PERSEPSI SISWA TENTANG PUSTAKAWAN DI PER

PERSEPSI SISWA TENTANG PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN
SEKOLAH

Studi Deskriptif mengenai Persepsi Siswa tentang Pustakawan di Perpustakaan
Sekolah Menengah Atas Negeri 60 Jakarta
Oleh
1

Wahyu Setiaji, 2 Yunus Winoto, 3 Ute Lies Khadijah
ABSTRACT

The core of problems this research is into perception of students about librarian.
Aims for too know perception students who seen from attitude, motive, attention,
experience, and expectation of a librarian in public SMA Negeri 60 Jakarta. The
method used are descriptive, whereas the method of data collection techniques
through deployment, interview, observation, questionnaire, and library studies.
Population this research is graders X and XI state SMA Negeri 60 Jakarta totaled
516 people. Based on the results of the calculation using the formula Taro Yamane,
then obtained the number of samples in this study as much as 84 people. The result
showed that the perception students about librarian in the library SMA Negeri 60
Jakarta good category.

Keywords: The School Library. The Librarian, Perception
Pendahuluan
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan amanat konstitusi yang menjadi
cita-cita bangsa dan harus selalu diperjuangkan dalam rangka menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional. Salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah
mencerdaskan masyarakat dengan cara memilah, menghimpun, dan menyebarkan
informasi dengan cepat dan akurat kepada masyarakat pengguna. Usaha
pembangunan perpustakaan memang telah dilakukan baik oleh berbagai departemen
atau lembaga pendidikan dan ilmiah serta oleh pemerintah daerah. Bahkan program
pendidikan di pedesaan berupa pembangunan perpustakaan sekolah. Namun sampai
sekarang ini, ternyata perpustakaan sekolah belum menjadi lembaga yang benarbenar membantu siswa memperoleh pengetahuan.

Eksistensi perpustakaan memang akan semakin dirasakan peranannya dalam
menjawab tantangan revolusi informasi (Alvin Toffler), revolusi komunikasi
(Gerbner) maupun Global Village-nya (Marshall McLuhan). Kenyataan ini dilandasi
fungsi universal perpustakaan, yakni: sebagai pusat informasi, pusat pendidikan,
pusat rekreasi, dan pusat penelitian. Ilmu perpustakaan kini semakin berkembang dan
terasa makin besar kontribusinya terhadap perkembangan ilmu yang lainnya.
Walaupun sebenarnya perkembangan ilmu perpustakaan agak lamban bila
dibandingkan dengan perkembangan ilmu-ilmu lainnya (Sinaga 1997, 1). Selain

faktor dana dan tenaga, pemahaman yang benar akan pentingnya lembaga
perpustakaan bagi masyarakat, juga menjadi sebab belum berhasilnya usaha
pembangunan perpustakaan. Pemahaman yang benar atas lembaga perpustakaan
memang perlu dimiliki oleh sebagian besar lapisan masyarakat kita. Apabila
pemahaman ini tidak tepat maka logis apabila strategi pembangunan perpustakaan
juga tidak tepat. Kalau sampai saat sekarang perpustakaan belum mewujud sebagai
lembaga yang diperlukan oleh masyarakat luas, mungkin perlu dicoba strategi baru
selain pendekatan yang selama ini telah dilakukan. Biasanya dalam membangun
perpustakaan selalu dikatakan berorientasi kepada pemakai dan berusaha
menciptakan calon-calon potensial pustakawan.
Perpustakaan merupakan sarana penunjang bagi kegiatan belajar yang
berfungsi sebagai pusat informasi untuk pengembangan, pendidikan, dan penelitian.
Memberikan pelayanan informasi yang tepat merupakan tugas utama pustakawan
dalam bidang pelayanan, yakni pustakawan sebagai konsultan informasi untuk
memberikan kemudahan kepada pemustaka dalam menggunakan informasi yang
dibutuhkan. Di samping itu, pustakawan adalah faktor pendukung utama dalam
memberikan jasa perpustakaan kepada pemustaka. Pustakawan mempunyai tugas
berat dalam menjaga image positif perpustakaan dikalangan masyarakat pemustaka.
Pustakawan dituntut untuk dapat menguasai segala bidang keilmuan teknologi
informasi dan mengikuti perkembangan informasi terkini sehingga dapat memberikan

informasi yang tepat, cepat, dan mutakhir sesuai dengan kebutuhan pemustaka
mengingat semakin cepat dan banyak penyedia informasi melalui dunia maya (cyber)
yang lebih diminati oleh masyarakat luas.
SMA Negeri 60 Jakarta memiliki sebuah perpustakaan sekolah. Perpustakan
sekolah merupakan perpustakaan yang koleksinya diorganisasi di dalam suatu ruang
agar dapat digunakan oleh murid-murid, staf, dan guru-guru. Perpustakaan Sekolah di
SMA Negeri 60 Jakarta merupakan salah satu tempat menghimpun segala kegiatan
yang terjadi selama SMA Negeri 60 Jakarta terbentuk.

“Untuk mengelola perpustakaan sekolah sebaiknya ditunjuk seorang guru
yang dianggap mampu mengelola perpustakaan sekolah. Apabila yang mengelola
perpustakaan sekolah adalah seorang guru, maka akan mudah mengintegrasikan
penyelenggaraan perpustakaan sekolah dengan proses belajar mengajar. Di dalamnya
dibutuhkan seorang pustakawan yang bisa diambil dari salah seorang guru (Bafadal
dalam Carter V. Good 2011, 4).”
Pustakawan SMA Negeri 60 berlatar belakang bukan dari Ilmu Perpustakaan
namun pengetahuannya dan semangatnya membangun perpustakaan sangat baik.
Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta lulusan Sarjana Hukum. Pengetahuan yang
didapat dari Seminar, Pelatihan, melakukan kerjasama sesama pustakawan, dan lainlain. Banyak kemajuan yang sudah diberikan oleh pustakawan SMA Negeri 60
Jakarta dikarenakan sering terjadi banjir kiriman. Perpustakaan SMA Negeri 60

Jakarta memiliki kurang lebih 36.538 eksemplar koleksi (perpustakaan SMA Negeri
60 Jakarta). Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta memiliki berbagai macam koleksi
mengenai pendidikan yaitu cerita rakyat, agama, kurikulum sekolah, majalah
pendidikan, dan lain-lain. Sebagian koleksi sudah diklasifikasikan, digitalisasikan,
dan diperbanyak sesuai dengan kebutuhan kurikulum pendidikan. Penggunaan OPAC
(Online Public Accsess Catalog) sudah disediakan di perpustakaan SMA Negeri 60
Jakarta.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pustakawan dan guru-guru agar siswa
ingin selalu berkunjung dan menggunakan koleksi yang tersedia di perpustakaan.
Dari pengenalan profesi pustakawan, ikut serta dalam kegiatan pembenahan
perpustakaan, bedah buku, mengadakan games, studi banding, tugas rumah, dan lainlain. Penurunan dalam setiap bulannya membuat pustakawan selalu bebenah diri
dalam menarik pengunjung yang ingin menggunakan layanan perpustakaan. Di SMA
Negeri 60 Jakarta, banyak siswa yang penasaran mengenai pentingnya keberadaan
pustakawan. Betah tidaknya pengguna jasa informasi di perpustakaan sangat
bergantung pada cara pustakawan menjawab pertanyaan kebutuhan pemustaka. Hal
ini, akan sangat berpengaruh pada kesan yang akan ditimbulkan. Pustakawan SMA
Negeri 60 Jakarta dituntut dengan jelas untuk bisa menjawab semua pertanyaan,
membantu temu kembali informasi, dan membuat suasana perpustakaan nyaman
untuk dikunjungi.
Dari hal di atas, penulis ingin meneliti bagaimanakah persepsi siswa kepada

pustakawan. Harapan dengan adanya laporan penelitian ini, pemustaka mengetahui
Persepsi Siswa tentang Pustakawan di Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta sehingga
pustakawan selalu dapat meningkatkan kembali kemampuannya.

Kerangka Pemikiran
Kompetensi seorang pustakawan, agar Ia dapat dikatakan profesional harus
dikembangkan atau ditingkatkan terus. Ia harus termasuk dalam kategori hight
growth need employed yang artinya ia memiliki motifasi instrinsik untuk selalu
menambah skills, knowledge, dan abilities-nya serta mau memperluas wawasan. Ia
juga harus sadar bahwa, (1) kesuksesan dalam tugas atau pekerjaannya tidak harus
selalu diukur dari jumlah gaji dan imbalan materi yang diperolehnya, sekalipun kita
tahu bahwa uang merupakan motifator yang besar bagi kegairahan kerja seseorang,
(2) tugas dan tanggung jawab yang utama adalah memberikan layanan informasi
yang sebaik-baiknya kepada masyarakat; ini di atas segala kepentingan pribadinya,
(3) ia selalu bersikap terbuka, mampu bertindak komunikatif serta edukatif; dalam
perilakunya selalu memegang teguh kode etik asosiasi profesionalnya, (4) dalam
pelaksanaan tugas atau pekerjaannya ia tidak bersitegang dengan hal-hal yang rutin
(rules) kaku namun berani menggali hal-hal yang baru dan bermanfaat bagi instansi
atau masyarakat yang dilayaninya, serta (5) menjunjung tinggi esprit de corps
(Sinaga 1997, 64).

Komunikasi sangat penting untuk memperlancar tugas-tugas baik di kantor
maupun dalam pergaulan sehari-hari. Komunikasi bisa dilakukan dengan cara dialog,
sehingga dapat saling memberi dan menerima (take and gave) pendapat. Komunikasi
bisa menghilangkan salah pengertian (misunderstanding) dalam pergaulan. Salah
pengertian dapat membahayakan kelangsungan suatu pergaulan. Sebaliknya,
komunikasi bisa mendatangkan simpati, empati, dan kepercayaan dari orang lain.
Dalam pergaulannya pustakawan harus mengembangkan komunikasi dengan orang
lain, terutama komunikasi dua arah, agar bisa menghilangkan persepsi yang salah,
keliru, menjadi yang benar. Komunikasi bisa menjadi alat motifasi dan dapat
meningkatkan aktifitas, sehingga aktifitas tersebut berjalan dengan baik dan lancar.
Memiliki kemampuan berkomunikasi adalah merupakan syarat mutlak bagi
pustakawan professional dalam menjalankan tugasnya (Hermawan dan Zen 2010,
129-130).
Dalam arti yang popular keterampilan diartikan sebagai memiliki kemampuan
daya cipta. Jadi keterampilan seseorang itu dapat bersifat negatif dan dapat pula
bersifat positif (yang mendatangkan manfaat ataupun daya guna bagi masyarakat
pada umumnya). Motifasi interistik seseorang pustakawan berakar dari (1)
pendidikan atau latihan dan pengalaman kerjanya, (2) sistem nilai yang dianutnya,
dan (3) keyakinannya (Sinaga 1997, 65).


Mulyana (2010,180) dalam John R. Wenburg dan William W. Wilmot,
persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna. Rudolph. F.
Verderber mendefinisikan, persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi.
Sedangkan J. Cohen mengemukakan, persepsi adalah sebagai interprestasi bermakna
atas sensasi sebagai representatif objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang
tampak mengenai apa yang di luar sana. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi
adalah sebagai berikut:
a. Faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (perceiver), berupa atittude,
motive, interest, experience, dan expectation
b. Faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi (target), berupa novelty,
motion, sound, size, background, dan proximity.
c. Faktor yang berada dalam situasi (situation), berupa bentuk, work setting, dan
social setting. (Hariandja dalam Stephen P. Robin 2006, 72).
Sesuai dengan pembahasan peneliti hanya terfokus kepada faktor-faktor yang berada
dalam diri persepsi (Perceiver), yaitu sebagai berikut:
1. Sikap, diartikan sebagai pernyataan evaluatif. Yang dapat dipengaruhi oleh
nilai, yang dianut seseorang terhadap suatu objek, dan yang dapat
mempengaruhi persepsi.
2. Motif, sebagai suatu keinginan atau kebutuhan seseorang.
3. Perhatian, diartikan sebagai kebutuhan yang sangat diperhatikan seseorang

dapat dipengaruhi oleh pengalaman atau latar belakang orang tersebut.
4. Harapan, harapan-harapan
mempengaruhi persepsi.

seseorang

terhadap

sesuatu

yang

dapat

5. Pengalaman, pengalaman dapat mempengaruhi salah satu dari objek atau
peristiwa yang sangat diperhatikan oleh seseorang (Hariandja 2006, 74-75).
Faktor-faktor dalam diri pemersepsi sangat tepat dibandingkan dengan faktorfaktor yang berada dalam situasi dan target dikarenakan faktor-faktor tersebut sangat
luas kaitannya dengan persespsi. Sedangkan yang peneliti teliti di sini hanya pada
persepsi siswa tentang pustakawan di perpustakaan sekolah. Pemilihan kompetensi
pustakawan yaitu pengetahuan, komunikasi, dan keterampilan, peneliti pilih

dikarenakan kriteria ini merupakan bagian penting yang harus dimiliki pustakawan.

Ketiga kriteria itu menurut Sinaga (1997, 64-65) yang kini dapat mengintropeksi kita
sendiri, apakah sudah dapat memenuhi semua kriteria tersebut. Dengan lain
perkataan, apakah memang kita sudah termasuk dalam kelompok professional
tersebut. Jadi, ditegaskan yang ditransmisikan adalah hasil konsepsi karya penalaran
sehingga apa yang dilontarkan dari mulutnya adalah pendapat yang mantap,
meyakinkan, sistematis, dan logis. Efisiensi berfikir seperti itu akan berpengaruh
besar pada tindakannya, kegiatannya, dan perilakunya sehingga akan menjadi daya
pendorong yang berkembang luas bagi kemajuan masyarakat (Effendi dalam David
C. McClelland 2007, 103).
Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Adapun yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu metode yang berupaya
memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi dalam situasi sekarang.
Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, akan tetapi
menggambarkan apa adanya variable, gejala atau keadaan (Singarimbun 1990, 5).
Menurut Rakhmat (2009, 24), penelitian ini digunakan metode deskriptif karena
penelitiannya mencoba memaparkan situasi atau keadaan mengenai persepsi siswa
terhadap pustakawan. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert

merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan 2005, 12).
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan (Sugiyono 2011, 93).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini siswa kelas X dan XI SMA Negeri 60 Jakarta
tahun ajaran 2011/2012 karena seluruh siswa kelas XII sudah tidak berada di sekolah
(sudah lulus). Kelas X secara keseluruhan berjumlah 272 orang dan kelas XI secara
keseluruhan baik IPA atau IPS berjumlah 144 orang (Profil kesiswaan SMA Negeri
60 Jakarta). Jadi, siswa kelas X dan XI SMA Negeri 60 Jakarta baik IPA dan IPS
berjumlah 516 orang.
Sampel adalah proses pengambilan sampel dari populasi yang diambil melalui
cara-cara tertentu, yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang
dianggap mewakili populasi. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah
sampel acak berstrata (stratified random sampling). Berdasarkan hasil perhitungan

rumus Taro Yamane, maka diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 84
orang.
Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner/Angket
Merupakan sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah
penelitian, dan tiap pertanyaan adalah jawaban-jawaban yang mempunyai makna
dalam pengujian hipotesis (Nazir 2005, 203). Tujuannya adalah mencari informasi
yang lengkap mengenai suatu masalah dari respon tanpa khawatir bila respon
memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar
pertanyaan.
2. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan atau tempat penelitian
menggunakan indera pengelihatan, pendengaran terhadap kondisi, situasi, proses
kegiatan guna memperoleh informasi dan mengetahui hal-hal yang dapat membantu
dalam proses penelitian.
3. Wawancara
Yaitu pengumpulan data-data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
langsung kepada informan dan jawaban-jawaban informan dicatat atau direkam.
4. Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian,
melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku, jurnal, makalah,
serta referensi lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Teknik Analisis Data
Analisa data adalah mengelompokkan atau membuat suatu urutan,
memanipulasi serta meningkatkan sehingga mudah untuk dibaca (Nazir 1988, 419).
Dalam penelitian deskriptif ada beberapa tahapan kegiatan yakni pengumpulan data,
klasifikasi, pengolahan/analisis data, serta penggambaran suatu keadaan secara
objektif dalam suatu deskriptif situasi. Sedangkan untuk teknis analisisnya yaitu
dengan cara mengungkapkan dan memaparkan pendapat responden berdasarkan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Hasil dan Pembahasan
Hasil
Sebanyak 78,58% responden memiliki persepsi baik dikarenakan berkat
pustakawan SMA Negeri 60 Jakarta, perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta semakin
maju. Bahkan, SMA Negeri 60 berencana merubah perpustakaan sekolah menjadi
perpustakaan digital.Sebanyak 61,90% responden memiliki sikap (attitude) baik
dikarenakan pustakawan sangat profesional dalam menjalankan tugasnya. Sebanyak
89,29% responden memiliki motif yang sangat baik tentang pustakawan. Sebanyak
53,57% responden memiliki perhatian yang baik tentang pustakawan. Sebanyak
55,95% responden memiliki pengalaman yang cukup baik ketika bertemu
pustakawan. Sebanyak 83,33% responden memiliki harapan yang baik tentang
pustakawan untuk ke depannya.
Pembahasan
Pustakawan sebagai seorang professional di bidang perpustakaan dan
informasi harus mempunyai kemampuan untuk memperluas akses dan
mendistribusikan informasi untuk kepentingan masyarakat, baik dari dalam maupun
luar negeri. Dalam hal ini, pustakawan hendaknya dapat berfungsi sebagai perantara
(intermediaries) antara sumber informasi dengan masyarakat pengguna (Hermawan
dan Zen 2010, 109). Mengutip Hermawan dan Zen (2010,113) bahwa dalam
menjalankan kewajiban ini sekurang-kurangnya pustakawan harus memberikan
layanan prima. Artinya pelayanan kepada masyarakat harus dilakukan secara cepat,
tepat, mudah, murah, tertib, dan tuntas sesuai dengan prosedur yang berlaku sehingga
dapat memuaskan masyarakat pengguna. Memberikan pelayanan terbaik di
perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta.
`
Mengutip Hermawan dan Zen (2010,121) bahwa Kode Etik Pustakawan
Indonesia meminta agar seluruh pustakawan melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan dan memperluas pengetahuan, kemampuan, dan profesionalisme.
Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan, kemampuan
pustakawan dapat dilakukan berbagai upaya, baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama, secara formal maupun informal. Secara informal pustakawan
dapat belajar melalui mass media, baik secara cetak maupun media elektronik,
membaca buku-buku perpustakaan, dan informasi yang terkait dengan dunia
profesinya. Sedangkan secara formal, pustakawan dapat mengikuti pendidikan pada

jenjang yang lebih tinggi di bidang kepustakawanan, baik dengan biaya sendiri,
maupun dengan beasiswa di dalam maupun di luar negeri, baik yang didapat dari
pemerintah, maupun pihak sponsor. Secara bersama-sama, dapat dilakukan melalui
diklat, penataran, diskusi ilmiah, simposium, seminar, lokakarya, magang, dan studi
banding di dalam dan di luar negeri.
Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya
dengan sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan,
kemampuan pustakawan dapat dilakukan berbagai upaya, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama, secara formal maupun informal. Secara informal
pustakawan dapat belajar melalui mass media, baik secara cetak maupun media
elektronik, membaca buku-buku perpustakaan, dan informasi yang terkait dengan
dunia profesinya. Sedangkan secara formal, pustakawan dapat mengikuti pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi di bidang kepustakawanan, baik dengan biaya sendiri,
maupun dengan beasiswa di dalam maupun di luar negeri, baik yang didapat dari
pemerintah, maupun pihak sponsor (Hermawan dan Zen 2010, 121).
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya, maka disimpulkan yang
dapat ditarik dari penelitian “Persepsi Siswa tentang Pustakawan di Perpustakaan
Sekolah” bahwa persepsi siswa terhadap pustakawan terkatagori baik. Dilihat dari
sikap siswa tentang pustakawan sangat baik karena pustakawan sangat berusaha
memberikan yang terbaik untuk Perpustakaan SMA Negeri 60 Jakarta. Motif siswa
tentang pustakawan dilihat dari, membantu siswa dalam memperjelas pengetahuan
tentang pelajaran yang diperolehnya mendapatkan apresiasi baik karena sebisa
mungkin pustakawan memberikan informasi yang jelas dan terpercaya tanpa ditutupi.
Perhatian siswa tentang pustakawan sangat baik karena pustakawan mampu
meningkatkan kinerja perpustakaan menjadi semakin maju. Dilihat dari teknologi
perpustakaan yang sudah dipakai, seperti OPAC (Online Public Access Catalog),
koleksi sudah didigitalisasi, audio visual, VCD, dan kaset audio. Pengalaman siswa
bertemu pustakawan menjadi menyenangkan karena pustakawan sebisa mungkin
memberikan pelayanan yang maksimal baik di perpustakaan maupun dalam kegiatan
pendidikan. Harapan siswa tentang pustakawan bahwa pustakawan SMA Negeri 60
sudah memuaskan anggota perpustakaan dalam kinerjanya. Dilihat dari semangat
pustakawan yang selalu mengajak anggota perpustakaan datang ke perpustakaan
untuk membaca, berdiskusi, mencari bahan tugas sekolah, dan lain-lain.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka ada beberapa
saran yang dapat diajukan kepada pihak yang terkait dengan penelitian ini adalah:
1. Tersedianya bahan pustaka sesuai dengan kebutuhan, minat, dan tuntutan
pengguna haruslah selalu menjadi perhatian pengelola perpustakaan.
Walaupun tahapan ini sudah dilakukan dengan baik oleh Perpustakaan SMA
Negeri 60 Jakarta, akan tetapi kegiatan tahapan yang pertama adalah analisis
pemakai harus dikembangkan lagi karena keberadaaan suatu perpustakaan
akan ditentukan oleh ketersediaan sumber informasi dan bentuk pelayanan
yang diberikan kepada pengguna.
2. Pustakawan juga harus mampu menambah ilmu pengetahuan, mengikuti
perkembangan teknologi, dan bekerjasama dengan perpustakaan lain supaya
dapat bertukar informasi dalam memajukan perpustakaan SMA Negeri 60
Jakarta.
3. Pustakawan diharapkan pandai dalam bergaul dengan anggota perpustakaan.
Masyarakat pengguna perpustakaan dan informasi merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan. Oleh karena itu, jika pustakawan mampu bergaul
dapat menopang suksesnya perpustakaan dan penggunanya.
4. Pustakawan diharapkan mau mendengarkan keluhan dan bersikap sabar dalam
menghadapinya. Siswa terkadang ada yang merasa masih belum mendapatkan
pelayanan memuaskan, bahkan bukan itu saja, ada yang mereka merasa
kecewa. Apapun keluhan mereka harus disikapi secara dewasa karena keluhan
mereka adalah masukan yang sangat berharga bagi kita. Seandainya
keluhannya tidak dapat terpenuhi maka dapat dijadikan sebagai bahan untuk
mawas diri.
5. Pustakawan diharapkan cekatan dalam membantu temu kembali koleksi
meskipun di perpustakaan terdapat OPAC (Online Public Access Catalog),
sehingga dapat memberikan kesan positif bagi perpustakaan.
6. Pustakawan diharapkan mampu memberikan rasa nyaman pemustaka yang
berada di perpustakaan sehingga pemustaka betah, nyaman, dan tidak bosan
kembali lagi ke perpustakaan.

7. Pustakawan diharapkan lebih komunikatif supaya dapat menjalin keterdekatan
emosional kepada anggota perpustakaan. Anggota perpustakaan pun akan
merasa nyaman saat berada di perpustakaan.
Daftar Pustaka
Bafadal, Ibrahim. 2011. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Hariandja, Marihot Tua Effendi. 2006. Perilaku Organisasi: Memahami dan
Mengelola Perilaku dalam Organisasi. Bandung: UNPAR Press.
Hermawan, Rachman dan Zen, Zulfikar. 2010. Etika Kepustakawanan: Suatu
Pendekatan terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung
Seto.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
_____________________. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rakhmat, Jalaludin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Riduwan.2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.Bandung: Alfabeta.
Sinaga, Dian. 1997. Ilmu Perpustakaan dan Profesi Pustakawan. Bandung:
Binacipta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (editor). 1990. Metode Penelitian Survei,
Jakarta: LP3ES.
Sugiono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.