ISLAM DAN PRANATA SOSIAL (1)
ISLAM DAN PRANATA SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama dan nilai-nilai agama merupakan fakta yang konstan yang
ada pada setiap masyarakat manusia sepanjang masa. Agama dan nilainilai agama bersatu dengan unsur-unsur budaya membentuk system dan
struktural yang membina dan yang memunculkan arah kehidupan
manusia yang secara nyata telah membedakaan kehidupan dan kualitas
kehidupan manusia dari makhluk lainnya dibandingkan dengan faktorfaktor sosial budaya, maka faktor agama itulah yang sangat berpengaruh
pada semua segi kehidupan mereka.
Dari segi ajaran agama dapat dikatakan bahwa agama merupakan
sumber motivasi perilaku masyarakat dan bangsa. Keinginan untuk
meningkatkan kualitas pribadi dan kesejahteraan sesama warga bangsa
akan lebih berhasil bila pula disertai motivasi keagamaan.
Pranata sosial adalah norma-norma yang mengatur kehidupan
sekelompok manusia atau disebut masyarakat. Masyarakat yang
dimaksud disni adalah sekelompok orang yang saling berhubungan yang
berpusat pada berbagai aktifitas guna memenuhi kebutuhan hajat hidup
manusia secara kompleks, dengan kata lain pranata sosial disini adalah
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di masyarakat. Kemudian,
permasalahannya yang akan dibahas nanti adalah, mengapa manusia
perlu lembaga-lembaga tersebut. ? Ini membuktikan, bahwa manusia itu
adalah makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain, walaupun ia
sendiri dilahirkan sendirian tetapi ketika berinteraksi dengan lingkungan ia
memerlukan banyak orang untuk saling mengenal bekerjasama dan saling
tolong menolong.
Hal ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Surah al-Hujurat ayat
13:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kemudian firman Allah SWT yang lain:
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah , dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram ,
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-nya, dan binatang-binatang
qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya
dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
Oleh karena, manusia itu selalu berinteraksi satu dengan yang
lainya Maka terjadilah perubahan social. Perubahan tersebut disebabkan
perubahan fungsi dan perilaku manusia dari keadaan tertentu kepada
keadaan lain. Contoh tentang perubahan social inilah adalah semakin
majunya pendidikan, maka semakin kuat arus perubahan sosial.
Kemudian, timbulnya kebudayaan dan penemuan baru
Agar perubahan tersebut terjadi sesuai dengan nilai-nilai kebaikan
dan taqwa sesuai dengan wahyu Allah maka, empat belas abad yang lalu
Rasulullah telah mengajarkan pada kita khususnya Umat Islam, bahwa
Islam mengajarkan pada kita untuk bersilaturrahmi diantara sesama
muslim sebab dengan bersilaturrahmi tercipta sikap toleransi yang
tercermin dengan ibadah haji yang berpusat di Mekkah dan sholat
berjama'ah yang berpusat di mesjid-mesjid.
Sebagaimana Sabda Nabi.
ن رسول اللة صلى اللة
دثّناعبداللة بن يسف قال أخبرنامالك عن نافع عن عبد اللة بن عمر ا ن
ح ن
عليه و سلم قال صلةا الفذ بسبع و عشرين درجة.
Artinya: “ Telah menceritakan pada saya Abdullah ibn Yusuf, beliau
berkata telah menceritakan pada kami dari malik, dari nafi’ dari Abdullah
ibn Umar Bahwasanya Rasulullah SAW berkata: Shalat berjama’ah lebih
utama dari shalat sendirian dengan perbandingan dua puluh tujuh derajat.
Sholat berjama’ah, secara langsung atau tidak langsung
mengajarkan pada kita nilai-nilai filosofi dari ibadah formal tersebut
sebagai pusat pertemuan Umat Islam agar tercipta kekuatan dan
persaudaraan dalam membangun masyarakat Islam yang harmonis aman
dan bersahabat baik dengan agama lain, terlebih lagi sesama muslim.
Kemudian, untuk mencegah terjadi kesenjangan antara yang miskin dan
kaya RasulullahSAW melalui Wahyu-Nya mewajibkan kita membayar zakat
fitrah bagi yang mampu dan zakat harta (maal) bagi yang kaya untuk
diberikan pada orang yang memerlukannya. Dahulu Nabi Muhammad SAW
membentuk penggurus zakat pada masa itu yang dikenal dengan 'amil
zakat, begitu juga dengan perlindungan dan pemeliharan anak-anak yatim
menjadi prioritas utama Syari'at Islam. Inilah sebenarnya wujud pranata
sosial yang dibentuk oleh Rasululluh SAW pada masyarakat muslim
terdahulu. Sebelum Orang Barat mengenal konsep pranata sosial
sebagaimana yang kita pahami sekarang, sebab sebelumnya mereka
hanya mengenal “Hukum Rimba” artinya siapa yang kuat menindas yang
lemah yang disponsori oleh Penjajah Belanda terhadap Indonesia,
termasuk pada perang dunia pertama dan kedua. Pada masa itu, wajar
saja jika suatu bangsa yang kuat menjajah bangsa lain yang lemah sebab
bagi mereka siapa yang kuat menguasai yang lemah.
Ibnu khaldun menyatakan manusia adalah mahluk yang
bermasyarakat hayawan al-ijtima'i artinya manusia memerlukan bantuan
orang lain mulai dari kelompok masyarakat terkecil sampai keluarga dan
komunitas terbesar skala wilayah. Naluri untuk hidup bersama manusia
melahirkan suatu lembaga tertentu yang diikat dengan kaidah-kaidah
hukum berupa aturan yang dibuat oleh manusia sebagai wadah
aspirasinya, sedangkan kaidah-kaidah hukum yang diatur oleh Wahyu
Allah SWT kepada manusia hubungan sesamanya, hubungan dengan alam
dan dengan Tuhannya adalah aturan bersifat mutlak yang harus dipatuhi
umatnya agar terwujud kemaslahatan. Oleh sebab itu, manusia selain
mahluk sosial ia juga mahluk yang berketuhanan (akan dibahas pada
materi berikutnya).
Ibnu khaldun menyatakan manusia adalah mahluk yang
bermasyarakat hayawan al-ijtima'i artinya manusia memerlukan bantuan
orang lain mulai dari kelompok masyarakat terkecil sampai keluarga dan
komunitas terbesar skala wilayah. Naluri untuk hidup bersama manusia
melahirkan suatu lembaga tertentu yang diikat dengan kaidah-kaidah
hukum berupa aturan yang dibuat oleh manusia sebagai wadah
aspirasinya, sedangkan kaidah-kaidah hukum yang diatur oleh Wahyu
Allah SWT kepada manusia hubungan sesamanya, hubungan dengan alam
dan dengan Tuhannya adalah aturan bersifat mutlak yang harus dipatuhi
umatnya agar terwujud kemaslahatan. Oleh sebab itu, manusia selain
mahluk sosial ia juga mahluk yang berketuhanan (akan dibahas pada
materi berikutnya). pengaruh dari luar dan pemakaian teknologi, ciri khas
masyarakat ini adalah: Pertama, terdapat banyak pekerjaan tidak hanya
terikat mayoritas satu bidang pekerjaan, kemudian setiap pekerjaan
tersebut beroreantasi keuntungan. Kedua, masuknya berbagai teknologi
canggih, termasuk teknologi komunikasi tidak langsung berupa telpon,
internet, televisi dan lain sebagainya. Ketiga, berkembangnya industrisasi
berupa pabrik-pabrik yang menghasilkan berbagai produk barang agar
tercukupi hajat hidup masyarakat tersebut dan mobilisasi masa dimana
setiap individu berusaha untuk terus menerus meningkat karir dan
profesionalisme agar dapat mempertahankan eksistensi dirinya. Keempat,
gaya kepemimpinan bersifat formal dan profesional dengan berpola pikir
rasional, analisis selalu bersikap inovatif.
Sedangkan, masyarakat primitf adalah kelompok sosial
(masyarakat) memiliki pola hidup tertumpu pada adat istiadat, dan
lingkungan menjadikan alam sebagai sarana mistik yang dianggap
sebagai sumber penolong dan kebahagian. ciri kusus masyarakat ini ialah
sangat tertutup dari pengaruh luar.
Untuk inilah, ajaran Islam sangat menekankan pada umatnya agar tidak
menjadi masyarakat yang primitif (jumud) tetapi sebaliknya, maka wajar
saja pada beberapa Hadits Nabi SAW dan Wahyu Tuhan agar selalu
menyuruh umatnya untuk maju, berpikir dan berahlak mulia, sebab
intelektual yang dijiwai dengan ke-imanan akan melahirkan masyarakat
madani dan beradap.
Melihat realita diatas yang menunjukan betapa pentingnya agama
terhadap kehidupan masyarakat. Dari itu kami akan sedikit membahas
tentang hubungan Hukum Islam dengan Pranata Sosial dimakalah ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah memperkenalkan segi-segi
kehidupan umat islam ang berkisar pada masalah sosial-politik . Dengan
ini diharapkan mahasiswa dapat memahami secara komprehensif segisegi kehidupan dari pranata sosial islam, yang dapat melahirkan cara
pandang yang terbuka dan toleran namun kritis.
1 .3 Rumusan Masalah
1. Apa itu pranata sosial?
2. Masalah sosial-politik yang terjadi dalam kehidupan umat islam?
3. Peran masjid dalam pembinaan umat?
4. Peran islam dalam politik?
5. Konsep keluarga sakinah,mawaddah dan rahmah?
BAB II
ISI
2.1 Keluarga sakinah,mawaddah dan rahmah
Keluarga adalah unut terkecil dari sebuah komunitas,biasanya terdiri
dari ayah,ibu dan anak. Sebagai unit terkecil, pembinaan keluarga
menjadai sangat penting karena disitulah pondasi awal pembangunan
sebuah bangsa.Oleh karena itu, sudah lumrah bahwa salah satu harapan
dan cita-cita setiap insan adalah mendapatkan sebuah keluarga yang
skinah,mawaddah dan rahmah.
