PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS KEHAM

PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS KEHAMILAN
SERTA ADAPTASI KELUARGA TERHADAP KEHAMILAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi yang Dibimbing
oleh Ny. Anita Rahmawati, M. Kep, Ns

Erwan Trisnanto
NIM: 1612057

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA
BBLITAR
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
2016

PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS KEHAMILAN SERTA
ADAPTASI KELUARGA TERHADAP KEHAMILAN

1. Pengertian
1.1. Ibu Hamil
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan
sel mani (spermatozoa) (Saminem, 2006: 1). Kehamilan adalah pertumbuhan dan

perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Manuaba, 1998: 4).
Menurut Manuaba (1998) bahwa kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan, yaitu:
a. Triwulan pertama: 0-12 minggu
b. Triwulan ke dua: 13-28 minggu
c. Triwulan ke tiga: 29-42minggu
Semua sistem tubuh mengalami perubahan dari keadaan tidak hamil ke keadaan hamil
yang disebut perubahan fisiologis kehamilan (Hamilton, 1995: 64). Selain bersifat
fisiologis, kehamilan juga bersifat patologis.
1.2. Perubahan Fisiologis Kehamilan
Berikut perubahan fisiologis kehamilan menurut Heffner dan Schust (2006: 50-51):
a. Sistem Cardiovascular
Volume darah yang bersirkulasi pada ibu kehamilan trimester 1 dan 2 meningkat
40% ( 3500 cm 3

menjadi 5000

cm 3 ) dikarenakan menguatnya system renin-

angiotensin. Kapasitas pengangkut


O2

harus dipertahankan saat terjadi

peningkatan volume darah yang bersirkulasi. Absorbsi Fe meningkat untuk
memenuhi peningkatan Hb selama penambahan volume. TD ibu menurun pada
awal trimester 2 danperlahan akan meningkat lagi pada trimester 3 seperti kadar
sebelum kehamilan.
b. Sistem Respirasi
Hb janin mengikat

O2 pada tekanan pasial yang lebih rendah dibandingkan

dengan Hb ibu sehingga terjadi transfer
c. Saluran Kemih

O2 dari ibu ke janin ibu lewat placenta.




Laju filtrasi glomerolus (glomerular filtration rate/GFR) dan aliran plasma
ginjal (renal lasma flow/RPF) pada maternal meningkat pada awal kehamilan.
Pada pertengahan kehamilan GFR maternal meningkat 50% dan tetao
meningkat selama kehamilan. Sebaliknya RPF menurun pada trimester 3.
Sehingga akibat peningkatan GFR, kreatinin dan ureum serum pada kehamilan
lebih rendah dibandingkan pada keadaan tidak hamil.

Bersihan kreatinin

meningkat.


Na

meningkat

60-70%

menyrtai


peningkatan

GFR.

Progesteron

mengakibatkan buangan Na dengan cara mempengaruhi reabsorbsi Na pada
tubulus proksimal. Sehingga aldosteron meningkat 2-3x kadar normal.


Peningkatan GFR menurunkan reabsorbsi glukosa, sehingga terdapat 15%
glukosa pada urin tanpa penyakit DM.



Pemingkatan volume urin pada setengah akhir kehamilan karena obstruksi
mekanis oleh uterus disertai relaksasi progesterone terhadap otot polos. Aliran
urin melambat s0ehingga meningkatkan risiko infeksi ginjal.


d. Saluran Gastrointestinal dan Metabolisme


Laktogen placenta (hPL) merangsang lipolisis dan pelepasan asam lemak
bebas sehingga suplai glukosa terus-menerus ditransfer ke janin, sehingga
mengakibatkan kelaparan yang terus-menerus pada wanita hamil.



