BAB IV - DOCRPIJM 0b9904933b BAB IVBAB 4

  RPIJM Kotamobagu

BAB IV ANALISA SOSIAL, ANALISA EKONOMI DAN ANALISA LINGKUNGAN Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi

  kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya. Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan da n pembangunan berkelanjutan. Peraturan dan perundang

  • – undangan yang berhubungan dengan SAFEGUARD adalah :

   Undang – undang No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.    Undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya 

  

   Undang-undang No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang  

   Keputusan Presiden RI No. 23 tahun 1990 tentang Badan Pengendalian dampak Lingkungan   Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 

  

   Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) No. 056/1994, tanggal 18 Maret 1994 tentang Pedoman Ukuran dampak Lingkungan  

  RPIJM Kotamobagu

   Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.12/MENLH/3/94, tanggal 14 Maret 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemanfaatan lingkungan (UPL) 

    Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.11/MENLH/3/94. tanggal 19

  Maret 1994, tentang jenis usaha atau kegiatan wajib dilengkapi SAFEGUARD 

  

   Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.13/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret 1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi  

  SAFEGUARD

   

   Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.154/MENLH/3/1994, tanggal 19 Maret 1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan SAFEGUARD Keputusan Menteri    Pekerjaan Umum No.17/KPTS/M/2003 tentang Petapan Jenis Usaha dan/atau

  Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.  Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya alam terutama dalam rangka perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daerah, kontrol masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan hal yang penting. Dengan demikian hak dan kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan harus dapat dioptimalkan. Kesalahan dalam pengelolaan dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya alam, termasuk kerusakan hutan lindung, pencemaran udara, hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan konservasi alam, dan sebagainya.

  Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkung an.

  RPIJM Kotamobagu

4.1 ASPEK SOSIAL

  4.1.1 Pengarusutamaan Gender Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa datang.

  4.1.2 Kebutuhan Penangan Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang

  Cipta Karya

  Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali. Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut. Hasil identifikasi aspek social pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

  Prinsip Dasar

  Analisis dampak Lingkungan dan sosial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat dan setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini penting dilaksanakan sebagai bagian dari upaya safeguard lingkungan dan sosial. Analisa dampak lingkungan dan sosial perlu dilakukan terkait dengan isu -isu strategis yang melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain sebagai berikut : a.

   Lapangan Pekerjaan (Temporer)

  Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap pembangunan. Pada tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang

  RPIJM Kotamobagu

  membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan pembangunan. Selain peluang kerja, kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat baik formal maupun informal.

  b.

  Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

  Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan.

  c. Penguatan Organisasi Masyarakat

  Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat.

  d.

  Kearifan Lokal

  Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug- rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demo krasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

  e. Keterbukaan dan Demokrasi

  Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

  f. Transparansi dan Akuntabilitas

  Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana pembangunan).

  RPIJM Kotamobagu g. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

  Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan. Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

h. Konflik Sosial

  Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

i. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya

  Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya - upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan -kegiatan tersebut.

  j. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

  Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya tidak ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal, akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek Re - Kompak menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya,

  RPIJM Kotamobagu

  kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal.

  Pembebasan Lahan/Tanah

  Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam implementasinya akan dilaksanakan pembebasan terhadap lahan/tanah tersebut. Dalam proses pembebasan lahan/tanah tersebut dimungkinkan akan menimbulkan dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

  Tujuan Kegiatan

  Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis dampak sosial terhadap Pelaksanaan Proyek yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga Donor dan Pelaksana Proyek dalam melakukan evaluasi kebijakan selama proyek berjalan. Secara khusus tujuan dari kegiatan ini adalah : a. Mengidentifikasi dampak penting dari rencana kegiatan pembangunan yang berpotensi menjadi sumber dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat.

  Dampak penting yang timbul dapat berupa dampak positif maupun negatif baik langsung maupun tidak langsung.

  b. Mengidentifikasi rona lingkungan sosial terutama yang akan terkena dampak pada saat pembangunan dilaksanakan. Komponen lingkungan sosial yang akan diidentifikasi mencakup demografi, sosial ekonomi, dan budaya masya rakat.

  c. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi terhadap lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif maupun negatif.

  d. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap dampak yang tidak dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar masyarakat mendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.

e. Memantau pel aksanaan pemb angu nan ( unt uk memant au da mpak yang ny ata dan terjadi) maupun strategi mitigasinya (untuk menentukan efektivitasnya).