Konsep keluarga yang sakinah,mawaddah dan rahmah sebetulnya
merupakan konsep tatanan dan hubungan sosial yang harmonis dalam
wujudnya yang paling kecil . Menurut Quraish shihab,kata “litaskunu”
yang diambil dari kata dasar “sakana” yang artinya “diam”, tenang
setelah sebelunya goncang. Dari sini , rumah dalam bahasa arab
dinamakan sakan karena dia merupakan tempat memperoleh
ketenangan-ketenangan batin karena hidup baru sempurna setelah
bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangan nya.Allah SWT
menciptakan dalam diri setiap makhluk dorongan untuk menyatu dengan
pasangannya apalagi masing-masing ingin mempertahankan eksistensi
jenisnya. Dari sisi Allah SWT menciptakan pada diri mereka naluri seksual.
Bila naluri ini tidak dipenuhi maka biasanya secara alamiyah jiwa akan
terus begejolak .Karena itu Allah SWT mensyari’atkan bagi manusia
perkawinan ,agar kekacauan pikiran dan gejolak jiwa itu mereda dan
masing-masing memperoleh ketenangan.Demikian antara lain ,makna
dari liitaskunu ilaiha
Kata mawaddah mengandung arti cinta dan
harapan. Dan juga bisa berarti kelapangan dan kekosongan. Ia adalah
kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk . Sehingga
kata ini bermakna cinta , tetapi ia adalah cinta plus. Menurut al-Biqa’i, ia
adalah “cinta yang tampak buahnya dalam sikap dan perlakuan,serupa
dengan kepatuhan sebagai hasil rasa kepada seseorang”.
Firman Allah SWT QS: al-Baqarah ayat 221-222
Artinya: “ Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanitawanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Makna yang hampir serupa dengan makna mawaddah adalah
rahmah (sehingga disebut mawaddah wa rahmah), hanya saja rahmah
tertuju kepada orang yang membutuhkan atau orang yang
lemahsedangkan mawaddah tidak demikian halnya.Cinta yang dilukiskan
dengan kata mawaddah harus terbukti dalam sikap dan tingkah
laku,sedangkan rahmah tidak harus demikian. Orang yang dihiasi dengan
mawaddah harus terbuki dalam sikap dan tingkah rela melakukan apa
saja demi kebaikan orang yang dicintainya, sehingga siapa saja yang
dihiasi dengan perasaain ini tidak akan pernah memutuskan hubungan ,
apapun yang terjadi.
Kesediaan seorang suami untuk membela istri sungguh merupakan
suatu keajaiban. Kesediaan seorang wanita untuk hidup bersama seorang
lelaki, meninggalkan orang tua dan keluarga yang membesarkanya dan
mengganti semua itu dengan penu8h kerelaan untuk hidup bersama
seorang lelaki yang menjadi suaminya, serta bersedia membuka rahasia
yang paling dalam , semua itu adalah hal-hal yang tidak akan mudah
dapat terlaksana tanpa adanya kuasa Allah SWT dalam hati suami istri
yang hidup harmonis, kapan dan dimana manusia berada.
Pentingnya membina keluarga yang skinah,mawaddah dan rahmah
tidak bisa dilepaskan dari peranan islam sebagai agama sosial . Sebuah
negara baru akan menjadi baik manakah ia ditopang oleh unit-unit
keluarga yang sehat yangditandai dengan kehidupan yang harmonis.Maka
dari itu, perhatian islam terhadap kesempurnaan sebuah keluarga pada
dasarnya dapat diartikan sebagai perhatian islam terhadap sebuah
tatanan masyarakat yang ideal dan bertamadun.
2.2 Peran Masjid Dalam Pembinaan Umat
Masjid seperti yang dijelaskan pada bagian awal merupakan pusat
pembinaan umat dan bahkan menjadi pusat peradaban Islam.
Dalam perspektif Al-Qur’an, signifikansi masjid melakukan pembinaan
kepada umat yang didasarkan pada penjelasan al-Qur’an bahwa umat
Islam perlu mencontoh generasi Ashab al-Kahfi dalam mempersiapkan
generasi muda. Mereka adalah generasi yang memiliki keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah serta mampu mempertahankan keyakinannya di
hadapan penguasa yang ingin merusak keimanannya. Selain itu, Al-Qur’an
juga mengingatkan kepada umat Islam agar hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka generasi
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka (QS.
4:9).
Di dalam hadits juga dijelaskan betapa pemuda ini perlu diberikan
bekal pengetahuan dan pengalaman hidup agar pemuda tersebut tumbuh
dewasa dan senantiasa mengabdi kepada Allah swt. Pemuda inilah yang
nantinya mendapatkan perlindungan di hari kiamat
Akhir-akhir ini terdapat usaha di kalangan umat islam yang
terdorong untuk menghidupkan kembali fungsi mesjid seperti di zaman
nabi muhammad SAW. Fenomena yang cukup untuk menggembirakan ini
bahkan menyebar ke seluruh dunia islam dengan kegiatan yang mungkin
berbeda-beda. Bahkan dikalangan Muslim Barat sudah terdapat gagasan
tentang fungsi mesjid sebagai pusat peradabanyang disebut”islamic
center”.
Karena sebagai pusat peradaban , maka sebuah mesjid tidak cukup
hanya sebagai tempat menyelanggarakan kegiatan ibadah semata,seperti
shalat, melainkan diarahkan pada fungsi yang lebih luas. Hal ini
mengingatkan kita dimasa nabi SAW , dimana beliau menggunakan mesjid
untuk seluruh kegiatan ,mulai dari pengajaran,latihan militer, diplomasi,
tempat musyawarah dan sebagainya.Setelah hijrah kemadinah, beliau
membangun sebuah mesjid yang diberi nama Masjid Nabawi yang
kemudian menjadi tonggak sejarah yang amat penting bagi umat islam,
melaikan juga bagi seluruh umat manusia.
Sebelum hijrah, Madinah dulunya bernama Yatsrib. Nabi SAW
mengubahnya menjadi al-Madinah atau Madinah al-Nabi, yang artinya
Kota atau Kota Nabi. Perkataan Arab Madinah secara kebahasaan berarti
tempat peradaban , sehingga peradaban sendiri dalam bahasa arab juga
disebut madaniyah atau tamadun. Jadi, penggantian nama yatsrib oleh
Nabi SAW dapat diartikan sebagai isyarat bahwa beliau , dengan titik tolak
kota itu , akan membangun sebuah masyarakat yang beradab atau
masyarakat madani.
Masjid sebagai “rumah Allah SWT” (Bait Allah ) yang memiliki ruh
kemuliaan, semestinya memiliki peran yang semakin luas dan bermanfaat
bagi umat, disamping peran utamanya sebagai srana ibadah dan pusat
syiar bagi umat islam . Masjid dijadikan sebagai tempat shalat , mengisi
pengajian, tadarus Al-Quran dan lain-lain, yang sering disebut dengan
istilah menghidupkan atau memakmurkan masjid. Umat islam diharapkan
memakmurkan masjid dan mencintai masjid , dengan menjadikan masjid
sebagai pusat dan tujuan hatinya.
2.3 Ukhuwah Islamiyah
Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat
“akha fulanun shalihan”, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara).
Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah
adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Hakekat Ukhuwah Islamiyah:
1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103)
2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67)
3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63)
4.Merupakan cermin kekuatan iman (Q.S.49:10
Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah:
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan
akidah dan syariat Islam
Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu
ikatan selain ikatan akidah (missal:ikatan keturunan orang tua-anak,
perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan
pribadi)
MANFAAT UKHUWAH ISLAMIYAH
1. Merasakan lezatnya iman
2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7
golongan yang dilindungi)
3. Mendapatkan tempat khusus di surga (Q.S. 15:45-48)
Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai
Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda:
“ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat
berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku
mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah
memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’
Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang
tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku
mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab:
‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”
2. Memohon didoakan bila berpisah
“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan
melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim)
3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari
saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan
dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan
melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu
Daud dari Barra’)
5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya
8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
Kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati
dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki
satu kondisi atau perasaan yang sama, baiksuka maupun duka, baik
senang maupun susah. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbal
balik untuk saling membantu bila pihak yang lain mengalami kesulitan,
dan sikap untuk saling berbagi kesenangan kepada pihak lain bila salah
satu pihak menemukan kesenangan .
Quraish Shihab menyebutkan klasifikasi dan tingkatan ukhuwah
atau persaudaraan itu kepada beberapa macam;
1. Ukhuwah islamiyah , yakni persaudaraan berlaku sesama umat islam.
2. Ukhuwah Wathoniyah, yakni persaudaraan sesama warga negara
dalam satu negara , apapun asal agamanya, suku, ras, dan adat
istiadatnya.
3. Ukhuwah Basyariyah/Insaniyah, yakni persaudaraan yang berlaku
bagi semua umat manusia secara universal, tanpa membedakan
lingkungan , negara, agama, suku, dan aspek-aspek kekhususan lainnya.
4. Ukhuwah Uluhiyyah, yakni persaudaraan sesama makhluk Tuhan, ini
dimaksudkan bahwa manusia tidak hanya harus menjaga ikatan sebagai
sesama umat islam, sesama warga negara, sesama umat manusia, tetapi
juga harus meletakan kerangka persaudaraan tersebut dengan sesama
makhluk tuhan.
Persaudaraan sesama muslim berarti, hendaklah sesama muslim
yang satu dengan yang lain, saling menghormati, saling membantu, saling
menghargai relativitas masing-masing sebagai sifat dasar kemanusiaan ,
seperti perbedaan pemikiran, sehingga tidak menjadi penghalang untuk
saling membantu dan menolong , karena diantara mereka diikat oleh satu
keyakinan dan jalan hidup yaitu islam.
Agama islam memberikan petunjuk yang jelas untuk menjaga agar
persaudaraan sesama muslim itu dapat terjalin dengan kokoh,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujuraat 10-12 , yang
merupakan landasan dasar dalam menerapkan nilai-nilai ukhuwah
islamiyah di twngah-tengah umat.
