AKUNTAN ORGANISASI AKUNTAN DAN PENDIDIKA

HUBUNGAN PENDIDIKAN AKUNTAN DENGAN KODE ETIK PROFESIONAL
PADA AUDITOR BPK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Seminar Akuntansi
Dosen Pengampu : SUNYOTO, SE. MM.MSA.Ak. CA.

Disusun oleh:
1. Nuri Bisiranawati

211131413

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
STIE WIDYA GAMA LUMAJANG
TAHUN 2014

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Praktek dalam dunia bisnis sering dianggapn menyimpang jauh dari aktivitas

moral, bahkan anggapan bahwa dunia bisnis merupakan dunia amoral yang tidak lagi
mempertimbangkan etika. Padahal etika itu penting bagi status professional dalam
menjalankan kegiatannya.
Profesi auditor merupakan sebuah profesi yang hidup di lingkungan bisnis.
Mengingat peran auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha, perlunya
memahami etika bagi profesi auditor. Peran dan tanggung jawab auditor terhadap
kepentingan publik sesungguhnya adalah merupakan dasar bagi keberadaan profesi
ini.
Selain etika, kode etik dalam melakukan audit di tempat klien juga dipengaruhi
oleh pendidikan yang dimiliki oleh sang auditor dan yang utama faktor yang
mempengaruhi adalah sikap individual sang auditor.
Istilah profesional berarti bertanggung jawab untuk berperilaku yang lebih dari
sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Persyaratan
profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki
pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Karena dalam meningkatkan profesionalisme seorang auditor harus terlebih
dahulu memahami dirinya sendiri dan tugas yang akan dilaksanakan serta selalu
meningkatkan dan mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan audit.

2


1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan pendidikan akuntan dengan auditor BPK?
2. Bagaimana hubungan kode etik professional pada auditor BPK?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan pendidikan akuntan dengan auditor BPK
2. Untuk mengetahui hubungan kode etik professional pada auditor BPK
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan atau referensi makalah
selanjutnya. Hal ini karena tidak ada suatu batasan dalam ilmu pengetahuan
yang semakin hari semakin maju mengikuti perkembangan zaman.
2. Bagi pembaca
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
dalam bidang perkembangan akuntansi.
1.5 Sistematika
Analisis deksripstif digunakan untuk memberi gambaran umum mengenai
demografi responden dalam penelitian dan deskripsi mengenai perkembangan
akuntansi di Indonesia dan akuntansi Internasional.


3

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian
2.1.1.1 Auditing
Menurut Mulyadi (2012) Auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan,serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.
Audit adalah pengumpulan data dan evaluasi bukti mengenai informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen (Aren, 2008).
Sedangkan Sukrisno, 2004 menyebutkan bahwa Auditing memberikan
nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan karena Akuntan Publik
sehingga pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan
memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha,

perubahan ekuitas dan laporan arus kas.

4

2.1.1.2 Profesi Akuntan
Akuntan adalah mereka yang lulus pendidikan stratasat (S1) program
studi akuntansi dan telah memperoleh gelar

profesi akuntan melalui

pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional atas rekomendasi dari
organisasi profesi Institut Akuntan Indonesia (IAI). Bidang pekerjaan dan
ruang lingkup tugaspara akuntan ini bisa sangat luas dan beragam. Mereka
dapat bekerja disektor swasta (perusahaan dan lembaga nonpemerintahan,
mereka bisa bekerja pada departemen/ bagian Akuntansi, Keuangan,
Anggaran, Audit Internal dan bagian lain yang sejenis) dan sektor publik
(BUMN, lembaga-lembaga negara, dan pemerintahan).
Dalam struktur organisasi negara Republik Indonesia, terdapat lembagalembaga tinggi negara, lembaga-lembaga pemerintahan (pusat dan daerah),
departemen, dan satuan unit kerja dibawah departemen. Semua lembaga ini
memerlukan Fungsi Akuntansi yang yang bertugas mencatat dan membuat

laporan keuangan minimal sebagai alat pertanggungjawaban. Akuntan yang
berkerja pada lembaga-lembaga pemerintahan, Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sering disebut akuntan
sektor publik. Akuntan sektor publik ini dapat dianalogikan dengan tiga
golongan profesi yang biasa dijumpai dalam sektor swasta, yaitu sebagai
akuntan manajemen, auditor internal, dan auditor eksternal. Akuntan yang
berkerja pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
berfungsi mirip dengan auditor internal di suatu perusahaan. Akuntan yang
berkerja pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berfungsi mirip dengan

