Judi Kartu Remi (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu Di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

(1)

JUDI KARTU REMI

(Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu kecamatan Sei Bamban

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Bidang Antropologi

Oleh:

RIA IRAWAN HASUGIAN 080905026


(2)

BIODATA INFORMAN

1. Nama : Ibu E. Sinaga Umur : 55 tahun Pendidikan : D3 Kesehatan Pekerjaan : PNS

2. Nama : P. Sihotang Umur : 58 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS

3. Nama : Maria Sihotang Umur : 24 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaaan : Swasta 4. Nama : Ira Sihotang

Umur : 22 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Kuliah

5. Nama :Bapak A. Harianja Umur : 59 tahun

Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS


(3)

7. Nama : Uli Harianja Umur : 29 tahun Pendidikan : D3

Pekerjaan : Guru

8. Nama : Mangasi Harianja Umur : 26 tahun

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta

9. Nama : Bapak K. Situmorang Umur : 58 tahun

Pendidikan : SMA

10. Nama : Ibu M. Sinaga Umur : 56 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani

11. Nama : Sonnya Situmorang Umur : 28 tahun

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta

12. Nama : Bapak N. Panjaitan Umur : 65 tahun

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani


(4)

Pekerjaan : Pensiunan PNS 14. Nama : Dewi Panjaitan

Umur : 35 tahun Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta 15. Nama : Bapak J. Naibaho

Umur : 57 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS

16. Nama : Ibu H. Pandiangan Umur : 55 tahun

Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS

17. Nama : Donny Naibaho Umur : 23tahun

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswa 18. Nama : Dedi Naibaho

Umur : 20tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswa 19. Nama : Bapak K. Sinaga


(5)

Pendidikan : SMA Umur : 65 tahun Pekerjaan : Petani

21. Nama : Magdalena Sinaga Umur : 27 tahun

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta

22. Nama : Bapak T. Tambunan Umur : 58 tahun

Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS

23. Nama : Ibu S. Sinaga Umur : 59 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS

24. Nama : Marata Tambunan Umur : 22 tahun

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswa 25. Nama :Bapak P. Nadeak

Umur : 58 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS


(6)

Pekerjaan : PNS

27. Nama : Rico Nadeak Umur : 23 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswa 28. Nama : B. Sinaga

Umur : 36 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani 29. Nama : J. Nadeak

Umur : 45 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani 30. Nama : A. Sinaga

Umur : 48 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani 31. Nama : E. Manalu

Umur : 60 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaaan : PNS 32. Nama : P. Sitorus


(7)

PEDOMAN WAWANCARA

1. Profil keluarga dekat maupun masyarakat sekitar.

2. Apa yang dimaksud judi menurut pandangan ibu-ibu tersebut. 3. Bagaimana awalnya mereka bisa suka bermain judi

4. Apa yang menjadi alasan mereka suka bermain judi.

5. Apakah ibu-ibu tahu kalau judi itu dilarang oleh pemerintah dan adanya undng-undang tentang perjudian.

6. Bagaimana tanggapan para suami menyikapi perilaku isteri mereka yang suka bermain judi.

7. Bagaimana tanggapan para anak menyikapi perilaku para ibu mereka yang suka bermain judi.

8. Bagaimana tanggapan keluarga terdekat mereka menyikapi perilaku para ibu yang suka bermain judi.

9. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar melihat keadaan ibu-ibu yang suka bermain judi.

10. Dari pukul berapa mereka mulai dan selesai bermain judi.

11. Bagaimana aturan-aturan yang mereka buat dalam permainan tersebut. 12. Berapa besar taruhan yang mereka buat dalam permainan tersebut. 13. Apa-apa saja yang mereka lakukan saat bermain judi.


(8)

15. Apakah para ibu- tidak takut saat bermain judi ada rajia tiba-tiba dari pihak berwajib


(9)

DAFTAR ISTILAH

1. Tulang : Saudara laki-laki ibu 2. Nantulang : Isteri saudara laki-laki ibu 3. Bapak Tua : Saudara laki-laki ayah 4. Maktua : Isteri saudara laki-laki ayah 5. Bapa uda : Suami saudara perempuan ibu 6. Inang uda : Saudara perempuan ibu

7. Sampudan : Anak yang paling kecil atau anak bungsu

8. Ompung : Kakek/Nenek

9. Iboto/Ito : Saudara perempuan/ laki-laki

10.Angkang baoa/ boru : Abang/ Kakak

11.Inang-inang : Ibu-ibu

12.Oma : Ibu

13.Palak : Emosi

14.Eda : Saudara ipar perempuan


(10)

19. Marsirang : Bercerai/ pisah 20.Inang simatua : Ibu mertua

21.Bere : Keponakan

22. Marbadai : Bertengkar

23. Garang : Pemberani


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 35 2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Produktif

36

2.3. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa 36 2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan 37 2.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama 38

2.6. Sarana Ibadah 39

2.7. Sarana Pendidikan 40


(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “JUDI

KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban) dengan baik.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Dengan demikian penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Spesial kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Drs. Agustrisno, M.SP selaku Sekretaris Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Terkhusus Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.Si selaku dosen pembimbing dan dosen penasehat akademik penulis. Seluruh Staff Pengajar di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.


(13)

Selain itu juga kepada Kak Nur dan Kak Sophie yang selalu siap membantu dalam urusan administrasi. Kepala Camat Sei Bamban, Seketaris Camat dan kepada Kepala Desa Sei Belutu serta Seketaris Desa Sei Belutu yang sudi menerima dan membantu penulis melakukan penelitian. Seluruh anggota Keluarga Ibu E. Sinaga, Ibu H. Pandiangan, Ibu D. Sihombing, Ibu E. Manurung, Ibu S. Situmorang, Ibu G. Gultom, Ibu M. Sinaga, Ibu S. Sinaga, Bapak E. Manalu, Bapak P. Sitorus, Bapak A. Sinaga dan Bapak K. Situmorang yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi bagi penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penghargaan terbesar, terima kasih dan rasa cinta yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada Ayah tercinta P. Hasugian,Spd dan Mama tersayang E.Br. Sinaga yang selalu memberikan dukungan, selalu sabar hingga penulis meraih gelar sarjana. Abang-abangku tercinta Osdin Hasugian, Germanto Hasugian, Kakak-kakakku tercinta Dormauli Hasugian, Lastio Hasugian serta Adikku tercinta Vasco Dagama Hasugian.

Buat sahabat-sahabatku Duma Rosdiana L. Gaol, S.Sos, Bethrin, Santa Panjaitan, Rulianna, S.Sos dan Suherman, Hendri Nofendri. Terimakasih juga

ditujukan kepada seluruh kerabat Antropologi’08: Nelson, Junius S.E Tarigan, Puteri,

Sylvi, Dea, Santa Simamora, Febry, Fazri, Etta, Junius, Kalvin, Hardi, Radinton S. Sos, Riko, Boy,


(14)

Batara, Harni, Maria, Berti, Marda, Sari, Donald, Berkat, Arifin, Helen S. Sos, Ervina S. Sos, Hezron, Mila dan teman-teman 08 yang tidak dapat disebutkan satu persatu,.Kepada kerabat Antropologi lainnya: Bang Heri Manurung, Bang Windra, Bang Heri Sianturi, Kak Erika dan mahasiswa Antropologi di Universitas Sumatera Utara.

Medan, April 2012 Penulis,


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Ria Irawan Hasugian

NIM : 080905026

Departemen : Antropologi

Judul : JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)

Medan, April 2012

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Irfan, M.Si Dr. Fikarwin Zuska

NIP : 196411041991031002 NIP : 196212201989031005

Dekan


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, April 2012


(17)

ABSTRAK

Ria Irawan Hasugian 2012, judul skripsi: JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu di Desa sei Belutu Kecamatan Sei Bamban). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 109 halaman, 7 tabel, 7 gambar, 11 daftar pustaka serta lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan:“JUDI KARTU REMI (Fungsi Judi Terhadap Ibu

-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)”. Kajian ini menjelaskan tentang alasan-alasan ibu- ibu melakukan tindakan perjudian dan bagaimana tanggapan-tanggapan para keluarga dekat maupun masyarakat sekitar mengenai perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi yang ada di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik wawancara mendalam kepada 32 orang informan serta observasi partisipasi terhadap beberapa aktivitas sehari-hari informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya suatu perkumpulan ibu-ibu yang suka bermain judi memang benar-benar ada. Dalam perjudian ini ibu-ibu menganggap bahwa judi adalah suatu pengobat stress yang meringankan segala permasalahan yang ada dalam pikiran mereka, dimana dalam permainan tersebut mereka akan lupa sejenak mengenai masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan mereka.. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu tersebut bermain judi adalah karena ingin menghilangkan rasa stres, suntuk dan banyaknya beban pikiran baik itu disebabkan karena masalah keluarga, pekerjaan maupun karena masalah ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh Ibu E. Sinaga bahwa alasannya bermain judi karena adanya permasalahan keluarganya yang rumit, dan hasil pertaniannya yang tidak memuaskan, yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu dengan bermain judi Ibu E. Sinaga merasa lebih tenang, dan bisa melupakan segala permasalahannya walaupun dia tahu bahwa ketenangan tersebut hanya untuk sementara saja sampai dengan permainan tersebut berakhir. Adapun fungsi judi bagi ibu-ibu tersebut adalah bersifar rekreatif/hiburan, bersifat sosialisasi, waktu dan bersifat ekonomi.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala perlengkapan lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

“JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)” yang menjadi judul dari skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara dalam bidang Antropologi. Skripsi ini berisi kajian analisis yang didasarkan pada observasi partisipasi dan penulis yang membahas mengenai judi kartu remi terhadap fungsi judi pada ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Berdasarkan hasil penelitian judi kartu remi terhadap fungsi judi pada ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban memang benar ada. Fungsi judi pada ibu-ibu terdiri dari bersifat rekreatif/ hiburan, waktu, bersifat sosialisasi, bersifat ekonomi. Selain itu adapun alasan ibu-ibu bermain judi adalah untuk menghilangkan rasa stress dan banyaknya beban pikiran yang ada pada ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban.


(19)

Skripsi ini adalah jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk perbaikan menuju kesempurnaan skripsi ini. Dengan demikian penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Antropologi, yaitu sebagai penambah wawasan selama masa perkuliahan dan juga bagi keluarga ibu-ibu yang suka bermain judi yang sudah diteliti.

Medan, April 2012

Penulis,


(20)

ABSTRAK

Ria Irawan Hasugian 2012, judul skripsi: JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu di Desa sei Belutu Kecamatan Sei Bamban). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 109 halaman, 7 tabel, 7 gambar, 11 daftar pustaka serta lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan:“JUDI KARTU REMI (Fungsi Judi Terhadap Ibu

-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)”. Kajian ini menjelaskan tentang alasan-alasan ibu- ibu melakukan tindakan perjudian dan bagaimana tanggapan-tanggapan para keluarga dekat maupun masyarakat sekitar mengenai perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi yang ada di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik wawancara mendalam kepada 32 orang informan serta observasi partisipasi terhadap beberapa aktivitas sehari-hari informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya suatu perkumpulan ibu-ibu yang suka bermain judi memang benar-benar ada. Dalam perjudian ini ibu-ibu menganggap bahwa judi adalah suatu pengobat stress yang meringankan segala permasalahan yang ada dalam pikiran mereka, dimana dalam permainan tersebut mereka akan lupa sejenak mengenai masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan mereka.. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu tersebut bermain judi adalah karena ingin menghilangkan rasa stres, suntuk dan banyaknya beban pikiran baik itu disebabkan karena masalah keluarga, pekerjaan maupun karena masalah ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh Ibu E. Sinaga bahwa alasannya bermain judi karena adanya permasalahan keluarganya yang rumit, dan hasil pertaniannya yang tidak memuaskan, yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu dengan bermain judi Ibu E. Sinaga merasa lebih tenang, dan bisa melupakan segala permasalahannya walaupun dia tahu bahwa ketenangan tersebut hanya untuk sementara saja sampai dengan permainan tersebut berakhir. Adapun fungsi judi bagi ibu-ibu tersebut adalah bersifar rekreatif/hiburan, bersifat sosialisasi, waktu dan bersifat ekonomi.


(21)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “JUDI

KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban) dengan baik.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Dengan demikian penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Spesial kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Drs. Agustrisno, M.SP selaku Sekretaris Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Terkhusus Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.Si selaku dosen pembimbing dan dosen penasehat akademik penulis. Seluruh Staff Pengajar di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.


(22)

Selain itu juga kepada Kak Nur dan Kak Sophie yang selalu siap membantu dalam urusan administrasi. Kepala Camat Sei Bamban, Seketaris Camat dan kepada Kepala Desa Sei Belutu serta Seketaris Desa Sei Belutu yang sudi menerima dan membantu penulis melakukan penelitian. Seluruh anggota Keluarga Ibu E. Sinaga, Ibu H. Pandiangan, Ibu D. Sihombing, Ibu E. Manurung, Ibu S. Situmorang, Ibu G. Gultom, Ibu M. Sinaga, Ibu S. Sinaga, Bapak E. Manalu, Bapak P. Sitorus, Bapak A. Sinaga dan Bapak K. Situmorang yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi bagi penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penghargaan terbesar, terima kasih dan rasa cinta yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada Ayah tercinta P. Hasugian,Spd dan Mama tersayang E.Br. Sinaga yang selalu memberikan dukungan, selalu sabar hingga penulis meraih gelar sarjana. Abang-abangku tercinta Osdin Hasugian, Germanto Hasugian, Kakak-kakakku tercinta Dormauli Hasugian, Lastio Hasugian serta Adikku tercinta Vasco Dagama Hasugian.

Buat sahabat-sahabatku Duma Rosdiana L. Gaol, S.Sos, Bethrin, Santa Panjaitan, Rulianna, S.Sos dan Suherman, Hendri Nofendri. Terimakasih juga

ditujukan kepada seluruh kerabat Antropologi’08: Nelson, Junius S.E Tarigan, Puteri,


(23)

Batara, Harni, Maria, Berti, Marda, Sari, Donald, Berkat, Arifin, Helen S. Sos, Ervina S. Sos, Hezron, Mila dan teman-teman 08 yang tidak dapat disebutkan satu persatu,.Kepada kerabat Antropologi lainnya: Bang Heri Manurung, Bang Windra, Bang Heri Sianturi, Kak Erika dan mahasiswa Antropologi di Universitas Sumatera Utara.

Medan, April 2012 Penulis,


(24)

Riwayat Hidup

Ria Irawan Hasugian, lahir pada tanggal 26 Februari 1990 di Sei Belutu. Anak kelima dari 6 (enam) bersaudara dari pasangan P. Hasugian dan E. Br. Sinaga.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri No.107452 Parsaoran, Sei Belutu pada tahun 2000. Sekolah Menengah Pertama di SMP Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi pada tahun 2005 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi pada tahun 2008.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008. Selain mengikuti pendidikan, peneliti juga pernah mengikuti beberapa seminar yang pernah di selenggarakan oleh Departemen Antropologi, yaitu:

CROSSING BOUNDARIES (Cross Culture Video Making Project For Peace) oleh Hikmat Budiman (Direktur The Interseksi Foundation), yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi.

• Launching Pusat Penelitian dan Pengembangan Budaya Pakpak, yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi.

Pengalaman Organisasi dan Kerja

• Anggota INSAN di Departemen Antropologi Sosial FISIP USU (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) di FISIP USU.


(25)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala perlengkapan lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

“JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-ibu di

Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)” yang menjadi judul dari skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara dalam bidang Antropologi. Skripsi ini berisi kajian analisis yang didasarkan pada observasi partisipasi dan penulis yang membahas mengenai judi kartu remi terhadap fungsi judi pada ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Berdasarkan hasil penelitian judi kartu remi terhadap fungsi judi pada ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban memang benar ada. Fungsi judi pada ibu-ibu terdiri dari bersifat rekreatif/ hiburan, waktu, bersifat sosialisasi, bersifat ekonomi. Selain itu adapun alasan ibu-ibu bermain judi adalah untuk menghilangkan rasa stress dan banyaknya beban pikiran yang ada pada ibu-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban.


(26)

Skripsi ini adalah jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk perbaikan menuju kesempurnaan skripsi ini. Dengan demikian penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Antropologi, yaitu sebagai penambah wawasan selama masa perkuliahan dan juga bagi keluarga ibu-ibu yang suka bermain judi yang sudah diteliti.

Medan, April 2012

Penulis,


(27)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS...i ABSTRAK ... ii UCAPAN TERIMA KASIH ...iii RIWAYAT HIDUP ...vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...ix DAFTAR TABEL ...xi BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Lokasi Penelitian... 10 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10 1.5. Tinjauan Pustaka... 11 1.6. Metode Penelitian ... 27 1.7. Analisia Data... 30 BAB II. GAMBARAN UMUM DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI

BAMBAN

2.1. Sejarah Sei Belutu... 31 2.2. Letak Geografis dan Iklim ... 33 2.3. Pola Pemukiman ... 33 2.4. Bahasa ... 34


(28)

2.5. Jumlah dan Komposisi Penduduk... 34 2.6. Sarana dan Prasarana Desa Sei Belutu ... 39 2.7. Struktur Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan ... 43 2.8. Organisasi Sosial Desa Sei Belutu... 44 BAB III. JUDI IBU-IBU DI DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI

BAMBAN

3.1. Sejarah Munculnya Perjudian Ibu-Ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban ... 47 3.2. Judi Bagi Ibu-Ibu ... 48 3.3. Alasan Ibu-Ibu Judi... 51 3.4. Fungsi Judi Bagi Ibu-Ibu ... 63 3.4.1. Bersifat Rekreasi/ Hiburan ... 64 3.4.2. Bersifat Sosialisasi ... 65 3.4.3. Waktu ... 67 3.4.4. Bersifat Ekonomi... 69 BAB IV. SIKAP/ TINDAKAN ORANG-ORANG TERDEKAT DAN

MASYARAKAT SEKITAR TENTANG PERILAKU IBU-IBU DESA SEI BELUTU YANG SUKA BERMAIN JUDI

4.1. Tanggapan dari Suami ... 71 4.2. Tanggapan dari Anak-Anak... 81 4.3. Tanggapan dari Keluarga Terdekat... 90 4.4. Tanggapan dari Masyarakat dari Lingkungan Sekitar ... 93

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 98 5.2. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA


(29)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 35 2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Produktif

36

2.3. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa 36 2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan 37 2.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama 38

2.6. Sarana Ibadah 39


(30)

ABSTRAK

Ria Irawan Hasugian 2012, judul skripsi: JUDI KARTU REMI (Studi Etnografi Terhadap Fungsi Judi Pada Ibu-Ibu di Desa sei Belutu Kecamatan Sei Bamban). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 109 halaman, 7 tabel, 7 gambar, 11 daftar pustaka serta lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan:“JUDI KARTU REMI (Fungsi Judi Terhadap Ibu

-ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban)”. Kajian ini menjelaskan tentang alasan-alasan ibu- ibu melakukan tindakan perjudian dan bagaimana tanggapan-tanggapan para keluarga dekat maupun masyarakat sekitar mengenai perilaku ibu-ibu yang suka bermain judi yang ada di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik wawancara mendalam kepada 32 orang informan serta observasi partisipasi terhadap beberapa aktivitas sehari-hari informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya suatu perkumpulan ibu-ibu yang suka bermain judi memang benar-benar ada. Dalam perjudian ini ibu-ibu menganggap bahwa judi adalah suatu pengobat stress yang meringankan segala permasalahan yang ada dalam pikiran mereka, dimana dalam permainan tersebut mereka akan lupa sejenak mengenai masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan mereka.. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu tersebut bermain judi adalah karena ingin menghilangkan rasa stres, suntuk dan banyaknya beban pikiran baik itu disebabkan karena masalah keluarga, pekerjaan maupun karena masalah ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh Ibu E. Sinaga bahwa alasannya bermain judi karena adanya permasalahan keluarganya yang rumit, dan hasil pertaniannya yang tidak memuaskan, yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu dengan bermain judi Ibu E. Sinaga merasa lebih tenang, dan bisa melupakan segala permasalahannya walaupun dia tahu bahwa ketenangan tersebut hanya untuk sementara saja sampai dengan permainan tersebut berakhir. Adapun fungsi judi bagi ibu-ibu tersebut adalah bersifar rekreatif/hiburan, bersifat sosialisasi, waktu dan bersifat ekonomi.