Jalinan persaudaraan dan kasih sayang antara sesama Muslim ini,
sangat banyak dan sering digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam
Hadistnya, bagaimana Rasulullah SAW mengambarkan antara Muslim
yang satu dengan Muslim yang lainnya ibarat satu buah bangunan
,bagian bangunan yang satu saling menguatkan dengan bagian
bangunan yang lainnya, tanpa kebersamaan dalam menopang berdiri
kokohnya bangunan tersebut, niscahya bangunan akan rapuh, mudah
roboh dan mudah pula dihancurkan.
Disaat yang lain, Rasulullah mengibaratkan ikatan persaudaraan
antara sesama Muslim itu dengan satu tubuh, yang apabila bagian tubuh
yang satu merasakan sakit, maka bagian tubuh yang lain ikt merasakan
dan secara bersama-sama untuk mengatasi dan menghilangkan rasa sakit
tersebut. Oleh karena itu bagi setiap pribadi Muslim, wajib hukumnya ia
menjaga nilai-nilai ukhuwah yang kokoh dalam ikatan kasih sayang
dengan sesama muslim,yang dengan demikianakan semakin
menunjukkan islam sebagai rahmat pemersatu bagi seluruh umat nya.
Fanatisme dan syu’ubiyyah tersebut seharusnya tetap dalam koridor yang
positif dalam upayah meninggikan panji-panji kebesaran Allah SWT ,
tanpa melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat destruktif apalagi
merugikan pihak-pihak lain atau penganut agam-agama lain.
2. 4 Kebersamaan dalam pluralitas agama
Pluralitas agama, atau boleh diterjemahkan bahwa keberadaan berbagai agam, banyak
agama-agama yang eksis di ats bumi ini , baik agama samawi maupun agama ardhi, yang di
indonesia diakui oleh negara sebanyak 6 agama, memunculkan kemungkinan-kemungkinan
atau dampak-dampak yang dalam bentuk nya , akan positif ( seperti terjalinya hubungan kerja
sama) apabila kemajemukan agaa tersebut dapat disikapi secara benar dan positif, dan akan
negatif ( seperti pertentangan dan permusuhan) apabila kemajemukan itu tidak disikapi secara
arif dan benar . Kedua keungkinan tersebut dapat saja terjadi mengingat pluralitas agama
merupakan suatau keniscayaan, tinggal lagi bagaimana umat masing-masing agama
mengolah keniscayaan tersebut sesuai dengan noorma-norma yang ada.
Konsep persaudaraan sesama manusia, didalam islam, sebenarnya memberikan
rambu-rambu dalam upaya mewujudkan kerukunan dan kebersamaan antarumat manusia
yang berlainan agama. Dasar memikiran umata hal ini , tentu saja keyakinan bahwa semua
umat manusia adalah makhluk Allah SWT. Sekalipun Allah SWT memberikan petunjuk
kebenaran melaluiajaran islam , tetapi Dia juga memberikan kebebasan kepadasetiap manusia
untuk memilih jalan hidup sesuai dengan rasionya. Karena itu sejak awal pnciptaanya, Allah
SWT tidak menetapkan manusia sebagai satu umat, padahal AllahSWT kuasa bila Dia
menghendaki. Itulah fitrah manusia ,.
Dalam prakteknya, ketegangan yang sering timbul dalam hubungan untern umat
beragama, antar umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah , disebabkan
antara lain oleh;
1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung dakwah dan misi.
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain.
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan
merendahkan agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing -masing akan kejujuran pihak lain , baik intern umat beragama, antar
umat beragama dan antar umat beragama dengan pemerintah .
6. Kurangnya sling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Dalam perjalanan sosial historis islam, benih-benih kebersamaan dalam pluralitas
telah ditanam sejak masa awal Rasulullah SAW dan “ negara islam” madnah sebagai tonggak
sejarah atau contoh utama yang diperlihatkan Rasullah SAW dalam menganyomi
kemajemukan dan pluralitas rakyat madinah yang terdiri dari bermacam-macam agama ,
berbagai suku dan kabilah dapat hidup aman dan tentram berdampingan dibawah panji-panji
islam , sehigga mungkin,dan memang relavan,untuk mengingat kembali bahwa islam
memiliki pengalaman-pengalaman sejarah berkaitan dengan persoalan pluralitas dan telah
menemukan cara untuk menjawabnya secara kreatif dan adpat pula membuka kembali
lembaran sejarah peradaban yang mengagumkan bagi masyarakat muslim, baik dimasa-masa
Rasulullah maupun masa perjalanan islam hingga saat ini.
Dalam Islam al-Qur’an dan hadits adalah sumber hukum yang harus dipatuhi dan
serta harus adil dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan wahyu Allah sebagaimana
firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat
Islam sangat menekakan aspek spritual keagamaan dimana Wahyu Tuhan sebagai
pedoman hidup Umat Islam, agar Islam yang kita pahami sekarang tidaklah sama seperti
zaman dahulu, karena adanya perubahan zaman dan waktu.
Oleh sebab itu, pintu ijtihad tetap selalu terbuka dengan berdasarkan moralitas dan fitrah
kemanusiaan sehingga eksistensi Ajaran Islam berkembang dengan baik, maka Islam dapat
bertahan hingga kini. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
اذاحكم الحاكم فاجتهدثمم اصاب فلـه اجران واذا حكم فاجتهد ثمم اخطأ فله اجر
Artinya: Jika seorang hakim berijtihad memutuskan suatu perkara maka baginya ada dua
pahala dan apabila ijtihadnya salah maka baginya mendapatkan satu pahala”.
Hubungan Agama Islam dengan agama-agama lainnya di Indonesia harmonis sebab
nilai-nilai moralita yang ditanamkan dalam Islam adalah kerukunan antar umat beragama
sebagaimana yang termuat dalam nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Terdapat
beberapa alasan terciptanya kerukunan umat ber-agama di Indonesia ini, yaitu: Pertama,
aspek sejarah, berdasarkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mengalami rasa senasib dan
seperjungan, yaitu sama-sama sebagai anak jajahan penajajah dan kaum imprealis. Kemudian
berjuang bersama-sama membebaskan diri dari belenggu penjajah, akhirnya berkat karuna
Tuhan Yang Maha Esa kita dapat menang dan mengusir penjajah di bumi nusantara. Maka
sudah sepantasnya kita untuk saling rukun antar umat beragama. Kedua, aspek sosiologi,
bahwa Masyarakat Indonesia mendiami wilayah kesatuan Republik Indonesia dari Sabang
sampai Merauke yang diikat oleh semboyan “Bhineka Tunggal Ika” artinya walaupun
berbeda-beda tetapi tetap satu yaitu Bangsa Indonesia. Ketiga, aspek hukum yaitu, di
Indonesia hanya diakui beberapa agama; Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Thiongha yang
diikat oleh Pancasila dan UUD 1945 tentang kerukunan antar umat beragama.
Selanjutnya, menurut Tajul Arifin menyatakan bahwa antara agama (Islam, Katolik,
Protestan, Hindu dan Budha serta aliran kepercayaan lain Khong hu Chu) dan masyarakat
dalam perkembangannya saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi yang dinamis di
Indonesia. Contoh, Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim maka budaya
yang terjadi pada masyarakat ini bernuansa Islam sehingga banyak terdapat bangunan mesjid,
Bank Syari`ah dan tempat-tempat pengajian' arsitektur Islam, banyak terdapat gerakan
dakwah secara langsung dan tidak langsung termasuk pengaturan tata aturan kehidupan yang
termuat dalam Kompilasi Hukum Islam dan fatwa MUI.
Oleh sebab itulah, Islam menyuruh umatnya untuk mengajak Umat Islaam dan umat
lainnya untuk kembali kejalan kabaikan dengan hikmah tapi bukan dengan cara kekerasan,
sebagimana firman Allah SWT:
Artinya: “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (ayat 126) Dan jika kamu memberikan balasan, Maka
balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, akan tetapi
jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Jadi, nilai-nilai luhur dari dakwah Islam adalah mengajak orang berbuat baik bahkan
menjalankan menjalankan syari’at Islam secara hikmah dan bijaksana tetapi tidak dengan
kekerasan salah satu cara dengan cara hikmah tersebut adalah membangun lembaga-lembaga
ke-Islaman dan toleransi terhadap sesama agama yang lainnya sebagimana yan telah
diuraikan diatas.
2. 5 Islam dan Politik
Islam dan politik merupakan persoalan yang selalu aktual, karena sejalan dengan
pandangan para pakar islam, islam lebih dari sekedar sistem teologis(agama), tetapi ia
merupakan sebuah sistem kehidupan yang lengkap. Untuk memahami model politik islam
biasanya orang dengan mudah merujuk langsung kepada praktek politik dimasa Rasulullah ,
khususnya dimasa madinah , dimana keterkaitan antar agama dan politik sangat erat , bahkan
dikatakan bahwa Nabi Muhammda SAW adalah nabi dan Negarawan sekaligus.
Firman Allah SWT dalam QS: an-Nisa ayat 58-59
ه
إن الل له يأ دمرك م ه
ن الل هل
ت إ إهلى أ ههدل إهها وهإ إ ه
ه
ماهنا إ
ل إإ ل
ن ته د
سأ د
ذا ه
ن ت مؤ ه د
مأ د
إ ل
حك م م
مت م د
حك ه د
دوا ال ه
ه ه م م د
موا إبال دعهد د إ
م ب هي د ه
ن اللنا ه إ
ه
ه
ل
ل
ل
م
ه
م
سو ه
ل
ه وهأ إ
ممنوا أ إ
(هيا أي دهها ال إ٥٨) صيررا
ميرعا ب ه إ
س إ
ه كا ه
م ب إهإ إ إ ل
طيمعوا اللر م
ن ه
طيمعوا الل ه
نآ ه
ن الل ه
ما ي هعإظك د
ن إعإ ل
ذي ه
وم
ل
ه
م
ه
ه
ه
سو
ر
وال
ه
ل
ال
لى
إ
ه
دو
ر
ف
ْء
ء
ي
ش
في
م
ت
ع
ز
نا
ت
ن
إ
ف
م
ك
ن
م
ر
م
ال
لي
أو
د
إ
ن إبالل لهإ
م ت مؤ د إ
ن ك من دت دم
إ
إ
م
ه
ه
د
إ
ممنو ه
ل إإ د
د
ه
د
د
ه ل م إ
م
د
ه
د إ
م إ
د إ
ه
خرإ ذ هل إ ه
(٥٩) ن ت هأ دإويل
ك ه
هوال دي هودم إ ال إ
خي درر وهأ د
ح ه
س م
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat.(ayat 59) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.”
Ayat ini memerintahkan kita khususnya pada penguasa untuk
menjaga dan menyampaikan amanah yang diberikan Allah untuk semua
manusia yang kemudian bagi umat Islam diwajibkan untk mentaati
penguasa selama itu penguasa tersebut menjalankan amanah Allah. Oleh
sebab itu konsep politik yang dibangun dalam Islam tidak sepenuhnya
demokrasi dan tidak juga sepenuhnya absolute murni tetapi
mengutamakan musyawarah sebagai upaya membangkitkan semangat
kebersamaan untuk mencapai kesepakatan, sehingga tidak yang merasa
dirugikan dan terabaikan.
Bagi masyarakat modern pranata sosial politik ditandai dengan
semakin berkembangnya kesadaran berpolitik, partisipasi aktif rakyat
dalam mensukseskan pemilu eksekutif dan legislatif sehingga politik
mampu menciptakan situasi ketertiban dan keamanan. Akan tetapi, jika
terjadi sebaliknya, tercipta situasi yang rusuh dan konflik karena
kepentingan politik atau sentimen politik sebagimana yang telah terjadi
pada beberapa Wilayah Indonesia, rusuh sebab pemilihan kepala daerah
di Maluku, Manado dan lain-lain. Maka ini menunjukkan Masyarakat
Indonesia belum siap sepenuhnya menghadapi perkembangan politik
Indonesia yang salah sebabnya lemahnya sistem keamanan dan
kesadaran masyarakat. Sikap emosinal dan tidak siap berbeda pendapat
dari para tokoh politik juga menjadi salah satu faktor penyebab
kelemahan politik Indonesia sehingga dengan ini dapat kita katakan
bahwa Masyarakat Indonesia belum modern dibidang sosial politik.
Untuk ini perlu kiranya kita bercermin kepada Rasulullah SAW empat belas
abad yang lalu, beliau membangun Masyarakat Muslim di Makkah dan
Madinah berdasarkan prinsip musyawarah mufakat dan kebebasan
berpendapat yang bertanggung jawab, maka tipelogi yang dilakukannya
dalam memimpim Umat Islam terpusat pada keteladanan sikap pribadi
beliau. Nabi Muhammad SAW berperan ganda sebagai tokoh agama dan
kepala pemerintahan. Selama kepemimpinan Nabi Muhammad SAW ketika
beliau menyelesaikan permasalahan yang bernuansa agama/ibadah maka
banyak keputusan yang dibuatnya dibantu oleh Wahyu Tuhan, bahkan
terkadang beliau sendiri menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an dalam
memeberikan suatu jawaban atas pertanyaan sahabat. Ketika beliau
menyelesaikan permasalahan yang bernuansa sosial politik maka beliau
mengutamakan musyawarah mufakat yang banyak dibantu oleh sahabatsahabatnya. tidak ada diskriminasi terhadap kelompok tertentu termasuk
pada kaum wanita bahkan orang kafir sekalipun, justru Rasulullah SAW
sebaliknya berusaha menghilangkan diskriminasi sebagaimana yang telah
terbangun jauh sebelumnya oleh Arab Jahiliyah dimana kaum wanita
dianggap kaum yang lemah bahkan merusak sehingga banyak bayi
wanita dibunuh, bagi Masyarakat Arab dahulu juga sudah terbangun
sistem kasta (bany) antara kasta yang terhormat dan kasta budak
Hukum yang berlaku adalah syari'at Islam, akan tetapi Rasul tidak
pernah menunjukkan sikap tentang Negara Islam di Makkah dan Madinah.
Jadi salah kaprah jika sebagian orang Islam bersikeras membentuk negara
Islam Indonesia, yang perlu untuk diperjuangkan adalah penegakan
kembali piagam Jakarta yang mana salah satu isinya adalah kewajiban
orang Islam menjalankan Syari'at Islam di Indonesia.
Contoh, ketika Rakyat Aceh menuntut merdeka dan mendirikan Negara
Islam, walaupun hal ini gagal mereka lakukan, mereka hanya
mendapatkan hak istimewa untuk menjalankan Hukum Islam. Ternyata
dalam praktekknya dilakukan terlalu over dosisi sehingga Syari'at Islam
berlaku juga untuk orang non Islam Aceh sehingga yang terjadi adalah
didaerah-daerah tertentu yang minoritas muslim (Irian Jaya dan Maluku)
Orang Islam ditekan dan tidak boleh mendakwahkan Islam secara bebas
dan terbuka. Maka situasi sosial politik seperti ini sangat berpotensi
menjadi bom waktu bagi masyarakat Indonesia terjadi perang suku dan
agama.
Oleh sebab itu harus segera dicegah, salah satu caranya adalah
perlu adanya gerakan moral yang lebih kuat untuk menciptakan
kerukunan antar umat beragama dan perlu adanya kekuatan militer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama dan nilai-nilai agama merupakan fakta yang konstan yang ada pada setiap
masyarakat manusia sepanjang masa. Agama dan nilai-nilai agama bersatu dengan unsurunsur budaya membentuk system dan struktural yang membina dan yang memunculkan arah
kehidupan manusia yang secara nyata telah membedakaan kehidupan dan kualitas kehidupan
manusia dari makhluk lainnya dibandingkan dengan faktor-faktor sosial budaya, maka faktor
agama itulah yang sangat berpengaruh pada semua segi kehidupan mereka.
Dari segi ajaran agama dapat dikatakan bahwa agama merupakan sumber motivasi perilaku
masyarakat dan bangsa. Keinginan untuk meningkatkan kualitas pribadi dan kesejahteraan
sesama warga bangsa akan lebih berhasil bila pula disertai motivasi keagamaan.
Melihat realita diatas yang menunjukan betapa pentingnya agama terhadap kehidupan
masyarakat. Dari itu kami akan sedikit membahas tentang hubungan Hukum Islam dengan
Pranata Sosial dimakalah ini.
Pranata sosial adalah tata nilai mengatur kehidupan masyarakat. Masyarakat yang
dimaksudkan adalah sekelompok orang yang saling berkomunikasi terfokus pada berbagai
aktifitas guna memenuhi kebutuhan hajat hidup manusia secara menyeluruh. Atau pranata
sosial yang kami maksudkan disini adalah lembaga yang terdapat dimasyarakat. Adapun
pranata sosial dalam Islam adalah berupa tata nilai-nilai yang mengaturan kehidupan sosial
Masyarakat Muslim berdasarkan Syari'at Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh baginda
Rasulullah SAW untuk terapkan pada masa sekarang.
Berikut ini, ada beberapa faktor pranata sosial dalam Ajaran Islam dilihat dari berbagai aspek
diantaranya
a) Pranata dibidang Agama
b) Pranata dibidang Ekonomi Islam
c) Pranata keluarga yang Islamiyah
d) Pranata pendidikan dalam Islam
e) Pranata politik dalam Islam
Kemudian, dari pranata tersebut terbentuk struktur sosial yaitu memperhatikan
berbagai aspek kehidupan manusia, mulai tingkat sosial dan dinamika masyarakat diantara
keseluruhan jalinan unsur sosial, kaidah sosial, lembaga sosila dan kelompok sosial.
Dinamika masyarakat sebagai proses perubahan sosial itu sendiri. Proses sosial sebagai
timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama terutama dalam hal interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang
perorangan maupun antar kelompok manusia.
Selain itu, manusia secara psikologis juga sebagai mahluk berketuhanan, sadar atau
tidak percaya bahwa manusia selalu mencari kebenaran dibsebalik kebenaran yang ia terima
dan akhir dari pencarian kebenaran tersebut itulah ia membutuhkan kebenaran yang mutak
yaitu kebenaran yang bersumber dari Tuhan.
Setiap manusia membentuk kelompok sosial, reaksi tersebut menyebabkan terjadinya
berbagai tindakan disebabkan keinginan dan kepentingan menjadi satu kesatuan dengan
manusia lain disekelilingnya. Kelompok sosial tersebut terdiri dari dua yaitu kelompok sosial
formal dan non formal, formal adalah kelompok sosial yang diikat oleh aturan-aturan yang
telah ada sebelumnya yang kemudian menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan.
Sedangkan kelompok sosial non formal adalah kelompok sosial yang tidak terikat oleh
aturan-aturan yang telah ada tetapi hanya berbentuk kesepakatan bersama yang kemudian
menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan.
Kemudian, terjadinya perubahan sosial disebabkan beberapa fakrot yaitu: terjadi
konflik, perpindahan penduduk dan majunya ilmu penetahuan, dari ketiga faktor ini maka
majunya ilmu pengetahuan memiliki pengaruh sangat besar perubahan yang positip suatu
daerah sebagimana yang diungkapkan Randall Colins dalam sebuah kesimpulan dari
tulisannya tentang peran ilmu pengetahuan sebagai sosial kontrol perubahan, bahwa sosial
kontrol dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu perubahan sistem dimana informasi
memberikan manfaat yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
mengajak setiap individu berpikir kreatif sebagaimana tujuan mulya dari nilai-nilai ilmu
pengetahuan itu sendiri. Adapun oreantasi dari para ilmuan disini adaah mengaharapkan
penemuan dan pemikirannya dapat diterima dan diakui orang lain sebagai kaidah-kaidah ilmu
pengetahuan tetapi bukanlah fanatik ilmu pengetahuan yang dapat menyebebkan orang tidak
fleksibel dalam berpikir.
http://r3nnysaputri.blogspot.com/2013/12/islam-dan-pranata-sosial.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama dan nilai-nilai agama merupakan fakta yang konstan yang
ada pada setiap masyarakat manusia sepanjang masa. Agama dan nilainilai agama bersatu dengan unsur-unsur budaya membentuk system dan
struktural yang membina dan yang memunculkan arah kehidupan
manusia yang secara nyata telah membedakaan kehidupan dan kualitas
kehidupan manusia dari makhluk lainnya dibandingkan dengan faktorfaktor sosial budaya, maka faktor agama itulah yang sangat berpengaruh
pada semua segi kehidupan mereka.