5

auditor eksternal atau akuntan publik bagi semua lembaga negara dan
lembaga pemerintahan.
Akuntan yang bekerja pada setiap satuan kerja di organisasi
pemerintahan dan lembaga-lembaga negara untuk menyusun laporan
keuangan unit organisasi atau lembaga negara tersebut, dapat dianggap
sebagai akuntan manajemen. Dalam setiap departemen atau satuan kerja
pemerintahan, terkadang juga dibentuk satuan unit organisasi yang sering
disebut sebagai Inspektorat Jenderal. Fungsi pokok Inspektorat Jenderal ini

mirip dengan audit internal, namun ruang lingkup tugasnya terbatas untuk
departemen/lembaga pemerintahan yang bersangkutan. Fungsi audit internal
untuk keseluruhan organisasi eksekutif pemerintahan dilakukan oleh Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pemerintah diwajibkan oleh konstitusi dan undang-undang untuk
membuat

laporan

realisasi

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Negara/Daerah serta laporan keuangan (pusat/daerah)untuk dismpaikan

kepada rakyatnya melalui DPR. Sebelum disampaikan kepada DPR, semua
laporan realisasi anggaran dan laporan keuangan tersebut diaudit terlebih
dahulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK). Skema karier seorang

akuntan dapat dilihat pada gambar 2.1

6

Skema Karier Seorang Akuntan
Gambar 2.1
Akuntan

Sektor Swasta

Akuntan
Manajemen

Sektor Publik


Auditor
Internal

Akuntan
Publik

Akuntan
Pemerintah

Auditor
Inspektorat

Akuntan
BUMN/BUMD

Auditor BPKP

Auditor
BPK


Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan para
akuntan baik yang bekerja di sektor swasta maupun disektor pemerintah,
entah selaku akuntan manajemen, akuntan publik atau auditor internal dapat
disebut suatu profesi karena:
1. Memerlukan pengetahuan akuntansi dan/ atau disiplin ilmu lain yang
relevan melalui pendidikan formal (knowledge)
2. Memerlukan keterampilan dalam mengolah data dan menyajikan
laporan khususnya dengan memanfaatkan teknologi komputer dan
sistem informasi (skill), serta
3. Harus mempunyai sikap dan perilaku etis (attitude).

7

2.1.1.3 Etika Profesi
Etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian
normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya
dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari
permasalahan-permasalahan dunia nyata. Etika merupakan pembelajaran
tentang norma-norma dan nilai-nilai yang berkaitan dengan salah dan benar,

baik dan buruk, seperti yang harus kita lakukan dan tindakan apa yang harus
dihindari.(Leonard J. Brooks, 2011).
Menurut Elder (2011), Etika dapat didefiniskan secara luas sebagai
seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai. Sedangkan Mulyadi
(2011), perlunya etika profesional bagi organisasi profesi adalah kebutuhan
profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang
diserahkan oleh profesi terlepas dari anggota profesi yang menyerahkan jasa
tersebut. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat
membutuhkan kepercayaan masyarakat yang dilayaninya. Umumnya
masyarakat sangat awam mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh suatu
profesi, karena kompleksnya pekerjaan yang dilaksanakan oleh profesi.
Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu
tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesinya, karena dengan
demikian masyarakat akan terjamin untuk memperoleh jasa yang dapat
diandalkan dari profesi yang bersangkutan. Kepercayaan masyarakat
terhadap mutu audit akan menjadi lebih tinggi jika profesi akuntan publik
menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit
yang dilakukan oleh anggota profesi tersebut.

8


Elder juga menyebutkan kebutuhan akan etika merupakan hal
penting bagi masyarakat agar kehidupan berjalan dengan tertib. Hal ini
sangat beralasan karena etika merupakan perekat untuk menyatukan
masyarakat. Kebutuhan akan etika dalam bermasyarakat cukup penting
sehingga banyak nilai-nilai etika umum yang dijadikan aturan hukum.
Namun ada pula beberapa nilai etika yang terdapat pada Gambar 2.2.
Ilustrasi Rumusan Prinsip-prinsip Etika
Gambar 2.2
Rumusan Prinsip-prinsip Etika
Berikut adalah enam nilai etika utama menurut Josephson Institute terkait dengan
perilaku etis:
Dapat dipercaya (Trustworthiness) termasuk kejujuran, integritas, keandalan, dan
kesetiaan. Kejujuran memerlukan suatu keyakinan yang baik untuk menyatakan
kebenaran. Integritas berarti seseorang bertindak berdasarkan kesadaran, dalam
situasi apa pun. Keandalan berarti melakukan segala usaha yang memungkinkan
untuk memenuhi komitmen. Kesetiaan merupakan tangung jawab untuk mendukung
dan melindungi kepentingan orang-orang tertentu dan organisasi
Rasa Hormat (Respect) termasuk nilai-nilai kesopanan, kepatuhan, penghormatan,
toleransi dan penerimaan. Orang yang penuh sikap hormat akan memperlakukan
orang lain dengan hormat dan menerima perbedaan

individu dan perbedaan

keyakinan tanpa prasangka buruk.
Tanggung Jawab (Responsibility) berarti tanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukannya dan memberikan batasan. Tanggung jawab juga berarti melakukanyang
terbaik dan memimpin dengan memberikan teladan, serta kesungguhan dan