(31)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai mahkluk sosial manusia selalu berinteraksi dengan manusia lainnya melalui sebuah perkumpulan. Perkumpulan ini digunakan sebagai wadah ataupun tempat di mana mereka saling berbagi dalam aspek kehidupan tertentu. Artinya tidak seluruh aspek kehidupan diceritakan di dalam perkumpulan, sebab ada saja hal-hal yang menyangkut aspek kehidupan yang menurut masing-masing individu tidak perlu diceritakan kepada orang lain ataupun hal-hal yang bersifat pribadi.

Bentuk perkumpulan yang dilakukan di dalam kelompok masyarakat biasanya tergantung kepada kategori persamaan-persamaan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Hal ini mengartikan bahwa setiap individu biasanya membentuk sebuah perkumpulan karena memiliki persamaan-persamaan, misalnya persamaan gender pada ibu-ibu judi di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa terbentuknya judi pada ibu-ibu yang terjadi di tempat ini diakibatkan karena persamaan gender. Bukti tersebut adalah bukti yang bersifat nyata, namun ada hal-hal yang terselebung di balik bukti nyata tersebut, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya judi pada ibu-ibu tersebut dan bagaimana


(32)

Judi adalah sebuah bentuk permainan yang banyak digemari serta diminati oleh kalangan masyarakat luas, baik itu di kalangan laki-laki maupun di kalangan perempuan, di kalangan anak-anak, remaja, dan dewasa. Perjudian sudah ada dari sejak jaman dulu dan ini dilakukan hampir oleh seluruh umat manusia, mulai dari orang-orang di Eskimo sampai dengan suku yang paling terpencil di Afrika. Pada abad ke-14, permainan kartu mulai memasuki Eropa, dibawa oleh para pedagang yang datang dari Tiongkok. Kartu pertama yang dibuat di Eropa berasal dari Italia yang terdiri dari 78 gambar hasil lukisan, karena belum adanya mesin cetak. Pada abad XI, Perancis mengurangi jumlah kartu menjadi 56 itulah sejarah dari kartu remi yang kita kenal sekarang ini1.

Judi bisa dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam jenis judi yaitu :

1. “Undian”yaitu dalam bentuk Lotere, Loto, Porkas2, Togel dan sebagainya dimana mereka hanya memilih nomor tertentu. Judi ini adalah judi masal dimana bisa diikuti oleh jutaan orang dimanapun mereka berada.

1


(33)

2. “Taruhan” untuk judi ini biasanya dikaitkan dengan analisa maupun pengetahuan dari sipenjudi; misalnya Balapan Kuda, Anjing, Sambung Ayam, Boksen maupun Sepak Bola

3. Judi antar sesama penjudi lainnya, seperti permainan Domino, Poker, Dadu dan lain-lainnya.

4. Judi antar manusia dan mesin, misalnya main Jackpot, Mikey Mouse, Dingdong, Pachinko3maupun permainan komputer lainnya.

Ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi, yaitu adanya unsur :

1. Permainan/ perlombaan.

Perbuatan yang dilakukan biasanya berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau kesibukan untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif. Namun disini para pelaku tidak harus terlibat dalam permainan. Karena boleh jadi mereka adalah penonton/ atau orang yang ikut bertaruh terhadap jalannya sebuah permainan atau perlombaan.


(34)

2. Untung-untungan.

Artinya untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsur spekulatif/ kebetulan atau untung-untungan. Atau faktor kemenangan yang diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih.

3. Ada taruhan.

Dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan yang dipasang oleh para pihak pemain atau bandar. Baik dalam bentuk uang ataupun harta benda lainnya. Bahkan kadang istripun bisa dijadikan taruhan. Akibat adanya taruhan maka tentu saja ada pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan apakah sebuah perbuatan dapat disebut sebagai judi atau bukan4.

Dalam tulisan Geertz tentang sabung ayam atau adu ayam pada masyarakat Bali. Kita akan menemukan banyak hal menarik tentang sabung ayam yang dikaitkan dan terkait dengan struktur sosial dan kehidupan masyarakat Bali sehari-hari, khususnya kaum pria. Sabung ayam bagi masyarakat Bali telah merupakan bagian dari gaya hidup mereka (The Balinese Way of Life). Sabung ayam biasanya diadakan


(35)

dengan Bali, sama seperti Amerika yang identik dengan permainan bola basket. Pada arena adu ayam yang terlihat bertaruh adalah ayam, tetapi ayam-ayam tersebut merupakan perwakilan dari kaum pria di Bali. Bagi kaum laki-laki kalah dan menang dalam permainan adu ayam ditentukan oleh prestise atau harga diri kaum laki-laki tersebut, jadi bagi kaum laki-laki yang ayamnya yang kalah dalam adu ayam tersebut membuat harga diri mereka rendah atau memalukan.

Oleh karena permainan sabung ayam digunakan juga sebagai tempat bertaruh, yang berarti permainan tersebut merupakan salah satu bentuk perjudian, maka pada zaman penjajahan Belanda permainan ini dilarang oleh pemerintah Belanda (kecuali ada ijin untuk mengadakannya khusus dalam rangka upacara adat). Oleh karena itu pemerintah melarang keras yang namanya bentuk perjudian, pemerintah menganggap perjudian identik dengan bentuk kejahatan yang mengganggu ketertiban umum. Jadi barang siapa melakukan segala bentuk-bentuk perjudiaan para pelakunya akan dikenakan sanksi5.

Ada beberapa jenis perjudian yang dilarang maupun yang tidak dilarang oleh pemerintah. Perjudian yang dilarang oleh pemerintah adalah perjudian dalam bentuk Togel, Tajen (sabung ayam), Judi Online, Undian, Lotere, Loto, Porkas, main Jackpot, Kartu remi, dan lain-lainnya. Sedangkan perjudian yang tidak dilarang oleh


(36)

pemerintah adalah bentuk perjudian Gelper6, Taruhan bola, permainan Domino, Poker, Dadu, dan lainnya. Sebenarnya pada tahun 1981 perjudian sudah dilarang oleh pemerintah dengan dibuatnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1981 tentang pelaksanaan Undang-Undang 7 tahun 1974 penertiban perjudian dengan menimbang:

a. Bahwa penertiban perjudian sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 54, tambahan lembaran Negara Nomor 3040) dimaksudkan untuk membatasi perjudian sampai lingkungan sekecil-kecilnya untuk akhirnya menuju kepenghapusan sama sekali dari seluruh Wilayah Indonesia;

b. Bahwa berdasarkan perkembangan keadaan pada saat sekarang ini dipandang sudah tiba waktunya untuk mengupayakan penghapusan segala bentuk dan jenis perjudian di seluruh Wilayah Indonesia;

c. Bahwa untuk maksud tersebut dan dalam rangka mengatur tentang 75 pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dipandang perlu untuk melarang pemberian izin penyelenggaraan perjudian dalam suatu Peraturan Pemerintah7.


(37)

Walaupun pemerintah sudah membuat Undang-Undang mengenai penertiban perjudian ini tetapi masih banyak masyarakat luas yang nekat melakukan perjudian. Seperti kasus yang terjadi di Manado yaitu:

“Lima(5) perempuan ditangkap polisi saat mereka asik bermain judi.

Kelima perempuan ini ditangkap dirumah salah satu teman mereka yang ikut dalam permainan judi tersebut, dimana rumah ini merupakan satu-satunya tempat mereka berjudi (tutur masyarakat sekitar), polisi menduga mereka bermain judi kartu remi dimana taruhan permainannya sebanyak Rp.500. Per gamenya Total taruhan di meja judi sebanyak Rp 2500. Adapun dalam permainan itu, jika seorang pemain menarik kartu jenis joker, maka pemain lain wajib menyetor Rp 500. Alasan mereka bermain judi dikarenakan keuangannya menipis karena sering kalah dalam permainan, setelah mereka tertangkap polisi mereka pun mengaku menyesal telah bermain judi dan meraka malu melihat keluarga dan tetangga

meraka”8.

Adapun kasus lainnya mengenai perjudian ibu-ibu yaitu:

“Berjudi, 5 Perempuan Ditangkap” Lima perempuan sedang asyik

bermain judi joker ditangkap Tim Anti Judi Satuan Reskrim Polres Tebing Tinggi. Tida dari empat penjudi meloloskan diri dan masih dalam pengejaran petugas, petugas langsung menggelandang tersangka Nur (59 tahun) warga BTN Kampung Lalang Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi ke Malpolres Tebing Tinggi guna proses lanjut. Tiga tersangka lainnya yang meloloskan diri adalah Sus, ibu Keling, dan Tut ketiganya adalah warga Jalan Bah Bolon kelurahan Durian Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi. Penggerebekan dilakukan petugas tima anti judi Satreskrim Polres Tebing Tinggi setelah adanya laporan warga. Awalnya, informasi dari warga itu menyebutkan di rumah salah satu seorang warga, Bul, dilokasi acap kali terjadi permainan judi. Mendapatkan laporan itu, tim Polres turun kelokasi untuk melakukan penyelidikan sekaligus penggerebekan. Dalam penggerebekan itu, dua tersangka Nur dan Muh ditangkap berikut barang bukti dua set kartu joker serta uang Rp.


(38)

karena tensi darah aku lagi naik. Untuk menurunkannya, aku nekat

mengikuti permainan judi ini,” imbuh Nur.9

Selain yang ada dalam kasus tersebut ibu-ibu di Desa Seibelutu Kecamatan Sei Bamban masih banyak yang melakukan perjudian yaitu perjudian dalam bentuk permainan Kartu Remi. Adanya judi pada ibu-ibu mengartikan bahwa pergeseran perilaku dalam aspek gender. Hal ini menggambarkan bahwa judi yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki, kini juga dilakukan oleh perempuan.

Adapun bentuk perilaku ada 2 macam, yaitu:

1. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode kelompok sosial.

Moral berasal dari kata “mores”, yang berarti tatacara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral, peraturan perilaku yang menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menetukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Jika masyarakat tersebut berperilaku atau bertindak sesuai dengan kode kelompok sosial tersebut maka masyarakat yang berada dalam lingkungan tersebut menjadikan masyarakat yang aman dan tentram.

2. Perilaku tak bermoral adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial.

Perilaku demikian disebabkan karena bukan ketidakpeduliannya masyarakat akan harapan sosial melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang


(39)

terjadilah perilaku masyarakat yang tak bermoral yang membuat lingkungan masyarakat tersebut tidak aman dan banyak masyarakat yang melakukan tindakan kejahatan yang merugikan dirinya sendiri dan lingkungan tersebut contohnya: seperti adanya perjudian.