Dari segi ajaran agama dapat dikatakan bahwa agama merupakan
sumber motivasi perilaku masyarakat dan bangsa. Keinginan untuk
meningkatkan kualitas pribadi dan kesejahteraan sesama warga bangsa
akan lebih berhasil bila pula disertai motivasi keagamaan.
Pranata sosial adalah norma-norma yang mengatur kehidupan
sekelompok manusia atau disebut masyarakat. Masyarakat yang
dimaksud disni adalah sekelompok orang yang saling berhubungan yang
berpusat pada berbagai aktifitas guna memenuhi kebutuhan hajat hidup
manusia secara kompleks, dengan kata lain pranata sosial disini adalah
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di masyarakat. Kemudian,
permasalahannya yang akan dibahas nanti adalah, mengapa manusia
perlu lembaga-lembaga tersebut. ? Ini membuktikan, bahwa manusia itu
adalah makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain, walaupun ia
sendiri dilahirkan sendirian tetapi ketika berinteraksi dengan lingkungan ia
memerlukan banyak orang untuk saling mengenal bekerjasama dan saling
tolong menolong.
Hal ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Surah al-Hujurat ayat
13:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kemudian firman Allah SWT yang lain:
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah , dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram ,
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-nya, dan binatang-binatang
qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya
dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
Oleh karena, manusia itu selalu berinteraksi satu dengan yang
lainya Maka terjadilah perubahan social. Perubahan tersebut disebabkan
perubahan fungsi dan perilaku manusia dari keadaan tertentu kepada
keadaan lain. Contoh tentang perubahan social inilah adalah semakin
majunya pendidikan, maka semakin kuat arus perubahan sosial.
Kemudian, timbulnya kebudayaan dan penemuan baru
Agar perubahan tersebut terjadi sesuai dengan nilai-nilai kebaikan
dan taqwa sesuai dengan wahyu Allah maka, empat belas abad yang lalu
Rasulullah telah mengajarkan pada kita khususnya Umat Islam, bahwa
Islam mengajarkan pada kita untuk bersilaturrahmi diantara sesama
muslim sebab dengan bersilaturrahmi tercipta sikap toleransi yang
tercermin dengan ibadah haji yang berpusat di Mekkah dan sholat
berjama'ah yang berpusat di mesjid-mesjid.
Sebagaimana Sabda Nabi.
ن رسول اللة صلى اللة
دثّناعبداللة بن يسف قال أخبرنامالك عن نافع عن عبد اللة بن عمر ا ن
ح ن
عليه و سلم قال صلةا الفذ بسبع و عشرين درجة.
Artinya: “ Telah menceritakan pada saya Abdullah ibn Yusuf, beliau
berkata telah menceritakan pada kami dari malik, dari nafi’ dari Abdullah
ibn Umar Bahwasanya Rasulullah SAW berkata: Shalat berjama’ah lebih
utama dari shalat sendirian dengan perbandingan dua puluh tujuh derajat.
Sholat berjama’ah, secara langsung atau tidak langsung
mengajarkan pada kita nilai-nilai filosofi dari ibadah formal tersebut
sebagai pusat pertemuan Umat Islam agar tercipta kekuatan dan
persaudaraan dalam membangun masyarakat Islam yang harmonis aman
dan bersahabat baik dengan agama lain, terlebih lagi sesama muslim.
Kemudian, untuk mencegah terjadi kesenjangan antara yang miskin dan
kaya RasulullahSAW melalui Wahyu-Nya mewajibkan kita membayar zakat
fitrah bagi yang mampu dan zakat harta (maal) bagi yang kaya untuk
diberikan pada orang yang memerlukannya. Dahulu Nabi Muhammad SAW
membentuk penggurus zakat pada masa itu yang dikenal dengan 'amil
zakat, begitu juga dengan perlindungan dan pemeliharan anak-anak yatim
menjadi prioritas utama Syari'at Islam. Inilah sebenarnya wujud pranata
sosial yang dibentuk oleh Rasululluh SAW pada masyarakat muslim
terdahulu. Sebelum Orang Barat mengenal konsep pranata sosial
sebagaimana yang kita pahami sekarang, sebab sebelumnya mereka
hanya mengenal “Hukum Rimba” artinya siapa yang kuat menindas yang
lemah yang disponsori oleh Penjajah Belanda terhadap Indonesia,
termasuk pada perang dunia pertama dan kedua. Pada masa itu, wajar
saja jika suatu bangsa yang kuat menjajah bangsa lain yang lemah sebab
bagi mereka siapa yang kuat menguasai yang lemah.
Ibnu khaldun menyatakan manusia adalah mahluk yang
bermasyarakat hayawan al-ijtima'i artinya manusia memerlukan bantuan
orang lain mulai dari kelompok masyarakat terkecil sampai keluarga dan
komunitas terbesar skala wilayah. Naluri untuk hidup bersama manusia
melahirkan suatu lembaga tertentu yang diikat dengan kaidah-kaidah
hukum berupa aturan yang dibuat oleh manusia sebagai wadah
aspirasinya, sedangkan kaidah-kaidah hukum yang diatur oleh Wahyu
Allah SWT kepada manusia hubungan sesamanya, hubungan dengan alam
dan dengan Tuhannya adalah aturan bersifat mutlak yang harus dipatuhi
umatnya agar terwujud kemaslahatan. Oleh sebab itu, manusia selain
mahluk sosial ia juga mahluk yang berketuhanan (akan dibahas pada
materi berikutnya).
Ibnu khaldun menyatakan manusia adalah mahluk yang
bermasyarakat hayawan al-ijtima'i artinya manusia memerlukan bantuan
orang lain mulai dari kelompok masyarakat terkecil sampai keluarga dan
komunitas terbesar skala wilayah. Naluri untuk hidup bersama manusia
melahirkan suatu lembaga tertentu yang diikat dengan kaidah-kaidah
hukum berupa aturan yang dibuat oleh manusia sebagai wadah
aspirasinya, sedangkan kaidah-kaidah hukum yang diatur oleh Wahyu
Allah SWT kepada manusia hubungan sesamanya, hubungan dengan alam
dan dengan Tuhannya adalah aturan bersifat mutlak yang harus dipatuhi
umatnya agar terwujud kemaslahatan. Oleh sebab itu, manusia selain
mahluk sosial ia juga mahluk yang berketuhanan (akan dibahas pada
materi berikutnya). pengaruh dari luar dan pemakaian teknologi, ciri khas
masyarakat ini adalah: Pertama, terdapat banyak pekerjaan tidak hanya
terikat mayoritas satu bidang pekerjaan, kemudian setiap pekerjaan
tersebut beroreantasi keuntungan. Kedua, masuknya berbagai teknologi
canggih, termasuk teknologi komunikasi tidak langsung berupa telpon,
internet, televisi dan lain sebagainya. Ketiga, berkembangnya industrisasi
berupa pabrik-pabrik yang menghasilkan berbagai produk barang agar
tercukupi hajat hidup masyarakat tersebut dan mobilisasi masa dimana
setiap individu berusaha untuk terus menerus meningkat karir dan
profesionalisme agar dapat mempertahankan eksistensi dirinya. Keempat,
gaya kepemimpinan bersifat formal dan profesional dengan berpola pikir
rasional, analisis selalu bersikap inovatif.
Sedangkan, masyarakat primitf adalah kelompok sosial
(masyarakat) memiliki pola hidup tertumpu pada adat istiadat, dan
lingkungan menjadikan alam sebagai sarana mistik yang dianggap
sebagai sumber penolong dan kebahagian. ciri kusus masyarakat ini ialah
sangat tertutup dari pengaruh luar.
Untuk inilah, ajaran Islam sangat menekankan pada umatnya agar tidak
menjadi masyarakat yang primitif (jumud) tetapi sebaliknya, maka wajar
saja pada beberapa Hadits Nabi SAW dan Wahyu Tuhan agar selalu
menyuruh umatnya untuk maju, berpikir dan berahlak mulia, sebab
intelektual yang dijiwai dengan ke-imanan akan melahirkan masyarakat
madani dan beradap.
Melihat realita diatas yang menunjukan betapa pentingnya agama
terhadap kehidupan masyarakat. Dari itu kami akan sedikit membahas
tentang hubungan Hukum Islam dengan Pranata Sosial dimakalah ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah memperkenalkan segi-segi
kehidupan umat islam ang berkisar pada masalah sosial-politik . Dengan
ini diharapkan mahasiswa dapat memahami secara komprehensif segisegi kehidupan dari pranata sosial islam, yang dapat melahirkan cara
pandang yang terbuka dan toleran namun kritis.
1 .3 Rumusan Masalah
1. Apa itu pranata sosial?
2. Masalah sosial-politik yang terjadi dalam kehidupan umat islam?
3. Peran masjid dalam pembinaan umat?
4. Peran islam dalam politik?
5. Konsep keluarga sakinah,mawaddah dan rahmah?
BAB II
ISI
2.1 Keluarga sakinah,mawaddah dan rahmah
Keluarga adalah unut terkecil dari sebuah komunitas,biasanya terdiri
dari ayah,ibu dan anak. Sebagai unit terkecil, pembinaan keluarga
menjadai sangat penting karena disitulah pondasi awal pembangunan
sebuah bangsa.Oleh karena itu, sudah lumrah bahwa salah satu harapan
dan cita-cita setiap insan adalah mendapatkan sebuah keluarga yang
skinah,mawaddah dan rahmah.
Konsep keluarga yang sakinah,mawaddah dan rahmah sebetulnya
merupakan konsep tatanan dan hubungan sosial yang harmonis dalam
wujudnya yang paling kecil . Menurut Quraish shihab,kata “litaskunu”
yang diambil dari kata dasar “sakana” yang artinya “diam”, tenang
setelah sebelunya goncang. Dari sini , rumah dalam bahasa arab
dinamakan sakan karena dia merupakan tempat memperoleh
ketenangan-ketenangan batin karena hidup baru sempurna setelah
bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangan nya.Allah SWT
menciptakan dalam diri setiap makhluk dorongan untuk menyatu dengan
pasangannya apalagi masing-masing ingin mempertahankan eksistensi
jenisnya. Dari sisi Allah SWT menciptakan pada diri mereka naluri seksual.
Bila naluri ini tidak dipenuhi maka biasanya secara alamiyah jiwa akan
terus begejolak .Karena itu Allah SWT mensyari’atkan bagi manusia
perkawinan ,agar kekacauan pikiran dan gejolak jiwa itu mereda dan
masing-masing memperoleh ketenangan.Demikian antara lain ,makna
dari liitaskunu ilaiha
Kata mawaddah mengandung arti cinta dan
harapan. Dan juga bisa berarti kelapangan dan kekosongan. Ia adalah
kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk . Sehingga
kata ini bermakna cinta , tetapi ia adalah cinta plus. Menurut al-Biqa’i, ia
adalah “cinta yang tampak buahnya dalam sikap dan perlakuan,serupa
dengan kepatuhan sebagai hasil rasa kepada seseorang”.
Firman Allah SWT QS: al-Baqarah ayat 221-222
Artinya: “ Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanitawanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Makna yang hampir serupa dengan makna mawaddah adalah
rahmah (sehingga disebut mawaddah wa rahmah), hanya saja rahmah
tertuju kepada orang yang membutuhkan atau orang yang
lemahsedangkan mawaddah tidak demikian halnya.Cinta yang dilukiskan
dengan kata mawaddah harus terbukti dalam sikap dan tingkah
laku,sedangkan rahmah tidak harus demikian. Orang yang dihiasi dengan
mawaddah harus terbuki dalam sikap dan tingkah rela melakukan apa
saja demi kebaikan orang yang dicintainya, sehingga siapa saja yang
dihiasi dengan perasaain ini tidak akan pernah memutuskan hubungan ,
apapun yang terjadi.
Kesediaan seorang suami untuk membela istri sungguh merupakan
suatu keajaiban. Kesediaan seorang wanita untuk hidup bersama seorang
lelaki, meninggalkan orang tua dan keluarga yang membesarkanya dan
mengganti semua itu dengan penu8h kerelaan untuk hidup bersama
seorang lelaki yang menjadi suaminya, serta bersedia membuka rahasia
yang paling dalam , semua itu adalah hal-hal yang tidak akan mudah
dapat terlaksana tanpa adanya kuasa Allah SWT dalam hati suami istri
yang hidup harmonis, kapan dan dimana manusia berada.
Pentingnya membina keluarga yang skinah,mawaddah dan rahmah
tidak bisa dilepaskan dari peranan islam sebagai agama sosial . Sebuah
negara baru akan menjadi baik manakah ia ditopang oleh unit-unit
keluarga yang sehat yangditandai dengan kehidupan yang harmonis.Maka
dari itu, perhatian islam terhadap kesempurnaan sebuah keluarga pada
dasarnya dapat diartikan sebagai perhatian islam terhadap sebuah
tatanan masyarakat yang ideal dan bertamadun.
2.2 Peran Masjid Dalam Pembinaan Umat
Masjid seperti yang dijelaskan pada bagian awal merupakan pusat
pembinaan umat dan bahkan menjadi pusat peradaban Islam.
Dalam perspektif Al-Qur’an, signifikansi masjid melakukan pembinaan
kepada umat yang didasarkan pada penjelasan al-Qur’an bahwa umat
Islam perlu mencontoh generasi Ashab al-Kahfi dalam mempersiapkan
generasi muda. Mereka adalah generasi yang memiliki keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah serta mampu mempertahankan keyakinannya di
hadapan penguasa yang ingin merusak keimanannya. Selain itu, Al-Qur’an
juga mengingatkan kepada umat Islam agar hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka generasi
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka (QS.
4:9).
Di dalam hadits juga dijelaskan betapa pemuda ini perlu diberikan
bekal pengetahuan dan pengalaman hidup agar pemuda tersebut tumbuh
dewasa dan senantiasa mengabdi kepada Allah swt. Pemuda inilah yang
nantinya mendapatkan perlindungan di hari kiamat
Akhir-akhir ini terdapat usaha di kalangan umat islam yang
terdorong untuk menghidupkan kembali fungsi mesjid seperti di zaman
nabi muhammad SAW. Fenomena yang cukup untuk menggembirakan ini
bahkan menyebar ke seluruh dunia islam dengan kegiatan yang mungkin
berbeda-beda. Bahkan dikalangan Muslim Barat sudah terdapat gagasan
tentang fungsi mesjid sebagai pusat peradabanyang disebut”islamic
center”.
Karena sebagai pusat peradaban , maka sebuah mesjid tidak cukup
hanya sebagai tempat menyelanggarakan kegiatan ibadah semata,seperti
shalat, melainkan diarahkan pada fungsi yang lebih luas. Hal ini
mengingatkan kita dimasa nabi SAW , dimana beliau menggunakan mesjid
untuk seluruh kegiatan ,mulai dari pengajaran,latihan militer, diplomasi,
tempat musyawarah dan sebagainya.Setelah hijrah kemadinah, beliau
membangun sebuah mesjid yang diberi nama Masjid Nabawi yang
kemudian menjadi tonggak sejarah yang amat penting bagi umat islam,
melaikan juga bagi seluruh umat manusia.
Sebelum hijrah, Madinah dulunya bernama Yatsrib. Nabi SAW
mengubahnya menjadi al-Madinah atau Madinah al-Nabi, yang artinya
Kota atau Kota Nabi. Perkataan Arab Madinah secara kebahasaan berarti
tempat peradaban , sehingga peradaban sendiri dalam bahasa arab juga
disebut madaniyah atau tamadun. Jadi, penggantian nama yatsrib oleh
Nabi SAW dapat diartikan sebagai isyarat bahwa beliau , dengan titik tolak
kota itu , akan membangun sebuah masyarakat yang beradab atau
masyarakat madani.
Masjid sebagai “rumah Allah SWT” (Bait Allah ) yang memiliki ruh
kemuliaan, semestinya memiliki peran yang semakin luas dan bermanfaat
bagi umat, disamping peran utamanya sebagai srana ibadah dan pusat
syiar bagi umat islam . Masjid dijadikan sebagai tempat shalat , mengisi
pengajian, tadarus Al-Quran dan lain-lain, yang sering disebut dengan
istilah menghidupkan atau memakmurkan masjid. Umat islam diharapkan
memakmurkan masjid dan mencintai masjid , dengan menjadikan masjid
sebagai pusat dan tujuan hatinya.
2.3 Ukhuwah Islamiyah
Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat
“akha fulanun shalihan”, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara).
Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah
adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Hakekat Ukhuwah Islamiyah:
1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103)
2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67)
3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63)
4.Merupakan cermin kekuatan iman (Q.S.49:10
Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah:
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan
akidah dan syariat Islam
Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu
ikatan selain ikatan akidah (missal:ikatan keturunan orang tua-anak,
perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan
pribadi)
MANFAAT UKHUWAH ISLAMIYAH
1. Merasakan lezatnya iman
2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7
golongan yang dilindungi)
3. Mendapatkan tempat khusus di surga (Q.S. 15:45-48)
Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai
Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda:
“ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat
berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku
mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah
memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’
Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang
tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku
mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab:
‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”
2. Memohon didoakan bila berpisah
“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan
melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim)
3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari
saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan
dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan
melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu
Daud dari Barra’)
5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya
8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
Kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati
dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki
satu kondisi atau perasaan yang sama, baiksuka maupun duka, baik
senang maupun susah. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbal
balik untuk saling membantu bila pihak yang lain mengalami kesulitan,
dan sikap untuk saling berbagi kesenangan kepada pihak lain bila salah
satu pihak menemukan kesenangan .
Quraish Shihab menyebutkan klasifikasi dan tingkatan ukhuwah
atau persaudaraan itu kepada beberapa macam;
1. Ukhuwah islamiyah , yakni persaudaraan berlaku sesama umat islam.
2. Ukhuwah Wathoniyah, yakni persaudaraan sesama warga negara
dalam satu negara , apapun asal agamanya, suku, ras, dan adat
istiadatnya.
3. Ukhuwah Basyariyah/Insaniyah, yakni persaudaraan yang berlaku
bagi semua umat manusia secara universal, tanpa membedakan
lingkungan , negara, agama, suku, dan aspek-aspek kekhususan lainnya.
4. Ukhuwah Uluhiyyah, yakni persaudaraan sesama makhluk Tuhan, ini
dimaksudkan bahwa manusia tidak hanya harus menjaga ikatan sebagai
sesama umat islam, sesama warga negara, sesama umat manusia, tetapi
juga harus meletakan kerangka persaudaraan tersebut dengan sesama
makhluk tuhan.
Persaudaraan sesama muslim berarti, hendaklah sesama muslim
yang satu dengan yang lain, saling menghormati, saling membantu, saling
menghargai relativitas masing-masing sebagai sifat dasar kemanusiaan ,
seperti perbedaan pemikiran, sehingga tidak menjadi penghalang untuk
saling membantu dan menolong , karena diantara mereka diikat oleh satu
keyakinan dan jalan hidup yaitu islam.
Agama islam memberikan petunjuk yang jelas untuk menjaga agar
persaudaraan sesama muslim itu dapat terjalin dengan kokoh,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujuraat 10-12 , yang
merupakan landasan dasar dalam menerapkan nilai-nilai ukhuwah
islamiyah di twngah-tengah umat.
