PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINE

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP HARGA SAHAM
(Sensus Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012)
Oleh
KIKI KHORI’AH
NPM 093403046
Pembimbing :
Iman Pirman Hidayat, SE.,M.Si., Ak.
Rita Tri Yusnita, SE., MM.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh Modal Intelektual secara parsial
terhadap Harga Saham, (2) Pengaruh Kinerja Keuangan secara parsial terhadap Harga Saham (3)
Pengaruh Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan secara simultan terhadap Harga Saham. Objek
Penelitian ini meliputi, Modal Intelektual, Kinerja Keuangan dan Harga Saham pada perusahaan
sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode deskriftif analitis dengan pendekatan sensus. Data yang digunakan adalah
data sekunder. Alat analitis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian
menunjukan bahwa Modal Intelektual secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham sebesar

1,9%, Kinerja Keuangan secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham sebesar 65,6%,
Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham
sebesar 84,5%.

Kata Kunci : Modal Intelektual, Kinerja Keuangan dan Harga Saham.

1

1. Latar Belakang
Perekonomian dunia berkembang sangat cepat seiring dengan perkembangan teknologi dan
inovasi yang berdampak pada perusahaan yang harus mengubah strategi bisnisnya dari yang berbasis
tenaga kerja menjadi basis pengetahuan agar dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Seiring dengan
perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan
manajemen pengetahuan (knowledge management), kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada
suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono, 2003:35).
Selain itu, perusahaan yang berubah menjadi basis pengetahuan akan menyebabkan bergesernya
fokus dari pemanfaatan aset-aset individual menjadi sekelompok aset yang sebagian utamanya adalah
aktiva tidak berwujud, yaitu modal intelektual (intellectual capital) atau modal pengetahuan (knowledge
capital) yang melekat dalam keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman, serta dalam sistem dan
prosedur organisasional.

Bidang modal intelektual (Intellectual Capital/IC) awalnya mulai muncul dalam pers populer pada
awal 1990-an (Stewart, 1991:53,1994:68). Namun dengan adanya perkembangan ekonomi baru yang
dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan, hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal
intelektual atau intellectual capital (IC) (Stewart, 1997; Hong, 2007).
Modal intelektual adalah bagian dari pengetahuan yang dapat memberi manfaat bagi perusahaan.
Manfaat di sini berarti bahwa pengetahuan tersebut mampu menyumbangkan sesuatu atau memberikan
kontribusi yang dapat memberi nilai tambah dan kegunaaan yang berbeda bagi perusahaan. Berbeda
berarti pengetahuan tersebut merupakan salah satu faktor identifikasi yang membedakan suatu
perusahaaan dengan perusahaaan yang lain.
Intellectual capital memainkan peran penting dalam meningkatakan kemampuan perusahaan
dalam menciptakan keunggulan kompetitif (Kaplan dan Norton, 2004:4). Berdasarkan pernyataan
tersebut, kini modal intelektual dirujuk sebagai faktor penyebab sukses yang penting dan karenanya akan
semakin menjadi suatu perhatian dalam kajian strategi organisasi dan strategi pembangunan.
Modal intelektual didudukan di tempat strategis dalam konteks kinerja atau kemajuan suatu
oraganisasi atau masyarakat. Hal ini dikarenakan pertama, fenomena pergeseran tipe masyarakat dari
masyarakat industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan. Kedua, pada tataran mikro perusahaan,
tampaknya agak sulit untuk tidak menyertakan atau mengaitkan perkembangan ini di dalam konteks
persaingan dan pencarian basis keunggulan kompetitif (Rupidara, 2008).
Salah satu bagian dari modal intelektual adalah teknologi informasi dimana teknologi merupakan
kombinasi pengetahuan yang terhubung langsung dengan pengembangan produk dan jasa (Castro dan

Sa'ez, 2008). Teknologi informasi tersebut dapat mendukung untuk meningkatkan kualitas modal
intelektual dalam suatu perusahaan.
Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar oleh berbagai kalangan terutama
para akuntan dan akademisi. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual. Mulai dari cara
pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapan modal intelektual dalam laporan keuangan
perusahaan.
Mengidentifikasi modal intelektual dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh karyawan, struktur dan strategi perusahaan, teknologi informasi, loyalitas
pelanggan dan pemasok. Pengukurannya dapat dilakukan dengan berbagai metode yang kini sudah banyak
mengalami perkembangan.
Selanjutnya pengungkapan modal intelektual yang diungkapkan oleh Purnomosidhi (2006:15)
menyatakan bahwa praktik pengungkapan modal intelektual dalam laporan tahunan berdasarkan hasil
content analysis terhadap laporan tahunan dapat disimpulkan rata-rata jumlah atribut modal intelektual
yang diungkapkan dalam laporan tahunan sebanyak 14 atribut (56 persen). Meskipun, praktik
pengungkapan IC/Intellectual Capital di antara perusahaan sangat bervariasi. Persentase ini
2

menggambarkan bahwa perusahaan go public sudah memiliki kesadaran terhadap arti pentingnya IC bagi
peningkatan keunggulan kompetitif.

Namun, dalam praktik akuntansi tradisional tidak mengungkapkan identifikasi dan pengukuran
aktiva tak berwujud ini pada organisasi, khususnya organisasi berbasis pengetahuan (International
Federation of Accountants, 1998 dalam Hong, 2007; Hong, 2007). Intangibel baru seperti kompetensi staf,
hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan administrasi tidak memperoleh pengakuan
dalam model keuangan tradisional dan pelaporan manajemen. Hal ini sangat menarik karena intangibel
tradisional seperti modal merk, paten dan goodwill tetap jarang dilaporkan dalam laporan keuangan
(Intenational Federation of Accountants, 1998 dalam Hong 2007).
Menurut fakta yang diperoleh, IAS (Intenational Accounting Standard ) 38 tentang Intangible
Assets atau aktiva tak berwujud melarang pengakuan merk yang dibuat secara internal seperti publishing
titles dan daftar pelanggan (International Accounting Standards Board, 2004).
Oleh karena itu, laporan keuangan tradisional dirasakan gagal untuk dapat menyajikan informasi
yang penting ini. Perusahaan yang sebagian besar asetnya dalam bentuk modal intelektual seperti Kantor
Akuntan Publik, tidak mengungkapkan informasi ini dalam laporan keuangan akan menyesatkan karena
dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan harus dapat mencerminkan
adanya nilai aktiva tidak berwujud yang dapat diakui. Adanya perbedaan yang besar antara nilai pasar dan
nilai yang dilaporkan akan membuat laporan keuangan menjadi tidak berguna untuk pengambilan
keputusan bagi pemakai informasi akuntansi (Sawarjuwono, 2003:37)
Pelaporan modal intelektual dapat memberikan manfaat untuk mengkomunikasikan keunggulan
mereka dan perusahaan juga dapat menarik sumberdaya yang bernilai tambah (Mouritsen et.al., 2004:8).
Selain itu, modal intelektual juga dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan nilai perusahaan (Chen

et.al, 2004:195)
Dalam kenyataannya praktik tingkat pengungkapan modal intelektual masih rendah karena
implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga di
lingkungan bisnis global , hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep
ini, contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skadinavia.
Hasil pengungkapan modal intelektual berperan dalam penilaian kinerja perusahaan. Bagi
manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai atas tujuan perusahaan.
Perusahaan yang mampu mengelola modal fisik, modal finansial dan modal intelektualnya diyakini
mampu menciptakan value added serta mampu menciptakan keunggulan bersaing dengan melakukan
inovasi penelitian dan pengembangan yang akan bermuara terhadap peningkatan kinerja perusahaan.
Value Added tersebut dihasilkan oleh modal intelektual yang dapat diperoleh dari budaya
pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga
produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat (Sawarjuwono dan Prihatin
Kadir, 2003:36). Namun, pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat
mengenai nilai lebih apa yang dimiliki oleh perusahaan.
Sedangkan peningkatan kinerja perusahaan yang baik dapat dinilai dari sejauh mana perusahaan
mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan
pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan dan seberapa baik atau mampu perusahaan dalam
mengoptimalkan modal untuk menghasilkan pendapatan.
Selain itu, kinerja pasar juga menggambarkan kinerja perusahaan yang menunjukan keefektifan,

presentasi atau keatraktifan pasar suatu produk perusahaan. Pertumbuhan perusahaan yang terus
meningkat pun diharapkan meningkat apabila kinerja perusahaan baik.
Pertumbuhan kinerja perusahaan yang baik akan menyebabkan investor tertarik untuk melakukan
investasi sebesar-besarnya terhadap perusahaan tersebut sehingga peningkatan investasi tersebut dapat
berpengaruh pada harga saham perusahaan tersebut.
Adanya fenomena ini, penelitian IC menjadi sebuah tantangan. Banyak peneliti yang meneliti
bidang ini diantaranya Hidayat (2000) yang menyatakan bahwa orang di Indonesia hanya memberikan
sedikit perhatian terhadap modal intelektual karena mereka tidak bisa melihat manfaat daya pikir dalam
3

balas jasa investasi mereka. Joia (2000) menyatakan bahwa aktiva tak berwujud perusahaan berhubungan
dengan strategi perusahaan. Sedangkan menurut Belkaoui (2003:3) penyatuan aset berwujud dan tidak
berwujud merupakan strategi potensial untuk meningkatkan kinerja.
Penelitian modal intelektual sangat bermanfaat terutama untuk pengungkapan dan implementasi
modal intelektual yang mengalami perkembangan dalam perusahaan yang mengalami persaingan bisnis
global. Selain itu, penelitian mengenai modal intelektual dapat membantu BAPEPAM dan Ikatan Akuntan
Indonesia menciptakan standar yang lebih baik dalam pengungkapan modal intelektual. Menurut Abidin
(2000:46), modal intelektual masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Sampai dengan saat ini,
perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun
bisnisnya sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi.

Di samping itu, perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap
elemen dari modal intelektual yaitu human capital, structural capital, dan customer capital. Padahal,
semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Selanjutnya, Abidin (2000:46-47)
menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila menggunakan
keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal
intelektual perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya produk-produk yang semakin favourable di
mata konsumen.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Modal Intelektual, Kinerja Keuangan dan Harga Saham pada Perusahaan Sektor Farmasi
di Bursa Efek Indonesia
2. Bagaimana pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Sektor Farmasi
di Bursa Efek Indonesia
3. Bagaimana pengaruh secara simultan Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia
4. Bagaimana pengaruh secara parsial Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia

3. Tinjauan Pustaka

3.1. Modal Intelektual

Menurut Edvinsson dan Sullivan (1996: 358) mengungkapkan bahwa “Modal intelektual
(Intellectual Capital) adalah pengetahuan yang dapat dikonversi menjadi nilai. Ini adalah definisi yang
sangat luas, yang mencakup ide-ide, penemuan, pengetahuan umum, desain, program perangkat lunak dan
publikasi”.
Menurut sebagian besar praktisi menyatakan bahwa modal intelektual (intellectual capital) terdiri
dari tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge 1996, Bontis 2000 dalam Sawarjuwono
2003:40) yaitu:
1. Human Capital (HC)
Menurut Choong (2008:618-619) menyatakan bahwa “Human capital mencakup seperangkat
kemampuan, sifat dan sikap dari karyawan suatu perusahaan. Human capital merupakan lifeblood
dalam intellectual capital”. Pada human capital inilah terdapat sumber innovation dan improvement.
Human capital merupakan sumber innovation dan improvement, karena di dalamnya terdapat
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dimiliki oleh karyawan perusahaan.
Human capital dapat meningkat jika perusahaan dapat memanfaatkan dan mengembangkan
pengetahuan, kompentensi dan keterampilan karyawannya secara efisien. Oleh karena itu, human
capital merupakan sumber daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan
4


sehingga perusahaan mampu bersaing dan bertahan di lingkungan bisnis yang dinamis. Dengan
memiliki karyawan yang berkeahlian dan berketerampilan, maka dapat meningkatkan kinerja
perusahaan dan menjamin keberlangsungan perusahaan tersebut. Meningkatnya kinerja perusahaan
juga akan meningkatkan persepsi pasar.
2. Structural Capital (SC)
Human capital tanpa dukungan sumber daya lain akan sia-sia. Oleh karena itu perlu dukungan
modal struktural (Structural Capital) dalam mengembangkan kemampuan untuk menciptakan dan
mengembangkan kemampuan untuk menciptakan dan mengembangkan ide-ide kreatif (Edvinson dan
Sullivan, 1996: 358).
Menurut Stewart (1997: 108-109)
mengemukakan bahwa “Structural Capital adalah
pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi secara keseluruhan dalam hal teknologi, penemuan, data,
publikasi, strategi dan budaya, struktur dan system, rutinitas organisasi dan prosedur”.
Structural Capital (SC) adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural capital yaitu sistem teknologi, sistem
operasional perusahaan, paten, merk dagang dan kursus pelatihan.
3. Customer Capital
Customer capital atau modal pelanggan adalah hubungan organisasi dengan orang-orang yang
berbisnis dengan organisasi tersebut. Menurut Stewart (1997:143) mendefinisikan baha “Customer
capital adalah kecenderungan pelanggan suatu perusahaan untuk tetap melakukan bisnis dengan

perusahaan tersebut”.
Customer capital (modal pelanggan) adalah yang paling nyata dari ketiga jenis modal intelektual.
Fungsinya adalah menjembatani human capital agar mampu menciptakan hubungan yang positif
dengan konsumen, pasar, dan lembaga tertentu. Contohnya kekuatan brand, kepuasan pelangan,
hubungan dengan pemerintah, jaringan distribusi dan pemasaran, hak lisensi, kah distribusi,
hubungan dengan rekanan, hubungan dengan perguruan tinggi dan riset.

3.2. Kinerja Keuangan

Menurut Artin Shitawati (2006:14) menyatakan bahwa “Kinerja keuangan adalah hasil yang
dicapai oleh suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan seara
efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen”. Penilaian terhadap
kinerja keuangan perusahaaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan
penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan perusahaan selama perode waktu
tertentu. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka perusahaan bisa dikatakan semakin berhasil
(Atmaja, 1999).

3.3. Harga Saham
Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Menurut Agus
Sartono (2001:63) memaparkan bahwa “Harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang

sedang berlangsung. Jika pasar bursa tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya ( closing
price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya harga saham”
Menurut Arifin (2001 :115-116), pergerakan harga saham di pengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Kondisi Fundamental Emiten
Faktor fundamental merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yaitu
kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang
tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan.
2. Hukum permintaan dan penawaran

5

3.

4.

5.

6.

7.

Faktor hukum permintaan dan penawaran di gunakan oleh di gunakan investor untuk
mengetahui kondisi fundamental perusahaan dalam melakukan transaksi jual beli. Transaksi inilah
yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham investor.
Tingkat suku bunga
Investor harus memperhatikan faktor suku bunga untuk mengetahui harapan hasil dari setiap
investasi yang dilakukannya. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil
berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan, ada yang cenderung naik dan ada yang
cenderung turun. Bunga yang tinggi ini tentunya akan berdampak pada alokasi dana investasi para
investor.
Valuta asing
Dolar Amerika merupakan mata uang kuat yang mempengaruhi nilai dari mata uang Negaranegara lain. Sebagai contoh ketika suku bunga dolar Amerika naik, investor mengharapkan hal
yang sama. Mereka akan berbondong-bondong menjual sahamnya untuk di tempatkan di bank
dalam bentuk dolar, otomatis harga saham akan turun.
Dana asing di Bursa
Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena dengan semakin
besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah
kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang
kemampuan emiten untuk mencetak laba begitupun sebaliknya.
Indeks harga saham
Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya menandakan
kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik dan sebaliknya.
News dan romors
Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut berbagai hal baik itu masalah
ekonomi, sosial, politik, keamanan, hingga berita menyangkut reshuffle kabinet. Dengan adanya
berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri ini sehingga
kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.

4. Kerangka Pemikiran
Pada era ekonomi yang berbasis informasi dewasa ini, sumber daya manusia akan menjadi sumber
kekuatan bagi organisasi untuk mencapai tujuannya apabila sumber daya manusia tersebut memiliki
kompetensi yang handal dan relevan dengan tuntutan pekerjaan yang akan dikerjakan. Dalam suatu
organisasi atau perusahaan modal intelektual karyawan sangat penting karena dengan modal intelektual
yang dimiliki oleh karyawan akan meningkatkan kinerja karyawannya dan dapat membantu perusahaan
dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Tunggal (2002: 1) memaparkan bahwa modal intelektual adalah nilai total dari suatu
perusahaan yang menggambarkan aktiva tidak berwujud (intangible assets) perusahaan yang bersumber
dari tiga pilar, yaitu modal manusia, struktural, dan pelanggan.
Sementara Bontis et al. (2000:110) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti
mengidentifikasi tiga konstruk utama dari modal intelektual, yaitu: Human Capital (HC), Structural
Capital (SC), dan Customer Capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000:110), secara sederhana HC
merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya.
HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience; and attitude tentang kehidupan
dan bisnis.
Lebih lanjut Bontis et al. (2000:108) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human
storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational
charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar
dari nilai materialnya. Customer Capital (CC) merupakan pengetahuan yang melekat dalam marketing
6

channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan hal tersebut melalui proses
berbisnis (Bontis et al., 2000:108).
Teori stakeholder menjelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara pada penciptaan
nilai/value creation, kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan
mencapai keunggulan bersaing dan meninggkatkan nilai tambah.
Melalui penelitian oleh Bornemann et al. (1999) perusahaan ditemukan, yang mengelola modal
intelektual mereka dengan lebih baik, dimiliki keunggulan kompetitif yang lebih kuat dari perusahaan
umum, dan perusahaan yang memperkuat manajemen modal sendiri intelektual mereka sering melakukan
lebih baik daripada perusahaan lain (Bomemann et al, 1999;. Johanson 1999).
Berdasarkan teori berbasis sumber daya, sebuah perusahaan dipersepsikan sebagai kumpulan dari
aset maupun kemampuan berwujud dan tak berwujud (Firer and Williams, 2003:356). Teori ini
menganjurkan bahwa kinerja dari sebuah perusahaan sebaiknya didefinisikan sebagai fungsi penggunaan
yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau
intellectual ability. Hal ini sejalan dengan teori Stakeholder yang menyatakan bahwa Value Added
merupakan sebuah ukuran yang lebih akurat dalam mengukur kinerja sebuah perusahaan dibandingkan
dengan laba akuntansi yang hanya merupakan ukuran return bagi pemegang saham.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa modal intelektual mempengaruhi kinerja
perusahaan yang merupakan suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu (Sihasale, 2001).
Selain itu, modal intelektual dapat memprediksi kinerja masa depan Hal ini didukung oleh makalah yang
diterbitkan oleh Brennan dan Connell (2000) yang menunjukkan pengelolaan modal intelektual
memainkan peran penting pada kinerja bisnis jangka panjang dari suatu perusahaan. Bontis (2000:116)
juga menyatakan bahwa IC berpengaruh positif dengan kinerja perusahaan di Malaysia tanpa
memperhatikan jenis industrinya.
Untuk mengetahui kinerja yang dicapai oleh perusahaan maka dilakukan pengukuran kinerja.
Ukuran kinerja yang umum digunakan yaitu ukuran kinerja keuangan. Kinerja keuangan perusahaan dapat
diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang
posisi keuangan perusahaan (Purnomo, 1998). Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan digunakan
rasio-rasio keuangan. Berbagai rasio dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini digunakan rasio
keuangan yang mencerminkan efisiensi perusahaan terhadap total aktiva yaitu ROA (Return on Asset).
Menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Sedangkan menurut Lestari dan
Sugiharto (2007:196). ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang
diperoleh dari penggunaan akiva. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam
memperoleh keuntungan bersih yang selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada
investor. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.
Dengan adanya peningkatan kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dalam salah satu rasio
keuangan yaitu ROA diharapkan akan menjadi peningkatan daya tarik para investor, karena tingkat
pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan
tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan.
Semakin meningkatnya perbedaan antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki
perusahaan menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan lebih atas suatu perusahaan dari para investor
tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Chen et.al, 2005:174).
Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya
penghargaan pasar terhadap perusahaan, hal tersebut tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki
aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas perusahaan
perusahaan tersebut sangat tinggi (Roos et al., 1997 dalam Sawarjuwono, 2003:36).
Selan itu, modal intelektual juga berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan yang tercermin
dalam harga saham. Pada awal 1990-an, penulis dan ulama mengidentifikasi pentingnya tumbuh modal
intelektual sebagai sumber jangka panjang penciptaan nilai bagi organisasi (Roslender & Fincham,
7

2004:179). Intellectual capital juga dapat dikatakan sebagai aset tak berwujud yang mana mempunyai
dampak yang signifikan pada kinerja dan semua keberhasilan dalam bisnis (Muslich Ansori, 2009:213).
Sementara itu Abidin (2000:46-47) juga mengemukakan bahwa market value terjadi karena
masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu
perusahaan yang tercermin dalam harga saham. Modal intelektual yang dikelola secara efisien akan
meningkatkan nilai perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang dibayar investor
atas sahamnya dipasar.
Di Indonesia penelitian tentang modal intelektual diantaranya telah dilakukan oleh Astuti dan
Sabeni (2005), Ulum dkk. (2008:83), Sianipar (2009) dan Solikhah dkk. (2010) yang menemukan bahwa
modal intelektual berpengaruh positif pada kinerja keuangan, sedangkan penelitian Kuryanto dan
Muchamad (2008) serta Yuniasih dkk. (2010) tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual
berpengaruh positif pada nilai pasar perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Firer dan
Williams (2003:356) yang di lakukan dengan menggunakan data dari 75 perusahaan publik Afrika Selatan
tidak menemukan hubungan yang kuat antara modal intelektual dengan profitabilitas perusahaan.
Selain itu, dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui (2003:16), Chen et al.
(2005:174), dan Tan et al. (2007) membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap
kinerja dan nilai pasar perusahaan.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, membuat peneliti melakukan
penelitian kembali mengenai pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan serta
dampaknya terhadap harga saham perusahaan.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam mengukur modal intelektual adalah model
VAICTM (Pulic, 1998). VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) digunakan karena dianggap sebagai
indikator yang cocok untuk mengukur IC (Intellectual Capital). Beberapa alasan utama yang mendukung
penggunaan VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) diantaranya yaitu yang pertama, VAIC (Value
Added Intellectual Coefficient) menyediakan dasar ukuran yang standar dan konsisten, angka-angka
keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan (Pulic dan Bornemann,
1999), sehingga memungkinkan lebih efektif melakukan analisis komparatif internasional menggunakan
ukuran sampel yang besar di berbagai sektor industri. Kedua, semua data yang digunakan dalam
perhitungan VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) didasarkan pada informasi yang telah diaudit,
sehingga perhitungan dapat dianggap obyektif dan dapat diverifikasi (Pulic, 1998, 2000).
Kinerja keuangan diproksikan dalam ROA, alasan dipilihnya ROA sebagai merupakan indikator
dalam kinerja keuangan perusahaan adalaha karena ROA memberikan gambaran umum yang signifikan
terhadap tingkat pengembalian aktiva seluruh perusahaan. Ini berarti, melalui pengukuran ROA tersebut
investor dapat memperoleh gambaran secara jelas tentang tingkat pengembalian investasi yang telah
dilakukannya pada perusahaan tersebut. ROA dalam penelitian ini dihitung menurut menurut Sawir (2005
: 18) dengan rumus:

Sedangkan untuk harga saham dinilai pada saat harga penutupan (closing price).
5. Hipotesis
Berdasarkan pada uraian-uraian di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh antara modal intelektual dan kinerja keuangan secara simultan terhadap harga
saham pada perusahaan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.
2. Terdapat pengaruh antara modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan pada
perusahaan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.
8

3. Terdapat pengaruh antara modal intelektual secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan
sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.
4. Terdapat pengaruh antara kinerja keuangan secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan
sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.
6. Metode Penelitian
6.1. Metode Penelitian Yang Digunakan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan
sensus. Dimana menurut Mohammad Nasir (2005:54) yang dimaksud dengan Metode Deskriptif Analisis
adalah “Suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu system
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan deskriptif, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena
yang diteliti.” Sedangkan yang dimaksud dengan Sensus menurut Suprapto (2004:61) adalah ”Cara
pengumpulan data seluruh elemen populasi diteliti satu persatu, hasilnya merupakan data sebenarnya yang
disebut parameter”.
6.2. Operasional Variabel
a. Variabel Independen (X)
Variabel Independen adalah suatu variabel bebas dimana keberadaannya tidak dipengaruhi variabelvariabel lain. Bahkan variabel independen merupakan variabel yang keberadaannya menjadi faktor
penyebab yang dapat mempengaruhi variabel lain. Dalam hal ini yang menjadi variabel independennya
adalah :
a) Modal Intelektual (X1), dimana indikatornya Human Capital Efficiency (HCE), Structural
Capital Efficiency (SCE ) dan Capital Employed Efficiency (CEE),
b) Kinerja Keuangan (X2), dimana indikatornya adalah ROA ( Return on Asset).
b. Variabel Dependen (Y)
Adalah variabel yang di prediksikan oleh satu atau beberapa variabel yang lain dalam model. Variabel
dependen juga di pengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam hal ini variabel
independen. Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel dependen adalah harga saham (Y). Untuk
harga saham dinilai pada saat harga penutupan (closing price).
Secara rinci operasionalisasi variabel yang dimaksud dapat dilihat pada tabel secara berikut :

9

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No
1

Variabel
Modal
Intelektual
(X1)

2

Kinerja
Keuangan
(X2)

3

Harga
Saham (Y)

Definisi variabel
Modal
intelektual
merupakan asset dan
sumberdaya
nontangible atau nonphysical dari sebuah
organisasi,
yaitu
mencakup
proses,
kapasitas
inovasi,
pola-pola,
dan
pengetahuan yang
tidak kelihatan dari
para anggotanya dan
jaringan koloborasi
serta
hubungan
organisasi.(Cut
Zumali, 2008)

Dimensi
Human
Capital
Efficiency

Indikator
Value
Added
dibagi
Human
Capital

Ukuran
Persen

Skala
Rasio

Structural
Capital
Efficiency

Structural
Capital
dibagi
Value
Added

Persen

Rasio

Capital
Employed
Efficiency

Value
Added
dibagi
Capital
Employed
ROA= Net
Income di
bagi total
asset

Persen

Rasio

Persen

Rasio

Closing
Persen
Price=
Perubahan
harga saham
untuk tahun
periode
tertentu

Rasio

Kinerja
keuangan
pada
dasarnya
merupakan
hasil
yang dicapai oleh
suatu
perusahaan
dengan mengelola
sumber daya yang
ada
dalam
perusahaan
seara
efektif dan efisien
guna
mencapai
tujuan yang telah
ditetpkan
oleh
manajemen (Artin
Shitawati, 2006 :14).
Nilai saham yang
beredar di pasar
saham.
(Agus
Sartono,2001:63)

10

6.3. Paradigma Penelitian

X1

ρYX1
Y

rX2X1
X

ρYɛ1

ρYX2
ε1

Gambar 6.1 Paradigma Penelitian
X1
X2
Y
ε1
rX2X1
ρYX1
ρYX2

= Modal Intelektual
= Kinerja Keuangan
= Harga Saham
= Faktor lain yang tidak diteliti
= Koefisien jalur korelasi X1 dengan variabel X2
= Koefisien jalur variabel X1 terhadap variabel Y
= Koefisien jalur variabel X2 terhadap variabel Y

7. Hasil Penelitian dan Pembahasan
7.1. Hasil Penelitian
Modal intelektual pada penelitian ini diperoleh berdasarkan perhitungan dengan metode VAIC
dengan mengukur efisiensi efisiensi dari tiga jenis input perusahaan yaitu modal manusia, modal
struktural, serta modal fisik dan finansial bahwa seluruh perusahaan sektor farmasi memiliki rata-rata
nilai VAIC 1,84 yang dikategorikan Common Performers yang artinya perusahaan mampu mengelola
modal intelektual yang dimilikinya dengan efektif dan efisien sehingga menghasilkan Value Added yang
cukup baik bagi perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memliki modal intelektual paling tertinggi
adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB).
Selanjutnya kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan ROA (Return On Assets)
diperoleh bahwa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan paling besar adalah PT Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB) dengan nilai ROA sebesar 0,34 atau 34%, hal itu menunjukan
bahwa dengan asset yang dimilikinya PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.(SQBB) dapat
memperoleh laba sebesar 0,34 kali dari total asetnya atau perusahaan memperoleh laba sebesar 34% dari
total asetnya. Sedangkan dilihat dari perbandingan laba bersih dengan total asset dari seluruh peruahaan
sektor farmasi diperoleh rata-rata ROA sebesar 0,13 atau 13%, hal itu menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan pada sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan total aset yang dimilikinya
rata-rata perusahaan mampu memperoleh laba bersih sebesar 13% dari total asetnya dan dapat dikatakan
pula bahwa efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba adalah 13%.
Sementara itu untuk harga saham, perusahaan yang mengalami peningkatan terbesar adalah 198%
yaitu pada harga saham PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB).

11

7.2. Pembahasan
7.2.1. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Farmasi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012
Dalam perhitungan yang penulis lakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Modal
Intelektual dengan Kinerja Keuangan Perusaaan dan untuk mengetahui besarnya pengaruh Modal
Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dapat diketahui dan dihitung dengan menggunakan
SPSS versi 17.
Untuk melihat hubungan antara Modal Intelektual dengan Kinerja Keuangan Perusahaan maka
dapat dilihat dari nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 1 halaman 19)
yaitu sebesar 0,753. Positifnya nilai r menunjukan bahwa hubungan antara Modal Intelektual dan Kinerja
Keuangan Perusahaan memiliki hubungan positif artinya bahwa ketika Modal Intelektual meningkat maka
Kinerja Keuangan Perusahaan pun akan meningkat. Dilihat dari besarnya nilai r (korelasi) yaitu sebesar
0,753 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat.
Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (r2) yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS
versi 17 (lampiran 1 halaman 19) yaitu sebesar 0,567 atau 56,7%. Hasil ini berarti Modal Intelektual
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan sebesar 56,7% dan sisanya 43,3 % dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak penulis teliti seperti rasio-rasio keuangan, return dan risiko, serta ukuran
perusahaan.
7.2.2. Pengaruh Secara Simultan Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap
Harga Saham Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012
Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan mengenai hubungan dan besarnya pengaruh modal
intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan. Selanjutnya penulis akan menganalisis dan
menguraikan ada tidaknya hubungan Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Harga
saham dan besarnya pengaruh secara simultan Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam hal ini terdapat
tiga variable yang akan diteiliti, yaitu terdiri dai Modal Intelektual sebagai variabel bebas ke-1 (X1) dan
Kinerja Keuangan sebagai variabel bebas ke-2 (X2) dan Harga Saham sebagai Variabel terikat (Y).
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan
Perusahaan dengan Harga saham dapat dilihat dari nilai r yang diperoleh dari perhitungan SPSS versi 17
(lampiran 2 halaman 20) yaitu sebesar 0,919. Positifnya nilai r menunjukan bahwa hubungan antara
Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Harga Saham memiliki hubungan positif
artinya bahwa ketika Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan secara bersama-sama
meningkat maka Harga Saham pun akan meningkat. Dilihat dari besarnya nilai r (korelasi) yaitu sebesar
0,919 termasuk dalam kategori hubungan yang sangat kuat.
Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan
terhadap Harga Saham dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (r 2) yang diperoleh dari hasil
perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 2 halaman 20) yaitu sebesar 0,845 atau 84,5%. Hasil ini berarti
Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham
sebesar 84,5% dan sisanya 15,5 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis teliti seperti ukuran
peruahaan, tingkat suku bunga, valuta asing, dana asing di Bursa, indeks harga saham dan news dan
rumors. .

12

7.2.3. Pengaruh Secara Parsial Modal Intelektual Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor
Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Modal Intelektual dengan Harga Saham dan untuk
melihat besarnya pengaruh secara parsial antara modal intelektual terhadap harga saham maka penulis
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi.17
Untuk mengetahui hubungan antara Modal Intelektual dan Harga Saham maka dapat dilihat dari
nilai r hasil perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 2 halaman 21) yaitu sebesar 0,139. Positifnya nilai r
menunjukan bahwa Modal Intelektual dengan Harga Saham memiliki hubungan positif, artinya bahwa
ketika Modal Intelektual meningkat maka Harga Saham pun akan meningkat. Dilihat dari besarnya nilai r
yaitu sebesar 0,139 termasuk dalam kategori hubungan yang sangat rendah.
Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh Modal Intelektual terhadap Harga Saham dapat
dilihat dari nilai koefisien determinasi (r2) dengan perhitungan SPSS versi 17 yaitu sebesar 0,019 atau
1,9%. Hal ini berarti bahwa modal intelektual mempengaruhi harga saham sebesar 1,9% dan sisanya
98,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis seperti hukum permintaan dan
penawaran, tingkat suku bunga, valuta asing, dana asing di Bursa, indeks harga saham dan news dan
romors.
7.2.4. Pengaruh Secara Parsial Modal Intelektual Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor
Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012
Untuk mengetahui hubungan antara Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Harga Saham dan untuk
melihat besarnya pengaruh secara parsial antara kinerja keuangan terhadap harga saham maka penulis
melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi.17.
Ada tidaknya hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dengan harga saham dapat dilihat
dari nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 2 halaman 21) yaitu sebesar
0,810. Positifnya nilai r menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dengan harga saham memiliki
hubungan yang positif, artinya ketika kinerja keuangan peruahaan meningkat maka harga saham pun akan
meningkat. Dilihat dari besarny r yaitu 0,810 termasuk dalam kategori yang sangat kuat.
Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap harga saham
dapat dilihat dari koefisien determinasi (r2) yaitu sebesar 0,656 atau 65,6%. Artinya kinerja keuangan
perusahaan mempengaruhi harga saham sebesar 65,6% dan sisanya 34,4% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak penulis teliti seperti hukum permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, news dan rumor.
8

Simpulan dan Saran

8.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perusahaan pada sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia yang memiliki modal intelektual paling
tertinggi adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB), perusahaan dengan kinerja
keuangan paling besar adalah PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB), dan perusahaan
dengan peningkatan harga saham terbesar adalah PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
(SQBB).
2. Modal intelektual berpengaruh positif sebesar 56,7% terhadap kinerja keuangan perusahaan.
3. Secara simultan modal intelektual dan kinerja keuangan perusahaan berpengaruh positif sebesar
84,5% terhadap harga saham.
4. Secara parsial modal intelektual berpengaruh positif sebesar 1,9% terhadap harga saham
sedangkan kinerja keuangan perusahaan perusahaan secara parsial berpengaruh positif sebesar
65,6% terhadap harga saham.
13

8.2 Saran
Saran dalam penelitian ini diantaranya :
1. Bagi Investor
Sebelum investor mengambil keputusan membeli saham pada suatu perusahaan, maka perlu
melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan salah satunya adalah profitabilitas dan
melakukan penilaian harga saham berdasarkan rasio pasar sehingga saham yang dibeli dapat
memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan oleh investor.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Pada penelitian ini penilaian modal intelektual diukur dengan mengukur efisiensi modal
manusia, struktural dan modal fisik dan finansial dengan menggunakan metode VAIC yang
berbasis moneter, diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode
penilaian modal intelektual dengan menggunakan yang berbasis non moneter.
b. Bagi peneliti yang ingin mengkaji kembali modal intelektual,kinerja keuangan dan harga
saham lebih mendalam agar dapat menambah objek yang ditelitinya dan memperhatikan jenis
industrinya sehingga hasilnya akan lebih baik.

14

DAFTAR PUSTAKA
Abidin.2000. Upaya Mengembangkan Ukuran-Ukuran Baru. Media Akuntansi. Edisi.7 Thn.VIII.pp.46-47.
Artinah, Budi. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada
Perusahaan Perbankan), Jurnal Vol.3 No.1 Februari 2011. 2-4.
Arya, Ngurah. Zuliyati. 2011. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Dinamika
Keuangan dan Perbankan, Nopember 2011, Vol. 3, No. 1. 113-125.
Astuti, Pratiwi Dwi. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business formance. Jurnal MAKSI. Vol 5,
34-58.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: a
Study of The Resource-Based and Stakeholder Views. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No.
2. pp. 215-226.
Bontis, N., Dragonetti, N., Jacobsen, K. and Roos, G. (1999), “The knowledge toolbox: a review of the
available to measure and manage intangible resources”, European Management Journal, Vol. 17
No. 4, pp. 391-402.
Bontis, N. and Girardi, J. (2000), “Teaching knowledge management and intellectual capital lessons: an
empirical examination of the TANGO simulation”, International Journal of Technology
Management, Vol. 27 Nos 5-8, pp. 545-55.
Bontis, N. 2001. Assessing Knowledge Assets: a Review of the Models Used to Measure Intellectual
Capital. International Journal of technology Management . Vol.3 No. 1.pp. 41-60.
Bontis, N. and Fitz-enz, J. (2002), “Intellectual capital ROI: a causal map of human capital antecedents
and consequents”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 3 No. 3, pp. 223-47.
Bontis, N. (2004), “National Intellectual Capital Index: a United Nations initiative for the Arab region ”,
Journal of Intellectual Capital, Vol. 5 No. 1, pp. 332-346.
Ceicilia Bintang Hari Yudhanti1 dan Josepha C. Shanti2. 2011. Intellectual Capital dan Ukuran
Fundamental Kinerja Keuangan Perusahaan . Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 13, No. 2,
57-66.
Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. 2005. “An Empirical Investigation of the Relationship Between
Intellectual Capital and firms’ Market Value and Financial Performances”. Journal of Intellectual
Capital Vol. 6 No. 2.pp. 159-176.
Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company. Sydney.
Edvinsson, L. and M. Malone. 1997. Intellectual Capital: Realizing your Company’s True Value by
Finding its Hidden Brainpower . Harper Collins, New York, NY.
Firer, S., and S.M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of corporate
performance. Journal of Intellectual Capital Vol.4 No.3, 348-360.
15

Guthrie, James. 2001. The Management, Measurement and The Reporting Intellectual Capital. Journal of
Intellectual Capital. Vol.2 No.1, 27-41.
Harrison, S., and P.H. Sullivan. 2000. Profitting form Intellectual Capital: Learning from Leading
Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol.1 No.1.pp.33-46.
Hasnawati,s.2005a. Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
Publik di Bursa Efek Jakarta. Usahawan. No.09/Th XXXIX. September 2005: 33-41.
Hidayat. 2000. Peranan Strategis Modal Intelektual dalam Persaingan Bisnis di Era Jasa. Ekuitas. Vol 5,
No. 3, 293-312.
Hermawan, Sigit. 2010. Pengukuran Non Keuangan Mengungguli Pengukuran Keuangan Pada
Intellectual Capital. Jurnal JAMBSP STIESIA Surabaya, Vol 7 No 1, 2-11.
(

). 2011. Optimalisasi Intellectual Capital Guna Meningkatkan Kinerja Bisnis Ikm Batik Dan
Memenangkan Persaingan Di Cafta. Telah dipresentasikan di Seminar Nasional FEB Universitas
Muhammadiyah Malang, 1 Oktober 2011.

Hong, Pew, Tan., David Plowman dan Phil Hancock. 2007. Intellectual Capital and Financial Return of
Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol 3, No.1, 51-61.
Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : AMP YKPN.
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (2004). Strategy Maps: Converting Intangible Assets into Tangible
Outcomes. Harvard Business School Press, Boston, MA.
Marsanti, Endang Kiswara. 2012. Analisis Hubungan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Intellectual
Capital. Diponegoro Journal Of Accounting Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-11.
Mavridis, D.G. 2004. The Intellectual Capital Performance of the Japanese Banking Sector. Journal of
Intellectual Capital. Vol. 5 No. 3. pp. 92-115.
Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Nahaphiet, Janine dan Sumantra Goshal. 1998. Social Capital, Intellectual Capital and The
Organizational Advantage. Academy of Management. The Academy of Management Review;
Apr 1998; 23, 2; ABI/INFORM Global pg. 242.
Nasarudin, Irsan dan Indra Surya. 2003. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia . Jakarta : Prenada Media.
Nazir, Mohamad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia.
Nazwirman. 2008. Penilaian Harga Saham dengan Price Earning Ratio. Makara, Sosial Humaniora, Vol.
12, No. 2, 98-106.
Ni Made Sunarsih. Ni Putu Yuria Mendra. 2011. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia . Univesitas Mahasaraswati Denpasar.

16

Pulic,A. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy. Paper
presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital
by the Austrian Team for Intellectual Potential.
______. 1999. Basic information on VAICTM. available at: www.vaic-on.net . Diakses pada 15 Maret
2013.
______. 2000. VAICTM- an Accounting Tool for Intellectual Capital Management. available at:
www.measuring-ip.at/papers/ham99txt.htm Diakses pada 15 Maret 2013.
Purnomosidhi, Bambang. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia . Vol 9, No.1, 1-20.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi,. Edisi ke-3, Yogyakarta : B PFE.
Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran
dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5, No. 1, 31-51.
Setiarso, Bambang. 2006. Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge-Management) Dan Modal Intelektual (
Intellectual Capital) Untuk Pemberdayaan UKM . Makalah Disampaikan pada Konferensi
Teknologi Informasi dan Komunikasi ke 2.
Stewart, T A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organizations. New York: Doubleday.
Sugeng, Imam. 2000. Mengukur dan Mengelola Intellectual Capital. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia . Vol 15, No.2, 247-256.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-10. Bandung: Alfabeta.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Pertama. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Susanto, A.B.2007. Resource Based Versus Market Based . Eksekutif No. 338 Mei.
Ulum, Ihyaul. 2009. Intllectual Capital : Konsep dan Kajian Empiris. Malang : Graha Ilmu.
Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chairi. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan: Suatu
Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah Disampaikan dalam Simposium
Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.
Wicaksana, Adityas. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Pertumbuhan Dan Nilai Pasar
Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia . Universitas
Diponegoro Semarang.
Wahdikorin, Ayu. 2010. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2009. Universitas
Diponegoro Semarang.
Yogidanarinto, Adriant Prabani. 2011. Analisis Nilai Tambah Sebagai Indikator Modal Intelektual Dan
Pengaruhnya Pada Kinerja Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia .
Universitas Diponegoro Semarang.
17

Lampiran 1

X1 Ke X2
Regression
Variables Entered/Removedb
Model

Variables
Entered

Variables
Removed

Method

1

VAICa

.

Enter

a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROA

Descriptive Statistics
Mean

Std. Deviation

N

ROA

.1267

.10864

9

VAIC

1.8356

3.23882

9

Model Summary
Model

R

R Square

Adjusted R
Square

Std. Error of
the Estimate

1

.753a

.567

.505

.07642

a. Predictors: