PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH (1)

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur I Mata Kuliah Hukum Keuangan Negara

Oleh :
Ervian Dwi Agung P

125010100111031

Ramadhan Putra Pratama

125010100111038

Dinda Afidah Fitriani

125010100111042

Firma Fitrotul Izzah

125010100111043

Muliana Rohmawati


125010101111014

Harli Firmansyah

125010101111055

Nizam Deniswara

125010101111063

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.


LATAR BELAKANG
Dalam menjalankan fungsi pemerintahan, sudah pasti dibutuhkan logistic,
peralatan dan jasa yang menunjang optimalnya kerja instansi tersebut. Kebutuhan ini
dipenuhi oleh beberapa pihak, baik itu perusahaan milik pemerintah maupun swasta.
Berbeda dengan pengadaan barang dan jasa di instansi dan perusahaan swasta, pengadaan
barang dan jasa di instansi pemerintahan lebih rumit karena berhubungan dengan
perhitungan APBN/APBD yang digunakan untuk membayar barang atau jasa tersebut.
Terlebih lagi ada beberapa aturan yang mengatur proses pengadaan barang tersebut,
Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Seiring reformasi yang bergulir di Indonesia, muncul harapan agar pengadaan
barang/jasa

pemerintah

yang


dibiayai

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) dapat dilaksanakan
secara lebih efektif dan efisien, mengutamakan penerapan prinsip-prinsip persaingan
usaha yang sehat, transparan, terbuka, dan berlaku adil bagi semua pihak. Selain lingkup
dan cakupan pengadaan barang/jasa pemerintah yang luas, bersifat lintas institusi dan
lintas sektor, juga berdampak langsung bagi pengembangan usaha kecil, peningkatan
produksi dalam negeri, dan pengembangan iklim dan dunia usaha pada umumnya.
Alasan pengadaan barang/jasa pada instansi pemerintah adalah tugas pokok
keberadaan instansi pemerintah bukan untuk menghasilkan barang/jasa yang bertujuan
profit oriented, tetapi lebih bersifat memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu,

pemerintah membutuhkan barang/jasa dalam rangka meningkatkan pelayanan publik atas
dasar pemikiran yang logis dan sistematis, mengikuti prinsip dan etika serta berdasarkan
metode dan proses pengadaan yang berlaku.
Struktur anggaran belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) mempunyai komponen belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,
pembayaran bunga cicilan, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Semua jenis belanja kecuali belanja pegawai berkonstribusi terhadap rendahnya

penyerapan anggaran. Jenis belanja modal terdiri atas belanja modal untuk (1) tanah, (2)
peralatan dan mesin, (3) gedung dan bangunan, (4) jalan, (5) irigasi dan jaringan,
Pemeliharaan Yang Dikapitalisasi, dan Fisik Lainnya.
Sedangkan struktur anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), belanja dikelompokkan berdasarkan kelompok belanja langsung dan belanja
tidak langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan setiap bulan
dalam satu tahun anggaran sebagai konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara
periodik kepada pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) dan/atau
kewajiban untuk pengeluaran belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik.
Adapun belanja langsung adalah belanja yang penganggarannya dipengaruhi secara
langsung oleh adanya program atau kegiatan, yaitu berupa belanja pegawai
(honorarium/upah) untuk melaksanakan program/kegiatan; belanja barang/jasa; dan

belanja modal.
Untuk pengadaan barang/jasa dapat dilakukan melalui pihak ketiga atau
swakelola. Apabila dilakukan melalui pihak ketiga metode pengadaannya dapat dilakukan
melalui pelelangan, pemilihan, pengadaan langsung, penunjukan langsung, kontes,
sayembara, atau melalui seleksi. Sedangkan pengadaan melalui swakelola dapat
dilakukan oleh instansi sediri, instansi pemerintah lainnya atau kelompok masyarakat.
Karena itulah perlu dikaji mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah.
1.2.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa Pemerintah?
2. Apa prinsip-prinsip dan etika dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah?

1.3.

TUJUAN
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dan etika dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
Istilah pengadaan secara khusus mengacu pada kegiatan penyediaan barang/jasa pada
institusi atau instansi pemerintahan, yang pelaksanaannya dilakukan dengan berpedoman pada
peraturan perundangan yang berlaku. Proses pengadaan ini sama halnya dengan proses
pembelian atau akuisisi pada sebuah perusahaan.1
Pengadaan barang dan jasa identik dengan adanya berbagai fasilitas baru, berbagai
bangunan, jalan, rumah sakit, gedung perkantoran, alat tulis, sampai dengan kursus bahasa
inggris yang dilaksanakan di sebuah instansi pemerintah. Pengadaan barang dan jasa yang biasa
disebut tender ini sebenarnya bukan hanya terjadi di instansi pemerintah. Pengadaan barang dan
jasa bisa terjadi di BUMN dan perusahaan swasta nasional maupun internasional. Intinya,
pengadaan barang dan jasa dibuat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau instansi
pemerintah akan barang dan/atau jasa yang dapat menunjang kinerja dan performance mereka.2
Definisi pengadaan barang dan jasa secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), yaitu berarti tawaran untuk mengajukan harga dan memborong pekerjaan atas
penyediaan barang/jasa. Di sinilah tumbuh pengertian bahwa ada dua pihak yang
berkepentingan. Pihak pertama adalah instansi pemerintah, BUMN, atau perusahaan swasta yang
mengadakan penawaran pengadaan barang dan jasa. Pihak kedua adalah personal atau
perusahaan kontraktor yang menawarkan diri untuk memenuhi permintaan akan pengadaan
barang dan jasa tersebut.

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 70 Tahun 2012 Tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

Tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah. Pasal 1 angka 1 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari

1 http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2818. Di akses pada tanggal 06-04-2015
2Marzuki Yahya dan Endah Fitri Susanti. Buku Pintar Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Laskar Aksara.
Jakarta. 2012. Hlm. 3

perencanaan

kebutuhan


sampai

diselesaikannya

seluruh

kegiatan

untuk

memperoleh

Barang/Jasa.
Menurut Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahRepublik Indonesia
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahNomor 9 Tahun 2014
Tentang Petunjuk Teknis Operasional Sertifikasi Keahlian PengadaanBarang/Jasa Pemerintah.
Pasal 1 angka 1 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

MEKANISME PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan
konstruksi, jasa konsultansi, dan jasa lainnya.3 Pengadaan barang adalah pengadaan
setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak,
yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna
barang. Pengadaan pekerjaan konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Adapun
pengadaan jasa Konsultansi adalah jasa pelayanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir.
Sedangkan, Pengadaan jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu
yang mengutamakan keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas
di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau
penyediaan jasa selain jasa konsultansi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan
barang.
Pasal 3 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

menegaskan bahwa ada 2 (dua) pelaksanaan pengadaan barang/jasa, yaitu melalui
swakelola dan/atau pemilihan penyedia barang/jasa.4
3.1.1. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa melalui swakelola (dikelola sendiri
oleh institusi itu).
Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi
sendiri oleh institusi, dimana dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan oleh
PPK, instansi pemerintah lain atau kelompok masyarakat/LSM penerima hibah.
Adapun Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola adalah:
a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis SDM pada
institusi yang bersangkutan (misalnya diklat, beasiswa, kunjungan kerja),

3
http://id.ahmad.wikia.com/wiki/Pengadaan_Barang/Jasa_Pemerintah/Metode/Cara_Pemilihan_
Pengadaan.html Diakses tanggal 6 April 2015 Pukul 17.45 WIB
4 Perpres No. 54 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Lihat Pasal 3.

b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
masyakarat,
c. pekerjaan yang dari segi besaran, sifat, lokasi, atau pembiayaan tidak diminati
oleh penyedia barang/jasa,

d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan
menanggung resiko yang besar,
e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau
penyuluhan,
f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus,
yangbelum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa,
g. pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan
pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan
penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah,
h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang/jasa.
i. Pekerjaan industri kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri.
j. Penelitian dan pengembangan dalam negeri dan/atau
k. Pekerjaan dan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan
industri almatsus dalam negeri.
l. Di luar dari daftar tersebut, harus dilaksanakan melalui penyedia barang/jasa.
Prosedur
pengawasan,

Swakelola

penyerahan,

meliputi
pelaporan

kegiatan
dan

perencanaan,

pertanggungjawaban

pelaksanaan,
pekerjaan.

Penetapan jenis pekerjaan serta pihak yang akan melaksanaan Pengadaaan
Barang/Jasa secara Swakelola ditetapkan oleh PA/KPA. Swakelola dibagi menjadi
3. yaitu:
1. Swakelola oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri oleh K/L/D/I Penanggung Jawab
Anggaran, dengan mempergunakan tenaga sendiri, pegawai K/L/D/I lain dan
atau dapat menggunakan tenaga ahli, dengan jumlah tenaga ahli tidak
melebihi 50% dari jumlah keseluruhan pegawai K/L/D/I yang terlibat dalam
kegiatan Swakelola bersangkutan.

2. Swakelola oleh instansi pemerintah lain Pelaksana Swakelola adalah
pekerjaan yang perencanaan dan pengawasannya dilakukan oleh K/L/D/I
Penanggung Jawab Anggaran, sedangkan pelaksanan pekerjaan dilakukan
oleh instansi pemerintah yang bukan penanggung jawab anggaran.
3. Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola, adalah pekerjaan
yang perencanan, pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh Kelompok
Masyarakat Pelaksana Swakelola dengan sasaran ditentukan oleh K/L/D/I
Penanggung Jawab Anggaran serta PA/KPA bertanggung jawab terhadap
penetapan Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola termasuk sasaran,
tujuan dan besaran anggaran Swakelola.
Pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang/jasa dengan swakelola harus
direncanakan dengan baik. Perencanaan dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK). KAK dibuat oleh Pejabat Pembuat Komitmen, yang selanjutnya dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam KAK paling sedikit hal-hal yang
harus ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan yang meliputi latar belakang, maksud
dan tujuan, sumber pendanaan, metode pelaksanaan serta jumlah tenaga,
bahan dan peralatan yang diperlukan.
2. Jadwal pelaksanaan, yang meliputi waktu mulai hingga berakhirnya
pekerjaan, rencana kerja bulanan, rencana kerja mingguan serta rencana kerja
harian.
3. Produk berupa barang/jasa yang ingin dihasilkan.
4. Rincian biaya pekerjaan/kegiatan termasuk kebutuhan dana untuk sewa atau
nilai kontrak pekerjaan dengan penyedia barang/jasa bila diperlukan.
3.1.2. Metode/Cara Pemilihan Barang/Jasa Pemerintah
Metode/cara pemilihan pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sesuai
dengan ketentuan dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa:
1. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya dilakukan dengan:

a. Pelelangan yang terdiri atas Pelelangan Umum dan Pelelangan Sederhana
-

Pelelangan Umum yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti
oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memenuhi syarat.

-

Pelelangan Sederhana yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pengadaan yang tidak kompleks dan bernilai paling
tinggi Rp200.000.000,-(dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010
tanggal 28 Maret 2012 nilainya paling tinggi Rp5.000.000.000).

b. Penunjukan Langsung
Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara
menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa. Dalam keadaan
tertentu dan keadaan khusus pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia
barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya
sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Pengadaan Langsung
Yaitu

pengadaan

Barang/Jasa

langsung

kepada

Penyedia

barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan Langsung dan
dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000,-(dalam draft
perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya paling
tinggi Rp200.000.000)
d. Kontes/Sayembara.

Kontes/Sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan Penyedia
Barang/Jasa Lainnya yang merupakan hasil Industri kreatif, inovatif dan
budaya dalam negeri.
Adapun Pengadaan jasa lainnya ini meliputi jasa yang mengutamakan
keterampilan, antara lain:5
1.

Jasa catering.

2.

Jasa cleaning service.

3.

Jasa outsuourching.

4.

Jasa asuransi, perbankan, dan keuangan.

5.

Jasa layanan kesehatan.

6.

Jasa pendidikan, pengembangan SDM, dan kependudukan.

7.

Jasa iklan dan penerangan.

8.

Jasa pencetakan dan penjilidan buku atau makalah,

9.

Jasa pemeliharaan atau perbaikan barang-barang inventaris,

10.

Jasa pemeliharaan gedung dari hama, fooging, dan pemeliharaan lain,

11.

Jasa pengepakan dan ekspedisi,

12.

Jasa konveksi,

13.

Jasa ekspor-impor,

14.

Jasa penulisan buku atau makalah dan terjemahan,

5 Marzuki Yahya dan Endah Fitri Susanti, Op. Cit, hlm 7

15.

Jasa penyewaan,

16.

Jasa penyelaman,

17.

Jasa akomodasi dan transportasi penumpang,

18.

Jasa pelaksanaan dan transaksi instrument keuangan tertentu,

19.

Jasa event organizer,

20.

Jasa pengamanan dan pengelolaan asset,serta

21.

Jasa pos, telekomunikasi, dan internet.

2. Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan:
a. Pelelangan Umum.
b.

Pelelangan Terbatas
Yaitu metode pemilia Pekerjaan Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi
dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan
untuk pekerjaan yang kompleks. Pekerjaan yang Kompleks adalah
pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi,
menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang
bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

c.

Pemilihan Langsung
Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak
efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa
dapat dilakukan dengan metode pemilihan langsung, yaitu dilakukan
dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurangkurangnya 3 penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus
prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta

harus diumumkan minimal melalui papan pengumunan resmi untuk
penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet (pemilihan
Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp200.000.000,00 (dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal
28 Maret 2012 nilainya paling tinggi Rp5.000.000.000)).
d.

Penunjukan Langsung, atau

e.

Pengadaan Langsung.

3. Pengadaan untuk jasa konsultansi dilakukan melalui cara:
a. Seleksi Sederhana
b. Penunjukan Langsung
c. Pengadaan Langsung, atau
d. Sayembara.
4. Sedangkan khusus untuk pemilihan penyedia jasa konsultasi melalui negosiasi
teknis dan biaya sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar dan
secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Pemilihan Penyedia Jasa
Konsultansi pada prinsipnya dilakukan melalui Seleksi Umum. Dalam
keadaan tertentu pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dapat dilakukan
melalui Seleksi Sederhana, Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung,
Sayembara.
a. Seleksi Umum
Merupakan metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar
pendek pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi secara terbuka
yaitu diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di website K/D/L/I, dan
papan pengumuman resmi masyarakat serta Portal Pengadaan Nasional
melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat
serta memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

b. Seleksi Sederhana
Merupakan metode yang dilakukan terhadap Pengadaan Jasa Konsultansi
dalam hal Seleksi Umum dinilai tidak efisien dari segi biaya seleksi,
dilakukan untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bersifat sederhana dan
bernilai paling tinggi Rp200.000.000,-dengan diumumkan paling kurang
di website K/L/D/I dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta
Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan
dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
c. Penunjukan Langsung
dilaksanakan dikarenakan keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan
penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menunjuk satu penyedia
jasa konsultansi yang memenuhi kualifikasi dan dilakukan negosiasi baik
dari segi teknis maupun biaya sehingga diperoleh biaya yang wajar dan
secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
d. Pengadaan Langsung
dilakukan

terhadap

Pengadaan

Jasa

Konsultansi

yang

memiliki

karakteristik merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I, dan atau bernilai
paling tinggi Rp50.000.000,-. Pengadaan dilaksanakan oleh 1 Pejabat
Pengadaan. Pengadaan Langsung tidak digunakan sebagai alasan untuk
memecah paket pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk
menghindari Seleksi.
e. Sayembara
dilakukan

terhadap

Pengadaan

Jasa

Konsultansi

yang

memiliki

karakteristik merupakan proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi
dan metode pelaksanaan tertentu, tidak dapat ditetapkan berdasarkan
Harga Satuan. Persyaratan administratif bagi Penyedia Jasa Konsultansi

yang akan mengikuti Sayembara ditetapkan oleh ULP/Pejabat Pengadaan
yang dapat lebih mudah dari pada Persyaratan Penyedia Barang/Jasa
secara umum. Persyaratan dan metode evaluasi teknis ditetapkan oleh
ULP/Pejabat Pengadaan setelah mendapat masukan dari tim yang ahli
dibidangnya, sedangkan pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh tim yang
ahli di bidangnya.
Metode

atau

tata

cara

pemilihan/pengadaan

Jasa

Konsultansi

Pembangunan Gedung ditetapkan berbeda dengan pengadaan Barang/Jasa pada
umumnya,

sebelum

melakukan

pengadaan

jasa

konsultansi.

Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran terlebih dahulu perlu menyusun Kerangka
Acuan Kerja (KAK). KAK berisi antara lain pokok-pokok keinginan atau
kebutuhan dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran terkait dengan
Rencana Pembangunan yang akan dilaksanakan, misal kebutuhan ruang untuk
pegawai dengan jumlah tertentu, fasilitas yang diinginkan, biaya yang dibutuhkan,
jadual penyelesaian pekerjaan dsb. Untuk Jasa Konsultansi metode pemasukan
dokumen penawaran dapat dilakukan dengan memilih 3 (tiga) alternatif yakni:
1. Metode satu sampul adalah penyampaian dokumen penawaran yang terdiri
dari persyaratan administrasi, teknis dan penawaran harga yang dimasukan ke
dalam 1 (satu) sampul tertutup kepada ULP/ Pejabat Pengadaan. Metode satu
sampul digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana, dengan standar
harga yang telah ditetapkan Pemerintah, atau pekerjaan yang spesifikasi teknis
atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen Pengadaan,
dimana evaluasi teknis tidak dipengaruhi oleh penawaran harga.
2. Metode dua sampul adalah penyampaian dokumen penawaran yang
persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I,
sedangkan harga penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, selanjutnya
sampul I dan sampul II dimasukkan ke dalam 1 (satu) sampul (sampul
penutup) dan disampaikan kepada ULP. Metode dua sampul digunakan untuk
Pengadaan Jasa konsultansi dimana evaluasi teknis dipengaruhi oleh
penawaran harga.

3. Metode dua tahap adalah penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan
administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga
penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, yang penyampaiannya
dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda.
Sedangkan untuk metode evaluasi penawaran dapat dipilih 1 dari 5,
yakni Metode Evaluasi Kualitas, Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya, Metode
Evaluasi Pagu Anggaran, Metode Evaluasi Biaya Terendah dan Metode
Evaluasi Penunjukan Langsung.
1. Metode Evaluasi Kualitas, adalah evaluasi penawaran jasa konsultansi yang
digunakan untuk pekerjaan yang mengutamakan kualitas penawaran teknis
sebagai faktor yang menentukan terhadap hasil/manfaat secara keseluruhan,
lingkup pekerjaan yang sulit ditetapkan dalam KAK. Evaluasi penawaran
dilakukan berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik, dilanjutkan dengan
klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.
2. Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya, adalah evaluasi pengadaan jasa yang
digunakan untuk pekerjaan yang lingkup, keluaran (output), waktu penugasan
dan hal-hal lain dapat diperkirakan dengan baik dalam KAK, dan/atau
besarnya biaya dapat ditentukan dengan mudah, jelas dan tepat. Evaluasi
penawaran dilakukan berdasarkan nilai kombinasi terbaik penawaran teknis
dan biaya terkoreksi dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta
biaya.
3. Metode Evaluasi Pagu Anggaran, adalah evaluasi pengadaan jasa konsultansi
yang digunakan untuk pekerjaan yang sudah ada aturan yang mengatur, dapat
dirinci dengan tepat, anggarannya tidak melampaui pagu tertentu. Evaluasi
penawaran dilakukan berdasarkan kualitas teknis terbaik dari peserta yang
penawaran biaya terkoreksi lebih kecil atau sama dengan pagu anggaran,
dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.
4. Metode Evaluasi Biaya Terendah, adalah evaluasi pengadaan jasa yang
digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana dan standart. Evaluasi
penawaran dilakukan berdasarkan penawaran biaya terkoreksi terendah dari
konsultan yang nilai penawaran teknisnya diambang batas persyaratan teknis

yang telah ditentukan, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta
biaya.
3.2. PRINSIP-PRINSIP

DAN

ETIKA

DALAM

PENGADAAN

BARANG/JASA

PEMERINTAH
Mengingat belum ada formulasi standar terkait dengan public procurement yang
bias dianut oleh suatu negara maka agar pengadaan barang/jasa mencapai tujuan sesuai
dengan kriteria kinerja yang diharapkan sebagaimana diuraikan diatas dari berbagai sumber
yang ada dapat disarikan prinsip dasar, etika pengadaan dan ketentuan umum sebagai
berikut:
3.2.1. Prinsip Dasar Pengadaan
1. Efisien
Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang
ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil
dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.
2. Efektif
Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah
ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
3. Transparan
Semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas
dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta
oleh masyarakat pada umumnya.
4. Terbuka
Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang jelas.
5. Bersaing
Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara
sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi
persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara

kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme
pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.
6. Adil/tidak diskriminatif
Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan
tidak mengarah untuk member keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
7. Akuntabel
Berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan
Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
3.2.2.Etika Pengadaan
Semua fungsi/pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa wajib mematuhi etika
sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, penuh rasa tanggungjawab, demi kelancaran dan
ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa.
2. Bekerja secara professional dengan menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian, dan menjaga
informasi yang bersifat rahasia.
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan
persaingan tidak sehat, penurunan kualitas proses pengadaan. Dan hasil pekerjaan.
4. Bertanggungjawab terhadap segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kewenangannya.
5. Mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) pihak-pihak yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan.
6. Mencegah terjadinya kebocoran keuangan dan kerugian.
7. Tidak menyalahkan wewenang dan melakukan kegiatan bersama dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain secara langsung atau tidak langsung.
8. Tidak menerima, menawarkan dan atau berjanji akan member hadiah, imbalan, atau berupa
apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan
pengadaan barang/jasa.
9. Pelaksana pengadaan hal berikut akan membantu dalam mencapai tujuan pengadaan,
diantaranya adalah:

a. Memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa dilaksanakan dengan mengikuti
prinsip dasar dan etika pengadaan barang/jasa.
b. Memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa mengikuti pedoman kebijakan dan
prosedur pengadaan barang/jasa dan tidak bertentangan dengan ketentuan lainnya yang
lebih tinggi.
c. Memastikan bahwa pengadaan barang/jasa dilakukan oleh penyedia barang/jasa yang
telah dipeninjauan secara administratif, teknikal dan financial serta dapat
dipertanggungjawabkan dalam hal biaya dan kualitas.
d. Memastikan proses pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara kompetitif dengan tetap
memperhatikan aspek keekonomian dan efisiensi pelaksanaannya.
e. Menggunakan standar kontrak (term dan condition) yang telah ditetapkan.
f. Memastikan pengadaan barang/jasa dilaksanakan sesuai dengan perjanjian
(kontrak/PO) yang disetujui antara pelaksana pengadaan dengan penyedia barang/jasa.
g. Dilarang melakukan pengadaan barang/jasa yang bertentangan dengan ketentuan
hokum dan perundangan-undangan yang berlaku.

BAB IV
KESIMPULAN
Mekanisme pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yaitu melalui swakelola dan/atau
pemilihan penyedia barang/jasa. Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan

diawasi sendiri oleh institusi, dimana dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan oleh PPK,
instansi pemerintah lain atau kelompok masyarakat/LSM penerima hibah.sedangkan untuk
pemilihan penyedia barang/jasa dapat melalui : pelelangan umum, pelelangan sederhana,
penunjukan langsung, kontes/sayembara,pemilihan langsung, pelelangan terbatas, pengadaan
langsung. Dll.
Adapun prinsip-prinsip dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, meliputi: prinsip
efisien, prinsip efektif, prinsip transparan, prinsip terbuka, prinsip bersaing, prinsip adil/tidak
diskriminatif

dan prinsip akuntabel. Sedangkan etika yang harus dipatuhi antara lain :

Melaksanakan tugas secara tertib, penuh rasa tanggungjawab, demi kelancaran dan ketepatan tercapainya
tujuan pengadaan barang/jasa, Bekerja secara professional dengan menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian,
dan menjaga informasi yang bersifat rahasia, Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung yang mengakibatkan persaingan tidak sehat, penurunan kualitas proses pengadaan. Dan hasil
pekerjaan, Bertanggungjawab terhadap segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kewenangannya,
Mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) pihak-pihak yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam proses pengadaan, Mencegah terjadinya kebocoran keuangan dan kerugian,Tidak
menyalahkan wewenang dan melakukan kegiatan bersama dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan,
atau pihak lain secara langsung atau tidak langsung, Tidak menerima, menawarkan dan atau berjanji akan
member hadiah, imbalan, atau berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga
berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Marzuki dan Endah Fitri Susanti. 2012. Buku Pintar Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah. Laskar Aksara, Jakarta

Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2818.
http://id.ahmad.wikia.com/wiki/Pengadaan_Barang/Jasa_Pemerintah/Metode/Cara_Pemilihan_P
engadaan.html