Progesteron merelaksasi otot polos sehingga lambung menjadi lambat.
Pengosongan kandung empedu lebih lama dan cairan empedu cenderung
untuk mengendap si dalam saluran empedu dan duktus koledokus. Hal yang
sering dijumpai adalah mual, muntah, konstipasi, dan nyeri dada.

e. Sistem Hematologis
Terjadi anemia ringan karena produksi Hb dan massa total eritrosit meningkat
akibat produksi eritropoietin.
f.

Kelenjar Tiroid

Estrogen meningkat yang menstimulasi protein hati termasuk produksi thyroid
binding globulin/TBG . Serta total

T3

dan

T4

lebih tinggi, namun junlah

T 3 dan T 4 bebas normal.
g. Sistem Imun
Perubahan respon imun maternal selama kehamilan mengakibatkan peningkatan
jumlah serangan dan perjalanan penyakit yang lebih berat dan lama karena pajanan
pathogen virus tertentu (missal: varisela atau chickenpox).
h. Kulit

Hormon melanotropik yang bersirkulasi meningkat selama kehamilan akibat
peningkatan produksi molekul precursor POM-C. Sehingga warna kulit menjadi

lebih gelap di daerah pipi (kloasma) dan di linea alba (suatu garis yang sedikit
berpigmen pada kulit dari umbilikus sampai pubis). Rambut juga dapat mengalami
kerontokan akibat sinkronisasi siklus pertumbuhan folikel rambut selama
kehamilan.
1.3. Perubahan Patologis Kehamilan
Berikut table penyimpangan kehamilan sesuai trimesternya.

Sumber: Manuaba dkk (2006: 29)
a. Hiperemesis Gravidarum
Menurut Mosedalam Sastrawinata dkk (2005) bahwa hiperemesis gravidarum
adalah mual dan muntah pada kehamilan muda di 16 minggu pertama di mana
66% mengalami mual dan 44% mengalami muntah yang diperkirakan
disebabkan oleh tingginya kadar korionik gonadotropin atau hormone estrogen
pada ibu hamil, factor psikis di mana penerimaan ibu terhadap kehamilannya,
gangguan fraktus digestivus pada penderita DM, gangguan sentral pusat muntah
(chemoreceptor trigger zone), dan gangguan metabolisme hati (fungsi hati,
kandung empedu, pancreatitis, dan ulkus peptikum).
b. Abortus
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi pada usia hamil muda sampai 20 minggu
dengan jenis abortus imines, insipiens, inkomplit, komplit, habitualis, dan missed

(Huliana, 2001: 38).


Abortus Imines
Didiagnosis bila wanita hamil < 20 minggu mengeluarkan darah sedikit per
vaginam dengan beberapa kali perdarahan, sedikit nyeri perut bawah atau
punggung bawah seperti saat menstruasi. Setengah dari abortus iminens akan
terjadi abortus komplet atau inkomplet dan kehamilan ada risiko premature
atau gangguan pertumbuhan dalam rahim. Hal tersebut terjadi karena erosi
porsia mudah berdarah waktu hamil, polip serviks, ulserasi vagina,
kehamilan ektopik, kelainan trofoblas, placenta sign (perdarahan dari
pembuluh darah sekitar placenta) (Krisnadi dalam Sastrawinata dkk, 2005:
4-5).



Abortus Insipiens
Wanita hamil dengan banyak perdarahan, keluar gumpalan darah yang
disertai nyeri karena kontraksi kuat uterus, dan dilatasi serviks sehingga jari
pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Janin biasanya sudah mati

dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini adalah kontra indikasi,
perdarahan juga dapat mengakibatkan ibu apabila jaringan tertinggal dan
menyebabkan infeksi ) (Krisnadi dalam Sastrawinata dkk, 2005:6).



Abortus Inkomplit

Sebagian dari konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian
tertinggal (biasanya jaringan placenta). Perdarahan banyakn dan terus
berlangsung sehingga membahayakan ibu. Serviks terbuka karena ada benda
di dalam rahim (corpus alienum) sehingga uterus berusaha mengeluarkannya
sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat nyeri abortus insipiens
(Krisnadi dalam Sastrawinata dkk, 2005: 7).


Abortus Komplit
Hasil konsepsi lahir lengkap sehingga tidak perlu dilakukan kuretasi.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambatlambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena luka rahim
telah sembuh dan epitelisasi telah selesai (Krisnadi dalam Sastrawinata dkk,

2005: 8).



Abortus Habitualis
Bila abortus spontan terjadi 3x berturut-turut atau lebih. Terjadi karena
kelainan genetic (kromosomal), hormonal (imunologik), dan kelainan
anatomis (Krisnadi dalam Sastrawinata dkk, 2005: 8-9).



Missed Abortion
Perdarahan pada kehamilan muda yang disertai tertinggalnya hasil konsepsi
yang sudah mati. Biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus iminens lalu
akan hilang spontan setelah pengobatan. Tanda-tanda janin telah meninggal
di dalam rahim antara lain rahim tidak bertambah besar melainkan lebih
kecil, test kehamilan positif menjadi negative setelah janin meninggal 10
hari (Huliana, 2001: 39).

c. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan terjadi di luar rahim: tuba, ovarium, atau
rongga perut. Akan tetapi dapat terjadi di dalam rahim di tempat luar biasa:
serviks, pers interstisialis tuba, atau dalam tanduk rudimenter rahim. Hal tersebut
dapat dihubungkan dengan penyakit menular seksual (PMS), apendisitis atau
endometriosis, pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya, penggunaan
kontrasepsi seperti AKDR dan KB suntik derivate progestin, operasi
memperbaiki potensi tuba, abortus provokatus dengan infeksi, fertilisasi oleh
obat-obatan pemacu ovulasi (fertilisasi in vitro), tumor yang mengubah
tuba( mioma uteri dan tumor adneksa)( Wirakusumah dalam Sastrawinata dkk,
2005 16-17).
d. Kehamilan Mola (Kehamilan Anggur)

Kehamilan Mola adalah kehamilan yang berasal dari kelainan pertumbuhan
plasenta atau calojn plasenta yaitu jonjot-jonjot korion dari placenta yang tumbuh
berganda.

Pacenta

berganda

berupa

gelembung-gelembung

kecil

yang

mengandung cairan yang cukup banyak sehingga menyerupai buah anggur.
Biasanya ibu yang hamil anggur tampak seperti hamil biasa, tetapi beberapa
minggu perutnya cepat membesar kadang disertai muntah yang hebat, nyeri perut,
kontraksi, dan sesekali muncul bercak darah pada vagina bahkan perdarahan
banyak. Hamil anggur tidak membentuk janin dan biasanya akan keguguran
minggu ke 12-14 (Huliana, 2001: 46).
e. Kehamilan dengan Infeksi
Penyakit infeksi pada ibu hamil digolongkan dalam berbagai cara, berdasarkan
area, cara penularan, dan agen penyebabnya. Penyakit hubungan seksual adalah
penyakit yang ditularkan dengan hububgan seksual oral atau genital. Ibu yang
mengalami infeksi maka janin di intrauteri akan memiliki risiko tinggi tertular
dan risiko tertular saat lahir. Sehingga penyakit hubungan seksual diakronimkan
dalam TORCH Hamilton (1995: 108-109).
T: Toxoplasmosis
O: Penyakit Lain: hepatitis A dan B, sifilis gonore, AIDS, klamidiasis,
candidiasis, trichomonas dan infeksi Listeria, beerbagai infeksi saluran
perkemihan
R: Rubella
C: Sitomegalovirus
H: Herpes genitalis
f.

Intrauterina Fetal Death
IUFD berhubungan dengan preeklamsia atau eklamsia, abrupsio placenta,
placenta previa, diabetes, infeksi, anomaly congenital, dan penyakit isoimun.
Tanda kematian janin adalah kurangnya gerakan janin yang diikuti dengan
menurunnya secara bertahap tanda-tanda dan gejala kehamilan (Hamilton, 1995:
185).

g. Gangguan Tumbuh-Kembang Janin Intrauterin
Menurut Manuaba dkk (2007: 254) bahwa pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauteri dipengaruhi oleh faktor maternal, placenta dan tali pusat, dan faktor
janin dalam uterus.


