PENGARUH INVESTASI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA DAMPAKNYA PADA KEMAMPUAN DAERAH MEMBIAYAI BELANJA PEGAWAI (Studi pada Pemerintah KabupatenKota di Provinsi Aceh)
Jurnal Akuntansi
ISSN 2302-0164 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
9 Pages pp. 33 -41
PENGARUH INVESTASI TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH SERTA DAMPAKNYA PADA KEMAMPUAN
DAERAH MEMBIAYAI BELANJA PEGAWAI
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh)
1) 2) 3) 1) Ifrizal, Dr. Darwanis, SE, M.Si, Ak, Dr. Sulaiman, SE, MMMagister Akutansi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Abstract: This research aims to; (1) Testing the effect of partial investment to regional revenue
to the district/city in the province of Aceh. (2) Testing the influence of investment and regional
revenue either simultaneously or partially on the region's ability to finance government
spending on personnel at the district/city in the province of Aceh.The object of this study is the
Report of the Regional Budget Realization districts/cities in Aceh province from the period
2009-2013 which has been audited by the BPK. Source of data used in this study include
primary data and secondary data. While research data collection techniques done with
documentation techniques. The analytical method used is Path Analysis and Multiple Linear
Regression Analysis.The results showed that; (1) Investment partial effect on regional revenue
to the district/city in the province of Aceh. (2) Investment and Local Revenue affect both
simultaneously and partially on the region's ability to finance government spending on
personnel at the district/city in the province of Aceh.Keywords : Investment, Local Revenue, Regional Capability, Employee Expenditures.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk; (1) Menguji pengaruh investasi secara parsial
terhadap Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. (2)
Menguji pengaruh investasi dan Pendapatan Asli Daerah baik secara simultan maupun
parsial terhadap kemampuan daerah membiayai belanja pegawai pada pemerintah
kabupaten/kota di Provinsi Aceh.Objek penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah kabupaten/kota di Provinsi Aceh dari periode 2009-2013 yang
telah diaudit Badan Pemeriksa Keuangan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan data penelitian
dilakukan dengan teknik dokumentasi. Metode analisis yang digunakan yaitu Path Analysis
dan Analisis Regresi Linear Berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Investasi
berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah
kabupaten/kota di Provinsi Aceh. (2) Investasi dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh baik
secara simultan maupun parsial terhadap kemampuan daerah membiayai belanja pegawai
pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.Kata kunci : Investasi, Pendapatan Asli Daerah, Kemampuan Daerah, Belanja Pegawai.
PENDAHULUAN Daerah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu tahun 2004, Pemerintah daerah mempunyai hak dan menentukan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan kewenangan yang luas untuk menggunakan Prioritas & Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai sebagai pedoman dalam pengalokasian sumber dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang daya dalam APBD. berkembang di daerah. Untuk itu, Pemerintah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 33 - Volume 3, No. 2, Mei 2014 Tahun 2006 Pasal 38 Angka 1 menyebutkan “belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan”. Fungsi dari belanja pegawai adalah untuk menjalankan atau menyelenggarakan kegiatan pengelolaan pemerintah daerah.
Kenyataannya masih terdapat daerah yang memiliki struktur kontribusi PAD relatif kecil terhadap total penerimaan daerah, namun memiliki total pengeluaran daerah yang besar, sehingga mengakibatkan daerah tersebut mengalami defisit.
Faktor yang menyebabkan kecilnya kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah antara lain adalah karena masih terdapatnya sumber pendapatan potensial yang belum dapat digali dari suatu daerah. Selanjutnya Mardiasmo (2002:25) menjelaskan, masalah yang sering muncul adalah rendahnya kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan prediksi (perkiraan) penerimaan daerah yang sangat akurat sehingga belum dapat dipungut secara optimal. Dana untuk pembiayaan pembangunan daerah terutama digali dari sumber kemampuan sendiri dengan prinsip peningkatan kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan.
