Kajian Manajemen Zakat Studi Kasus di Ru

Kajian Manajemen Zakat

(Studi Kasus di Rumah Zakat)

Makalah

Diajukan sebagai Tugas Ujian Tengah Triwulan (UTS) Manajemen ZISWAF

Dosen: Dr. Irfan Syauki Beik, SP, Msc

Disusun oleh: Yudi Yudiana: P056132883.18EK

M. Maulana Hamzah: P056132843.18EK Graha Agung Brahmana: P056132813.18EK

Magister Manajemen Syariah Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor

DAFTAR ISI:

Daftar Isi ii Daftar Tabel dan Gambar

iv Abstraksi

BAB I: Pendahuluan

A. Pengertian dan Manfaat Zakat

A.1. Pengertian Zakat

A.2. Muzakki dan Mustahik Zakat

A.3. Peran Lembaga Zakat

B. Manajemen Lembaga Zakat

B.1. Konsep Penghimpunan Dana Zakat

B.1.1. Tujuan Penghimpunan Dana (Fundraising)

B.1.2. Strategi Penghimpunan Dana Zakat

B.2. Tata Kelola Dana Zakat

B.2.1. Sejarah Pengelolaan Zakat

B.2.2. Standarisasi Pengelolaan Profesional

B.2.3. Sekilas Tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia

B.3. Metode Pendistribusian Zakat

BAB II: Studi Kasus di Rumah Zakat

A. Profil Rumah Zakat

A.1. Sejarah Rumah Zakat

A.2. Sejarah Logo

A.3. Legal Formal Rumah Zakat

A.4. Visi Misi dan Budaya Perusahaan

B. Manajemen Zakat

B.1. Manajemen Penghimpunan (Funding)

B.2.1. Penghimpunan Donasi

B.2.2. Segmentasi Donatur

B.2. Manajemen Pengelolaan Zakat.

B.2.1. Program Pengelolaan Zakat

B.2.1.1. Program Rutin

24

B.2.1.2. Program Musiman

25

B.2.2. BIG SMILE dan Model MDGs

28

B.2.3. Manajemen Sumber Daya Insani

28

B.2.3.1. Pelaksanaan Tata Kelola

29

B.2.3.2. Pengembangan Amil

29

B.2.3.3. Sumber Daya Relawan

29

B.2.3.4. Whistleblowing System

29

B.2.4. Inovasi Layanan Lainnya

30

B.3. Manajemen Penyaluran

30

B.3.1. ICD (Integrated Community Development)

30

B.3.2. Member Relationship Officer (MRO)

31

B.3.3. Infrastuktur Pemberdayaan

31

B.3.4. Alokasi Dana Zakat

32

B.3.5. Penerima Layanan Manfaat Program

33

B.3.6. Sinergi Rumah Zakat dan Korporat Dalam Penyaluran Dana CSR

34

C. PENUTUP

34

C.1. Kesimpulan

34 REFERENSI

C.2. Saran

34

TABEL DAN GAMBAR

Tabel Tabel 1: Rincian Model Pendekatan Pemberdayaan Berbasi MDGs

27 Tabel 2: Infrastruktur Pemberdayaan

31 Tabel 3: Jumlah PLM (2003-2013)

33

Gambar Gambar 1: Logo Rumah Zakat

14 Gambar 2: Salam Budaya Kerja Rumah Zakat

16 Gambar 3. Transformasi Rumah Zakat (1998-2014)

17 Gambar 4: Grafik Perbandingan Total Donatur dan Dana Zakat Terkumpul

19 (2010-2013)

Gambar 5: Grafik Komposisi Penerima Dana Per Pos Zakat

20 Gambar 6: Grafik Segmentasi Donatur

20 Gambar 7: Grafik SDI berdasakan Tingkat Pendidikan

28 Gambar 8: Persentase Distribusi Zakat Berdasarkan Objek Zakat

32 Gambar 9: Grafik Komposisi PLM empat rumpun senyum RZ (2009-2013)

33

Abstraksi

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan oleh agama, dan disalurkan kepada orang –orang yang telah ditentukan pula, yaitu delapan golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana yang tercantum dalam Al- Qur’an surat At-Taubah ayat 60.

Dalam sejarah peradaban Islam ternyata zakat tidak dikelola secara individu, untuk dapat mengelola dana zakat secara profesional, transparan, dan kompeten, diperlukan sebuah lembaga zakat yang mengelola dana – dana zakat. Peran Lembaga zakat dalam mejalankan tanggung jawabnya untuk menggalang penghimpunan dana zakat dari masyarakat perlu memberikan pemahaman manfaat dan hikmah dana zakat kepada calon muzakki dan mustahik. Ada 3 manajemen tata kelola zakat dalam lembaga zakat, yaitu manajemen perhimpunan dana zakat, manajemen pengelolaan dana zakat, dan manajemen pendistribusian dana zakat. Zakat akan sampai kepada tangan yang membutuhkan dan sesuai dengan kondisi yang ada apabila zakat dikelola dengan baik dan benar.

Rumah Zakat merupakan salah satu lembaga pengelola dana zakat yang profesional, transparan, dan kompeten. Dengan misi untuk membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat, Rumah Zakat kini ada pada tingkat yang lebih tinggi; yakni sebagai organisasi sosial keagamaan yang berkelas internasional. Dengan menanamkan tiga nilai organisasi baru; trusted, progressive, dan humanitarian, serta mengusung positioning baru; yakni Sharing Confidence. Dalam layanan penghimpunan Rumah zakat menggunakan fasilitas teknologi dan kerjasam dengan berbagai Institusi terutama dalam optimalisasi dana CSR, dalam pengelolaan RUmah Zakat menggunakan pendekatan MDGs yang terintegrasi dalam 4 program rutin dan 2 program musiman. Lalu dalam penyalurannya, ada fungsi ICD dan MRO yang melakukan peran pengawasan dan pendampingan agar dana zakat yang disalurkan tepat sasaran.

Keywords: Zakat, Tata Kelola, Manajemen Zakat, Rumah Zakat

BAB I: Pendahuluan

A. Pengertian dan Manfaat Zakat

A.1. Pengertian Zakat

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan oleh agama, dan disalurkan kepada orang –orang yang telah ditentukan pula, yaitu delapan golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana yang tercantum dalam Al- Qur’an surat At-Taubah ayat 60 :

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk budak, orang- orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Bijaksana .” Zakat dalam bahasa Arab mempunyai beberapa makna :

Pertama, zakat bermakna At-Thohuru, yang artinya membersihkan atau mensucikan. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat karena Allah dan bukan karena ingin dipuji manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikan baik hartanya maupun jiwanya. Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 103:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui .”

