PEMETAAN KAWASAN RAWAN DAN RISIKO BANJIR DI DAS TUWELEY KABUPATEN TOLITOLI DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

1

PEMETAAN KAWASAN RAWAN DAN RISIKO BANJIR
DI DAS TUWELEY KABUPATEN TOLITOLI
DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

DITA SEPTYANA
A 351 11 024

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2016

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

2


HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian

: Pemetaan Kawasan Rawan dan Risiko Banjir di DAS Tuweley
Kabupaten Tolitoli dengan Penerapan Sistem Informasi Geografi

Penulis

: Dita Septyana

Nomor Stambuk

: A 351 11 024

Telah diperiksa dan disetujui untuk diterbitkan
Pembimbing I

Pembimbing II


Rifai, ST.,M.Si.,M.Sc

Rahmawati,S.Si.,M.Si

NIP. 19740325 200212 1 001

NIP.19850803 201504 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan IPS

Koordinator Program Studi

FKIP Universitas Tadulako

Pendidikan Geografi

Drs. Charles Kapile, M.Hum


Nurvita,S.Pd.,M.Pd

NIP. 19650104 199203 1 004

NIP. 19801127 200604 2 001

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

ii

3

ABSTRAK

Dita Septyana, 2016. Pemetaan Kawasan Rawan dan Risiko Banjir di DAS Tuweley
Kabupaten Tolitoli dengan Penerapan Sistem Informasi Geografi. Skripsi Program Studi
Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Rifai, Pembimbing (II) Rahmawati.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tidak tersedianya infomasi berupa peta kawasan
rawan dan risiko banjir di DAS Tuweley. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kawasan
rawan dan risiko banjir berdasarkan zonasinya guna meminimalisir dampak yang terjadi pada
masyarakat dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografi
(Geographic Information System) sebagai alat (tool) dan software ArcGis dalam menentukan
tingkat kerawanan dan risiko banjir di lokasi penelitian. Jenis penelitian ini adalah kombinasi
antara pemetaan dan analisis peta. Variabel yang digunakan dalam menentukan daerah rawan
banjir adalah curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, ketinggian tempat dan jenis
tanah. Variabel yang digunakan dalam menentukan risiko yaitu indikator dari ancaman
(sebaran kerawanan banjir), indikator kerentanan fisik (kepadatan bangunan) dan kerentanan
sosial (kepadatan penduduk) serta kapasitas. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah
teknik skoring dan teknik pembobotan (weighting) dengan menggunakan metode tumpang
tindih (overlay).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kawasan rawan banjir dibagi
menjadi 5 kelas yaitu kelas tidak rawan mempunyai luas area 2740 ha, kelas kurang
mempunyai luas area 198 ha, kelas rawan sedang mempunyai luas 93 ha, kelas rawan
mempunyai luas 39 ha dan kelas sangat rawan mempunyai luas150 ha. Kawasan risiko banjir
dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas risiko rendah dengan luas wilayah 3118 ha meliputi
wilayah kelurahan baru, kelas risiko sedang dengan luas wilayah 35 ha meliputi wilayah
kelurahan panasakan, kelas risiko tinggi dengan luas wilayah 69 ha meliputi wilayah

kelurahan baru.
Kata Kunci : Pemetaan, Rawan Banjir, Risiko Banjir, SIG

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

iii

4

ABSTRACT
Dita Septyana, 2016. Mapping and Risk Flood Prone Areas in DAS Tuweley Tolitoli with
Geographic Information System Application. Skripsi. Geography Education Study Program.
Social Education Department. FKIP of Tadulako University. Supervisors: (1) Rifai (2)
Rahmawati.
This study was conducted in Tuweley catchment area regarding to the lack
information of the flood-prone and risk maps. This study aimed to mapped flood-prone and
risk areas based on the zoning in order to minimize the impact which occurred in the society
and environment. This research used a geographical information System (Geographic
Information System) as a tool and ArcGIS software in determining the level of vulnerability

and risk of flooding in the research area. The type of the research was a combination of
mapping and map analysis. Variables which is used in determining the flood-prone areas is
rainfall, land used, slope, elevation and soil type. Variables which is used in determining the
risk is an indicator of the threat (the distribution of flood-prone), indicators of physical
vulnerability (building density) and social susceptibility (population density) and capacity. In
collecting the data, the researcher used the scoring technique and weighting techniques and
overlap method.
Based on the results of the reseach, researher concluded that flood-prone areas was
divided into five classes, namely not prone class covered 2740 ha, less class covered 198 ha,
medium prone class covered 93 ha, prone class covered 39 ha and very prone class covered
150 ha. Flood risk area was divided into three classes, namely low risk class covered 3118
ha of Baru Village, medium risk class covered 35 ha the Panasakan Village, high-risk class
covered 69 ha the Baru Village.