9

melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Kewajaran (Fairness) dan keadilan termasuk masalah-masalah kesetaraan,
objektifitas, proporsionalitas, keterbukaan dan ketepatan.
Kepedulian (Caring) berarti secara tulus memperhatikan kesejahteraan orang lain,
termasuk berlaku empati dan menunjukan kasih sayang.
Kewarganegaraan (Citizenship) termasuk mematuhi hukum dan menjalankan
kewajiban sebagai bagian dari masyarakat seperti memilih dalam pemilu dan menjaga
kelestarian sumber daya.
2.1.2 Tipe Audit
Menurut Mulyadi (2011), Auditing umumnya digolongkan menjadi 3
golongan antara lain:
1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan
keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan
keuangan ini, auditor independenmenilai kewajaran laporan keuangan atas
dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil
auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis
berupa laporan audit, laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai
informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor
Pelayanan pajak.
2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit
sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan

10

umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.
Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3) Audit Operasional (Operational Audit)
Merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau nagian
daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit
operasional adalah untuk:
a) Mengevaluasi kinerja
b) Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
c) Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut
Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau
pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang
meminta dilaksanakannya audit tersebut.

11

Tipe Audit
Gambar 2.3
Auditing

Audit Laporan Keuangan

Audit Kepatuhan

Audit Operasional

Memeriksa asersi dalam
laporan keuangan

Memeriksa tindakan
perorangan atau organisasi

Memeriksa seluruh atau
sebagian aktivitas
organisasi

Kriteria yang digunkana
adalah prinsip akuntansi
berterima umum

Kriteria yang digunakan
adalah kebijakan,
perundangan, peraturan

Kriteria yang
digunakan adalah
tujuan tertentu
organisasi

Laporan audit berisi
pendapat auditor atas
kesesuaian laporan
keuangan dengan prinsip
akuntansi berterima
umum

Laporan audit berisi
pendapat auditor atas
kepatuhan perorangan atau
organisasi terhadap
kebijakan, perundangan,
peraturan

Laporan audit berisi
rekomendasi perbaikan
aktivitas

2.2 Pembahasan
2.2.1 Hubungan Pendidikan Akuntan
Menurut Widhi (2006) dalam Elfarini (2007) menyatakan bahwa
pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Adapun SPAP
2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit,
auditor

harus

memiliki

keahlian

dan struktur pengetahuan yang cukup.
12

Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena
dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan
(pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui
berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah
dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard et.al, 1987
dalam Harhinto, 2004:35).
Harhinto (2004) menemukan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi
keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas audit. Adapun
secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor
(Kusharyanti, 2003), yaitu :
(1) Pengetahuan pengauditan umum,
(2) Pengetahuan area fungsional,
(3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru,
(4) Pengetahuan mengenai industri khusus,
(5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.
Pengetahuan pengauditan umum seperti risiko audit, prosedur audit,
dan

lain-lain kebanyakan

diperoleh

diperguruan

tinggi,

sebagian

dari

pelatihan dan pengalaman. Untuk area fungsional seperti perpajakan dan
pengauditan dengan komputer sebagian didapatkan dari pendidikan formal
perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan dan pengalaman. Demikian juga
dengan isu akuntansi, auditor bias mendapatkannya dari pelatihan profesional

13

yang diselenggarakan secara berkelanjutan. Pengetahuan mengenai industri
khusus dan hal-hal umum kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
Berdasarkan Murtanto dan Gudono (1999) terdapat 2 (dua) pandangan
mengenai keahlian. Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang
didasarkan pada

paradigma

einhorn.

Pandangan

ini

bertujuan

untuk

menggunakan lebih banyak kriteria objektif dalam mendefinisikan seorang
ahli. Kedua, pandangan kognitif yang menjelaskan keahlian dari sudut pandang
pengetahuan.

Pengetahuan

diperoleh

melalui

pengalaman

langsung

(pertimbangan yang dibuat di masa lalu dan umpan balik terhadap kinerja)
dan pengalaman tidak langsung (pendidikan).
Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003:5) menemukan
bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik.
Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas
kesalahankesalahan

dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan

kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi
yang mendasari (Libby et. al, 1985) dalam Mayangsari (2003:4).
Sedangkan Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman
auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Widhi (2006) dalam
Elfarini (2007) memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda
yang menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor maka
semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.
2.2.2 Hubungan Kode Etik Professional

14

Dilema etika meupakan situasi yang dihadapi seseorang dimana ia harus
membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Para auditor, akuntan dan
pebisnis lainnya, menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis mereka.
Terlibat dengan klien yang mengancam akan mencari auditor baru jika tidak
diberikan opini unqualified akan menimbulkan dilema jika opini unqualified
tersebut ternyata tidak tepat untuk diberikan. Memutuskan apakah akan
menentang supervisor yang telah merekayasa pendapatan divisi sebagai cara
untuk memperoleh bonus yang lebih besar merupakan sebuah dilema etika.
Meneruskan untuk menjadi bagian dari manajemen perusahaan yang menganggu
dan tidak memperlakukan karyawannya dengan baik atau berlaku tidak jujur
terhadap pelanggannya merupakan dilema etika, terlebih bila orang tersebut
memiliki keluarga yang harus dinafkahi dan persaingan dalam mendapatkan
pekerjaan yang sangat tinggi.
2.2.2.1 Kebutuhan Khusus Terhadap Kode Etik Profesi
Para profesional diharapkan memiliki kepatuhan dalam berperilaku yang
lebih tinggi dibanding dengan kebanyakan orang pada umumnya. Istilah
profesional berarti tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab secara individu dan ketentuan dalam peraturan dan
hukum dimasyarakat. Seorang akuntan publik, sebagai seorang profesional,
harus menyadari adanya tanggung jawab pada publik, pada klien dan pada
sesama rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat,bahkan jika hal
tersebut berarti harus melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi.
Alasan adanya harapan yang begitu tinggi pada penerapan etika bagi para
profesional adalah kebutuhan akan kepercayaan publik dalam kualitas

15

pelayanan yang diberikan oleh para profesional tersebut, bagaimana pun
individu-individu yang memberikan jasa tersebut. Bagi profesi akuntan publik,
merupakan hal yang penting bahwa klien dan pihak-pihak eksternal pengguna
laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa
lainnya yang diberikan oleh akuntan publik tersebut. Jika para pengguna jasa
tidak memiliki kepercayaan pada para akuntan publik, maka profesional
tersebut kehilangan kemampuan untuk melayani klien dan juga masyarakat
umum secara efektif.
Kepercayaan publik terhadap kualitas jasa profesional yang diberikan akan
meningkat bila profesi mendorong diterapkannya standar kinerja dan standar
perilaku yang tinggi bagi para praktisinya.
2.2.2.2 Kode Etik Akuntan
Menurut Munawir (1996) pengertian kode etik akuntan adalah: “Sebagai
suatu sistem prinsip-prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang memberikan
pedoman kepada akuntan dalam berhubungan dengan klien, masyarakat, dan
akuntan lain sesama profesi” atau “suatu alat atau sarana untuk memberikan
keyakinan kepada klien, pemakai laporan keuangan dan masyarakat pada
umumnya tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh akuntan”.
Kepercayaan masyarakat atas kualitas atau mutu pekerjaan profesi akan
semakin tinggi jika profesi tersebut menetapkan standar pelaksanaan dan
tatanan moral atau perbuatan yang tinggi terhadap seluruh anggotanya. Kode
etik akuntan juga dimaksudkan untuk membantu para anggotanya dalam
mencapai kualitas pekerjaan sebaik-baiknya. Audit yang berkualitas sangat
penting untuk menjamin bahwa profesi akuntan memenuhi tanggung jawabnya

16

kepada investor, masyarakat umum dan pemerintah serta pihak-pihak lain yang
mengandalkan kredibilitas laporan keuangan yang telah diaudit.

17

KESIMPULAN

Bahwa dalam pendidikan seorang akuntan akan mempengaruhi sistem kinerja
profesionalnya jika sedang menangani klien, selain itu etika dan kode etik sangat penting
didalam suatu organisasi baik organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta. Sebab
jika kita sebagai akuntan tidak memiliki kode etik dan etika yang baik dan sesuai dengan
porsinya tentu akan berakibat pada pekerjaan sang akuntan itu sendiri, karena satu
kesalahan akan berdampak luas pada pekerjaan atau projek lain yang akan di tanggani oleh
sang akuntan. Maka dari itu benar adanya bahwa Etika adalah cabang dari filsafat yang
menyelidiki penilaian normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya
dilakukan

18

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno-I Cenik Ardana.2014. Etika Bisinis Dan Profesi Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.
Arens, Loebbecke.2008. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta: Salemba Empat.
Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit
Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi. Universitas
Diponegoro.
Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan topik
penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember).
Mulyadi,2011. Auditing. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat
Murtanto dan Gudono, 1999. Identifikasi karakteristik-karakteristik audit profesi
akuntan publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing 2 (1) Januari.
Sunyoto, Danang. 2014. Auditing Pemeriksaan Akuntansi. Yogyakarta: CAPS.
Widiastuty, Erna dan Febrianto, R. Pengukuran Kualitas Audit: Sebuah Esai.

19