Kedua, zakat bermakna Al-Barakatu, yang artinya berkah. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu membayar zakat, hartanya akan selalu dilimpahkan keberkahan oleh Allah SWT, kemudian keberkahan harta ini akan berdampak kepada keberkahan hidup. Keberkahan ini lahir karena harta yang kita gunakan adalah harta yang suci dan bersih, sebab harta kita telah dibersihkan dari kotoran dengan menunaikan zakat yang hakekatnya zakat itu sendiri berfungsi untuk membersihkan dan mensucikan harta.

Ketiga, zakat bermakna An-Numuw, yang artinya tumbuh dan berkembang. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat, hartanya (dengan izin Allah) akan selalu terus tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban zakatnya. Tentu kita tidak pernah mendengar orang yang selalu menunaikan zakat dengan ikhlas karena Allah, kemudian banyak mengalami masalah dalam harta dan usahanya, baik itu kebangkrutan, kehancuran, kerugian usaha, dan lain sebagainya. Tentu kita tidak pernah mendengar hal seperti itu, yang ada bahkan sebaliknya.

A.2. Muzakki dan Mustahik Zakat

Perintah membayar zakat diwajibkan kepada setiap umat Islam yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari secara layak. Bagi muslim yang tidak mampu Perintah membayar zakat diwajibkan kepada setiap umat Islam yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari secara layak. Bagi muslim yang tidak mampu

Lalu siapa saja orang-orang yang berhak menerima zakat? Berikut ini 8 golongan orang Islam yang berhak menerima zakat:

1. Fakir (orang yang tidak memiliki harta)

2. Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi)

3. Riqab (hamba sahaya atau budak)

4. Gharim (orang yang memiliki banyak hutang)

5. Mualaf (orang yang baru masuk Islam)

6. Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)

7. Ibnu Sabil (musyafir dan para pelajar perantauan)

8. Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat) Kelompok fakir dan miskin merupakan warga muslim yang harus diutamakan dalam

penerimaan zakat. Penyaluran dana zakat kepada fakir miskin macamnya ada dua, yaitu untuk tujuan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk memberikan kemampuan berwirausaha.

Golongan fisabilillah adalah seseorang atau sebuah lembaga yang memiliki kegiatan utama berjuang di jalan Allah dalam rangka menegakkan agama Islam. Para fisabilillah penerima zakat saat ini dapat berupa organisasi penyiaran dakwah Islam di kota-kota besar, proyek pembangunan masjid, maupun syiar Islam di daerah terpencil.

Mualaf juga termasuk orang yang berhak menerima zakat untuk mendukung penguatan iman dan takwa mereka dalam memeluk agama Islam. Zakat yang diberikan kepada mualaf memiliki peran sosial sebagai alat mempererat persaudaraan sesama muslim. Sementara itu, amil zakat adalah kelompok terakhir yang berhak menerima zakat apabila 7 kelompok lainnya sudah mendapatkan zakat. (Yons Achmad/Zakat.or.id)

A.3. Peran Lembaga Zakat

Lembaga Zakat, dalam mejalankan tanggung jawabnya untuk menggalang penghimpunan dana zakat dari masyarakat perlu memberikan pemahaman manfaat dan hikmah dana zakat kepada calon muzakki dan mustahik, proses komunikasi dakwah dapat dilakukan melalui media surat kabar, brosur, spanduk maupun pemanfaatan teknologi seperti media internet. Karena setiap kewajiban yang diperintahkan Allah Swt, termasuk adanya kewajiban berzakat, pasti memiliki hikmah dan manfaat. Prof. Dr. Didin Hafiduddin mengemukakan beberapa peran dan hikmah zakat, yaitu:

a. Zakat sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki.

b. Zakat merupakan sarana untuk menolong dan membina mustahiq terutama ke arah kehidupan yang lebih sejahtera. Zakat sesungguhnya tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif yang bersifat sesaat, melainkan juga memberikan b. Zakat merupakan sarana untuk menolong dan membina mustahiq terutama ke arah kehidupan yang lebih sejahtera. Zakat sesungguhnya tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif yang bersifat sesaat, melainkan juga memberikan

c. Zakat sebagai pilar amal bersama ( jama’i) antara kelompok aghniya yang berkecukupan dengan para mujahid yang waktunya sepenuhnya untuk berjuang di jalan Allah sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.

d. Zakat merupakan salah satu bentuk konkrit jaminan sosial yang disyari’atkan oleh ajaran Islam bagi para mustahiq.

e. Zakat merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, sosial- ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia muslim.

f. Zakat dapat memasyarakatkan etika bisnis yang benar. Hal ini karena zakat berarti mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta yang diusahakan dengan baik dan benar.

g. Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Melalui zakat, terjadi transfer kekayaan dari muzakki yang memiliki kelebihan harta kepada mustahiq yang kekurangan harta.

h. Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat untuk berzakat, berinfaq, dan bershadaqah menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan berusaha agar mampu memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, serta berlomba- lomba menjadi muzakki dan munfik.

B. Manajemen Lembaga Zakat

B.1. Konsep Penghimpunan Dana

Dalam kamus Inggris-Indonesia fundraising diartikan sebagai pengumpulan dana atau penghimpunan dana, sedangkan dalam kamus besar Indonesia, yang dimaksud dengan pengumpulan dana atau penghimpunan dana adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, penghimpun, penyerahan.2

Penghimpunan dana (fundraising) dapat diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program kegiatan operasional lembaga yang ada pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.3 Fundraising (penghimpunan dana) dapat pula diartikan sebagai proses mempengaruhi masyarakat baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.4

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi penghimpunan dana (fundraising) adalah rencana sebuah proses mempengaruhi masyarakat atau calon donator agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Proses mempengaruhi disini yaitu meliputi kegiatan memberitahukan, mengingatkan, mendorong, membujuk, merayu. Dalam kerangka fundraising, Rumah Zakat terus melakukan edukasi, sosialisasi, promosi, dan transfer informasi sehingga menciptakan Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi penghimpunan dana (fundraising) adalah rencana sebuah proses mempengaruhi masyarakat atau calon donator agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Proses mempengaruhi disini yaitu meliputi kegiatan memberitahukan, mengingatkan, mendorong, membujuk, merayu. Dalam kerangka fundraising, Rumah Zakat terus melakukan edukasi, sosialisasi, promosi, dan transfer informasi sehingga menciptakan