Keywords: Mapping, Flood Risk, Flood-Prone, SIG.

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

1


I PENDAHULUAN
Bencana merupakan suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau ulah
manusia yang terjadi secara perlahan-lahan bahkan tiba-tiba dan menyebabkan hilangnya
nyawa manusia, harta benda serta kerusakan lingkungan yang terjadi di luar kemampuan
manusia dengan segala keterbatasannya. Undang-Undang R.I Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, dalam pasal 1 antara lain menyebutkan bahwa :
“Bencana adalah persistiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis”
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang rawan bencana, termasuk bencana alam.
Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia yaitu bencana banjir. Bencana ini merupakan
fenomena alam yang umum terjadi dalam kaitannya dengan intensitas curah hujan, pengaruh
kondisi penggunaan lahan serta kondisi topografi suatu wilayah.
Banjir sering terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS). Salah satu DAS yang berada
Kabupaten Tolitoli yang sering meluap dan mengakibatkan banjir yaitu DAS Tuweley. DAS
Tuweley memiliki luas 3220 ha yang secara wilayah administrasi kecamatan Baolan, DAS ini
melintasi pada tiga kelurahan di Kecamatan Baolan yaitu wilayah Kelurahan Baru, Kelurahan

Panasakan dan Kelurahan Tuweley. Ketiga wilayah kelurahan ini sering mengalami bencana
banjir khususnya yang berada pada daerah hilir dari DAS Tuweley.
Menurut Peraturan Pemerintah dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 ada empat hal
penting dalam mitigasi bencana, salah satunya yaitu tersedia informasi dan peta kawasan
rawan bencana untuk tiap jenis bencana. Salah satu strategi mitigasi bencana yaitu pemetaan,
yakni pemetaan kawasan rawan dan risiko banjir. Berdasarkan hasil observasi penulis,
ketersediaan informasi berupa peta kawasan rawan dan risiko banjir di lokasi penelitian
belum tersedia. Sehingga penulis merasa penting untuk melakukan penelitian terkait
pemetaan kawasan rawan dan risiko banjir.
Pembuatan peta kawasan rawan dan risiko banjir membutuhkan teknologi dan sistem
komputerisasi. Seiring dengan berkembangnya era komputerisasi, membawa suatu revolusi
dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Berkembangnya teknologi
khususnya terkait teknologi informasi, teknologi satelit indra jauh (Penginderaan jarak
jauh/remote sensing) maka mendesak kebutuhan akan penyimpanan, analisis dan penyajian
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

2

data yang berstruktur kompleks dengan jumlah besar. Mengolah data yang kompleks ini

untuk dijadikan suatu informasi diperlukan suatu sistem yang dianggap mampu mengolah
data spasial maupun atribut. Salah satu sistem yang mampu memberikan solusi untuk
mengolah data tersebut menjadi sebuah informasi yaitu Sistem Informasi Geografi (SIG).
Berdasarkan uraian latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai penyajian informasi data spasial khususnya dalam penyajian informasi kawasan
rawan dan risiko banjir di DAS Tuweley, Kabupaten Tolitoli dalam bentuk pemetaan dengan
judul “Penerapan Sistem informasi geografi untuk Pemetaan Kawasan Rawan dan Risiko
Banjir di DAS Tuweley Kabupaten Tolitoli”.
II METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kombinasi antara pemetaan dan analisis peta dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG), dimana penelitian ini akan memetakan
kawasan rawan dan risiko banjir di Daerah Aliran Sungai Tuweley, Kabupaten Tolitoli.
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder dan primer. Data primer meliputi hasil
observasi serta dokumentasi. Data sekunder meliputi data penduduk kecamatan baolan 2014
dan dokumentasi data kejadian bencana banjir dari tahun 2009-2014, data curah hujan
Kabupaten Tolitoli tahun 2009-2014, peta curah hujan, Peta RBI (Topografi dan Ketinggian),
Peta Jenis Tanah dan Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tolitoli. Teknik pengambilan
data dengancara studi pustaka, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan
untuk menentukan rawan dan risiko banjir yaitu analisis spasial, analisis kerawanan dan
analisis risiko.