Adanya perubahan perilaku tersebut membuat citra dan fungsi perempuan sekarang berbeda jauh dengan peran dan fungsi perempuan tradisional dahulu. Peran dan fungsi perempuan dahulu memiliki perilaku yang sopan, dan bersikap semestinya perempuan seperti berada dirumah memasak dan mengurus rumah, anak serta suami. Namun, berbeda untuk sekarang peran perempuan sudah menduduki peran yang sangat luas, termasuk yang tidak menurut adat biarpun mereka tidak sadari. Perempuan di jaman sekarang sudah memiliki hak dan kuasa yang sama dengan kaum laki-laki yaitu mereka sama-sama bekerja dalam mencari uang untuk membiayai kehidupan keluarga. Terkadang perempuan yang bekerja sedangkan laki-laki berada di rumah mengurus rumah dan anak. Dengan adanya banyak peran dan tuntutan yang banyak terhadap keluarga, perempuan tersebut menghadapi tekanan jiwa dan mengalami ketegangan sehingga dengan menghilangkan rasa stress mereka berbuat yang tidak sesuai dengan adat atau jauh dari kebudayaan mereka yang dahulu yaitu melakukan perjudian.


(40)

penertiban perjudian yang dibuat oleh pemerintah serta bagaimana tanggapan orang disekitar mereka tentang perilaku tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi alasan ibu-ibu tersebut bermain judi?

2. Bagaimana sikap/ tindakan orang terdekat mereka tentang perilaku judi tersebut?

1.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Lokasi ini dipilih karena di desa tersebut ada sekelompok ibu-ibu yang gemar dalam bermain judi seperti permainan dalam bentuk Kartu Remi.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian


(41)

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara praktis ataupun teoritis. Manfaat secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tentang permainan judi dan memberi masukan bagi mahasiswa antropologi dan instansi yang terkait untuk dapat memperhatikan masalah judi pada kaum wanita khususnya ibu-ibu. Sedangkan manfaat akademisnya adalah untuk menambah wawasan pengetahuan tentang permainan judi serta menambah bahan bacaan dan studi kepustakaan bagi ilmu-ilmu pendidikan yang bersangkutan dengan penelitian ini.

1.5. Tinjauan Pustaka

Permainan merupakan pertunjukan atau tontonan, sementara itu menurut beberapa ahli yang dapat disebut dengan permainan adalah:

1. Suatu kegiatan membebaskan diri dari kelebihan daya hidup 2. Dalam permainan mahluk hidup tunduk pada suatu hasrat meniru 3. Ia memuaskan akan suatu hiburan

4. Ia melakukan suatu latihan persiapan bagi kegiatan yang serius, yang nantinya akan dituntut dirinya dalam kehidupannya

5. Permainan itu dimaksudkan sebagai latihan untuk menguasai diri 6. Hasrat untuk berkuasa


(42)

Menurut Cohan perjudian sudah ada sejak jaman prasejarah. Perjudiaan bahkan seringkali dianggap seusia dengan peradaban manusia. Dalam cerita Mahabarata dapat diketahui bahwa Pandawa menjadi kehilangan kerajaan dan dibuang ke hutan selama 13 tahun karena kalah dalam permainan judi melawan Kurawa. Para penjudi primitif adalah para dukun yang membuat ramalan ke masa depan dengan menggunakan batu, tongkat atau tulang hewan yang dilempar ke udara dan jatuh di tanah. Biasanya yang diramal pada masa itu adalah nasib seseorang pada masa mendatang. Pada saat itu nasib tersebut ditentukan oleh posisi jatuhnya batu, tongkat atau tulang ketika mendarat di tanah. Dalam perkembangan selanjutnya posisi mendarat tersebut dianggap sebagai suatu yang menarik untuk dipertaruhkan10

Alice Hewing (dalam Stanford & Susan) mengemukakan bahwa orang-orang Mesir kuno sangat senang bertaruh dalam suatu permainan seperti yang dimainkan oleh anak-anak pada masa kini dimana mereka menebak jumlah jari-jari dua orang berdasarkan angka ganjil atau genap. Orang-orang Romawi kuno menyenangi permainan melempar koin dan lotere, yang dipelajari dari Cina. Orang Yunani Kuno juga menggunakan hal yang sama. Selain itu, mereka juga menyenangi permainan dadu. Pada jaman Romawi kuno permainan dadu menjadi sangat populer. Para Raja seperti Nero dan Claudine menganggap permainan dadu sebagai bagian penting


(43)

dalam acara kerajaan. Namun permainan dadu menghilang bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Romawi, dan baru ditemukan kembali beberapa abad kemudian di sebuah Benteng Arab bernama Hazart, semasa perang salib.

Setelah dadu diperkenalkan lagi di Eropa sekitar tahun 1100-an oleh para bekas serdadu perang salib, permainan dadu mulai merebak lagi. Banyak kerabat kerajaan dari Inggris dan Perancis yang kalah bermain judi ditempat yang disebut Hazard (mungkin diambil dari nama tempat dimana dadu tersebut diketemukan kembali). Sampai abad ke XVIII, Hazard masih tetap populer bagi para raja dan pelancong dalam berjudi.

Pada abad ke XIV, permainan kartu juga mulai memasuki Eropa, dibawa oleh para pelancong yang datang dari Cina. Kartu pertama yang dibuat di Eropa dibuat di Italia dan berisi 78 gambar hasil lukisan yang sangat indah. Pada abad XV, Perancis mengurangi jumlah kartu menjadi 56 dan mulai memproduksi kartu untuk seluruh Eropa. Pada masa ini Ratu Inggris, Elizabeth I sudah memperkenalkan lotere guna meningkatkan pendapatan negara untuk memperbaiki pelabuhan-pelabuhan.

Seiring dengan dilakukannya pelayaran dan perdagangan serta ditemukannya beberapa benua baru, maka anekaragam jenis permainan judi turut serta disebarluaskan oleh para pedagang dan pelancong. Kondisi ini semakin memperbanyak pilihan permainan judi karena jenis permainan yang dibawa oleh


(44)

keanekaragaman jenis permainan judi dan kemudahan teknik permainannya maka perjudian dengan mudah dan cepat menyebar keseluruh penjuru dunia.

Stanford Wong dan Susan Spector mengatakan bahwa kategori perjudian berdasarkan karakteristik psikologis mayoritas para penjudi ada 5, yaitu:

- Sociable Games

DalamSociable Games, setiap orang menang atau kalah secara bersama-sama. Penjudi bertaruh di atas alat atau media yang ditentukan bukan melawan satu sama lain. Pada perjudian jenis ini akan sering dijumpai para penjudi saling bercakap, tertawa, ataupun tegang. Walaupun para penjudi selau ingin menang, mereka sadar bahwa jika mereka tidak mendapatkan hal tersebut, paling tidak mereka sudah mendapatkan kesempatan yang baik untuk mencoba permainan. Termasuk dalam kategori ini adalah: Dadu, Baccarat11, BlackJack, Pai Gow Poker, Let It Ride,

Roulette Amerika.

- Analytical Games/ Permainan Analisis

Analytical Games sangat menarik bagi orang yang mempunyai kemampuan menganalisis data dan mampu membuat keputusan sendiri. Perjudian model ini memerlukan riset dan sumber informasi yang cukup banyak serta kemampuan


(45)

menganalisis berbagai kejadian. Termasuk dalam kategori ini adalah: Pacuan Kuda,

Sports Betting(Sepakbola, Balap Mobil/Motor, dan lain-lainnya).

- Games You Can Beat

DalamGames You Can Beatpenjudi sangat kompetitif dan ingin sekali untuk menang. Penjudi juga berusaha extra keras untuk dapat menguasai permainan. Dalam kategori ini penjudi menanganggap kemenangan diperoleh melalui permainan dengan penuh keahlian dan strategi yang jitu serta dapat membaca strategi lawan. Penjudi harus dapat memilih dan membuat keputusan secara tepat serta dapat membedakan alternatif kondisi mana harus ikut bermain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa permainan judi jenis ini adalah permainan yang dirancang khusus bagi penjudi yang hanya mementingkan kemenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah : Blackjack, Poker, Pai Gow Poker, Video Poker, Sports Betting dan Pacuan Kuda.

- Escape from Reality

Setiap orang pada dasarnya ingin sekali lain dari kenyataan. Pada permainan

Escape From Reality, para pemain yang menjalankan Slot Machine atau Video Games dalam waktu yang cukup lama akan merasa seperti terbawa ke alam lain. Permainan ini bukan hanya menyuguhkan hal-hal yang menarik tetapi juga membuat penjudi terbuai menunggu hasil yang tidak terduga, meski penjudi pada akhirnya


(46)

- Patience Games

Bagi penjudi yang ingin santai dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan hasil, maka Patience Games merupakan pilihan yang paling digemari. Dalam perjudian model ini para penjudi menunggu dengan sabar nomor yang mereka miliki keluar. Bagi mereka masa-masa menunggu sama menariknya dengan masa ketika mereka memasang taruhan, mulai bermain ataupun ketika mengakhiri permainan. Termasuk dalam kategori ini adalah:Lottery, Keno dan Bingo12.

Menurut Kartini dalam bukunya judi buntut perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak dan belum pasti hasilnya (Kartono, 1992:56). Sedangkan Undang-undang Hukum Pidana, mengartikan perjudian sebagai tiap-tiap permainan yang kemungkinannya akan menang pada umumnya tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan bertambah besar, karena permainan lebih pandai atau lebih cakap. Menurut Hamsah:1986:154 Main judi mengandung juga segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau pemain itu, demikian juga segala pertaruhan lainnya. Menurut


(47)

Dalam PP No. 9 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, perjudian dikategorikan menjadi tiga:

1. Perjudian di Kasino yang terdiri dari Roulette, Blackjack, Baccarat, Creps, Keno, Tombola, Super Ping-pong, Lotto Fair, Satan, Paykyu, Slot Machine (Jackpot), Ji Si Kie, Big Six Wheel, Chuc a Luck, Lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran). Pachinko, Poker, Twenty One, Hwa Hwe serta Kiu-Kiu.

2. Perjudian di tempat keramaian yang terdiri dari lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar (Paseran), lempar gelang, lempar uang (Coin), kim, pancingan, menembak sasaran yang tidak berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu domba/kambing, pacu kuda, karapan sapi, pacu anjing, kailai,mayong/macakdanerek-erek.

3. Perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan yang terdiri dari adu ayam, adu sapi, adu kerbau, pacu kuda, karapan sapi, adu domba/kambing.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat (3) tahun 1981 mengartikan judi adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemainan.


(48)

Dalam Pasal 303 ayat (3) diatas secara detil dijelaskan dalam penjelasan Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Antara lain adalah rolet, poker, hwa hwe, nalo, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda dan karapan sapi. Selain yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah tersebut di atas, masih banyak perjudian yang berkembang di masyarakat. Semisal “adu doro”, yaitu judi dengan mengadu burung merpati, dimana pemenangnya ditentukan oleh peserta yang merpatinya atau merpati yang dijagokannya mencapai finish paling awal, dan yang paling marak biasanya saat piala dunia. Baik di kampung, kantor dan cafe, baik tua maupun muda, sibuk bertaruh dengan menjagokan tim favoritnya masing-masing. Bahkan bermain catur pun kadang dijadikan judi. Sehingga benar kata orang “kalau

orang berotak judi, segala hal dapat dijadikan sarana berjudi”13.

Pada umumnya masyarakat Indonesia berjudi dengan menggunakan kartu remi, domino, rolet dan dadu. Namun yang paling marak adalah judi togel (toto gelap), yaitu dengan cara menebak dua angka atau lebih. Bila tebakannya tepat maka sipembeli mendapatkan hadiah beberapa ratus atau ribu kali lipat dari jumlah uang yang dipertaruhkan. Judi ini mirip dengan judi buntut yang berkembang pesat pada tahun delapan puluhan sebagai ekses. Perjudian yang berkembang dimasyarakat bisa


(49)

Di Jepang judi merupakan suatu bentuk hiburan yang dapat memberi masyarakat tersebut lepas dari kebosanan dan kepenatan yang ada dalam diri mereka. Disini ada beberapa jenis-jenis judi yang dapat digolongkan ke dalam jenis perjudian yang dianggap sebagai penghibur atau sebagai alat hiburan:

1. Takarajuki( loterry berhadiah)

Salah satu judi yang sangat popular dan mudah ditemukan. Ada berbagai jenis dan ragam dariLotterynamun secara umum ada 4 jenis yaitu Lotto, Scretch, Number dan Jumbo Takarajuki. Dari sekian banyak jenis Takarajuki yang ada, Jumbo Takarajuki mungkin adalah yang paling menarik karena menawarkan hadiah kemenangan yang paling heboh sampai 3 miliyar Yen (300 miliar rupiah). Namun yang cukup unik adalah walaupun menawarkan hadiah yang menggiurkan, jumbo takarajuki yang digelar selama 4 kali dalam setahun nyaris ditanggapi biasa-biasa saja oleh masyarakat Jepang. Umumnya orang-orang Jepang membeli jumbo takarajuki pada bulan desember yang kadang dianggap sebagai peruntungan akhir tahun.

Hal ini berbeda di Indonesia saat lottre keberuntungan yang mirip dengan takarajuki yaitu SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) dilegalkan di era tahun 80-an. Setiap menjelang periode penarikan, situasi di tempat penjualan lotre selalu ramai dan penuh sesak. Cukup beruntung karena pada akhirnya judi jenis ini


(50)

2. Keiba(Balap Kuda)

Keiba (Balap Kuda) ini merupakan sebuah judi yang tidak digemari oleh masyarakat Jepang. Judi ini hanya berlangsung setiap hari Sabtu Minggu dan hari libur nasional saja, yang paling unik dari judi kaiba ini adalah jumlah penonton sangat banyak sekali mirip pertandingan sepak bola. Tempat jenis judi ini mirip dengan tempat pinik karena ditempat tersebut anak-anak, dewasa bisa masuk kedalam dengan hanya membayar 200 Yen perorang. Di tempat ini tersedia taman yang indah, tersedia makanan dan minuman yang enak dan terdapat permainan-permainan.

3. Pachinko(Permainan Bola-bola)

Permainan judi dimana cara kerjanya mirip dengan permainan pinball atau

jackpot. Namun sedikit berbeda dengan permainan pinball dimana pemain selalu berusaha keras agar bola tidak sampai jatuh pada lobang namun dalam permainan pachinko berlaku sebaliknya yaitu berusaha memasukkan sebanyak mungkin bola

ke lobangnya. Jadi kemenangan sangat ditentukan oleh “keterampilan atau ketangkasan” dalam memasukkan bola ke lobangnya serta kemampuan menebak


(51)

4. Kyotei(Balap Perahu)

Sebuah perlombaan perahu boat dengan mesin jet (Bout Race). Jenis judi ini kurang begitu popular dibandingkan dengan balap kuda. Judi jenis ini sangan digemari oleh penduduk di daerah pesisir , sekitar danau, pelabuhan dan sejenisnya mungkin karena berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan boat dan perahu. Kalah menangnya permainan tergantung kepada skill dan dukungan team mekaniknya.

5. Keirin(Balap Sepeda)

Keirin adalah perlombaan balap sepeda. Arena balapan menggunakan arena berbentuk melingkar dengan kemiringan lintasannya cukup ekstrim yaitu sisi lintasan terluar dibuat lebih tinggi dari lintasan sisi dalam, jadi pengendara tetap bisa memacu sepedanya tanpa harus menurunkan kecepatannya pada setiap tikungan. Ada juga jenis judi di Jepang yang sangat dilarang oleh pemerintah Jepang dimana jika masyarakatnya ketahuan bermain judi jenis ini akan berurusan dengan hokum. Jenis judi ini adalah judi Kartu. Dadu, Mahjon tetapi dalam jumlah yang terbatas14.


(52)

Seiring dengan semua ini judi baik di negara mana pun tidak ada yang salah karena mungkin itu merupakan suatu kebudayaan yang mereka miliki. Tetapi sebaliknya bermain judi selalu digemari dan dimainkan oleh kaum laki-laki dan jarang sekali dimainkan oleh kaum perempuan sehingga dengan demikian peran perempuan harus mengikuti sesuai dengan aturan-aturan budaya yang dimiliki oleh mereka. Sehingga peran sosial ditujukan pada aturan-aturan budaya bagaimana seseorang dengan tipe tertentu harus berlaku. Peran menetapkan tentang hal yang diharapkan atau paling tidak tentang perilaku, yang layak dilakukan. Dan sebagian besar peran yang terpenting berkaitan dengan jenis kelamin. Terdapat kode perilaku yang berbeda untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Perilaku tidak semata-mata ditentukan oleh kecenderungan biologis atau ciri-ciri kepribadian yang dipelajari.

Telah sering dikemukakan bahwa tidak terdapat hubungan langsung dan sederhana diantara keterlibatan wanita pada kegiatan di luar rumahtangga atau masyarakat luas dengan kedudukan mereka ataupun kekuasaan di dalam maupun di luar rumahtangga (Stoler dan Rogers, 1977:39-40 ). Rogers menyatakan bahwa untuk mengerti sebaik-baiknya kedudukan wanita (Women’s Place) dalam kebudayaan tertentu adalah dengan mempelajari hubungan antara kedua grup


(53)

menguasai sumber-sumber yang berharga (tanah, tenaga kerja bahan makanan, uang, keterampilan, informasi dan sebagainya sesuai dengan kebudayaan masing-masing )

2. Hubungan secara konsepsional antara pria dan wanita atau sikap dari perbedaan jenis kelamin dapat dipelajari dengan menganalisa ada atau tidak adanya diferensiasi dalam perilaku dan diferensiai dalam ideologi.

Sistem nilai budaya yang sudah berpola merupakan gambaran sikap, pikiran dan tingkah laku anggota/ warga yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan dalam hidup bermasyarakat. Setiap anggota/ warga masyarakat yang menyusaikan diri dengan sistem nilai budaya mereka yang sudah berpola adalah produk budaya hasil pengalaman hidup yang berlangsung secara terus-menerus, terbiasa yang akhirnya disepakati bersama sebagai pedoman hidup mereka, dan sebagai identitas kelompok masyarakat.

Apabila sistem nilai budaya mengalami perubahan, akan terjadi perubahan sikap mental, dan pola tingkah laku anggota/ warga masyarakat dalam berbagai aspek nilai kehidupan. Perubahan sistem nilai budaya dapat berakibat negatif dari

perubahan sistem nilai budaya yang disebut “masalah kemanusiaan”. Contoh nilai

perubahan kehidupan yang banyak terjadi dan dapat dijumpai pada masyarakat adalah Perjudian. Adapun bentuk-bentuk kartu yang dijadikan untuk berjudi adalah sebagai berikut:


(54)

- Kartu Tarot

Kartu Tarot berasal dari Italia. Pada awalnya, permainan kartu tersebut bernama Carde da Trionfi, atau Kartu Kejayaan (Trionfi: berjaya atau menang,

triumph). Sebanyak 28 dokumen tertanggal 1442-1463 mencantumkan permainan kartu bernamaTrionfi. Kartu-kartuTrionfitersebut pun masih dapat dijumpai saat ini. Setelah mendapat pengaruh dari Prancis, namaTrionfiberubah menjadiTarocchi.

Kepopuleran kartu Tarot diperkirakan bermula sejak Antoine Court de Gebelin menerbitkan sebuah buku pada tahun 178115. Buku tersebut menyatakan bahwa pendeta-pendeta Mesir kuno telah melukis kartu Tarot berdasarkan Buku Thoth. Mereka kemudian membawa gambar-gambar tersebut ke Roma untuk dipersembahkan kepada Paus. Paus kemudian memperkenalkan Tarot ke Avignon, Prancis pada abad ke-14. Penjelasan Court de Gebelin dianggap tidak akurat karena tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah dan ditulis sebelum Champollion

menerjemahkan bahasa Mesir kuno,Hieroglif(Hieroglyph).

Gereja Katolik dan pemerintah daerah di Eropa tidaklah selalu melarang permainan Tarot. Beberapa daerah bahkan memperbolehkan warganya memainkan Tarot dimana permainan kartu sejenis lainnya jelas-jelas dilarang. Hak eksklusif tersebut tidaklah berlangsung lama. Pada akhir abad ke-14 seorang penceramah dari


(55)

diterbitkan di tahun 1370 (Beberapa ahli menyatakan 1377)16. Sebagai akibat dari pernyataan ini, John I dari Castile, pemerintah Firenze dan Basel secara bersamaan menerbitkan larangan bermain kartu. Beberapa tempat seperti Regensburg danDuchy of Brabant pun menerbitkan larangan serupa di tahun 1379. Bernard Siena memberi ceramah bahwa kartu bermain adalah hasil ciptaan Setan.