B.1.1. Tujuan Penghimpunan Dana (Fundraising)

Adapun tujuan fundraising menurut Juwaini adalah sebagai berikut:

a. Tujuan menghimpun dana adalah sebagai tujuan yang paling mendasar. Tujuan inilah yang paling pertama dan utama dalam pengelolaan lembaga dan ini pula yang menyebabkan mengapa dalam pengelolaan fundraising harus dilakukan.

b. Tujuan kedua adalah menambah calon donator atau menambah populasi donator. Lembaga yang melakukan fundraising harus terus menambah jumlah donaturnya.

c. Meningkatkan atau membangun citra lembaga, bahwa aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga.

d. Menghimpun relasi dan pendukung, kadangkala ada seseorang atau sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mereka punya kesan positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut. Akan tetapi, pada saat itu mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan sesuatu kepada lembaga tersebut karena ketidakmampuan mereka. Kelompok seperti ini kemudian menjadi simpatisan dan pendukung lembaga meskipun tidak menjadi donatur. Kelompok seperti ini harus diperhitungkan dalam aktifitas fundraising, meskipun mereka tidak mempunyai donasi, mereka akan berusaha melakukan dan berbuat apa saja untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap lembaga. Dengan adanya kelompok ini, sebuah lembaga telah memiliki jaringan informal yang sangat menguntungkan dalam aktifitas fundraising.

e. Tujuan kelima yaitu meningkatkan kepuasan donatur, tujuan ini merupakan tujuan yang tertinggi dan bernilai jangka panjang, meskipun dalam pelaksanaan kegiatan secara teknis dilakukan sehari-hari. Mengapa kepuasan donatur itu penting? Karena kepuasan donatur akan berpengaruh terhadap nilai donasi yang akan diberikan kepada lembaga. Mereka akan mendonasikan dananya kepada lembaga secara berulang-ulang, bahkan menginformasikan kepuasannya terhadap lembaga secara positif kepada orang lain. Dengan demikian, secara otomatis kegiatan fundraising juga harus bertujuan untuk memuaskan donatur. 5

B.1.2. Strategi Penghimpunan Dana Zakat

Pendekatan strategi pada hakekatnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:  Memusatkan perhatian pada kekuatan atau power

 Memusatkan pada analisa dinamik, gerak dan analisa aksi  Memusatkan pada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan

tersebut.  Memperhatikan faktor waktu dan lingkungan.  Berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan

bedasarkan konsep, kemudian mengadakan analisa mengenai kemungkinan- bedasarkan konsep, kemudian mengadakan analisa mengenai kemungkinan-

Selain perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengevaluasian untuk lebih mengoptimalkan strategi penghimpunan dana, maka sebelumnya perlu mengetahui unsur-unsur dalam kegiatan fundraising, yaitu:

a. Analisis kebutuhan Kepercayaan dan pelayanan yang berkualitas merupakan kebutuhan donatur dan

muzakki yang harus dipenuhi oleh Rumah Zakat yang berisi tentang kesesuaian dengan syariah, laporan dan pertanggungjawaban yang dibutuhkan oleh donatur dan muzakki.

b. Segmentasi Segmentasi dalam pengelolaan zakat yang dimaksud adalah donatur dan muzakki,

yang berperan sebagai upaya fundraising dalam mempermudah Rumah Zakat untuk menentukan langkah-langkah kebijakan strategi yang akan datang.

c. Identifikasi profil donatur Profil calon donatur difungsikan untuk mengetahui lebih awal identitas calon donatur

itu sendiri, berfungsi dalam membantu menentukan target dan sasaran.

d. Positioning Positioning sering dijelaskan sebagai strategi untuk memenangkan dan menguasai

benak donatur dan masyarakat umum melalui produk-produk yang ditawarkan. Dengan kata lain positioning juga diartikan sebagai upaya untuk membangun dan mendapatkan kepercayaan dari para donatur dan masyarakat umum.

e. Produk Produk ini mengacu kepada peruntukan program yang dilakukan. Jumlah donasi

atau aset yang disumbangkan dimaksudkan berapa jumlah donasi atau aset yang didonasikan sesuai dengan program apa yang dikembangkan oleh Rumah Zakat.

f. Promosi Promosi dari Rumah Zakat kepada calon donatur digunakan untuk

menginformasikan kepada donatur mengenai produk atau program yang ditawarkan. Promosi ini juga untuk meyakinkan kepada mereka untuk bersimpati dan mendukung terhadap kegiatan yang dilaksanakan.

g. Maintenance Maintenance adalah upaya Rumah Zakat untuk senantiasa menjalin hubungan

dengan donatur dan muzakki, tidak ada maksud lain yang diharapkan dalam menjalin hubungan kecuali adanya loyalitas dalam rangka meningkatkan perkembangan Rumah Zakat.

B.2. Tata Kelola Dana Zakat

Zakat wajib dikelola dengan baik oleh sekelompok orang yang berilmu dan berdedikasi tinggi. Kewajiban mengelola zakat adalah fardu kifayah yang berarti jika tidak ada sebagian ummat yang mengelola zakat maka seluruh ummat akan menanggung dosa kelalaian perintah Allah swt.

Kewajiban kifayah pengelolaan zakat ini dapat kita ambil dari surat at-Taubah: 60 yang berbicara tentang mustahik zakat. Ayat itu menyebut adanya saham zakat untuk ‘amilin/pengelola zakat yang berarti mereka harus bekerja dalam dunia zakat secara maksimal sehingga berhak atas saham ‘amilin tersebut. Di sisi lain asnaf penerima zakat yang lain sulit untuk mendapatkan hak mereka secara memadai jika zakat tidak dikelola dengan baik oleh ummat islam.

Kewajiban mengelola zakat ini juga bisa kita lihat dari pengelolaan zakat yang berkesinambungan mulai dari zaman nabi Muhammad saw, zaman para khulafaurrasyidin hingga ke khilafahan islam setelahnya yang berumur lebih dari 1.400 tahun. Ini berarti ummat Islam dan ulamanya bersepakat akan kewajiban mengelola zakat oleh ummat umumnya dan oleh Negara/pemerintah khususnya.

Kesepakatan ulama Islam akan kewajiban pengelolaan zakat ini adalah ijma’ yang kuat.

B.2.1. Sejarah Pengelolaan Zakat

. هعضن َنك ثْيح ُ نْعض - ملس هيلع ه ىلص - ََا لوس دْ ع ىلع ُ خْأن َنك ثْيح

Artinya: Imran bin Husain pernah diangkat untuk mengurus/mengelola harta zakat dan ia menceritakan bahwa kami menarik zakat dari pengalaman kami menarik zakat pada zaman nabi Muhamad saw begitu juga kami menyalurkannya. (HR.Bukhari no 1883)

Inti dari kisah tersebut adalah bahwa semua pengelola zakat pasca zaman nabi Muhammad saw selalu berusaha menyesuaikan kerja pengelolaan zakat mereka seperti pengelolaan di masa nabi Muhammad saw.

Dengan demikian wajarlah dan sudah seharusnya kita selalu mengevaluasi kinerja pengelolaan zakat kita agar selalu sesuai dengan pengelolaan zakat di zaman nabi saw walaupun tidak harus kaku dan selalu khawatir dalam berijtihad dalam hal-hal yang multi tafsir atau tidak ada teksnya sama sekali.

B.2.2. Standarisasi Pengelolaan Profesional

Adapun standarisasi kesesuaian dengan syariat dalam pengelolaan zakat menurut saya dapat disimpulkan dalam beberapa poin saja.

1. Memahami konsep zakat secara utuh. Zakat adalah syariat islam yang memiliki konsep dan pola fikir yang utuh dan

terintegrasi. Zakat adalah kewajiban dengan periode pengeluaran (haul) yang berbeda-beda dan tarif (kadar) yang berbeda-beda pula. Pengeluaran wajib itu sangat tergantung dengan nisab (batas minimal kekayaan). Maka mereka yang tidak memiliki nisab berarti tidak memiliki beban pengeluaran zakat.

Di sisi lain wadah distribusi juga merupakan konsep yang utuh dimana kebutuhan sosial dan penyebab kesenjangan social juga telah tercakup di dalam delapan asnaf pada surat at-Taubah: 60.

Di sisi yang lain lagi para individu yang mendapat amanah kelola zakat sangat terikat dengan ketentuan seperti keharaman menerima tips dari muzaki saat bertugas sehingga dapat menjamin kredibelitas para ‘amilin zakat tersebut.

Untuk poin inilah lembaga zakat harus selalu di dampingi oleh seorang atau beberapa orang yang memiliki kapasitas ilmu fiqh secara mendalam untuk mengawasi dan mengarahkan amil zakat untuk tetap sesuai syariat pada sebuah lembaga amil zakat.

2. Memahami manajemen keuangan dengan baik. Mengurus zakat adalah mengurus keuangan. Mengurus keuangan adalah pekerjaan

yang sensitif dan penuh tantangan. Mengurus keuangan butuh ketelitian, dan kejelasan tentang sumber dan pengeluaran, juga butuh kekuatan iman agar tetap amanah. Dalam dunia modern ilmu yang berkonsentrasi dalam mengelola keuangan public adalah management keuangan atau sejenisnya maka lembaga pengelola zakat perlu merekrut tenaga yang ahli dalam manajemen keuangan.

Dengan kebesaran Allah swt dewasa ini telah diciptakan sebuah ilmu yang lebih konsen dengan keuangan zakat, yaitu AKUNTANSI ZAKAT. Dengan ilmu tersebut seseorang akan dapat mengelola keuangan zakat secara lebih akuntabel dan transparan.

3. Memahami fiqh prioritas. Membedakan yang baik dan yang buruk adalah standar tamyiz yang menjadi syarat

dalam transaksi. Seorang anak yang berumur tujuh tahun dipercaya telah mumayyiz. Namun membedakan dua hal yang baik sehingga mengetahui yang lebih baik diantara keduanya adalah hal yang belum tentu dimiliki oleh setiap orang.

Keahlian memprioritaskan sesuatu urusan dari yang urusan yang lain tidaklah didapat dengan banyaknya usia seseorang namun akan dimiliki oleh seseorang jika ia rajin membaca ilmu pengetahuan dan berusaha mempraktekkan untuk mengambil kebijakan dengan ilmu yang telah di dapatnya.

Fiqh prioritas sangatlah dibutuhkan dalam pengelolaan harta zakat yang dititipkan oleh para muzakki sehingga harta zakat menjadi sangat efektif dalam mencapai tujuan zakat yang disyariatkan oleh Allah swt. Mustahik zakat ada delapan golongan dan itu membutuhkan fiqh prioritas dalam pengalokasian harta zakat kepada mereka.

Contoh, membina lima orang miskin hingga mereka dapat mandiri dan tidak miskin lagi lebih prioritas dari pada sekedar memberikan sembako kepada lima puluh orang miskin. Karena hal itu tidak akan mengeluarkan mereka dari kemiskinan bahkan tekesan memanjakan orang miskin. Karena tujuan zakat adalah mengangkat si miskin menjadi mandiri lalu mengangkat mereka menjadi muzakki. Walau demikian kedua program dapat dijalankan. Terbatasnya harta zakat yang terkumpul dan tidak terbatasnya mustahik zakat di nusantara ini membuat amil zakat membuat skala prioritas.

4. Memiliki akhlaq Islam.

Mengelola zakat adalah berinteraksi dengan Allah swt dan sekaligus berinteraksi dengan manusia. Pengelola zakat hendaknya menyadari akan hal tersebut di atas. Pengelola zakat wajib berakhlak/bermental dengan akhlaq dan mental yang diajarkan oleh islam. Mereka harus ikhlas, jujur, tawadhu dan lainnya dari akhlaq yang diajarkan oleh Islam.

Tanpa akhlaq Islam pengelola zakat akan menjelma menjadi perusak syariat yang memancing musuh islam untuk mendapatkan celah dan kesempatan dalam mencela dan mencerca ajaran dan syariat Islam itu sendiri.

Jika mengurus masjid yang tidak becus akan mencederai keagungan Islam, jika shalat berjamaah yang berantakan mencederai kebesaran islam maka pastilah mengelola zakat tanpa akhlaq Islam yang mendarah daging akan mencoreng moreng syariat Islam.

Fitnah akan menerpa syariat zakat dan lembaga zakatnya jika ada oknum pengelola zakat yang terlihat tidak berakhlaq islami dan kepercayaan masyarakat untuk menitipkan zakat mereka kepada amil zakat pastinya akan anjlok. Akibatnya zakat tidak pernah mencapai tujuannya. Ini musibah besar.

5. Siap bekerja dengan baik. Bekerja di dunia zakat tidak bias paruh waktu (part time). Pekerjaan zakat sangatlah

banyak, tujuannya sangat mulia, dan problematikanya tak pernah usai. Maka suka atau tidak zakat harus dikelola full time bahkan melebihi jam kerja kebanyakan perusahaan yang hanya seharian tanpa malamnya. Mengurus zakat di lakukan siang dan malam, tanggung jawabnya melekat sepanjang hari dan malamnya.

Di timur tengah lembaga zakat tidak hanya ada di lingkup dalam negri, tetapi juga membuka perwakilan di beberapa Negara muslim yang banyak mustahiknya. Contoh: bulan sabit merah adalah lembaga kemanusiaan dan zakat Uni Emirat Arab yang memiliki perwakilan di berbagai negara temasuk Indonesia. Juga Qatar charity adalah lembaga perwakilan dari amil zakat yang ada di Doha Qatar.

B.2.3. Sekilas Tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia

Berbicara tentang pengelolaan zakat, peran pemerintah dan masyarakat tentang pelaksanaan dan pengelolaan zakat ada baiknya kita melihat sejarah bagaimana pengelolaan zakat di jaman Rasullulah S.A.W sebagai benchmarking untuk pengelolaan zakat di jaman sekarang. Ketika rasullullah S.A.W mengutus Mu’adz bin Jabal menjadi Qadli di yaman, Rasullulah S.A.W memberikan wejangan dan arahan kepadanya untuk menyampaikan kepada ahli kitab, beberapa hal termasuk agar menyampaikan kewajiban zakat dengan ucapan:

“Sampaikan bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada harta benda mereka, yang dipungut dari orang – orang kaya dan diberikan kepada orang – orang miskin di antara mereka ” (H.Bukhari),

Hadist ini menunjukan bahwa urgensi bagi orang – orang yang sudah masuk dalam syarat zakat untuk mengeluarkan sebagian hasil harta benda mereka untuk disalurkan kepada orang – orang miskin. Selain itu, ada perkataan dari Abu Bakar As-Shidiq terkait Hadist ini menunjukan bahwa urgensi bagi orang – orang yang sudah masuk dalam syarat zakat untuk mengeluarkan sebagian hasil harta benda mereka untuk disalurkan kepada orang – orang miskin. Selain itu, ada perkataan dari Abu Bakar As-Shidiq terkait

Menurut Teten Kustiawan, Mantan Direktur Pelaksana BAZNAS periode 2008 – 2011 Pengelolaan zakat memiliki karakteristik khusus yang tidak sama dengan karakteristik pengelolaan dana investasi atau dana sosial. Karakter¬istik pengelolaan zakat melekat antara lain pada nilai dasar dan pengelolaan dana zakat itu sendiri. Nilai dasar pengelolaan zakat setidaknya mencakup penegakan rukun Islam, pelaksanaan iba¬dah, eksistensi peran negara, dan perantara muzaki dan mustahiq. Pengelolaan zakat harus didasari oleh nilai penegakan rukun Islam.

Penunaian zakat bukan karena seorang aghniya memiliki jiwa sosial atau kepedulian terhadap sesama. Penunaian zakat berarti menegakkan rukun Islam yang berarti menegakkan Dienul Islam dan tidak menunaikannya berarti menghilangkan salah satu rukun Islam yang berarti menghancurkan Dienul Islam. Kar¬ena itu setiap muslim yang benar aqidahnya setuju dengan kebijakan Khalifah Abu Bakar Ashiddiq r.a. yang memerangi orang yang tidak mau ba¬yar zakat. Adapun bahwa penunaian zakat dapat menumbuhkan jiwa sosial dan kepedulian adalah diantara hikmah diwajibkannya zakat. Pengelolaan zakat harus didasari oleh nilai pelaksanaan ibadah. Pelaksanaan ibadah akan sah apabila memenuhi syarat dan rukunnya. Demikian juga dalam mengelola zakat. Diantara syarat ses¬eorang boleh mengelola zakat adalah apabila ada pendelegasian dari negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan negara Islam. Namun, melalui UU Pengelolaan Zakat telah mengatur bagaimana pengelolaan zakat di Negara kita.

Pengelolaan zakat harus didasari oleh nilai keberadaan peran negara. Ketika negara sudah layak dan mampu, maka pengelolaan zakat semestinya hanya dilakukan oleh negara. perjalanan pengelolaan zakat sejak pada masa Rasulullah saw sampai sekarang menggambarkan begitu terang benderang tentang peran negara ini. Saat ini UU Pengelolaan Zakat yang baru menyatakan bahwa pengelolaan zakat dilakukan oleh lembaga – lembaga zakat nasional, UU RI No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.

Pengelolaan zakat harus didasari juga oleh nilai – nilaim bahwa amil adalah perantara muzaki dengan mustahik. Fokus utama para pengelola zakat adalah ba¬gaimana agar para aghniya yang menunaikan zakat semakin banyak dan yang menunaikan melalui amil semakin tinggi serta mustahik mendapatkan haknya dengan terhormat dan memperoleh man¬faat untuk hidup lebih baik dari haknya tersebut. Walaupun amil adalah salah satu mustahiq, namun tidak elok dan menjadi salah apabila fokus para pengelola zakat adalah kepada kenyamanan diri dan lembaganya.

Selain titik sumber daya diatas, karakteristik pengelolaan zakat juga melekat pada dana zakat itu sendiri, baik dari sisi sumbernya, cara memperolehnya, peruntukannya, maupun pe-nyerahannya. Sudah menjadi pemahaman umum bahwa harta dan hasil usaha yang wajib dikeluar¬kan zakat harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Diantara syarat- syarat tersebut adalah halal, milik penuh, berkembang (namaa), sampai nishab, bebas dari Selain titik sumber daya diatas, karakteristik pengelolaan zakat juga melekat pada dana zakat itu sendiri, baik dari sisi sumbernya, cara memperolehnya, peruntukannya, maupun pe-nyerahannya. Sudah menjadi pemahaman umum bahwa harta dan hasil usaha yang wajib dikeluar¬kan zakat harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Diantara syarat- syarat tersebut adalah halal, milik penuh, berkembang (namaa), sampai nishab, bebas dari

Karakteristik pengelolaan zakat melekat juga dalam peruntukan dana zakat. Ayat Al- quran ten¬tang peruntukan zakat (QS Attaubah: 60) lebih panjang dibanding Ayat Al- Quran mengenai per¬intah mengambil zakat (QS Attaubah: 103). Go¬longan penerima zakat (mustahiq) sudah ditetapkan langsung oleh Allah swt, yakni orang-orang fakir, orang- orang miskin, amil, muallaf, riqob, ghorimin, fi sabilillah, dan ibnu sabil. Tidak boleh zakat diberikan kepada orang atau pihak di luar delapan golongan tersebut. Hal ini tidak berlaku untuk dana non zakat. Karakteristik pen¬gelolaan zakat juga me¬lekat dalam pe¬nyerahan dana zakat. Penyera¬han dana zakat ke¬pada mustahiq pada dasarnya harus disertai perpindahan status kepemilikan. Setiap mustahiq yang men¬erima dana zakat seharusnya tidak mendapat beban sebagai debitor atas dana zakat yang diterimanya. Dalam praktik pengelolaan zakat, sering ketentuan ini sulit diterapkan jika disinkronkan dengan misi zakat yang bertujuan memberdayakan mustahiq atau yang dikenal dengan zakat produktif. Namun demikian, bukan berarti karakteristik ini harus dilupakan apalagi dihilangkan. Disinilah tantangan menarik bagi para pengelola zakat untuk membuk¬tikan bahwa mereka layak menyandang gelar amil sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Quran

Di Indonesia, satu hal yang mempunyai urgensitas yang tinggi adalah komitmen pemerintah dan masyarakat untuk pengelolaan zakat. Semua ulama sepakat bahwa keterlibatan pemerintah dan lembaga zakat dalam menata pengelolaan zakat merupakan kewajiban ketata negaraan yang baik, dan merupakan cerminan dari kehidupan yang menjunjung tinggi nilai – nilai syariah, Contohnya yusuf al-Qordhowi mengemukakan bahwa sebab – sebab pemerintah dan lembaga zakat untuk mengelola zakat, antara lain :

a. Jaminan terlaksananya syari’at, karena akan banyak yang acuh dan mangkir apabila tidak dikelola dan diawasi secara ketat dan baik.

b. Pemerataan penduduk dan mengurangi kesenjangan social.

c. Memelihara nama baik dan derajat para mustahik.

d. Sektor zakat tidak terbatas individu, namun juga umum dan faktor pemerintah yang berperan.

Terdapat beberapa bidang – bidang pengelolaan zakat, antara lain :

a. Bidang pendidikan, dana zis diarahkan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui kemudahan akses pendidikan, pembinaan yang terpadu dan pengembangan potensi anak baik di dalam ataupun di luar ruang sehingga membentuk SDM yang mandiri dan berkualitas. Contoh program pengelolaan zis adalah sekolah gratis bagi yatim piatu dan dhuafa, pemberian beasiswa asuh untuk kaum dhuafa, pengembangan potensi anak dan remaja, dll.

b. Bidang kesehatan, dana zis diarahkan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama kepada kesehatan ibu dan anak. Diantara program yang dilakukan adalah pemberian makanan tambahan gratis dan bergizi, khitanan massal, penanggulangan bencana, search and rescue, dll

c. Bidang pengembangan ekonomi umat, dana zis diarahkan memberikan program pemberdayaan masyarakat miskin di bidang ekonomi sehingga tercipta kemandirian dan peningkatan kesejahteraan. Salah satu contohnya pemberian Program Pemberdayaan dan Pendampingan Usaha, pendampingan usaha lokal dengan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah, dll.

d. Bidang pengembangan masyarakat dan pemuda, dana zis diarahkan memberikan program peningkatan peran pemuda melalui pengembangan karakter, pengetahuan dan keahlian. Program: pengembangan dan peningkatan kapasitas pemuda, mengenali potensi diri, motivasi, kewirausahaan, keahlian khusus, pembinaan akhlak, dll.

B.3. Metode Pendistribusian Zakat

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi metode pendistribusian zakat dapat diartikan sebagai cara penyaluran zakat kepada para kelompok yang berhak menerima zakat.

Seperti sudah disebutkan, sasaran (masarif) zakat sudah ditentukan dalam Surah at- Taubah, yaitu delapan golongan. Yang pertama dan yang kedua, fakir dan miskin. Mereka itulah yang pertama diberi saham harta zakat oleh Allah. Ini menunjukkan, bahwa sasaran pertama zakat ialah hendak menghapuskan kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam.

Berdasarkan Fatwa Simposium Yayasan Zakat Internasional II, tentang Zakat Kontemporer yang diselenggarakan di Kuwait pada tanggal 11 Dzulqa’dah 1409 H, bertepatan dengan 4/6/1989 M menjelaskan pada dasarnya penyaluran zakat dilakukan kepada mustahiq di tempat pemungutannya sendiri, kemudian baru ditransfer ke luar daerah

pemungutan bila masih terdapat kelebihan, kecuali dalam masa-masa paceklik dan bencana yang dapat ditransfer sesuai urutan prioritas yang paling membutuhkan, sama halnya dengan pendapat Imam al-Mawardi.

Para ulama berbeda pendapat dalam pembagiannya apakah sudah sah apabila diserahkan kepada salah satu atau beberapa mustahiq saja sedangkan ulama yang lain berpendapat bahwa zakat itu mesti dibagi secara merata di antara mustahiq yang delapan.

Ulama madzhab Syafi’i berpendapat: Wajib mengeluarkan zakat (fitrah dan maal) kepada delapan kelompok, berdasarkan ayat tersebut. Ayat tersebut menyandarkan semua zakat kepada delapan kelompok dengan memakai huruf lam yang berarti memiliki/memilikkan. Dan Allah juga menghubungkan antara satu kelompok dengan lainnya dengan menggunakan huruf wawu ‘athaf yang berarti syirkah (bersama-sama). Hal itu Ulama madzhab Syafi’i berpendapat: Wajib mengeluarkan zakat (fitrah dan maal) kepada delapan kelompok, berdasarkan ayat tersebut. Ayat tersebut menyandarkan semua zakat kepada delapan kelompok dengan memakai huruf lam yang berarti memiliki/memilikkan. Dan Allah juga menghubungkan antara satu kelompok dengan lainnya dengan menggunakan huruf wawu ‘athaf yang berarti syirkah (bersama-sama). Hal itu

Untuk bagian fakir setengah bagiannya diberikan kepada mereka yang berperang di jalan Allah, setengah bagiannya lagi diberikan kepada fakir yang tidak ikut serta dalam perang seperti mereka yang menderita sakit lumpuh dan orang yang tidak bisa ikut berperang berdasarkan alasan syar’i. Bagian miskin, setengah diberikan kepada mereka yang menderita sakit dan tidak bisa berusaha, setengahnya lagi kepada mereka yang meminta-minta dan meminta makanan.

Bagian amil zakat dilihat dari usahanya dan prestasinya dalam memungut zakat secara amanah dan iffah. Kemudian diberikan bagian zakat sesuai dengan tugas yang telah dijalankannya, dan sesuai dengan usahanya di dalam pengumpulan zakat, ataupun sejumlah yang diberikan oleh imam, berpedoman atas kerja yang dilakukan olehnya, atau sebesar biaya pulang pergi selama mengurusnya. Menurut, Imam al-Mawardi, Allah Ta’ala menentukan gaji mereka berasal dari uang zakat , agar tidak ada lagi selain zakat yang diambil dari para muzakki (pembayar zakat). Jatah mereka diberikan kepada mereka dan besarnya sesuai gaji orang-orang selevel dengan mereka. Jika jatah mereka lebih banyak daripada orang-orang yang selevel dengan mereka, kelebihannya diberikan kepada penerima zakat yang lain. Jika jatah mereka lebih sedikit daripada gaji orang-orang yang selevel dengan mereka, kekurangannya diambilkan dari uang zakat menurut salah satu pendapat atau diambilkan dari bait al-maal (kas negara) menurut pendapat yang lain.

Jatah keempat diberikan kepada orang-orang yang hatinya telah takluk. Mereka ada empat kelompok, jika seorang Muslim berada di salah satu dari keempat kelompok tersebut, ia boleh diberi zakat.

Jatah kelima diberikan kepada para budak. Menurut Imam Syafi’i dan Abu Hanifah, jatah budak diberikan kepada budak mukatib (budak dalam masa pembebasan dengan membayar sejumlah uang kepada tuannya). Mereka diberi sejumlah uang untuk membebaskan dirinya dari tuannya. Imam Malik berkata, “Zakat untuk jatah budak digunakan untuk membebaskan budak.”

Besar zakat yang diberikan kepada gharim (kelompok yang memiliki hutang) ialah sejumlah hutangnya asalkan untuk kebaikan dan bukan berlebih-lebihan, bahkan untuk kebutuhan yang sangat mendesak.

Jatah ketujuh diberikan untuk fi sabilillah. Mereka adalah para tentara. Mereka diberi uang zakat sebesar yang mereka butuhkan dalam jihad mereka. Jika mereka berada di daerah perbatasan dengan musuh, mereka diberi jatah untuk keberangkatan mereka dan biaya domisili sebisa mungkin. Jika setelah berjihad mereka pulang, mereka diberi zakat untuk biaya keberangkatan dan kepulangan mereka.

Sedang besar zakat yang diberikan kepada ibnu sabil (orang yang sedang dalam perjalanan) ialah sejumlah biaya yang dapat dipakai untuk pulang ke kampung halamannya.

Zakat tidak boleh diberikan kepada orang kafir, kepada sanak kerabat Rasulullah saw dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, kepada budak mudabbar. Suami juga tidak boleh memberikan zakatnya kepada istrinya, dan juga seseorang tidak boleh memberikan Zakat tidak boleh diberikan kepada orang kafir, kepada sanak kerabat Rasulullah saw dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, kepada budak mudabbar. Suami juga tidak boleh memberikan zakatnya kepada istrinya, dan juga seseorang tidak boleh memberikan

“Tidak dihalalkan zakat bagi orang kaya, kecuali lima golongan, yaitu: yang menjadi amil; yang membeli harta dengan uangnya sendiri; yang mempunyai hutang; yang berperang di jalan Allah; atau orang miskin yang menerima zakat lantas menghadiahkannya kepada

orang kaya.” (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Hakim)

BAB II : Studi Kasus di Rumah Zakat

A. Profil Rumah Zakat

A.1. Sejarah Rumah Zakat

Rumah Zakat Indonesia adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf secara profesional dengan menitikberatkan program pendidikan, kesehatan, pembinaan komunitas dan pemberdayaan ekonomi sebagai penyaluran program unggulan.

Memulai kiprahnya sejak Mei 1998 di Bandung, lembaga yang awalnya bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ) ini,dan mengalami perubahan nama menjadi Rumah Zakat tanpa indonesia di belakanngya,semakin menguatkan eksistensinya sebagai lembaga amil zakat. Legalitas untuk melakukan ekspansi semakin kuat ketika lembaga ini telah mendapat sertifikasi pengukuhan sebagai lembaga amil zakat nasional berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003. Perkembangan cabang pun tumbuh secara cepat. Hingga awal 2006, Rumah Zakat Indonesia yang dipelopori oleh Ustadz Abu Syauqi dan tim, telah memiliki kantor pusat di Bandung dan 28 titik kantor pelayanan di 12 propinsi utama di Indonesia.

Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan muzakki dan mustahiq. Antara yang memberi dan menerima, antara para aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin dikurangi jaraknya. Krisis global 2009 banyak diprediksikan mulai pulih pada tahun ini, namun tantangan sosial dan ekonomi tak lebih mudah dihadapi. Rumah Zakat Indonesia menyikapi hal ini dengan melakukan rangkaian adaptasi dan perubahan menuju organisasi berskala global.

5 April 2010, resmi diluncurkanlah brand baru RUMAH ZAKAT menggantikan brand sebelumnya RUMAH ZAKAT INDONESIA. Dengan mengusung tiga brand value baru : Trusted, Progressive dan Humanitarian, organisasi ini menajamkan karakter menuju “World Class Socio-Religious Non Governance Organization (NGO).

Pada bulan September 2013 Rumah Zakat mengubah diri menjadi RZ. Perubahan ini bukan hanya terjadi pada logo yang akan diaplikasikan pada berbagai perangkat, tapi juga pada budaya kerja para amil agar dapat bergerak lebih cepat, gesit, tapi menghasilkan karya yang besar dalam upaya pemberdayaan.

A.2. Sejarah Logo Rumah Zakat berbeda dengan lembaga amil zakat yang

lainnya. Dengan misi untuk membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat, Rumah Zakat kini ada pada tingkat

yang lebih tinggi; yakni sebagai organisasi sosial keagamaan yang berkelas internasional. Dengan menanamkan tiga nilai organisasi baru; trusted, progressive, dan humanitarian, serta mengusung positioning baru; yakni Sharing Confidence.

Makna dari brand positioning Sharing Confidence dari Rumah Zakat adalah Rumah Zakat keyakinan kuat untuk berbagi dan menciptakan masyarakat global madani yang lebih baik, dengan menjadi organisasi terdepan di kawasan ini yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dalam memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Secara singkat, Rumah Zakat yakin bahwa dengan saling berbagi, akan tercapai sebuah masyarakat yang lebih baik. Seiring dengan perubahan tersebut, identitas Rumah Zakat pun mengalami sebuah perubahan. Identitas ini mengambil inspirasi dari perjalanan panjang Rumah Zakat sebagai organisasi kemanusiaan yang membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat.

Secara keseluruhan desain menggambarkan organisasi yang berkomitmen untuk terus memberi dan berbagi kepada masyarakat. Rumah dengan pintunya menjadi perlambangan sebuah organisasi yang terbuka dan memberi kebaikan dari dan untuk masyarakat. Bentuk rumah yang tampak seperti tanda panah mengarah ke atas melambangkan pergerakan organisasi Rumah Zakat yang progresif dan terus membangun kemandirian masyarakat. Sementara hati menandakan cinta kasih yang menjadi landasan bagi Rumah Zakat dalam menjalankan aktivitas kemanusiaan dan pemberdayaan.

A.3. Legal Formal Rumah Zakat

RZ adalah Lembaga Amil Zakat Nasional yang telah memiliki legitimasi melalui aspek legal formal sebagai berikut:

• Akta Notaris : DR. Wiratni Ahmadi, SH No. 31 Tgl. 12 Juli 2001 • SK Menkeh : Y.A. 7/37/22 • Lembaga Amil Zakat Daerah (LAZDA) : 451.12/Kep.478-Yansos/2002 • Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) : Kep. Menag No 157 Thn. 2003 • Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) : 42 tahun 2007 (revisi) • Direktorat Sosial Politik : 280/LK-YAYAS/2000 • Departemen Agama : W.i/I/BA/.03.2/4386/2000 • Izin Domisili : 19/DM/VIII/2001 • NPWP : 02.083.957.7-424.000 • Keputusan Menkumham RI No. C-1490. HT.01.02.TH 2006 • Tercatat pada Lembaran Berita Negara RI Tgl 22-08-2008 No. 68 • Perubahan Akta Yayasan No. 02 Tanggal 21 Desember 2011

A.4. Visi Misi dan Budaya Perusahaan

1. Visi dan Misi

Sebagai Lembaga zakat nasional yang memiliki sejarah panjang, RumahZakt perlu menentukan visi dan misi yang tepat untuk menjaga keberlangsungannya. Selain itu fungsi brand value juga ditetapkan agar rumah zakat memliki positioning di hati masyarakat.

Visi

Lembaga filantropi internasional berbasis pemberdayaan yang profesional

Misi

1. Berperan aktif dalam membangun jaringan filantropi internasional

2. Memfasilitasi kemandirian masyarakat

3. Mengoptimalkan seluruh aspek sumber daya melalui keunggulan insane

2. Brand Value

1. Trusted: Menjalankan usaha dengan profesional, transparan dan terpercaya.

2. Progressive: Senantiasa berani melakukan inovasi dan edukasi untuk memperoleh manfaat yang lebih.

3. Humanitarian: Memfasilitasi segala upaya humanitarian dengan tulus secara universal kepada seluruh umat manusia.

3. Budaya Kerja

RZ (Rumah Zakat) menerapkan 5 standar Budaya Kerja bagi seluruh karyawannya sebagai bentuk profesionalitas dan tanggung jawab lembaga terhadap Masyarakat. Kelima Budaya Kerja tersebut adalah sebagai berikut:

5. Pejuang Peradaban Kelima budaya ini diterpkan oleh semua karyawan Rumah Zakat dalam bentuk salam

yang dibudayakan dikantor untuk selalu digunakan. Bentuk salamnya dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

Gambar 2: Salam Budaya Kerja Rumah Zakat

Gambar 3. Transformasi Rumah Zakat (1998 - 2014)

B. Manajemen Zakat

B.1. Manajemen Penghimpunan (Funding)

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari penghimpunan dana (fundraising), Rumah Zakat telah melakukan suatu strategi dan pendekatan yang dianggap tepat serta menentukan arahan yang benar demi keberlanjutan lagkah berikutnya. Karena Rumah Zakat telah menyadari bahwa tanpa strategi yang kuat dalam menjalankan penghimpunan dana maka perolehan dana tidak akan maksimal.

Berikut adalah strategi fundraising yang dilakukan oleh Rumah Zakat:

1. Visiting Counter Mengunjungi kantor Rumah Zakat terdekat, tersebar di 52* jaringan kantor dari Aceh hingga

Jayapura. Di kantor kami Anda dapat berdonasi secara tunai maupun non tunai.

2. Jemput Donasi Menghubungi kantor Rumah Zakat terdekat, atau SMS centre 0815 7300, 1555 Call centre

0804 100 1000, email: welcome@rumahzakat.org

3. PayPal Dengan metode online purchase, PayPal menjadi salah satu pilihan kemudahan bagi

muzakki melalui Klik www.rumahzakat.org/paypal.html untuk berbagi secara online.

4. Donasi Via Blackberry Berdonasi melalui RZ lewat Blackberry dengan mendownload aplikasi zakat di

http://rumahzakat.petanidihital.com/

5. Donasi Via ATM Berdonasi melalui menu donasi yang ada di beberapa ATM Bank seperti Mandiri, BNI, BNI

Syariah, BRI Syariah, Permata, Permata Syariah, OCBC NISP, BJB Syariah, dan CIMB Niaga.

6. Transfer Antar Rekening Berdonasi bisa dilakukan secara mudah dengan melakukan transfer donasi ke nomor