III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Hasil Penelitian
Pemetaan kawasan rawan dan risiko banjir di DAS Tuweley diperoleh melalui hasil

skoring dan overlay dari 5 parameter rawan dan 3 parameter risiko.Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut ini
Tabel 3.1. Klasifikasi dan Skoring Parameter Curah Hujan
No
Kriteria (mm/tahun)
Keterangan
Skor
1
2.500 – 3.500
Tinggi
5
Sumber: Hasil pengolahan data, 2015
Curah hujan pada DAS Tuweley berdasarkan Peta curah hujan dapat dikatakan cukup
tinggi yakni 2400mm-3200mm/tahun. Curah hujan merupakan salah satu faktor yang paling

mempegaruhi terjadi banjir di DAS Tuweley, semakin tinggi curah hujan maka intensitas
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

3

terjadinya banjir akan semakin tinggi pula begitupun lama kejadian banjirnya semakin tinggi
intensitas curah hujan maka lama kejadian banjir akan semakin tinggi pula
Tabel 3.2. Klasifikasi dan Skoring Parameter Penggunaan Lahan
No
Penggunaan Lahan
Skor
1 Berhutan
2 Perkebunan, Semak
3 Pertanian, Sawah, dan Tegalan
4 Pemukiman
5 Lahan Tanpa Vegetasi
Sumber: Hasil pengolahan data, 2015

1
2
3
4
5

Berdasarkan tabel klasifikasi dan skoring parameter penggunaan lahan dapat
diketahui skor dari masing-masing unit penggunaan lahan. Pemberian besar kecilnya skor
didasarkan pada karakteristik dari tiap jenis penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap
banjir. Skor tertinggi menunjukkan bahwa penggunaan lahan tersebut sangat berpengaruh
terhadap terjadinya banjir, sebaliknya skor terendah diberikan pada jenis penggunaan lahan
yang pengaruhnya kecil terhadap banjir.
Tabel 3.3. Klasifikasi dan Skoring Parameter Kemiringan Lereng
No

Kemiringan Lereng

1 0-8 % (datar)
2 8-15% (landai)
3 15-25% (miring)
4 25%-40% (curam)
5 >40% (sangat curam)
Sumber: Hasil pengolahan data, 2015

Skor
1
2
3
4
5

Berdasarkan tabel klasifikasi dan skoring parameter kemiringan lereng

dapat

diketahui skor dari masing-masing unit kemiringan lereng. Pemberian besar kecilnya skor
didasarkan pada karakteristik kemiringan lereng dan pengaruhnya terhadap banjir.
Kemiringan lereng terluas yaitu kemiringan lereng >40%. Skor tertinggi menunjukkan bahwa
kemiringan lereng tersebut sangat berpengaruh terhadap terjadinya banjir, sebaliknya skor
terendah diberikan pada kemiringan lereng yang pengaruhnya kecil terhadap banjir.

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

4

Tabel 3.4. Klasifikasi dan Skoring Parameter Jenis Tanah
No
Jenis Tanah
Skor
1 Latosol
4
Sumber: Hasil pengolahan, 2015
Berdasarkan tabel klasifikasi dan skoring parameter jenis tanah dapat dilihat bahwa
jenis tanah yang terdapat pada DAS Tuweley yaitu jenis tanah latosol dengan nilai skor 4.
Pemberian skor jenis tanah didasarkan pada pengaruhnya terhadap banjir. Jenis tanah latosol
merupakan jenis tanah dengan kadar liat lebih dari 60% mempunyai tekstur lempung,
berstruktur remah hingga gumpal dan warna cokelat, merah hingga kuning.
Tabel 3.5. Klasifikasi dan Skoring Parameter Ketinggian
No
Ketinggian (mdpl)
Skor
1 0 – 12,5
6
2 12,5 – 25
5
3 25 – 50
4
4 50 – 75
3
5 75 – 100
2
6 >100
1
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder, 2015
Berdasarkan tabel klasifikasi dan skoring ketinggian dapat diketahui ketinggian pada
DAS Tuweley dan luasannya. Ketinggian di DAS Tuweley didominasi oleh ketinggian lebih
dari 100 mdpl yang terdapat di bagian hulu. Pemberian nilai skor ketinggian berdasarkan
pengaruhnya terhadap banjir. Skor tertinggi merupakan ketinggian yang besar pengaruhnya
terhadap banjir dan sebaliknya skor terendah diberikan pada ketinggian yang kecil
pengaruhnya terhadap banjir. Skor tertinggi diberikan pada ketinggian 0-12,5 mdpl dengan
asumsi bahwa air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah, karena
daerah dengan ketinggian 0-12,5 mdpl yang lebih rendah mempunyai potensi lebih tinggi
untuk terjadinya banjir.

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

5

Besaran ancaman banjir pada penelitian ini dilihat berdasarkan sebaran banjir pada
peta kawasan rawan banjir. Wilayah dengan tingkat kerawanan sangat rawan diberikan skor
paling tinggi dan wilayah dengan tingkat kerawanan tidak rawan diberikan skor terendah.
Berikut tabel klasifikasi dan skoring ancaman banjir :
Tabel 3.6. Klasifikasi dan Skoring Parameter Ancaman
No Tingkat Kerawanan
Skor
1

Sangat Rawan

5

2

Rawan

4

3

Kurang Rawan

3

4

Rawan Sedang

2

5

Tidak Rawan

1

Sumber: Hasil pengolahan data,2015
Besaran kerentanan banjir di DAS Tuweley pada penelitian ini dilihat berdasarkan
kerentanan fisik dan kerentanan sosial. Parameter kerentanan fisik digunakan pada penelitian
ini yaitu kepadatan bangunan dan parameter kerentanan sosial yaitu kepadatan bangunan.
Masing-masing parameter memiliki indikator dan masing-masing indikator memiliki skor.
Pemberian skor ini berdasarkan pengaruhnya terhadap kejadian banjir. Berikut tabel
kalsifikasi dan skoring parameter kerentanan banjir.
Tabel 3.7. Klasifikasi Parameter dan Skoring Kerentanan Banjir
No
Kepadatan Bangunan
Keterangan
Skor
1
< 40 %
Jarang
1
2
40 % - 60 %
Sedang
2
3
>60%
Padat
3
Sumber : Hasil pengolahan penulis, 2015
Tabel 3.8. Klasifikasi Parameter dan Skoring Kerentanan Banjir
No
Kepadatan Penduduk
Skor
1
2
3

25 jiwa/ha

1
3
5

Sumber : Hasil pengolahan penulis, 2015
Tabel 3.9. Penilaian Kapasitas Bencana
Prioritas/
Indikator
1

1

Deskripsi Indikator

No.
Pert

Kerangka
hukum
dan
kebijakan
nasional/lokal untuk pengurangan risiko

1
2

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

Respon
(Ya = 1,
Tidak =0
1
0

6

bencana telah ada dengan tanggungjawab
eksplisit ditetapkan untuk semua jenjang
pemerintahan

3
4

0
0

2

Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan
khusus untuk kegiatan pengurangan risiko
bencana di semua tingkat pemerintahan

5
6
7
8

1
1
1
1

3

Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi
komunitas melalui pembagian kewenangan
dan sumber daya pada tingkat lokal

9
10
11
12

1
1
1
1

4

Berfungsinya forum/jaringan daerah khusus
untuk pengurangan risiko bencana

1

Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah
berdasarkan data bahaya dan kerentanan
untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor
utama daerah

13
14
15
16
17
18
19
20

1
1
0
0
1
0
0
0

2

Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk
memantau, mengarsip dan menyebarluaskan
data potensi bencana dan kerentanankerentanan utama

21
22
23
24

1
0
0
0

3

Tersedianya sistem peringatan dini yang
siap beroperasi untuk skala besar dengan
jangkauan yang luas ke seluruh lapisan
masyarakat

25
26
27
28

1
0
0
0

4

Penilaian
Risiko
Daerah
Mempertimbangkan Risiko-Risiko Lintas
Batas Guna Menggalang Kerjasama Antar
Daerah Untuk Pengurangan Risiko
Tersedianya informasi yang relevan
mengenai bencana dan dapat diakses di
semua tingkat oleh seluruh pemangku
kepentingan
(melalui
jejaring,
pengembangan sistem untuk berbagi
informasi, dst

29
30
31
32
33
34
35
36

0
0
0
0
0
0
0
0

2

Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan
pelatihan yang relevan mencakup konsepkonsep dan praktik-praktik mengenai
pengurangan risiko bencana dan pemulihan

37
38
29
40

1
1
0
0

3

Tersedianya metode riset untuk kajian risiko

41

1

2

1

3

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

7

multi bencana serta analisis manfaat-biaya
(cost benefit analysist) yang selalu
dikembangkan berdasarkan kualitas hasil
riset

42
43
44

1
0
0

Diterapkannya strategi untuk membangun
kesadaran seluruh komunitas dalam
melaksanakan praktik budaya tahan bencana
yang mampu menjangkau masyarakat secara
luas baik di perkotaan maupun pedesaan

45
46
47
48

0
0
0
0

Pengurangan risiko bencana merupakan
salah satu tujuan dari kebijakan-kebijakan
dan rencana-rencana yang berhubungan
dengan lingkungan hidup, termasuk untuk
pengelolaan sumber daya alam, tata guna
lahan dan adaptasi terhadap perubahan iklim

49
50
51
52

0
0
0
0

Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan
pembangunan sosial dilaksanakan untuk
mengurangi kerentanan penduduk yang
paling berisiko terkena dampak bahaya

53
54
55
56

1
0
0
0

Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan
sektoral di bidang ekonomi dan produksi
telah dilaksanakan untuk mengurangi
kerentanan kegiatan-kegiatan ekonomi

57
58
59
60

0
0
0
0

Perencanaan dan pengelolaan pemukiman
manusia memuat unsur-unsur pengurangan
risiko bencana termasuk pemberlakuan
syarat dan izin mendirikan bangunan

61
62
63
64

0
0
0
0

Langkah-langkah
pengurangan
risiko
bencana dipadukan ke dalam proses-proses
rehabilitas dan pemulihan pascabencana

65
66
67
68

1
0
0
0

Siap sedianya prosedur-prosedur untuk
menilai dampak-dampak risiko bencana atau
proyekproyek pembangunan besar, terutama
infrastruktur

69
70
71
72

0
0
0
0

1

Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis
kelembagaan serta mekanisme penanganan
darurat bencana yang kuat dengan perspektif
pengurangan
risiko
bencana
dalam
pelaksanaannya

73
74
75
76

1
1
1
0

2

Tersedianya rencana kontinjensi bencana

77

1

4

1

2

3
4
4

5

6

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

8

5

yang berpotensi terjadi yang siap di semua
jenjang pemerintahan, latihan reguler
diadakan
untuk
menguji
dan
mengembangkan programprogram tanggap
darurat bencana

78
79
80

1
1
1

3

Tersedianya cadangan finansial dan logistik
serta mekanisme antisipasi yang siap untuk
mendukung upaya penanganan darurat yang
efektif dan pemulihan pasca bencana

81
82
83
84

0
0
0
0

4

Tersedianya prosedur yang relevan untuk
melakukan tinjauan pasca bencana terhadap
pertukaran informasi yang relevan selama
masa tanggap darurat

85
86
87
88

0
0
0
0

TOTAL

27

3.2 Pembahasan
Penerapan SIG dalam pemetaan kawasan rawan dan risiko banjir di DAS Tuweley
dianggap mampu memberikan kemudahan kepada penulis untuk menentukan daerah yang
rawan dan berisiko banjir. Dengan menerapkan SIG penulis dengan mudah memperoleh,
menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut secara spasial. SIG
dapat mendukung semua fase siklus manajemen bencana. Penerapan SIG untuk pemetaan
kawasan rawan dan risiko banjir dapat melindungi kehidupan, kepemilikan dan infrastuktur
yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; rencana evakuasi dan`perencanaan
tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran,
pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana dan kajian keutuhan
komunitas korban bencana.
DAS Tuweley merupakan kawasan rawan dan risiko banjir. Wilayah yang memiliki
nilai kerawanan paling tinggi disebabkan oleh banyak faktor yakni kondisi topografisnya
yang sebagian berada pada ketinggian 0-25 mdpl dan memiliki kemiringan yang datar dan
landai, tingginya curah hujan, padatnya permukiman di daerah dataran banjir pada sungai dan
tingkat porositas tanah yang rendah.
Dari peta kerawanan banjir (lampiran 1) diketahui bahwa DAS Tuweley merupakan
daerah yang rawan oleh banjir terutama di daerah bantaran sungai. Namun dilihat dari luasan
daerah dan distribusi kelas kerawanannya, DAS Tuweley sebagian besar menunjukkan
wilayah yang tidak rawan oleh banjir. Kelas tidak rawan mempunyai wilayah yang sangat
luas yaitu 2740 ha atau sekitar 85% dari total luas DAS Tuweley, yang diikuti dengan kelas
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

9

kurang rawan 198 ha atau 6,15 %, selanjutnya kelas sangat rawan dengan luas 150 ha atau
4,66%, diikuti kelas rawan sedang dengan luas 93 ha atau 2,89% dan kelas rawan dengan luas
39 ha atau berkisar 1,21% dari luas total DAS Tuweley. Kelas tidak rawan ini didominasi
oleh penggunaan lahan hutan, kebun dan elevasi atau ketinggian tempat berada pada
ketinggian terendahnya yaitu 25-50 mdpl serta yang paling tinggi >100mdpl dengan
kemiringan lereng yang cukup terjal yakni antara 16-25 % hingga 25-40%. Wilayah ini
masuk dalam kategori kelas tidak rawan karena termasuk wilayah hutan dan kebun yang
mampu menyerap air hujan yang jatuh dipermukaan tanah. Kelas kurang rawan ini dicirikan
dengan penggunaan lahan hutan, kebun sama halnya dengan kelas tidak rawan akan tetapi
kelas kurang rawan ini kebanyakan berada pada ketinggian atau elevasi antara 0-12,5 mdpl
hingga 25-50 mdpl dan berada pada kemiringan yang sama dengan kelas tidak rawan yaitu
16-25% hingga 25-40%. Kelas rawan sedang pada daerah ini banyak terdapat di wilayah
kebun, belukar, tegalan dan beberapa permukiman dengan elevasi antara 0-12,5 mdpl hingga
50-755 mdpl, serta kemiringan lereng 0-8% hingga 25-40 %. Penggunaan lahan pada kelas
ini diasumsikan mampu untuk menyerap air yang jatuh kepermukaan tanah. Kelas rawan
berada pada wilayah permukiman, tegalan serta belukar, dengan elevasi dan kemiringan yang
sama dengan kelas rawan sedang. Pada wilayah ini memiliki jenis tanah latosol dengan
porositas rendah. Daerah resapan pada wilayah ini sangat kurang akibat padatnya
permukiman pada kawasan tersebut. Kelas sangat rawan, daerah ini didominasi oleh
penggunaan lahan permukiman, dengan elevasi anatar 0-12,5 mdpl hingga 12,5 - 50 mdpl
serta kemiringan yang datar yaitu 0-8% hingga 8-15%. Daerah ini terdapat pada wilayah yang
berada pada bantaran sungai, Permukiman padat penduduk, curah hujan yang tinggi,
kemiringan yang datar dan ketinggian yang rendah. Berdasarkan hal tersebut sehingga
menjadikan wilayah ini menjadi kawasan sangat rawan banjir.
Dari hasil skoring dan overlay dihasilkan sebuah peta kawasan

risiko banjir

(Lampiran 2) yang dibagi menjadi tiga kelas yaitu Risiko Tinggi, Risiko Sedang dan Risiko
Rendah pada DAS Tuweley daerah yang paling berisiko berada pada daerah hilir yakni di
Kelurahan Baru dan daerah yang tidak berisiko berada pada Keluarahan Tuweley. Daerah
yang paling berisko merupakan derah dengan kepadatan penduduk tinggi, kepadatan
bangunan yang rapat, serta merupakan kawasan rawan banjir. Kawasan risiko rendah
memiliki luas 3118 ha atau sekitar 96,83% dari luas DAS Tuweley, kawasan ini berada pada
wilayah hulu DAS berdasarkan kerawanan kawasan ini masuk dalam kaetegori kawasan tidak
rawan, rawan sedang dan kurang rawan banjir hal ini karena wilayah ini merupakan area
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