Keuangan Daerah
Menurut Halim (2004:19) “keuangan daerah sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang itu belum dimiliki/dikuasai oleh Negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan undang- undang yang berlaku”. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah “semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut”.
Kemampuan Keuangan Daerah
Menurut Kaho (1997) bahwa kemampuan daerah dalam bidang keuangan menentukan keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah, karena kemampuan keuangan merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur tingkat otonomi suatu daerah. Dengan kata lain, faktor keuangan merupakan faktor yang penting dalam mengatur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
Data keuangan daerah yang memberikan gambaran statistik perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran dan analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk melihat kemampuan/kemandirian daerah (Yuliati, 2001).
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Secara konseptual, pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah harus dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, walaupun pengukuran kemampuan keuangan daerah ini akan menimbulkan perbedaan.
Belanja Pegawai
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan belanja pegawai sebagai ”pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/personal yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai”.
Sedangkan menurut Darise (2008:43) belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lain yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan, termasuk dalam pengertian tersebut uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam bentuk belanja pegawai.
Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2007:96) Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD “merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.”
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 menyebutkan bahwa “PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku”.Berdasarkan beberapa teori yang telah disebutkan mengenai PAD maka dapat disimpulkan bahwa PAD merupakan penerimaan daerah yang diperoleh dari penggalian potensi daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Investasi
Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, Investasi adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang oleh pemerintah pusat dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung, yang mampu mengembalikan nilai pokok ditambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu.
Investasi daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan dianggarkan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal investasi. Besarnya penyertaan modal investasi daerah berimbas pada pengeluaran pemerintah daerah.
Berdasarkan PP No.1/2008 Tentang Investasi, dinyatakan bahwa ruang lingkup pengelolaan Investasi meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban investasi, pengawasan dan divestasi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan studi untuk mengetahui sifat dan hubungan antara variabel dalam suatu pengujian hipotesa, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Unit analisis penelitian ini adalah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang menerbitkan laporan keuangan dalam pertanggungjawaban APBK pada tahun 2009-2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2009-2013, dimana Provinsi Aceh terdapat 23 pemerintahan daerah yang terdiri dari 18 pemerintahan kabupaten dan 5 pemerintahan kota. Selanjutnya dari 23 kabupaten/kota akan diamati selama 5 periode sehingga jumlah pengamatan sebanyak 115 pengamatan. Sumber data penelitian diperoleh dari data primer dan data sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi.
Operasionalisasi Variabel Investasi (X)
Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, Investasi adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang oleh pemerintah pusat dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung, yang mampu mengembalikan nilai pokok ditambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu.
Pengukuran (proxy) yang digunakan adalah realisasi jumlah pengeluaran pembiayaan penyertaan modal Investasi daerah. Skala yang digunakan adalah rasio.
Pendapatan Asli Daerah (Y)
Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 menyebutkan bahwa “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku”.
Pengukuran (proxy) yang digunakan adalah persentase perbandingan antara PAD dengan total pendapatan. Skala yang digunakan adalah rasio.
Belanja Pegawai (Z)
Berdasarkan pasal
37 Permendagri No.13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja pegawai didefinisikan sebagai Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diberikan kepada pegawai negeri sipil.
Pengukuran (proxy) yang digunakan adalah persentase perbandingan antara belanja pegawai dengan total belanja daerah. Skala yang digunakan adalah rasio.
Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian menggunakan Path Analysis untuk menguji pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) dan juga variabel intervening (Z). Koefisien jalur dari Path Analysis tersebut dilihat pada Standardized Coefficient dari Analisis Regresi Linear Berganda.
Rancangan pengujian hipotesis dilakukan untuk menentukan penerimaan atau penolakan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis jalur (path analysis) yang merupakan perluasan dari model analisis regresi linear berganda.
