BAB I PENDAHULUAN - Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Sebagai mahkluk sosial manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya melalui sebuah perkumpulan. Perkumpulan ini digunakan sebagai wadah ataupun tempat di mana mereka saling berbagi dalam aspek kehidupan tertentu. Artinya tidak seluruh aspek kehidupan diceritakan di dalam perkumpulan, sebab ada saja hal-hal yang menyangkut aspek kehidupan yang menurut masing-masing individu tidak perlu diceritakan kepada orang lain ataupun hal-hal yang bersifat pribadi.

  Bentuk perkumpulan yang dilakukan di dalam kelompok masyarakat biasanya tergantung kepada kategori persamaan-persamaan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Hal ini mengartikan bahwa setiap individu biasanya membentuk sebuah perkumpulan karena memiliki persamaan-persamaan, misalnya persamaan gender pada ibu-ibu judi di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa terbentuknya judi pada ibu-ibu yang terjadi di tempat ini diakibatkan karena persamaan gender. Bukti tersebut adalah bukti yang bersifat nyata, namun ada hal-hal yang terselebung di balik bukti nyata tersebut, yaitu faktor- faktor yang menyebabkan terbentuknya judi pada ibu-ibu tersebut dan bagaimana tanggapan orang di sekitar mereka termasuk keluarga dekatnya.

  Judi adalah sebuah bentuk permainan yang banyak digemari serta diminati oleh kalangan masyarakat luas, baik itu di kalangan laki-laki maupun di kalangan perempuan, di kalangan anak-anak, remaja, dan dewasa. Perjudian sudah ada dari sejak jaman dulu dan ini dilakukan hampir oleh seluruh umat manusia, mulai dari orang-orang di Eskimo sampai dengan suku yang paling terpencil di Afrika. Pada abad ke-14, permainan kartu mulai memasuki Eropa, dibawa oleh para pedagang yang datang dari Tiongkok. Kartu pertama yang dibuat di Eropa berasal dari Italia yang terdiri dari 78 gambar hasil lukisan, karena belum adanya mesin cetak. Pada abad XI, Perancis mengurangi jumlah kartu menjadi 56 itulah sejarah dari kartu remi

  1 yang kita kenal sekarang ini .

  Judi bisa dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam jenis judi yaitu :

  2

  1. “Undian” yaitu dalam bentuk Lotere, Loto, Porkas , Togel dan sebagainya dimana mereka hanya memilih nomor tertentu. Judi ini adalah judi masal dimana bisa diikuti oleh jutaan orang dimanapun mereka berada.

  1 2 Sumber: (http:/www.google/sejarah judi.co.id, akses 16 Februari 2012).

  

Porkas berasal dari kata forecast, lengkapnya Kupon Berhadiah Porkas Sepak Bola. Akhir 1985,

Porkas ini diresmikan, diedarkan, dan dijual dengan maksud untuk menghimpun dana masyarakat untuk menunjang pembinaan dan pengembangan prestasi olahraga Indonesia. Dua tahun kemudian, Porkas berubah nama menjadi Kupon Sumbangan Olahraga Berhadiah (KSOB), yang terdiri dari dua macam kupon: berisi tebakan sepak bola. SOB tidak lagi meneak menang-seri-kalah (M-K-S) seperti pada Porkas, tetapi juga skor pertandingan, bahkan skor babak pertama dan babak kedua. Kupon SOB kedua berisi tebakan sepak bola dan tebakan huruf (Sumber: http:/www.google search judi porkas.co.id, akses 7 Mei 2012).

  2. “Taruhan” untuk judi ini biasanya dikaitkan dengan analisa maupun pengetahuan dari sipenjudi; misalnya Balapan Kuda, Anjing, Sambung Ayam, Boksen maupun Sepak Bola

  3. Judi antar sesama penjudi lainnya, seperti permainan Domino, Poker, Dadu dan lain-lainnya.

  4. Judi antar manusia dan mesin, misalnya main Jackpot, Mikey Mouse, Dingdong,

3 Pachinko maupun permainan komputer lainnya.

  Ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi, yaitu adanya unsur :

  1. Permainan/ perlombaan.

  Perbuatan yang dilakukan biasanya berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif. Namun disini para pelaku tidak harus terlibat dalam permainan. Karena boleh jadi mereka adalah penonton/ atau orang yang ikut bertaruh terhadap jalannya sebuah permainan atau perlombaan.

3 Pachinko adalah permainan judi dimana cara kerjanya mirip dengan permainan pinball atau jackpot.

  Namun sedikit berbeda dengan permainan pinball dimana pemain selalu berusaha keras agar bola tidak jatuh masuk lobang namun sebalinya dalam pachinko berlaku sebaliknya yaitu berusaha memasukkan sebanyak mungkin bola kelobangnya. Jadi kemenangan sangat ditentukan oleh “keterampilan atau ketangkasan”memasukkan bola ketempatnya serta kemampuan menebak gambar game animasi yang ditampilkan untuk kemenangan berikutnya. (Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Pachinco, akses 7 Mei 2012).

  2. Untung-untungan.

  Artinya untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsur spekulatif/ kebetulan atau untung-untungan. Atau faktor kemenangan yang diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih.

  3. Ada taruhan.

  Dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan yang dipasang oleh para pihak pemain atau bandar. Baik dalam bentuk uang ataupun harta benda lainnya.

  Bahkan kadang istripun bisa dijadikan taruhan. Akibat adanya taruhan maka tentu saja ada pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan apakah sebuah perbuatan dapat disebut sebagai

  4 judi atau bukan .

  Dalam tulisan Geertz tentang sabung ayam atau adu ayam pada masyarakat Bali. Kita akan menemukan banyak hal menarik tentang sabung ayam yang dikaitkan dan terkait dengan struktur sosial dan kehidupan masyarakat Bali sehari-hari, khususnya kaum pria. Sabung ayam bagi masyarakat Bali telah merupakan bagian dari gaya hidup mereka (The Balinese Way of Life). Sabung ayam biasanya diadakan di salah satu sudut Desa yang jarang dilewati oleh orang banyak dan tempatnya 4 dirahasiakan oleh masyarakat sekitar. Arena sabung ayam mewakili Bali atau identik

  Sumber: (pengertian judi http://www.google.co.id/search?client=firefox , akses 16 Februari 2012) dengan Bali, sama seperti Amerika yang identik dengan permainan bola basket. Pada arena adu ayam yang terlihat bertaruh adalah ayam, tetapi ayam-ayam tersebut merupakan perwakilan dari kaum pria di Bali. Bagi kaum laki-laki kalah dan menang dalam permainan adu ayam ditentukan oleh prestise atau harga diri kaum laki-laki tersebut, jadi bagi kaum laki-laki yang ayamnya yang kalah dalam adu ayam tersebut membuat harga diri mereka rendah atau memalukan.

  Oleh karena permainan sabung ayam digunakan juga sebagai tempat bertaruh, yang berarti permainan tersebut merupakan salah satu bentuk perjudian, maka pada zaman penjajahan Belanda permainan ini dilarang oleh pemerintah Belanda (kecuali ada ijin untuk mengadakannya khusus dalam rangka upacara adat). Oleh karena itu pemerintah melarang keras yang namanya bentuk perjudian, pemerintah menganggap perjudian identik dengan bentuk kejahatan yang mengganggu ketertiban umum. Jadi barang siapa melakukan segala bentuk-bentuk perjudiaan para pelakunya akan

  5 dikenakan sanksi .

  Ada beberapa jenis perjudian yang dilarang maupun yang tidak dilarang oleh pemerintah. Perjudian yang dilarang oleh pemerintah adalah perjudian dalam bentuk Togel, Tajen (sabung ayam), Judi Online, Undian, Lotere, Loto, Porkas, main Jackpot, Kartu remi, dan lain-lainnya. Sedangkan perjudian yang tidak dilarang oleh

5 Sumber: Mariana Anggraeni, “Hakikat dan fungsi sabung ayam pada masyarakat Bali,” (Skripsi Sarjana, FIB UI, Jakarta, 2009), hal. 2.

  6

  pemerintah adalah bentuk perjudian Gelper , Taruhan bola, permainan Domino, Poker, Dadu, dan lainnya. Sebenarnya pada tahun 1981 perjudian sudah dilarang oleh pemerintah dengan dibuatnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1981 tentang pelaksanaan Undang-Undang 7 tahun 1974 penertiban perjudian dengan menimbang: a. Bahwa penertiban perjudian sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 54, tambahan lembaran Negara Nomor 3040) dimaksudkan untuk membatasi perjudian sampai lingkungan sekecil-kecilnya untuk akhirnya menuju kepenghapusan sama sekali dari seluruh Wilayah Indonesia; b. Bahwa berdasarkan perkembangan keadaan pada saat sekarang ini dipandang sudah tiba waktunya untuk mengupayakan penghapusan segala bentuk dan jenis perjudian di seluruh Wilayah Indonesia;

  c. Bahwa untuk maksud tersebut dan dalam rangka mengatur tentang 75 pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dipandang perlu untuk melarang pemberian izin penyelenggaraan

  7 perjudian dalam suatu Peraturan Pemerintah .

6 Judi Gelper yang merupakan perjudian jenis permainan bola ketangkasan dimana dalam permainan

  ini dibutuhkan ketangkasan dalam menebak permainan ini. (Sumber: 7 http://www.jog/eco.id/url?sa=f&ct=j&q=judi%20gelper&source=web&cd=3&ved , akses 7Mei 2012) Sumber: ( http://www . Undang-undang penetiban perjudian.co.id, akses 16 Februari 2012)

  Walaupun pemerintah sudah membuat Undang-Undang mengenai penertiban perjudian ini tetapi masih banyak masyarakat luas yang nekat melakukan perjudian.

  Seperti kasus yang terjadi di Manado yaitu: “Lima(5) perempuan ditangkap polisi saat mereka asik bermain judi.

  Kelima perempuan ini ditangkap dirumah salah satu teman mereka yang ikut dalam permainan judi tersebut, dimana rumah ini merupakan satu-satunya tempat mereka berjudi (tutur masyarakat sekitar), polisi menduga mereka bermain judi kartu remi dimana taruhan permainannya sebanyak Rp.500. Per gamenya Total taruhan di meja judi sebanyak Rp 2500. Adapun dalam permainan itu, jika seorang pemain menarik kartu jenis joker, maka pemain lain wajib menyetor Rp 500. Alasan mereka bermain judi dikarenakan keuangannya menipis karena sering kalah dalam permainan, setelah mereka tertangkap polisi mereka pun mengaku menyesal telah bermain judi dan meraka malu melihat keluarga dan tetangga

  8 meraka” .

  Adapun kasus lainnya mengenai perjudian ibu-ibu yaitu:

  “Berjudi, 5 Perempuan Ditangkap” Lima perempuan sedang asyik bermain judi joker ditangkap Tim Anti Judi Satuan Reskrim Polres Tebing Tinggi. Tida dari empat penjudi meloloskan diri dan masih dalam pengejaran petugas, petugas langsung menggelandang tersangka Nur (59 tahun) warga BTN Kampung Lalang Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi ke Malpolres Tebing Tinggi guna proses lanjut. Tiga tersangka lainnya yang meloloskan diri adalah Sus, ibu Keling, dan Tut ketiganya adalah warga Jalan Bah Bolon kelurahan Durian Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi. Penggerebekan dilakukan petugas tima anti judi Satreskrim Polres Tebing Tinggi setelah adanya laporan warga. Awalnya, informasi dari warga itu menyebutkan di rumah salah satu seorang warga, Bul, dilokasi acap kali terjadi permainan judi. Mendapatkan laporan itu, tim Polres turun kelokasi untuk melakukan penyelidikan sekaligus penggerebekan. Dalam penggerebekan itu, dua tersangka Nur dan Muh ditangkap berikut barang bukti dua set kartu joker serta uang Rp. 75.000. “Aku hanya iseng mengikuti permainan judi kartu joker ini

8 Sumber: http://www . google.co.id/search lima perempuan tertangkap polisi saat bermain judi

  (Trimbunnews 28/4/2011, akses 24 Maret 2012)

  karena tensi darah aku lagi naik. Untuk menurunkannya, aku nekat

  9 mengikuti permainan judi ini,” imbuh Nur.

  Selain yang ada dalam kasus tersebut ibu-ibu di Desa Seibelutu Kecamatan Sei Bamban masih banyak yang melakukan perjudian yaitu perjudian dalam bentuk permainan Kartu Remi. Adanya judi pada ibu-ibu mengartikan bahwa pergeseran perilaku dalam aspek gender. Hal ini menggambarkan bahwa judi yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki, kini juga dilakukan oleh perempuan.

  Adapun bentuk perilaku ada 2 macam, yaitu: 1. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode kelompok sosial.

  Moral berasal dari kata “mores”, yang berarti tatacara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral, peraturan perilaku yang menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menetukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Jika masyarakat tersebut berperilaku atau bertindak sesuai dengan kode kelompok sosial tersebut maka masyarakat yang berada dalam lingkungan tersebut menjadikan masyarakat yang aman dan tentram.

  2. Perilaku tak bermoral adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. Perilaku demikian disebabkan karena bukan ketidakpeduliannya masyarakat akan harapan sosial melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyusaikan diri, artinya masyarakat tersebut tidak bisa menerima ataupun mengikuti serta mematuhi aturan-aturan yang dibuat oleh 9 pemerintah yang ada pada lingkungan masyarakat tersebut. Dengan demikian

  Sumber: Harian Analisa Sumatera Utara,hal 20 kamis 29 Maret 2012 terjadilah perilaku masyarakat yang tak bermoral yang membuat lingkungan masyarakat tersebut tidak aman dan banyak masyarakat yang melakukan tindakan kejahatan yang merugikan dirinya sendiri dan lingkungan tersebut contohnya: seperti adanya perjudian.

  Adanya perubahan perilaku tersebut membuat citra dan fungsi perempuan sekarang berbeda jauh dengan peran dan fungsi perempuan tradisional dahulu. Peran dan fungsi perempuan dahulu memiliki perilaku yang sopan, dan bersikap semestinya perempuan seperti berada dirumah memasak dan mengurus rumah, anak serta suami.

  Namun, berbeda untuk sekarang peran perempuan sudah menduduki peran yang sangat luas, termasuk yang tidak menurut adat biarpun mereka tidak sadari.

  Perempuan di jaman sekarang sudah memiliki hak dan kuasa yang sama dengan kaum laki-laki yaitu mereka sama-sama bekerja dalam mencari uang untuk membiayai kehidupan keluarga. Terkadang perempuan yang bekerja sedangkan laki- laki berada di rumah mengurus rumah dan anak. Dengan adanya banyak peran dan tuntutan yang banyak terhadap keluarga, perempuan tersebut menghadapi tekanan jiwa dan mengalami ketegangan sehingga dengan menghilangkan rasa stress mereka berbuat yang tidak sesuai dengan adat atau jauh dari kebudayaan mereka yang dahulu yaitu melakukan perjudian.

  Hal tersebut lah yang membuat saya tertarik dalam penelitian ini, yaitu mengapa masih ada bentuk perjudian yang dilakukan oleh masyarakat khususnya ibu- ibu yang ada di Desa Sei Belutu walaupun sudah ada Undang-Undang tentang penertiban perjudian yang dibuat oleh pemerintah serta bagaimana tanggapan orang disekitar mereka tentang perilaku tersebut.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

  1. Apa yang menjadi alasan ibu-ibu tersebut bermain judi?

  2. Bagaimana sikap/ tindakan orang terdekat mereka tentang perilaku judi tersebut?

  1.3. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Lokasi ini dipilih karena di desa tersebut ada sekelompok ibu-ibu yang gemar dalam bermain judi seperti permainan dalam bentuk Kartu Remi.

  1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam bagaimana perilaku ibu-ibu tersebut dalam bermain judi khususnya permainan judi kartu remi yang berada di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban, mengkaji lebih dalam lagi apa itu permainan judi bagi ibu-ibu tersebut dan kenapa harus permaian judi ini yang dilakukan oleh ibu-ibu tersebut dalam mencari kesenangan dihidup mereka.

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara praktis ataupun teoritis. Manfaat secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tentang permainan judi dan memberi masukan bagi mahasiswa antropologi dan instansi yang terkait untuk dapat memperhatikan masalah judi pada kaum wanita khususnya ibu-ibu. Sedangkan manfaat akademisnya adalah untuk menambah wawasan pengetahuan tentang permainan judi serta menambah bahan bacaan dan studi kepustakaan bagi ilmu-ilmu pendidikan yang bersangkutan dengan penelitian ini.

1.5. Tinjauan Pustaka

  Permainan merupakan pertunjukan atau tontonan, sementara itu menurut beberapa ahli yang dapat disebut dengan permainan adalah:

  1. Suatu kegiatan membebaskan diri dari kelebihan daya hidup

  2. Dalam permainan mahluk hidup tunduk pada suatu hasrat meniru

  3. Ia memuaskan akan suatu hiburan

  4. Ia melakukan suatu latihan persiapan bagi kegiatan yang serius, yang nantinya akan dituntut dirinya dalam kehidupannya

  5. Permainan itu dimaksudkan sebagai latihan untuk menguasai diri

  6. Hasrat untuk berkuasa

  7. Hasrat untuk bersaing

  8. Permainan sebagai suatu upaya yang tidak berbahaya untuk menyalurkan naluri-naluri merugikan.

  Menurut Cohan perjudian sudah ada sejak jaman prasejarah. Perjudiaan bahkan seringkali dianggap seusia dengan peradaban manusia. Dalam cerita Mahabarata dapat diketahui bahwa Pandawa menjadi kehilangan kerajaan dan dibuang ke hutan selama 13 tahun karena kalah dalam permainan judi melawan Kurawa. Para penjudi primitif adalah para dukun yang membuat ramalan ke masa depan dengan menggunakan batu, tongkat atau tulang hewan yang dilempar ke udara dan jatuh di tanah. Biasanya yang diramal pada masa itu adalah nasib seseorang pada masa mendatang. Pada saat itu nasib tersebut ditentukan oleh posisi jatuhnya batu, tongkat atau tulang ketika mendarat di tanah. Dalam perkembangan selanjutnya posisi mendarat tersebut dianggap sebagai suatu yang menarik untuk

  10

  dipertaruhkan Alice Hewing (dalam Stanford & Susan) mengemukakan bahwa orang-orang

  Mesir kuno sangat senang bertaruh dalam suatu permainan seperti yang dimainkan oleh anak-anak pada masa kini dimana mereka menebak jumlah jari-jari dua orang berdasarkan angka ganjil atau genap. Orang-orang Romawi kuno menyenangi permainan melempar koin dan lotere, yang dipelajari dari Cina. Orang Yunani Kuno juga menggunakan hal yang sama. Selain itu, mereka juga menyenangi permainan dadu. Pada jaman Romawi kuno permainan dadu menjadi sangat populer. Para Raja seperti Nero dan Claudine menganggap permainan dadu sebagai bagian penting 10 Sumber:( http://www.google.co.id/search?client=firefoxsejarah+perjudian&pbx=sejarah+per judian , akses 16 Februari 2012). dalam acara kerajaan. Namun permainan dadu menghilang bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Romawi, dan baru ditemukan kembali beberapa abad kemudian di sebuah Benteng Arab bernama Hazart, semasa perang salib.

  Setelah dadu diperkenalkan lagi di Eropa sekitar tahun 1100-an oleh para bekas serdadu perang salib, permainan dadu mulai merebak lagi. Banyak kerabat kerajaan dari Inggris dan Perancis yang kalah bermain judi ditempat yang disebut Hazard (mungkin diambil dari nama tempat dimana dadu tersebut diketemukan kembali). Sampai abad ke XVIII, Hazard masih tetap populer bagi para raja dan pelancong dalam berjudi.

  Pada abad ke XIV, permainan kartu juga mulai memasuki Eropa, dibawa oleh para pelancong yang datang dari Cina. Kartu pertama yang dibuat di Eropa dibuat di Italia dan berisi 78 gambar hasil lukisan yang sangat indah. Pada abad XV, Perancis mengurangi jumlah kartu menjadi 56 dan mulai memproduksi kartu untuk seluruh Eropa. Pada masa ini Ratu Inggris, Elizabeth I sudah memperkenalkan lotere guna meningkatkan pendapatan negara untuk memperbaiki pelabuhan-pelabuhan.

  Seiring dengan dilakukannya pelayaran dan perdagangan serta ditemukannya beberapa benua baru, maka anekaragam jenis permainan judi turut serta disebarluaskan oleh para pedagang dan pelancong. Kondisi ini semakin memperbanyak pilihan permainan judi karena jenis permainan yang dibawa oleh para pedagang dan pelancong tersebut sebenarnya hanya merupakan tambahan dari jenis yang sudah dikenal oleh komunitas masyarakat setempat. Dengan keanekaragaman jenis permainan judi dan kemudahan teknik permainannya maka perjudian dengan mudah dan cepat menyebar keseluruh penjuru dunia.

  Stanford Wong dan Susan Spector mengatakan bahwa kategori perjudian berdasarkan karakteristik psikologis mayoritas para penjudi ada 5, yaitu:

  Sociable Games - Dalam Sociable Games, setiap orang menang atau kalah secara bersama-sama.

  Penjudi bertaruh di atas alat atau media yang ditentukan bukan melawan satu sama lain. Pada perjudian jenis ini akan sering dijumpai para penjudi saling bercakap, tertawa, ataupun tegang. Walaupun para penjudi selau ingin menang, mereka sadar bahwa jika mereka tidak mendapatkan hal tersebut, paling tidak mereka sudah mendapatkan kesempatan yang baik untuk mencoba permainan. Termasuk dalam

  11

  kategori ini adalah: Dadu, Baccarat , BlackJack, Pai Gow Poker, Let It Ride, Roulette Amerika .

  • - Analytical Games/ Permainan Analisis

  Analytical Games sangat menarik bagi orang yang mempunyai kemampuan

  menganalisis data dan mampu membuat keputusan sendiri. Perjudian model ini 11 memerlukan riset dan sumber informasi yang cukup banyak serta kemampuan

  

Bakarat adalah salah satu permainan yang paling sederhana yang Anda akan menemukan di setiap kasino permainan ini sangat gampang sekali karena permainan judi ini hanya menggunakan sebuah keberuntungan yang besar dalam bermain judi jenis ini. Cara bermainnya yaitu mengandalkan suatu analisa untuk mendapatkan kemenangan dalam bermain judi. (Sumber:http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=judi%20bakarat&source=web&id, akses 7 Mei 2012) menganalisis berbagai kejadian. Termasuk dalam kategori ini adalah: Pacuan Kuda, Sports Betting (Sepakbola, Balap Mobil/Motor, dan lain-lainnya).

  Games You Can Beat -

  Dalam Games You Can Beat penjudi sangat kompetitif dan ingin sekali untuk menang. Penjudi juga berusaha extra keras untuk dapat menguasai permainan. Dalam kategori ini penjudi menanganggap kemenangan diperoleh melalui permainan dengan penuh keahlian dan strategi yang jitu serta dapat membaca strategi lawan. Penjudi harus dapat memilih dan membuat keputusan secara tepat serta dapat membedakan alternatif kondisi mana harus ikut bermain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa permainan judi jenis ini adalah permainan yang dirancang khusus bagi penjudi yang hanya mementingkan kemenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah : Blackjack,

  Poker, Pai Gow Poker, Video Poker, Sports Betting dan Pacuan Kuda .

  Escape from Reality -

  Setiap orang pada dasarnya ingin sekali lain dari kenyataan. Pada permainan

  Escape From Reality, para pemain yang menjalankan Slot Machine atau Video Games dalam waktu yang cukup lama akan merasa seperti terbawa ke alam lain.

  Permainan ini bukan hanya menyuguhkan hal-hal yang menarik tetapi juga membuat penjudi terbuai menunggu hasil yang tidak terduga, meski penjudi pada akhirnya selalu mengalami kekalahan. Termasuk dalam kategori ini adalah: Slot Machines dan Video Games .

  Patience Games -

  Bagi penjudi yang ingin santai dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan hasil, maka Patience Games merupakan pilihan yang paling digemari. Dalam perjudian model ini para penjudi menunggu dengan sabar nomor yang mereka miliki keluar. Bagi mereka masa-masa menunggu sama menariknya dengan masa ketika mereka memasang taruhan, mulai bermain ataupun ketika mengakhiri permainan.

  12 Termasuk dalam kategori ini adalah: Lottery, Keno dan Bingo .

  Menurut Kartini dalam bukunya judi buntut perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa- peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak dan belum pasti hasilnya (Kartono, 1992:56). Sedangkan Undang-undang Hukum Pidana, mengartikan perjudian sebagai tiap-tiap permainan yang kemungkinannya akan menang pada umumnya tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan bertambah besar, karena permainan lebih pandai atau lebih cakap. Menurut Hamsah:1986:154 Main judi mengandung juga segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau pemain itu, demikian juga segala pertaruhan lainnya. Menurut Poerwadarminto:1991:50, memberi arti judi sebagai permainan dengan bertaruh 12 uang.

  Sumber: ( http://www.e-psikologi.com/epsi/sosial.detail.asp?id=279 , akses 16 Februari 2012)

  Dalam PP No. 9 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, perjudian dikategorikan menjadi tiga:

  1. Perjudian di Kasino yang terdiri dari Roulette, Blackjack, Baccarat, Creps,

  Keno , Tombola, Super Ping-pong, Lotto Fair, Satan, Paykyu, Slot Machine (Jackpot) , Ji Si Kie, Big Six Wheel, Chuc a Luck, Lempar paser / bulu ayam

  pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran). Pachinko, Poker, Twenty One, Hwa Hwe serta Kiu-Kiu.

  2. Perjudian di tempat keramaian yang terdiri dari lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran), lempar gelang, lempar uang (Coin), kim, pancingan, menembak sasaran yang tidak berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu domba/kambing, pacu kuda, karapan sapi, pacu anjing, kailai, mayong/macak dan erek-erek.

  3. Perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan yang terdiri dari adu ayam, adu sapi, adu kerbau, pacu kuda, karapan sapi, adu domba/kambing.

  Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) tahun 1981 mengartikan judi adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemainan.

  Termasuk juga main judi adalah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala permainan lain-lainnya.

  Dalam Pasal 303 ayat (3) diatas secara detil dijelaskan dalam penjelasan Pasal

  1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Antara lain adalah rolet, poker, hwa hwe, nalo, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda dan karapan sapi. Selain yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah tersebut di atas, masih banyak perjudian yang berkembang di masyarakat. Semisal “adu doro”, yaitu judi dengan mengadu burung merpati, dimana pemenangnya ditentukan oleh peserta yang merpatinya atau merpati yang dijagokannya mencapai finish paling awal, dan yang paling marak biasanya saat piala dunia. Baik di kampung, kantor dan cafe, baik tua maupun muda, sibuk bertaruh dengan menjagokan tim favoritnya masing-masing.

  Bahkan bermain catur pun kadang dijadikan judi. Sehingga benar kata orang “kalau

  13 orang berotak judi, segala hal dapat dijadikan sarana berjudi” .

  Pada umumnya masyarakat Indonesia berjudi dengan menggunakan kartu

  remi, domino, rolet dan dadu . Namun yang paling marak adalah judi togel (toto gelap ), yaitu dengan cara menebak dua angka atau lebih. Bila tebakannya tepat maka

  sipembeli mendapatkan hadiah beberapa ratus atau ribu kali lipat dari jumlah uang yang dipertaruhkan. Judi ini mirip dengan judi buntut yang berkembang pesat pada tahun delapan puluhan sebagai ekses. Perjudian yang berkembang dimasyarakat bisa dibedakan berdasarkan alat/sarananya, yaitu ada yang menggunakan, kartu, hewan, mesin ketangkasan, bola, video, internet dan berbagai jenis permainan olah raga.

13 Sumber: (http:/www.google/undang-undang perjudian.co.id, akses 16 Februari)

  Di Jepang judi merupakan suatu bentuk hiburan yang dapat memberi masyarakat tersebut lepas dari kebosanan dan kepenatan yang ada dalam diri mereka.

  Disini ada beberapa jenis-jenis judi yang dapat digolongkan ke dalam jenis perjudian yang dianggap sebagai penghibur atau sebagai alat hiburan:

  1. Takarajuki ( loterry berhadiah) Salah satu judi yang sangat popular dan mudah ditemukan. Ada berbagai jenis dan ragam dari Lottery namun secara umum ada 4 jenis yaitu Lotto, Scretch, Number

  dan Jumbo Takarajuki. Dari sekian banyak jenis Takarajuki yang ada, Jumbo Takarajuki mungkin adalah yang paling menarik karena menawarkan hadiah

  kemenangan yang paling heboh sampai 3 miliyar Yen (300 miliar rupiah). Namun yang cukup unik adalah walaupun menawarkan hadiah yang menggiurkan, jumbo takarajuki yang digelar selama 4 kali dalam setahun nyaris ditanggapi biasa-biasa saja oleh masyarakat Jepang. Umumnya orang-orang Jepang membeli jumbo takarajuki pada bulan desember yang kadang dianggap sebagai peruntungan akhir tahun.

  Hal ini berbeda di Indonesia saat lottre keberuntungan yang mirip dengan takarajuki yaitu SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) dilegalkan di era tahun 80-an. Setiap menjelang periode penarikan, situasi di tempat penjualan lotre selalu ramai dan penuh sesak. Cukup beruntung karena pada akhirnya judi jenis ini dihapuskan dan dilarang dilakukan di Indonesia.

  2. Keiba (Balap Kuda)

  

Keiba (Balap Kuda) ini merupakan sebuah judi yang tidak digemari oleh

  masyarakat Jepang. Judi ini hanya berlangsung setiap hari Sabtu Minggu dan hari libur nasional saja, yang paling unik dari judi kaiba ini adalah jumlah penonton sangat banyak sekali mirip pertandingan sepak bola. Tempat jenis judi ini mirip dengan tempat pinik karena ditempat tersebut anak-anak, dewasa bisa masuk kedalam dengan hanya membayar 200 Yen perorang. Di tempat ini tersedia taman yang indah, tersedia makanan dan minuman yang enak dan terdapat permainan- permainan.

3. Pachinko (Permainan Bola-bola)

  Permainan judi dimana cara kerjanya mirip dengan permainan pinball atau

  jackpot . Namun sedikit berbeda dengan permainan pinball dimana pemain selalu

  berusaha keras agar bola tidak sampai jatuh pada lobang namun dalam permainan pachinko berlaku sebaliknya yaitu berusaha memasukkan sebanyak mungkin bola ke lobangnya. Jadi kemenangan sangat ditentukan oleh “keterampilan atau ketangkasan” dalam memasukkan bola ke lobangnya serta kemampuan menebak gambar game animasi yang ditampilkan untuk menetukan kemenangan berikutnya.

  4. Kyotei (Balap Perahu) Sebuah perlombaan perahu boat dengan mesin jet (Bout Race). Jenis judi ini kurang begitu popular dibandingkan dengan balap kuda. Judi jenis ini sangan digemari oleh penduduk di daerah pesisir , sekitar danau, pelabuhan dan sejenisnya mungkin karena berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan boat dan perahu. Kalah menangnya permainan tergantung kepada skill dan dukungan team mekaniknya.

  5. Keirin (Balap Sepeda)

  Keirin adalah perlombaan balap sepeda. Arena balapan menggunakan arena

  berbentuk melingkar dengan kemiringan lintasannya cukup ekstrim yaitu sisi lintasan terluar dibuat lebih tinggi dari lintasan sisi dalam, jadi pengendara tetap bisa memacu sepedanya tanpa harus menurunkan kecepatannya pada setiap tikungan. Ada juga jenis judi di Jepang yang sangat dilarang oleh pemerintah Jepang dimana jika masyarakatnya ketahuan bermain judi jenis ini akan berurusan dengan hokum. Jenis judi ini adalah judi Kartu. Dadu, Mahjon tetapi dalam

  14 jumlah yang terbatas .

14 Sumber: ( http://www.eonet.ne.jp/~limadaki/budaya/jepang/artikel/utama/khusus_judi.html , akses 16

  Februari 2012)

  Seiring dengan semua ini judi baik di negara mana pun tidak ada yang salah karena mungkin itu merupakan suatu kebudayaan yang mereka miliki. Tetapi sebaliknya bermain judi selalu digemari dan dimainkan oleh kaum laki-laki dan jarang sekali dimainkan oleh kaum perempuan sehingga dengan demikian peran perempuan harus mengikuti sesuai dengan aturan-aturan budaya yang dimiliki oleh mereka. Sehingga peran sosial ditujukan pada aturan-aturan budaya bagaimana seseorang dengan tipe tertentu harus berlaku. Peran menetapkan tentang hal yang diharapkan atau paling tidak tentang perilaku, yang layak dilakukan. Dan sebagian besar peran yang terpenting berkaitan dengan jenis kelamin. Terdapat kode perilaku yang berbeda untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Perilaku tidak semata-mata ditentukan oleh kecenderungan biologis atau ciri-ciri kepribadian yang dipelajari.

  Telah sering dikemukakan bahwa tidak terdapat hubungan langsung dan sederhana diantara keterlibatan wanita pada kegiatan di luar rumahtangga atau masyarakat luas dengan kedudukan mereka ataupun kekuasaan di dalam maupun di luar rumahtangga (Stoler dan Rogers, 1977:39-40 ). Rogers menyatakan bahwa untuk mengerti sebaik-baiknya kedudukan wanita (Women’s Place) dalam kebudayaan tertentu adalah dengan mempelajari hubungan antara kedua grup jenis kelamin yang berbeda yaitu pria dan wanita, untuk ini Rogers mengembangkan dua macam pola hubungan yaitu:

  1. Hubungan antara pria dan wanita dapat ditelaah dalam arti distribusi kekuasaan,dengan mengukur sampai berapa jauh masing-masing jenis kelamin menguasai sumber-sumber yang berharga (tanah, tenaga kerja bahan makanan, uang, keterampilan, informasi dan sebagainya sesuai dengan kebudayaan masing-masing )

  2. Hubungan secara konsepsional antara pria dan wanita atau sikap dari perbedaan jenis kelamin dapat dipelajari dengan menganalisa ada atau tidak adanya diferensiasi dalam perilaku dan diferensiai dalam ideologi.

  Sistem nilai budaya yang sudah berpola merupakan gambaran sikap, pikiran dan tingkah laku anggota/ warga yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan dalam hidup bermasyarakat. Setiap anggota/ warga masyarakat yang menyusaikan diri dengan sistem nilai budaya mereka yang sudah berpola adalah produk budaya hasil pengalaman hidup yang berlangsung secara terus-menerus, terbiasa yang akhirnya disepakati bersama sebagai pedoman hidup mereka, dan sebagai identitas kelompok masyarakat.

  Apabila sistem nilai budaya mengalami perubahan, akan terjadi perubahan sikap mental, dan pola tingkah laku anggota/ warga masyarakat dalam berbagai aspek nilai kehidupan. Perubahan sistem nilai budaya dapat berakibat negatif dari perubahan sistem nilai budaya yang disebut “masalah kemanusiaan”. Contoh nilai perubahan kehidupan yang banyak terjadi dan dapat dijumpai pada masyarakat adalah Perjudian. Adapun bentuk-bentuk kartu yang dijadikan untuk berjudi adalah sebagai berikut:

  Kartu Tarot - Kartu Tarot berasal dari Italia. Pada awalnya, permainan kartu tersebut

  bernama Carde da Trionfi, atau Kartu Kejayaan (Trionfi: berjaya atau menang,

  triumph ). Sebanyak 28 dokumen tertanggal 1442-1463 mencantumkan permainan kartu bernama Trionfi. Kartu-kartu Trionfi tersebut pun masih dapat dijumpai saat ini.

  Setelah mendapat pengaruh dari Prancis, nama Trionfi berubah menjadi Tarocchi .

  Kepopuleran kartu Tarot diperkirakan bermula sejak Antoine Court de

  15 Gebelin menerbitkan sebuah buku pada tahun 1781 . Buku tersebut menyatakan

  bahwa pendeta-pendeta Mesir kuno telah melukis kartu Tarot berdasarkan Buku

  Thoth . Mereka kemudian membawa gambar-gambar tersebut ke Roma untuk

  dipersembahkan kepada Paus. Paus kemudian memperkenalkan Tarot ke Avignon, Prancis pada abad ke-14. Penjelasan Court de Gebelin dianggap tidak akurat karena tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah dan ditulis sebelum Champollion menerjemahkan bahasa Mesir kuno, (Hieroglyph).

  Hieroglif

  Gereja Katolik dan pemerintah daerah di Eropa tidaklah selalu melarang permainan Tarot. Beberapa daerah bahkan memperbolehkan warganya memainkan Tarot dimana permainan kartu sejenis lainnya jelas-jelas dilarang. Hak eksklusif tersebut tidaklah berlangsung lama. Pada akhir abad ke-14 seorang penceramah dari Swiss, Johannes von Rheinfelden, secara tiba-tiba menyerang perjudian dan 15 permainan kartu. Tractus de moribus et disciplina humanae conversationis

  Sumber: ( http//www.google.co.id/url?sat&rtj&q=kartu%tarot&source-web&id, akses 7 Mai 2012)

  16

  diterbitkan di tahun 1370 (Beberapa ahli menyatakan 1377) . Sebagai akibat dari pernyataan ini, John I dari Castile, pemerintah Firenze dan Basel secara bersamaan menerbitkan larangan bermain kartu. Beberapa tempat seperti Regensburg dan Duchy

  of Brabant pun menerbitkan larangan serupa di tahun 1379. Bernard Siena memberi ceramah bahwa kartu bermain adalah hasil ciptaan Setan.

  Tarot-tarot tertua saat ini dibuat pada awal sampai pertengahan abad ke XV. Ketiga set kartu tersebut adalah milik keluarga Visconti, keluarga yang paling berkuasa di Milan pada saat itu. Kartu-kartu tersebut dilukis untuk merayakan perkawinan antara keluarga Visconti dan Sforza, kemungkinan besar oleh Bonifacio Bembo dan pelukis-pelukis miniatur dari Ferrara. 35 kartu disimpan di Perpustakaan Pierpont Morgan, 26 kartu di Accademia Carrara, 13 kartu di Casa Colleoni, dan 4 kartu (Devil, Tower, Three of Swords, dan Knight of Coins) tidak dapat ditemukan, atau mungkin tidak pernah dibuat. Set kartu 'Visconti-Sforza' ini direproduksi secara meluas. Dalam set tersebut, Minor Arcana (kartu-kartu Pedang, Tongkat, Koin dan Cawan) dan Major Arcana digabungkan untuk merefleksikan ikonografi konvensional pada saat itu.

  Kartu Remi -

  Kartu permainan (Playing Cards), atau lebih dikenal dengan kartu remi, yaitu sekumpulan kartu seukuran tangan yang digunakan untuk permainan kartu . Kartu ini 16 sering juga digunakan untuk hal-hal lain, seperti sulap , enkripsi , permainan papan ,

  

Sumber: ( http//www.google.co.id/url?sat&rtj&q=kartu%tarot&source-web&id, akses 7 Mai 2012) dan pembuatan rumah kartu . Kata “Remi” itu sendiri sebenarnya adalah nama salah satu permainan kartu. Ada 1001 macam permainan kartu. Setiap negara , bahkan wilayah suatu negara, memiliki jenis permainannya sendiri.

  Di Indonesia , akrab dengan istilah permainan

  41 , Remi, Cangkulan,

  sebagainya. Namun yang populer di banyak negara misalnya Poker, Canasta,

  Blackjack , Casino , Solitaire dan Bridge dengan jumlah pemain yang bisa berbeda-

  beda. Solitaire dan bridge barangkali lebih familiar ketimbang yang lain. Solitaire yang sudah dimainkan orang sejak ratusan tahun lalu dan banyak jenisnya itu dimainkan sendirian, terutama untuk mengisi waktu luang. Sedangkan bridge yang harus dimainkan oleh

  4 orang biasanya berpasangan, bahkan menjadi salah satu

  nomor andalan bagi tim Indonesia dalam dunia olahraga untuk meraih kemenangan dalam suatu turnamen bridge internasional. Seperti kita kenal sekarang, satu pak kartu remi berisi

  52 lembar, dibagi menjadi 4 suit atau jenis kartu (Spade, Heart, Diamond, Club) , masing-masing terdiri atas

13 kartu (dari As,

2 , 3 , sampai King). Plus kartu tambahan berupa dua kartu joker, hitam dan merah .

  Kapan dan siapa penemu kartu remi tidak diketahui secara pasti, diduga embrionya berasal dari daratan Cina atau Hindustan ( India ) sekitar tahun 800 .

  Bagaimana ceritanya sampai bisa masuk ke Eropa pun agak samar-samar, mungkin dibawa oleh para pedagang , tentara , atau suku-suku nomaden. Yang jelas, jenis permainan kartu ini datang dari Timur , Mesir , atau Arab dan muncul di Italia kira-

  17 kira akhir tahun 1200-an . Setelah itu menyebar ke Jerman , Perancis , dan Spanyol .

1.6. Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Dimana Spradley (1997) menjelaskan bahwa yang menjadi ciri khas metode etnografi adalah bersifat Holistic-Integratif (saling berkaitan dan menyatu),

  Thick Description (pendeskripsian yang mendalam, dan analisis kualitatif untuk mendapatkan Native’s Point of View (sudut pandang dari masyarakat yang diteliti).

  Di sini masyarakat yang akan diteliti adalah masyarakat yang pro-kontra serta pelakunya.

  Hasil penelitian akan memaparkan tentang judi pada ibu-ibu. Metode etnografi digunakan agar mampu menghasilkan data-data deskriptif yang mendukung kajian penelitian. Dengan demikian penelitian ini dapat dideskripsikan sesuai dengan kajian ilmu antropologi.

  Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam mencari data di lapangan adalah sebagai berikut:

  1. Teknik Observasi Melakukan pengamatan adalah teknik yang pertama kali dilakukan oleh peneliti 17 guana mencari tahu terlebih dahulu bagaimana kegiatan masyarakat yang diteliti.

  Sumber: (www. google search bentuk-bentuk kartu perjudian.co.id. html, akses 16 Februari 2012) Observasi ini dilakukan peneliti untuk memperoleh gambaran penuh mengenai permainan judi yang dilakukan oleh ibu-ibu pada masyarakat Desa Seibelutu. Dalam melakukan observasi, peneliti mengamati secara langsung apa-apa saja yang mereka lakukan dalam aktivitas mereka masing-masing.

  2. Hidup Bersama Masyarakat Tineliti Untuk mendapatkan data yang lebih jelas dan akurat, peneliti akan tinggal dengan masyarakat tineliti (masyarakat yang diteliti). Peneliti akan tinggal bersama dengan beberapa keluarga yang ibu-ibunya suka bermain judi. Teknik ini dilakukan untuk mendukung penulisan etnografi yang “holistik” ataupun saling berkaitan antar unsur dalam suatu kebudayaan yang menjadi metode dalam penelitian ini. Selain untuk mendukung metode penelitian, hidup bersama masyarakat tineliti juga akan memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang menjadi fokus penelitian.

  3. Wawancara Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara sambil lalu dan wawancara mendalam. Wawancara sambil lalu dilakukan peneliti saat observasi pertama kali datang kelapangan, dan ini bermanfaat untuk menambah data yang diperoleh dari wawancara mendalam. Lalu peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari informan. Wawancara mendalam

  (Indepth Interview) digunakan untuk memperoleh data mengenai judi dan interview

  guide sebagai acuannya. Ketika melakukan wawancara peneliti menggunakan alat tulis dan buku kecil untuk mencatat setiap informasi yang disampaikan, ini bermamfaat agar peneliti dapat menganalisa kembali data yang diperoleh dari informan tersebut. Ada beberapa informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  Informan biasa - Adalah masyarakat yang dimintai informasi untuk melengkapi data yang telah ada. Dimana informan biasa adalah masyarakat yang berada disekitar lokasi tempat ibu-ibu tersebut bermain judi, misalnya: tetangga. Informan pangkal - Adalah seseorang yang memberikan informasi awal mengenai hal yang diteliti. Di penelitian ini yang menjadi informan pangkal adalah keluarga (suami dan anak ) dari ibu-ibu yang ikut dalam permainan judi tersebut. Informan kunci - Adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Yang menjadi informan kunci ini adalah ibu-ibu yang langsung ikut bergabung dalam permainan judi tersebut dan masyarakat yang mengetahui adat-istiadat masyarakat setempat.

  4. Dokumentasi Lapangan Dalam melakukan penelitian saya menggunakan alat dokumentasi seperti camera digital untuk memotret para pemain judi tersebut dan foto yang saya dapat dari lapangan akan dimasukkan kedalam skripsi sebagai tanda bukti kalau saya benar- benar ke lapangan.

Dokumen yang terkait

Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

20 256 138

Pernikahan Dini Pada Remaja Putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1 88 105

Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

2 45 148

Pola Komunikasi orangtua Tunggal Dengan Anak Remaja pada Suku Batak Di Desa Gempolan Kecamatan Sei Bamban

6 98 125

Peranan Aparatur Pemerintah Dalam Pelayanan Publik (Studi tentang Pengurusan Kartu Tanda Penduduk di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

14 119 102

Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

4 50 40

Ritual Tabuh Rah dan Judi Tajen (Studi Pada Masyarakat Etnis Bali di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara, Lampung Timur)

1 59 71

BAB II GAMBARAN UMUM SEI NAGALAWAN 2.1 Sekilas Tentang Desa Sei Nagalawan - Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

0 1 28

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI BAMBAN - Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

0 0 15