10

hutan dan perkebunan sehingga jarang ditemukan permukiman dengan begitu kawasan ini
memiliki kepadatan penduduk yang jarang serta kepadatan bangunan yang jarang. Kawasan
risiko sedang memiliki luas area 34 ha atau sekitar 1,05%. Berdasarkan kerawanan kawasan
ini berada pada kawasan rawan banjir dan berada pada area perkebunan, karena pada
kawasan ini terdapat penggunaan lahan perkebunan sehingga kepadatan bangunan jarang
dengan begitu penduduk yang mendiami kawasan ini juga jarang. Kawasan risiko tinggi
memiliki luas 69 ha atau sekitar 2,14% dari luas DAS Tuweley secara keseluruhan.
Berdasarkan kerawan kawasan ini masuk dalam kategori kawasan sangat rawan banjir,
karena berada pada wilayah permukiman penduduk dengan kepadadatan bangunan tinggi
serta kepadatan penduduk yang tinggi pula.

IV

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut : (1) Pemetaan Kawasan Rawan banjir di DAS Tuweley Kabupaten Tolitoli
menggunakan beberapa indikator penentu yaitu curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan
lereng, ketinggian tempat dan jenis tanah. Pemetaan kawasan risiko banjir menggunaka
indikator kerentanan fisik dan sosial yaitu kepadatan bangunan dan kepadatan pendudu,
indikator ancaman berdasarkan kawasan rawan banjir dan indikator kapasitas. (2) Kawasan
rawan banjir di DAS Tuweley dibagi menjadi lima kelas, yaitu kelas tidak rawan, kelas
kurang rawan, kelas rawan sedang, kelas rawan dan kelas sangat rawan. Kelas tidak rawan
mempunya luas area 2740 ha, kelas kurang mempunyai luas area 198 ha, kelas rawan sedang
mempunyai luas 93 ha, kelas rawan mempunyai luas 39 ha dan kelas sangat rawan
mempunyai luas150 ha. Umumnya kelas tidak rawan berada pada bagian hulu DAS dan kelas
sangat rawan berada pada bagian hilir DAS. Penetuan kawasan rawan banjir didasarkan pada
tingkat curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, ketinggian tempat dan jenis tanah
di lokasi penelitian. (3) Dari hasil analisi risiko banjir di DAS Tuweley dapat dibagi menjadi
tiga kelas yaitu : 1) Risiko rendah dengan luas wilayah 3118 ha meliputi wilayah kelurahan
Baru, 2) Risiko Sedang dengan luas wilayah 35 ha meliputi wilayah Kelurahan Panasakan, 3)
Risiko Tinggi dengan luas wilayah 69 ha meliputi wilayah Kelurahan Baru.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa saran yang dapat
disampaikan sebagi berikut: (1) Diharapkan sekiranya dari hasil penelitian dapat memberi
masukan sebagai salah satu dasar dalam penentuan arah kebijakan dalam penanggulangan
banjir seperti.(2) Penanganan kerentanan dan kapasitas seperti peningkatan kapasitas lokal,
Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

11

pengamanan aset penghidupan dan kehidupan, menekan laju pertumbuhan penduduk pada
darah rawan, membangun kesiapsiagaan di masyarakat, membangun sistem peringatan dini,
melakukan rencana aksi PB-PRB

V

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana. Jakarta : Sekretariat Negara RI
________.(2006). Peraturan Pemerintah dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006
Pedoman Umum Mitigasi Bencana. Jakarta : Sekertariat Negara RI.

ampiran 1

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD

tentang

12

Lampiran 2

Mahasiswa Program Studi Pend. Geografi P.IPS FKIP UNTAD
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD