BIOGRAFI DAN TEORI GAGASAN TOKOH SOSIOLO

BIOGRAFI DAN TEORI GAGASAN TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI
1.Auguste Comte (1798-1857)

Auguste Comte seorang perancis, merupakan bapak sosiologi yang
pertama memberi nama pada ilmu tersebut (yaitu dari kata socius dan
logos). Walaupun dia tidak menguraikan secara rinci masalah-masalah apa
yang menjadi objek sosiologi, tetapi dia mempunyai anggapan bahwa
sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan social
dynamics. Konsepsi tersebut merupakan pembagian dari isi sosiologi yang
sifatnya pokok sekali. Sebagai social statistics, sosiologi merupakan sebuah
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sedangkan social dynamics meneropong bagaimana
lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan
sepanjang masa. Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga
tahap, sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:
a. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda
didunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang
berada di atas manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam
ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari
sebab serta akibat dari gejala-gejala.
b. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala

didunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas
manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejalagejala tersebut.
c. Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk
berfikir secara ilmiyah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif
dan dia juga menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan
antara pelbagai masyarakat yang berlainan.
Hasil karya Auguste Comte yang terutama yaitu:
- The scientific labors necessary for the reorganization of society
(1822)
- The positive philosophy (6 jilid 1830-1840)
- Subjective synthesis (1820-1903)
Refrensi:


www.wikipedia.com



Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial.Jogjakarta: pustaka pelajar




Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

2. EMILE DURKHEIM
Biograf

Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis, yang terletak di Lorraine. Ia
berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah
Rabi. Meskipun keputusannya untuk meniti karir yang lebih cenderung
pada bidang intelektualitas secular daripada religius. Hal tersebut
menandakan bahwa ia lebih mengutamakan modernitas dibandingkan
agama. Kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa
fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi.
Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan
seringkali masih berhubungan darah dengannya.
Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke École
Normale Supérieure pada 1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling

cemerlang pada abad ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean
Jaurès dan Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam kehidupan
intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel de
Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial.
Pada saat yang sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert
Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap
masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak
konflik lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak mempunyai
kurikulum ilmu sosial pada saat itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu
kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir
dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrégation sebagai syarat
untuk posisi mengajar dalam pengajaran umum dalam ilmu filsafat pada
1882. Dan ia mengajar filsafat di sejumlah Lyceebeberapa tahun kemudian.
Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin
memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu
setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux
pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang
pertama di Prancis. Ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi
baru di Prancis) di fakultas sastra burdeaux. Dari posisi ini Durkheim
memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu

sosial dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi
moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak
dikritik. Pada tahun yang sama ia menikah dengan Louise Dreyfus, yang

mencurahkan masa hidup selanjutnya mmembantu kerja intelektual
Durkheim, memikul tanggung jawab penuh untuk urusan rumah tangga dan
pendidikan dua anaknya, menyalin berbagai manuskrip, mengoreksi
naskah, dan terlibat dalam administrasi editorial Annee Sociologique, yang
di bentuk durkheim tahun 1898.
Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik.
Kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Rusia telah memberikan pukulan
terhadap pemerintahan republikan yang sekuler. Banyak orang
menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan
satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang
memudar di daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada
dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya
secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya
sebagai seorang aktivis.
Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia
menerbitkan “The division of Labour in Society”, pernyataan dasariahnya

tentang hakikat masyarakat manusia dan perkembangannya. Pada 1895 ia
menerbitkan “The Rules of Sosiological Method ”, sebuah manifesto yang
menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun
mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux.
Pada 1896 ia menerbitkan jurnal L'Année Sociologique untuk menerbitkan
dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian bertambah
dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk
kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan
akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Suicide”, sebuah studi kasus yang
memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi.
Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk memperoleh
kedudukan terhormat di Paris ketika ia menjadi profesor di Sorbonne.
Karena universitas-universitas Prancis secara teknis adalah lembagalembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini
memberikan Durkheim pengaruh yang cukup besar, kuliah-kuliahnya wajib
diambil oleh seluruh mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa
setelah Peristiwa Dreyfus, untuk mendapatkan pengangkatan politik,
Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia
secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi
pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya
besarnya yang terakhir “Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan

Keagamaan”.
Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup
Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan
internasionalis. Ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekular,
rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak
terhindari yang muncul sesudah itu membuatnya sulit untuk
mempertahankan posisinya. Sementara Durkheim giat mendukung
negaranya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada semangat
nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya)
membuat ia sasaran yang wajar dari golongan kanan Prancis yang kini
berkembang. Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik
Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas
ketika Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, René, anak laki-laki
Durkheim sendiri tewas dalam perang, sebuah pukulan mental yang tidak

pernah teratasi oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim
juga terlalu lelah bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh
dan meninggal pada 1917.
Teori dan gagasan
Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat

mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika halhal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi.
Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern,
Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama
terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer, Durkheim adalah
salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai
bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka
lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat,
suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.
Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada
sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan
sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang
memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme
metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta
sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang
ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia
berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen
yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu
yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui faktafakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat
terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.
Durkheim berpendapat bahwa masyarakat bukanlah sekedar jumlah

total individu-individu, dan bahwa sistem yang dibentuk oleh bersatunya
mereka
itu
merupakan
suatu
realitas
spesifik
yang
memiliki
karakteristiknya sendiri. Misalnya suatu partai poliik atau gereja, di
samping terdiri dari anggotaaggota individual juga memiliki struktur,
sejarah, pandangan dunia, dan kultur uang terlembaga, yang tidak dapat
diterangkan dalam rangka psikologi individual. ”kalau kitaberangkat dari
individu”. Ujar Durkheim, kita tidak akan bisa memahami apa yang terjadi
dalam suatu kelompok. Ia sama sekali menolak gagasan bahwa masyarakat
bermula dari kontrak sosial belum pernah satu masa pundi mana individuindividu diarahkan oleh pertimbangan yang cermat untuk bergabung
ataupun tidak bergabung ke dalam kehidupan kolektif yang satu daripada
yang lain. Bagi durkheim, masyarakat-prinsip asosiasi- adalah yang utama,
dan karena masyarakat secara tidak terbatas mengungguli individu dalam
ruang dan waktu, maka masyarakat berada pada posisi yang menentukan

cara bertindak dan berpikir terhadapnya.[1]
Dalam bukunya “The Division of Labour in Society” (1893), Durkheim
meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk
masyarakat. Ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan meneliti
bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan masyarakat
modern. Para penulis sebelum dia seperti Herbert Spencer dan Ferdinand
Toennies berpendapat bahwa masyarakat berevolusi mirip dengan
organisme hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang sederhana kepada

yang lebih kompleks yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit.
Durkheim membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada
kumpulan teori yang terus berkembang mengenai kemajuan sosial,
evolusionisme sosial, dan darwinisme sosial. Ia berpendapat bahwa
masyarakat-masyarakat tradisional bersifat ‘mekanis’ dan dipersatukan oleh
kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya
mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat
tradisional, kata Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup
kesadaran individual, norma-norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur
dengan rapi. Dan ia mengemukakan bukti-bukti sejarah menunjukan bahwa
individualisme, yang oleh para emikir sosial konservatif dianggap

bertanggung jawab atas runtuhnya tatanan sosial, sebenarnya adalah
produk sosial juga, yang hanya terdapat pada masyarakat-masyarakat yang
kompleks dan berdasarkan pembagian kerja.
Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja
yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang
berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan
ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka
tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam
masyarakat yang ‘mekanis’, misalnya, para petani gurem hidup dalam
masyarakat yang swa-sembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama
dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern yang 'organik', para
pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang
mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan makanan,
pakaian, dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian
kerja yang semakin rumit ini, demikian Durkheim, ialah bahwa kesadaran
individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif –
seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif.
Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat
tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa
masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hokum seringkali bersifat

represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena
hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar
oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan
keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki
solidaritas organic, hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan untuk
menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu
masyarakat yang kompleks.
Jadi,
perubahan
masyarakat
yang
cepat
karena
semakin
meningkatnya pembagian kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang
norma dan semakin meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan
sosial, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang
mengatur perilaku. Durkheim menamai keadaan ini anomie. Dari keadaan
anomie muncullah segala bentuk perilaku menyimpang, dan yang paling
menonjol adalah bunuh diri.
Durkheim belakangan mengembangkan konsep tentang anomie dalam
"Suicide", yang diterbitkannya pada 1897. Dalam bukunya ini, ia meneliti
berbagai tingkat bunuh diri di antara orang-orang Protestan dan Katolik
dengan menggunakan statistik untuk membuktikan jumlah rata-rata bunuh
diri berfariasi sesuai dengan perubahan solidaritas sosial, dan hal tersebut
menjelaskan bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi di antara orang Katolik

menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah. Menurut Durkheim,
orang mempunyai suatu tingkat keterikatan tertentu terhadap kelompokkelompok mereka, yang disebutnya integrasi sosial. Tingkat integrasi sosial
yang secara abnormal tinggi atau rendah dapat menghasilkan
bertambahnya tingkat bunuh diri: tingkat yang rendah menghasilkan hal ini
karena rendahnya integrasi sosial menghasilkan masyarakat yang tidak
terorganisasi, menyebabkan orang melakukan bunuh diri sebagai upaya
terakhir, sementara tingkat yang tinggi menyebabkan orang bunuh diri agar
mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat. Dan dapat disimpulkan
bahwa tindakan bunuh diri yang tampaknya bersifat pribadi itu sebenarnya
merupakan respons terhadap kekuatan sosial. Menurut Durkheim,
masyarakat Katolik mempunyai tingkat integrasi yang normal, sementara
masyarakat Protestan mempunyai tingat yang rendah. Karya ini telah
mempengaruhi para penganjur teori kontrol, dan seringkali disebut sebagai
studi sosiologis yang klasik.
Akhirnya, Durkheim diingat orang karena karyanya tentang
masyarakat 'primitif' (artinya, non Barat) dalam buku-bukunya seperti
"Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Agama" (1912) dan esainya
"Klasifikasi Primitif" yang ditulisnya bersama Marcel Mauss. Kedua karya
ini meneliti peranan yang dimainkan oleh agama dan mitologi dalam
membentuk pandangan dunia dan kepribadian manusia dalam masyarakatmasyarakat yang sangat 'mekanis' (meminjam ungkapan Durkheim).

Refrensi


www.wikipedia.com



Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial.Jogjakarta: pustaka pelajar



Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

3. MAX WABER
Biograf

Max Waber, lahir di Erfurt, Thuringia, Jerman Timur pada tanggal
21 April 1864 sebagai anak sulung dari keluarga terpandang yang
memberikan penilaian tinggi terhadap suatu pendidikan dan kebudayaan.
Pendidikan lanjutannya di Universitas Heidelberg pada Fakultas Hukum
namun perhatiannya terhadap bidang filsafat dan ekonomi membuatnya
mengikuti kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan ekonomi tersebut secara
teratur dan disiplin.
Pada tahun 1883, Max memasuki pendidikan militer yang membuka
kemungkinan untuk ia menjadi seorang perwira cadangan bagi mereka
yang berpendidikan sarjana. Setelah menyelesaikan pendidikan militer ia
tak kembali pada Universitas Heidelberg tetapi ia meneruskan studinya di
Universitas Berlin, di sana ia mendapatkan ajaran-ajaran Gneist
(pengetahuan
masalah
keparlemenan
Inggris),
Gierke
(pemahaman terhadap sejarah hukum Jerman) dan Treitschke
(mengenai permasalahan Nasionalisme). Setelah itu ia menetap
sejenak di Gottingen.
Pada tahun 1886, Max kembali ke Universitas Berlin guna
menempuh ujian ilmu hukum yang sehingga dengan terpaksa ia harus
menerima tugas untuk menempati suatu kedudukan di Pengadilan Pidana
Berlin. Namun Max merasa pekerjaan tersebut membosankan sehingga ia
memilih meneruskan studinya di bawah bimbingan Prof.Mommsen dan
menulis disertasinya “A Contribution to the history of Medieval Business
Organization” dengan melibatkanilmu hukum, ekonomi dan sejarah. Setelah
itu ia meneruskan kegiatannya menganalisa sejarah agraris masyarakat
Romawi dilihat dari sudut pandang perkembangan politik, ekonomi dan
social yang tersaji dalamsebuah buku terbitan tahun 1891 untuk memenuhi
persyaratan menjadi seorang dosen ilmu hukum di Universitas Berlin.
Pada tahun 1892 Max menikahi Marianne Schnitger, bersamaan itu
ia memulai memberikan kuliah –kuliah secara formal pada Universitas
Berlin. Pada tahun 1894 Max mendapat tawaran menjadi seorang guru
besar tetap pada Universitas Freiburg, tak lama kemudian diangkat menjadi
guru besar ekonomi pada Universitas Heidelberg tempat dimana ia bisa
menikmati kehidupan intelektualnya dengan penuh gairah. Namun Max
mengalami kemerosotan mental yang sangat serius, sehingga seluruh
kegiatannya terhenti selama hampir 4 tahun. Keadaanya mulai pulih pada
tahun 1903 dan semenjak itu ia menekuni masalah metode-metode ilmu
social.

Pada tahun 1904 untuk pertama kalinya Max mengunjungi Amerika
Serikat untuk mengikuti suatu kongres ilmu pengetahuan sedunia di kota
St. Louis. Dalam tahun yang sama Max menerbitkan buku “The Protestant
Ethic and the Spirit of Capitalism” yang menganalisa awal timbulnya
kapitalisme dengan maksud agar diperoleh pemahaman mengenai
pentingnya kapitalisme ekonomi maupun akibatnya pada tahap
kontemporer.
Pada tahun 1907, Max mengundurkan diri dari kegiatan
memberikan kuliah pada Universitas Heidelberg dan melanjutkan
peranannya sebagai ilmuwan pribadi. Selama Perang Dunia Pertama
berkecamuk, Max menjadi seorang administrator Rumah Sakit Angkatan
Bersenjata Jerman. Pada tahun 1918 ia menjadi konsultan pada Komisi
Gencatan Senjata Jerman dan penasihat Komite Reformasi Konstitusional
Jerman. Max Waber meninggal pada tahun 1920 dalam usia 56 tahun saat
ajarannya mengenai pendidikan politik sudah mulai berkembang.
Teori Dan Gagasan
Menurut Weber, perilaku manusia merupakan perilaku social yang
harus mempunyai tujuan tertentu dan terwujud dengan jelas. Untuk
menganalisa perilaku sosial tersebut Weber menciptakan tipe-tipe perilaku
ideal sebagai pola yang biasa disebut “ideal typus” agar dapat
membandingkannya dengan perilaku actual yang dimaksudkan sebagai
ekspresi semua formulasi dan batasan konseptual dalam sosiologi.
Pengartian tipe ideal dirumuskan dengan cara memberikan tekanan sepihak
serta intensifikasi terhadap satu atau beberapa aspek suatu peristiwa yang
mencerminkan struktur mental yang seragam.
Weber menekankan bahwa tipenya itu harus merupakan suatu
kemungkinan yang kuat dengan minimal harus mendekati kebenaran
empiris. Tipe ideal juga bersifat deskriptif murni dan tidak boleh
disalahgunakan untuk menjelaskan data yang diungkapkannya. Tipe ideal
merupakan suatu sarana untuk menyusun klasifikasi yang berguna untuk
mengatur
kategori-kategori
secara
sistematis
dari
semua
hasil
pengamatanyang pernah dilakukan. Selain itu,bentuk perilaku social yang
terpenting adalah perilaku social yang timbal balik (resiprokal) yang
tercermin dalam pengantian hubungan social sebagai tema sentral
sosiologi.
Suatu hubungan social ada apabila para individu secara mutual
mendasarkan perilakunya pada perilaku yang diharapkan pihak-pihak lain.
Beberapa tipe hubungan social diantaranya:
1. Perjuangan, suatu bentuk hubungan social yang menyangkut perilaku
individu sedemikian rupa sehingga salah satu pihak memaksakan
kehendaknya terhadap perlawanan pihak lain.
2. Komunalisasi, hubungan social yang didasarkan pada perasaan
subyektif baik bersifat emosional , tradisional maupun kedua-duanya.
3. Agregasi, hubungan social keserasian dan kecocokan
rasional atau keseimbangan berbagai kepentingan.

motivasi

4. Kelompok Korporasi, hubungan social yang berkaitan dengan
wewenang yang dilandaskan pada kegiatan seorang pemimpin dan
suatu staf administrasinya.
Keempat hubungan social tersebut mungkin terbuka ataupun tertutup
tergantung pada dasar peran sertanya, yakni sukarela atau paksaan.
Selain Ideal typus, Max Waber juga terkenal dengan Method of
understanding yang menghasilkan dua cara untuk mendapatkan
pemahaman dan dua jenis pemahaman yang harus diperhitungkan. Suatu
perilaku dapat dipahami secara intelektual bila perilaku tersebut rational,
tergantung pola perilaku yang terwujud dengan cara yang dianggap logis
yang sesuai dengan urutan perilaku yang dapat diduga. Dan suatu perilaku
juga bisa dipahami dengan menggunakan perasaan bila perilaku tersebut
bersifat irrational dengan jalan memproyeksikan diri sendiri ke dalam
situasi irasional tersebut.
Refrensi:


http://nilaieka.blogspot.com/2009/04/biografi-max-weber.html



Sukanto, Suryono. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. 2002. PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta



Sukanto, Suryono. Sosiologi Suatu Pengantar. 1994. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta

4. KARL MAX

Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. ayahnya, seorang
pengacara, menafkai keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas
menengah. Orang tuanya adalah dari pendeta yahudi (rabbi). Tetapi, karena
alasan bisnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx
masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari
Universitas Berlin, Universitas yang sangat di pengaruhi oleh Hegel dan
guru - guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis. Gelar
doktor Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian
itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian.
Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal
dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena
pendirian politiknya, koran itu kemudian di tutup pemerintah. Esai–esai
awal yang di terbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah
pendirian yang membiumbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan
Marx itu secara bebas di taburi prinsip-prinsip demokrasi , ia menolak
keabstrakat filsafat hegelian, mimpi naif komunis utopiadan gagasan aktivis
yang mendesak apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur.
Dalam menolak gagasn aktivis ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan
hidup
sendiri.
Upaya praktis, bahkan dalam mengarahkan massa sekalipun, akan di
jawab dengan meriam saat upaya itu di anggap berbah. tetapi, gagasan
yang dapat mengarahkan intelektual kitadan yang menaklukkan keyakinan
kita, gagasan yang dapat membekukan kita, merupakan belenggu –
belenggu di mana seorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan
nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat
mengatasinya
dengna
menyerah
kepada
Marx.
Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa
meninggalkan jerman untuk dapt suasana yang lebih libaral di Paris. Di
Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga
menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan politik
Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian,
sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentuka orientasi
intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan
orang yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan
kolabolatornyayakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels anak penguasa
pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisis kehidupan

yang di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx
kesengsaraan kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan
gagasannya sendiri. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi
panjang di sebuah Café terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja
untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata
”kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua budang teori menjadi
nyata….dan perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu”(McLellan,
1993:131) di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya the condition Of
The Working Class in England. Selama periode itu Marx menerbitkan
sejumlah karya yang sangat sukar di pahami (kebenyakan belum di
terbitkan semasa hidupnya) termasuk the Holy Family dan The German
ideology (di tulis bersama Engels)dan ia pun menulis the economic and
philosophic manuscripts 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap
bidang ekonomi main meningkat.
Meski Marx dan Engels mempunya orientasi teoritis yang sama,
namun ada juga beberapa perbedaan di antara mereka. Marx cenderung
menjadi seorang intelektual teoritis yang kurang teratur dan sangat
berorientasi kepada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, rapi dan
pengusaha teratur dan orang yang tak percaya pada lembaga keluarga.
Meski mereka berbeda, Marx dan Engels menempa kerja sama yang akrab
sehingga mereka berkolabirasi menulis buku dan artikel dan bekerja sama
dalam organisasi radikal, dan bahka Engels membantu membiayai Marx
selama sisa hidupnya sehingga memungkinkan marx mencurahklan
perhatiannya pada kegiatan intelektual dan politiknya.
Meski ada asosiasi erat antara nama Marx dan Engels, namun Engels
menjelaskan bahwa ia teman junior, Marx mampu berkarya sangat baik
tanpa aku. Aku tidak pernah mencapai prestasi seperti yang di capai Marx.
Pemahaman Marx lebih tinggi, pengalamannya lebih jauh dan
pandangannya lebih luas serta cepat ketimbang aku. Marx adlah
jenius(Engels,
di
kutip
dalam
McLellan,1973;131-132)
Banyak yang percaya bahwa Engels gagal memahami berbagai
seluk beluk Marx. Setelah Marx meninggal, Engels menjadi juru bicara
utama bagi teori marxian dan dalam berbagai cara menyimpangkan dan
terlalu menyerderhanakannya, meski ia tetap setia terhadap perspektif
politik yang ia tempa bersama Marx.Karena beberapa tulisannya telah
menggangu pemerintahan prusia, pemerintah perancis (atas permohonan
prusia) mengusir Marx tahun 1845 dan karenanya Marx pindah ke Brussel.
Radikelismenya meninggkat dan ia menjadi anggota aktif di bidang gerakan
revolusioner internasional. Ia pun bergabung dengan liga komunis dan
bersama Engels diminta menulis anggaran dasar liga itu, hasilnya adalah
manifestor komunis 1848, sebuah karya besar yang di tandai oleh sloganslogan politik yang termasyur (misalnya ‘kaum buruh seluruh dunia
bersatulah).
Tahun 1849 ia pindah ke london dan, mengingat kegagalan revolusi
politik tahun 1848, ia menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralis ke
kegiatan rsiset yang lebih rinci tentang peran sistem ka[pitalis. Study ini
akhirnya menghasilkan tiga jilid buku das kapital.jilid pertama di terbitkan
tahun 1867; kedua jilid yang lainya di terbitkan sesudah ia meninggal.

Selama riset dan menulis itu ia hidup dalam kemiskinan, membiayai
hidupnya secara sederhana dari honorarium tulisannya dan bantuan dana
dari Engels. Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan politik,
bergabung dengan ‘The Internasional’, sebuah gerakan buruh internasio
nal. Ia segera menonjol dalam gerakan itu dan mencurahkan perhatian
selama beberapa tahun untuk gerakan itu. Ia mulai mendapat popularitas,
baik sebagai pimpinan internasional maupun sebagai penulis des kapital.
Perpecahan gerakan internasional tahun 1876, kegagalan dari berbagai
gerakan revolusioner dan penyakit – penyakit, akhirnya membuat Marx
ambruk. Istrinya wafat tahun 1881 dan anak perempuannya tahun 1882 dan
Marx sendiri wafat di tahun 1883.
Teori dan gagasan
Karya Karl max dapat di tafsirkan dalam berbagai cara yang berbeda,
yang meliputi kritik romantik awal dalam Paris Manuscript, Marx sang
filsuf, antropologi historis dalam The Germany Ideology, sejarah kritis dalam
Eighteenth Brumaire atau the Civil War in France pemaparan ide-ide
pribadi yang cerdas dalam Grundrisse, ekonomi kitis yang lebih mutakhir
dalam Capital, Marx sang ekonom dll. Salah satu cara untuk dapat
memperoleh wawasan yang utuh atas pemikiran marx adalah dengan
membaca proyeknya sebagai suatu yang tercangkup dalam tema tunggal,
yakni kritik atas ekonomi sosial. Karya teoritis Marx bermula dari kritik
romantik, yang berangsur-angsur memasuki dunia ekonomi politik. Baru
setelah kematiannya di tahun 1883 karyanya berpengaruh luas dalam
bentuk propaganda yang sudah terpotong-potong yang kemudian
dikembangkan oleh Soviet.
Paris Manuscript
Persoalan tentang hubungan Marx muda dan yang telah matang
merupakan sebab utama Renaissance dalam diskusi tentang Marx yang
berkembang sejak tahun 1960 sampai sekarang dan terus berlanjut.
Masalah fundamental yang terkait disini apakah pemikiran Marx
merupakan pemikiran yang berkesinambungan ataukah pergeseran
kualitatif dalam karyanya. Bagaimanapun bentuk kesinambungan itu, arah
yang ditempuh oleh Marx sendiri adalah berangkat dari praksis menuju
struktur, dari tindakan yang menuju sistem.
Dalam Paris Manuscript yang terbit dalam bahasa jerman (1960-an),
adalah untuk menempatkan ekonomi politik dalam pengujiannya. Para
ekonom klasik seperti Smith telah mengakui pentingnya sumbangan
ekonomis buruh terhadap produksi kekayaan (wealth) atau nilai, namun
mereka tidak memberikan tempat yang layak pada buruh tersebut dalam
politik maupun masyarakat. Sebagian ekonom melakukan hal tersebut
dengan menyelewengkan hakikat proses produksi kekayaan, seolah-olah
kepemilikan mendahului kerja, padahal kepemilikan sesungguhnya hasil
dari kerja kreatif atau praksis. Kaum buruh dengan demikian
mengorbankan darah hidupnya untuk menciptakan
modal yang
bergantung pada tenaga buruh bagaikan seekor vampir. Kritik ekonomi
politik tersebut membawa Marx pada kritik filsafat mengenai pembagian
kerja. Arah yang ditujunya adalah kembali mempertentangkan antara
perumusan pandangan atas kemanusiaan sebagai satu keutuhan sebelum

adanya industrialisme yang tidak mengenal alienasi denagn kondisi yang
terpecah-pecah dan kalah dalam kapitalisme.
Arah yang tersembunyi dalam argumen tersebut adala perlunya
pembebasan kemanusiaan atau poletarian. Dengan pembebasan tersebut
Marx membayangkan adanya pergantian kepemilikan pribadi (modal) serta
ditegakkannya kembali integritas kemanusiaan secara serentak. Dan ia pun
menempatkan status utama kepada kaum buruh sebagai agen pembebas
yang menderita. Imaji tentan sosialisme dalam karya awal Marx berupa
suatu masyarakat yang terdiri dari kaum buruh yang cerdik.
Dalam Germany Ideologi Marx dan Engels mulai mengangkat
persoalan ideologi, dan mengkritik suatu yang ironis, mengingat
pengistimewaan terhadap kaum poelitariat dalam teori mereka, pretensi
kaum borjuis bahwa kepentingan mereka sendiri tak lain adalah
kepentingan rakyat umum. Tahun 1848, Marx dan Engels menerbitkan
karyanya yang amat terkenal dengan judul The Communist Manifesto,
sebuah polemik yang brilian yang menguraikan satu dimensi utama proyek
Marx: satu penilaian atas peradaban kapitalis yang sangat ambivalen,
peradaban yang menjadikan segala sesuatu itu menjadi mungkin, dan
serentak memenyingkirkan realisasi-diri potensi kemanusiaan. Di sinilah
muncul aksioma bahwa semua sejarah adalah sejarah perjuangan kelas. Di
sini Marx mengembangkan model dua kelas yang banyak ditiru oleh para
sosiolog dan sejarawan belakangan ini, dan merupakan konsep sentral
dalam Capital. Sejarah bukan sekedar sejarah kelas-kelas yang berjuang,
sejarah modern adalah peperangan besar antara dua kelas fundamental:
borjuis dan poletar.

Grundriss
Pergeseran Marx dari tindakan menuju struktur, secara politis
didorong oleh kekalahan revolusi 1848. jika tidak berubah yang jadi
persoalan adalah mengapa tidak.bagaimana ia akan menjadi produksinya
sendiri? Inilah yang menjadi logika esensial dalam Capital yang mana akan
ambruk dan melahirkan sosialisme. Disni Marx membahas persoalan
epistemologi dan metodologi. Dan ia berpendapat bahwa pengetahuan
tidaklah ditemukan melainkan dikonstrksi , dan meskipun terkadang ia
mengklaim setatus ilmiah untuk karyanya. Namun kenyataannya
menunjukan bahwa ilmu pengetahuan kemanusiaan secara kualitatif
merupakan jenis upaya yang berbeda dengan ilmu alam. Dengan begitu
Marx secara implisit menyesuaikan proyeknya kembali ke proposisi Vico
bahwa yang dapat diketahui manusia secara yang baik adalah sesuatu yang
unik pada dirinya: sejarah manusia itu sendiri.
Selanjutnya Marx mendiskusikan masalah transisi dan feodalisme,
lewat sebuah uraian yang yang banyak diperdebatkan dalam science and
society tahun 1950-an. Dalam Capital sebenarnya Marx kmbali ke gagasan
awal bahwa sejarah merupakan suatu yang pentin, suatu proses yang
penting untuk beralih dai feodalisme ke kapitalisme dan ke sosialisme.
Marx bergeser menuju proposisi bahwa revolusi tekhnologilah, dan
bukannya perjuangan kelas, yang mungkin bisa merealisasikan sosialisme.
Perkembangan logika internal kapitalisme adalah bahwa otomatisasi akan
dapat menggagalkan harapan yang bersumber dari gagasan tentang

relasikelas. Agen sejarah kembali dimitoskan: aktor-aktor sejarah bukan
lagi umat manusia yang penuh makna dan menderita, namun adalah
kekuatan sejarah yang berupa ekonomi bahkan tekhnologi. Eknomi adalah
determinan fundamental yang lantas muncul superstruktur legal dan
politis serta bentuk-bentuk kesadaran sosial yang pasti.
Capital
Puncak mitologi dan pemikiran Marx adalah Capital. Bab I, “
Komoditas”, merupakan teoritis yang paling signifikan dan paling sulit.
Marx mengemukakan kritik yang sangat mengena terhadap eika kapitalis
dan utilitarian. Ia merujuk pada karya Aristoteles, Politics: segala sesuatu
punya alasan sendiri untuk ada, masing-masing tak dapat disepadankan.
Namun kodifikasi menjadikan segala sesuatu itu dapat diukur, segala
sesuatu memiliki harganya/nilainya sendiri. Masyarakat borjuis mereduksi
nilai kemanusiaan menjadi nilai ekonomis. Mereka menyamakan berbagai
perbedaan yang seharusnya memiliki karakteristiknya masing-masing.
Subtansi buku tersebut adalah analisis kritis atas produksi kapitalis
dari segi tertentu, buku tersebut menjadi pelopor sosiologi industri modern.
Di buku ini menegaskan bahwa sosialisme sebagai pembebasan yang tak
terelakkan, dan perjuangan masih merupakan hal utama di antara dua kelas
fundamental dan dalam konsep-konsep dikemukakan, kerja dan modal.

Refrensi


www.wikipedia.com



Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial.Jogjakarta: pustaka pelajar



Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

5. HERBERT SPENCER
Herbert Spencer dilahirkan di Derby Inggris, 27 April 1820. Ia tak
belajar seni Humaniora, tetapi di bidang teknik dan bidang utilitarian.
Tahun 1837 ia mulai bekerja sebagai seorang insinyur sipil jalan kereta api,
jabatan yang di pegangnya hingga tahun 1846.selama periode ini Spencer
melanjutkan studi atas biaya sendiri dan mulai menerbitkan karya ilmiah

dan politik.tahun 1848 spenser di tunjuk sebagai redaktur the economis dan
gagasan intelektualnya mulai mantap. Tahun 1850 ia menyelesaikan karya
besar pertamanya, Social Statis (1850).
·
·
·
·
·

Hasil karyanya yang terkenal antara lain :
Sosial Statistics (1850)
Principle of Psychology (1955)
Principle of Biology (2 jilid, 1864 dan 1961)
Principle of Etnics (1893)
Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896)
Dalam bukunya yang berjudul The Principle of Sosiologi (3
jilid,1877), Herbert Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan
sistematis. Spencer mengatakan bahwa obyek sosiologi yang pokok adalah
keluarga, politik, agama, pengendalian diri, dan industri. Sebagai tambahan
disebutkannya sosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, masyarakat
setempat, pembagian kerja, lapisan social, sosiologi pengetahuan dan ilmu
pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Buku
tersebut menjadikan sosiologi menjadi populer di masyarakat dan
berkembang pesat pada abad 20, terutama di Perancis, Jerman, dan
Amerika.
Pada tahun 1879 ia mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi
Sosial. Evolusi secara umum adalah serentetan perubahan kecil secara
pelan-pelan, kumulatif, terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu
lama. Sedang evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang
terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri
dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat.
Ia juga menerapkan secara analog (kesamaan fungsi) dengan teori
evolusi karya Charles Darwin (yang mengatakan bahwa manusia berasal
dari kera) terhadap masyarakat manusia. Ia yakin bahwa masyarakat
mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri.
Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami
masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri
atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Ia menyoroti hubungan
timbal-balik antara unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma
atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dengan lembaga
keagamaan.
Spencer mempopulerkan konsep ‘yang kuatlah yang akan menang’
(Survival of the fittest) terhadap masyarakat. Pandangan Spencer ini
kemudian dikenal sebagai ‘Darwinisme sosial’. Ia mempercayai akan
kehidupan maasyarakat yang akan tumbuh progresif menuju keadaan yang
lebih baik, untuk itu masyarakat harus dibiarkan bekembang sendiri.
masyarakat harus dilepas dari campur tangan eksternal yang diyakini justru
memperburuk keadaan. Spencer menyetujui akan adanya evolusi darwin
dalam konteks sosial, yaitu apabila dibiarkan dengan sendirinya teori itu
akan berlaku dimana individu yang layak bertahan hidup akan berkembang,
sedangkan individu yang yang tidak layak maka ia akan tersingkir.
Ajaran sistem sosial yang telah disepakati oleh Spencer adalah sebagai
berikut:
1. Masyarakat adalah organisme atau superorganis yang hidup berpencarpencar.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.
2.
3.
·
·
·

Antara masyarakat dan badan-badan yang ada di sekitarnya ada suatu
equilibrasi tenaga agar kekuatannya seimbang.
Konflik menjadi suatu kegiatan masyarakat yang sudah lazim.
Rasa takut mati dalam perjuangan menjadi pangkal kontrol terhadap
agama.
Kebiasaan konflik kemudian diorganisir dan dipimpin oleh kontrol politik
dan agama menjadi militerisme.
Militerisme menggabungkan kelompok-kelompok sosial kecil menjadi
kelompok sosial lebih besar dan kelompok-kelompok tersebut memerlukan
integrasi sosial.
Kebiasaan berdamai dan rasa kegotongroyongan membentuk sifat, tingkah
laku serta organisasi sosial yang suka hidup tenteram dan penuh rasa setia
kawan.
Spencer menitikberatkan pada 3 kecenderungan perkembangan
masyarakat dan organisme:
pertumbuhan dalam ukurannya,
meningkatnya kompleksitas struktur, dan
diferensiasi fungsi.
Refrensi :
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. 1990.
http://nataebiografiteacher.blogspot.com/
Buku Teori Sosiologi Klasik Karya Boedhi Oetoyo, dkk
PENUTUP
Setelah menelaah dan mempelajari riwayat hidup dan teori gagasan
para sosiolog abad akhir 19 sebagai suatu pengantar untuk lebih
memperdalam ilmu sosiologi yang nantinya akan memunculkan dan
memberikan kesan awal pada sosiologi tersebut bahwa sosiologi itu sebagai
ilmu pengetahuan yang terlampau abstrak. Sehingga terkadang timbul
pendapat-pandapat kalau sosiologi itu bersiat khusus atau kurang peka
terhadap kebtuhan-kebutuhan atau pertimbangan-pertimbangan sosial
kemasyarakatan.
Kesan-kesan tersebut tidaklah begitu mengherankan karena saat itu
seorang sosiolog Lynd pada tahun 30an dan Mills pada tahun 50an pernah
memprediksinya. Sehingga mereka menyajikan pendapat mereka dalam
buku-buku karya mereka ”Knowledge For What” dan ”The Sociological
Imagination”. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan yang melibatkan
masyarakat sosiologi ikut berkembang serta mengalami peristiwa-peristiwa
tertentu maupun masa-masa krisis. Setelah perang dunia ke-2 banyak sekali
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ahli sosial terhadap masyarakatmasyarakat yang telah merdeka, baru merdeka, dan yang terlepas dari
belenggu-belenggu penjajahan seperti halnya konflik rasialis kejahatan,
ledakan penduduk, kemiskinan dan maslah-maslah sosial lain menjadi pusat
objek penilitian-penelitian sosiologis tersebut. Dengan demikian pada waktu
itu sosiologi secara relative cepat tanggap terhadap masalah-masalah sosial
penting, sehingga dianggap sosiologi itu begitu penting untuk dapat ikut
andil membantu memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.

MOCHTAR NAIM
29 04 2008

Sosiolog bergelar doktor dari Universitas Singapura ini dikenal
sebagai ahli Minangkabau. Tampil dalam Seminar Disiplin
Nasional di Universitas Andalas, September 1983, membawakan
makalah ”Konsep Disiplin dalam Kebudayaan Minangkabau”,
Mochtar Naim mendapat tanggapan ramai. Di sana ia membagi
konflik, yang konon dahulu sudah ada di Nusantara, dalam dua
kubu: kekuatan antipoda budaya M dan J.
Ciri pola budaya M (bisa diduga: Minangkabau), katanya,
berorientasi horisontal, egaliter, sentrifugal, dan sinkretis. Pada
budaya J (Jawa, tentu) pola budaya lokal yang mengarah ke kutub
ini jumlahnya lebih banyak dan lebih dominan — episentra disiplin harus dicari pada orangorangnya, dan dalam nilai budaya yang membentuk peri laku mereka.
Lalu, di mana berada berbagai masyarakat budaya Nusantara lainnya? ”Dalam konteks polarisasi
kebudayaan N (Nusantara) ini, dapat diperkirakan bahwa mereka berada di antara kedua kutub J
dan kutub M,” katanya. Konsep dua pola budaya utama di Nusantara ini memang pernah
dikemukakan Mochtar pada kesempatan yang lain, misalnya dalam Seminar Internasional
tentang Kesusastraan dan Kebudayaan Minangkabau di Bukittinggi, September 1980.
Masa kecil ilmuwan dari Sungaipenuh, Sumatera Barat, ini cukup sengsara. ”Saya lahir
sungsang,” tutur Mochtar. Ketika ia berusia lima tahun, ibunya meninggal saat melahirkan (juga
dengan sungsang) adiknya. Ternyata, cobaan belum cukup. Ayahnya, seorang pedagang kecil,
yang menduda, lalu pergi dan menikah kembali.
Kemudian ditampung dan diasuh keluarga ibunya, Mochtar dengan bersusah payah berhasil
merampungkan SLA-nya di Bukittinggi, 1951. Para mamak (paman)-nya senantiasa
mendorongnya rajin belajar, dan menganjurkannya meneladani para tokoh nasional berasal
Sumatera Barat, seperti Hatta, H. Agus Salim, dan Sutan Sjahrir.
Dorongan itu membawa Mochtar merantau ke Yogyakarta. Mula- mula ia masuk UGM, lalu
pindah ke PTAIN (IAIN) sambil merangkap kuliah di Fakultas Ekonomi UII. Dua perguruan
terakhir sampai tingkat doktoral, tetapi gelar M.A. ia raih dari Universitas McGill, Kanada, 1961.
Mengajukan disertasi Merantau: Minangkabau Voluntary Migration, ia memperoleh gelar doktor
dari Universitas Singapura pada 1974.
Mochtar tercatat sebagai pendiri Fakultas Sastra Unand, 1980, dan sejak itu ia menjadi dosen
sosiologi universitas yang sama. Sebelum itu ia pernah duduk sebagai Direktur Pusat Latihan
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Unhas di Ujungpandang, dan Direktur Center for Minangkabau
Studies, Padang.
Mochtar gemar berjalan kaki, misalnya di sepanjang pantai Air Tawar, Padang. Menikah dengan
Asma M., S.H., ia dianugerahi empat anak

Nama :
MOCHTAR NAIM
Lahir :
Sungaipenuh, Jambi, 25 Desember 1932
Agama :
Islam
Pendidikan :
– SR (1946), SMP (1948), dan SMA (1951), Bukittinggi
– PTAIN dan FE UII, Yogyakarta (1952-1957)
– Universitas Mc Gill, Montreal (M.A., 1960)
– Universitas New York dan Universitas Singapura (Doktor, 1974)
Karir :
– Dosen (1968-sekarang), Ketua Jurusan Sosiologi (1980- sekarang), kemudian Anggota Senat
Universitas Andalas (1984- sekarang)
– Direktur Center for Minangkabau Studies (1968-1971)
– Research Project/Director of Higher Education & Development, Singapura (1972-1974)
– Ketua Tim Perencanaan Sumatera Utara, Dept. PU, Medan (1978)
– Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Universitas Hasanuddin (1979-1980)
Kegiatan Lain :
– Anggota Dewan Penasihat LBH Padang (1982- sekarang)
– Anggota Yayasan Pembangunan Universitas Andalas (1985- sekarang)
Karya :
– Antara lain: Menggali Hukum Tanah dan Hukum Waris Minangkabau, Sri Dharma & CMS
Padang, 1969
– Bibliografi Minangkabau, University of Singapore Press, 1974
– Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau, GMU Press, 1979
Alamat Rumah :
Jalan Cenderawasih 65, Air Tawar Barat, Padang
Anak
1 Amelia Perempuan New York/19 Juni 1965 S2
2 Emil, laki-laki (New York/13 Juli 1966), S1
3 Elvira, Perempuan Padang/5 Mei 1970 S2
4 Meuthia Perempuan Singapore/22 November 1972 S2
Sejarah Pekerjaan :
1 Dosen Univ.Andalas-Padang 1968-1988
2 Research Project RIHED Singapore 1972-1974
3 Direktur Centre for Minangkabau Studies 1968-1971
4 Direktur PUSIDO 1975-1978
5 Direktur PLPIIS, Universitas Hasanuddin, 1979-1980
6 Anggota MPR-RI FUD-MPR-RI 1999-2004
7. Anggota MPR-RI F-DPD 2005-skrg
Prestasi :
Adam Malik Award Yayasan Adam Malik 1983