Tarot-tarot tertua saat ini dibuat pada awal sampai pertengahan abad ke XV. Ketiga set kartu tersebut adalah milik keluarga Visconti, keluarga yang paling berkuasa di Milan pada saat itu. Kartu-kartu tersebut dilukis untuk merayakan perkawinan antara keluarga Visconti dan Sforza, kemungkinan besar oleh Bonifacio Bembo dan pelukis-pelukis miniatur dari Ferrara. 35 kartu disimpan di Perpustakaan Pierpont Morgan, 26 kartu di Accademia Carrara, 13 kartu di Casa Colleoni, dan 4 kartu (Devil, Tower, Three of Swords, dan Knight of Coins) tidak dapat ditemukan, atau mungkin tidak pernah dibuat. Set kartu 'Visconti-Sforza' ini direproduksi secara meluas. Dalam set tersebut, Minor Arcana (kartu-kartu Pedang, Tongkat, Koin dan Cawan) dan Major Arcana digabungkan untuk merefleksikan ikonografi konvensional pada saat itu.

- Kartu Remi


(56)

dan pembuatan rumah kartu. Kata “Remi” itu sendiri sebenarnya adalah nama salah satu permainan kartu. Ada 1001 macam permainan kartu. Setiap negara, bahkan wilayah suatu negara, memiliki jenis permainannya sendiri.

Di Indonesia, akrab dengan istilah permainan 41, Remi, Cangkulan, sebagainya. Namun yang populer di banyak negara misalnya Poker, Canasta,

Blackjack, Casino, Solitaire dan Bridge dengan jumlah pemain yang bisa berbeda-beda. Solitaire dan bridge barangkali lebih familiar ketimbang yang lain. Solitaire yang sudah dimainkan orang sejak ratusan tahun lalu dan banyak jenisnya itu dimainkan sendirian, terutama untuk mengisi waktu luang. Sedangkan bridge yang harus dimainkan oleh 4 orang biasanya berpasangan, bahkan menjadi salah satu nomor andalan bagi tim Indonesia dalam dunia olahraga untuk meraih kemenangan dalam suatuturnamenbridge internasional. Seperti kita kenal sekarang, satu pak kartu remi berisi52lembar, dibagi menjadi 4suitatau jenis kartu(Spade, Heart, Diamond, Club), masing-masing terdiri atas 13 kartu (dari As, 2, 3, sampai King). Plus kartu tambahan berupa dua kartujoker,hitamdanmerah.

Kapan dan siapa penemu kartu remi tidak diketahui secara pasti, diduga embrionya berasal dari daratan Cina atau Hindustan (India) sekitar tahun 800. Bagaimana ceritanya sampai bisa masuk ke Eropa pun agak samar-samar, mungkin


(57)

permainan kartu ini datang dari Timur, Mesir, atau Arab dan muncul di Italia kira-kira akhir tahun1200-an. Setelah itu menyebar ke Jerman,Perancis, danSpanyol17.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Dimana Spradley (1997) menjelaskan bahwa yang menjadi ciri khas metode etnografi adalah bersifat Holistic-Integratif (saling berkaitan dan menyatu),

Thick Description (pendeskripsian yang mendalam, dan analisis kualitatif untuk mendapatkan Native’s Point of View (sudut pandang dari masyarakat yang diteliti). Di sini masyarakat yang akan diteliti adalah masyarakat yang pro-kontra serta pelakunya.

Hasil penelitian akan memaparkan tentang judi pada ibu-ibu. Metode etnografi digunakan agar mampu menghasilkan data-data deskriptif yang mendukung kajian penelitian. Dengan demikian penelitian ini dapat dideskripsikan sesuai dengan kajian ilmu antropologi.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam mencari data di lapangan adalah sebagai berikut:

1. Teknik Observasi


(58)

Observasi ini dilakukan peneliti untuk memperoleh gambaran penuh mengenai permainan judi yang dilakukan oleh ibu-ibu pada masyarakat Desa Seibelutu. Dalam melakukan observasi, peneliti mengamati secara langsung apa-apa saja yang mereka lakukan dalam aktivitas mereka masing-masing.

2. Hidup Bersama Masyarakat Tineliti

Untuk mendapatkan data yang lebih jelas dan akurat, peneliti akan tinggal dengan masyarakat tineliti (masyarakat yang diteliti). Peneliti akan tinggal bersama dengan beberapa keluarga yang ibu-ibunya suka bermain judi. Teknik ini dilakukan untuk

mendukung penulisan etnografi yang “holistik” ataupun saling berkaitan antar unsur

dalam suatu kebudayaan yang menjadi metode dalam penelitian ini. Selain untuk mendukung metode penelitian, hidup bersama masyarakat tineliti juga akan memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang menjadi fokus penelitian.

3. Wawancara

Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara sambil lalu dan wawancara mendalam. Wawancara sambil lalu dilakukan peneliti saat observasi pertama kali datang kelapangan, dan ini bermanfaat untuk menambah data yang diperoleh dari wawancara mendalam. Lalu peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari informan. Wawancara mendalam


(59)

bermamfaat agar peneliti dapat menganalisa kembali data yang diperoleh dari informan tersebut. Ada beberapa informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

- Informan biasa

Adalah masyarakat yang dimintai informasi untuk melengkapi data yang telah ada. Dimana informan biasa adalah masyarakat yang berada disekitar lokasi tempat ibu-ibu tersebut bermain judi, misalnya: tetangga.

- Informan pangkal

Adalah seseorang yang memberikan informasi awal mengenai hal yang diteliti. Di penelitian ini yang menjadi informan pangkal adalah keluarga (suami dan anak ) dari ibu-ibu yang ikut dalam permainan judi tersebut. - Informan kunci

Adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Yang menjadi informan kunci ini adalah ibu-ibu yang langsung ikut bergabung dalam permainan judi tersebut dan masyarakat yang mengetahui adat-istiadat masyarakat setempat.

4. Dokumentasi Lapangan

Dalam melakukan penelitian saya menggunakan alat dokumentasi seperti camera digital untuk memotret para pemain judi tersebut dan foto yang saya dapat dari lapangan akan dimasukkan kedalam skripsi sebagai tanda bukti kalau saya


(60)

benar-surat kabar dan tulisan-tulisan lainnya termasuk tulisan dari media elektronik untuk menambah pemahaman penulis terhadap permasalahan yang akan diteliti.

1.7. Analisis Data

Pada tahap analisis ini, peneliti akan memeriksa ulang data untuk melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis secara kualitatif dan disususun sesuai dengan kategori-kategori tertentu sebagaimana yang dikemukakan oleh informan.


(61)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI BAMBAN

2.1. Sejarah Desa Sei Belutu

Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban yang merupakan bagian dari Kabupaten Serdang Bedagai adalah merupakan daerah yang amat subur, kondisi tanahnya yang demikian rata dan berawa sangat memungkinkan untuk diolah menjadi lahan pertanian untuk persawahan.

Awalnya Desa Sei Belutu ini merupakan daerah yang hanya ditumbuhi oleh tanaman rambung dan masih tidak ada terbentuk sebuah perumahan. Tetapi pada tahun 1950-an orang-orang satu persatu datang ke Desa ini dan membangun sebuah perumahan dimana pertama kalinya Desa Sei Belutu ini di kepalai oleh seorang Kepala Desa beretnis Jawa. Bapak ini menduduki Kepala Desa selama 8 tahun lamanya, sampai dengan lamanya Bapak ini menjadi Kepala Desa sudah banyak perumahan yang dibangun dengan memiliki 5 Dusun yang dihuni sebanyak 189 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak 2.256 jiwa.

Pada tahun 1958 Kepala Desa digantikan oleh Bapak yang beretnis Batak Toba yang bernama J. Parhusip. Bapak J. Parhusip ini menjadi Kepala Desa selama 5 tahun lamanya dan ketika Bapak Parhusip menjadi Kepala Desa di Desa Sei Belutu


(62)

Setelah 5 tahun lamanya Bapak Parhusip berjaya di Desa Sei Belutu ini Bapak tersebut digantikan oleh Bapak M. Sinaga dimana Bapak ini menduduki jabatan sebagai Kepala Desa paling lama. Bapak M. Sinaga ini merupakan orang yang terkaya di Desa Sei Belutu karena setengah dari tanah Desa Sei Belutu ini Bapak M. Sinaga yang memilikinya. Bapak ini merupakan orang yang dihormati dan disegani oleh masyarakat Desa Sei Belutu. Bapak M. Sinaga menyewakan persawahannya kepada masyarakat yang ada di Desa Sei Belutu untuk diolah, dan hasil dari sewa akan digantikan dengan padi sebanyak seperempat dari penghasilan yang diperoleh oleh penyewa setelah panen.

Setelah Bapak M. Sinaga wafat dia digantikan oleh anaknya sendiri yang bermana R. Sinaga. Bapak R. Sinaga ini hanya menduduki jabatan selama 5 tahun lamanya karena Bapak R. Sinaga ini meninggal dunia karena mengalami sebuah kecelakaan. Akhirnya Bapak R. Sinaga digantikan oleh Bapak B. Manurung yang dipilih langsung oleh masyarakat Desa Sei Belutu sampai dengan saat ini. Setelah Bapak M. Manurung menjadi Kepala Desa dan Bapak Rajaguk-guk sebagai seketaris Desa, Desa Sei Belutu mulai berkembang yaitu dengan dibuatnya lampu jalan disetiap pinggir jalan, dibangunnya sebuah Taman Kanak-kanak, PAM ( Perusahaan Air Minum) dan adanya perbaikan kantor kepala desa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pada intinya Bapak M. Manurung sudah menjadi Kepala Desa yang baik


(63)

2.2. Letak Geografis dan Iklim

Desa Sei Belutu memiliki letak geografis sebagai berikut:

- Sebelah Utara Berbatasan : Desa Gempolan

- Sebelah Barat Berbatasan : Desa Malasori (Kecamatan Dolok Masihul)

- Sebelah Selatan Berbatasan : PTPN IV Rambutan

- Sebelah Timur Berbatasan : PTPN III Rambutan

Daerah Desa Sei Belutu memiliki iklim tropis dimana cuaca desa ini sangat panas karena daerah ini dekat dengan daerah pantai yaitu Pantai Kelang. Desa Sei Belutu memilki luas lahan pertanian sebanyak 1200 Ha dengan memiliki luas wilayah 1250 Ha dengan 50 Ha perumahan.

2.3. Pola Pemukiman

Desa Sei Belutu memiliki pemukiman yang baik dan nyaman yaitu setiap masyarakat sudah memiliki tempat tinggal yang layak untuk mereka huni. Mereka memiliki rumah yang sudah beton ataupun sudah memiliki rumah keramik. Desa Sei Belutu memiliki jarak yang jauh antara perumahan dengan persawahan. Di Desa Sei Belutu persawahan sudah semakin sedikit karena sudah banyak persawahan dibuat


(64)

menjadi jalan besar dan jalannya sudah diaspal oleh karena itu sudah banyak mobil-mobil besar yang lalu-lalang ke desa ini.

2.4. Bahasa

Desa Sei Belutu penduduknya mayoritas beretnis Batak Toba oleh karena itu bahasa yang digunakan oleh masyarakat Desa Sei Belutu ini dalam sehari-harinya adalah bahasa Batak Toba. Walaupun ada sebagian masyarakatnya yang beretnis Jawa maupun Mandailing. tetapi mereka tetap menggunakan bahasa Batak Toba sebagai bahasa mereka untuk berkomunikasi itu dikarenakan mereka sudah terbiasa dekat dengan orang-orang etnis Batak Toba sehingga meraka pun paham dan mengerti menggunakan bahasa batak toba.

2.5. Jumlah dan Komposisi Penduduk

Penduduk merupakan modal dasar pembangunan suatu daerah, maka peranan penduduk pada suatu daerah sangat penting juga sebagai pelengkap dalam pembangunan sebab salah satu prinsip suatu berdirinya suatu negara harus ada penduduk atau rakyat.

2.5.1. Gambaran Umum Penduduk


(65)

2.5.1. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin

No Dusun Jumlah KK Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 109 251 326 578

2 II 60 130 124 254

3 III 89 165 175 340

4 IV 92 192 227 419

5 V 112 245 279 524

6 VI 39 74 96 170

7 VII 135 328 348 676

8 VIII 120 241 274 515

9 IX 164 348 352 700

10 X 53 97 107 204

11 XI 62 129 141 265

JUMLAH 1035 2184 2447 4.637

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu tahun 2010

Berdasarkan tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa Desa Sei Belutu memiliki penduduk yang berusia 0-14 tahun sebanyak 2.458 jiwa dan penduduk yang berusia 15-64 tahun sebanyak 1.523 jiwa serta penduduk 64 keatas sebanyak 656 jiwa. Maka dari pernyataan diatas penduduk Desa Sei Belutu memiliki penduduk yang paling banyak adalah usia 0-14 tahun. Jadi kelahiran atau natalitas sangat tinggi


(66)

2.5.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Produktif

No Usia Jumlah

1 0-14 2.458 jiwa

2 15-64 1.523 jiwa

3 64 ke atas 656 jiwa

Jumlah 4.637 jiwa

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2010

Dari tabel di bawah ini dapat kita lihat bahwa Desa Sei Belutu memilki beberapa etnis yaitu Batak Toba, Mandailing dan Jawa. Etnis Batak Toba memiliki 4.606 jiwa, etnis Jawa memiliki 19 jiwa dan etnis Mandailing memiliki 12 jiwa. Jadi dapat diketahui bahwa Desa Sei Belutu mayoritas penduduknya adalah beretnis Batak Toba. Adapun Etnis yang dimiliki oleh Informan Saya adalah:

2.5.3. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa

No Dusun Batak Mandailing Jawa Jumlah

1 I 568 10 - 578

2 II 254 - - 254

3 III 339 - - 339

4 IV 412 - 7 419


(67)

10 X 198 - - 198

11 XI 265 - - 265

JUMLAH 4606 12 19 4.637

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2010

Berdasarkan tabel di bawah ini dapat kita lihat bahwa masyarakat Desa Sei Belutu memiliki beberapa jenis pekerjaan yaitu POLRI/TNI sebanyak 18 jiwa, Wiraswasta sebanyak 10 jiwa dan Tani yang paling banyak yaitu sebanyak 1. 808. Jadi, dapat diketahui bahwa Desa Sei Belutu mayoritas penduduknya bekerja sebagai Petani.

2.5.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Dusun POLRI/ TNI WIRASWASTA TANI

1 I 1 - 199

2 II - - 103

3 III 2 - 117

4 IV 1 1 136

5 V 2 3 214

6 VI 1 - 68

7 VII 2 - 249

8 VIII 3 1 168


(68)

2.5.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Berdasarkan Tabel di bawah ini dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut yaitu sebanyak 4.637 dimana penduduk yang beragama Islam sebanyak 72 jiwa, penduduk yang beragama Protestan sebanyak 3.950 jiwa dan penduduk yang beragama Katolik sebanyak 613 jiwa.

Tabel:

No Dusun Protestan Katolik Islam Jumlah

1 I 518 40 20 578

2 II 224 30 - 254

3 III 261 74 4 339

4 IV 346 65 8 419

5 V 459 50 15 524

6 VI 129 26 15 170

7 VII 584 92 - 676

8 VIII 424 80 10 514

9 IX 628 70 - 698

10 X 123 77 - 198

11 XI 254 11 - 265


(69)

2.6. Sarana dan Prasarana Desa Sei Belutu

Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban memiliki berbagai sarana dan prasarana, dimana sarana yang terdapat di desa ini adalah adanya sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana jalan dan transportasi, sarana penerangan dan air bersih. Adapun macam-macam sarana tersebut dapat kita lihat melalui tabel berikut ini:

2.6.1. Sarana Ibadah

Berdasarkan tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa 90% atau 4.551 jiwa penduduk Desa Sei Belutu adalah beragama Kristen, dan hanya 86 jiwa atau sekitar 10 % yang beragama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa begitu dominan pengaruh KeKristenan pada daerah ini sehingga dapat dikatakan ini adalah merupakan kampung Kristen atau kampung orang Batak. Jadi pantaslah apabila Desa ini menjadi desa ideal bagi etnik Batak Toba untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Tabel: Sarana Ibadah

No Rumah Ibadah Jumlah Jumlah Umat

1 Katolik 2 1.218 jiwa


(70)

6 Pentakosta 3 476 jiwa

7 Mesjid 1 86 jiwa

Jumlah 4.637 jiwa

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Belutu tahun2010

2.6.2. Sarana Pendidikan

Berdasarkan tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa sarana persekolahan di Desa Sei Belutu ini sudah lumayan lengkap dari segi tingkatannya, yaitu adanya TK (Taman Kanak-kanak) 1 unit, SD (Sekolah Dasar) sebanyak 6 unit, SLTP (Sekolah Lanjut Tingkat Pertama) sebanyak 2 unit dan SMA (Sekolah Menegah Atas) sebanyak 1 unit. Berarti penduduk ini harus keluar desanya bila ingin melanjutkan keperguruan tinggi.

Tabel:

No Nama Persekolahan Jumlah Unit

1 TK PAUD ( Program Anak Usia Dini)

1

2 SD NEGERI 5

3 SD SWASTA 1

4 SLTP NEGERI 1


(71)

2.6.3. Sarana Jalan dan Transportasi

Desa Sei Belutu sudah memiliki pasar yang sudah diaspal disepanjang jalan. Jadi angkutan-angkutan baik itu angkutan beroda 4 ataupun angkutan beroda 2 sudah bebas lalu-lalang kemana saja dengan mudah. Sarana transportasi juga sudah lumayan memadai karena sudah banyaknya angkutan umum yang ada di Desa Sei Belutu karena anak-anak dari penduduk Desa ini kebanyaan memilih sekolah yang berada di luar Desa ini. Tetapi angkutan yang ada di Desa ini pada sore hari atau sekitar pukul 17.00 WIB tidak ada lagi yang beroperasi lagi untuk mencari sewa ke kota, itu dikarenakan para supir malas menyetir pada malam hari untuk membawa sewa ke kota dan memang pada dasarnya disore hari masyarakat disini jarang untuk bepergian kekota karena waktu yang dibutuhkan mereka untuk kekota adalah sekitar 1 jam lamanya.

2.6.4. Sarana Kesehatan

Di Desa Sei Belutu ini terdapat 1 (satu) unit Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) dimana PUSKESMAS ini selalu buka setiap Senin-Sabtu. Jadwal kerjanya dimulai dari pukul 08.00 s/d 18.00 WIB tetapi dihari Sabtu PUSKESMAS tutup lebih awal yaitu pukul 16.00 WIB. Di Desa ini juga sudah banyak para Bidan jadi terkadang penduduk lebih suka pergi berobat kerumah Bidan ketimbang pergi ke PUSKESMAS.


(72)

2.6.5. Sarana Penerangan dan Air Bersih

Desa Sei Belutu sudah memiliki penerangan yang baik dimana setiap rumah sudah memiliki penerangan listrik. Masyarakat di Desa ini juga masyarakatnya sudah memiliki Hand Phone (HP), dalam satu keluarga mereka sudah memiliki masing-masing. Jika dalam satu keluarga terdapat 6 orang anaknya maka HP dalam satu rumah sudah ada 6 juga karena mereka masing-masing setiap anak sudah memilikinya, karena HP sudah merupakan barang primer atau sudah menjadi barang yang wajib ada karena sudah menjadi tuntutan hidup atau bisa dikatakan bahwa HP merupakan suatulife style(gaya hidup).

Pembayaran listrik pun sebagian sudah melalui online tidak secara manual lagi walaupun masih ada sebagian yang masih menggunakan secara manual. Di Desa Sei Belutu terdapat 1 buah PAM (Perusahaan Air Minum) dimana masyarakat yang membutuhkan air bersih dapat mengambil air tersdebut. PAM dibangunt berada dekat dengan Kantor Kepala Desa. Sebahagian masyarakat menggunakan PAM tersebut untuk mencuci kain, piring dan digunakan juga untuk membersihkan sepeda motor. Lokasi PAM tersebut selalu ramai pada sore harinya karena anak-anak dan para orang dewasa seringkali di sore hari menggunakan air tersebut untuk mencuci sepeda motor mereka sedangkan anak-anak yang berada di desa tersebut menggunakan tempat


(73)

2.7. Struktur Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan

Struktur sosial masyarakat adalah hubungan-hubungan dari bentuk-bentuk kelompok yang timbul sebagai akibat dari hubungan-hubungan individu di dalam masyarakat. Hubungan yang dimaksud seringkali disebut dengan sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan adalah hubungan kekeluargaan daripada individu-individu disebabkan oleh hubungan darah atau perkawinan diantara mereka. Dengan demikian kekerabatan dapat terjadi berdasarkan 2 hal yaitu:

1. Berdasarkan atas hubungan darah

2. Berdasarkan atas hubungan perkawinan

2.7.1. Sistem Kepemimpinan

Ada 2 tipe kepemimpinan dalam masyarakat yaitu:

1. Kepemimpinan Formal yakni yang mengelola pemerintah desa. Kepemimpinan formal yang tertinggi di desa ini adalah kepala desa dan seketaris desa. Dimana Kepala desa yang saat ini adalah Bapak B. Manurung dan Bapak Rajaguk-guk sebagai seketaris desa yang dipilih langsung oleh masyarakat desa Sei Belutu.Masa kepemimpinan mereka dimulai pada tahun 2009 dan akan berakhir di tahun 2013 yang akan datang.


(74)

2. Kepemimpinan Informal

Ada beberapa sebagian orang yang dihormati dan di segani oleh masyarakat Desa Sei Belutu ini yakni para pengetua adat yang ada di Desa ini. Jadi pengetua adat ini menjadi pemimpin desa secara informal biasanya pengetua adat ini diperlukan saat ada acara-acara pesta.

2.8. Organisasi Sosial Desa Sei Belutu

Desa Sei Belutu memiliki organisasi sosial yaitu adanya STM (Serikat Tolong Menolong) dimana anggotanya ada 60 KK (Kepala Keluarga), adanya KTG (Koperasi Tani Gabe) ini ada 70 KK (Kepala Keluarga) yang ikut bergabung dalam organisasi KTG ini anggotanya dapat meminjam pupuk dan menyimpan uang untuk modal pertaniannya. KTG ini berguna untuk mensejahterakan masyarakat petani yang ada di Desa Sei Belutu ini.

2.8.1. Organisasi Keagamaan

Di desa Sei Belutu ada sebuah organisasi keagamaan dimana organisasi ini berdasarkan agama yang dianutnya. Misalnya agama Kristen protestan ada bentuk pertamingan di setiap sektor atau di setiap lingkungan masing-masing dimana


(75)

2.8.2. Organisasi Kepemudaan

Di desa Sei Belutu terdapat 1(satu) organisasi kepemudaan yaitu disebut dengan Naposo Bulung. Naposo Bulung ini diperlukan pada saat ada acara perayaan pesta baik itu pesta perkawinan maupun pesta kematian. Naposo Bulung membantu ibu-ibu dan bapak-bapak yang ikut dalam kegiatan STM itu juga. Dimana mereka diperlukan untuk membagi-bagikan makanan dan minuman bagi peserta undangan pesta tersebut.


(76)

BAB III

JUDI IBU-IBU DI DESA SEI BELUTU KECAMATAN SEI BAMBAN

Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu (1) pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. Pemain yang kalahtaruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai. Ada beberapa masalah dalam perjudian yaitu:

• Beberapa orang akan menjadi ketagihan, mereka tidak dapat berhenti berjudi, dan kehilangan banyakuang.

• Kadang-kadang judi tidaklah adil. Jika anda menang atau kalah, anda harus membayar sejumlah uang.

Perjudian merupakan salah satu penyakit masyarakat terutama yang dihadapi oleh ibu-ibu di Desa Sei Belutu. Dimana seorang ibu adalah orangtua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya ibu memiliki peranan yang penting dalam membesarkan anak dan panggilan ibu dapat diberikan untuk yang bukan merupakan orangtua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini18. Jadi seharusnya seorang ibu itu harus bisa


(77)

Jika seorang ibu selalu bertindak baik maka seorang anak pasti akan meniru sikap ibunya tersebut walaupun memang masih ada anak perilaku anak yang melenceng dari sikap ibunya, sebaliknya jika seorang ibu berperilaku tidak baik seperti kasus yang ada disini yaitu bermain judi maka seorang anak akan mengikuti kebisaan ibunya itu yaitu bermain judi.

3.1. Sejarah Munculnya Perjudian Pada Ibu-Ibu di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

Perjudian ini dimulai sejak tahun 2008 yang lalu tepatnya di bulan Februari dimana awalnya ibu-ibu yang ikut dalam perjudian ini hanya berjumlah 3 orang yaitu Ibu E. Sinaga, Ibu D. Sihombing dan Ibu H. Pandiangan. Lokasi perjudian mereka berada di rumah Ibu D. Sihombing dimana waktu yang mereka butuhkan dalam bermain judi adalah diwaktu luang mereka, jika ada waktu luang yang kosong mereka selalu berkumpul di rumah Ibu D. Sihombing untuk bermain judi. Awalnya dalam permainan judi ini mereka hanya membuat taruhan sebesar Rp. 2000,00 tetapi seiring berjalannya waktu perjudian ini pun banyak diminati oleh ibu-ibu, anggotanya bertambah menjadi 8 (delapan) orang yaitu Ibu E. Manurung, Ibu S. Situmorang, Ibu G. Gultom, Ibu M. Sinaga, Ibu S. Sinaga, bertambahnya ibu-ibu ini disebabkan karena mereka memiliki tujuan yang sama yaitu sama-sama ingin menghilangkan rasa stres, suntuk dan untuk meringankan beban pikiran yang ada dalam otak mereka.


(78)

mereka pun tidak pernah bertambah lagi, mereka tetap 8 (delapan) orang saja. Bentuk perjudian yang dilakukan oleh ibu-ibu ini adalah dalam bentuk permainan judi kartu remi. Bagi ibu-ibu ini kartu remi lebih asik dipakai bermain judi karena walaupun mereka tahu kartu remi sangat sulit untuk di mainkan tetapi mereka lebih suka menggunakan kartu remi daripada kartu lainnya seperti kartu domino.

3.2. Judi Bagi Ibu-Ibu

Di siang hari yang panas, matahari begitu terik menyengat kulit kira-kira pukul 13.30 WIB saya pergi ke lokasi penelitian, dimana saya menggunakan sepeda motor sebagai alat kendaraan menuju lokasi penelitian tersebut. Dengan kecepatan kira-kira 40 Km/ Jam saya pun sampai ketempat tujuan dengan waktu perjalanan 15 menit. Saya dan para informan setiap harinya pada pukul 13.30 WIB sudah melakukan perjanjian bahwa setiap diatas pukul 13.00 WIB kami bertemu dirumah Ibu H. Pandingan untuk melihat permainan judi yang mereka lakukan dalam mencari data yang saya butuhkan. Sesampainya dilokasi penelitian yaitu dirumahnya Ibu D. Siombing dimana ibu itu juga membuka sebuah warung kedai minuman yaitu tempat minuman tuak, kopi, teh manis dan tempat jualan jajanan kecil-kecilan, saya bertemu dengan banyak orang terutama bapak-bapak yang memakai baju seragam sawah karena pakaian yang mereka pakai terlihat kotor berlumpur dan celana koyak-koyak


(1)

Pendidikan : SMA Umur : 65 tahun Pekerjaan : Petani

53. Nama : Magdalena Sinaga Umur : 27 tahun

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta

54. Nama : Bapak T. Tambunan Umur : 58 tahun

Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS

55. Nama : Ibu S. Sinaga Umur : 59 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS

56. Nama : Marata Tambunan Umur : 22 tahun

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswa 57. Nama :Bapak P. Nadeak

Umur : 58 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS

58. Nama : Ibu E. Manurung Umur : 55 tahun


(2)

Pekerjaan : PNS

59. Nama : Rico Nadeak Umur : 23 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswa 60. Nama : B. Sinaga

Umur : 36 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani 61. Nama : J. Nadeak

Umur : 45 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani 62. Nama : A. Sinaga

Umur : 48 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani 63. Nama : E. Manalu

Umur : 60 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaaan : PNS 64. Nama : P. Sitorus

Umur : 58 tahun Pendidikan : S1


(3)

PEDOMAN WAWANCARA

16. Profil keluarga dekat maupun masyarakat sekitar.

17. Apa yang dimaksud judi menurut pandangan ibu-ibu tersebut. 18. Bagaimana awalnya mereka bisa suka bermain judi

19. Apa yang menjadi alasan mereka suka bermain judi.

20. Apakah ibu-ibu tahu kalau judi itu dilarang oleh pemerintah dan adanya undng-undang tentang perjudian.

21. Bagaimana tanggapan para suami menyikapi perilaku isteri mereka yang suka bermain judi.

22. Bagaimana tanggapan para anak menyikapi perilaku para ibu mereka yang suka bermain judi.

23. Bagaimana tanggapan keluarga terdekat mereka menyikapi perilaku para ibu yang suka bermain judi.

24. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar melihat keadaan ibu-ibu yang suka bermain judi.

25. Dari pukul berapa mereka mulai dan selesai bermain judi.

26. Bagaimana aturan-aturan yang mereka buat dalam permainan tersebut. 27. Berapa besar taruhan yang mereka buat dalam permainan tersebut. 28. Apa-apa saja yang mereka lakukan saat bermain judi.

29. Apakah tidak ada rasa penyesalan yang ada di dalam hati mereka saat bermain judi.


(4)

30. Apakah para ibu- tidak takut saat bermain judi ada rajia tiba-tiba dari pihak berwajib


(5)

DAFTAR ISTILAH

25.Tulang : Saudara laki-laki ibu 26.Nantulang : Isteri saudara laki-laki ibu 27.Bapak Tua : Saudara laki-laki ayah 28.Maktua : Isteri saudara laki-laki ayah 29.Bapa uda : Suami saudara perempuan ibu 30.Inang uda : Saudara perempuan ibu

31.Sampudan : Anak yang paling kecil atau anak bungsu

32.Ompung : Kakek/Nenek

33.Iboto/Ito : Saudara perempuan/ laki-laki

34.Angkang baoa/ boru : Abang/ Kakak

35.Inang-inang : Ibu-ibu

36.Oma : Ibu

37.Palak : Emosi

38.Eda : Saudara ipar perempuan

39.Parbada : Pengadu domba

40.Parumaen : Menantu


(6)

43. Marsirang : Bercerai/ pisah 44.Inang simatua : Ibu mertua

45.Bere : Keponakan

46. Marbadai : Bertengkar

47. Garang : Pemberani