LAPORAN PRAKTIKUM KOROSI BASAH DAN ATMOS (1)

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN – P1

PERCOBAAN LOGAM
KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

DIONISIUS ANDY K
NRP 2412.100.106

ASISTEN
NUR KHOLIS JAUHARI
NRP 2411.100.093

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESMI
PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN
KOROSI ATMOSFERIK
OLEH :
DIONISIUS ANDY K
NRP. 2412.100.106
Surabaya, 17 Desember 2014
Mengetahui/Menyetujui

Asisten

Praktikan

NUR KHOLIS JAUHARI
NRP. 2411 100 093

DIONISIUS ANDY K
NRP. 2412 100 106

v


“Halaman ini memang dikosongkan”

vi

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI
ATMOSFERIK
Nama
: DIONISIUS AK
NRP
: 2412100106
Nama Asisten : NUR KHOLIS JAUHARI
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam
mengenai korosi pada logam sekaligus dapat mengetahui
perbedaan laju korosi dari korosi basah dan atmosferik. Korosi
basah adalah korosi yang temapt terjadinya korosi pada larutan
sedangkan korosi atmosferik adalah korosi yang terjadi pada
udara terbuka. Pada percobaan didapatkan hasil bahwa larutan
asam memiliki laju korosi yang lebih besar dibandingkan dengan

larutan basa, yaitu laju korosi terbesar terjadi pada larutan HCl.
Sedangkan pada akuades, korosi lebih cepat terjadi pada kondisi
atmosferik
Kata kunci : Korosi basah, korosi atmosferik, larutan asam dan
basa, akuades

vii

“Halaman ini memang dikosongkan”

viii

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI
ATMOSFERIK
Nama
: DIONISIUS AK
NRP
: 2412100106
Nama Asisten : NUR KHOLIS JAUHARI
ABSTRACT


This experiment aims to find out more about the corrosion of
the metal as well as to determine differences in the rate of
corrosion of wet and atmospheric corrosion. Wet corrosion is
corrosion temapt the corrosion of solution while atmospheric
corrosion is corrosion that occurs in the open air. In the
experiment showed that the acidic solution has a greater
corrosion rate compared with an alkaline solution, which is the
largest corrosion rates occur in aqueous HCl. While in distilled
water, corrosion occurs faster in atmospheric conditions
Keywords: wet corrosion, atmospheric corrosion, acid and
alkaline solution, distilled water

ix

“Halaman ini memang dikosongkan”

x

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan anugrahnya, sehingga laporan resmi ini
dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Laporan resmi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi setiap praktikan sebelum beranjak ke praktikum
berikutnya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua dan teman-teman yang telah
memberikan segala dukungan baik moril maupun materil
serta perhatiannya.
2. Dosen pengajar mata kuliah Rekayasa Bahan yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya.
3. Asisten yang setia membimbing dan mendampingi dari
mulai praktikum hingga penyelesaian laporan resmi.
Dalam penyusunan laporan resmi ini tentunya masih jauh
dari sempurna baik menyangkut isi maupun bahasa yang
digunakan sehingga tidak menutup kemungkinan bagi penulis
untuk menerima kritik maupun saran yang membangun demi

kesempurnaan. Akhir kata, semoga laporan resmi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada
umumnya, semoga laporan ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan membuka wawasan bagi yang membacanya.

Penulis.

xi

“Halaman ini memang dikosongkan”

xii

DAFTAR ISI
Halaman Judul .....................................................................
Halaman Pengesahan ...........................................................
Abstrak ..................................................................................
Abstract ..................................................................................
Kata Pengantar .....................................................................
Daftar Isi ...............................................................................

Daftar Gambar .....................................................................
Daftar Tabel ..........................................................................
BAB I Pendahuluan .............................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................
1.3 Tujuan ...............................................................................
BAB II Dasar Teori ..............................................................
2.1 Jenis-Jenis Korosi ............................................................
2.2 Mekanisme Korosi ………………………………………
2.3 Laju Korosi…………….………………………………..
BAB III Metodologi Percobaan ...........................................
3.1 Peralatan dan Bahan .........................................................
3.2 Prosedur Percobaan ..........................................................
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan ............................
4.1 Analisis Data ....................................................................
4.2 Pembahasan ......................................................................
BAB V Kesimpulan dan Saran ............................................
5.1 Kesimpulan .......................................................................
5.2 Saran .................................................................................
Daftar Pustaka

