PENDAPATAN PENGHASILAN DAN PENJUALAN pasal

MATERI KE-12

PENDAPATAN
PENGHASILAN DAN PENJUALAN

KELOMPOK 9

:

DELLA VIRYA WULANDARI
DEVI SURYANTI
KARNIDA MARYANTI

APA ITU PENDAPATAN, PENGHASILAN DAN
PENJUALAN ?
PENDAPATAN
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam standar Akuntansi Keuangan
PSAK No. 23 (1999 : 3) memberi penjelasan mengenai pendapatan
atau revenue adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktifitas normal perusahaan selama suatu periode bila
arus masuk itu mengakibatkan ekuitas, yang tidak berasal dari

kontribusi penanaman modal.
PENGHASILAN
Jika pendapatan masih merupakan pendapatan kotor yang belum
dikurangi biaya dan beban untuk memperolehnya, maka
penghasilan adalah pendapatan dikurangi dengan biaya (cost)
dan beban (expense). Dan dari penjelasan yang di berikan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia PSAK No. 25 (1999 : 1) bahwa:
penghasilan (income) mengikuti baik pendapatan (revenue)
maupun
keuntungan
(gains).
Pendapatan
timbul
dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan
PENJUALAN
Menurut IAI (2009) dalam SAK 23 paragraf 2 menyatakan,
penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan

PENGHASILAN OBJEK PAJAK

Pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan
(Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan) dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena

Setiapdan
tambahan
pajak perusahaan Orang Pribadi
Badan ataukemampuan
dikenakan
ekonomis yang
yangditerimanya.
diterima atau
atas jumlah bruto dari penghasilan

Yang
menjadi
objek
pajak

diperoleh Wajib Pajak, baik

yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam
bentuk apa pun.
Dan juga sebagai dasar untuk
perhitungan besanya PPh
terutang pada periode

APA SAJA YANG TERMASUK DALAM
PENGHASILAN OBJEK PAJAK ?
Laba usaha dan
gaji

Laba usaha : laba yang didapatkan dari suatu badan usaha yang
bergerak dibidang perusahaan dagang dan jasa. yang mana
dalam perpajakan ada tiga kriteria sebagai perhitungan pajak

berikut :
1. Jika omzet (penjualan kotor belum dikurangi CoGS) lebih dari
Rp.50.000.000.000/tahun maka pengasilan kena pajak (PKP)
tarif 25% dari omzet.
2. Jika omzet kurang dari Rp.4.800.000.000/tahun maka PKP
dikalikan 25% x 50% atau setara 12,5%
3. Jika omzet diantara a dan b yaitu lebih dari Rp.4,8M dan
kurang dari Rp.50M maka tarif untuk PKP adalah ((PKP(Rp.4,8M/omzet x PKP)X (25% X 50% atau 12,5%) + (PKP(Rp.4,8M/omzet
x PKP)X (25%))
Gaji, upah, honorarium
dan tunjangan-tunjangan yang
diakui sebagai peneriman penghasilan adalah nilai kotor
atau nilai sebelum dikenakan PPh pasal 21. Untuk upah
dikenakan tarif 5% apabila upah yang diterima lebih dari
Rp. 150.000/hari atau Rp.1.320.000/bulan.

LANJUTAN …
 Hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan ;
Hadiah ini diberikan murni karena keberuntungan, seperti
pengacakan nomor undian, hadiah doorprize yang memang tanpa

ada usaha sama sekali untuk mendapatkan hadiah tersebut. Tarif
pemotongan pajak untuk undian hadiah adalah 25% dari nilai kotor
hadiah. Pajak atas hadiah undian ini bersifat final.
Contoh : Pak budi mendapatkan uang tunai Rp 100.000.000 dari hadiah undian 
tabungan Bank b, atas hadiah undian tersebut dipotong pajak 25% saat itu juga 
yaitu 25% x 100.000.000 = 25.000.000, jadi uang tunai yang bisa pak Budi bawa 
pulang adalah Rp 75.000.000.

 keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk : keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal merupakan penghasilan kena pajak.
 keuntungan  karena  pengalihan  harta  berupa  hibah,  bantuan,  atau 
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis 
keturunan  lurus  satu  derajat  dan  badan  keagamaan,  badan  pendidikan, 
badan  sosial  termasuk  yayasan,  koperasi,  atau  orang  pribadi  yang 
menjalankan  usaha  mikro  dan  kecil,  yang  ketentuannya  diatur  lebih 
lanjut  dengan  Peraturan  Menteri  Keuangan,  sepanjang  tidak  ada 
hubungan  dengan  usaha,  pekerjaan,  kepemilikan,  atau  penguasaan 
diantara pihak­pihak yang bersangkutan