Jalinan persaudaraan dan kasih sayang antara sesama Muslim ini,
sangat banyak dan sering digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam
Hadistnya, bagaimana Rasulullah SAW mengambarkan antara Muslim
yang satu dengan Muslim yang lainnya ibarat satu buah bangunan
,bagian bangunan yang satu saling menguatkan dengan bagian
bangunan yang lainnya, tanpa kebersamaan dalam menopang berdiri
kokohnya bangunan tersebut, niscahya bangunan akan rapuh, mudah
roboh dan mudah pula dihancurkan.
Disaat yang lain, Rasulullah mengibaratkan ikatan persaudaraan
antara sesama Muslim itu dengan satu tubuh, yang apabila bagian tubuh
yang satu merasakan sakit, maka bagian tubuh yang lain ikt merasakan
dan secara bersama-sama untuk mengatasi dan menghilangkan rasa sakit
tersebut. Oleh karena itu bagi setiap pribadi Muslim, wajib hukumnya ia
menjaga nilai-nilai ukhuwah yang kokoh dalam ikatan kasih sayang
dengan sesama muslim,yang dengan demikianakan semakin
menunjukkan islam sebagai rahmat pemersatu bagi seluruh umat nya.
Fanatisme dan syu’ubiyyah tersebut seharusnya tetap dalam koridor yang
positif dalam upayah meninggikan panji-panji kebesaran Allah SWT ,
tanpa melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat destruktif apalagi
merugikan pihak-pihak lain atau penganut agam-agama lain.
2. 4 Kebersamaan dalam pluralitas agama
Pluralitas agama, atau boleh diterjemahkan bahwa keberadaan berbagai agam, banyak
agama-agama yang eksis di ats bumi ini , baik agama samawi maupun agama ardhi, yang di
indonesia diakui oleh negara sebanyak 6 agama, memunculkan kemungkinan-kemungkinan
atau dampak-dampak yang dalam bentuk nya , akan positif ( seperti terjalinya hubungan kerja
sama) apabila kemajemukan agaa tersebut dapat disikapi secara benar dan positif, dan akan
negatif ( seperti pertentangan dan permusuhan) apabila kemajemukan itu tidak disikapi secara
arif dan benar . Kedua keungkinan tersebut dapat saja terjadi mengingat pluralitas agama
merupakan suatau keniscayaan, tinggal lagi bagaimana umat masing-masing agama
mengolah keniscayaan tersebut sesuai dengan noorma-norma yang ada.
Konsep persaudaraan sesama manusia, didalam islam, sebenarnya memberikan
rambu-rambu dalam upaya mewujudkan kerukunan dan kebersamaan antarumat manusia
yang berlainan agama. Dasar memikiran umata hal ini , tentu saja keyakinan bahwa semua
umat manusia adalah makhluk Allah SWT. Sekalipun Allah SWT memberikan petunjuk
kebenaran melaluiajaran islam , tetapi Dia juga memberikan kebebasan kepadasetiap manusia
untuk memilih jalan hidup sesuai dengan rasionya. Karena itu sejak awal pnciptaanya, Allah
SWT tidak menetapkan manusia sebagai satu umat, padahal AllahSWT kuasa bila Dia
menghendaki. Itulah fitrah manusia ,.
Dalam prakteknya, ketegangan yang sering timbul dalam hubungan untern umat
beragama, antar umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah , disebabkan
antara lain oleh;
1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung dakwah dan misi.
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain.
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan
merendahkan agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing -masing akan kejujuran pihak lain , baik intern umat beragama, antar
umat beragama dan antar umat beragama dengan pemerintah .
6. Kurangnya sling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Dalam perjalanan sosial historis islam, benih-benih kebersamaan dalam pluralitas
telah ditanam sejak masa awal Rasulullah SAW dan “ negara islam” madnah sebagai tonggak
sejarah atau contoh utama yang diperlihatkan Rasullah SAW dalam menganyomi
kemajemukan dan pluralitas rakyat madinah yang terdiri dari bermacam-macam agama ,
berbagai suku dan kabilah dapat hidup aman dan tentram berdampingan dibawah panji-panji
islam , sehigga mungkin,dan memang relavan,untuk mengingat kembali bahwa islam
memiliki pengalaman-pengalaman sejarah berkaitan dengan persoalan pluralitas dan telah
menemukan cara untuk menjawabnya secara kreatif dan adpat pula membuka kembali
lembaran sejarah peradaban yang mengagumkan bagi masyarakat muslim, baik dimasa-masa
Rasulullah maupun masa perjalanan islam hingga saat ini.
Dalam Islam al-Qur’an dan hadits adalah sumber hukum yang harus dipatuhi dan
serta harus adil dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan wahyu Allah sebagaimana
firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat
Islam sangat menekakan aspek spritual keagamaan dimana Wahyu Tuhan sebagai
pedoman hidup Umat Islam, agar Islam yang kita pahami sekarang tidaklah sama seperti
zaman dahulu, karena adanya perubahan zaman dan waktu.
Oleh sebab itu, pintu ijtihad tetap selalu terbuka dengan berdasarkan moralitas dan fitrah
kemanusiaan sehingga eksistensi Ajaran Islam berkembang dengan baik, maka Islam dapat
bertahan hingga kini. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
اذاحكم الحاكم فاجتهدثمم اصاب فلـه اجران واذا حكم فاجتهد ثمم اخطأ فله اجر
Artinya: Jika seorang hakim berijtihad memutuskan suatu perkara maka baginya ada dua
pahala dan apabila ijtihadnya salah maka baginya mendapatkan satu pahala”.
Hubungan Agama Islam dengan agama-agama lainnya di Indonesia harmonis sebab
nilai-nilai moralita yang ditanamkan dalam Islam adalah kerukunan antar umat beragama
sebagaimana yang termuat dalam nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Terdapat
beberapa alasan terciptanya kerukunan umat ber-agama di Indonesia ini, yaitu: Pertama,
aspek sejarah, berdasarkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mengalami rasa senasib dan
seperjungan, yaitu sama-sama sebagai anak jajahan penajajah dan kaum imprealis. Kemudian
berjuang bersama-sama membebaskan diri dari belenggu penjajah, akhirnya berkat karuna
Tuhan Yang Maha Esa kita dapat menang dan mengusir penjajah di bumi nusantara. Maka
sudah sepantasnya kita untuk saling rukun antar umat beragama. Kedua, aspek sosiologi,
bahwa Masyarakat Indonesia mendiami wilayah kesatuan Republik Indonesia dari Sabang
sampai Merauke yang diikat oleh semboyan “Bhineka Tunggal Ika” artinya walaupun
berbeda-beda tetapi tetap satu yaitu Bangsa Indonesia. Ketiga, aspek hukum yaitu, di
Indonesia hanya diakui beberapa agama; Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Thiongha yang
diikat oleh Pancasila dan UUD 1945 tentang kerukunan antar umat beragama.
Selanjutnya, menurut Tajul Arifin menyatakan bahwa antara agama (Islam, Katolik,
Protestan, Hindu dan Budha serta aliran kepercayaan lain Khong hu Chu) dan masyarakat
dalam perkembangannya saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi yang dinamis di
Indonesia. Contoh, Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim maka budaya
yang terjadi pada masyarakat ini bernuansa Islam sehingga banyak terdapat bangunan mesjid,
Bank Syari`ah dan tempat-tempat pengajian' arsitektur Islam, banyak terdapat gerakan
dakwah secara langsung dan tidak langsung termasuk pengaturan tata aturan kehidupan yang
termuat dalam Kompilasi Hukum Islam dan fatwa MUI.
Oleh sebab itulah, Islam menyuruh umatnya untuk mengajak Umat Islaam dan umat
lainnya untuk kembali kejalan kabaikan dengan hikmah tapi bukan dengan cara kekerasan,
sebagimana firman Allah SWT:
Artinya: “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (ayat 126) Dan jika kamu memberikan balasan, Maka
balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, akan tetapi
jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Jadi, nilai-nilai luhur dari dakwah Islam adalah mengajak orang berbuat baik bahkan
menjalankan menjalankan syari’at Islam secara hikmah dan bijaksana tetapi tidak dengan
kekerasan salah satu cara dengan cara hikmah tersebut adalah membangun lembaga-lembaga
ke-Islaman dan toleransi terhadap sesama agama yang lainnya sebagimana yan telah
diuraikan diatas.
2. 5 Islam dan Politik
Islam dan politik merupakan persoalan yang selalu aktual, karena sejalan dengan
pandangan para pakar islam, islam lebih dari sekedar sistem teologis(agama), tetapi ia
merupakan sebuah sistem kehidupan yang lengkap. Untuk memahami model politik islam
biasanya orang dengan mudah merujuk langsung kepada praktek politik dimasa Rasulullah ,
khususnya dimasa madinah , dimana keterkaitan antar agama dan politik sangat erat , bahkan
dikatakan bahwa Nabi Muhammda SAW adalah nabi dan Negarawan sekaligus.
Firman Allah SWT dalam QS: an-Nisa ayat 58-59
ه
إن الل له يأ دمرك م ه
ن الل هل
ت إ إهلى أ ههدل إهها وهإ إ ه
ه
ماهنا إ
ل إإ ل
ن ته د
سأ د
ذا ه
ن ت مؤ ه د
مأ د
إ ل
حك م م
مت م د
حك ه د
دوا ال ه
ه ه م م د
موا إبال دعهد د إ
م ب هي د ه
ن اللنا ه إ
ه
ه
ل
ل
ل
م
ه
م
سو ه
ل
ه وهأ إ
ممنوا أ إ
(هيا أي دهها ال إ٥٨) صيررا
ميرعا ب ه إ
س إ
ه كا ه
م ب إهإ إ إ ل
طيمعوا اللر م
ن ه
طيمعوا الل ه
نآ ه
ن الل ه
ما ي هعإظك د
ن إعإ ل
ذي ه
وم
ل
ه
م
ه
ه
ه
سو
ر
وال
ه
ل
ال
لى
إ
ه
دو
ر
ف
ْء
ء
ي
ش
في
م
ت
ع
ز
نا
ت
ن
إ
ف
م
ك
ن
م
ر
م
ال
لي
أو
د
إ
ن إبالل لهإ
م ت مؤ د إ
ن ك من دت دم
إ
إ
م
ه
ه
د
إ
ممنو ه
ل إإ د
د
ه
د
د
ه ل م إ
م
د
ه
د إ
م إ
د إ
ه
خرإ ذ هل إ ه
(٥٩) ن ت هأ دإويل
ك ه
هوال دي هودم إ ال إ
خي درر وهأ د
ح ه
س م
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat.(ayat 59) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.”
Ayat ini memerintahkan kita khususnya pada penguasa untuk
menjaga dan menyampaikan amanah yang diberikan Allah untuk semua
manusia yang kemudian bagi umat Islam diwajibkan untk mentaati
penguasa selama itu penguasa tersebut menjalankan amanah Allah. Oleh
sebab itu konsep politik yang dibangun dalam Islam tidak sepenuhnya
demokrasi dan tidak juga sepenuhnya absolute murni tetapi
mengutamakan musyawarah sebagai upaya membangkitkan semangat
kebersamaan untuk mencapai kesepakatan, sehingga tidak yang merasa
dirugikan dan terabaikan.
Bagi masyarakat modern pranata sosial politik ditandai dengan
semakin berkembangnya kesadaran berpolitik, partisipasi aktif rakyat
dalam mensukseskan pemilu eksekutif dan legislatif sehingga politik
mampu menciptakan situasi ketertiban dan keamanan. Akan tetapi, jika
terjadi sebaliknya, tercipta situasi yang rusuh dan konflik karena
kepentingan politik atau sentimen politik sebagimana yang telah terjadi
pada beberapa Wilayah Indonesia, rusuh sebab pemilihan kepala daerah
di Maluku, Manado dan lain-lain. Maka ini menunjukkan Masyarakat
Indonesia belum siap sepenuhnya menghadapi perkembangan politik
Indonesia yang salah sebabnya lemahnya sistem keamanan dan
kesadaran masyarakat. Sikap emosinal dan tidak siap berbeda pendapat
dari para tokoh politik juga menjadi salah satu faktor penyebab
kelemahan politik Indonesia sehingga dengan ini dapat kita katakan
bahwa Masyarakat Indonesia belum modern dibidang sosial politik.
Untuk ini perlu kiranya kita bercermin kepada Rasulullah SAW empat belas
abad yang lalu, beliau membangun Masyarakat Muslim di Makkah dan
Madinah berdasarkan prinsip musyawarah mufakat dan kebebasan
berpendapat yang bertanggung jawab, maka tipelogi yang dilakukannya
dalam memimpim Umat Islam terpusat pada keteladanan sikap pribadi
beliau. Nabi Muhammad SAW berperan ganda sebagai tokoh agama dan
kepala pemerintahan. Selama kepemimpinan Nabi Muhammad SAW ketika
beliau menyelesaikan permasalahan yang bernuansa agama/ibadah maka
banyak keputusan yang dibuatnya dibantu oleh Wahyu Tuhan, bahkan
terkadang beliau sendiri menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an dalam
memeberikan suatu jawaban atas pertanyaan sahabat. Ketika beliau
menyelesaikan permasalahan yang bernuansa sosial politik maka beliau
mengutamakan musyawarah mufakat yang banyak dibantu oleh sahabatsahabatnya. tidak ada diskriminasi terhadap kelompok tertentu termasuk
pada kaum wanita bahkan orang kafir sekalipun, justru Rasulullah SAW
sebaliknya berusaha menghilangkan diskriminasi sebagaimana yang telah
terbangun jauh sebelumnya oleh Arab Jahiliyah dimana kaum wanita
dianggap kaum yang lemah bahkan merusak sehingga banyak bayi
wanita dibunuh, bagi Masyarakat Arab dahulu juga sudah terbangun
sistem kasta (bany) antara kasta yang terhormat dan kasta budak
Hukum yang berlaku adalah syari'at Islam, akan tetapi Rasul tidak
pernah menunjukkan sikap tentang Negara Islam di Makkah dan Madinah.
Jadi salah kaprah jika sebagian orang Islam bersikeras membentuk negara
Islam Indonesia, yang perlu untuk diperjuangkan adalah penegakan
kembali piagam Jakarta yang mana salah satu isinya adalah kewajiban
orang Islam menjalankan Syari'at Islam di Indonesia.
Contoh, ketika Rakyat Aceh menuntut merdeka dan mendirikan Negara
Islam, walaupun hal ini gagal mereka lakukan, mereka hanya
mendapatkan hak istimewa untuk menjalankan Hukum Islam. Ternyata
dalam praktekknya dilakukan terlalu over dosisi sehingga Syari'at Islam
berlaku juga untuk orang non Islam Aceh sehingga yang terjadi adalah
didaerah-daerah tertentu yang minoritas muslim (Irian Jaya dan Maluku)
Orang Islam ditekan dan tidak boleh mendakwahkan Islam secara bebas
dan terbuka. Maka situasi sosial politik seperti ini sangat berpotensi
menjadi bom waktu bagi masyarakat Indonesia terjadi perang suku dan
agama.
Oleh sebab itu harus segera dicegah, salah satu caranya adalah
perlu adanya gerakan moral yang lebih kuat untuk menciptakan
kerukunan antar umat beragama dan perlu adanya kekuatan militer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama dan nilai-nilai agama merupakan fakta yang konstan yang ada pada setiap
masyarakat manusia sepanjang masa. Agama dan nilai-nilai agama bersatu dengan unsurunsur budaya membentuk system dan struktural yang membina dan yang memunculkan arah
kehidupan manusia yang secara nyata telah membedakaan kehidupan dan kualitas kehidupan
manusia dari makhluk lainnya dibandingkan dengan faktor-faktor sosial budaya, maka faktor
agama itulah yang sangat berpengaruh pada semua segi kehidupan mereka.
Dari segi ajaran agama dapat dikatakan bahwa agama merupakan sumber motivasi perilaku
masyarakat dan bangsa. Keinginan untuk meningkatkan kualitas pribadi dan kesejahteraan
sesama warga bangsa akan lebih berhasil bila pula disertai motivasi keagamaan.
Melihat realita diatas yang menunjukan betapa pentingnya agama terhadap kehidupan
masyarakat. Dari itu kami akan sedikit membahas tentang hubungan Hukum Islam dengan
Pranata Sosial dimakalah ini.
Pranata sosial adalah tata nilai mengatur kehidupan masyarakat. Masyarakat yang
dimaksudkan adalah sekelompok orang yang saling berkomunikasi terfokus pada berbagai
aktifitas guna memenuhi kebutuhan hajat hidup manusia secara menyeluruh. Atau pranata
sosial yang kami maksudkan disini adalah lembaga yang terdapat dimasyarakat. Adapun
pranata sosial dalam Islam adalah berupa tata nilai-nilai yang mengaturan kehidupan sosial
Masyarakat Muslim berdasarkan Syari'at Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh baginda
Rasulullah SAW untuk terapkan pada masa sekarang.
Berikut ini, ada beberapa faktor pranata sosial dalam Ajaran Islam dilihat dari berbagai aspek
diantaranya
a) Pranata dibidang Agama
b) Pranata dibidang Ekonomi Islam
c) Pranata keluarga yang Islamiyah
d) Pranata pendidikan dalam Islam
e) Pranata politik dalam Islam
Kemudian, dari pranata tersebut terbentuk struktur sosial yaitu memperhatikan
berbagai aspek kehidupan manusia, mulai tingkat sosial dan dinamika masyarakat diantara
keseluruhan jalinan unsur sosial, kaidah sosial, lembaga sosila dan kelompok sosial.
Dinamika masyarakat sebagai proses perubahan sosial itu sendiri. Proses sosial sebagai
timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama terutama dalam hal interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang
perorangan maupun antar kelompok manusia.
Selain itu, manusia secara psikologis juga sebagai mahluk berketuhanan, sadar atau
tidak percaya bahwa manusia selalu mencari kebenaran dibsebalik kebenaran yang ia terima
dan akhir dari pencarian kebenaran tersebut itulah ia membutuhkan kebenaran yang mutak
yaitu kebenaran yang bersumber dari Tuhan.
Setiap manusia membentuk kelompok sosial, reaksi tersebut menyebabkan terjadinya
berbagai tindakan disebabkan keinginan dan kepentingan menjadi satu kesatuan dengan
manusia lain disekelilingnya. Kelompok sosial tersebut terdiri dari dua yaitu kelompok sosial
formal dan non formal, formal adalah kelompok sosial yang diikat oleh aturan-aturan yang
telah ada sebelumnya yang kemudian menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan.
Sedangkan kelompok sosial non formal adalah kelompok sosial yang tidak terikat oleh
aturan-aturan yang telah ada tetapi hanya berbentuk kesepakatan bersama yang kemudian
menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan.
Kemudian, terjadinya perubahan sosial disebabkan beberapa fakrot yaitu: terjadi
konflik, perpindahan penduduk dan majunya ilmu penetahuan, dari ketiga faktor ini maka
majunya ilmu pengetahuan memiliki pengaruh sangat besar perubahan yang positip suatu
daerah sebagimana yang diungkapkan Randall Colins dalam sebuah kesimpulan dari
tulisannya tentang peran ilmu pengetahuan sebagai sosial kontrol perubahan, bahwa sosial
kontrol dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu perubahan sistem dimana informasi
memberikan manfaat yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
mengajak setiap individu berpikir kreatif sebagaimana tujuan mulya dari nilai-nilai ilmu
pengetahuan itu sendiri. Adapun oreantasi dari para ilmuan disini adaah mengaharapkan
penemuan dan pemikirannya dapat diterima dan diakui orang lain sebagai kaidah-kaidah ilmu
pengetahuan tetapi bukanlah fanatik ilmu pengetahuan yang dapat menyebebkan orang tidak
fleksibel dalam berpikir.
http://r3nnysaputri.blogspot.com/2013/12/islam-dan-pranata-sosial.html