Lampiran

xi

i
v
vi
vii
viii
xi
xii
xiii
1
1
1
2
3
3
7
8

11
11
11
13
13
16
19
19
19

“Halaman ini memang dikosongkan”

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Korosi Seragam
3
Gambar 2.2 Korosi Kawah
4
Gambar 2.3 Korosi Celah

4
Gambar 2.4 Korosi Batas Butir
5
Gambar 2.5 Korosi Tegangan
5
Gambar 2.6 Korosi Erosi
6
Gambar 2.7 Selectif Corrosion
7
Gambar 2.8 Korosi Galvanik
8
Gambar 2.9 Mekanisme Korosi
9
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Konsentrasi dengan Laju
Korosi pada Korosi Atmosferik
15
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi dengan Laju
Korosi pada Korosi Basah
16


xiii

“Halaman ini memang dikosongkan”

xiv

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Atmosferik
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Korosi Korosi Basah
Tabel 4.3 Data Hasil Penghitungan Korosi Atmosferik
Tabel 4.3 Data Hasil Penghitungan Korosi Basah

xv

13
13
14
15

“Halaman ini memang dikosongkan”

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi dari korosi adalah perusakan atau penurunan mutu
material, sebagai akibat dari reaksi dengan lingkungan nya, atau
degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawasenyawa yang tidak dikehendaki.
Pada laporan ini material yang akan dibahas adalah logam,
Salah satu material logam yang memiliki aplikasi yang sangat
luas di berbagai bidang adalah besi, akan tetapi besi merupakan
salah satu material logam yang mudah mengalami korosi, karena
serangan kimia oleh lingkungan (uap air,oksigen di atmosfer,
oksida asam yang terlarut dalam air), akam membuat beri
mengalami oksidasi, sehingga membentuk senyawa oksida besi.
Dan menyebabkan besi menjadi berkarat.
Korosi yang terjadi pada logam akan berdampak pada
performa dari logam tersebut, yaitu performa mekanik, elektrik
maupun termal nya akan berkurang, sehingga akan menyebabkan
kerugian. sehingga pengetahuan tentang korosi pada logam sangat
dibutuhkan. Makadari itu pada praktikum kali ini adakan dibahas
tentang jenis jenis korosi, pengaruh lingkungan pada logam, serta
laju korosi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas didalam
praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
a. apa saja jenis-jenis korosi ?
b. bagaimana pengaruh lingkuangan pada logam ?
c. bagaimana cara menghitung laju korosi ?

1

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum kali ini
adalah sebagai berikut :
a. Praktikan mengenal jenis-jenis korosi,
b. praktikan mengetahui pengaruh lingkungan pada logam,
c. praktikan mampu menghitung laju korosi.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Jenis-Jenis Korosi
Korosi adalah degradasi (perusakan atau penurunan kualitas)
material akibat interaksi dengan lingkungan. Untuk logam,
reaksinya disebut reaksi elektrokimia sedangkan untuk non logam
disebut degradasi atau pelapukan. Secara umum, kata korosi
identik dengan karat. Jenis-jenis korosi pada logam antara laian
adalah sebagai berikut.
 Korosi Seragam
Korosi seragam adalah korosi yang terjadi pada
permukaan material akibat bereaksi dengan oksigen
Biasanya korosi seragam ini terjadi pada material yang
memiliki ukuran butir yang halus dan homogenitas yang
tinggi.

Gambar 2.1 Korosi Seragam
 Korosi Sumuran atau Kawah
Korosi sumuran adalah korosi yang terjadi akibat cacat
pada permukaan material seperti celah atau lubang kecil.
Pada daerah cacat ini akan lebih anodik dibandingkan
permukaan material sehingga korosi akan menuju bagian
dalam material.

3

4

Gambar 2.2 Korosi Kawah


Korosi Celah
Korosi celah adalah korosi yang di temukan pada
daerah berkonsentrasi rendah atau korosi yang
terjadi pada celah yan terbentuk akibat pendempetan
material. Pada celah, kadar oksigen lebih rendah dari
lingkungannya sehingga elektron akan berpindah
pada kadar oksigen yang tinggi sehingga terjadi
korosi. Korosi celah sering terjadi pada sambungan
paku.

Gambar 2.3 Korosi Celah


korosi batas butir
Korosi batas butir adalah korosi yang terjadi pada
atau di sepanjang batas butir dan batas butir bersifat
anodik dan bagian tegah butir bersifat katodik.
Korosi ini terjadi akibat presipitasi dari pengotor
seperti khromium di batas butir, yang menyebabkan
batas butir menjadi rentan terhadap serangan korosi.

5
10

Dimana presipitat krom karbida terbentuk karena
karbon meningkat yang ada di sekitarnya, sehingga
krom disekitarnya akan berkurang dan terjadi korosi.
Proses terbentuknya presipitat karbon karbida
disebut sentisiasi. Terjadi pada temperatur 500-800
sehingga kekurangan krom yang memudahkan
terjadinya korosi.

Gambar 2.4 Korosi Batas Butir
 Korosi Tegangan
Korosi tegangan adalah korosi yang di sebabkan adanya
tegangan tarik yang mengakibatkan terjadinya retak.
Tegangan ini di sebabkan pada temperatur dan deformasi
yang berbeda.
Berikut retak serta bentuk penjalarannya yang di
akibatkan oleh korosi tegangan :

Gambar 2. 5 Korosi Tegangan

64



Korosi Erosi
Korosi erosi adalah korosi yang di sebabkan
oleh erosi yang mengikis lapisan pelindung
material , zat erosi itu dapat berupa fluida yang
mengandung material abrasive. Korosi tipe ini
sering di temui pada pipa-pipa minyak.

Gambar 2. 6 Korosi Erosi


Selectif Corrosion
Selectif corrosion adalah korosi yang menyerang
unsur di dalam logam akibat perbedaan potensial
unsur utamanya. Korosi ini di sebabkan karena
komposisi yang tidak merata pada material. Korosi
ini biasa terjadi pada pipa-pipa besi cor.

Gambar 2. 7 Selectif Corrosion

10
7
 Korosi Galvanik
Korosi galvanik adalah korosi yang terjadi pada dua
logam yang berbeda jenis jika di hubungkan. Korosi ini
juga terjadi karena pasangan elektrikal pada dua logam
atau paduan logam yang memiliki perbedaan komposisi.
Logam yang lebih anodik akan terkorosi sementara logam
lainnya yang lebih katodik akan terlindungi. Posisi logam
pada deret volta akan menentukan apakan suatu logam
lebih anodik atau katodik

Gambar 2. 8 Korosi Galvanik
2.2 Mekanisme Korosi
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi,
bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi
mengalami oksidasi.
Fe(s) ↔ Fe2+(aq) + 2e ....................................................... 1
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari
besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e ↔ 2H2O(l) ......................................... 2

84

atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e ↔ 4OH-(aq) ....................................... 3
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi
membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa
oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari
besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang
bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor,
misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Gambar 2. 9Mekanisme Korosi
2.3 Laju Korosi
Karena hampir semua korosi adalah merupakan suatu reaksi
elektrokimia, semua yang mempengaruhi kecepatan suatu reaksi
kimia atau jumlah arus yang mengalir akan mempengaruhi laju
korosi. Hukum Ohm dapat diterapkan untuk bagian elektrik dari
sel korosi. Laju korosi berbanding lurus dengan sejumlah arus
yang mengalir pada sel korosi elektrokimia. Jika arus dapat
diukur, suatu kalkulasi yang tepat dari kehilangan metal dapat
ditentukan. Ini berarti bahwa suatu pengukuran dalam ampere
atau milliampere secara matematis dihitung dalam kilogram
(pound) per tahun. Suatu Amp tahun adalah satu Ampere yang
mengalir selama periode satu tahun. Logam yang berbeda
memiliki laju korosi yang berbeda.
Jika diketahui penurunan massa dari suatu material yang
terkorosi maka laju korosi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.

10
9

Dengan K adalah konstanta yang nilainya sebesar 3,45 x 106
untuk mils per year (mpy) dan 8,76 x 104 untuk milimeter per
year (mm/y). W adalah pengurangan massa akibat korosi (mg). D
adalah massa jenis material (gram/cm3). A adalah luas spesimen
yang terkorosi. Dan t adalah lama pengujian.

104

“Halaman ini memang dikosongkan”

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut:
a. Timbangan
b. Gelas ukur
c. Gelas plastik
d. Pengaduk
e. Kertas amplas
f. Wadah plastik/kertas
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Akuades
b. NaOH
c. HCl
d. NaCl
e. Paku besi
3.2 Prosedur Percobaan
Berikut adalah prosedur percobaan bahan logam:
a. Peralatan dan bahan disiapkan.
b. Larutan NaOH dengan molaritas sebesar 0,5 M, 1 M, dan
3 M dibuat masing-masing dalam sebuah gelas plastik.
c. Larutan HCl dengan molaritas sebesar 0,5 M, 1 M, dan 3
M dibuat masing-masing dalam sebuah gelas plastik.
d. Larutan NaCl dengan molaritas sebesar 0,5 M, 1 M, dan 3
M dibuat masing-masing dalam sebuah gelas plastik.
e. Gelas berisi aquades disiapkan dan kesepuluh gelas
tersebut ditandai.
f. 20 buah paku dibersihkan dan diamplas hingga bersih
mengkilat.
g. Masing-masing paku ditimbang dan beratnya dicatat.
h. Untuk korosi atmosferik, masing-masing paku dicelupkan

11

12
hingga basah ke dalam masing-masing larutan.
i. Paku-paku yang telah dicelup diletakkan di atas wadah
plastik kemudian waktu peletakkannya dicatat.
j. Untuk korosi basah, masing-masing paku dimasukkan ke
dalam tiap larutan dan waktu saat paku dimasukkan
dicatat.
k. Semua paku dibiarkan selama 3 hari.
l. Setelah 3 hari, keadaan masing-masing paku dicatat.
m. Masing-masing paku dibersihkan kembali dengan amplas,
dan waktu saat paku dibersihkan dicatat.
n. Masing-masing paku ditimbang dan dicatat beratnya.
o. Laju korosi masing-masing paku dihitung.
p. Kurva dari hasil laju reaksi dibuat.

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Berdasarkan percobaan korosi yang
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Atmosferik

telah

Larutan

Konsentrasi
(M)

Diameter
(cm)

Massa
Sebelum (gr)

Massa
Setelah (gr)

NaOH

0.5

0,465

1,08

1,07

1

0,435

0,84

0,83

3

0,465

1,2

1,19

0.5

0,415

0,73

0,72

1

0,48

1,16

1,14

3

0,475

1,17

1,16

0.5

0,445

1

0,445

3

0,465
0,48

1,15
1,14
1,14

1,14
1,13
1,12

1,21

1,21

NCl
NaCl

Akuades

-

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Korosi Korosi Basah
Larutan

Konsentrasi
(M)

Diameter
(cm)

Massa
Sebelum (gr)

Massa
Setelah (gr)

NaOH

0.5

0,465

1,16

1,16

1

0,435

1,21

1,21

3

0,465

1,19

1,19

0.5

0,45

1,12

0,52

1

0,48

1,14

0,36

3

0,36

0,76

0

0.5

0,47

1,09

1,08

1

0,49

1,14

1,13

3

0,46
0,475

1,14
1,18

1,12
1,17

NCl
NaCl

Akuades

0

13

dilakukan

14
Untuk menghitung laju korosi masing-masing paku pada setiap
larutan, maka digunakan rumus laju korosi sebagai berikut.

Dimana K adalah konstanta Dengan konstanta (K) sebesar
3.45x
untuk mils per year (mpy) dan 8.76x
untuk
milimeter per year (mm/y), D adalah massa jenis paku
. Dengan
(gram/cm3), dapat dicari menggunakan rumus
asumsi semua paku memiliki panjang 2,9 cm. Dengan pendekatan
volume paku ekivalen dengan volume tabung, maka
Dan luas permukaan paku adalah
Dengan
menggunakan rumus laju korosi di atas, maka laju korosi pada
percobaan korosi atmosferik dan korosi basah adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.3 Data Hasil Penghitungan Korosi Atmosferik
Larutan

Konse
ntrasi
(M)

Massa
Jenis (D)

Luas
Permukaan
(A)

Selisih
Berat (W)

CR
(mpy)

NaOH

0.5

2.19207

18.56835

0.01

11.7

1

1.94822

18.52593

0.01

13.2

3

2.43564

18.56835

0.01

10.5

0.5

1.86022

18.49921

0.01

13.9

1

2.20960

18.59063

0.02

23.3

3

2.27581

18.58313

0.01

11.3

0.5

2.52652

18.53975

1

2.50435

18.53975

3

2.27326

18.56835

0.01
0.01
0.02

10.14
10.23
22.31

0

2.30484

18.59063

0

0

NCl
NaCl

Akuades

15
Tabel 4.3 Data Hasil Penghitungan Korosi Basah
Larutan

Konse
ntrasi
(M)

NaOH

0.5
1
3
0.5

HCl

1
3

NaCl

0.5
1
3

Akuades

0

Massa
Jenis (D)

Luas
Permukaan
(A)

Selisih
Berat (W)

CR
(mpy)

2.35445
2.80637
2.41534
2.42734
2.17150
2.57363
2.16555
2.08377
2.36443
2.29526

18.56835
18.52593
18.56835
18.54679
18.59063
18.43223
18.57570
18.60587
18.56109
18.58313

0.00
0.00
0.00
0.60
0.78
0.76
0.01
0.01
0.02
0.01

0.0
0.0
149.56
638.6
925.8
767.6
11.9
12.3
21.8
11.2

Melalui data tersebut diatas dapat dilihat pada grafik perbedaan
laju korosi atmosferik maupun korosi basah untuk setiap larutan
pada gambar 4.1 dan 4.2 berikut.

Laju Korosi (pmy)

25.00
20.00
15.00

NaOH

10.00

HCl

5.00

NaCl

0.00

Akuades
0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

Konsentrasi

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Konsentrasi dengan Laju
Korosi pada Korosi Atmosferik

16

Laju Korosi (pmy)

1000.00
NaOH

500.00

HCl
0.00

NaCl
0

-500.00

1

2

3

4

Akuades

Konsentrasi

Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi dengan Laju
Korosi pada Korosi Basah
4.2 Pembahasan
Dari percobaan dan perhitungan laju korosi yang telah
dilakukan, laju korosi terbesar ada pada paku yang direndam pada
larutan HCL dengan konsentrasi 1 M, yaitu memiliki laju korosi
sebesar 925 mpy. Hal ini disebabkan karena HCl merupakan
asam kuat yang bersifat korosif sehingga mempunyai kemampuan
oksidasi yang tinggi. Sedangkan pada larutan NaOH dengan
kosentrasi 0.5 dan 1 M laju korosinya nol, tetapi pada konsentrasi
3 M laju korosinya 149.56 mpy, hal tersebut sesuai degan teori
karena semakin meningkat konsentrasi suatu larutan maka akan
semakin banyak elektroda yang dihasilkan untuk reaksi redoks,
sehingga laju korosi meningkat. Pada larutan NaCl laju korosi
juga meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi larutan,
dan ljau korosi paling kecil ada pada akuades.
Secara umum, laju korosi pada percobaan korosi atmosferik
lebih kecil dari percbaan korosi basah. Hal ini disebabkan karena
pada percobaan korosi basah selalu terjadi reduksi H2O pada
sampel logam paku yang akan menyebabkan laju korosi menjadi
lebih besar.
Jika diurutkan dari larutan yang memiliki tingkat keasaman
tinggi (paling korosif) sampai lariat yang netral, maka urutan dari
larutan yang dipakai sebgai larutan uji korosi adalah sebagai
berikut HCL, NaCl, NaOH dan H2O, seharusnya laju korosi paku

17
paling cepat adalah pada larutan HCl, lalu selanjutnya larutan
NaCl, NaOH dan H2O. dari percobaan dan perhitungan laju
korosi yang telah dilakukan, memang laju korosi paling besar
baik pada percobaan korosi basah maupun korosi atmosferik
kebanyakan pada larutan NaOH, namun, pada beberapa
konsentrasi larutan tertentu, terdapat besar laju korosi yang tidak
sesuai dengan teori. Hal tersebut disebabkan karena kesalahan
praktikan baik dalam pengukuan komposisi larutan yang
digunakan maupun kesalahn pada saat penimbangan massa dari
paku.

18

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari percobaan ini
adalah sebagai berikut :
1. Korosi lebih cepat terjadi pada larutan yang bersifat asam
dibandingkan dengan larutan yang bersifat basa,
2. Semakin asam suatu larutan maka laju korosi semakin
besar,
3. Laju korosi pada percobaan korosi basah lebih cepat
daripada percobaan korosi atmosferik.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan
percobaan sebagai berikut :
1. Skala pada gelas ukur agar lebih kecil lagi sehingga
dapat menakar larutan yang bervolume kecil.
2. Timbangan digital yang digunakan agar terkalibrasi
dengan baik dan mempunyai akurasi yang lebih kecil
sehingga dapat megukur perubahan massa yang sangat
kecil

19

20

“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sawitri, Dyah, ST. MT. dkk. Modul Praktikum Rekayasa
Bahan. 2014. Laboratorium Rekayasa Bahan Teknik Fisika FTI
ITS. Surabaya

29