LANJUTAN..
 Sewa  dan  penghasilan  lain  sehubungan  dengan 
penggunaan  harta  yaitu  sewa  atas  tanah  dan/bangunan 
dikenakan  PPh  pasal  4  ayat  2  sebesar  10%  yang  bersifat 
final.  Dan  untuk  sewa  selain  tanah  dan/bangunan 
seperti  angkutan  darat  dikenakan  PPh  pasal  23  sebesar 
2%  dari  jumlah  bruto  setelah  PPN  dan  merupakan 
penghasilan kena pajak atau tidak bersifat final.
 Keuntungan selisih kurs mata uang asing, menggunakan 
2  sistem  pembukuan  yang  diperlakukan  dalam 
pencatatan  dalam  mata  uang  asing  menggunakan  kurs 
tetap  yaitu  kurs  yang  benar­benar  terjadi  sesuai  kurs 
yang  diakui  oleh  bank  yang  berkaitan  atas  realisasi 
mata  uang  asing  bersangkutan.  Sedangkan  kurs  tengah 
BI  kurs  yang  benar­benar  berlaku  pada  akhir  tahun 
menurut  BI  dan  harus  melakukan  penyesuaian  karena 
selisih dari perbedaan kurs awal tahun dan akhir tahun.

LANJUTAN..

PT.  Rosida  yang  bergerak  dalam  usaha  ekspor  meubel,  pada  januari  2007 
menjual produknya ke Amerika dengan nilai 100,000 USD dengan nilai kurs Rp. 
9000  per  dollarnya.  Pada  bulan  maret  2007,  piutang  penjualan  produk  tersebut 
dilunasi,  dengan  nilai  kurs  sebesar  Rp.10.000  per  1  USD.  PT  Rosida  mengakui 
adanya laba selisih kurs sebesar Rp. 100.000.000. (ini contoh untuk kurs tetap).

Contoh untuk kurs tengah BI
Sama  seperti  contoh  sebelumnya  PT.  Rosida  menjual  produknya  seharga 
100.000 USD. Pada awal tahun piutang dagang sebesar  5.000 USD dengan 
kurs  Rp.  9.000  per  dollarnya.  Pada  akhir  tahun  piutang  dagangnya 
sebesar 15.000 USD dengan kurs sebesar Rp.10.000 per dollarnya. 

Keterangan
Piutang awal
Penjualan
Piutang akhir
Pelunasan

USD


Kurs awal tahun

Kurs akhir tahun

Laba selisih kurs

5000

45.000.000

50.000.000

5.000.000

1.000.000

9.000.000.000

10.000.000.000


1.000.000.000

15.000

135.000.000

150.000.000

15.000.000

990,000

8.910.000.000

9.900.000.000

990.000.000

PENGHASILAN
YANG BUKAN

OBJEK PAJAK

Dalam akuntansi pajak tidak 
semua penghasilan merupakan 
objek pajak penghasilan. Beberapa 
bentuk penghasilan menurut 
akuntansi komersial sudah 
dibukukan sebagai penghasilan, 
tetapi dalam akuntansi pajak 
bukan merupakan penghasilan 
yang menjadi objek pajak 
penghasilan. Artinya atas 
penghasilan tersebut tidak perlu 
lagi diperhitungkan PPh 
terhutangnya.

Bantuan sumbangan
Klaim asuransi
Warisan yang
diterima ahli waris

sesudah
terbagi
Pemberian
Penggantian atau
imbalan
sehubungan
dengan pekerjaan
atau jasa yang
diterima atau
diperoleh dalam
bentuk natura
atau kenikmatan
dari wajib pajak
maupun
Bunga obligasi
pemerintah
perusahaan
reksadana

Zakat yang
diterima
Bazis/Lazis yang
disahkan oleh
pemerintah

Adapun bentuk
penghasilan yang
bukan merupakan
objek pajak
tersebut
berdasarkan pasal
4(3)tertentu
UU PPhyaitu
Dividen
dividen dari laba
ditahan dan dividen
kepemilikan di atas
25%. dana
Penghasilan
pensiun atas
investasi kekayaan
yang ditempatkan
pada jenis investasi
Penghasilan modal
ventura

Harta hibah
yang bukan
merupakan
penghasilan
Harta bukan
merupakan
objek pajak
sepanjang
harta diterima
sebagai
pengganti
saham atau
penyertaan
modal
Iuran
dana
pensiun
Pembagian laba
perseroan
komanditer
yang tidak
terbagi atas
saham.
Pembagian laba
yang diterima

Penghasilan
yang sudah
dikenakan PPh
final
Penghasilan yang dikenakan pajak
bersifat final merupakan
penghasilan-penghasilan tertentu
yang dikenai PPh dengan tarif
tertentu (final) baik melalui
pemotongan oleh pihak lain atau
dengan menyetor sendiri, dan
dapat dikreditkan atau
dikurangkan dari total PPh
terutang pada akhir tahun.

Menurut Pasal 4 ayat (2)
UU PPh Nomor 36 Tahun
2008
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungantabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
2. Penghasilan berupa hadiah undian;
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya, transaksi derivative yang diperdagangkan di
bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya
yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa
tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi,
usaha real estate, dan persewaan tanah dan
bangunan; dan
5. Penghasilan tertentu lainnya.

1

Berikut ini merupakan jenis-jenis penghasilan yang
dikenakan PPh yang bersifat final disertai PP yang
mengaturnya

sesuai dengan PP Nomor 131 Tahun 2000
dan KMK-51/KMK.04/2001 tentang PPh atas
bunga deposito dan tabungan serta diskonto
SBI yang mulai berlaku 1 Januari 2001,
menetapkan pengenaan PPh atas bunga dari
deposito dan tabungan serta diskonto
Sertifikasi Bank Indonesia

Dikenakan pajak final sebesar
20% (dua puluh persen) dari
jumlah bruto terhadap WP dalam
negeri dan Bentuk Usaha Tetap
(BUT) dan atau dengan tarif
berdasarkan Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda
(P3B) yang berlaku, terhadap WP
Contoh
dalam negeri.
Tuan Budi menyimpan uang di Bank A berbentuk deposito sebesar
Rp.100.000.000,00 dengan tingkat suku bunga 12% per tahun
sehingga menerima bunga setiap bulan sebesar Rp.1.000.000,
Bunga sebesar Rp.1.000.000,00 dipotong pph pasal 4 ayat
(2)  sebesar: Rp.1.000.000,00 x 20% = Rp.200.000,00 Uang yang
diterima Tuan Budi dari bunga deposito per bulan sebesar:
Rp.1.000.000,00 - Rp.200.000,00 = Rp.800.000,00
Tuan Aditya Menyimpan Uang di Bank A berbentuk deposito
sebesar Rp.7.000.000,00 dengan tingkat suku bunga 12% per tahun
sehingga menerima bunga setiap bulan sebesar Rp.70.000,00 atas
bunga sebesar Rp.70.000,00 tidak dipotong pph Pasal 4 ayat (2)

Penghasilan dari transaksi
bunga obligasi sesuai dengan
PP Nomor 16 Tahun 2009
tentang PPh atas penghasilan
berupa bunga obligasi yang
mulai berlaku 1 Januari 2009
Yang
dimaksud
dengan
obligasi adalah surat utang
dan Surat Utang Negara, yang
berjangka waktu lebih dari 12
bulan. Sementara itu, bunga
obligasi adalah imbalan yang
diterima dan/atau diperoleh
pemegang
obligasi
dalam
bentuk
bunga
dan/atau
diskonto. Atas penghasilan
yang
diterima
dan/atau
diperoleh WP berupa bunga
obligasi dikenai pemotongan
PPh
yang
bersifat
final,
kecuali bagi WP tertentu yaitu
:
1. Dana
pensiun
yang
pendirian
atau

2

Besarnya PPh adalah Bunga dari obligasi
dengan kupon dan Diskonto obligasi tanpa
bunga yaitu :
1. 15% (lima belas persen) bagi WP dalam
negeri dan BUT; dan
2. 20% (dua puluh persen) atau sesuai
dengan tarif Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) bagi WP luar
negeri selain BUT

Pada Tanggal 1 Mei 2008, pemerintah A (emiten)
menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara sebagai
berikut: Nilai nominal Rp.100.000.000,00,Jangka
waktu SPN 12 (dua belas) bulan jatuh tempo tanggal
1 Mei 2009, PT D (investor) pada saat penerbitan
perdana
membeli
SPN
dengan
harga
Rp.94.000.000,00, PT D tetap memegang SPN
tersebut hingga saat jatuh tempo. Penghitungan
diskonto dan pph final terutang oleh PT D pada saat
jatuh tempo SPN adalah sebagai berikut:
Diskonto: Rp.100.000.000,00 – Rp.94.000.000,00 =
Rp.6.000.000,00
pph Final: 20% x Rp.6.000.000,00 = Rp.1.200.000,00
(Dipotong oleh emiten yang ditunjuk selaku agen
pembayaran dan jika telah jatuh tempo belum
memegang SPN dipotong oleh sekuritas perantara.

3
Penghasilan dari transaksi bunga
simpanan koperasi sesuai dengan
PP Nomor 15 Tahun 2009 tentang
PPh atas bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi orang
pribadi yang mulai berlaku 1 Januari
2009
Besarnya PPh adalah sebagai berikut :
• 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga
simpanan sampai dengan Rp240.000 per bulan;
atau
• 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga
untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp240.000 per bulan.
Koperasi
yang
melakukan
pembayaran bunga simpanan kepada
anggota koperasi orang pribadi, wajib
memotong PPh yang bersifat final
pada saat pembayaran.

Yang dimaksud dengan
penghasilan bunga
simpanan adalah
imbalan berupa bunga
sismpanan yang
diterima anggota
koperasi orang pribadi
dari dana yang disimpan
anggota koperasi orang
pribadi pada koperasi
tempat orang pribadi
tersebut menjadi
anggota. Tetapi tidak
termasuk bunga
simpanan yang diterima
anggota koperasi orang
pribadi yang merupakan
bagian dari sisa hasil
usaha.

Transaksi Saham di Bursa Efek. Atas
atau diperoleh
penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi
orang pribadi atau badan dari transaksi
atau badan dari
penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak
transaksi
Penghasilan yang bersifat final.
penjualan
Seseorang atau badan menjual 1000
saham di bursa
lembar saham dengan harga Rp 100 per
4
efek dipungut
lembar. Maka ia dikenakan pajak
Pajak
penghasilan sebesar : 0,1% X Rp 1000 X
Penghasilan
Rp 100  = Rp 1000.
Tambahan Pajak Penghasilan untuk transaksi
yang bersifat
penjualan saham pendiri sebesar 0,5%
final. Besarnya
(setengah persen) dari nilai jual saham Pendiri
Pajak
adalah orang pribadi atau badan yang namanya
Penghasilan
tercatat dalam Daftar Pemegang Saham
adalah 0,1%
Perseroan Terbatas atau tercantum dalam
(satu per dari
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.
jumlah bruto
nilai transaksi
Pemegang
penjualan)saham pendiri menjual 1000 lembar saham dan

harga per lembar 100. Ketika nantinya dijual ia misalnya
mendapat keuntungan Rp 10. Maka ia dikenakan pajak
penghasilan sebesar 5% X Rp10 = Rp 0,5. Tetapi besar pajak
ini belum final, bisa dikreditkan akhir tahun buku. Pajak ini
bisa mengurangi kewajiban perpajakan di akhir tahun buku.

5

Transaksi Obligasi di Bursa
Efek

 Obligasi adalah surat utang dan
surat utang negara, yang
berjangka waktu lebih dari 12
(dua belas) bulan.
 Bunga/diskonto Obligasi adalah
imbalan yang diterima dan/atau
diperoleh pemegang Obligasi
dalam bentuk bunga dan/atau
diskonto.
 Bunga obligasi adalah jumlah
bruto bunga sesuai dengan masa
kepemilikan obligasi.
 Diskonto obligasi dengan kupon
(tingkat bunga) adalah selisih
lebih harga jual atau nilai nominal
di atas harga perolehan obligasi,
tidak termasuk bunga berjalan.
 Diskonto
obligasi
tanpa
bunga adalah selisih lebih harga
jual atau nilai nominal di atas
harga perolehan obligasi

Pada tanggal 1 Juli 2011, PT. ABC (emiten) menerbitkan
Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebagai
berikut :
Nilai nominal Rp10.000.000,00 per lembar.
Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli
2016).
Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh
tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT. XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli
10 lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal
(at discount), yaitu sebesar Rp9.000.000,00 per lembar.
Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat
final (PPh final) yang terutang oleh PT. XYZ pada saat jatuh
tempo bunga tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai
berikut:
bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 =
Rp8.000.000,00
PPh final = 15% x Rp8.000.000,00 = Rp1.200.000,00
Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk
sebagai agen pembayaran.