Penelitian ini merupakan penelitian sensus, oleh karena itu tidak dilakukan uji asumsi klasik, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala heteroskedastisitas, uji autokorelasi maupun uji statistik. Kesimpulan diambil langsung dari nilai koefisien jalur masing-masing variabel dan koefisien determinasi (R ).
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mengambil populasi pada LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh periode 2009-2013. Unit analisis penelitian ini adalah laporan keuangan dalam pertanggungjawaban APBK pada tahun 2009- 2013 yang berjumlah 115 LKPD (23 kab/kota dikali 5 tahun periode pengamatan). Selanjutnya 115 LKPD tersebut akan dilakukan pengujian statistik berdasarkan metode penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Pengujian Hipotesis I
Hasil pengujian hipotesis I dari pengaruh investasi terhadapPAD dapat dilihat pada Tabel1.1.
Tabel 1.1 Hasil Regresi Linear BergandaPersamaan Regresi Y it = ρY it X it + e
β = 0,012 Sig = 0,902
R= 0,012 R 2 = 0,000 F value / Sig.= 0,15/0,902 Hasil Pengujian Hipotesis I untuk Pengaruh Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah
Gambaran Umum Observasi Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh investasi terhadap PAD, namun pengaruh yang dihasilkan sangat lemah yaitu hanya 0,012. Hal tersebut juga didukung dengan perolehan nilai Koefisien Determinasi (R 2 ) sebesar 0,000. Artinya bahwa variabel investasi tidak mampu menjelaskan variasi atau perubahan dari variabel PAD dengan persentase 0%.
Hasil Pengujian Hipotesis II
Hasil pengujian hipotesis II dari pengaruh PAD terhadap kemampuan daerah membiayai belanja pegawai dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Hasil Regresi Linear BergandaPersamaan Regresi Z it = ρZ it X it + ρZ it
Y it + e β = -0,017 0,366 Sig = 0,851 0,000 R = 0,366 R 2 = 0,134 F value / Sig.= 8,667/0,000
Hasil Pengujian Hipotesis II untuk Pengaruh Investasi dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemampuan Daerah Membiayai Belanja Pegawai 2
Hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien jalur terhadap variabel investasi yaitu0,012. Penentuan hipotesis menyebutkan jika β i (i=1) ≠ 0 : H ditolak. Artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini bermakna bahwa investasi berpengaruh terhadap PAD. Hasil ini mendukung hipotesis pertama (H 1 ) yang telah dirumuskan yaitu investasi berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan nilai koefisien regresi terhadap variabel investasi adalah -0,017 dan nilai koefisien jalur terhadap variabel PAD adalah0,366. Penentuan hipotesis menyebutkan jika β i (i=1,2 ) ≠ 0 : H ditolak. Artinya investasi dan PAD secara parsial berpengaruh terhadap kemampuan daerah membiayai belanja pegawai.
Selanjutnya pengujian secara simultan menunjukkan nilai koefisien masing-masing variabel investasi dan PAD adalah -0,017 dan 0,366. Penentuan hipotesis menyebutkan jika paling sedikit ada satu β 1,2 ≠ 0 : H ditolak. Artinya variabel investasi dan PAD secara simultan berpengaruh terhadap variabel kemampuan daerah membiayai belanja pegawai. Hasil ini mendukung hipotesis kedua (H 2 ) yang telah dirumuskan yaitu investasi dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap kemampuan daerah membiayai belanja pegawai pada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh secara simultan investasi dan PAD terhadap kemampuan daerah membayai belanja pegawai. Hal tersebut juga didukung dengan perolehan nilai Koefisien Determinasi (R 2 ) sebesar 0,134. Artinya bahwa variabel investasi dan PAD secara bersama mampu menjelaskan variasi atau perubahan dari variabel belanja pegawai dengan persentase 13,4%.
Hasil Pengujian Analisis Jalur
Selanjutnya hasil uji analisis jalur (path analysis ) dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Hasil Uji Analisis Jalur ( Path Analysis) Arah Hubungan atau Pengaruh Pengar uh Langsung Pengaru h Tidak Langsung Total Pengar uhX Y Z -0,017 0,004 -0,013 Y Z 1,379 - 1,379 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah).
Pembahasan Pengaruh Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh investasi terhadap PAD. Namun pengaruh yang dihasilkan sangat lemah yaitu hanya sebesar 0,012. Sedangkan nilai Koefisien Determinasi (R 2 ) adalah 0,000. Artinya bahwa variabel investasi tidak mampu menjelaskan variasi atau perubahan dari variabel PAD dengan persentase 0%.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa kabupaten/kota di Provinsi Aceh tidak setiap tahunnya menyertakan modal dalam bentuk investasi dalam kegiatan kepemerintahannya. Hal tersebut karena harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah dan tergantung kebijakan kepala daerah masing-masng. Walaupun terdapat dana investasi atau penyertaan modal pada kabupaten/kota dalam satu periode tahun anggaran, namun nilai yang dijadikan penyertaan modal sebagai investasi juga masih belum signifikan. Sehingga investasi atau penyertaan modal belum bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap PAD masing- masing kabupaten/kota.
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Dalam struktur pendapatan daerah terdapat komponen PAD yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pengelolaan atas kekayaan daerah yang dipisahkan menjadi sangat penting ketika pemda berusaha meningkatkan pendapatannya untuk membiayai pelayanan publik yang
outcomes -nya dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat. Namun pada kenyataannya, hasil yang diperoleh dari aset yang dipisahkan ini sangat minim, sehingga investasi yang dilakukan secara terus menerus justru hanya seperti menjadi biaya hangus, membebani APBD dan tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pelayanan kepada masyarakat (Utami, 2013).
Hasil penelitian ini sesuai atau konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar, Yunizar dan Nidar (2007) yang membuktikan adanya pengaruh investasi terhadap PAD. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Berutu (2011) yang membutkikan tidak terdapatnya pengaruh investasi terhadap PAD.
Pengaruh Investasi dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemampuan Daerah Membiayai Belanja Pegawai pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh investasi dan PAD baik secara parsial maupun simultan terhadap kemampuan daerah membiayai belanja pegawai. Hal tersebut juga didukung dengan perolehan nilai Koefisien Determinasi (R 2 ) sebesar 0,134. Artinya bahwa variabel investasi dan PAD secara bersama- sama mampu menjelaskan variasi atau perubahan dari variabel belanja pegawai dengan persentase 13,4%.
Penerapan otonomi daerah diharapkan semakin meningkatnya pelayanan diberbagai sektor, terutama sektor publik sehingga mampu menarik investor untuk melakukan investasi di daerah. Apabila suatu daerah memiliki sarana prasarana yang memadai maka investor akan berinvestasi dan masyarakat dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan nyaman sehingga tingkat produktivitas akan semakin meningkat. Peningkatan produktivitas masyarakat yang semakin meningkat dan bertambahnya jumlah investor yang melakukan investasi maka akan meningkatkan PAD yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan belanja daerah (Abimanyu, 2005).
Peningkatan belanja daerah termasuk didalamnya belanja pegawai diharapkan dapat berdampak positif terhadap kinerja aparatur daerah untuk terus berusaha meningkatkan pelayanan publik, penyediaan fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Selanjutnya juga dapat meningkatkan kemampuan administrasi pemungutan pajak di daerah sehingga sumber penting penerimaan daerah yaitu pajak dapat digunakan untuk membiayai pembangunan baik fisik maupun non-fisik.
Hasil penelitian ini sesuai atau konsisten dengan hasil penelitian Jaya (2014) yang menjelaskan bahwa investasi yang diperoleh pada kabupaten/kota Provinsi Bali merupakan salah satu komponen meningkatnya penerimaan daerah yaitu PAD, yang berdampak pada b.
Menggunakan data non keuangan peningkatan belanja daerah terutama belanja seperti menggunakan variabel luas pegawai dibandingkan dengan belanja modal. wilayah yang diukur dari besarnya luas Selanjutnya penelitian Rahmawati (2010) yang wilayah masing-masing membuktikan bahwa terdapat pengaruh PAD kabupaten/kotadan jumlah penduduk terhadap belanja daerah termasuk didalamnya masing-masing kabupaten/kota. belanja pegawai pada Provinsi Jawa Tengah.
c.
Untuk variabel dependen, dapat menggunakan belanja modal yang lebih
KESIMPULAN DAN SARAN nyata dan pasti menjadi acuan dalam
Kesimpulan perubahan alokasi belanja daerah.Kesimpulan yang dapat diambil setelah 2.
Saran bagi Pemda pada kabupaten/kota di dilakukan pengujian dan analisis data dalam Provinsi Aceh: penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. terus menggali potensi Untuk 1. penerimaan PAD sehingga dapat
Investasi berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah pada meningkatkan total penerimaan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi pendapatan daerah yang diharapkan Aceh. dapat memenuhi kebutuhan belanja 2. daerah itu sendiri, baik belanja rutin
Investasi dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh baik secara simultan maupun maupun belanja pegawai. Penerimaan parsial terhadap kemampuan daerah PAD yang terus meningkat akan membiayai belanja pegawai pada berdampak pada menurunnya pemerintah kabupaten/kota di Provinsi penerimaan bantuan dari Pemerintah Aceh.
Pusat maupun bantuan pihak lain. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan
Saran tingkat kemandirian daerah.
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini b.
Pemda kabupaten/kota di Provinsi dapat disimpulkan dalam beberapa hal yaitu: Acehjuga harus lebih dapat Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini mengefisienkan jumlahpegawai yang dapat disimpulkan dalam beberapa hal yaitu: dimilikinya dengan cara lebih fokus
1. pada kualitaspegawai daripada
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk: a. kuantitasnya dan pemanfaatan
Menambah variabel independen lain yang diduga memiliki pengaruh teknologi, denganbegitu diharapkan terhadap PAD dan belanja pegawai, Pemda kabupaten/kota bisa lebih seperti Dana Alokasi Umum, Dana menekan anggaran belanjapegawai Alokasi Khusus, dan Pendapatan Per yang selama ini menjadi pengeluaran Kapita. terbesar belanja daerah.
- --------. 2005. Nomor 58 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2006.
- . 2007. Akuntansi Keuangan Daerah.
- , 2002. Nomor 29 Tentang Pedoman Pengurusan Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Utami, Ayu Mita. 2013. Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Universitas Siliwangi Tasikmalaya . Diakses melalui https://ml.scribd.com pada 10 Oktober 2014.
Penyunting: Abdul Halim. Edisi Pertama. Yogyakarta. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN.
Yuliati. 2001. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Menghadapi Otonomi Daerah. Dalam Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah .
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
13 Tentang Pedoman
Nomor
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Republik Indonesia. 2005. Peraturan
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah
33 Tentang
Daerah
32 Tentang Pemerintah
Nomor
Keuangan Daerah . Yogyakarta: Andi Undang-Undang Republik Indonesia. 2004.
Rajawali Pers. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana . Vol. 7, No.1: 79-92. Kaho, Josef Riwu. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara RI. Jakarta.
Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Jaya, I Putu Ngurah Panji Kartika. 2014.
Cemerlang. Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah . Jakarta: Salemba Empat.
Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) . PT. Mancanan Jaya
Darise, Nurlan. 2008. Pengelolaan Keuangan
Terpadu Menghilangkan Tumpang Tindih. Bappeki Depkeu
DAFTAR KEPUSTAKAAN Abimanyu, Anggito. 2005. Format Anggaran
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
- . 2004. Nomor