Faktor Maternal

o

Kondisi sehat optimal dapat dibuktikan dengan pemeriksaan antenatal
care dengan faktor-faktor:

o



Fundus uteri sesuai umur kehamilan



Quickening mulai umur kehamilan 14-16 minggu



DJJ terdengar sejak kehamilan 14 minggu

1
2

Pertambahan BB ibu

kg/minggu dengan BB hamil aterm

peningkatannya 14-16 kg.
o


Hb > 12 gr% dan komponen darah lain normal

Faktor Placenta dan Tali pusat
Gangguan placenta dapat mengganggu tumbuh kembang janin intrauteri.
Pembuluh darah umbilikus yang tertutup menyebabkan asfiksia intrauteri
sampai kematian.



Faktor Janin dalam Uterus
o

Faktor Genetik
Kelainan kongenital ringan yang tidak menimbulkan kematian janin,
kelainan kongenital mengganggu pertumbuhan alat vital yang
menimbulkan kematian, dan kelainan kongenital yang bersifat fatal.

o

Air Ketuban
Volume normal 500-1500 cc. Air ketuban dapat diperiksa untuk
menentukan

tingkat

kesejahteraan

janin:

insifisiensi

placenta,

kematangan paru, pemeriksaan bioprofil janin, petunjuk kelainan
kongenital, menentukan umur kehamilan.
h. Perdarahan Antepartum (Placenta Previa, Solusio Placenta, Pecahnya Sinus
Marginalis)


Placenta Previa
Menurut Kemenkes (2013: 96) placenta previa adalah placenta yang
berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks interna yang disebabkan
oleh kehamilan dengan ibu usia lanjut, multiparatis, dan riwayat seksio
sesarea. Penegakan diagnosis berdiri jika ada perdarahan tanpa nyeri pada
usia kehamilan > 22 minggu,darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya
anemia, syok, tidak ada kontraksi uterus, bagian terendah janin tidak masuk
PAP, dan kondisi janin normal atau terjadi gawat janin.



Solusio Placenta

Menurut Kemenkes (2013: 99) bahwa solusia placenta adalah terlepasnya
placenta dari tempat impantasinya. Penegakan diagnosis berdiri jika
perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap, warna darah kehitaman
cair tetapi mungkin ada bekuan jika solusio relatif baru, syoik tidak sesui
jumlah darah keluar (terdembunyi), anemia berat, gawat janin (hilangnya
DJJ), dan uterus tegang terus menberus disertai nyeri.
i.

Persalinan Prematur

j.

Ketuban Pecah Dini
Menurut Kemenkes (2013: 122) KPD adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu. Di mana ibu merasa keluar
cairan yang banyak secara tiba-tiba. Hasil pemeriksaan inspekulo dengan
spekulum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau
menggenang diforniks posterior dan apabila tidak ada maka gerakkan sedikit
bagian terbawah janin atau minta ibu mengeran. Faktor predisposisi antara lain
riwayat KTD, infeksi traktus genital, perdarahan antepartum, dan merokok.

k. Hipertensi Dalam Kehamilan
Berikut keterangan tentang hiprtensi pada kehamilan menurut Kemenkes
(2013):


Hipertensi Kronik



TD:

140/90 mmHg, sudah ada riwayat hipertensi sebelum

hamil/diketahui ada hipertensi di usia kehamilan 300 mg/24 jam.
o Preeklamsia Berat

TD:



160/110 mmHg usia kehamilan >20 minggu, proteinuria

≥ 2 atau protein kuantitatif >5 g/24 jam. Preeklamsia berat juga bisa
ditemukan:
 Trombositopenia (