6

Pajak Penghasilan Dari Persewaan
Tanah dan/atau Bangunan (Kep.
Direktur Jenderal Pajak Nomor : Kep227/Pj/2002).

PT.Rahardi Sport Center (Pengusaha Kena Pajak)
yang memiliki gedung kantor empat lantai
menyewakan ruangan di lantai tiga gedung
tersebut kepada PT.Gunung Abadi Jaya dengan
nilai sewa 22.000.000 sebulan termasuk PPN,
maka pph Pasal 4 ayat (2) atas persewaan gedung
kantor tersebut adalah :
Nilai sewa termasuk PPN
: 22.000.000
PPN
: 2.000.000 Objek pph Pasal 4 ayat (2)
: 20.000.000
Pph Pasal 4 ayat (2)
: 2.000.000
(20.000.000 x 10 %)

Besarnya Pajak Penghasilan yang
terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi
maupun Wajib Pajak badan yang
menerima atau memperoleh penghasilan
dari persewaan tanah dan atau
bangunan adalah 10% (sepuluh persen)
dari jumlah bruto nilai persewaan tanah
dan atau bangunan

Amira (Bukan Pengusaha Kena Pajak)
menyewakan rumah kepada CV.Makmur Jaya
dengan nilai sewa 7.000.000 sebulan tanpa
PPN, maka pph Pasal 4 ayat (2) atas
persewaan rumah tersebut adalah :
Objek pph Pasal 4 ayat (2)
: 7.000.000
Pph Pasal 4 ayat (2)
: 700.000
(7.000.000 x 10 %)

Penghasilan Pengalihan Hak atau Tanah dan atau Bangunan. Dikenakan PPh
Final sebesar 5% dari Jumlah Bruto Nilai Pengalihan (nilai tertinggi antara nilai
berdasarkan akta pengalihan dan NJOP tanah dan bangunan). Dengan syarat
Jumlah Bruto Nilai Pengalihan lebih dari 60 juta; Pelaksanaan Perlakuan Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi SE‑13/PJ.42/2002. Atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap dari usaha di bidang jasa konstruksi, yang memenuhi kualifikasi
sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga yang
berwenang,

serta

yang

mempunyai

nilai

pengadaan

sampai

dengan

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final;
Usaha real estate (PPh final sebesar 5%, kecuali untuk RSS (Rumah Susun
Sederhana 1%); Transaksi penjualan saham (pengalihan) oleh modal ventura;
Penghasilan dari jasa maklon internasional, sesuai dengan KMK Nomor 543 Tahun
2002,

dikenakan

PPh

yang

bersifat

final

sebesar

2,1%;

Penghasilan

dari

penerbangan dalam/luar negeri, dan pelayaran dalam/luar negeri sesuai dengan
KMK Nomor 417 Tahun 1996, dikenakan PPh final sebesar 2,64% dari peredaran
bruto untuk penerbangan dan pelayaran luar negeri. Sementara itu, untuk
penghasilan dari penerbangan dan pelayaran dalam negeri masing-masing adalah

BEBAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAJAK
PENGHASILAN FINAL DAN NON-PAJAK
Sesuai pasal 4 ayat (1) UU PPh Nomor 36
PENGHASILAN

BEBAN

PPh
FINAL

NON-PPh
Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU pph, pengeluaran
yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto :
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk
apapun Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan
untuk kepentingan pribadi , Pembentukan atau
pemupukan dana cadangan, Premi asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang
dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, Penggantian
atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya.

Tahun 2008, apabila suatu jenis penghasilan
dikenakan dengan tariff yang bersifat final,
maka penghasilan tersebut tidak boleh
digabungkan dengan penghasilan lain yang
dikenakan dengan tarif umum. Sehingga
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang
bersifat final tersebut tidak boleh
digabungkan dengan biaya yang timbul atas
penghasilan lain yang dikenakan tariff
umum.
Harta yang dihibahkan, bantuan atau
sumbangan, dan warisan, Gaji yang
dibayarkan kepada anggota persekutuan,
firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham, Sanksi
administrasi , Pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun