimaksudkan untuk mengetahui potensi
secara individu pengrajin untuk bisa dikembangkan secara optimal. Pelatihan ekspor
dan impor diperlukan agar koperasi dan sekelompok masyarakat dapat mengekspor
sendiri tanpa tergantung terus menerus pada pedagang besar. Pelatihan dalam
bentuk pemagangan pewarnaan, skir plangkan, dan motif baru juga dilakukan agar
terbentuk kluster-kluster. Desain baru dibuat agar sesuai dengan ciri khas unggulan
daerah Sragen yaitu fosil gading di Sangiran. Tujuan akhir terbentuknya bisnis kecil
supaya tidak selamanya tergantung pada satu pedagang besar.
Kata kunci: sarung tenun goyor, OVOP, penguatan ekspor, Kalijambe Sragen.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
2
PENDAHULUAN
Kabupaten Sragen, memiliki potensi beberapa produk unggulan yang sedang
dikembangkan. Salah satu produk unggulan tersebut adalah Sarung Goyor yang berlokasi
di Desa Sambirembe, Kecamatan Kalijambe.
Komoditas
tersebut
dikembangkan
karena
memiliki
beberapa
keunggulan,
diantaranya adalah bahwa sarung goyor memiliki daya tarik dan nilai historis, karena
merupakan produk hand made dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
yang diproduksi secara turun temurun, sehingga merupakan potensi warisan leluhur yang
patut dilestarikan. Selain itu produk sarung goyor memiliki pangsa pasar export, yang
banyak digemari di Negara Timur Tengah seperti Negara Republik Somalia, karena kualitas
bahannya yang khas, dapat menimbulkan rasa “adem” atau dingin jika dipakai pada cuaca
yang panas, tetapi juga bisa memberikan kehangatan bagi pemakainya pada cuaca yang
dingin. Produk sarung goyor juga banyak digemari karena mudah perawatannya, tetap halus
walaupun tidak diseterika. Dari berbagai keistimewaan diatas maka tidak mengherankan jika
masyarakat Somalia gemar sarung goyor, sebab perubahan musim panas dan dingin di
negara ini sangat mencolok.
Dalam upaya meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta daya saing bagi para
pengrajin sarung goyor, telah terbentuk Koperasi Industri dan Kerajinan (Kopinkra) AGAWE
MAKMUR sebagai wadah/sarana untuk kegiatan ekonomi bersama, utamanya pembelian
bersama, pengolahan dan penjualan bersama. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
dikembangkan kelompok UMKM pengrajin sarung goyor anggota/calon anggota Kopinkra
Agawe Makmur di Kecamatan Kalijambe guna memenuhi permintaan pasar ekspor yang
masih sangat berpotensi.
Tujuan Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Koperasi adalah:
1. Menumbuh kembangkan UMKM Pengrajin Sarung Goyor dengan Alat Tenun
Bukan Mesin (ATBM) anggota/calon anggota Kopinkra Agawe Makmur di
Kecamatan Kalijambe.
2. Meningkatkan kapasitas produksi, sehingga mampu memenuhi pesanan baik
lokal maupun ekspor.
3. Meningkatkan nilai tambah dan harga jual lebih tinggi, yang berdampak
meningkatnya pendapatan perajin Sarung Goyor di Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen.
4. Penumbuhan wirausaha baru.
5. Menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan mengatasi
kemiskinan.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
3
Tabel 1 berikut ini menggambarkan kondisi mitra dan kondisi koperasi.
Tabel 1 Kondisi mitra dan koperasi.
URAIAN
KONDISI SAAT INI
KONDISI
YANG
DIHARAPKAN
A
KONDISI SENTRA
1
Jumlah kelompok
2
Jumlah pengrajin
3
Status pengrajin
4
Pengrajin masuk anggta Kop
5
Kapasitas produksi per tahun
6
Jumlah motif yg diproduksi
7
Nilai produksi per tahun
8
Penjualan per tahun
a. Lokal
b. Eksport
9
Pemasaran
B
KONDISI KOPERASI
1
Jumlah anggota
2
Manajer
3
Karyawan
4
Modal sendiri
6 kelompok
12 kelompok
270 orang
500 orang
60 orang
500 orang
Buruh/pekerja
60.000 potong
30 motif
Rp. 7.500.000.000
Belum ada
60.000 potong
Oleh pemodal
91 orang
Belum ada
2 orang
Rp 548.146.000
Anggota koperasi
150.000 potong
Terus meningkat
Rp. 18.750.000.000
30.000 potong
120.000 potong
Oleh Koperasi
500 orang
Ada pada setiap unit
usaha
Ada
sesuai
kebutuhan
Meningkat
signifikan
dengan penambahan
anggota
5
Asset
6
Omset
7
Kantor
Rp 593.376.000
Relative kecil
pemupukan
dan
modal
sendiri
Meningkat signifikan
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
4
8
Sarana usaha
9
Pabrik sarung goyor
Sewa
Meningkat signifikan
Belum ada
Memadai
Terbatas
Milik sendiri
Ada/milik koperasi
Usaha yang telah dan akan dilakukan PEMDA adalah:
1. Peran Koperasi dalam pengembangan OVOP
a. Menampung UMKM pengrajin sarung goyor sebagai anggota/calon anggota
Koperasi.
b. Melayani dan atau memfasilitasi pemenuhan kebutuhan anggota, baik sarana
produksi, peralatan, bahan baku maupun bahan penunjang lainnya.
c. Melayani dan atau memfasilitasi kebutuhan modal usaha anggota.
d. Memfasilitasi upaya peningkatan kualitas produksi anggota
e. Menjual dan atau memfasilitasi pemasaran hasil produksi anggota
f.
Mengupayakan peningkatan kesejahteraan anggota.
2. Kegiatan Perluasan Akses Pasar dalam bentuk:
a. Temu usaha
b. Pameran
c. Fasilitasi pemasaran
Di dukuh/desa Sambirembe terdapat 250 UKM Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM),
Sarung Goyor, dengan produksi rata-rata 1.500 pieces, senilai Rp 300.000.000.
Menindaklanjuti kunjungan Bp. Mintardjo Halim Kadin Ekspor Impor Tekstil wilayah Afrika
Selatan tanggal 21 Juli 2010 didampingi Dirjen Perdagangan Kementrian Perdagangan
Republik Indonesia, disusul kunjungan tanggal 6 Agustus 2010 oleh duta besar Negara
Somalia didampingi wakil Menteri Perdagangan Republik Indonesia beserta rombongan
tentang rencana ekspor sarung goyor dari desa Sambirembe Kecamatan Kalijambe Sragen,
ke berbagai negara Timur Tengah khususnya Somalia maka diperlukan menyusun proposal
hi link ini.
Usaha yang telah dilakukan PEMDA antara lain:
Pemerintah Kabupaten Sragen telah mengajukan proposal yang ditujukan kepada
Pemerintah Pusat berupa Bantuan Peralatan sejumlah 1000 alat dilengkapi dengan
pelatihan ketrampilan pembuatan sarung goyor. Saat sekarang ini masih dalam
tahap pembahasan, berharap mendapatkan perhatian dari Pemerintah Pusat.
Melalui APBD Perubahan tahun 2011, Dinas Perinkop dan UMKM Kabupaten
Sragen, Bidang Industri mengusulkan bantuan peralatan serta Bimbingan Teknik
kepada 5 Kelompok Usaha bersama berjumlah 100 orang.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
5
Untuk meningkatkan jumlah ekspor maka pemerintah daerah akan membangun
pabrik yang lahan sudah disiapkan untuk itu dan merencanakan untuk dianggarkan
dengan APBD tahun 2014 dan 2015.
Produk unggulan daerah kabupaten Sragen berdasarkan keputusan bupati sragen
no. 500/200/002/2011 adalah:
PRODUK
LOKASI
Batik Tulis
Masaran, Plupuh dan Kalijambe
Kalijambe, Gemolong, Sambungmacan, Masaran, Sambirejo, Sidoharjo, Mondokan
Mebel
dan Plupuh
Padi Organik
Seluruh Wilayah Kabupaten Sragen
Garut
Gesi, Mondokan, Sukodono, Jenar, Tangen, Sumberlawang dan Miri
Museum
Sangiran
dan
batu
Kalijambe
permata dan
fosil
Sapi
Masaran, Sidoharjo, Karangmalang, Plupuh, Kedawung, Sambungmacan, Sukodono
Brangus
dan Sambirejo
Sarung
Goyor
Masaran, Plupuh dan Kalijambe.
Sesuai Instruksi Gubernur Jawa Tengah nomor 518/23546 tahun 2012 tentang
Pengembangan Produksi nggulan Daerah Perdesaan melalui Pendekatan OVOP Berbasis
Koperasi. Telah di tetapkan Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kabupaten Sragen
dengan Pendekatan OVOP melalui koperasi adalah Komoditas:
1. Sarung Goyor
2. Padi Organik
Kendala yang dihadapi selama ini adalah:
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
6
•
Kurangnya tenaga ahli dibidang desain produk dan teknik pewarnaan
•
Kurangnya tenaga yang kompeten dibidang pengelolaan koperasi
•
Kurangnya diversifikasi produk
•
Kurangnya kualitas kemasan produk
•
Kurangnya akses pasar dan jaringan kerjasama usaha.
Tujuan Umum. Tujuan Umum program ini bertujuan meningkatkan Capacity building
Perguruan Tinggi dalam penerapan teknologi temuan Perguruan Tinggi yang
dibutuhkan oleh industri dan masyarakat secara berkelanjutan dan instutusional,
agar memperkuat daya saing industri mitra dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Bagi pengrajin dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap kepada
pengrajin di bidang sarung goyor dengan desain Batik sesuai minatnya sehingga
mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri sesuai
dengan potensi/sumber daya serta peluang kerja pada perusahaan industri pada
akhirnya
dapat
meningkatkan
kualitas
hidupnya.
Tujuan
DP2M-Dikti
mengembangkan model program kerja sama Perguruan Tinggi-Industri-Pemda
menerapkan teknologi yang dibutuhkan industri dan masyarakat, dan berasal dari
hasil penelitian ini diharapkan:
a. meningkatkan
keterampilan
para pengrajin membuat perencanaan dan
mengelola usaha sarung tenun goyor sehingga memperoleh penghasilan
yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
b. menumbuh kembangkan wawasan dari jiwa kewirausahaan di kalangan para
pengrajin sehingga
memiliki etos kerja tinggi serta dapat menghasilkan
karya-karya unggul yang mampu bersaing di pasar global,
c. meningkatkan kemampuan para pengrajin dalam mengelola sumber daya
alam, sosial, budaya dan lingkungan serta mampu memanfaatkan beraneka
teknologi maupun desain di bidang usaha sarung tenun goyor,
d. memiliki kemampuan memahami diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta
berkemampuan bekerja dalam tim baik di sektor formal maupun informal.
Road map penelitian (peta jalan) ini adalah:
a. Bintek Perkoperasian.
b. Pendampingan manajemen Koperasi dan Pembuatan Proposal, serta informasi
pemasaran melalui internet oleh BDS Mekar Niaga.
c. Sosialisasi Skim kredit untuk KUMKM.
d. Koordinasi dan sinkronisasi program melalui Kegiatan Forum Group Discussion
(FGD) Pengembangan OVOP berbasis Koperasi.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
7
e. Peningkatan Kualitas Produk dan Ketrampilan SDM melalui Kegiatan Perintisan
Kopinkra Sektor Sarung Goyor Melalui Sistim OVOP di Kabupaten Sragen.
f.
Study banding Produksi Sarung Goyong di Pemalang dan Tegal.
g. Aplikasi Teknis Pengembangan KUMKM melalui Pendekatan Rantai Nilai.
h. Monev pelaksanaan OVOP.
Penguatan Kelembagaan (capacity building). Tujuan khusus DP2M-Dikti
mengembangkan model program kerja sama Perguruan Tinggi-Industri-Pemda yang
menerapkan teknologi yang dibutuhkan industri dan masyarakat, dan berasal dari
hasil penelitian Manfaat bagi Institusi Perguruan Tinggi:
mendorong eksistensi
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) dalam memprediksi dan membantu
memberi alternatif solusi permasalahan lokal dan global agar dapat mendukung
aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang berdaya saing tinggi berbasis Ipteks.
Menciptakan sinergi pemberdayaan potensi yang berkesinambungan antara
masyarakat, pemerintah dan Perguruan Tinggi Universitas Sebelas Maret Surakarta
atas dasar keterpaduan dan keselarasan (link and match) dan memberi masukan
untuk penyesuaian materi kurikulum pendidikan.
Dari uji coba pemasaran dilakukan dengan cara pameran baik secara Nasional
maupun
internasional
sarung
tenun
goyor
dengan
motif
baru
hasil
dari
pengembangan desain, supaya dapat diterima dan laku di pasaran. Usaha
pemasaran meliputi:
•
Kerjasama dengan eksportir di Solo Jawa Tengah
•
Mengikuti Pameran di berbagai event
•
Dilakukan melalui kegiatan temu usaha
•
Promosi via internet
Indikator kualitatif Tahun II (2015): a) Melakukan pendampingan usaha dan memberikan
layanan konsultasi pengembangan usaha. b) Mengembangkan jalinan kerja sama dengan
lembaga pemerintah maupun non pemerintah dalam bidang kewirausahaan dan
pengembangan usaha baik dalam maupun luar negeri. c) Mengembangkan percepatan
wirausaha baru dikalangan masyarakat. d) Mengembangkan program-program kajian studi
dibidang kewirausahaan dan usaha kecil.
METODA
Metoda yang dilakukan adalah: diperlukan training/pelatihan sistem teknologi
bahan
sarung
berwirausaha,
tenun
gloyor,
Training/pelatihan
Training/pelatihan
manajemen
pengembangan
keuangan
sikap
bagi
mental
peserta,
Training/pelatihan penyusunan Business Plan bagi peserta, Training/pelatihan prosedur
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
8
ekspor, pengelolaan Usaha. Sukses Story juga diperlukan dengan menghadirkan
praktisi bisnis terkait.
Untuk itu diperlukan berbagai rancangan, evaluasi dan pelaksanaan kegiatan
sebagai berikut.
Rancangan Pelaksanaan Kegiatan:
1). Persiapan. Kegiatan yang dilakukan mencakup:
Menyusun materi dan instrumen untuk seleksi dan perekrutan bagi peserta
pelatihan.
Koordinasi dengan stakeholder terkait, seperti: instansi atau pemerintah desa
kalijambe maupun lembaga koperasi yang ada/pengrajin sarung tenun gloyor
yang sudah eksis.
Sebelas Maret yang terkait maupun dari praktisi teknis terkait.
Koordinasi dengan tim pengajar yang meliputi dosen-dosen dari Universitas
Penyusunan bahan/modul/materi pelatihan.
2). Pemberian pelatihan: pelatihan diberikan, dalam bentuk, in house training
maupun out house training pada tahun ke 2: Pelatihan dan pemagangan desain motif
baru sarung tenun goyor, pewarnaan, dan skir plangkan.
4). Evaluasi kegiatan: setelah mengikuti kegiatan training/pelatihan dari seluruh
rangkaian materi.
Pelaksana Kegiatan adalah:
Dosen-dosen materi terkait dari Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Sebelas
Maret dan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Praktisi dari industri terkait dari Pemalang dan Tegal (studi banding).
Proses Pembelajaran dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a. Pendekatan Andralogi.
Pendekatan secara personal sesuai kebutuhan dan kemampuan pribadi
peserta didik dengan meminimalkan pendekatan yang menjurus pendekatan
intruksional.
b. Rasio mata pelajaran teori dan praktek adalah 20% dibanding 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program HI-LINK yang beroperasi dengan lancar dan melembaga (memiliki prospek
mandiri dan berkelanjutan) melalui Pembentukan Kelompok Belajar Usaha (KBU) dan
berkesinambungan jalannya BDS (business development service). Pengrajin sebanyak
100 orang yaitu memiliki empat jenis kecakapan hidup oleh pengrajin sarung tenun
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
9
goyor yaitu: Kecakapan Pribadi yaitu kecakapan untuk mengenal diri sendiri orang
berpikir secara rasional dan kecakapan untuk tampil dengan kepercayaan diri yang
mantap. Kecakapan Sosial yaitu kecakapan untuk berkomunikasi melakukan kerja
sama, bertenggang rasa dan memiliki kepedulian serta tanggung jawab sosial dalam
kehidupan bermasyarakat. Kecakapan Akademik yaitu kecakapan untuk merumuskan
dan memecahkan masalah yang dihadapi melalui proses berpikir kritis, analisis, dan
sistematis serta memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian, eksploirasi, inovasi
dan kreasi melalui pendekatan ilmiah. Kecakapan Vokasional yaitu kecakapan yang
berkaitan dengan bidang ketrampilan kerajinan tenun yang dapat dipergunakan untuk
bekerja
sebagai
karyawan
maupun
usaha
mandiri.
Dimilikinya
Kemampuan
Kewirausahaan oleh Pengrajin yang meliputi: Kemampuan untuk mengelola dan
menyusun perencanaan usaha, Kemampuan untuk melakukan pengembangan usaha
melalui kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, Kemampuan untuk melakukan usaha
secara profesional dan mandiri.
Keterlibatan kemitraan secara intensif dengan pihak yang akan terkait dalam
perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan HI-LINK:
Desa/Camat untuk rekrutmen pengrajin. b).
a) Lembaga Pemerintah
Dinas perindustrian koperasi dan UMKM
untuk permodalan. c) Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen d) Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan Universitas Negeri Yogyakarta sebagai Team peneliti. e).
Koperasi
Agawe makmur Sragen.
Peningkatan kinerja industri mitra setelah penerapan teknologi: meningkatkan
jumlah keuntungan, karyawan dan investasi, serta perluasan wilayah pemasaran,
Meningkatkan ketrampilan pengrajin dalam membuat perencanaan dan mengelola
usaha kerajinan tenun sehingga memperoleh penghasilan yang layak untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya,
Menumbuh kembangkan wawasan dari jiwa kewirausahaan
dikalangan pengrajin sehingga memiliki etos kerja tinggi serta dapat menghasilkan
karya-karya unggul yang mampu bersaing dipasar global,
Meningkatkan kemampuan
pengrajin dalam mengelola sumber daya alam, sosial, budaya dan lingkungan serta
mampu memanfaatkan beraneka teknologi di bidang usaha kerajinan.
Memiliki
kemampuan memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungan serta kemampuan
bekerja dalam tim baik sektor formal maupun informal.
Manfaat bagi Pembangunan: 1) Penanggulangan Kemiskinan. Meningkatkan
kinerja usaha serta kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin melalui peningkatan
potensi masyarakat pengrajin yang dalam jangka panjangnya akan mendorong
akselerasi pemulihan ekonomi Indonesia. 2). Penyediaan Lapangan Kerja, memperluas
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
10
lapangan kerja bagi masyarakat luas melalui tumbuh kembangnya wirausaha-wirausaha
baru dibidang kerajinan sarung tenun goyor.
Training Need Analysis
Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training Need Analysis) dilakukan dengan tujuan
menyesuaikan isi latihan dengan kebutuhan peserta pelatihan yaitu pengusaha kecil
pengrajin sarung goyor. Penyusunan analisis kebutuhan pelatihan dilakukan dengan
pendekatan konsep enterprizing usaha kecil. Enterprising usaha kecil adalah usaha kecil
yang dikelola dengan pendekatan perusahaan atau usaha kecil yang menerapkan fungsifungsi manajemen didalam pengelolaan usahanya. Fungsi-fungsi manajemen tersebut
adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Kegiatan usaha kecil pada dasarnya meliputi kegiatan-kegiatan yang menyangkut
produksi/teknologi, pemasaran, pengelolaan keuangan/permodalan serta manajemen
usaha. Dari paparan mengenai gambaran usaha pengrajin di wilayah penelitian dapat
disimpulkan bahwa hambatan yang melekat pada usaha pengrajin adalah pada miskinnya
akses teknologi, keterbatasan akses pemasaran, keterbatasan permodalan/keuangan dan
kurangnya manajerial skill.
Dengan beberapa kelemahan yang melekat tersebut maka aspek analisis kebutuhan
pelatihan akan berkaitan dengan aspek produksi, pemasaran, keuangan, dan manajemen
usaha pengrajin. Penelitian dari Harvard University menunjukkan bahwa kunci keberhasilan
wirausaha 85% ditentukan oleh sikap mental/jiwa kewirausahaan dan hanya 15% ditentukan
oleh keahlian teknis. Merujuk pada hasil penelitian tersebut, aspek jiwa kewirausahaan
merupakan aspek yang diperhitungkan dalam melakukan analisis kebutuhan pelatihan.
Kegiatan Pendampingan
1. Tujuan Kegiatan Pendampingan
Memberi advokasi dan pengarahan teknis kepada peserta didik dalam
memahami pengetahuan serta ketrampilan yang diperoleh mereka selama
pelatihan dan menerapkan dalam dunia usaha dan dunia industri maupun
bekerja secara mandiri.
2. Materi Pendampingan
Pendampingan berupa pengaarahan dan bimbingan tehnis yang meliputi tiga
aspek yaitu:
a. Menerapkan desain motif baru sarung tenun goyor.
b. Perencanaan dan pengelolaan usaha dan kewirausahaan.
c. Dasar-dasar manajemen dan pembukuan.
d. Pewarnaan dan skir plangkan.
3. Instruktur Pendampingan
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
11
Instruktur pendampingan adalah staf pengajar dari FE UNS dan tenaga ahli
sebanyak 3 orang serta dibantu mahasiswa S1 dan S3.
4. Model Pendampingan
Pendampingan dilakukan dengan menggunakan model pendekatan partisipatif di
lapangan yaitu melalui partisipasi penuh dari instruktur pendampingan dalam
aktivitas kegiatan peserta didik.
Pendampingan dilakukan dengan strategi kelompok yaitu pendampingan kepada
5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang peserta didik yaitu 4 orang
sebagai anggota dan satu orang peserta didik yang dipilih sebagai ketua
kelompok.
4. Waktu dan Tempat Pendampingan
Pendampingan teknis pewarnaan dan skir plangkan bagi peserta didik pada
bulan Oktober dan November 2014, dengan frekuensi 5 kali kunjungan instruktur
pendampingan ke masing-masing kelompok dan satu kali evaluasi.
Pelaksanaan Pendampingan
Tim
Instruktur
mengunjungi
setiap
kelompok
dan
mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi serta memberikan solusi dari permasalahan dengan
memberikan penjelasan-penjelasan kesulitan yang dialami peserta didik dalam hal
proses pewarnaan dan skir plangkan. Tim Pendampingan memberi arahan maupun
bimbingan untuk mendapatkan hasil yang berkulitas bagus dengan cara memberikan
contoh-contoh serta penerapan pemakaian maupun penggunaan demi kelancaran
produksi.
Pada akhir pertemuan diadakan evaluasi untuk peserta didik guna
mengetahui apakah peserta didik mampu menghasilkan produk sesuai standar atau
sebagai seleksi untuk diterimanya atau tidak hasil produk/hasil desain baru sarung
tenun goyor. Apabila hasil evaluasi ternyata ada yang belum sesuai dengan yang
diharapkan maka Tim akan memberikan kelonggaran waktu serta memberikan
bimbingan hingga peserta didik mampu menghasilkan produk standar dan
berkualitas bagus.
UKM telah ikut pameran crafina di Jakarta dan LPPM UNS agar terjadi
peningkatan penjualan di dalam negeri. Hasil desain motif baru fosil gading menjadi
ciri khas sangiran di Sragen. Motif baru telah dimodifikasi menjadi baju dan pada
tahun ke 2 proses pengajuan hak cipta.
KESIMPULAN DAN SARAN
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
12
A. Kesimpulan
Hasil studi analisis kebutuhan pelatihan untuk mengidentifikasi model pelatihan yang
sesuai guna meningkatkan kinerja usaha pengrajin sarung goyor melalui pendekatan
konsep enterprizing usaha kecil menghasilkan temuan sebagai berikut:
1. Ada
kebutuhan
pengrajin
handycraft
untuk
mendapatkan
pelatihan
kewirausahaan dengan potensi kebutuhan yang disebabkan belum tercapainya
standar enterprising rata-rata adalah sebesar 80 % yang berarti ± 80 % pelaku
usaha kecil belum memiliki jiwa kewirausahaan dan belum menerapkan prinsipprinsip pengelolaan usaha dengan baik dan benar.
2. Spesifikasi
kebutuhan
dilihat
dari
masing-masing
aspek
dan
urutan
permasalahannya adalah:
a. 100 % usaha kecil membutuhkan pelatihan untuk mengembangkan sikap dan
kepribadian wirausaha antara lain kemampuan untuk memimpin, memotivasi
diri untuk menjadi manusia pembelajar dan orientasi pada pencapaian
prestasi.
b. 100% usaha kecil membutuhkan pelatihan manajemen pemasaran yang
memberikan pengetahuan untuk menyusun rencana pemasaran serta
keterampilan dalarn menjual.
c. 100 % usaha kecil membutuhkan pelatihan tentang pengelolaan keuangan
usaha terutama yang berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian
keuntungan, praktek sehat pemisahan kekayaan pribadi dan usaha serta
pembukuan praktis untuk usaha kecil.
d. 100 % usaha kecil membutuhkan pelatihan manajemen produksi sarung
goyor
khususnya
di
bidang
penyelenggaraan
administrasi
produksi,
pengendalian kualitas produksi dan pemahaman tentang keselarnatan dan
kesehatan kerja.
e. 100 % usaha kecil membutuhkan pelatihan manajemen untuk meningkatkan
ketrampilan tentang pengorganisasian, pengetahuan tentang perijinan usaha
serta keterampilan menyusun rencana usaha.
3. Dari data hasil observasi yang dilakukan terhadap responden berkaitan dengan
aspek budaya dan keadaan sosial masyarakat dapat diidentifikasi bahwa model
pelatihan yang tepat adalah model pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan
peserta,
bersifat
preskiptif,
merupakan
jenis
pelatihan
partisipatif
dan
menggunakan pendekatan fasilitator.
4. Dengan melihat latar belakang tingkat pendidikan peserta maka disamping
materi/ bahan ajar disesuaikan dengan kebutuhan peserta seperti yang sudah
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
13
berhasil diungkap dalam studi analisa kebutuhan, juga harus disesuaikan dengan
daya tangkap peserta. Ada lima modul yang dikembangkan melalui penelitian ini
yaitu:
1) Modul produksi sarung goyor
2) Modul akuntansi
3) Modul kewirausahaan
4) Modul manajemen pemasaran on line
5) Modul prosedur dan dokumen ekspor impor
6) Modul perpajakan koperasi.
Penerapan Teknologi Tahun ke dua (2015). Penggunaan sentuhan teknologi yaitu
bagaimana membuat gambar pada benang dengan cepat yaitu dengan alat cap,
sehingga tidak manual lagi.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari produk yang dihasilkan melalui penelitian ini yang berupa
model pelatihan dan modul pelatihan, sebagai langkah kedepan diperlukan:
1. Melakukan validasi atas model pelatihan dan modul pelatihan melalui uji judges
(para ahli bidang terkait) dan lapangan terbatas (beberapa calon pengguna).
Uji model pelatihan akan mengujji apakah format pelatihan yang dirancang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan transfer pengetahuan serta
skills ke dalam dunia pekerjaan pengrajin.
Uji kelayakan atas modul pelatihan akan menguji apakah modul pelatihan sesuai
dengan kebutuhan peserta pelatihan, sesuai dengan daya tangkap peserta dan
memungkinkan peserta ikut aktif.
2. Melakukan evaluasi dan revisi atas model pelatihan dan modul pelatihan yang
telah menjalani uji kelayakan oleh para ahli bidang terkait dan calon pengguna.
3. Menerapkan model dan modul pelatihan yang telah dievaluasi dan direvisi
kedalam bentuk pelatihan kewirausahaan dengan harapan akan terjadi
peningkatan bidang afektif yaitu mulai berkembangnya jiwa kewirausahaan,
peningkatan bidang psikomotorik berupa dirnilikinya keterampilan sarung goyor
dan peningkatan bidang kognitif yaitu meningkatnya pengetahuan manajemen
usaha.
4. Melakukan riset evaluasi sejauh mana pelatihan kewirausahaan berbasis sarung
goyor akan dapat menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tinggi sehingga
kinerja usaha pengrajin meningkat.
5. Menyampaikan feed-back dan out-come pelatihan kepada stakeholder sebagai
langkah awal diseminasi model pelatihan kedalam ruang lingkup yang lebih luas.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
14
6. Tahun ke 2 telah tercapai kluster-kluster pengrajin tenun, pewarnaan, dan skir
plangkan.
7. Tujuan Tahun ke 3 (berikutnya): penerapan Teknologi baru berupa Rak Lift
Machine.
UCAPAN TERIMA KASIH: penelitian ini telah didanai oleh DIKTI skim pengabdian
kepada masyarakat Hi Link tahun 2014 dan 2015.
FOTO-FOTO KEGIATAN SELAMA 2 TAHUN
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
15
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
16
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
17
DAFTAR PUSTAKA
Agusty, Ferdinand, 2003, Keunggulan Diferensiasif Dan Kinerja Pemasaran, Jurnal
Bisnis Strategi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro , Semarang
Dwivedi, Anju, 2004, Metodologi Pelatihan Partisipatif, Penerbit
Yogyakarta.
Pondok Edukasi,
Djoemena, Nian S., 2000, Lurik Garis Garis Bertuah, The Magig Stripes, Penerbit
Djambatan, Jakarta.
Genova, 2002, Mengenal Lebih Dekat : Kewirausahaan, Jurnal Ekonomi Perusahaan,
STIE IIBI, Jakarta
Gist: Bavetta & Stevan, 1990, Transfer Training Method: Its Influence on Skill
Generalisation, Skill Repeeetition and Performance Level, Personel Psycology.
Hall, C. M. 1996. Special Interest Tourism: An Introduction to tourism. Melbourne:
Longman.
Kuncoro, Mudrajat , 2001, Analisis Profil Masalah Industri Kecil dan Rumah Tangga :
Study Kasus Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol . 6 No. 1, 2001, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Meredith, Geoffrey G., 1996, Kewirausahaan Teori dan Praktek, Pustaka Binaman
Presindo, Jakarta.
Nawawi, Handari dan Murtini, Mimi, 1996, Penelitian Terapan, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
18
Nusantoro, Adi, 2002, Memberdayakan Ekonomi Rakyat Untuk Pembangunan
Ekonomi Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, UGM, Yogyakarta.
Nyo, Agustien dan Subandi, Endang, 1999, Pengetahuan Barang Tekstil, Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nasir, Muhammad dan Handoyo, Agus, 2003, Pengaruh Orientasi Wirausaha Terhadap
Kinerja Perusahaan Kecil Dengan Lingkungan dan Strategi Sebagai Variabel
Moderat, (Studi Kasus Pada Industri Aneka di Kota Semarang), Jurnal Bisnis
Strategi Vo. 12 Desember 2003, Universitas Diponegoro Semarang.
Pramono, Rachmadi, 2001, Organisasi Pembelajaran Bagi Usaha Kecil dan Menengah
Permasalahan dan Peluang. Jurnal Administrasi dan Bisnis Vol 1 No.2, 2001,
Unika Atma Jaya Jakarta
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
PEMAGANGAN PEWARNAAN DAN SKIR PLANGKAN DALAM RANGKA
PENGUATAN EKSPOR SARUNG GOYOR BERBASIS OVOP
(ONE VILLAGE ONE PRODUCT) DI SRAGEN
Prof. Dr. Rahmawati, M.Si, Ak.
Dra. Anastasia Riani S, M.Si.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret, [email protected],
08122658200
Prof. Soenarto, M.Sc. M.A. Ph.D.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, [email protected].
Abstrak
Sarung goyor merupakan produk unggulan Kabupaten Sragen yang akan
ditumbuh kembangkan mengingat ketersediaan potensi dan sumber daya yang ada
dan memiliki peluang pasar yang jelas. Dalam menumbuhkembangkan produk
unggulan dimaksud, UKM sentra tergabung dalam wadah Koperasi Agawe Makmur.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengembangan produk unggulan Sarung Goyor
berbasis ONE VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) telah didukung oleh Pemerintah
Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah Pusat, serta DIKTI dengan skim Hi Link.
Penelitian untuk penyempurnaan teknologi yang diterapkan. Metode
pemilihan Iptek yang digunakan dalam implementasi kegiatan yaitu: observasi
dimaksudkan untuk mengamati produk tenun sarung goyor, proses pembuatan
Inovasi Tenun sarung goyor, pembuatan peralatan tenun model baru di Kecamatan
Kalijambe, Kabupaten Sragen. Diskusi dengan Pengrajin menentukan konsep yang
tepat dalam penentuan desain sehingga tahu desain yang banyak diminati
konsumen dengan kearifan lokal, juga menentukan warna-warna baru yang akan
dibuat serta diversifikasi produk. Observasi digunakan untuk menemukan kelemahan
dan kelebihan tentang Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Model Baru dan pembuatan
bak mordan (pencelupan) untuk pewarnaan benang. Metode juga melihat
kekurangan dan kelebihan serta pembenahan manajemen keuangan, Kerja Bengkel,
dan operasional usaha.
Pendampingan secara individual, dimaksudkan untuk mengetahui potensi
secara individu pengrajin untuk bisa dikembangkan secara optimal. Pelatihan ekspor
dan impor diperlukan agar koperasi dan sekelompok masyarakat dapat mengekspor
sendiri tanpa tergantung terus menerus pada pedagang besar. Pelatihan dalam
bentuk pemagangan pewarnaan, skir plangkan, dan motif baru juga dilakukan agar
terbentuk kluster-kluster. Desain baru dibuat agar sesuai dengan ciri khas unggulan
daerah Sragen yaitu fosil gading di Sangiran. Tujuan akhir terbentuknya bisnis kecil
supaya tidak selamanya tergantung pada satu pedagang besar.
Kata kunci: sarung tenun goyor, OVOP, penguatan ekspor, Kalijambe Sragen.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
2
PENDAHULUAN
Kabupaten Sragen, memiliki potensi beberapa produk unggulan yang sedang
dikembangkan. Salah satu produk unggulan tersebut adalah Sarung Goyor yang berlokasi
di Desa Sambirembe, Kecamatan Kalijambe.
Komoditas
tersebut
dikembangkan
karena
memiliki
beberapa
keunggulan,
diantaranya adalah bahwa sarung goyor memiliki daya tarik dan nilai historis, karena
merupakan produk hand made dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
yang diproduksi secara turun temurun, sehingga merupakan potensi warisan leluhur yang
patut dilestarikan. Selain itu produk sarung goyor memiliki pangsa pasar export, yang
banyak digemari di Negara Timur Tengah seperti Negara Republik Somalia, karena kualitas
bahannya yang khas, dapat menimbulkan rasa “adem” atau dingin jika dipakai pada cuaca
yang panas, tetapi juga bisa memberikan kehangatan bagi pemakainya pada cuaca yang
dingin. Produk sarung goyor juga banyak digemari karena mudah perawatannya, tetap halus
walaupun tidak diseterika. Dari berbagai keistimewaan diatas maka tidak mengherankan jika
masyarakat Somalia gemar sarung goyor, sebab perubahan musim panas dan dingin di
negara ini sangat mencolok.
Dalam upaya meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta daya saing bagi para
pengrajin sarung goyor, telah terbentuk Koperasi Industri dan Kerajinan (Kopinkra) AGAWE
MAKMUR sebagai wadah/sarana untuk kegiatan ekonomi bersama, utamanya pembelian
bersama, pengolahan dan penjualan bersama. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
dikembangkan kelompok UMKM pengrajin sarung goyor anggota/calon anggota Kopinkra
Agawe Makmur di Kecamatan Kalijambe guna memenuhi permintaan pasar ekspor yang
masih sangat berpotensi.
Tujuan Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Koperasi adalah:
1. Menumbuh kembangkan UMKM Pengrajin Sarung Goyor dengan Alat Tenun
Bukan Mesin (ATBM) anggota/calon anggota Kopinkra Agawe Makmur di
Kecamatan Kalijambe.
2. Meningkatkan kapasitas produksi, sehingga mampu memenuhi pesanan baik
lokal maupun ekspor.
3. Meningkatkan nilai tambah dan harga jual lebih tinggi, yang berdampak
meningkatnya pendapatan perajin Sarung Goyor di Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen.
4. Penumbuhan wirausaha baru.
5. Menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan mengatasi
kemiskinan.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
3
Tabel 1 berikut ini menggambarkan kondisi mitra dan kondisi koperasi.
Tabel 1 Kondisi mitra dan koperasi.
URAIAN
KONDISI SAAT INI
KONDISI
YANG
DIHARAPKAN
A
KONDISI SENTRA
1
Jumlah kelompok
2
Jumlah pengrajin
3
Status pengrajin
4
Pengrajin masuk anggta Kop
5
Kapasitas produksi per tahun
6
Jumlah motif yg diproduksi
7
Nilai produksi per tahun
8
Penjualan per tahun
a. Lokal
b. Eksport
9
Pemasaran
B
KONDISI KOPERASI
1
Jumlah anggota
2
Manajer
3
Karyawan
4
Modal sendiri
6 kelompok
12 kelompok
270 orang
500 orang
60 orang
500 orang
Buruh/pekerja
60.000 potong
30 motif
Rp. 7.500.000.000
Belum ada
60.000 potong
Oleh pemodal
91 orang
Belum ada
2 orang
Rp 548.146.000
Anggota koperasi
150.000 potong
Terus meningkat
Rp. 18.750.000.000
30.000 potong
120.000 potong
Oleh Koperasi
500 orang
Ada pada setiap unit
usaha
Ada
sesuai
kebutuhan
Meningkat
signifikan
dengan penambahan
anggota
5
Asset
6
Omset
7
Kantor
Rp 593.376.000
Relative kecil
pemupukan
dan
modal
sendiri
Meningkat signifikan
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
4
8
Sarana usaha
9
Pabrik sarung goyor
Sewa
Meningkat signifikan
Belum ada
Memadai
Terbatas
Milik sendiri
Ada/milik koperasi
Usaha yang telah dan akan dilakukan PEMDA adalah:
1. Peran Koperasi dalam pengembangan OVOP
a. Menampung UMKM pengrajin sarung goyor sebagai anggota/calon anggota
Koperasi.
b. Melayani dan atau memfasilitasi pemenuhan kebutuhan anggota, baik sarana
produksi, peralatan, bahan baku maupun bahan penunjang lainnya.
c. Melayani dan atau memfasilitasi kebutuhan modal usaha anggota.
d. Memfasilitasi upaya peningkatan kualitas produksi anggota
e. Menjual dan atau memfasilitasi pemasaran hasil produksi anggota
f.
Mengupayakan peningkatan kesejahteraan anggota.
2. Kegiatan Perluasan Akses Pasar dalam bentuk:
a. Temu usaha
b. Pameran
c. Fasilitasi pemasaran
Di dukuh/desa Sambirembe terdapat 250 UKM Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM),
Sarung Goyor, dengan produksi rata-rata 1.500 pieces, senilai Rp 300.000.000.
Menindaklanjuti kunjungan Bp. Mintardjo Halim Kadin Ekspor Impor Tekstil wilayah Afrika
Selatan tanggal 21 Juli 2010 didampingi Dirjen Perdagangan Kementrian Perdagangan
Republik Indonesia, disusul kunjungan tanggal 6 Agustus 2010 oleh duta besar Negara
Somalia didampingi wakil Menteri Perdagangan Republik Indonesia beserta rombongan
tentang rencana ekspor sarung goyor dari desa Sambirembe Kecamatan Kalijambe Sragen,
ke berbagai negara Timur Tengah khususnya Somalia maka diperlukan menyusun proposal
hi link ini.
Usaha yang telah dilakukan PEMDA antara lain:
Pemerintah Kabupaten Sragen telah mengajukan proposal yang ditujukan kepada
Pemerintah Pusat berupa Bantuan Peralatan sejumlah 1000 alat dilengkapi dengan
pelatihan ketrampilan pembuatan sarung goyor. Saat sekarang ini masih dalam
tahap pembahasan, berharap mendapatkan perhatian dari Pemerintah Pusat.
Melalui APBD Perubahan tahun 2011, Dinas Perinkop dan UMKM Kabupaten
Sragen, Bidang Industri mengusulkan bantuan peralatan serta Bimbingan Teknik
kepada 5 Kelompok Usaha bersama berjumlah 100 orang.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
5
Untuk meningkatkan jumlah ekspor maka pemerintah daerah akan membangun
pabrik yang lahan sudah disiapkan untuk itu dan merencanakan untuk dianggarkan
dengan APBD tahun 2014 dan 2015.
Produk unggulan daerah kabupaten Sragen berdasarkan keputusan bupati sragen
no. 500/200/002/2011 adalah:
PRODUK
LOKASI
Batik Tulis
Masaran, Plupuh dan Kalijambe
Kalijambe, Gemolong, Sambungmacan, Masaran, Sambirejo, Sidoharjo, Mondokan
Mebel
dan Plupuh
Padi Organik
Seluruh Wilayah Kabupaten Sragen
Garut
Gesi, Mondokan, Sukodono, Jenar, Tangen, Sumberlawang dan Miri
Museum
Sangiran
dan
batu
Kalijambe
permata dan
fosil
Sapi
Masaran, Sidoharjo, Karangmalang, Plupuh, Kedawung, Sambungmacan, Sukodono
Brangus
dan Sambirejo
Sarung
Goyor
Masaran, Plupuh dan Kalijambe.
Sesuai Instruksi Gubernur Jawa Tengah nomor 518/23546 tahun 2012 tentang
Pengembangan Produksi nggulan Daerah Perdesaan melalui Pendekatan OVOP Berbasis
Koperasi. Telah di tetapkan Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kabupaten Sragen
dengan Pendekatan OVOP melalui koperasi adalah Komoditas:
1. Sarung Goyor
2. Padi Organik
Kendala yang dihadapi selama ini adalah:
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
6
•
Kurangnya tenaga ahli dibidang desain produk dan teknik pewarnaan
•
Kurangnya tenaga yang kompeten dibidang pengelolaan koperasi
•
Kurangnya diversifikasi produk
•
Kurangnya kualitas kemasan produk
•
Kurangnya akses pasar dan jaringan kerjasama usaha.
Tujuan Umum. Tujuan Umum program ini bertujuan meningkatkan Capacity building
Perguruan Tinggi dalam penerapan teknologi temuan Perguruan Tinggi yang
dibutuhkan oleh industri dan masyarakat secara berkelanjutan dan instutusional,
agar memperkuat daya saing industri mitra dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Bagi pengrajin dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap kepada
pengrajin di bidang sarung goyor dengan desain Batik sesuai minatnya sehingga
mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri sesuai
dengan potensi/sumber daya serta peluang kerja pada perusahaan industri pada
akhirnya
dapat
meningkatkan
kualitas
hidupnya.
Tujuan
DP2M-Dikti
mengembangkan model program kerja sama Perguruan Tinggi-Industri-Pemda
menerapkan teknologi yang dibutuhkan industri dan masyarakat, dan berasal dari
hasil penelitian ini diharapkan:
a. meningkatkan
keterampilan
para pengrajin membuat perencanaan dan
mengelola usaha sarung tenun goyor sehingga memperoleh penghasilan
yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
b. menumbuh kembangkan wawasan dari jiwa kewirausahaan di kalangan para
pengrajin sehingga
memiliki etos kerja tinggi serta dapat menghasilkan
karya-karya unggul yang mampu bersaing di pasar global,
c. meningkatkan kemampuan para pengrajin dalam mengelola sumber daya
alam, sosial, budaya dan lingkungan serta mampu memanfaatkan beraneka
teknologi maupun desain di bidang usaha sarung tenun goyor,
d. memiliki kemampuan memahami diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta
berkemampuan bekerja dalam tim baik di sektor formal maupun informal.
Road map penelitian (peta jalan) ini adalah:
a. Bintek Perkoperasian.
b. Pendampingan manajemen Koperasi dan Pembuatan Proposal, serta informasi
pemasaran melalui internet oleh BDS Mekar Niaga.
c. Sosialisasi Skim kredit untuk KUMKM.
d. Koordinasi dan sinkronisasi program melalui Kegiatan Forum Group Discussion
(FGD) Pengembangan OVOP berbasis Koperasi.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
7
e. Peningkatan Kualitas Produk dan Ketrampilan SDM melalui Kegiatan Perintisan
Kopinkra Sektor Sarung Goyor Melalui Sistim OVOP di Kabupaten Sragen.
f.
Study banding Produksi Sarung Goyong di Pemalang dan Tegal.
g. Aplikasi Teknis Pengembangan KUMKM melalui Pendekatan Rantai Nilai.
h. Monev pelaksanaan OVOP.
Penguatan Kelembagaan (capacity building). Tujuan khusus DP2M-Dikti
mengembangkan model program kerja sama Perguruan Tinggi-Industri-Pemda yang
menerapkan teknologi yang dibutuhkan industri dan masyarakat, dan berasal dari
hasil penelitian Manfaat bagi Institusi Perguruan Tinggi:
mendorong eksistensi
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) dalam memprediksi dan membantu
memberi alternatif solusi permasalahan lokal dan global agar dapat mendukung
aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang berdaya saing tinggi berbasis Ipteks.
Menciptakan sinergi pemberdayaan potensi yang berkesinambungan antara
masyarakat, pemerintah dan Perguruan Tinggi Universitas Sebelas Maret Surakarta
atas dasar keterpaduan dan keselarasan (link and match) dan memberi masukan
untuk penyesuaian materi kurikulum pendidikan.
Dari uji coba pemasaran dilakukan dengan cara pameran baik secara Nasional
maupun
internasional
sarung
tenun
goyor
dengan
motif
baru
hasil
dari
pengembangan desain, supaya dapat diterima dan laku di pasaran. Usaha
pemasaran meliputi:
•
Kerjasama dengan eksportir di Solo Jawa Tengah
•
Mengikuti Pameran di berbagai event
•
Dilakukan melalui kegiatan temu usaha
•
Promosi via internet
Indikator kualitatif Tahun II (2015): a) Melakukan pendampingan usaha dan memberikan
layanan konsultasi pengembangan usaha. b) Mengembangkan jalinan kerja sama dengan
lembaga pemerintah maupun non pemerintah dalam bidang kewirausahaan dan
pengembangan usaha baik dalam maupun luar negeri. c) Mengembangkan percepatan
wirausaha baru dikalangan masyarakat. d) Mengembangkan program-program kajian studi
dibidang kewirausahaan dan usaha kecil.
METODA
Metoda yang dilakukan adalah: diperlukan training/pelatihan sistem teknologi
bahan
sarung
berwirausaha,
tenun
gloyor,
Training/pelatihan
Training/pelatihan
manajemen
pengembangan
keuangan
sikap
bagi
mental
peserta,
Training/pelatihan penyusunan Business Plan bagi peserta, Training/pelatihan prosedur
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
8
ekspor, pengelolaan Usaha. Sukses Story juga diperlukan dengan menghadirkan
praktisi bisnis terkait.
Untuk itu diperlukan berbagai rancangan, evaluasi dan pelaksanaan kegiatan
sebagai berikut.
Rancangan Pelaksanaan Kegiatan:
1). Persiapan. Kegiatan yang dilakukan mencakup:
Menyusun materi dan instrumen untuk seleksi dan perekrutan bagi peserta
pelatihan.
Koordinasi dengan stakeholder terkait, seperti: instansi atau pemerintah desa
kalijambe maupun lembaga koperasi yang ada/pengrajin sarung tenun gloyor
yang sudah eksis.
Sebelas Maret yang terkait maupun dari praktisi teknis terkait.
Koordinasi dengan tim pengajar yang meliputi dosen-dosen dari Universitas
Penyusunan bahan/modul/materi pelatihan.
2). Pemberian pelatihan: pelatihan diberikan, dalam bentuk, in house training
maupun out house training pada tahun ke 2: Pelatihan dan pemagangan desain motif
baru sarung tenun goyor, pewarnaan, dan skir plangkan.
4). Evaluasi kegiatan: setelah mengikuti kegiatan training/pelatihan dari seluruh
rangkaian materi.
Pelaksana Kegiatan adalah:
Dosen-dosen materi terkait dari Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Sebelas
Maret dan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Praktisi dari industri terkait dari Pemalang dan Tegal (studi banding).
Proses Pembelajaran dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a. Pendekatan Andralogi.
Pendekatan secara personal sesuai kebutuhan dan kemampuan pribadi
peserta didik dengan meminimalkan pendekatan yang menjurus pendekatan
intruksional.
b. Rasio mata pelajaran teori dan praktek adalah 20% dibanding 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program HI-LINK yang beroperasi dengan lancar dan melembaga (memiliki prospek
mandiri dan berkelanjutan) melalui Pembentukan Kelompok Belajar Usaha (KBU) dan
berkesinambungan jalannya BDS (business development service). Pengrajin sebanyak
100 orang yaitu memiliki empat jenis kecakapan hidup oleh pengrajin sarung tenun
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
9
goyor yaitu: Kecakapan Pribadi yaitu kecakapan untuk mengenal diri sendiri orang
berpikir secara rasional dan kecakapan untuk tampil dengan kepercayaan diri yang
mantap. Kecakapan Sosial yaitu kecakapan untuk berkomunikasi melakukan kerja
sama, bertenggang rasa dan memiliki kepedulian serta tanggung jawab sosial dalam
kehidupan bermasyarakat. Kecakapan Akademik yaitu kecakapan untuk merumuskan
dan memecahkan masalah yang dihadapi melalui proses berpikir kritis, analisis, dan
sistematis serta memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian, eksploirasi, inovasi
dan kreasi melalui pendekatan ilmiah. Kecakapan Vokasional yaitu kecakapan yang
berkaitan dengan bidang ketrampilan kerajinan tenun yang dapat dipergunakan untuk
bekerja
sebagai
karyawan
maupun
usaha
mandiri.
Dimilikinya
Kemampuan
Kewirausahaan oleh Pengrajin yang meliputi: Kemampuan untuk mengelola dan
menyusun perencanaan usaha, Kemampuan untuk melakukan pengembangan usaha
melalui kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, Kemampuan untuk melakukan usaha
secara profesional dan mandiri.
Keterlibatan kemitraan secara intensif dengan pihak yang akan terkait dalam
perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan HI-LINK:
Desa/Camat untuk rekrutmen pengrajin. b).
a) Lembaga Pemerintah
Dinas perindustrian koperasi dan UMKM
untuk permodalan. c) Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen d) Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan Universitas Negeri Yogyakarta sebagai Team peneliti. e).
Koperasi
Agawe makmur Sragen.
Peningkatan kinerja industri mitra setelah penerapan teknologi: meningkatkan
jumlah keuntungan, karyawan dan investasi, serta perluasan wilayah pemasaran,
Meningkatkan ketrampilan pengrajin dalam membuat perencanaan dan mengelola
usaha kerajinan tenun sehingga memperoleh penghasilan yang layak untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya,
Menumbuh kembangkan wawasan dari jiwa kewirausahaan
dikalangan pengrajin sehingga memiliki etos kerja tinggi serta dapat menghasilkan
karya-karya unggul yang mampu bersaing dipasar global,
Meningkatkan kemampuan
pengrajin dalam mengelola sumber daya alam, sosial, budaya dan lingkungan serta
mampu memanfaatkan beraneka teknologi di bidang usaha kerajinan.
Memiliki
kemampuan memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungan serta kemampuan
bekerja dalam tim baik sektor formal maupun informal.
Manfaat bagi Pembangunan: 1) Penanggulangan Kemiskinan. Meningkatkan
kinerja usaha serta kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengrajin melalui peningkatan
potensi masyarakat pengrajin yang dalam jangka panjangnya akan mendorong
akselerasi pemulihan ekonomi Indonesia. 2). Penyediaan Lapangan Kerja, memperluas
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
10
lapangan kerja bagi masyarakat luas melalui tumbuh kembangnya wirausaha-wirausaha
baru dibidang kerajinan sarung tenun goyor.
Training Need Analysis
Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training Need Analysis) dilakukan dengan tujuan
menyesuaikan isi latihan dengan kebutuhan peserta pelatihan yaitu pengusaha kecil
pengrajin sarung goyor. Penyusunan analisis kebutuhan pelatihan dilakukan dengan
pendekatan konsep enterprizing usaha kecil. Enterprising usaha kecil adalah usaha kecil
yang dikelola dengan pendekatan perusahaan atau usaha kecil yang menerapkan fungsifungsi manajemen didalam pengelolaan usahanya. Fungsi-fungsi manajemen tersebut
adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Kegiatan usaha kecil pada dasarnya meliputi kegiatan-kegiatan yang menyangkut
produksi/teknologi, pemasaran, pengelolaan keuangan/permodalan serta manajemen
usaha. Dari paparan mengenai gambaran usaha pengrajin di wilayah penelitian dapat
disimpulkan bahwa hambatan yang melekat pada usaha pengrajin adalah pada miskinnya
akses teknologi, keterbatasan akses pemasaran, keterbatasan permodalan/keuangan dan
kurangnya manajerial skill.
Dengan beberapa kelemahan yang melekat tersebut maka aspek analisis kebutuhan
pelatihan akan berkaitan dengan aspek produksi, pemasaran, keuangan, dan manajemen
usaha pengrajin. Penelitian dari Harvard University menunjukkan bahwa kunci keberhasilan
wirausaha 85% ditentukan oleh sikap mental/jiwa kewirausahaan dan hanya 15% ditentukan
oleh keahlian teknis. Merujuk pada hasil penelitian tersebut, aspek jiwa kewirausahaan
merupakan aspek yang diperhitungkan dalam melakukan analisis kebutuhan pelatihan.
Kegiatan Pendampingan
1. Tujuan Kegiatan Pendampingan
Memberi advokasi dan pengarahan teknis kepada peserta didik dalam
memahami pengetahuan serta ketrampilan yang diperoleh mereka selama
pelatihan dan menerapkan dalam dunia usaha dan dunia industri maupun
bekerja secara mandiri.
2. Materi Pendampingan
Pendampingan berupa pengaarahan dan bimbingan tehnis yang meliputi tiga
aspek yaitu:
a. Menerapkan desain motif baru sarung tenun goyor.
b. Perencanaan dan pengelolaan usaha dan kewirausahaan.
c. Dasar-dasar manajemen dan pembukuan.
d. Pewarnaan dan skir plangkan.
3. Instruktur Pendampingan
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
11
Instruktur pendampingan adalah staf pengajar dari FE UNS dan tenaga ahli
sebanyak 3 orang serta dibantu mahasiswa S1 dan S3.
4. Model Pendampingan
Pendampingan dilakukan dengan menggunakan model pendekatan partisipatif di
lapangan yaitu melalui partisipasi penuh dari instruktur pendampingan dalam
aktivitas kegiatan peserta didik.
Pendampingan dilakukan dengan strategi kelompok yaitu pendampingan kepada
5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang peserta didik yaitu 4 orang
sebagai anggota dan satu orang peserta didik yang dipilih sebagai ketua
kelompok.
4. Waktu dan Tempat Pendampingan
Pendampingan teknis pewarnaan dan skir plangkan bagi peserta didik pada
bulan Oktober dan November 2014, dengan frekuensi 5 kali kunjungan instruktur
pendampingan ke masing-masing kelompok dan satu kali evaluasi.
Pelaksanaan Pendampingan
Tim
Instruktur
mengunjungi
setiap
kelompok
dan
mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi serta memberikan solusi dari permasalahan dengan
memberikan penjelasan-penjelasan kesulitan yang dialami peserta didik dalam hal
proses pewarnaan dan skir plangkan. Tim Pendampingan memberi arahan maupun
bimbingan untuk mendapatkan hasil yang berkulitas bagus dengan cara memberikan
contoh-contoh serta penerapan pemakaian maupun penggunaan demi kelancaran
produksi.
Pada akhir pertemuan diadakan evaluasi untuk peserta didik guna
mengetahui apakah peserta didik mampu menghasilkan produk sesuai standar atau
sebagai seleksi untuk diterimanya atau tidak hasil produk/hasil desain baru sarung
tenun goyor. Apabila hasil evaluasi ternyata ada yang belum sesuai dengan yang
diharapkan maka Tim akan memberikan kelonggaran waktu serta memberikan
bimbingan hingga peserta didik mampu menghasilkan produk standar dan
berkualitas bagus.
UKM telah ikut pameran crafina di Jakarta dan LPPM UNS agar terjadi
peningkatan penjualan di dalam negeri. Hasil desain motif baru fosil gading menjadi
ciri khas sangiran di Sragen. Motif baru telah dimodifikasi menjadi baju dan pada
tahun ke 2 proses pengajuan hak cipta.
KESIMPULAN DAN SARAN
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
12
A. Kesimpulan
Hasil studi analisis kebutuhan pelatihan untuk mengidentifikasi model pelatihan yang
sesuai guna meningkatkan kinerja usaha pengrajin sarung goyor melalui pendekatan
konsep enterprizing usaha kecil menghasilkan temuan sebagai berikut:
1. Ada
kebutuhan
pengrajin
handycraft
untuk
mendapatkan
pelatihan
kewirausahaan dengan potensi kebutuhan yang disebabkan belum tercapainya
standar enterprising rata-rata adalah sebesar 80 % yang berarti ± 80 % pelaku
usaha kecil belum memiliki jiwa kewirausahaan dan belum menerapkan prinsipprinsip pengelolaan usaha dengan baik dan benar.
2. Spesifikasi
kebutuhan
dilihat
dari
masing-masing
aspek
dan
urutan
permasalahannya adalah:
a. 100 % usaha kecil membutuhkan pelatihan untuk mengembangkan sikap dan
kepribadian wirausaha antara lain kemampuan untuk memimpin, memotivasi
diri untuk menjadi manusia pembelajar dan orientasi pada pencapaian
prestasi.
b. 100% usaha kecil membutuhkan pelatihan manajemen pemasaran yang
memberikan pengetahuan untuk menyusun rencana pemasaran serta
keterampilan dalarn menjual.
c. 100 % usaha kecil membutuhkan pelatihan tentang pengelolaan keuangan
usaha terutama yang berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian
keuntungan, praktek sehat pemisahan kekayaan pribadi dan usaha serta
pembukuan praktis untuk usaha kecil.
d. 100 % usaha kecil membutuhkan pelatihan manajemen produksi sarung
goyor
khususnya
di
bidang
penyelenggaraan
administrasi
produksi,
pengendalian kualitas produksi dan pemahaman tentang keselarnatan dan
kesehatan kerja.
e. 100 % usaha kecil membutuhkan pelatihan manajemen untuk meningkatkan
ketrampilan tentang pengorganisasian, pengetahuan tentang perijinan usaha
serta keterampilan menyusun rencana usaha.
3. Dari data hasil observasi yang dilakukan terhadap responden berkaitan dengan
aspek budaya dan keadaan sosial masyarakat dapat diidentifikasi bahwa model
pelatihan yang tepat adalah model pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan
peserta,
bersifat
preskiptif,
merupakan
jenis
pelatihan
partisipatif
dan
menggunakan pendekatan fasilitator.
4. Dengan melihat latar belakang tingkat pendidikan peserta maka disamping
materi/ bahan ajar disesuaikan dengan kebutuhan peserta seperti yang sudah
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
13
berhasil diungkap dalam studi analisa kebutuhan, juga harus disesuaikan dengan
daya tangkap peserta. Ada lima modul yang dikembangkan melalui penelitian ini
yaitu:
1) Modul produksi sarung goyor
2) Modul akuntansi
3) Modul kewirausahaan
4) Modul manajemen pemasaran on line
5) Modul prosedur dan dokumen ekspor impor
6) Modul perpajakan koperasi.
Penerapan Teknologi Tahun ke dua (2015). Penggunaan sentuhan teknologi yaitu
bagaimana membuat gambar pada benang dengan cepat yaitu dengan alat cap,
sehingga tidak manual lagi.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari produk yang dihasilkan melalui penelitian ini yang berupa
model pelatihan dan modul pelatihan, sebagai langkah kedepan diperlukan:
1. Melakukan validasi atas model pelatihan dan modul pelatihan melalui uji judges
(para ahli bidang terkait) dan lapangan terbatas (beberapa calon pengguna).
Uji model pelatihan akan mengujji apakah format pelatihan yang dirancang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan transfer pengetahuan serta
skills ke dalam dunia pekerjaan pengrajin.
Uji kelayakan atas modul pelatihan akan menguji apakah modul pelatihan sesuai
dengan kebutuhan peserta pelatihan, sesuai dengan daya tangkap peserta dan
memungkinkan peserta ikut aktif.
2. Melakukan evaluasi dan revisi atas model pelatihan dan modul pelatihan yang
telah menjalani uji kelayakan oleh para ahli bidang terkait dan calon pengguna.
3. Menerapkan model dan modul pelatihan yang telah dievaluasi dan direvisi
kedalam bentuk pelatihan kewirausahaan dengan harapan akan terjadi
peningkatan bidang afektif yaitu mulai berkembangnya jiwa kewirausahaan,
peningkatan bidang psikomotorik berupa dirnilikinya keterampilan sarung goyor
dan peningkatan bidang kognitif yaitu meningkatnya pengetahuan manajemen
usaha.
4. Melakukan riset evaluasi sejauh mana pelatihan kewirausahaan berbasis sarung
goyor akan dapat menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tinggi sehingga
kinerja usaha pengrajin meningkat.
5. Menyampaikan feed-back dan out-come pelatihan kepada stakeholder sebagai
langkah awal diseminasi model pelatihan kedalam ruang lingkup yang lebih luas.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
14
6. Tahun ke 2 telah tercapai kluster-kluster pengrajin tenun, pewarnaan, dan skir
plangkan.
7. Tujuan Tahun ke 3 (berikutnya): penerapan Teknologi baru berupa Rak Lift
Machine.
UCAPAN TERIMA KASIH: penelitian ini telah didanai oleh DIKTI skim pengabdian
kepada masyarakat Hi Link tahun 2014 dan 2015.
FOTO-FOTO KEGIATAN SELAMA 2 TAHUN
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
15
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
16
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
17
DAFTAR PUSTAKA
Agusty, Ferdinand, 2003, Keunggulan Diferensiasif Dan Kinerja Pemasaran, Jurnal
Bisnis Strategi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro , Semarang
Dwivedi, Anju, 2004, Metodologi Pelatihan Partisipatif, Penerbit
Yogyakarta.
Pondok Edukasi,
Djoemena, Nian S., 2000, Lurik Garis Garis Bertuah, The Magig Stripes, Penerbit
Djambatan, Jakarta.
Genova, 2002, Mengenal Lebih Dekat : Kewirausahaan, Jurnal Ekonomi Perusahaan,
STIE IIBI, Jakarta
Gist: Bavetta & Stevan, 1990, Transfer Training Method: Its Influence on Skill
Generalisation, Skill Repeeetition and Performance Level, Personel Psycology.
Hall, C. M. 1996. Special Interest Tourism: An Introduction to tourism. Melbourne:
Longman.
Kuncoro, Mudrajat , 2001, Analisis Profil Masalah Industri Kecil dan Rumah Tangga :
Study Kasus Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol . 6 No. 1, 2001, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Meredith, Geoffrey G., 1996, Kewirausahaan Teori dan Praktek, Pustaka Binaman
Presindo, Jakarta.
Nawawi, Handari dan Murtini, Mimi, 1996, Penelitian Terapan, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015
18
Nusantoro, Adi, 2002, Memberdayakan Ekonomi Rakyat Untuk Pembangunan
Ekonomi Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, UGM, Yogyakarta.
Nyo, Agustien dan Subandi, Endang, 1999, Pengetahuan Barang Tekstil, Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nasir, Muhammad dan Handoyo, Agus, 2003, Pengaruh Orientasi Wirausaha Terhadap
Kinerja Perusahaan Kecil Dengan Lingkungan dan Strategi Sebagai Variabel
Moderat, (Studi Kasus Pada Industri Aneka di Kota Semarang), Jurnal Bisnis
Strategi Vo. 12 Desember 2003, Universitas Diponegoro Semarang.
Pramono, Rachmadi, 2001, Organisasi Pembelajaran Bagi Usaha Kecil dan Menengah
Permasalahan dan Peluang. Jurnal Administrasi dan Bisnis Vol 1 No.2, 2001,
Unika Atma Jaya Jakarta
Artikel ini dipresentasikan pada seminar nasional dan call for paper LPPM UNY tanggal
21-22 April 2015