KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERD (1)

KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERDASARKAN
PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF
FITRIANI JAMBAK
Mahasiswa Pasca Sarjana UNP
e-mail: gvitriani@gmail.com
Abstract
Each Kindergarten has a different mission vision but all curriculum used
in schools generally rests on one national goal; The intellectual life of the
nation, forming a society of faith and devotion to God Almighty, forming
a society with noble character, skillful and intelligent, forming a healthy
society physically and spiritually, forming a society that has a strong
personality, independent and have a sense of responsibility for society
and country. To achieve this goal, an early childhood education
curriculum is required based on the age range of children in
Kindergarten, so that education can be done from the age of 0 to 6 years
through a integratuve thematic approach.The integrative thematic is an
integrated learning model using the theme as a unifier between subjects
Keywords: curriculum; early childhood education programs; age range
Abstrak.
Setiap Taman Kanak-kanak (TK) mempunyai visi misi yang berbeda
tetapi semua kurikulum yang dipakai disekolah pada umumnya

bertumpu pada satu tujuan nasional yaitu; Mencerdaskan kehidupan
bangsa, membentuk masyarakat yang beriman serta bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, membentuk masyarakat dengan budi pekerti
luhur, terampil dan cerdas, membentuk masyarakat yang sehat secara
jasmani dan rohani, membentuk masyarakat yang memiliki kepribadian
yang kuat, mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab untuk
masyarakat dan negaranya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
diupayakan kurikulum pendidikan anak usia dini berdasarkan rentang
usia anak di Taman Kanak-Kanak, agar pendidikan dapat terlaksana
dari usia 0 sampai 6 tahun melalui pendekatan tematik integrative.
Tematik integratif merupakan model pembelajaran terpadu dengan
menggunakan tema sebagai pemersatu antar mata pelajaran.
Kata kunci: kurikulum; pendidikan anak usia dini; rentang usia
PENDAHULUAN
Usia dini dianggap sebagai usia emas atau

The Golden Age bagi

kehidupan seorang anak manusia yang terjadi satu kali seumur hidup, karena pada
1


usia dini ini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam
sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada
masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan
anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Banyak konsep dan
fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia
dini, dimana semua potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang
disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa imitasi,
masa peka, masa bermain dan masa mengembangkan aspek-aspek kemampuan
anak dalam hal penanaman nilai-nilai moral agama dan moral, sosial emosinal,
fisik motorik, kognitif, bahasa dan seni.
Konsep tersebut diperkuat oleh fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli
neurologi yang menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100
sampai 200 milyar neuron atau sel saraf yang siap melakukan sambungan antar
sel. sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun,
80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi 100%
ketika anak berusia 8 samapai 18 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel saraf
tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik dalam
situasi pendidikan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Para ahli pendidikan
sepakat bahwa periode keemasan tersebut hanya berlangsung satu kali sepanjang

rentang kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa betapa meruginya suatu
keluarga, masyarakat dan bangsa jika mengabaikan masa-masa penting yang
berlangsung pada anak usia dini.
Oleh karena itu, kita sebagai pendidik selayaknya tidak mengabaikan
pentingnya pendidikan anak usia dini pada rentang usia 0 sampai 6 tahun yang
diumpamakan kertas putih yang siap menerima apapun yang kita tulis. Rasulullah
SAW, menyatakan dalam sebuah hadist

:bahwa setiap anak terlahir dalam

keadaan fitrah (suci). Orang tualah yang “mewarnai” si anak, kelak dia akan
menjadi merah, kuning, hijau, biri dan sebagainya.
Menyadari pentingnya Pendidikan bagi anak usia dini, maka pemerintah
memayungi hukum PAUD sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas dijelaskan bahwa

2

pendidikan anak usia dapat ditempuh melalui jalur informal (keluarga), jalur
nonformal (kelompok bermain, Taman Pendidikan Al-Qur’an atau Taman

Penitipan Anak) dan jalur formal (Taman Kanak-Kanak dan raudhatul Athfal).
Selain itu, pemerintah menyusun dan terus mengembangkan kurikulum PAUD
untuk akselerasi dengan perkembangan dunia pendidikan secara umum.
Kurikulum PAUD merupakan seperangkat rencana dan pengaturan,
mengenai

bahan

ajar

serta

cara

yang

digunakan

sebagai


pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran PAUD. Diamana kurikulum PAUD
bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi
sebagai manusia yang untuh sesuai kultur, budaya, dan falsafah suatu bangsa.
Oleh karena itu, melalui kurikulum anak dibimbing agar mampu memahami
berbagai hal tentang yang perlu anak ketahui di lingkungan pendidikan anak usia
dini. Akan tetapi yang perlu diketahui bahwa dalam penyusunan kurikulum di
suatu TK, ada perbedaan tentang penerapan yang sering dipraktikan antara guru
yang satu dengan yang lain, bukan karena perbedaan kurikulm tapi karena
tergantung kekreatifan sang pendidik
Menurut Undang-Undang NO 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Sedangkan menurut Hamalik (2011) Kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa yang dengan program ini

siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran.
Selain itu, Kurikulum juga merupakan salah satu komponen yang memiliki
peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya
dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah
pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar
yang harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu pentingnya peran kurikulum dalam
pendidikan anak usia dini, seperti yang disimpulkan oleh Dadan (2014 ) “ Untuk

3

menstimulasi anak usia dini harus melalui kurikulum yang kreatif di dasari oleh
penelitian-penelitian aktual, juga pelayanan terpadu antara sekolah dan pihak
keluarga”.
Antara pihak sekolah dan pihak keluarga harus terjalin suatu hubungan
saling terkait dan saling berbagi informasi agar apapun permasalahan anak dapat
dicari solusinya dengan memberikan pelayanan yang membuat anak nyaman dan
menyenangkan. Sebagaimana Aziz (2016) mengatakan bahwa “suasana belajar
dalam PAUD harus dibuat nyaman dan sanagat menyenangkan bagi anak-anak

usia dini yang cenderung bebas dan atraktif. Tujuannya adalah agar anak-anak
dapat “belajar” dengan riang, gembira.
Morrison (2016) juga mengungkapkan “bahwa anak yang dibesarkan,
diasuh, dan dididik dilingkungan yang diperkaya lebih sehat, bahagia, dan
berprestasi dibanding anak yang tidak dibesarkan dilingkungan yang diperkaya.
Lingkungan bayi dan balita harus mengundang nyaman , sehat, aman,
mendukung, menantang, dan penuh penghargaan.
Disamping

lingkungan,

ada

faktor

yang

sangat

penting


untuk

perkembangan anak usia dini yaitu pengetahuan guru dalam strategi
pembelajaran, sikap dan motivasi. Hal ini berdasarkan penelitian Dadan (2013)
menyebutkan bahwa “pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran berhubungan secara positif dengan hasil belajar anak, terdapat hubungan yang positif
antara sikap guru dengan hasil belajar anak, dan terdapat hubungan yang positif
antara motivasi guru dengan hasil belajar anak. Secara bersama-sama,
pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran, sikap dan motivasi guru berhubungan secara positif dengan hasil belajar anak.” Untuk itu, guru harus menguasai
strategi pembelajaran anak usia dini sesuai dengan kebutuhan anak pada masa
rentang usia 0-6 tahun melalui pendekatan-pendekatan dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan anak usia dini.
Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAUD
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini menggunakan pembelajaran
tematik. Pembelajaran tematik dipandang sesuai dengan pola kerja otak karena

4

membahas satu tema dari berbagai konsep dan aspek perkembangan. Penentuan
tema sangat terbuka artinya satuan PAUD dapat menentukan tema yang akan

digunakan dalam pembelajaran sesuai denga minat anak, situasi dan kondisi
lingkungan, serta kesiapan guru mengelola kegiatan . Dalam mengembangkan
kurikulum PAUD perlu adanya pendekatan. Pada dasarnya terdapat 2 pendekatan
utama yang digunakan untuk pendidikan anak usia dini, yaitu pendekatan perilaku
dan

pendekatan

perkembangan

(Hainstock,

1999).

Pendekatan

perilaku

beranggapan bahwa konsep-konsep tidaklah berasal dari dalam diri anak dan tidak
berkembang secara spontan. Atau dengan perkataan lain konsep-konsep tersebut

harus ditanamkan pada anak dan diserap oleh anak, sehingga pendekatan seperti
ini melahirkan pengajaran yang berpusat pada guru (Wolfgang dan Wolfgang,
1995).
Pendekatan perkembangan, berpandangan bahwa perkembanganlah yang
memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak
usia dini. Terdapat beberapa anggapan dari pendekatan ini, yaitu: (1) anak usia
dini adalah pembelajar aktif yang secara terus menerus mendapat informasi
mengenai dunia lewat permainannya, (2) setiap anak mengalami kemajuan
melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan, (3) anak
bergantung pada orang lain dalam hal pertumbuhan emosi dan kognitif melalui
interaksi sosial, (4) anak adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang
dengan kecepatan yang berbeda (Wolfgang dan Wolfgang : 1995)
Kurikulum anak usia dini berisi seperangkat kegiatan belajar melalui
bermain yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka
mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimilki oleh setiap anak.
Catron dan Allen menyatakan bahwa kurikulum mencakup jawaban tentang
pertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dengan
menyediakan sebuah rencana program kegiatan bermain yang berlandaskan
filosofis tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Selanjutnya dijelaskan
bahwa program kegiatan bermain pada dasarnya adalah pengembangan secara

konkret dari sebuah krikulum. Pengembangan kurikulum bagi anak usia dini
merupakan langkah awal yang menjadi tolok ukur dari kegiatan belajar

5

selanjutnya. Menurut NAEYC Early Childhood Program Standar (2001) terdapat
2 hal penting tentang kurikulum bagi anak usia dini, yaitu: (1).Program kegiatan
bermain pada anak usia dini diterapkan berdasarkan kurikulum yang berpusat
pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan pada
setiap aspek baik estetika, kognitif, emosional, bahasa, fisik dan sosial.
(2).Kurikulum berorientasi pada hasil dan mengaitkan berbagai konsep dan
perkembangan. Pada saat disampaikan oleh guru pada tiap indiidu anak, maka
kurikulum yang telah dirancang diharapkan dapat membantu guru, sehingga dapat
menyediakan pengalaman yang dapat mengembangkan perkembangan pada
jenjang yang lebih tinggi pada wilayah perkembangannya. Hal ini juga mengarah
pada intensionalitas dan ungkapan kreatif, dan memberikan kesempatan pada anak
untuk belajar secara individu dan berkelompok berdasarkan kebutuhan dan minat
mereka.
Kurikulum PAUD Berdasarkan Pendekatan Tematik integratif
Aturan tentang kurikulum PAUD terdapat dalam Permen 146 tahun 2014
pasal 8 ayat 2 menyebutkan bahwa “ program pengembangan PAUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diorganisasikan secara psiko-pedagogis dan terintegrasi
dalam kegiatan peserta didik”. Jadi apapun kegiatan anak harus diintegrasikan
dengan program PAUD seperti dalam pemilihan tema pembelajaran.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tema adalah pokok pikiran
atau

gagasan

pokok

yang

menjadi

pokok

pembicaraan

(sujiono:2013). Selanjutnya dapat dimaknai bahwa tema merupakan
alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak
didik secara utuh. Tema diberikan dengan tujuan menyatukan isi
kurikulum dalam satu kesatuan utuh, memperkaya pengetahuan anak
dan melibatkan beberapa kegiatan pembelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada anak. Sedangkan tematik berasal
dari bahasa yunani, yaitu tithenai yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan”
dan kemudian kata tersebut mengalami perkembangan sehigga kata tithenai
berubah menjadi tema, berarti ” sesuatu yang telah diuraikan ” atau “ sesuatu
yang telah ditempatkan”( keraf,2001). Pengertian secara luas, bahwa tema

6

merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak
didik secara utuh.
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada anak ( Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik diajarkan pada anak karena pada umumnya mereka masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic) perkembangan fisiknya
tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan
emosional. Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental anak usia empat sampai
enam tahun, pembelajaran pada tahap ini haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut. (1) Berpusat pada anak. (2)Memberikan pengalaman langsung pada anak.
(3) Pemisahan bidang pengembangan tidak begitu jelas. (4) Menyajikan konsep
dari berbagai bidang pengembangan dalam suatu proses pembelajaran. (5)
Bersifat fl eksibel atau luwes. (6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak (Kostelnik, 1991).
Sedangkan

pembelajaran

Tematik

integratif

merupakan

model

pembelajaran terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu antar mata
pelajaran. Tematik integratif dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
scientific yang di dalamnya menerapkan sikap ilmiah melalui tahapan;
pengamatan,

menanya,

menalar,

mencoba,

mengolah,

menyajikan,

menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Pengetahuan yang baik tidak cukup
apabila tidak didukung dengan kegiatan yang melibatkan psikomorik atau
keterampilan. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik dapat mengalami
perkembangan positif baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Namun di
sini guru memiliki peran yang sangat penting agar pengetahuan dan keterampilan
tersebut dapat membangkitkan sikap yang sesuai dengan harapan, salah satunya
adalah

sikap

ilmiah.

Ini

dapat

diupayakan

agar

pembelajaran

dapat

menyeimbangkan kemampuan hard skill dan soft skill, sehingga sikap ilmiah
peserta didik akan muncul dan peserta didik akan terbiasa memecahkan masalah
dan siap untuk menghadapi perkembangan zaman dimasa keemasannya

7

(Nurwachidah : 2016). Selain itu, Berdasarkan hasil penelitian Dadan (2017)
menyimpulkan” bahwa pengembangan bahan ajar tematik terpadu berbasis
Pendekatan saintifik sangat diperlukan oleh guru-guru dalam melakukan kegiatan
proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak, hal itu dapat di lihat dari hasil
Focus Group Discussion yang mana guru-guru sangat mengharapkan tema-tema
pembelajaran dapat diselesaikan lebih cepat, karena meraka sangat membutuhkan
panduan.

Selama

ini

mereka

tidak

mendapatkan

gambaran

tentang

pembelajarantematik terpadu melalui pendekatan saintifik. Dari hasil penelitian
yang melakukan 6 tahap penelitian pengembangan, sudah dapat menghasilkan
tema-tema yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi guru-guru di Taman
kanak-kanak”.
Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti yang penting
(Nurwachidah : 2016) yaitu : (1) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan
kebutuhan anak didik. (2) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar
yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik (3) Hasil
belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna. (4)
Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang
dihadapi. (4) Menumbuhkan keterampilan social melalui kerja sama. (5) Memiliki
sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. (6)
Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi
dalam lingkungan anak didik. Setelah melihat kelebihan dari pembelajaran
tematik intergratif, setelah itu kita membuat perencanaan pembelajaran tematik
Integratif.
Hal-hal

yang

perlu

kita

perhatikan

saat

merencanakan

pembelajaran tematik integrative adalah : kita memahami prinsip
pengembangan tema seperti; (a) menyediakan kesempatan anak
untuk

terlibat

langsung

dengan

objek

yang

sesungguhnya ,

(b) menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anak , ,
(c) membantu

anak

dalam

membangun

pengetahuan

baru ,(d)

8

memberikan

kegiatan

mengembangkan

dan

seluruh

rutinitasyang

aspek

ditujukan

perkembangan

(e)

untuk

membangun

kegiatan dari minat anak (f) mengakomodasi kebutuhan anak akan
kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak fisik maupun interaksi sosial
(g) Menumbuhkan
mengembangkan
kesempatan

sikap
konsep

menggunakan

kemandirian
diri

yang

sehingga

positif

permainan

untuk

(h)

mampu

memberikan

menterjemahakan

pengalaman kepada pemahaman (i) menghargai perbedaan individu,
latar belakang, pengalaman di rumah yang dapat dibawa anak ke
kelas. (Nurwachidah : 2016).
Contoh Kurikulum PAUD Berdasarkan Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif pada umumnya menggunakan salah satu
model

pembelajaran

terpadu

yaitu

model

jaring

laba-laba (webbed

model).Menurut Robin Fogarty dalam Kemdikbud (2013:205).Model ini
berangkat dari pendekatan tematik sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan
pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik
dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.Sedangkan proses
pembelajaran menggunaan pendekatan pendekatan scientific,hal ini dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong peserta didik
untuk mencari tahu dari berbagai sumber maupun melalui kegiatan observasi. .
Adapun Kondisi pembelajaran dengan menggunakan tematik integratif ini
diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak
menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah

dengan menjawab saja.

Pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik
diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin
dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata). Berikut pembuatan
kurkulum PAUD berdasarkan pendekatan tematik.

9

Sumber : PEDOMAN PENGEMBANGAN TEMA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (2015)

10

Berdasarkan skema di atas dapat dilihat bahwa Tema berkembang menjadi sub
tema kemudian sub tema berkembanga menjadi sub-sub tema lalu menjadi pokok
bahasan, yang nantinya akan dikembangkan dalam pembelajaran dan harus dapat
membangun program pengembangan nilai agama dan moral, fisik motorik,
kognitif, bahasa, sosio-emosional dan seni. Berbagai program pengembangan
dicapai melalui berbagai stimulasi pendidikan secara terintegrasi dengan
menggunakan tema-tema yang sesuai dengan kondisi lembaga PAUD / satuan
pendidikan dan anak. Pada pelaksanaannya tema dan kompetensi dasar
dikembangkan menjadi muatan pembelajaran. Muatan pembelajaran adalah
cakupan materi yang ada pada kompetensi dasar sebagai bahan yang akan
dijadikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompentensi sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan dan keterampiilan
. Dengan demikian, proses pembelajaran tematik terintegrasi ini harus
dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria berikut ini ;

(a).

Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata. (b) Penjelasan guru, respon peserta
didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang
serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur
berpikir logis.(c) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara
kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. (d)
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain. (e) Mendorong dan
menginspirasi

peserta

didik

mampu

memahami,

menerapkan,

dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
substansi atau materi pembelajaran. (f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta
empiris (Nurwachidah : 2016)..
Namun selain itu hal yang mendasari mengapa harus menggunakan
pembelajaran tematik integratif ialah bahwa pembelajaran apabila diawali dengan

11

kegiatan mencari fakta-fakta melalui pengamatan yang didukung dengan topik
atau tema sebagai pemersatu antar disiplin ilmu yang lain maka akan
menghasilkan pengetahuan yang baik bagi peserta didik. Pengetahuan yang baik
tersebut tidak cukup apabila tidak didukung dengan kegiatan yang melibatkan
psikomorik atau keterampilan peserta didik seperti kegiatan praktikum. Hal
tersebut dimaksudkan agar peserta didik dapat mengalami perkembangan positif
baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Namun di sini guru memiliki
peran yang sangat penting agar pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat
membangkitkan sikap yang sesuai dengan harapan, salah satunya adalah sikap
ilmiah. Jadi dengan kata lain “sikap ilmiah akan muncul apabila didukung dengan
pengetahuan yang benar dan keterampilan yang baik” (Drake &Rebecca :2004).
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
pendidikan anak usia dini sebaiknya berdasarkan pendekatan tematik integrative
karena dalam kurikulum ini akan membentuk anak yang bersikap ilmiah dan
mengalami

perkembangan

positif

baik

dari

segi

pengetahuan

maupun

keterampilan. Pembelajaran Tematik integratif merupakan model pembelajaran
terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu antar mata pelajaran.
Tematik integratif dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific
yang di dalamnya menerapkan sikap ilmiah melalui tahapan; pengamatan,
menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikanSelain itu guru berperan sangat penting agar pengetahuan
dan keterampilan tersebut dapat membangkitkan sikap yang sesuai dengan
harapan, agar pembelajaran dapat menyeimbangkan kemampuan hard skill dan
soft skill, sehingga sikap ilmiah peserta didik akan muncul dan peserta didik akan
terbiasa memecahkan masalah dan siap untuk menghadapi perkembangan zaman
dimasa keemasannya.

12

DAFTAR PUSTAKA
Aziz,Amka Abdul (2016) Meletakkan Fondasi Usia Emas Anak

Indonesia.

Klaten : Cempaka Putih



Drake, Susan M and Burns, Rebecca C. (2004). Meeting Standards
Through Integrated Curriculum. United States: ASCD

Hainstock, Elizabeth G. (1999). Metode Pengajaran Montessori untuk Anak
Prasekolah. Jakarta : Pustaka Delapratasa.
Hamalik, Oemar (2011). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. 2013..Bandung
: Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys, (2001), Komposisi.Ende-Flores: Nusa Indah
Kostelnik, Marjorie J. (1991). Theacing Young Children Using Themes. USA.
Michigan State University
Kementerian pendidikan dan kebudayaan Direktorat jenderal Pendidikan anak
usia dini dan pendidikan masyarakat Direktorat pembinaan pendidikan anak
usia dini (2015) Pedoman Pengembangan Tema Pembelajaran Pendidikan
Anak Usia Dini . Jakarta. Kemendikbud

Morrison, S. George (2016). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).Jakarta: Indeks.
NAEYC. (2001), Standart for Early Childhood Profesional Preparation :Initial
Liensure Programs, NAEYC . Washinton, DC: NAEYC
Nurwachidah , Eneng. (2016). Pendekatan Tematik integrative.
https://www.kompasiana.com/eneng/pembelajaran-tematikintegratif_583c630e5493731b09527eae
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI. (2014).No 146 . Tentang
Kurikulum 2013 PAUD. Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional RI
Sujiono, Yuliani Nurani (2013) Konsep Dasar PAUD.Jakarta. Indeks.
Suryana, D. (2014) . Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Perkembangan Anak. Jurnal Pesona Dasar, 1 (3), 65-72

13

Suryana, D. (2017) . Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pendekatan
Saintifik Di Taman kanak-Kanak. JPUD-Jurnal Pendidikan Usia Dini , 11
(1), 67-82
Suryana, D. (2013) . Pengetahuan Strategi Pembelajaran, Sikap, Dan Motivasi
Guru . Jurnal Ilmu Pendidikan,19 (2), 196-201.
Undang-undang, (2003). No 20. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Kementeran Pendidikan Nasional RI..
Wolfang,

Charles

dan

Mary

E.

Wolfang.(1995)

School

for

Young

Children :Developmentally Approriate Practice .USA : Allyn and Bacon

14