  Kegunaan Kegiatan Analisis Dampak Sosial

  a. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak bagi pelaksanaan pembangunan dari segi lingkungan sosial ekonomi dan budaya.

  RPIJM Kotamobagu

  b. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam setiap tahapan rencana kegiatan pembangunan.

  c. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sosial.

  Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan pembangunan perumahan dan lingkungan

  RPIJM Kotamobagu

4.2 Aspek Ekonomi

4.2.1 Kemiskinan

  

Kemiskinan absolut (absolute poverty) adalah sejumlah penduduk yang tidak

mampu mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar

(Todaro dan Smith; 2004). Mereka hidup dibawah tingkat pendapatan riil

minimum tertentu atau dibawah garis kemiskinan.

  

Ada tiga indikator mengukur kemiskinan yang diperkenalkan oleh Foster dkk

1984 (dalam Tambunan 2009) yang sering digunakan dalam banyak studi

empiris. Pertama, the incidence of poverty; persentase dari populasi yang hidup

dengan pengeluaran konsumsi perkapita dibawah garis kemiskinan. Kedua the

depth of poverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di suatu wilayah

yang diukur dengan Indeks Jarak Kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan

sebutan Poverty Gap Index. Ketiga, the severity of poverty yang diukur dengan

Indeks Keparahan Kemiskinan

Kemiskinan menjadi salah satu indicator penting untuk mengamati kemajuan

pembangunan, karena masuk sebagai unsur penting dalam tujuan pembangunan.

Kota Kotamobagu selang 3 tahun terakhir memperlihatkan penurunan yang

sangat berarti terhadap jumlah orang miskin. Pada tahun 2009 jumlah orang

miskin masih tercatat sebanyak 11463 orang kemudian menurun pada 2010 dan

2011 menjadi 8.122 orang dan 7.242 orang.

  Aspek Ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek Ekonomi lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya. untuk mewujudkan Kota Kotamobagu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis jasa serta mempertahankan keunikan sebagai kawasan pengembangan pertanian organik serta penghasil beras dan kopi yang memiliki karakteristik kota yang khas berbasis kearifan lokal, didukung oleh ketersediaan infrastruktur perkotaan yang memadai, teknologi informasi dan komunikasi yang modern.

  4.2.2 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  Terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat

  Pengembangan infrastruktur yang baik dan berkelanjutan sangat berpengaruh pada peningkatan ekonomi masyarakat. Kota Kotamobagu merupakan daerah dengan capaian ekonomi yang diatas rata-rata Kabupaten/Kota yang ada di . Sulawesi Utara.

  RPIJM Kotamobagu

4.3 ASPEK LINGKUNGAN

  Prinsip Dasar

  Prinsip AMDAL secara garis besar digambarkan sebagai berikut, semua kegiatan yang diajukan dan atau akan diusulkan harus sesuai dengan prinsip lingkungan serta telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

  a. Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk : (i) AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung kategori dampak proyek dimaksud (lihat daftar kategori, di bawah). Penentuan kategori lingkungan untuk masing-masing proyek mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam kerangka safeguard ini.

  b. AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas proyek. Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus menjadi bagian tak terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan keuangan setiap usulan proyek.

  c. Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak negatif pada lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif tanpa proyek, harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya, proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat dimaksimalkan.

  d. Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan dampaknya tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek konstruksi, harus disertai dengan AMDAL.

  e. Proyek yang mengganggu habitat alam kritis, masyarakat terasing dan rentan (IVP), kawasan lindung, atau merupakan kawasan sengketa. Di samping itu, produksi, atau penggunaan :

    Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau. 

   Asbes, berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan asbes, seperti renovasi bangunan yang menggunakan asbes, akan diterapkan.   Bahan beracun berbahaya (B3). Proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan atau mengangkut bahan-beracun berbahaya (toksik, korosif, atau eksplosif) atau bahan berkategori B3 dalam undang-undang Indonesia, tidak dapat dibiayai.     Pestisida, herbisida, dan insektisida.

   Konstruksi bendungan (dam).

    

   Kekayaan budaya. Proyek yang merusak kekayaan budaya, termasuk barang, struktur fisik dan lokasi yang dianggap sakral atau setidaknya memiliki nilai

  6. Pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air lainnya dengan ≥ 500 liter /detik debit pengambilan Sumber : Permen LH No. 11 Tahun 2006

  Kota Metropolitan dengan luas ≥ 50 Ha 3.

  a. Pembang unan jaringan distribusi dengan luas layanan ≥ 1.500 Ha b. Pembangunan jaringan transmisi, dengan panjang ≥ 25 Km

  Air Bersih di kota besar/metropolitan

  ≥ 10 m

  b. Pembangunan saluran di kota sedang

  ≥ 5 m

  a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan

  4. Drainase Permukiman

  IPLT dan/IPAL dengan luas kolam ≥ 3 Ha b. Pembang unan sistem perpipaan air limbah dengan luas layanan ≥ 500 Ha

  a.

  a. Kota sedang dan kecil dengan luas ≥ 200 Ha b. Kota besar dengan luas ≥ 100 Ha c.

  RPIJM Kotamobagu spiritual, tidak dapat dibiayai.

  2. Pembangunan Perumahan/Permukiman

  b. TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill ≥ 25 Ha c. Pembangunan transfer station dengan kapasitas ≥ 1.000 ton/hari

  

Pembuangan dengan sistem controlled landfill, sanitary landfill dengan

≥ 40 Ha luas landfill

  1. Persampahan a.

  Tabel 5. 1 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup untuk Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya No. Jenis Rencana Usaha/Kegiatan Besaran

  seperti: pengajuan usulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian proyek tiap proyek atau kegiatan yang diusulkan dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari 3 kategori berikut. Kategorisasi serupa berdasarkan peraturan - perundangan Nasional juga dicantumkan dalam table 5.1.

  Kategori Proyek Safeguard lingkungan ini berlaku pada semua tahap pengembangan proyek,

  f. Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak te rmasuk proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek dimaksud dapat diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.

   

  • lebar
  • atau panjang ≥ 10 km
  • lebar
  • atau panjang ≥ 15 km 5.

  RPIJM Kotamobagu Tabel 5. 2 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL-UPL untuk Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

  1. Persampahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Perubahan bentang alam dengan system control ladfill dan bentuk lahan, pengaruh Gangguan kesehatan, estetika, atau sanitary landfill penggunaan teknologinya bau, asap pembakaran, emisi bio

  a. terhadap lingkungan fisik - gas (H2S, Nox, Sox, Cox, dioxin), Luas <10 Ha kimia dan sosial ekonomi pencemaran air tanah maupun air budaya, introduksi jenis permukaan

  Kapasitas <10.000 ton hewan TPA di daerah pasang surut b. Luas <5 Ha Ke dalam proses Kapasitas

  <5.000 ton pembusukan, keculai untuk Leachate (air lindi), gangguan c.

  Pembangunan Transfer Station <1.000 ton/hari lokasi yang berada di cacing, gangguan lalat, keluhan (kapasitas operasional) bantaran sungai, tidak penduduk sekitar terhadap dibangun di sekitar keberadaan tempat pembuangan

  d. Pembangunan incenerator Semua Ukuran sungai/berbatasan langsung sampah di sekitar, dll e. Bangunan Komposting dan daur > 4 ton/hari, >500 m2 dengan sungai ulang (kapasitas sampah baku)

2. Pembangunan Perumahan dan Permukiman

  2 Ha s/d 25 Ha Perubahan bentang alam Perubahan tata guna lahan skala kawasan, perubahan daya dan bentuk lahan, dukung dan tingkat pelayanan eksploitasi dan kota, bangkitan LHR, bangkitan pemanfaatan sumber daya

  b. Kota Besar (luas)

  a. Kota Metropolitan (luas)

  2 Ha s/d 100 Ha ekonomi dan budaya masyarakat sekitar

  3. Peremajaan Perumahan dan Permukiman

  a. Kota Metropolitan & Besar ≥ 1 Ha Perubahan kepadatan penduduk, Perubahan bentuk lahan, perubahan tingkat pelayanan prasarana & sarana kota, pengaruhnya terhadap

  b. Kota Sedang ≥ 2 Ha perubahan kondisi sosial lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dan pelestarian ekonomi dan budaya, kehilangan Revitalisasi Kawasan bangunan bersejarah atau cagar budaya peningkatan nilai asset bangunan

  c. (Memfungsikan kembali ≥ 1 Ha bersejarah kawasan)

  4. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) a.

  IPLT < 2 Ha Perubahan bentuk lahan, Gangguan kesehatan, estetika, pengaruh proses teknologi bau, pembahan kualitas air tanah terhadap lingkungan fisik, maupun air permukaan sekitar b.

  IPAL < 3 Ha kimiawi, biologi, sosial, PILT/IPAL, pembahan pola mata ekonomi dan budaya pencaharian masyarakat sekitar

  2 Ha s/d 50 Ha sampah dan limbah, perubahan alam yang menimbulkan tingkat konsumsi air bersih, pemborosan dan perubahan koefisien KDB & KLB, kemerosotan, pengaruhnya terhadap lingkungan fisik - perubahan volume run - off, perubahan kawasan resapan air, kimiawi, biologi, sosial kesenjangan sosial dengan c. Kota Sedang, Kecil (luas) Pengambilan air tanah dalam > 5 liter/det dan < 50 kerusakan sumber daya >5 liter/det s/d <50 liter/det e. alam, ekologi waduk (khususnya di P. Jawa dan pulau - (debit) liter/det pulau kecil lainnya)

  Pengolahan Lengkap (debit) yang pemanfaatannya berpotensi menimbulkan *) Skala besaran wajib UKL/UPL pemborosan maupun untuk pengambilan dari mata air

  Pembangunan Salurang di Kota > 5 Km sekunder dan tertier di kota Kecil (panjang) sedang kemungkinan melewati pemukiman padat

  Pembangunan Instalasi lingkungan sosial budaya, tanah yang berlebihan, intrusi air d. Pengolahan Air dengan > 50 liter/det eksploitasi sumber daya air asin, perubahan kualitas air

  50 liter/det s/d 250 perubahan pasokan air, danau dan sumber air lainnya liter/det fisik kimiawi, proses dan penurunan muka tanah (land (debit) hasilnya mempengaruhi subsident) akibat penyedotan air

  2 Km s/d < 10 Km konsumen air bersih, konflik transmisi (panjang) Penerapan teknologinya pemakaian sumber daya air, Pengambilan air baku dan sungai, mempengaruhi lingkungan c.

  a. Pembangunan jaringan distribusi 100 Ha s/d < 500 Ha Gangguan lalu lintas, (luas layanan) kecemburuan sosial antar Pembangunan jaringan pipa b.

  8. Air Bersih Perkotaan

  7. Pembangunan Bangunan Gedung Gangguan lalu lintas, kebisingan, kesehatan, getaran, gangguan Perubahan bentuk lahan, genangan lokal (dewatering), proses teknologinya gangguan cahaya, kebakaran, mempengaruhi lingkungan bangkitan LHR, air limbah, fisik - kimia, hasilnya sampah, peningkatan kebutuhan (luas lantai) < 10.000 m2 mempengaruhi lingkungan pelayanan prasarana dan sarana sosial, ekonomi, budaya, perkotaan (air bersih, air limbah, flora fauna, perubahan jalan akses, drainase, area intensitas bangunan gedung parkir), perubahan KDB, KLB, terhadap lingkungan peningkatan kaki lima (PKL), peningkatan emisi gas, bahan yang bersifat ozon

  2 Km - 10 Km *) (panjang) lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

  RPIJM Kotamobagu Lanjutan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

  b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang penerapan teknologinya atau kompensasi pembebasan mempengaruhi lingkungan lahan, perubahan kualitas air di Drainase Utama (panjang) < 10 Km fisik - kimiawi, proses dan bagian hilir saluran. hasilnya mempengaruhi Drainase Sekunder dan Tertier

  1 Km - 5 Km prasarana dan sarana umum, (panjang) Perubahan bentang alam ketidakpuasan atas nilai dan bentuk lahan, kompensasi kerusakan property

  a. Pembangunan saluran di Kota Besar & Metropolitan Drainase Utama (panjang) < 5 Km Gangguan lalu lintas, kerusakan Drainase Sekunder dan Tertier

  6. Drainase Permukiman Perkotaan

  < 500 Ha prasarana dan sarana umum, layanan) fisik - kimiawi, proses dan ketidakpuasan atas nilai hasil kegiatannya kompensasi mempengaruhi lingkungan

  5. Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah (Sewerage) Penerapan teknologinya Gangguan lalu lintas, kerusakan Kota besar/metropolitan (luas mempengaruhi lingkungan

  • ) Pembangunan drainase c.
  • ) Sepanjang belum diatur oleh instansi yang berwenang

  RPIJM Kotamobagu

Lanjutan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta

Karya

  No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimb angan Alasan Ilmiah Khusus 9.

  Pembangunan Kawasan Terpadu :Pembangunan meliputi Permukiman, perkantoran, pendidikan, olahraga, kesehatam, tempat ibadah, pusat perdagangan dan perbelanjaan Gangguan lalu lintas, kebisingan, Lua s Lahan

  5 Ha Peruba ha n bentuk lahan, getaran, genanga n lokal, penera pa n teknolog inya bangkit a n LHR, sampa h, air mempengaruhi lingkungan limbah, peningkatan kebutuhan fisik - kimia, biologi, proses pelaya na n prasara na dan sarana da n hasilnya perkotaan (air bersih, sanitasi, Lua s Lantai Bangunan < 10.000 m2 mempengaruhi lingkungan sampah, drainase, areal parkir), sosial, ekonomi dan budaya peruba ha n KLB, KDB, peningkatan PKL

  10. Pemba ngunan Ka wasan Permukiman untuk Pemindahan Penduduk dan a tau Permukiman Kembali Peruba han ta ta guna lahan kawasa n, ketida kpuas a n atas pemberian kompensasi penggantian dan bangunan, a da ptasi dengan penduduk a.

  Juml ah penduduk yang

  50 KK - 200 KK Peruba ha n bentang alam sekita r, peruba ha n ekosistem di pindahkan da n bentuk l ahan, ka wasan, perubahan daya eksploita si sumber daya dukung kawasan (lahan, sumber alam, proses dan hasilnya daya air, pertanian, kehutanan, mempengaruhi lingkungan perkebuna n, dll), peruba ha n sosial ekonom i, buda ya , koefisien run off, peruba ha n penera pa n teknolog inya KDB, KLB mempengaruhi lingkungan fi s ik - ki mia - biologi, Catatan : *) ke dalam kegiatan ini mempengaruhi pelestarian terma suk kawasan ya ng kawasan konservasi sumber dipersiapkan untuk menampung da ya alam pengungs i dan memukimka n

b. Lua s Lahan Kawasan

  2 Ha - 100 Ha kembali, penduduk yang di pindahkan a kibat pembangunan proyek misalnya waduk, jalan, bencana alam dan bencana s osial, dll Sumber : Keputusan Menteri Permukima n dan Prasarana Wilayah, Nomor : 17/KPTS/M/ 2003, Tanggal : 3 Februari 2003

  Keterangan : 1.

  Semua kegiatan yang memerlukan disposal area dan/atau borrow area dengan luas > 1 Ha (kawasan perkotaan) dan/atau > 5 Ha (kawasa n perdesaa n), memerluka n UKL/UPL

  2. Klasifikasi kota menurut sumber dari National Urban Development Strategic (NUDS) : a . Kota Metropolitan Populasi >1.000.000 ji wa b. Kota Besar Populasi 500.000 - 1.000.000 ji wa

  c. Kota Sedang Populasi 200.000 - 500.000 ji wa

  d. Kota Keci l Populasi 20.000 - 200.000 ji wa

  e. Kota Keca matan Populasi 3.000 - 20.000 ji wa

  RPIJM Kotamobagu Pengadaan Lahan/Tanah

  Pengadaan tanah dan pemukiman kembali terpicu jika suatu proyek yang akan didanai berlokasi pada tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh usaha privat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tan ah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak negatif akibat pengadaan tanah ini. Prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus dilakukan secara :

  a. Transparan: Proyek dan kegiatannya yang terkait harus diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak.

  Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya) yang akan terkena; b. Partisipatif: Warga yang mungkin perlu dipindahkan (Displaced People - DP) harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi, dan lokasi pemukiman kembali; c. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga yang terkena dampak. Warga dimaksud memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi yang memadai, seperti tanah alternatif dan/atau uang kompensasi yang sama dengan harga pasar tanah dan aset. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh Pemrakarsa. Warga yang terkena harus diberi kesempatan untuk membahas secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah kompensasi dan/atau pemukiman kembali; d. Terdapat sejumlah cara untuk menghitung kompensasi: i). tanah, berdasarkan nilai pasar setempat yang mempunyai nilai ekonomi atau keuntungan lokasional yang sama, yang berlaku pada saat pembayaran ganti rugi; ii). bangunan, berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi/kualitas bangunan yang sama; iii). tanaman, sesuai dengan harga pasar, ditambah perhitungan atas kerugian non-material; dan iv). aset lain, diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh aset yang sama.

  e. Pihak-pihak terkena yang dimaksud di sini dapat termasuk orang, badan hukum, atau lembaga yang, karena implementasi proyek, terkena dampak dalam bentuk seperti: a). faktor fisik, berupa tanah, bangunan, tanaman, atau aset lainnya; dan b). faktor non-fisik, berupa manfaat lokasional, akses

  RPIJM Kotamobagu

  ke tempat kerja, infrastruktur, dan sebagainya. Berdasarkan alas haknya, kategori spesifik warga atau pihak yang terkena adalah sebagai berikut: i).pemilik

  • – orang yang memiliki hak atas tanah, termasuk masyarakat adat pemegang hak ulayat; ii). penyewa - orang atau pihak yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian atau kesepakatan tertentu dengan pemilik tanah; iii). penggarap
  • – orang atau pihak yang menguasai tanah secara fisik tanpa alas hak, atau perjanjian dengan pemilik tanah; dan iv). na
  • – orang atau pihak yang mengelola tanah wakaf.

  f. Warga atau pihak yang terkena perlu menyepakati suatu nilai kompensasi tertentu, atau jika dapat diterima, secara sukarela menyumbangkan sebagian tanah dan asetnya kepada proyek. Pertemuan dan diskusi di kalangan warga atau pihak yang terkena, difasilitasi oleh Forum Stakeholders, akan diatur untuk menjamin bahwa warga atau pihak tersebut dapat mengambil keputusan secara independen.

  g. Pemberian secara sukarela hanya dapat dipertimbangkan jika warga yang terkena mendapatkan manfaat langsung yang jauh melebihi harga tanah (dibuktikan dengan perhitungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak), sama dengan atau kurang dari 10% dari luas tanah tersebut, dan dikuatkan oleh surat persetujuan yang ditandatangani oleh warga dimaksud setelah mereka melakukan pembicaraan terpisah seperti dimaksud pada butir F di atas dan mendapatkan penjelasan atas hak-hak mereka. Tim Pemantau

  

Safeguard harus memastikan bahwa tidak ada paksaan atas warga tersebut

  untuk memberikan tanahnya secara sukarela. Persetujuan ini harus didokumentasikan dalam dokumen resmi (legal).

  h. Proyek harus sudah memiliki batas-batas (alignment) tanah yang dibutuhkan, jumlah warga yang harus dipindahkan, informasi umum tentang pendapatan dan mata pencaharian warga tersebut, dan harga pasar tanah yang berlaku, yang diajukan oleh Pemrakarsa dan didukung oleh formulir NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), sebelum pengadaan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali) dilaksanakan.

  Apabila ada konflik atau inkonsistensi antara peraturan-perundangan yang berlaku di Indonesia dan prinsip atau prosedur yang ditetapkan dalam kerangka pengadaan tanah ini, maka Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Pemerintah Kota/Kabupaten peserta USDRP, akan mengabaikan peraturan -

  • Proyek harus disosialisasikan dan dikonsultasikan dengan pihak yang berkepentingan, khususnya warga yang dipindahkan.
  • Sosialisasi dan konsultasi harus meliputi: informasi menyeluruh mengenai ukuran, isi, rencana pelaksanaan, keuntungan dan risiko, serta dampak negatif yang mungkin terjadi akibat proyek yang diusulkan.
  • Warga yang dipindahkan harus memahami hak-haknya, memiliki cukup waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dan mengambil keputusan secara independen.
  • Setiap keputusan dan rencana safeguard harus diinformasikan secara luas kepada orang-orang yang dipindahkan.

  Prinsip: kompensasi merupakan biaya penggantian nyata yang memungkinkan

  immaterial 

  

Tanaman: sesuai harga pasar, ditambah dengan perhitungan atas kerugian

  

  bangunan yang sama; 

  

Bangunan: berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi / kualitas

  

  warga yang terkena proyek dapat membeli lahan, bangunan,atau aset lainnya sesuai dengan besaran dan kualitas yang dimiliki sebelumnya. Contoh cara menghitung :  Lahan: berdasarkan nilai pasar setempat, untuk nilai dan keuntungan lokasi yang sama, yang berlaku saat pembayaran ganti rugi; 

    Nadzir, bagi lahan wakaf  Cara menghitung kompensasi :

  RPIJM Kotamobagu

  ijin pemilik lahan; 

  

Penggarap-menguasai lahan secara fisik tanpa alas hak, dengan atau tanpa

   

   Penyewa-menguasai lahan berdasarkan perjanjian dengan pemilik lahan;

   

  Yang berhak menerima santunan :  Pemilik-pemegang hak atas lahan, termasuk lahan ulayat (masyarakat adat), bangunan, tanaman, atau aset lainnya;

  perundangan tersebut sejauh diperlukan, sehingga implementasi kerangka ini dapat berlangsung efektif :

    Aset lain: diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan  memperhitungkan biaya untuk memperoleh aset yang sama Pengaduan /klaim :

  RPIJM Kotamobagu

  Keluhan atau pengaduan berkenaan dengan pelaksanaan pengadaan lahan disampaikan ke :  Pemda, sebagai Pemrakarsa    Forum Stakeholders  

  Tim Pengawas Safeguards

    Materi yang tertuang dalam dokumen AMDAL/UKL/UPL :

  Identitas Pemrakarsa: nama lembaga, nama penanggungjawab rencana kegiatan, dan alamat kantor.

  a. Rencana Kegiatan : nama, lokasi, skala kegiatan, garis besar komponen

  rencana kegiatan (Prakonstruksi, konstruksi, dan operasi) b.

   Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi: kegiatan yang menjadi sumber

  dampak, jenis, dan besaran dampak c.

   Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan: langkah-langkah

  untuk mencegah dan mengelola dampak, termasuk untuk menanggulangi keadaan darurat; Kegiatan pemantauan, tolok ukur untuk menilai efektivitas pengelolaan lingkungan.

  d. Tanda Tangan dan Cap: menyatakan komitmen Pemrakarsa untuk melaksanakan UKL/UPL tersebut. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

  Tahap selanjutnya setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No.9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim

  RPIJM Kotamobagu

  Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.

  Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

  a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya.

  b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan.

  c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

  d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

  2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada.

  Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain:

  a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

  b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

  RPIJM Kotamobagu

  3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

  AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu: 1. Proyek wajib AMDAL 2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL -UPL tapi SPPLH

Tabel 5.3 Identifikasi Isu Pembangunan NO PENGELOMPOKAN ISU-ISU PEMBANGUNAN PENJELASAN SINGKAT

  BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA (1) (2) (3)

  4.1 Sosial

  1. Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah Pencemaran mengakibatkan penyakit berkembangnya penyakit dan yang sering dialami adalah disentri disebabkan karena pencamaran air

  4.2 Ekonomi

  1. Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan Banyaknya penggangguran lingkungan sehingga alternative mencari nafkah dengan penebangan pohon secara liar, pertambangan liar, ect

  2. Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan Dapak yang positive karena infrastruktur permukiman pembangunan infrastruktur banyak memberikan manfaat kepada peningkatan pendapatan masyarakat dengan adanya access jalan dan fasilitas pendukung lainnya

  4.3 Lingkungan

  1. Kecukupan air baku untuk air minum Sampai saat ini Kotamobagu masih memiliki cadangan airbaku yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat

  2. Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang Belum ada tidak berfungsi maksimal

  3. Dampak kumuh terhadap kualitas lingkungan Sangat berdampak buruk, karena lingkungan yang kumuh adalah sumber penyakit

  RPIJM Kotamobagu

  4. Dampak perubahan iklim terhadap kawasan permukiman dan upaya mitigasi dan adaptasi yang telah dilakukan

  RPIJM Kotamobagu